Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH EKUITAS MEREK, KUALITAS PRODUK DAN

SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP LOYALITAS


PELANGGAN INDOMIE RASA SOTO (STUDI
KASUS MASYARAKAT KOTA BOGOR)

LAPORAN AKHIR RISET PASAR


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Riset Pasar Program Studi Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI

Oleh:

MOH NAPIS AROPI


NIM: 2431700221

SOPI SAPUTRI
NIM : 2431700217

ARIE INDRIANI
NIM : 2431700217

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GICI
BOGOR
2019
ABSTRAK

MOH NAPIS AROPI. NIM 2431700217, SOPI SAPUTRI. NIM 2431700217, ARIE
INDRIANI. NIM 2431700217. Pengaruh Ekuitas Merek, Kualitas Produk, dan
Saluran Distribusi Terhadap Loyalitas Pelanggan Indomie Rasa Soto (Studi
Kasus Masyarakat Kota Bogor). Program Studi Manajemen. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi GICI Depok. 2017.

Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring


kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga konsumen, dengan
berbagai banyak produk, tentunya konsumen semakin cerdas dan kompetitif
didalam memilih produk yang sesuai untuk dikonsumsi. Ditengah banyaknya
produk yang beredar di Indonesia, makanan ringan dan instan adalah salah satu bisnis
yang menjanjikan. mengkonsumsi camilan di sela-sela kebiasaan makanan berat,
merupakan salah satu kebiasaan yang kerap dilakukan orang Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Ekuitas Merek, kualitas produk dan Saluran Distribusi terhadap keputusan pembelian
Indomie Rasa Soto di Kota Bogor. Jenis penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan bentuk penelititan survey berupa pengumpulan data dasar dengan
menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota
Bogor, sedangkan untuk sampelnya sebanyak 30 responden dengan pemilihan sampel
menggunakan teknik purposive smapling dan purposional sampling. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi liniear berganda dengan pengujian
hipotesis menggunakan uji F dan Uji t.

Hasil uji regresi menunjukan bahwa 46,3 % faktor-faktor keputusan pembelian dapat
dijelaskan oleh variabel bebas seperti brand image, harga, kualitas produk dan harga.
Sedangkan sisanya sebesar 53,7% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Hasil uji F menunjukan bahwa secara simultan variabel brand image,
harga, kualitas produk dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian dengan hasil analisis yaitu dengan nilai F hitung (22,318) > Ftabel
(2,700). Hasil uji t menunjukan bahwa variabel brand image t hitung (2,208), kualitas
produk thitung (2,883). Variabel tersebut secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian dengnanilai signifikansi < 0,05. Disisi lain,
variabel harga dan iklan secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan nilai signifikansi > 0,05.

Kata kunci : Ekuitas Merek. Kualitas Produk, dan Loyalitas Pelanggan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa penulis
panjatkan karena berkat rahmat, taufik, dan hidayah serta inayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam juga penulis haturkan untuk junjungan kita semua, Nabi Muhammad Shallahu
’alaihiwassalam dengan harapan kita semua mendapatkan syafaatnya di hari
pembalasan nanti.
Penelitian dengan judul Pengaruh Ekuitas Merek, Kualitas Produk dan saluran
Distribusi (Studi Kasus Masyarakat Kota Bogor) ini disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah Riset Pasar Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Gici. Alasan pemilihan judul tersebut karena penulis melihat fenomena industri
makanan ringan dan instant yang semakin meningkat yang tentunya sebanding
dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi pembelian makanan
ringan. Oleh sebab itu perlu adanya penelitian lebih lanjut guna mengetahui makanan
ringan seperti apa yang diminati masyarakat.
Dalam proses penulisannya, tentunya penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Nurdin Rifa’i, SE., M.Sc., selaku Ketua Yayasan Nusa Jaya Depok yang
telah berusaha untuk selalu mengembangkan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI
ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Ahmad Subagyo, SE., MM., CRBD., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi GICI yang telah mengelola kampus dengan baik.
3. Bapak Martino Wibowo, SE, M.Si, selaku Ketua Prokram Akademik
3. Bapak Sugiharto, SH, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran
GICI yang terus berusaha untuk memanjukan Prodi.
4. Ibu Maya Andini Kartika Sari SP, MM. selaku dosen yang selalu sabar dan
semangat dalam membantu mengarahkan penulis menyusun laporan ini.
5. Bapak Intan Idianto, SE., MM., selaku direktur atau pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi GICI Bogor yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman
selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI khususnya
Program Studi Manajemen Pemasaran yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah dengan ketekunan dan dedikasi yang tinggi dalam mengajarkan
penulis.
7. Rekan-rekan mahasiswa angkatn 2017 yang masih terus bersama-sama menjalani
masa perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI selama 3 tahun sampai
saat ini dengan penuh suka cita.
8. Orangtua tercinta yang tanpa henti berdoa dan memberikan dukungan kepada
penulis selama proses perkuliahan ini .
9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan yang luar biasa selama proses belajar di STIE GICI.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak memerlukan
penyempurnaan. Oleh sebab itu peulis selalu mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca semuanya. Harapannya, di masa yang akan datang nanti penulis mampu
menulis dengan lebih baik lagi. Akhir kata sekali lagi penulis mengucapkan terima
kasih yang tidak terhingga dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan
diberi kesuksesan. Amiin.

Bogor, 08 Agustus 2019


Kelompok kerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga konsumen, dengan
berbagai banyak produk, tentunya konsumen semakin cerdas dan kompetitif
didalam memilih produk yang sesuai untuk dikonsumsi. Dengan semakin
cerdasnya konsumen menimbulkan persaingan yang ketat antar produsen dalam
usaha merebut perhatian konsumen yang ada di pasar untuk membeli
produknya. Produsen sangat mengetahui bahwa kebutuhan konsumen berbeda-beda,
sehingga mereka banyak menawarkan produk mulai dari kebutuhan primer, sekunder
dan tersier yang bervariasi.
Ditengah banyaknya produk yang beredar di Indonesia, makanan ringan adalah
salah satu bisnis yang menjanjikan. Ngemil atau mengkonsumsi camilan di sela-sela
kebiasaan makanan berat, merupakan salah satu kebiasaan yang kerap dilakukan
orang Indonesia. Dalam penelitian 'Snacking Habit Report: Indonesia', disebutkan,
rata-rata satu dari tiga orang Indonesia mengonsumsi lebih dari 3 camilan perhari.
Survey ini diikuti oleh 1.500 konsumen dewasa dan 500 ibu rumah tangga yang
memiliki anak berusia tiga sampai 12 tahun. "Macam camilan yang dikonsumsi
dikonsumsi mulai dari makanan lokal atau tradisional hingga camilan kemasan," kata
Head of Corporate and Government Affair Mondelez Indonesia Khrisma Fitriasari
dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (14/12/2017).
PT. Indofood Fritolay Makmur merupakan anak perusahan dari PT Indofood yang
merupakan salah satu perusahan makanan ringan olahan terkemuka di Indonesia
dimana salah satu produknya adalah Lays, yakni keripik dengan berbahan dasar
kentang. Kentang sendiri adalah makanan yang mengandung banyak sumber
karbohidrat yang penting, vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Oleh
karenanya, banyak menjadikan kentang sebagai makanan pokok pengganti nasi
dibeberapa daerah di Indonesia maupun dunia.
Lays sendiri merupakan makanan ringan yang sudah dikenal masyarakat luas
khusunya di Kota Bogor. Selain lays banyak juga merek-merek makanan ringan
sejenis yang bisa di dapati di pasaran, seperti Chitato, Mister Potato, Piatos dan Leo.
Banyaknya kompetitor dengan produk sejenis tentu menjadi tantangan untuk produk
lays dalam memenangkan pasar. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan makanan
ringan saling berlomba menawarkan kelebihan produknya, baik dari segi kualitas
produk maupun harga. Berikut berbagai varian Indomie Rasa Soto yang beredar di
masyarakat.
Tabel 1.1 Varian Keripik Kentang Lays
NO JENIS PRODUK
1 Lays Rasa Rumpul Laut
2 Lays Raya Barbecue
3 Lays Rasa Salmon Teriyaki
4 Lays Rasa Sous Krim & Bawang
5 Lays Rasa Asin Klasik
Sumber : http://www.indofood.co.id (2019)
Selain mengeluarkan produk yang bervariasi dan berkualitas dengan cita rasa
yang nikmat, suatu perusahaan juga harus bersaing dalam meningkatkan citra
mereknya (brand image) di benak masyarakat. Dengan adanya suatu brand maka
akan menunjukan image, nama dan kualitas produk, cara produsen menjalankan
bisnis, dan bagaimana produsen meyakinkan konsumennya. Cinta merek
berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi suatu merek. Oleh
karena itu citra positif dari konsumen akan sangat memungkinkan untuk melakukan
pembelian.
Keberhasilan sebuah produk atau sebuah produk konsumen sebagian bergantung
pada kemampuan pasar tujuan (target market) dalam membedakan satu produk
dengan produk lainnya. Citra merek juga memungkinkan perusahaan untuk
mengembangkan merek dari satu pasar ke pangsa pasar lain melalui perluasan merek.
Adapun rating produk Indomie Rasa Soto dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel. 1.2 Rating Produk Makanan Ringan Indomie Rasa Soto dalam Top Brand
Index
2015 2016 2017 2018
NO
MEREK TBI MEREK TBI MEREK TBI MEREK TBI
1 Chitato 57.0% Chitato 58.3% Chitato 55.0% Chitato 52.6%

Mister
2 Lays 12.2% Lays 14.2% Lays 16.1% 14.2%
Potato
Mister Mister Mister
3 8.3% 13.2% 15.4% Lays 13.0%
Potato Potato Potato

4 Leo 7.0% Piattos 4.1% Leo 4.9% Piattos 9.9%

5 Piattos 6.5% Leo 3.5% Piattos 3.7% Leo 4.4%

Sumber : http://www.topbrand-award.com (2019)


Pada tabel 1.2 terlihat bahwa Lays menduduki rangking 2 dalam jajaran Top
Brand Index produk makanan ringan kentang olahan dan terus mengalami
peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2017. Namun data di atas menunjunkan
adanya penurunan yang signifikan di tahun 2018 dimana Mister Potato menduduki
posisi Lays sebelumnya.
Faktor lainnya yang diduga turut mempengaruhi keputusan pembelian sebuah
produk adalah harga. Konsumen tidak hanya menggunakan harga sebagai indikator
kualitas tetapi juga sebagai indikator biaya yang ditukarkan dengan produk atau
manfaat produk. Disinilah kita melihat sejauh mana harga mempengaruhi penilaian
konsumen dengan citra merek dari produk tersebut.
Selain faktor diatas, iklan merupakan hal yang memberi pengaruh besar terhadap
keputusan pembelian. Banyak produk yang sukses dipasaran karena kekuatan iklan.
Sehingga tak dapat dipungkiri, saat ini iklan menjadi alat komunikasi yang penting
bagi produsen. Seperti salah satu fungsinya yaitu informing, iklan memberikan
informasi kepada masyarakat luas mengenai produk perusahaan, baik itu barang atau
jasa. Orang secara khas tidak akan membeli sebuah produk atau jasa atau mendukung
sebuah organisasi nirlaba sebelum diketahui maksud dan keuntungannya bagi
mereka.
Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Adapun
judul penelitian yang peneliti lakukan ini adalah Pengaruh Brand Image, Harga,
Kualitas Produk dan Iklan Terhadap Keputusan Pembelian Indomie Rasa Soto
(Studi Kasus Masyarakat Kota Bogor).

