Anda di halaman 1dari 6

Nama : Anisa

NPM : 20170103139

ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN


PT. LIPISARI PATNA KABUPATEN SUBANG

ANALISIS LINGKUNGAN SOSIAL


Faktor sosial dan budaya mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai,
sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang yang berada di lingkungan
perusahaan tersebut. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan gizi, kesibukan pekerjaan dan
peningkatan pendapatan, secara bersamaan diikuti oleh perilaku hidup merubah pola konsumsi
masyarakat modern yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai
gizi yang baik. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri pengolahan buah- buahan
yang bersifat praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya serta bernilai gizi baik. Masyarakat
mulai memahami pentingnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi yang
penting bagi kesehatan. Perubahan pola konsumsi masyarakat modern ke arah makanan yang sehat
memberi imbas positif bagi usaha di bidang pengolahan hasil pertanian salah satunya usaha
pengolahan buah-buahan.
Salah satu faktor lingkungan eksternal yang juga mempengaruhi perusahaan adalah faktor
demografi. Peningkatan jumlah penduduk juga merupakan faktor sosial yang diduga dapat
menciptakan pangsa pasar yang potensial untuk setiap bidang usaha. Selama periode 2005-2008
perkembangan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan (BPS, 2008). Perkembangan
jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008
Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan (%)
2005 219.852.000 -
2006 222.550.700 1,23
2007 225.642.000 1,39
2008 228.523.300 1,28
Sumber : BPS, 2009
Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kabupaten Subang, dari tahun 2003 hingga
tahun 2007 terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 74.915 jiwa atau sebesar 5,56 persen.
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun 2003-2007
Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan (%)
2003 1.347.113 -
2004 1.379.534 2,41
2005 1.391.997 0,90
2006 1.402.134 0,73
2007 1.422.028 1,42
Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2008
Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Subang diduga memberikan peluang
tersedianya pasar potensial bagi usaha minuman jus jambu biji karena seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang meningkat, diduga permintaan makanan dan minuman akan
meningkat. Hal ini dikarenakan peningkatan laju perkembangan penduduk berbanding lurus
dengan peningkatan konsumsi penduduk terhadap bahan makanan dan minuman. Pertumbuhan
jumlah penduduk dapat menyebabkan permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan yang
tinggi. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk akan menciptakan angkatan kerja baru. Adanya
tren mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami juga memberikan peluang pada usaha
jus jambu biji yang merupakan produk olahan dari buah-buahan asli tanpa ada bahan perasa buatan
(essence).
Budaya (culture) suatu wilayah bisa menjadi faktor pendukung atau penghambat dari suatu
usaha. Salah satu budaya yang sering dilakukan oleh masyarakat Subang khususnya di instansi
pemerintah dan swasta adalah kebiasaan menyajikan produk khas Subang kepada tamu kunjungan
dari luar kota atau ketika ada tugas ke luar kota selalu membawa produk khas Subang. Hal ini tentu
menjadi peluang yang mampu mendukung perkembangan usaha pengolahan sari buah Lipisari
sebagai produk lokal.

ANALISIS LINGKUNGAN INDUSTRI


Analisis lingkungan industri merupakan analisis terhadap kondisi persaingan bisnis
dimana perusahaan beraktivitas. Analisis lingkungan industri bertujuan mengidentifikasi dan
menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan tersebut. Menurut analisis five force
(5’P) Porter faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, yaitu: persaingan antar anggota
industri, pendatang baru, pemasok, pembeli, dan produk pengganti akan diperlihatkan analisis dan
situasi perusahaan saat ini serta langkah-langkah strategis perlu diambil guna meningkatkan daya
saing perusahaan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas.
1. Ancaman Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan sejumlah implikasi
bagi perusahaan yang ada, antara lain adanya perebutan pangsa pasar (market share), sumberdaya
produksi, dan peningkatan kapasitas. Hal ini tentu dapat menimbulkan ancaman tersendiri bagi
perusahaan yang ada.
Ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan untuk memasuki industri. Jika
hambatan ini besar, ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Beberapa hambatan dalam
memasuki suatu industri yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih
pemasok, akses saluran distribusi, keunggulan relatif, dan kebijakan pemerintah.
Kebutuhan modal menjadi kunci utama sulitnya pendatang baru untuk masuk ke dalam
industri. Modal untuk membangun usaha pengolahan sari buah jambu tergolong cukup besar.
Modal yang paling besar adalah investasi bangunan dan fasilitas pabrik, serta peralatan produksi
yang membutuhkan dana yang cukup besar. Pelaku usaha pengolahan minuman jus jambu tidak
terlalu banyak karena kendala terbesar adalah kebutuhan modal.

