Anggota Kelompok 5:
1. Politik
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia No. 18 tahun 2015
tentang jasa boga dan katering (kuliner) tidak termasuk dalam jenis jasa yang dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Hal ini meluruskan jenis jasa itu kerap terkena pajak
ganda yakni PPN dan Pajak Daerah. Direktur Peraturan Perpajakan 1 Ditjen Pajak Irawan
menegaskan jasa boga atau catering (kuliner) hanya dikenakan pajak daerah berdasarkan
PMK tersebut. Dari fakta tersebut bisa menjadi peluang untuk industri katering (kuliner)
dalam mengembangkan bisnisnya. Pajak Pertambahan Nilai menjadi salah satu faktor
pemain industri catering (kuliner) untuk mengembangkan usahanya karena dengan
berkembangnya usaha, maka akan besar juga PPN yang dibebankan untuk usahanya.
2. Ekonomi
Sejak beberapa bulan terakhir, perekonomian nasional mengalami perlambatan. Hal
tersebut terjadi karena efek ekonomi global ditambah fluktuasi harga jual sejumlah
komoditi. Tentunya situasi itu berpengaruh pada daya beli masyarakat. Sektor jasa boga,
utamanya, katering (kuliner) yang terkena dampak kondisi perokonomian nasional terkini,
menurut Imas Yuhana, Ketua Dewan Pengurus Cabang Asosiasi Perusahaan Jasa
Indonesia Kota Bandung.
Selain fluktuasi harga, hal lain yang menjadi tantangan para pebisnis katering adalah
ajang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA memungkinkan satu negara menjual
barang dan jasa dengan mudah ke negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga
kompetisi akan semakin ketat.
Kedua fakta tersebut menjadi ancaman bagi industri catering (kuliner), karena para
pemain di industri katering dituntut untuk menjaga kualitas produk, kualitas bahan baku,
dan efisiensi operasional dalam menjalankan usahanya.
3. Sosial
Tren jenis makanan yang sedang berkembang adalah jenis makanan Exotic Food
seperti makanan Indonesia, Singapura, dan Thailand, yaitu makanan berempah yang
banyak dijumpai di negara Asia maupun Amerika Latin. Hal ini diungkapkan oleh Vindex
Tengker, seorang Executive Chef. Dari fakta yang dijelaskan, bisa disimpulkan bahwa tren
makanan Indonesia kembali menjadi pilihan masyarakat setelah beberapa tahun lalu
makanan barat mendominasi tren makanan di Indonesia. Fakta tersebut bisa menjadi
peluang untuk mengembangkan jenis produk dan mempertahankan cita rasa berbumbu dan
spicy bagi pemain di industri katering (kuliner) di Indonesia.
4. Teknologi
Tren gaya hidup masyarakat Indonesia di kota besar telah bergeser pada generasi
gadget dan internet. Pengaruh jejaring sosial di internet pun semakin besar seperti dalam
memilih tempat wisata maupun memilih rekomendasi tempat makan. Masyarakat lebih
percaya pada banyaknya orang yang membicarakan hal-hal di twitter atau rekomendasi
teman-teman di sosial media lainnya dari pada brosur. Fakta tersebut menjadi peluang
untuk mengembangkan media promosi produk atau jasa layanan dari suatu industry,
terutama industry kuliner.
5. Lingkungan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011 mengenai higiene sanitasi jasa boga bahwa pengelolaan
makanan oleh jasa boga (kuliner) harus memenuhi higiene sanitasi dan dilakukan sesuai
cara pengolahan yang baik. Peraturan tersebut menjadi ancaman untuk industri katering
karena pemain di industri katering (kuliner) harus menjaga kebersihan baik dari bahan
baku, proses produksi, sampai pengemasannya.
B. FIVE FORCE
1. Intensitas Rivalitas Antar Pemain Dalam Industri
Indonesia banyak perusahaan yang memproduksi makanan ringan. Hal ini menjadi
suatu ancaman besar bagi perusahaan yang bergerak di Industri Kuliner. Beberapa strategi
yang hendaknya dilakukan perusahaan tersebut untuk memenangi persaingan dan dapat
bertahan adalah menetapkan cara meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan
pelayanan terhadap konsumen dengan baik yang dimana berani untuk mencoba cara-cara
baru dan inovasi produk yang semakin baru lagi untuk menarik pelanggan, selain itu juga
dengan menekan harga produk sehingga dapat mendapatkan konsumen sebanyak-
banyaknya di pasar juga bisa menjadi salah satu strategi yang baik.
2. Ancaman Pendatang Baru
Dengan adanya pendatang baru di dunia bisnis, maka hal ini juga menjadi salah satu
ancaman bagi perusahaan yang bergerak di bidang kuliner atau makanan dan minuman.
Bebebrapa hambatan bagi pendatang baru untuk masuk kedalam industri tersebut antara
lain besarnya biaya investasi yang dibutuhkan, perijinan ,akses terhadap bahan mentah,
akses terhadap saluran distribusi, ekuitas merek yang dikenal masih kecil.
Bisa juga karena waktu dan biaya yang diperlukan untuk memasuki dunia industri
tersebut cenderung tinggi, membutuhkan pengetahuan spesialis menegnai produk-produk
makanan yang diproduksi, dan proteksi terhadap teknologi yang kurang baik. Biasanya
semakin tinggi hambatan masuk , semakin rendah ancaman yg masuk dari pendatang
baru.
3. Kekuatan Tawar Pemasok Atau Supplier
Semakin sedikit pemasok yang ada, semakin besar harapan kepada pemasok, semakin
penting produk yang dipasok dan semakin kuat tawar menawar terhadap pemasok
tersebut. Ketika para pemasok terkonsentrasi atau terorganisasi, ketika hanya ada sedikit
pengganti, ketika produk yang dipasok merupakan masukan penting, dan ketika biaya
peralihan pemasok tinggi, dan ketika pemasok dapat berintegrasi untuk turun kelas,
disitulah pemasok sudah mencapai titik kekuatannya sehingga menjadi ancaman daya
tawar pemasok yang sangat besar. Pertahanan terbaik adalah dengan mencoba
membangun hubungan yang sama-sama menguntungkan dengan pemasok atau
menggunakan berbagai sumber pasokan yang baru.
4. Kekuatan Tawar Pembeli
Semakin banyak pilihan yang tersedia bagi pembeli dan pada umumnya akan
membuat posisi pembeli semakin kuat. Pembeli atau pelanggan telah dianggap menjadi
salah satu factor yang penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan juga
dengan mendapatkan pembeli atau pelanggan dalam jumlah yang besar, yang dapat
diartikan bahwa perusahaan memenangkan persaingan dalam suatu industry dengan
perusahaan lainnya.
Maka dari itu penting bagi perusahaan untuk terus meningkatkan kualitas produk,
menawarkan harga yang terjangkau, serta pelayanan perusahaan agar kepuasan konsumen
tetap terjaga sehingga pembeli tidak beralih kepada pesain lainnya yang kini mulai datang
maupun mulai berkembang.
5. Produk –Produk Substitusi
Ketersedian produk substitusi yang banyak akan membatasi keleluasaan pemain
dalam industri untuk menentukan harga jual produk. Pasalnya produk yang kualitasnya
sebanding dengan kualitas produk yang sudah ada dan juga produk yang harganya
sebanding bahkan lebih rendah dari harga produk yang telah ada akan menjadi ancaman
bagi perusahaan. Ini mempengaruhi konsumen untuk menemukan cara lain untuk
mendapatkan produk yang sama percis. Bilamana substitusi terhadap produk perusahaan
sangat mudah untuk dilakukan, maka kekuatan perusahaan akan menjadi sangat kecil.
PT. SIANTAR TOP Tbk.
1. VISI
Menjadi perusahaan terkemuka yang terus tumbuh dan berkembang demi kepuasan
bersama.
2. MISI
3. STRATEGI USAHA
Strategi usaha diatas digunakan perusahaan untuk mengelola resiko usaha yang dihadapi
perusahaan. Sebagaimana halnya kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan lain,
Perseroan PT. SIANTAR TOP juga tidak terlepas dari beberapa resiko usaha yang dapat
mempengaruhi pendapatan Perseroan, antara lain sebagai berikut :
STRENGTH WEAKNESS
Mrupakan pelopor industri makanan Utilisasi produksi empat pabrik belum
ringan di Jawa Timur dan padat karya 100%
Penjualan tahun 2018 meningkat 0,05%
dibandingkan tahun 2017
Perseroan pada saat ini memproduksi
berbagai jenis makanan ringan seperti
kerupuk (cracker), mie (noodle), kopi
(coffe), noddle snack, permen (candy),
biskuit dan wafer.
Mengoperasikan fasilitas produksi di 4
wilayah yaitu Sidoarjo, Medan, Bekasi,
dan Makassar
PT Siantar Top Indonesia telah
memenangkan nominasi sebagai “Best of
The Best Award 2019” sebagai 50
perusahaan teratas yang terdaftar dan “The
Golden Awards” oleh Forbes Indonesia
selama lima tahun berturut-turut sejak
2015.
OPPORTUNITY THREATH
Daya beli masyarakat meningkat Pertumbuhan perusahaan-perusahaan
Memperluas penjualan hingga sejenis dalam bisnis industri makanan
mancanegara ringan
Selara konsumen yang menurun terhadap
produk Sintar Top
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ROA PT SIANTAR TOP dalam tiga
tahun terakhir mengalami kenaikan dari tahun 2017 sebesar 7,45% menjadi 9,69% di
tahun 2018 dengan kenaikan sebesar 2,24%. ROE PT SIANTAR TOP dalam tiga tahun
terakhir mengalami fluktuasi dari tahun 2016 sebesar 14,91% menjadi 15,60% dengan
kenaikan 0,68%. di tahun 2017 dan menurun di tahun 2018 15,49% dengan penurunan
sebesar 0,11%. Net Profit Margin PT SIANTAR TOP dalam tiga tahun terakhir
mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebesar 6,62% menjadi 7,65% di tahun 2017
dengan kenaikan sebesar 1.03% dan meningkat lagi ditahun 2018 sebesar 9,02% dengan
kenaikan sebesar 1,37%. Gross Profit Margin PT SIANTAR TOP dalam tiga tahun
terakhir mengalami kenaikan dari tahun 2016 sebesar 20,98% menjadi 21,71% di tahun
2017 dengan kenaikan sebesar 0,73% dan meningkat lagi ditahun 2018 sebesar 21,92%
dengan kenaikan sebesar 0,21%.
PT. MAYORA INDAH Tbk
1. VISI
Menjadi produsen makanan dan minuman yang berkualitas dan terpercaya di mata
konsumen domestik maupun internasional dan menguasai pangsa pasar terbesar dalam
kategori produk sejenis.
2. MISI
Dapat memperoleh Laba Bersih Operasi diatas rata rata industri dan memberikan value
added yang baik bagi seluruh stakeholders Perseroan. Dapat memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungan dan negara dimana Perseroan berada.
3. STRATEGI USAHA
PT. MAYORA Tbk memiliki strategi dalam pengelolaan risiko yang dihadapi, sebagai
berikut :
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa ROA PT MAYORA INDAH dari tahun
2016 ke tahun 2017 stagnan pada angka 11% dan dari tahun 2017 ke tahun 2018
mengalami penurunan 1% menjadi 10%. Hal tersebut juga terjadi pada ROE, ROR, dan
Net Profit Margin. Sedangkan ratio pada Gross Profit Margin dari tahun 2016 ke tahun
2017 mengalami penurunan sebesar 3% dan kembali naik di tahun 2018.
SUMBER