1.2 Identifikasi Masalah


Melihat berbagai fenomena yang terjadi, munculnya pesaing-pesaing yang
menciptakan produk yang lebih variatif ditinjau dari segi citra merek, harga, kualitas
produk dan iklan akan berpengaruh secara langsung terhadap eksistensi produk.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka dapat diidentifikasi m
sebagai berikut :
1. Brand Image Indomie Rasa Soto dibandingkan dengan merek lain menurun drastis
bahkan pada tahun 2018 telah bergeser ke posisi ketiga dalam Top Brand Index.
2. Mulai bermunculan pesaing-pesaing baru di dunia industri makanan ringan yang
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi penjualan produk
Indomie Rasa Soto.
3. Keripik Lays bukan merupakan produk satu-satunya keripik kentang di Indonesia
sehingga seiring berjalannya waktu bisa saja mulai dilupakan.
4. Harga Indomie Rasa Soto yang lebih mahal menyebabkan konsumen lebih
memilih produk yang sejenis dengan harga yang lebih murah.
5. Beberapa konsumen kurang menyukai variasi rasa pada Indomie Rasa Soto.
6. Kurangnya daya tarik iklan yang mempengaruhi keputusan pembelian oleh
konsumen.
7. Konsumen mulai menyukai produk lain dikarenakan rasa Indomie Rasa Soto
kurang memuaskan bagi sebagian pelanggan.

1.3. Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah bahwa permasalahan yang ada cukup banyak.
Guna mencegah mengembangnya penelitian maka penulis membatasi masalah
agar terperinci dan jelas. Harapannya pemecahan masalahnya lebih jelas dan
terarah. Oleh sebab itu penulis membatasi penelitian ini hanya pada Pengaruh
Brand Image, Harga, Kualitas Produk, dan Iklan Terhadap Keputusan Pembelian
Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.

1.4. Perumusan Masalah


1. Apakah secara simultan brand image, harga, kualitas produk dan iklan
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di
Kota Bogor?
2. Apakah secara parsial brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor?
3. Apakah secara parsial harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor?
4. Apakah secara parsial kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor?
5. Apakah secara parsial iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor?

1.5. Tujuan Penelitian


Melihat rumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai beberapa
tujuan yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah secara simultan brand image, harga, kualitas produk
dan iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa
Soto di Kota Bogor.
2. Untuk mengetahui apakah secara parsial brand image berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.
3. Untuk mengetahui apakah secara parsial harga berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.
4. Untuk mengetahui apakah secara parsial kualitas produk berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.
5. Untuk mengetahui apakah secara parsial iklan berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.

1.6. Manfaat Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yakni sebagai berikut :
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu penelitian khsusnya dalam bidang manajemen terutama
ilmu manajemen pemasaran.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan
bagi produsen dalam menetapkan kebijakan dan strategi di bidang pemasaran
untuk mengembangakan usaha bisnis mereka terutama dalam bidang industri
makanan ringan.
3. Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya
khsususnya yang akan mengembangkan penelitian ini.
4. Sebagai sarana untuk menerapkan teori- teori yang diperoleh selama kuliah,
memperluas wawasan penulis tentang manajemen pemasaran khususnya
tentang pengambilan keputusan pembelian konsumen.
5. Sebagai bahan pertimbangan produsen Indomie Rasa Soto dalam rangka
menentukan strategi penentuan pengambilan keputusan mengenai produk
untuk lebih meningkatkan penjualan dan mengetahui faktor manakah yang
paling mempengaruhi minat beli konsumen.
6. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman dan tambahan
informasi kepada konsumen dalam proses pembelian Indomie Rasa Soto.
7. Bermanfaat untuk masyarakat luas khususnya saya pribadi dan seluruh
masyarakat di Kota Bogor.

1.7. Sistematika Penulisan


Guna memahami lebih lanjut laporan ini, maka materi-materi yang tertera
pada laporan skripsi ini dikelompokan menjadibeberapa subbab dengan
sistematika penyampaian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan itu sendiri.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang
diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan
skripsi serta beberapa literatur yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi
operasional variabel dan teknik analisis data penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran obyek penelitian, hasil penelitan dan
pembahasan yang secara lebih lengkap pengupas berbagai fenomena
yang ada dalam penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan simpulan yang merupakan hasil akhir atas penelitian
ini danjuga saran yang berisi masukan untuk pihak obyek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang berbagai buku, jurnal, rujukan yang secara sah
digunakan dalam penyusunan penelitian ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN


HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam suatu penelitian mengemukakan teori-teori yang


berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Permasalahan yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah yang berkenaan dengan Ekuitas Produk,
Kualitas Produk, dan Saluran Distribusi.

2.1.1. Manajemen

Manajemen merupakan suatu ranggkaian kegiatan yang berupa proses


pengelolaan sebuah organisasi. Menurut Sedarmayanti (2014:1) menyatakan bahwa
istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa Inggris) turunan dari kata”
to manage” artinya mengurus/tata laksana/ketatalaksanaan. Selanjutnya
Sedarmayanti (2014:2) menambahkan bahwa manajemen adalah proses yang terdiri
dari rangkaian kegiatan : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian atau pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumberdaya lainnya. Sedangkan George R. Tery dalam Afifudin (2013:5)
menyatakan bahwa manajemen adalah :
“Suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan, perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya.”
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh suatu organisasi mulai dari
perencanaan, pengorganisian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai suatu
tujuan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada.
2.1.2. Manajemen Pemasaran

Pasar merupakan sarana untuk berkumpulnya sejumlah pembeli dan penjual

dalam melaksanakan proses pembelian dan penawaran suatu produk atau jasa.

Dengan adanya pasar maka akan terjadi saling mendukung antara pembeli dan

penjual. Dalam hal ini pembeli bisa mendapatkan produk atau jasa sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan serta daya belinya masing-masing, sedangkan penjual dapat

mendistribusikan produk atau jasa untuk mengembangkan usahanya dengan harapan

mendapatkan keuntungan.

Menurut Abdurrahman dan Sanusi (2015:1) pengertian pasar secara tradisional

adalah tempat berkumpulnya para pembeli dan penjual untuk membeli dan menjual

barang. Sedangkan menurut Kerin dan Peterson (2015:64) pasar dapat dianggap

sebagai sejumlah calon pembeli (individu atau organisasi) yang bersedia dan mampu

membeli potensi penawaran (produk barang atau jasa) dari organisasi tertentu.

Selanjutnya menurut Gitosudarmo (2014:17) menyatakan bahwa pasar dalam

pengertian pemasaran merupakan orang-orang ataupun organisasi yang mempunyai

kebutuhan akan produk yang kita pasarkan, dan mereka itu memiliki daya beli yang

cukup guna memenuhi kebutuhan mereka itu.

Menurut Kotler dan Keller (2016: 27) pemasaran adalah “Marketing is about

identifying and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions

of marketing is meeting needs profitably”.

Selanjutnya menurut Kotler dan Keller (2016:27) menyatakan bahwa

manajemen pemasaran adalah :


“Marketing management as the art and science of choosing target markets

and getting, keeping, and growing customers through creating, delivering, and

communicating superior customer value”.

Manajemen pemasaran merupakan sebagai seni dan ilmu untuk memilih pasar

sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan

menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Berdasarkan beberapa definisi tentang manajemen pemasaran yang telah

diuraikan oleh para ahli di atas, peneliti sampai pada pemahaman bahwa manajemen

pemasaran dapat diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran

dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan melakukan

analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian suatu kegiatan yang

diprogramkan untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan dalam rangka

memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan, sehingga tujuan perusahaan dapat

tercapai.

Selanjutnya untuk mendukung tercapainya tujuan pemasaran dalam memenuhi

target pasar suatu perusahaan diperlukan adanya seperangkat alat pemasaran yang

disebut dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran tersebut terdiri dari empat

variabel yaitu produk, harga, tempat dan promosi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Gitosudarmo (2014:150) yang mengemukakan bahwa bauran pemasaran merupakan

suatu alat yang dapat dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi

konsumennya. Selanjutnya Gitosudarmo (2014:150-151) mengklasifikasikan bauran

pemasaran tersebut menjadi empat kelompok yang disebut 4P dalam pemasaran yaitu

produk (product), harga (price), promosi (promotion) dan distribusi (place).

1. Produk (product)
Pengusaha dapat mempengaruhi konsumennya melalui produk yang ditawarkan

kepada konsumen itu.

2. Harga (price)

Pengusaha dapat mencantumkan harga rendah serta pemberian discount/potongan

harga, mencantumkan harga obral serta harga cuci gudang.

3. Promosi (promotion)

Kegiatan promosi merupakan suatu upaya perusahan untuk memperkenalkan

produknya, sehingga konsumen menjadi lebih kenal dan tahu serta mengingatkan

kembali kepada konsumen yang sudah lupa terhadap produk tersebut.

4. Distribusi (place)

Distribusi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen serta agar dapat

menarik perhatian para konsumen untuk membeli produk yang ditawarkannya.

Berdasarkan teori-teori tersebut di atas, peneliti sampai pada pemahaman

bahwa bauran pemasaran berkaitan dengan seperangkat alat pemasaran yang

digunakan perusahaan. Adapun alat pemasaran tersebut adalah 4P yakni produk

(product), harga (price), saluran distribusi (place), dan promosi (promotion). Dengan

menggunakan ke empat unsur bauran pemasaran tersebut maka perusahaan akan

memiliki keunggulan kompetitif dari pesaing karena dengan penerapan bauran

pemasaran yang efektif dan efisien maka keputusan pembelian konsumenpun akan

lebih memilih kepada produk perusahaan.

2.1.2.1. Ekuitas Merek


Ekuitas merek adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang dimiliki oleh
pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang memungkinkan
suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan keunggulan yang membedakan
dengan para pesaing ( David A Aaker, 2013:204 ).
Ekuitas merek dapat memberikan nilai bagi perusahaan antara lain sebagai
berikut:
a. Ekuitas merek yang kuat dapat membantu perusahaan untuk menarik minat calon
konsumen dan untuk menjalin hubungan yang baik dengan para pelanggan dan
dapat menghilangkan keraguan konsumen terhadap kualitas produk.
b. Seluruh elemen ekuitas merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen karena ekuitas merek yang kuat akan mengurangi keinginan konsumen
untuk berpindah ke emrek lain.
c. Konsumen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap suatu merek tidak akan
mudah untuk berpindah ke merek pesaing, walaupun peesaing telah melakukan
inovasi produk.
d. Asosiasi merek akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan evaluasi atas
keputusan strategi perluasan merek.
e. Perusahaan yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat menentukan harga
premium serta mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap promosi.
f. Ekuitas merek yang kuat dapat menghemat pengeluaran biaya pada saat
perusahaan memutuskan untuk melakukan perluasan merek.
g. Ekuitas merek yang kuat dapat menciptakan loyalitas saluran distribusi yang akan
meningkatkan penjualan perusahaan.
h. Empat elemen inti ekuitas merek ( brand awarenes, perceived quality, brand
associations, brand loyalty ) yang kuat dapat meningkatkan kekuatan elemen
ekuitas lainnya seperti kepercayaan konsumen, dan lain lain.
Menurut David A. Aaker (1991:57) ekuitas merek ditentukan oleh empat dimensi
atau elemen utama yaitu brand awareness, brand associations, perceived quality,
brand loyalty.
a. Kesadaran merek Kesadaran merek (Brand Awareness) adalah kemampuan
pelanggan untuk mengenali dan mengingat kembali sebuah merek dan
mengaitkannya dengan suatu produk tertentu. Kesadaran merek melibatkan
pengakuan merek dan ingatan tentang merek. Pengakuan merek melibatkan
orang-orang yang akan mampu mengenali merek tersebut sebagai sesuatu yang
berbeda dengan merek-merek lain, dengan mendengarnya, setelah mereka
diperkenalkan dengan merek tersebut. Logo, slogan, nama dan kemasan yaitu
identitas visual umum yang akan memfasilitasi. Sedangkan ingatan tentang
merek merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan seberapa
baikkah orang-orang bisa mengingat nama kategori atau situasi penggunaan. Ini
penting ketika para konsumen merencanakan pembelian kategori di muka.
Kesadaran Merek memiliki tingkatan dalam ingatan konsumen dalam
menciptakan suatu nilai. Menurut Aaker (2013:205) tingkatan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Top Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh responden
atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu
kategori produk
2. Brand recall (pengingatan kembali merek) mencerminkan merek-merek apa
yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali
disebut. Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan
jawaban tanpa di bantu (unaided question).
3. Brand recognition (pengenalan) merupakan pengukuran brand awareness
responden di mana kesadarannya di ukur dengan memberikan bantuan
pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk
merek tersebut (aided question). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui
beberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek
tersebut.
b. Asosiasi merek
Asosiasi Merek (Brand associations) berkenaan dengan segala sesuatu yang
berkaitan dengan memory pelangganterhadap sebuah merek. Karena itu dalam
asosiasi merek menurut Temporal (2002:44) “Agar benar-benar bisa menonjol
diantara merek-merek lainnya suatu merek harus mempunyai hubungan
emosional yang unik”. Pada umumnya asosiasi merek yang membentuk brand
image menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya
pada merek tersebut. Dalam prakteknya banyak sekali asosiasi dan variasi dari
brand association yang dapat memberikan nilai bagi suatu merek, dipandang bagi
sisi perusahaan maupun dari sisi pengguna berbagai fungsi asosiasi.
c. Persepsi Kualitas
Persepsi Kualitas (Perceived Quality) terhadap merek menggambarkan respon
keseluruhan pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan merek.
Karena perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived
quality tidak dapat ditentukan secara objektif, persepsi pelanggan akan
melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki
kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Membangun
perceived quality harus diikuti dengan peningkatan kualitas nyata dari produknya
karena akan sia-sia menyakinkan pelanggan bahwa kualitas mereknya adalah
tinggi bilamana kenyataan menunjukkan kebalikannya. Hal ini berdampak pada
perasaan puas atau tidak puas. Intinya adalah jika pengalaman penggunaan dari
pelanggan tidak sesuai dengan kualitas yang diposisikan maka citra perceived
quality tidak dapat dipertahankan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membangun perceived quality adalah sebagai berikut (Durianto, 2001) :
1. Komitmen terhadap kualitas, artinya perusahaan harus dapat membangun
konsep kualitas secara jelas pada sistem manajemen perusahaan secara
menyeluruh.
2. Budaya kualitas, artinya komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya
perusahaan, norma perilakunya dan nilai-nilainya.
3. Informasi masukan dari pelanggan, artinya pelanggan-lah yang menentukkan
kualitas, sehingga perusahaan berfokus pada orientasi konsumen.
4. Sasaran / standar yang jelas, artinya sasaran / standar mudah dipahami,
dimengerti dan diprioritaskan oleh seluruh karyawan. Tidak bersifat umum
dan terlalu banyak sasaran / standar.
5. Kembangkan karyawan yang berinisiatif, artinya karyawan harus dimotivasi
dan diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan dalam mencari solusi
terhadap masalah yang dihadapi.

d. Loyalitas Merek
Loyalitas Merek (Brand Loyalty) adalah komitmen kuat dalam berlangganan atau
membeli kembali suatu merek secara konsisten di masa mendatang. Konsumen
yang loyal berarti konsumen yang melakukan pembelian secara berulang-ulang
terhadap merek tersebut dan tidak mudah terpengaruhi oleh karakteristik produk,
harga dan kenyamanan para pemakainya ataupun berbagai atribut lain yang
ditawarkan oleh produk merek alternatif. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan
yang benar, loyalitas merek menjadi aset strategis bagi perusahaan. Secara
umum, langkah-langkah untuk memelihara dan meningkatkan brand loyalty
adalah dengan melakukan pemasaran hubungan (relationship marketing),
pemasaran frekuensi (frequency marketing), pemasaran keanggotaan
(membership marketing) dan memberikan hadiah (reward) (Aaker, 2013:206).
Indikator Ekuitas Merek
Menurut Aeker ( 1996 ) indikator atau elemen ekuitas merek diantaranya yaitu:
1. kesadaran merek ( brand awareness )
2. asosiasi merek ( brand association )
3. persepsi kualitas ( brand loyalty )
4. Aset lain yang berkaitan dengan merek ( other brand-related assets ), seperti
hak paten dan lain sebagainya.

2.1.2.3. Kualitas Produk


Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk,
perusahaan tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Pembeli akan merasa
cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan
pembeli agar pemasran produk dapat berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk
lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong kualitas produk merupakan salah satu
sarana positioning utama pasar. Kualitas produk mempunyai dampak langsung pada
kinerja produk atau jasa, oleh karena itu kualitas berhubungan erat dengan nilai
pelanggan. Dalam artian sempit kualitas bisa didefinisikan sebagai bebas dari
kerusakan. Dengan kata lain kualitas produk diukur sejauh mana produk tersebut bisa
memuaskan pelangganya. Selain itu, produk dapat pula didefinisikan sebagai
persepsi pelanggan yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara
lebih rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan merk, label, pelayanan,
dan jaminan. Oleh karena itu memperbaiki kualitas produk ataupun jasa merupakan
tantangan yang penting bagi perusahaan dalam bersaing dan merupakan faktor
penting yang mendorong pertumbuhan ekonomis di pasar global.

Alasan Memproduksi Produk Berkualitas


Produk berkualitass prima memang akan lebih atraktif bagi konsumen bahkan
akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan. Tetapi leih dari itu produk
berkualitas mempunyai aspek penting lain, yaitu :
a. Konsumen yang membeli produk berdasarkan mutu, umumnya dia mempunyai
loyalitas produk yang besar dibandingkan dengan konsumen yang membeli
berdasarkan orientasi harga. Konsumen berbasis mutu akan selalu membeli
produk tersebut sampai saat produk tersebut membuat dia merasa tidak puas
karena adanya produk lain yang lebih bermutu. Tetapi selama produk semula
masih selalu melakukan perbaikan mutu (quality improvement) dia akan tetap
setia dengan tetap membelinya. Berbeda dengan konsumen berbasis harga, dia
akan mencari produk yang harganya lebih murah, apapun mereknya. Jadi
konsumen terakhir tersebut tidak mempunyai loyalitas produk.
b. Bersifat kontradiktif dengan cara pikir bisnis tradisional, ternyata bahwa
memproduksi barang bermutu, tidak secara otomatis lebih mahal dengan
memproduksi produk bermutu rendah. Banyak perusahaan menemukan bahwa
memproduksi produk bermutu tidak harus berharga lebih mahal. Menghasilkan
produk bermutu tinggi secara simultan meningkatkan produktivitas, antara lain
mengurangi penggunaan bahan (reduce materials usage) dan mengurangi biaya.

c. Menjual barang tidak bermutu, kemungkinan akan banyak menerima keluhan dan
pengembalian barang dari konsumen. Atau biaya untuk memperbaikinya menjadi
sangat besar, selain memperoleh citra tidak baik. Belum lagi, kecelakaan yang
diderita konsumen akibat pemakaian produk yang bermutu rendah. Konsumen
tersebut mungkin akan menuntut ganti rugi melalui pengadilan. Jadi, berdasarkan
ketiga alasan tersebut, memproduksi produk bermutu tinggi lebih banyak akan
memberikan keuntungan bagi produsen, bila dibandingkan dengan produsen yang
menghasilkan produk bermutu rendah.
Dimensi Kualitas Produk Sifat khas mutu suatu produk yang handal harus
mempunyai dimensi, karena harus member kepuasan dan nilai manfaat yang besar
bagi konsumen dengan melalui berbagai cara.
Menurut Sviokla, Kualitas memiliki delapan dimensi pengukuran yang terdiri atas
aspek-aspek sebagai berikut :
a. Perfomance, Kinerja di sini merujuk pada karakter produk inti yang meliputi
merek, atribut-atribut yang dapat diukur, dan aspek-aspek kinerja individu.
Kinerja produk biasanya didasari oleh preferensi subjektif pelanggan yang pada
dasarnya bersifat umum.
b. Featurs, yaitu aspekyang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
c. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu
barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan.
d. Canformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan
e. Durability, Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau
masa pakai barang.
f. Servieability. Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi,
kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.
g. Asthetics, merupakan karakterisitik yang bersifat subyektif mengenai nilai
estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi
individual.
h. Percived quality, Konsumen tidak selalu memiliki informasi lengkap mengenai
atribut-atribut produk. Namun demikian, biasanya konsumen memiliki informasi
tentang produk secara tidak langsung. Kualitas merupakan faktor yang terdapat
dalam suatu produk yang menyebabkan suatu produk tersebut bernilai sesuai
dengan maksud untuk apa produk di produksi. Kualitas ditentukan oleh
sekumpulan kegunaan atau fungsinya, termasuk di dalamnya daya tahan,
ketergantungan pada produk atau komponen lain (kenyamanan dan wujud luar
seperti warna, bentuk, pembungkus dan sebainya).

Indikator Kualitas Produk


a. Kadar produk.
b. Desain produk.
c. Daya tahan produk.

2.1.2.3. Saluran Distribusi


Menurut Gitosudarmo (2014:309) menyatakan bahwa distribusi merupakan
kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan,
mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya itu kepada konsumen.
Oleh karena itu, maka diperlukan adanya penyalur. Penyalur yang diperlukan ada
yang merupakan milik perusahaan dalam memasarkan barang itu sendiri, akan tetapi
banyak pula penyalur yang bukan milik perusahaan.
Dengan demikian dalam pelaksanaan aktivitas distribusi, pengusaha harus
bekerjasama dengan saluran distribusi. Menurut Suparyanto dan Rosad (2015:159)
saluran distribusi adalah semua organisasi yang saling terkait dalam penyampaian
produk dari produsen sampai dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir.
Pengertian saluran distribusi tersebut diperkuat oleh Gitosudarmo (2014:313)
yang mendefinisikan bahwa saluran distribusi adalah sekelompok individu atau
perusahaan yang mempunyai hak kepemilikan atas barang yang dipasarkan, dan
membantu dalam menyampaikan hak kepemilikan barang atau jasa tersebut dari
produsen ke konsumen. Jika pegelolaan saluran distribusi dilakukan secara optimal,
maka dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bagi perusahaan
maupun bagi konsumen. Perusahaan dapat memasarkan produknya dengan cepat ke
pasar sasaran dan konsumen mendapat kemudahan untuk memperoleh barang yang
dibutuhkannya. Untuk mendukung hal tersebut dapat diterapkan tiga dimensi dalam
kegiatan saluran distribusi yang meliputi ketersediaan produk, jangkauan distribusi
dan tingkat kemudahan. Penjelasan dari masing dimensi tersebut yaitu :
1. Ketersediaan Produk
Ketersediaan produk merupakan suatu upaya perusahaan dalam menyediakan
produk secara berkesinambungan di lokasi yang tepat, sehingga konsumen dapat
dengan mudah mendapatkan produk pada saat dibutuhkan.
2. Jangkauan Distribusi
Jangkauan distribusi merupakan lokasi atau tempat yang digunakan oleh
pengusaha untuk menyediakan suatu produk atau jasa di lokasi yang dekat
dengan konsumen, sehingga konsumen akan lebih cepat untuk mendapatkannya
pada saat membutuhkan produk atau jasa tersebut.

3. Tingkat Kemudahan
Tingkat kemudahan merupakan suatu kondisi yang diciptakan oleh pengusaha
untuk memberikan kemudahan atau kenyamanan bagi konsumen dalam
mendapatkan produk atau jasa melalui pendistribusiannya di tempat yang
strategis, sehingga konsumen tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan produk
atau jasa yang dibutuhkan.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang saluran distribusi, maka perlu
memahami mengenai fungsi saluran distribusi. Menurut Suparyanto dan Rosad
(2015:160-162) saluran distribusi memiliki beberapa fungsi dalam aktivitas
pemasaran yang meliputi fungsi ke depan, fungsi ke belakang dan fungsi ke dua arah.
1. Fungsi ke depan : Saluran distribusi menjalankan fungsi dari peusahaan kepada
pelanggan :
a. Fungsi promosi :
Saluran distribusi memiliki fungsi promosi, hal ini karena saluran distribusi
menjadi mata rantai perusahaan yang turut serta dalam mengembangkan dan
menyebarkan promosi untuk mempengaruhi dan membujuk setiap pelanggan
potensial.
b. Fungsi fisik :
Saluran distribusi melakukan fungsi penyimpanan dan pemeliharaan produk,
serta pendistribusian kepada para pelanggan.
c. Fungsi pengalihan hak milik :
Saluran distribusi mengalihkan kepemilikan individu atau organisasi kepada
organisasi atau individu.
2. Fungsi ke belakang : Saluran distribusi menjalankan fungsi dari pelanggan
kepada perusahaan.
a. Fungsi pemesanan, yaitu saluran distribusi menjalankan fungsi pemesanan
produk dari para pelanggan potensial kepada pihak perusahaan.
b. Fungsi pembayaran, yaitu saluran distribusi memperlancar fungsi
pembayaran dari pelanggan kepada perusahaan.
3. Fungsi dua arah : Saluran distribusi menjalankan fungsi dari perusahaan ke
pelanggan dan dari pelanggan ke perusahaan secara dua arah.
a. Fungsi informasi
Saluran distribusi menyampaikan berbagai informasi dari perusahaan kepada
pelanggan potensial misalnya tentang ketentuan berlangganan, jenis produk
yang dimiliki oleh perusahaan. Sebaliknya saluran distribusi menyampaikan
informasi tentang pelanggan, pesaing, dan berbagai kondisi lingkungan
ekstern kepada pihak perusahaan.
b. Fungsi negosiasi
Saluran distribusi menjadi media negosiasi antara pelanggan potensial dan
perusahaan untuk mencapai kesepakatan harga dan syarat-syarat transaksi.
c. Fungsi pendanaan
Saluran menjadi pihak yang turut menyediakan dana untuk pemesanan,
penyimpanan, dan pemeliharaan produk dari pihak perusahaan. Disamping itu
berfungsi juga untuk memperlancar transaksi dari pelanggan.
d. Fungsi risiko
Saluran distribusi memiliki risiko atas kesalahan aktivitas pendistribusian
kepada pelanggan, misalnya adanya produk cacat.
Pendistribusian produk dari produsen ke konsumen akhir biasanya melalui
beberapa tingkatan. Menurut Suparyanto dan Rosad (2015:162-163) menyatakan
bahwa tingkat saluran distribusi menunjukkan panjangnya saluran yang terlibat
dalam pendistribusian produk dari produsen sampai kepada konsumen akhir.

Untuk barang konsumen terdapat beberapa alternatif tingkat saluran distribusi,


dapat dilihat pada gambar 2.1.

Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3

Produsen Produsen Produsen Produsen

Grosir Grosir

Pedagang besar

Pengecer Pengecer Pengecer

Konsumen akhir Konsumen akhir Konsumen akhir Konsumen akhir

Gambar 2.1
Tingkat Saluran Distribusi
Sumber : Suparyanto dan Rosad (2015)

Tingkat 0 :
Produsen menjual dan mendistribusikan langsung kepada konsumen akhir tanpa
menggunakan saluran distribusi. Jenis saluran tingkat 0 antara lain penjualan produk
secara door to door artinya produsen langsung menjual produk dari rumah ke rumah
seperti makanan ringan yang tidak tahan lama (cepat basi), penjualan secara arisan,
penjualan langsung di toko milik produsen.
Tingkat 1 :
Penjualan dan pendistribusian produk dari produsen sampai kepada konsumen akhir
dengan memanfaatkan satu saluran, misalnya pengecer.
Tingkat 2 :
Penjualan dan pendistribusian produk dari produsen sampai kepada konsumen akhir
dengan memanfaatkan dua saluran, misalnya grosir dan pengecer.
Tingkat 3 :
Penjualan dan pendistribusian produk dari produsen sampai kepada konsumen akhir
dengan memanfaatkan tiga saluran, misalnya grosir, pedagang besar, dan pengecer.

2.1.2.4. Manajemen Saluran Distribusi

Menurut Suparyanto dan Rosad (2015:165-168) terdapat lima langkah yang


harus diperhatikan oleh perusahaan tentang manajemen saluran distribusi, yaitu
memilih saluran distribusi, melatih saluran distribusi, memotivasi saluran distribusi,
mengevaluasi saluran distribusi dan memperbaiki kinerja saluran distribusi.
1. Memilih saluran distribusi
Setiap saluran distribusi mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih saluran distribusi yaitu:
a. Kemampuan ekonomi
Kemampuan saluran distribusi untuk menghasilkan tingkat penjualan yang
tinggi, dan keunggulan untuk menekan biaya operasional seefisien mungkin.
b. Komitmen
Saluran distribusi merupakan perusahaan independen yang terpisah dari
produsen sebagai perusahaan penghasil produk. Saluran distribusi mungkin
akan memaksimumkan keuntungan perusahaan sendiri dengan fokus pada
pelanggan yang memberikan keuntungan tinggi, tetapi mengabaikan produk
dari perusahaan, sehingga komitmen harus dijaga oleh kedua belah pihak.
c. Kemampuan penyesuaian
Kemampuan saluran distribusi untuk menyesuaikan diri dengan situasi
perdagangan yang tidak stabil dan selalu berubah dari waktu ke waktu.
2. Melatih saluran distribusi
Perusahaan memberikan pelatihan kepada saluran distribusi agar saluran
distribusi memahami ruang lingkup perusahaan, jenis produk yang dihasilkan
perusahaan, kelebihan produk, teknik penyimpanan dan pemeliharaan produk,
strategi meningkatkan penjualan, strategi menekan biaya.
3. Memotivasi saluran distribusi
Perusahaan dapat memotivasi saluran distribusi dengan beberapa kekuatan,yaitu :
a. Kekuatan ancaman
Perusahaan memberikan peringatan atau ancaman untuk menarik berbagai
fasilitas dan menghentikan kerjasama jika saluran distribusi tidak loyal.
b. Kekuatan insentif
Perusahaan dapat memberikan insentif material atau non-material kepada
saluran distribusi jika berhasil mencapai target kinerja tertentu, misalnya
melebihi omzet yang menjadi standar perusahaan.
c. Kekuatan hukum
Perusahaan dapat menuntut saluran distribusi untuk bekerja dan
bertanggungjawab sesuai kontrak kerja yang sudah disepakati dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
d. Kekuatan ahli
Keahlian dimiliki oleh perusahaan sebagai pemilik produk. Dengan demikian
saluran distribusi akan menghargai keahlian tersebut. Penghargaan saluran
distribusi akan melemah terhadap perusahaan jika berbagai keahlian sudah
dikuasainya. Sehubungan dengan itu perusahaan harus terus melakukan
inovasi dan kreasi dengan berbagai keahlian.
e. Kekuatan acuan
Perusahaan memiliki kekuatan acuan yang jarang dimiliki oleh pesaing
sehingga saluran distribusi hormat dan bangga bekerjasama dengan
perusahaan tersebut.
4. Mengevaluasi saluran distribusi
Tahap ini sangat menentukan untuk melihat kinerja dari setiap saluran distribusi
yang bekerjasama dengan perusahaan. Masalah muncul jika kinerja saluran
distribusi tidak sesuai harapan, misalnya tidak mencapai omzet minimum, banyak
produk rusak dan menumpuk di gudang, keluhan dari pelanggan dan lain-lain.
5. Memperbaiki kinerja saluran distribusi
Memperbaiki kinerja saluran distribusi yaitu menetapkan standard yang harus
dicapai oleh saluran distribusi, mengevaluasi kinerja, membandingkan kinerja
dan standard yang ditetapkan, jika terjadi penyimpangan barulah dilakukan
perbaikan. Pada kondisi itu perusahaan dapat melakukan lagi pelatihan,
memotivasi, atau memutuskan hubungan kerjasama.

2.1.2.5. Strategi Distribusi


Menurut Tjiptono (2015:364) mengemukakan bahwa strategi distribusi
berkenaan dengan penentuan dan manajemen saluran distribusi yang dipergunakan
oleh produsen untuk memasarkan barang dan jasanya, sehingga produk dapat sampai
ke tangan konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu
diperlukan, dan di tempat yang tepat. Secara garis besar, terdapat enam macam
strategi saluran distribusi yang dapat digunakan, yaitu :
1. Strategi Struktur Saluran Distribusi
Strategi ini berkaitan dengan penentuan jumlah perantara yang digunakan untuk
mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen. Distribusi yang dipilih
dapat berupa distribusi langsung (direct channel) atau distribusi tidak langsung
(indirect channel). Tujuan distribusi ini adalah untuk menjangkau jumlah
pelanggan yang optimal pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang rendah,
namun dapat meraih dan menjaga tingkat pengendalian distribusi tertentu.
Manfaat distribusi langsung adalah perusahaan dapat mengidentifikasi perubahan
sikap pelanggan, sehingga mampu menyesuaikan bauran pemasarannya. Jika
dalam menyampaikan barang diperlukan jasa teknis khusus, pemasar dapat
mengembangkan armada penjualan yang lebih daripada perantara. Perusahaan
memiliki tingkat pengendalian yang besar. Akan tetapi distribusi langsung
biasanya membutuhkan dana dan sumberdaya manusia yang besar.
Manfaat distribusi tidak langsung adalah perusahaan dapat memanfaatkan kontak
hubungan, pengalaman, spesialisasi, dan skala ekonomis operasi para perantara,
perusahaan mampu menghemat pengeluarannya. Dana yang dibutuhkan oleh
perusahaan tidak besar, tetapi perusahaan terpaksa harus mengorbankan sebagian
besar pengendalian distribusinya (Tjiptono, 2015:365).
2. Strategi Cakupan Distribusi
Menurut Tjiptono (2015:368-369) mengungkapkan bahwa strategi cakupan
distribusi bertujuan untuk melayani pasar dengan biaya minimum namun bisa
menciptakan citra produk yang diinginkan. Startegi ini berkaitan dengan
penentuan jumlah perantara di suatu wilayah (market exposure). Berikut ini
terdapat tiga macam strategi cakupan distribusi yang meliputi :
a. Distribusi eksklusif yaitu produsen hanya menunjuk satu orang perantara
khusus untuk meyalurkan barangnya di daerah atau wilayah tertentu, dengan
syarat perantara itu tidak boleh menjual produk produsen lain.
Keuntungan distribusi eksklusif adalah :
 Loyalitas perantara yang tinggi, sehingga perusahaan dapat memperoleh
dukungan penjualan yang besar dan data-data yang diperlukan untuk
forecasting dan riset pasar.
 Meningkatkan citra produk.
 Tingkat pengendalian yang tinggi atas harga dan jasa yang diberikan
perantara.
Kerugian distribusi eksklusif adalah :
 Volume penjualan rendah
 Hanya tergantung pada satu perantara, opportunity cost produsen di
sebuah daerah tertentu menjadi besar.
 Distribusi eksklusif sering menjadi sasaran Undang-Undang Anti
Monopoli di sejumlah negara.
b. Distribusi intensif, yaitu produsen berusaha menyediakan produknya di
semua gerai ritel yang mungkin memasarkannya. Convenience product dan
industrial supplies umumnya didistribusikan secara intensif.
Keuntungan distribusi intensif yaitu : produk perusahaan tersedia luas di
pasar.
Sedangkan kerugian distribusi intensif yaitu :
 Item yang dijual harus murah harganya dan turnover-nya cepat.
 Sukar mengendalikan gerai yang banyak dan tersebar luas.
 Komitmen retailer untuk melakukan promosi produk cenderung rendah.
c. Distribusi selektif, yaitu strategi menempatkan produk perusahaan di
beberapa gerai ritel saja dalam suatu daerah tertentu. Hal ini dimungkinkan
bila volume penjualan yang tinggi bisa diperoleh dari beberapa gerai ritel
saja, perantara yang digunakan memberikan kontribusi besar terhadap tujuan
distribusi yang ditetapkan produsen, produk yang didistribusikan adalah
shopping goods atau material products, dan apabila produsen memerlukan
perusahaan yang menjual sejumlah besar lini produk yang didukung jasa-jasa
yang diperlukan.
3. Strategi Saluran Distribusi Berganda
Tjiptono (2015:371) menyatakan bahwa strategi saluran distribusi berganda yaitu
penggunaan lebih dari satu saluran distribusi yang berbeda untuk melayani
beberapa segmen pelanggan dengan tujuan untuk memperoleh akses yang
optimal pada setiap segmen. Terdapat dua jenis saluran distribusi berganda,
yaitu :
a. Saluran komplementer, yaitu jika masing-masing saluran menjual produk
yang tidak saling berhubungan atau melayani segmen pasar yang tidak saling
berhubungan. Adapun tujuan saluran ini adalah untuk mencapai segmen pasar
yang tidak dapat dicapai oleh saluran distribusi perusahaan yang ada
sekarang.
b. Saluran kompetitif, yaitu jika produk yang sama dijual melalui dua saluran
yang berbeda tapi bersaing satu sama lain. Tujuan strategi ini adalah untuk
meningkatkan penjualan.
4. Strategi Modifikasi Saluran Distribusi
Strategi modifikasi saluran distribusi adalah strategi mengubah susunan saluran
distribusi yang ada berdasarkan evaluasi dan peninjauan ulang. Sistem distribusi
perlu secara terus-menerus ditinjau dan diatur kembali untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan keadaan di pasar (Tjiptono, 2015:372).
5. Strategi Pengendalian Saluran Distribusi
Menurut Tjiptono (2015:373-374) mengemukakan bahwa saluran pemasaran
konvensional biasanya terdiri dari produsen, pedagang grosir, dan pengecer
independen, yang masing-masing berupaya memaksimalkan labanya. Agar dapat
menjadi pengendali saluran diperlukan komitmen dan sumber daya yang kuat
sehingga dapat melaksanakan kewajiban sebagai pemimpin.
Jenis-jenis strategi pengendalian yang biasanya digunakan antara lain adalah :
a. Vertical marketing system (VMS; dikenal pula dengan istilah vertical
Marketing Network atau VMN), yaitu jaringan yang dikelola secara terpusat
dan profesional, yang sejak awal didesain untuk mencapai penghematan
dalam operasi dan hasil yang maksimal. Dengan kata lain VMS adalah
jaringan yang rasional, kapital intensif, didesain untuk mencapai
penghematan teknologi, manajerial, dan promosi melalui integrasi,
koordinasi, dan sinkronisasi aliran pemasaran dari produsen ke konsumen
akhir.
b. Horizontal Marketing System (HMS, merupakan jaringan yang terbentuk
apabila beberapa perusahaan perantara yang tidak berkaitan menggabungkan
sumber daya dan program pemasarannya guna memanfaatkan peluang pasar
yang ada, dalam hal ini mereka berada di bawah satu manajemen. Hal
tersebut karena masing-masing perusahaan tidak memiliki sumber-sumber
modal, pengetahuan, produksi, dan pemasaran untuk menjalankan usaha
sendiri.
6. Strategi Manajemen Konflik dalam Saluran Distribusi
Menurut Tjiptono (2015:377-379) menjelaskan bahwa konsep sistem pada
distribusi mensyaratkan adanya kerjasama antar saluran, akan tetapi selalu timbul
struktur kekuatan sehingga diantara anggota saluran sering terjadi konflik baik
bersifat horizontal ataupun vertikal.
a. Konflik horizontal
Konflik ini terjadi diantara para perantara yang sejenis, yaitu :
 Konflik antar perantara yang menjual produk sejenis (contoh : toko
komputer versus toko komputer).
 Konflik antar perantara yang menjual produk berbeda (contoh : toko
komputer versus toko peralatan elektronik).
b. Konflik vertikal
Konflik ini terjadi antar anggota saluran distribusi, yaitu :
 Konflik antar produsen dan pedagang grosir (Contohnya : produsen
langsung menjual ke pengecer)
 Konflik antar produsen dan pengecer (contoh : independent retailer versus
producer-owned retail store).
Untuk mengelola dan menangani konflik dalam saluran distribusi diperlukan
adanya strategi manajemen konflik saluran sebagai berikut :
a. Bergaining strategy, yaitu salah satu anggota saluran berinisiatif sendiri
dalam proses tawar-menawar, ia bersedia mengalah, dengan harapan pihak
lain juga berbuat serupa.
b. Boundary strategy, yaitu menangani konflik dengan diplomasi, dimana kedua
belah pihak mengirim wakil-wakilnya untuk berunding memecahkan konflik
yang terjadi.
c. Interpenetration strategy, yaitu pemecahan konflik dengan interaksi
informasi yang sering dengan melibatkan pihak lain untuk membangun
apresiasi terhadap pandangan masing-masing. Caranya dengan bergabung
dalam sebuah asosiasi dagang.
d. Superorganizational strategy, yaitu menggunakan pihak ketiga yang netral
untuk menangani konflik.
e. Superordinate goal strategy, yaitu para anggota saluran yang berkonflik
menetapkan tujuan bersama.
f. Exchange of person strategy, yaitu masing-masing pihak yang berkonflik
saling bertukar personil.
g. Cooptation, yaitu menggunakan pimpinan organisasi lain yang ditempatkan
di dewan penasihat atau dewan direktur untuk didengarkan pendapatnya
dalam organisasi konflik
2.1.2.6. Loyalitas Pelanggan
Wantara (2015) menyatakan bahwa Loyalitas adalah komitmen mendalam
untuk membeli atau menggunakan kembali produk atau jasa secara konsisten di masa
yang akan datang, sehingga mendorong adanya pembelian merek yang sama
walaupun terdapat pengaruh-pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang
berpotensi menyebabkan perilaku berpindah ke produsen lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa loyalitas tidak hanya ditentukan oleh
keputusan pelanggan semata namun juga usaha-usaha dari pelaku bisnis yang dapat
membuat pelanggan menjadi loyal.
Hal senada juga diungkapkan oleh Iqbal (2015) bahwa loyalitas pelanggan
adalah keterikatan yang erat antara pelanggan dengan pelaku bisnis sehingga mereka
melakukan pembelian berulang yang didasarkan pada komunikasi yang positif. Suatu
hal yang penting bagi suatu perusahaan untuk memiliki pelanggan yang loyal pada
produk mereka.
Pelanggan yang loyal akan memberikan pemasukan yang besar bagi
perusahaan, Sedangkan menurut Griffin (1995) loyalitas pelanggan
adalah mesin penggerak kesuksesan suatu bisnis.
Loyalitas adalah konsep multi-dimensional yang kompleks karena
mempunyai beragam definisi dan operasionalisasi konsep. Meskipun demikian, ada
dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefisinikan konsep tersebut, yaitu
stochastic approach dan deterministic approach.
Pendekatan stokastik memandang loyalitas merek sebagai sebuah perilaku,
artinya preferensi konsumen diperlihatkan dalam perilaku pembelian, seperti
misalnya pembelian berulang dan frekuensi pembelian.
Berdasarkan perspektif ini, setiap kali pelanggan membeli merek produk yang
sama, maka ia dikatakan pelanggan yang setia pada merek tersebut dalam kategori
produk yang bersangkutan.
Ada tiga macam ukuran loyalitas merek behavioural yang banyak digunakan
yaitu proporsi pembelian, urutan atau rentetan pembelian serta probabilitas
pembelian (Tjiptono, 2005).
Perspektif ini dapat mengukur perilaku pembelian efektif, namun sayangnya
tidak mampu menjelaskan apakah pembelian ulang yang terjadi karena faktor
kebiasaan, alasan-alasan situasional atau alasan-alasan psikologis yang lebih
kompleks. Perspektif ini cenderung memperlakukan loyalitas sebagai skala dikotomi
dan menggunakan penilaian yang sangat subjektif untuk mengalokasikan konsumen
ke dalam salah satu kategori.
Sedangkan deterministic approach lebih memandang loyalitas sebagai sikap
konsumen terhadap merek tersebut (Tjiptono, 2005). Artinya loyalitas konsumen
tidak hanya diukur dari perilaku pembelian namun juga bagaimana preferensi
konsumen terhadap merek tersebut, prioritisasi merek dan kesediaan untuk
memberikan rekomendasi dan adanya sebuah komitmen psikologis konsumen dalam
pembelian, tanpa perlu mempertimbangkan secara spesifik perilaku pembelian
efektif.
Dengan demikian loyalitas tidak dipandang sebagai sebuah dikotomi antara
loyal dan tidak loyal, namun lebih sebagai kontinun (a degree of loyalty). Oleh sebab
itu, tujuan pengukuran berdasarkan perspektif sikap bukanlah untuk mengetahui
apakah seseorang loyal atau tidak loyal, namun untuk memahami intensitas
loyalitasnya terhadap merek. Namun demikian, pengukuran loyalitas berdasarkan
perspektif sikap tidak luput dari berbagai kritik. Kritik pertama adalah bahwa
pengukuran semacam ini hanya mengandalkan pada pernyataan konsumen, bukan
perilaku yang diamati. Bisa saja konsumen menyatakan menyukai merek A, tetapi
tidak pernah membelinya. Kritik kedua menyangkut aspek operasional loyalitas.
Dalam banyak kasus, peneliti menggunakan anteseden atau konsekuensi loyalitas
untuk mengukur loyalitas, dan bukannya loyalitas sendiri.
Tjiptono (2005) juga menyatakan bahwa loyalitas memiliki dua dimensi
yakni Sikap dan perilaku. Dengan demikian mereka mengintegrasikan perspektif
sikap dan behavioral ke dalam suatu model komprehensif. Dengan
mengkombinasikan komponen sikap dan perilaku pembelian ulang, maka didapatkan
empat situasi kemungkinan loyalitas, yakni: No Loyalty, Spurious Loyalty, Latent
Loyalty, dan Loyalty. Kepuasan konsumen merupakan kunci dalam menciptakan
loyalitas pelanggan.
Menurut Giffrin (2008) ada empat jenis loyalitas, diantaranya: tanpa loyalitas,
loyalitas yang lemah, loyalitas tersembunyi, dan loyalitas premium. Loyalitas
konsumen adalah komitmen terhadap merek tertentu yang direfleksikan dalam
bentuk perilaku membeli (purchased), membeli kembali (repurchased), dan
merekomendasikan (recommended). Indikator loyalitas konsumen meliputi membeli
kembali diwaktu yang akan datang dan menyarankan kepada orang lain untuk
membeli.
2.2. Kerangka Konseptual

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentan gbagaimana teori


hubungan dengan berbagai faktor yang telah diindentifikasi sebagai masalah yang
penting (Sekaran dalam Sugiyono, 2013:60). Kerangka konseptual dalam suatu
penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian terebut berkenaan dua
variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih
secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi
teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran
variabel yang diteliti (Haryoko dalam Sugiyono, 2013:60).
Melihat penelitian terdahulu diatas ternyata banyak penelitian yang membuktikan
bahwa brand image, harga, kualitas produk dan iklan berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Bahkan tingkat keeratannya bisa mencapai lebih dari 50%.
Dibawah ini gambaran kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antara
brand image, harga, kualitas produk dan iklan terhadap keputusan pembelian.

Indomie

Manajemen Pemasaran

H2 - Parsial
Ekuitas Merek (X1)
Loyalitas pelanggan
Kualitas Merek (X2)

Pengaruh
H3 - Parsial

H1 – Simultan
Saluran Distribusi (X3)
H1 - Parsial

Teknik Analisis Data

1. Uji Kualitas Data,


meliputi:
a. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
2. Uji Hipotesis, meliputi:
a. Persamaan Regresi
b. Uji F (Uji Simultan)
c. Koefisien
Determinasi (R2)
d. Uji t (Uji Parsial)
e. Pengaruh Dominan

Tidak Pengaruh

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian


Sumber : Penulis (2019)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

H2 - Parsial
Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak
dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 ( dua ) minggu, 1
minggu pengumpulan data dan 1 minggu pengolahan data yang meliputi penyajian
dalam bentuk laporan.
2. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah dilingkungan masyarakat dan
sekolah, yaitu di Jl. Abdul Fatah Kelurahan Bojong Jengkol Kec. Ciampea Kab.
Bogor, STIE Gici Business School dan SMK Yapura 1.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian survei yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas
populasi untuk mewakili seluruh populasi. Maksud penelitian survei untuk
penjajagan (explorative), deskriptif, penjelasan (explanatory atau confirmatory),
evaluasi, prediksi atau peramalan, penelitian operasional dan pengembangan
indikator-indikator sosial. Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan
dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara
terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2014:6).
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Banyak ahli menjelaskan pengertian tentang populasi. Salah satunya Sugiyono
(2014:80) mengatakan bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Pupulasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu”.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para pelanggan Supermarket
Mahabharata
Bogor. Jumlah pelanggan berdasarkan informasi dari pihak Supermarket
Mahabharata Bogor setiap bulannya mencapai 30.000 orang. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini kami menggunakan angka 30.000 sebagai populasi penelitian.
3.3.1. Sampel
Sejalan dengan pengertian populasi, banyak juga ahli yang mendefinisikan
pengertian tentang sampel. Sugiyono (2016:81) mengatakan bahwa:
”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
populasi itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).”

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Hal ini berarti bahwa sampel
mewakili populasi. Guna menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rumus pengambilan sampel menurut Taro Yamane atau yang lebih
dikenal dengan istilah Rumus Slovin, sebagai berikut:

N
n=
Nd2 + 1
Keterangan:
n = Banyaknya sampel
N = Populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%) Sumber:
Rakhmad dalam Unaradjan (2013:124)

Dengan demikianjumlah sample yang diambil adalah 40 responden.


Guna mendapatkan sampel yang representatif yaitu dapat mewakili populasi
penelitian di atas, maka penulis akan menggunakan teknik pengambilan sampel
berupa purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono 2014:85).