2. Persaingan di Antara Anggota Industri


Persaingan antar anggota industri terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya
tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi, yaitu dengan menggunakan taktik-taktik
seperti persaingan harga, iklan, produk, dan pelayanan kepada konsumen. Adapun faktor yang
menentukan intensitas persaingan di antar anggota industri yaitu jumlah pesaing, tingkat
pertumbuhan industri, biaya tetap, ukuran dan kekuatan pesaing, kapasitas produksi, karakteristik
produk, hambatan keluar, dan diferensiasi produk.
Ukuran dan kekuatan pesaing terlihat dari perusahaan yang mengusai pasar yaitu Buavita
yang mengusai saluran distribusi yang luas, promosi yang gencar, teknologi kemasan yang
modern dengan menggunakan tetrapack. Semakin besar ukuran dan kekuatan pesaing maka
persaingan di dalam industri pengolahan sari buah tergolong cukup tinggi.
Pesaing usaha pengolahan sari buah jambu biji merupakan perusahaan perusahaan dengan
modal besar, kapasitas besar, dan jaringan distribusi yang luas Adapun beberapa perusahaan
pesaing yang memproduksi jus jambu biji dapat diliha pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Perusahaan Pesaing yang Memproduksi Jus Jambu Biji
No Nama Produk Perusahaan Lokasi
1 Buavita PT. Unilever Bandung
2 Mi-U PT. Globalindo Perkasa Salatiga
3 Calamansi PT Makmur Sejati Internasional Bogor
4 Sun Fresh PT Ciracasindo Perdana Jakarta
5 Berri Clasic PT Berri Indosari Cikande
6 Guava Juice INDOSARI Jakarta
7 Jungle Juice PT Diamond Cold Storage Jakarta
8 Marco Pink Guava PT Hamdia Jaya Internasional Jakarta
9 Love Juice PT. Hale International Bogor
10 Country Choice PT. Sinar Sosro Bekasi
11 Minute Maid Coca-cola Company Jakarta
Sumber : Lipisari, 2014

3. Ancaman Produk Pengganti/Substitusi


Produk pengganti/substitusi merupakan produk lain yang berbeda namun dapat
memberikan kepuasan yang sama seperti produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Adapun
faktor yang menentukan intensitas ancaman produk pengganti yaitu fungsi produk, perkembangan
teknologi, tingkat harga, dan biaya beralih produk.
Hasil perhitungan skor menunjukkan bahwa responden menilai ancaman produk
substitusi/pengganti tergolong tinggi, hal ini disebabkan produk pengganti/substitutsi memiliki
harga jual yang lebih murah dibandingkan harga Jus Lipisari yang memiliki kemasan yang sama
dengan produk pengganti.
Adapun beberapa produsen yang memproduksi produk pengganti dari jus jambu biji dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Daftar Produk Pengganti Jus Jambu Biji
No Nama Produk Perusahaan Kemasan
Harga Konsumen Akhir
1 Frutang PT. Tang Mas Gelas Plastik Rp 1.000,00
2 Ale-ale PT. Wingsfood Gelas Plastik Rp 1.000,00
3 Keffi Lemon PT. Garudafood Gelas Plastik Rp 1.000,00
4 Fruitamin Pepsi Indonesia Gelas Plastik Rp 1.000,00
5 Teh Gelas PT. Orang Tua Gelas Plastik Rp 1.000,00
6 Mountea PT. Garudafood Gelas Plastik Rp 1.000,00
Sumber : Lipisari, 2014

4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok


Analisis kekuatan tawar-menawar pemasok ditujukan untuk melihat kemampuan pemasok
dalam mempengaruhi suatu industri melalui kemampuan mereka menaikkan harga dan
mengurangi kualitas produk. Adapun faktor yang menentukan intensitas kekuatan tawar-menawar
pemasok yaitu jumlah pemasok, diferensiasi produk, tingkat kepentingan produk bagi industri,
tingkat kepentingan industri bagi pemasok, akses ke pemasok, kemampuan pemasok dalam
melakukan integrasi ke depan, dan biaya beralih pemasok.
Variabel jumlah pemasok dan tingkat kepentingan produk yang dipasok bagi input/bahan
baku industri merupakan faktor yang kuat yang mempengaruhi kekuatan pemasok. Jumlah
pemasok buah jambu biji sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sari buah jambu biji di
Kabupaten Subang tergolong sedikit. Perusahaan hanya mengandalkan dari pengumpul di
Kecamatan Purwadadi yaitu Pak Acu, Pak Nana, Pak Uwa sebagai mitra perusahaan selama ini.
Jambu biji yang dipasok memiliki peran penting bagi perusahaan karena jambu biji adalah bahan
baku utama dalam usaha ini dan PT. Lipisari Patna bukan satu-satunya pihak yang dipasok oleh
pemasok. Pemasok menjual produknya ke pihak lain selain ke PT. Lipisari Patna dengan dijual
segar ke pasar tradisional, pasar buah-buahan, pengumpul besar, atau dijual sendiri ke konsumen
akhir.

5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli


Pembeli atau pelanggan dapat menekan dan menuntut kualitas lebih tinggi atau layanan lebih
banyak kepada perusahaan. Semua ini dapat menurunkan laba industri. Adapun faktor yang
menentukan intensitas kekuatan tawar-menawar pemasok yaitu jumlah pemasok, diferensiasi
produk, tingkat kepentingan produk bagi industri, tingkat kepentingan industri bagi pemasok,
akses ke pemasok, kemampuan pemasok dalam melakukan integrasi ke depan, dan biaya beralih
pemasok.
Kekuatan tawar-menawar pembeli menjadi lebih tinggi jika pembeli terkonsentrasi atau
membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli tidak terdiferensiasi atau standar, produk yang
dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk pembeli dan merupakan komponen
biaya yang cukup besar, pembeli menerima laba rendah, produk industri tidak penting bagi
pembeli, pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik, dan informasi yang
dimiliki pembeli sangat lengkap. Hal ini dikarenakan ciri/karakteristik produk tidak terlalu kuat
bagi konsumen. Artinya konsumen bisa membeli produk sejenis di pasaran yang memiliki kualitas
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai