Faktor sosial dan budaya mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang yang berada di lingkungan perusahaan tersebut. Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan gizi, kesibukan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, secara bersamaan diikuti oleh perilaku hidup merubah pola konsumsi masyarakat modern yaitu dengan mengkonsumsi makanan praktis siap saji namun memiliki nilai gizi yang baik. Hal ini merupakan pangsa pasar potensial bagi industri pengolahan buah- buahan yang bersifat praktis, mudah, dan cepat cara penyajiannya serta bernilai gizi baik. Masyarakat mulai memahami pentingnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung nutrisi yang penting bagi kesehatan. Perubahan pola konsumsi masyarakat modern ke arah makanan yang sehat memberi imbas positif bagi usaha di bidang pengolahan hasil pertanian salah satunya usaha pengolahan buah-buahan. Salah satu faktor lingkungan eksternal yang juga mempengaruhi perusahaan adalah faktor demografi. Peningkatan jumlah penduduk juga merupakan faktor sosial yang diduga dapat menciptakan pangsa pasar yang potensial untuk setiap bidang usaha. Selama periode 2005-2008 perkembangan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan (BPS, 2008). Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan (%) 2005 219.852.000 - 2006 222.550.700 1,23 2007 225.642.000 1,39 2008 228.523.300 1,28 Sumber : BPS, 2009 Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kabupaten Subang, dari tahun 2003 hingga tahun 2007 terjadi pertumbuhan penduduk sebanyak 74.915 jiwa atau sebesar 5,56 persen. Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun 2003-2007 Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan (%) 2003 1.347.113 - 2004 1.379.534 2,41 2005 1.391.997 0,90 2006 1.402.134 0,73 2007 1.422.028 1,42 Sumber : BPS Kabupaten Subang, 2008 Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Subang diduga memberikan peluang tersedianya pasar potensial bagi usaha minuman jus jambu biji karena seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, diduga permintaan makanan dan minuman akan meningkat. Hal ini dikarenakan peningkatan laju perkembangan penduduk berbanding lurus dengan peningkatan konsumsi penduduk terhadap bahan makanan dan minuman. Pertumbuhan jumlah penduduk dapat menyebabkan permintaan pasar meningkat karena tingkat kebutuhan yang tinggi. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk akan menciptakan angkatan kerja baru. Adanya tren mengkonsumsi makanan dan minuman berbahan alami juga memberikan peluang pada usaha jus jambu biji yang merupakan produk olahan dari buah-buahan asli tanpa ada bahan perasa buatan (essence). Budaya (culture) suatu wilayah bisa menjadi faktor pendukung atau penghambat dari suatu usaha. Salah satu budaya yang sering dilakukan oleh masyarakat Subang khususnya di instansi pemerintah dan swasta adalah kebiasaan menyajikan produk khas Subang kepada tamu kunjungan dari luar kota atau ketika ada tugas ke luar kota selalu membawa produk khas Subang. Hal ini tentu menjadi peluang yang mampu mendukung perkembangan usaha pengolahan sari buah Lipisari sebagai produk lokal.
ANALISIS LINGKUNGAN INDUSTRI
Analisis lingkungan industri merupakan analisis terhadap kondisi persaingan bisnis dimana perusahaan beraktivitas. Analisis lingkungan industri bertujuan mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan tersebut. Menurut analisis five force (5’P) Porter faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, yaitu: persaingan antar anggota industri, pendatang baru, pemasok, pembeli, dan produk pengganti akan diperlihatkan analisis dan situasi perusahaan saat ini serta langkah-langkah strategis perlu diambil guna meningkatkan daya saing perusahaan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas. 1. Ancaman Pendatang Baru Masuknya pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, antara lain adanya perebutan pangsa pasar (market share), sumberdaya produksi, dan peningkatan kapasitas. Hal ini tentu dapat menimbulkan ancaman tersendiri bagi perusahaan yang ada. Ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan untuk memasuki industri. Jika hambatan ini besar, ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Beberapa hambatan dalam memasuki suatu industri yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses saluran distribusi, keunggulan relatif, dan kebijakan pemerintah. Kebutuhan modal menjadi kunci utama sulitnya pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Modal untuk membangun usaha pengolahan sari buah jambu tergolong cukup besar. Modal yang paling besar adalah investasi bangunan dan fasilitas pabrik, serta peralatan produksi yang membutuhkan dana yang cukup besar. Pelaku usaha pengolahan minuman jus jambu tidak terlalu banyak karena kendala terbesar adalah kebutuhan modal.