Oleh sebab itu peneliti tidak menentukan siapa yang akan dijadikan responden,
melainkan sampel diambil secara acak yang dipandang sesuai untuk digunakan
sebagai sumber data serta memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Terlihat antusias saat memilih produk yang akan dibeli.


2. Saat seorang tahu akan produk merek lain maka dia akan selalu memilih produk
yang sama.

3. Tidak terlihat bingung saat memilih produk.

4 Pelanggan yang melakukan pembelian karna percaya dengan merek yang


ditawarkan.

5. Pelanggan yang membeli produk yang lebih dari 3 kali mengkonsumsi.

6. Pelanggan yang menyukai produk tersebut dan minimal sudah merasakan produk
yang ditawarkan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpukan data sebenarnya dapat


dilakukan dengan beberapa cara. Sugiyono (2014:137) menyatakan bahwa:
”Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu
kulaitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila
instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.”

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data bertujuan untuk menjawab rumusan masalah maupun
hipotesis penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Data-data yang telah
dikumpulkan akan diolah sehingga bisa diambil kesimpulan sesuai dengan jenis uji
yang
Penulisan singkat padat dan jelas.

3.6.1. Skala dan Angka Penafsiran


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner dalam penelitian .
Adapun penilaiannya dengan menggunakan Skala Likert, dimana setiap jawaban
instrumen dibuat menjadi 5 (lima) gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif,
yang dapat berupa kata-kata, seperti:
a. Sangat Setuju (Skor 5)
b. Setuju (Skor 4)
c. Ragu-Ragu (Skor 3)
d. Tidak Setuju (Skor 2)
e. Sangat Tidak Setuju (Skor 1)
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Selanjutnya indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyususn item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban atas pertanyaan atau pernyataan itulah yang nantinya akan diolah sampai
menghasilkan kesimpulan. Guna menentukan gradasi hasil jawaban responden maka
diperlukan angka penafsiran. Angka penafsiran inilah yang digunakan dalam setiap
penelitian kuantitatif untuk mengolah data mentah yang akan dikelompok-
kelompokkan sehingga dapat diketahui hasil akhir degradasi atas jawaban responden,
apakah responden sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju atau bahkan sangat
tidak setuju atas apa yang ada dalam penyataan tersebut.

3.6 Uji Kualitas Data Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan
instrumen kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas atas data yang diperoleh.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid
dan reliabel atau tidak. Sebab kebenaran data yang diperoleh akan sangat
menentukan kualitas hasil penelitian.

1. Uji Validitas
Uji kualitas data pertama yang harus dilakukan adalah uji validitas. Berkaitan dengan
uji validitas ini Arikunto dalam Unaradjan (2013:164) menyatakan bahwa: ”validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat
ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Guna menguji
validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat
ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan
total skor yang merupakan jumlah tiap skor butir dengan rumus Pearson Product
Moment”, adalah:

Keterangan:
rhitung = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat
∑X1 = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total (sebuah item)
N = Jumlah responden Sumber: Arikunto dalam Unaradjan (2013:164)

Namun demikian dalam penelitian ini uji validitas tidak dilakukan secara manual
dengan menggunakan rumus di atas melainkan dengan menggunakan Statistical
Program for Social Science (SPSS). Guna melihat valid atau tidaknya butir
pernyataan kuesiner maka kolom yang dilihat adalah kolom Corrected Item-Total
Correlation pada tabel Item-Total Statistics hasil pengolahan data dengan
menggunakan SPSS tersebut. Dikatakan valid jika rhitung > 0,3 (Situmorang, et.al,
2008:36).

2. Uji Reliabilitas
Setelah semua butir pernyataan kuesioner dinyatakan valid, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji kualitas data kedua yaitu uji reliabilitas. Uji
reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi butir penyataan. Butir
pernyataan dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap penyataan
yang diajukan selalu konsisten.
Dengan kata lain dapat dikatakan bawa uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya konsistensi kuesioner dalam penggunaannya. Butir pernyataan
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika butir pernyataan tersebut konsisten
apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Dalam uji reliabilitas
digunakan teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal
(reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih, dengan
menggunakan rumus alpha, sebagai berikut:
Keterangan: r11 = Nilai reliabilitas
∑Si = Jumlah variabel skor setiap item
St = Varians total k = banyaknya butir pertanyan
Sumber: Arikunto dalam Unaradjan (2013:186)
Namun dalam penelitian ini uji reliabel tidak dilakukan secara manual menggunakan
rumus di atas, melainkan dengan menggunakan Statistical Program for Social
Science (SPSS). Guna melihat reliabel atau tidaknya butir pernyataan kuesioner
maka dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha yang tertera pada tabel Reability Statistics
hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS. Jika nilai Cronbach’s Alpha
tersebut lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa semua instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini handal (reliabel) sehingga dapat digunakan untuk uji-
uji selanjutnya (Situmorang, et.al., 2008:43)
Uji Asumsi Klasik Merupakan uji yang wajib dilakukan untuk melakukan analisis
regresi liner berganda khususnya yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Uji
asumsi klasik yang biasa digunakan dalam sebuah penelitian diantara meliputi: (1) uji
normalitas, (2) uji multikolinieritas, (3) uji heteroskedastisitas, (4) uji autokorelasi
dan (5) uji linieritas. Namun demikian dalam penelitian ini hanya akan digunaka 3 uji
asumsi klasik saja yaitu: uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji
heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variabel
terikat (Y) pada sebuah persamaan regresi yang dihasilkan. Persamaan regresi
dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan variabel terikat berditribusi
mendekati normal atau bahkan normal. Dalam penelitian ini akan digunakan program
Statistical Program for Social Science (SPSS) dengan menggunakan pendekatan
histogram, pendekatan grafik maupun pendekatan Kolmogorv-Smirnov Test. Dalam
penelitian ini akan digunakan pendekatan histogram. Data variabel bebas dan
variabel terikat dikatakan berdistribusi normal jika gambar histogram tidak miring ke
kanan maupun ke kiri (Situmorang, et.al., 2008:56).

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk mengetahui terdapatnya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau
gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual
nilai tersebut. Prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang
sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya
terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) dan
ini yang seharusnya terjadi. Sedangkan jika varian tidak sama maka dikatakan terjadi
heteroskedastisitas (Situmorang, et.al., 2007:63).
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melihat pola
gambar scatterplot maupun dengan uji statistik misalnya uji glejser ataupun uji park.
Namun demikian dalam penelitian ini akan digunakan SPSS dengan pendekatan
grafik yaitu dengan melihat pola gambar scatterplot yang dihasilkan SPSS tersebut.
Dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik yng ada menyebar secara
acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y dan di kanan maupun kiri angka nol
sumbu X (Situmorang, et.al., 2007:68).

3. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik mulkolinieritas ini digunakan dalam analisis regresi linier berganda
yang menggunakan dua variabel bebas dua atau lebih (X1, X2, X3, ... Xn) dimana
akan diukur tingkat keeratan (asosiasi) pengaruh antar variabel bebas tersebut
melalui besaran koefisien korelasi (r). Dalam penelitian ini akan dilakukan uji
multikolinieritas dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF yang terdapat pada
tabel Coefficients hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS. Dikatakan
terjadi multikolinieritas jika nilai tolerance < 0,1 atau VIF > 5 (Situmorang, et.al.,
2008:101).

3.7. Uji Hipotesis


Setelah melakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis pada dasarnya
merupakan metode pengambilan keputusan yang didasarkan pada analisis data.
Dalam penelitian ini akan dilakukan uji hopotesis yang meliputi uji F (uji simultan),
koefisien determinasi (R2) dan uji t (uji parsial).

1. Uji Serempak/Simultant (Uji F) Uji F bertujuan untuk mengukur seberapa besar


pengaruh variabel bebas secara berama-sama (simultan) terhadap variabel terikatnya.
Guna mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat atau tidak dapat digunakan rumus:

Keterangan :
Fhitung = Nilai F yang dihitung
R2 = Nilai koefisien korelasi ganda
k = Jumah variabel bebas
n = Jumlah sampel
Sumber: Unaradjan (2013:207)
Namun demikian dalam penelitian ini semua uji hipotesis tidak dilakukan secara
manual melainkan dengan menggunakan Statistical Program for Social Science
(SPSS). Caranya dengan melihat nilai yang tertera pada kolom F pada tabel Anova
hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS tersebut. Guna menguji kebenaran
hipotesis pertama digunakan uji F yaitu untuk menguji keberartian regresi secara
keseluruhan, dengan rumus hipotesis, sebagai berikut:
H0 : βi = 0 ; artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Ha : βi = 0 ; artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F, variansnya dapat diperoleh dengan
membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada taraf = 0,05 dengan ketentuan:
a. Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak Artinya variasi model regresi
berhasil menerangkan bahwa ekuitas merek, diskon harga dan Wiraniaga secara
bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan membeli
b. Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Artinya variasi model regresi
berhasil menerangkan bahwa ekuitas merek, diskon harga dan Wiraniaga secara
bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap keputusan membeli
2. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur persentase
sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap naik turunnya variabel terikat.
Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1) yang
berarti bahwa bila R2 = 0 berarti menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikat, dan bila R2 mendekati 1 menunjukkan bahwa
semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi (R2) dapat dilihat pada kolom Adjusted R Square pada tabel Model
Summary hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS.

3. Uji Parsial (Uji t)


Uji t bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas yang
diteliti dengan variabel terikat secara individu (parsial). Adapun rumus yang
digunakan, sebagai berikut:

b
t
Hitung =
se

Keterangan:
thitung = Nilai t
b = Koefisien regresi X
se = Standar error koefisein regresi X
Sumber: Arikunto dalam Widayat (2008:73)

BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Perusahaan
Pada awalnya PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Divisi Noodle
didirikan di Jakarta dengan nama PT. Sanmaru Food Manufacturino Co. Ltd yang
berdiri pada tanggal 27 April 1970 yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan
minuman. Sedangkan PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd cabang Semarang
didirikan pada tanggal 31 Oktober 1987 diresmikan oleh menteri Perindustrian Ir.
Hartanto dan Menteri Tenaga Kerja Soedomo. Pada tanggal 1 Maret 1994, PT.
Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd dan anak perusahaan yang berada di lingkup
Indofood Group bergabung menjadi sebuah perusahaan dengan nama PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk yang khusus bergerak dibidang pengolahan mie instant.
Kemudian pada tanggal 1 Oktober 2009, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berganti
nama menjadi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Dalam beberapa dekade ini
PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan
Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan
proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga
menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Kini, Indofood
dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya.