2. Persaingan di Antara Anggota Industri
Persaingan antar anggota industri terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi, yaitu dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, iklan, produk, dan pelayanan kepada konsumen. Adapun faktor yang menentukan intensitas persaingan di antar anggota industri yaitu jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, biaya tetap, ukuran dan kekuatan pesaing, kapasitas produksi, karakteristik produk, hambatan keluar, dan diferensiasi produk. Ukuran dan kekuatan pesaing terlihat dari perusahaan yang mengusai pasar yaitu Buavita yang mengusai saluran distribusi yang luas, promosi yang gencar, teknologi kemasan yang modern dengan menggunakan tetrapack. Semakin besar ukuran dan kekuatan pesaing maka persaingan di dalam industri pengolahan sari buah tergolong cukup tinggi. Pesaing usaha pengolahan sari buah jambu biji merupakan perusahaan perusahaan dengan modal besar, kapasitas besar, dan jaringan distribusi yang luas Adapun beberapa perusahaan pesaing yang memproduksi jus jambu biji dapat diliha pada Tabel 3. Tabel 3. Daftar Perusahaan Pesaing yang Memproduksi Jus Jambu Biji No Nama Produk Perusahaan Lokasi 1 Buavita PT. Unilever Bandung 2 Mi-U PT. Globalindo Perkasa Salatiga 3 Calamansi PT Makmur Sejati Internasional Bogor 4 Sun Fresh PT Ciracasindo Perdana Jakarta 5 Berri Clasic PT Berri Indosari Cikande 6 Guava Juice INDOSARI Jakarta 7 Jungle Juice PT Diamond Cold Storage Jakarta 8 Marco Pink Guava PT Hamdia Jaya Internasional Jakarta 9 Love Juice PT. Hale International Bogor 10 Country Choice PT. Sinar Sosro Bekasi 11 Minute Maid Coca-cola Company Jakarta Sumber : Lipisari, 2014
3. Ancaman Produk Pengganti/Substitusi
Produk pengganti/substitusi merupakan produk lain yang berbeda namun dapat memberikan kepuasan yang sama seperti produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Adapun faktor yang menentukan intensitas ancaman produk pengganti yaitu fungsi produk, perkembangan teknologi, tingkat harga, dan biaya beralih produk. Hasil perhitungan skor menunjukkan bahwa responden menilai ancaman produk substitusi/pengganti tergolong tinggi, hal ini disebabkan produk pengganti/substitutsi memiliki harga jual yang lebih murah dibandingkan harga Jus Lipisari yang memiliki kemasan yang sama dengan produk pengganti. Adapun beberapa produsen yang memproduksi produk pengganti dari jus jambu biji dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Daftar Produk Pengganti Jus Jambu Biji No Nama Produk Perusahaan Kemasan Harga Konsumen Akhir 1 Frutang PT. Tang Mas Gelas Plastik Rp 1.000,00 2 Ale-ale PT. Wingsfood Gelas Plastik Rp 1.000,00 3 Keffi Lemon PT. Garudafood Gelas Plastik Rp 1.000,00 4 Fruitamin Pepsi Indonesia Gelas Plastik Rp 1.000,00 5 Teh Gelas PT. Orang Tua Gelas Plastik Rp 1.000,00 6 Mountea PT. Garudafood Gelas Plastik Rp 1.000,00 Sumber : Lipisari, 2014
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Analisis kekuatan tawar-menawar pemasok ditujukan untuk melihat kemampuan pemasok dalam mempengaruhi suatu industri melalui kemampuan mereka menaikkan harga dan mengurangi kualitas produk. Adapun faktor yang menentukan intensitas kekuatan tawar-menawar pemasok yaitu jumlah pemasok, diferensiasi produk, tingkat kepentingan produk bagi industri, tingkat kepentingan industri bagi pemasok, akses ke pemasok, kemampuan pemasok dalam melakukan integrasi ke depan, dan biaya beralih pemasok. Variabel jumlah pemasok dan tingkat kepentingan produk yang dipasok bagi input/bahan baku industri merupakan faktor yang kuat yang mempengaruhi kekuatan pemasok. Jumlah pemasok buah jambu biji sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sari buah jambu biji di Kabupaten Subang tergolong sedikit. Perusahaan hanya mengandalkan dari pengumpul di Kecamatan Purwadadi yaitu Pak Acu, Pak Nana, Pak Uwa sebagai mitra perusahaan selama ini. Jambu biji yang dipasok memiliki peran penting bagi perusahaan karena jambu biji adalah bahan baku utama dalam usaha ini dan PT. Lipisari Patna bukan satu-satunya pihak yang dipasok oleh pemasok. Pemasok menjual produknya ke pihak lain selain ke PT. Lipisari Patna dengan dijual segar ke pasar tradisional, pasar buah-buahan, pengumpul besar, atau dijual sendiri ke konsumen akhir.
5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Pembeli atau pelanggan dapat menekan dan menuntut kualitas lebih tinggi atau layanan lebih banyak kepada perusahaan. Semua ini dapat menurunkan laba industri. Adapun faktor yang menentukan intensitas kekuatan tawar-menawar pemasok yaitu jumlah pemasok, diferensiasi produk, tingkat kepentingan produk bagi industri, tingkat kepentingan industri bagi pemasok, akses ke pemasok, kemampuan pemasok dalam melakukan integrasi ke depan, dan biaya beralih pemasok. Kekuatan tawar-menawar pembeli menjadi lebih tinggi jika pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli tidak terdiferensiasi atau standar, produk yang dibeli dari industri merupakan komponen penting dari produk pembeli dan merupakan komponen biaya yang cukup besar, pembeli menerima laba rendah, produk industri tidak penting bagi pembeli, pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik, dan informasi yang dimiliki pembeli sangat lengkap. Hal ini dikarenakan ciri/karakteristik produk tidak terlalu kuat bagi konsumen. Artinya konsumen bisa membeli produk sejenis di pasaran yang memiliki kualitas yang sama.