VISI, MISI DAN NILAI PERUSAHAAN


Visi dan misi yang ditunjukkan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi
Noodle Semarang adalah realistik, spesifik dan meyakinkan yang merupakan
penggambaran citra, nilai, arah dan tujuan untuk masa depan perusahaan.

Visi PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Noodle Semarang


Menjadi penyedia utama makanan konsumer produk bermerek terkemuka bagi jutaan
konsumen Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia.

Misi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang


a. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi.
b. Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau,
yang merupakan pilihan pelanggan.
c. Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional.
d. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia,
khususnya dalan bidang nutrisi.
e. Meningkatkan stakeholder’s value secara berkesinambungan.

Nilai Perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk Divisi Noodle Semarang
“Dengan disiplin sebagai falsafah hidup, kami menjalankan usaha kami dengan
menjunjung tinggi integritas, kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan
secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi
yang berkelanjutan”

Karakteristik Responden
Merupakan karakteristis responden yang digunakan dalam penelitian. Hal ini
menunjukkan seperti apakah demografi responden dilihat dari jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Dengan mengetahui demografi responden
maka kita akan mengetahui karakteristik responden dalam hal ini pelanggan yang
loyal terhadap Mie Instant Indomie Rasa Soto.

Tanggapan Responden
Dalam tanggapan responden adalah peneliti bisa melihat indikator dari masing
masing variabel nya berpengaruh atau tidak. Dalam sebuah penelitian, tanggapan
respon yang merupakan jawaban atas apa yang ada dalam benak pikiran responden
menjadi hal sangat penting. Ini karena apa yang mereka sampaikan merupakan data
awal yang akan digunakan untuk berbagai uji nantinya. Oleh sebab itu proses
pengumpulan data yang dilakukan khususnya lewat kuesioner harus benar-benar
diperhatikan ke absahannya. Tujuannya agar data yang didapatkan tersebut mampu
mewakili persepsi yang ada pada diri masing-masing responden bukan sekedar asal
isi saja. Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 40 responden pelanggan Mie
Instan Indomie Mie Instant, seluruh indikator yang ada pada masing masing variabel,
hasilnya sangat berpengaruh karna 40 orang responden menjawab setuuju dan sangat
setuju untuk masing masing indikator yang ada pada variable quisioner.

Hasil Uji Kualitas Data


Dalam penelitian Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah mengetahui
berbagai tanggapan para responden adalah melakukan uji kualitas data. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah berbagai item pernyataan atau indikator yang
digunakan tersebut valid atau tidak serta reliabel atau tidak. Hal ini penting karena
salah satu syarat bahwa sebuah data dapat dilakukan uji hipotes adalah harus valid
dan reliabel. Dibawah ini disajikan hasil uji kualitas data berupa uji validitas dan uji
reliabilitas.

Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk melihat sejauh mana suatu alat pengukur itu bisa
mengukur apa yang ingin diukur. Guna melihat valid atau tidaknya sebuah data maka
kolom yang dilihat adalah kolom Corrected Item-Total Correlation. Dikatakan valid
jika rhitung > 0,300.
Dan ketika peneliti menyusun penelitian, hasilnya seluruh indikator pernyatan dari
semua variabel menunjukan VALID bahwa semua nilai rhitung yang disajikan pada
kolom Corrected Item-Total Correlation hasil perhitungan menggunakan SPSS
(terlampir) lebih besar dibandingkan nilai rtabel sehingga dapat dikatakan bahwa
semua item pernyataan tentang variabel ekuitas merek tersebut valid dan dapat
digunakan untuk ujiuji selanjutnya.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan bila alat pengukur tersebut digunakan berkali-kali untuk
mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang atas pertanyaan yang disampaikan konsisten dari waktu ke waktu.
Dikatakan handal (reliabel) jika memiliki koefisien keandalan atau cronbach’s alpha
sebesar 0,6 atau lebih. Di bawah ini penulis sajikan daftar Cronbach Alpha untuk
semua variabel penelitian yang ada baik variabel bebas maupun variabel terikatnya
atas dasar perhitungan dengan menggunakan SPSS.
Dan ketika peneliti menyusun penelitian, hasilnya seluruh indikator pernyatan dari
semua variabel menunjukan RELIABLE bahwa semua nilai rhitung yang disajikan
pada kolom Corrected Item-Total Correlation hasil perhitungan menggunakan SPSS
(terlampir) lebih besar dibandingkan nilai rtabel sehingga dapat dikatakan bahwa
semua item pernyataan tentang variabel ekuitas merek tersebut RELIABLE dan
dapat digunakan untuk ujiuji selanjutnya.

Hasil Uji Asumsi Klasik


Setelah melakukan uji kualitas data dan semua data yang dihasilkan layak untuk
digunakan dalam uji selanjutnya, maka selanjutnya yang perlu dilakukan adalah uji
asumsi klasik. Uji ini wajib dilakukan sebelum seseorang melakukan analisis regresi
linier berganda. Adapun uji klasik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (1)
uji normalitas, (2) uji multikolinieritas dan (3) uji heteroskedastisitas.

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui
bahwa uji F dan uji t mengasumsikan bahwa nilai residual harus mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Uji ini dapat dilakukan dengan pendekatan histogram,
pendekatan grafik maupun pendekatan Kolmogorv-Smirnov. Dengan menggunakan
analisis Kolmogorov Smirnov, data residual dikatakan berdistribusi normal bila nilai
Asymp Sig (2-tailed) > taraf nyata (α = 5%). Adapun uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan histogram, hasilnya seperti terlihat pada gambar di
bawah ini
.

Pada grafik histogram di atas terlihat bahwa variabel berdistribusi miring ke kanan.
Hal ini ditunjukkan oleh gambar histogram yang miring ke kiri negatif.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan pendekatan grafik. Di bawah ini penulis
sampaikan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan pendekatan grafik.

Grafik di atas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak


membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi
keputusan membeli berdasarkan masukan variabel independennya.

Hasil Uji Hipotesis


Setelah semua data dinyatakan layak untuk dilakukan uji selanjutnya, maka langkah
terakhir yang dilakukan adalah melakukan uji hipotesis. Uji ini bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah sekaligus dugaan sementara atas jawaban rumusan
masalah tersebut yang tertuang dalam hipotesis. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam uji hipotesis ini antara lain persamaan regresi, uji F (uji simultan), koefisien
determinasi (R2) dan uji t (uji parsial).

1. Persamaan Regresi Linier Berganda


Hasil perhitungan dan pengolahan data dengan menggunakan Statistical Program for
Social Science (SPSS), didapatkan tabel Coefficients seperti terlihat pada Tabel di
bawah ini. Dari tabel tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, salah satunya
adalah persamaan regresi linier berganda.
Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s Collinearity Statistics
Toleran
Model B Std. Error Beta T Sig. ce VIF
1 (Constan
4,632 ,429 10,785 ,000
t)
ekuitas -,079 ,063 -1,044 -1,250 ,219 ,036 27,558
kualitas ,079 ,092 1,631 ,859 ,396 ,007 142,484
distribus
-,118 ,174 -,858 -,681 ,500 ,016 62,811
i
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk

Yang berarti bahwa:


a. Konstanta sebesar 4, 632 yang berarti jika variabel equitas merek, kualitas merek
dan distribusi dianggap empat maka variabel hanya sebesar 4,632.
b. Koefisien regresi variabel ekuitas merek diperoleh nilai sebesar - ,079 yang berarti
jika variabel equitas merek mengalami penurunan sementara variabel kualitas dan
distribusi diasumsikan tetap maka loyalitas produk juga akan mengalami penurunan
sebesar -,079.
c. Koefisien regresi variabel kualitas merek diperoleh nilai sebesar -,079 yang berarti
jika variabel kualitas mengalami kenaikan sementara variabel equitas merek dan
distribusi diasumsikan tetap maka loyalitas juga akan mengalami kenaikan sebesar
-,079.
d. Koefisien regresi variabel distribusi diperoleh nilai sebesar -,118 yang berarti
bahwa jika variabel mengalami kenaikan sementara variabel equitas merek dan
kualitas merek diasumsikan tetap maka keputusan pembelian juga akan mengalami
penurunan sebesar -,118.

Hasil Uji F (Uji Simultan)


Uji F atau dikenal dengan Uji Simultan bertujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh semua variabel bebas (independent) dalam hal ini equitas merek, diskon
harga dan wiraniaga secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya (dependent).
Adapun hasil Uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel Anova di bawah ini.
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,249 3 ,083 1,181 ,330b
Residual 2,526 36 ,070
Total 2,775 39
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk
b. Predictors: (Constant), distribusi, ekuitas, kualitas

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang diolah dengan menggunakan
SPSS adalah sebesar 1,181. Sementara itu nilai Ftabel yang dilihat pada Tabel
Nilainilai Untuk Distribusi F adalah 0,83. Dengan demikian maka dapat dikatakan
bahwa nilai Fhitung = 1,181 > dari Ftabel = 0,83. Ini berarti bahwa variabel
independen yang terdiri dari equitas merek, kualitas merek dan saluran distribusi
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pada produk Mie Instant
Indomie Rasa Soto.

Koefisien Determinasi
Setelah variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen
pada produk Mie Instant Indomie Rasa Soto, maka untuk melihat seberapa besar
pengaruhnya dapat dilihat pada Tabel Model Summary hasil perhitungan dengan
menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS), seperti terlihat di bawah
ini.

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,299 ,090 ,014 ,26491 ,670
a. Predictors: (Constant), distribusi, ekuitas, kualitas
b. Dependent Variable: Loyalitas_Produk

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah ,014 atau 90,0%.
Ini berarti bahwa variabel independen berupa equitas merek, kualitas merek dan
saluran distribusi secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen loyalitas
konsumen pada produk Mie Instant Indomie Rasa Soto sebesar 90,0% sedangkan
sisanya sebesar 10,0% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk dalam
penelitian ini, misalnya suasana lingkungan, harga, promosi dan lain sebagainya.
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah melakukan Uji t atau yang lebih
dikenal dengan nama Uji Parsial. Jika Uji F bertujuan untuk melihat pengaruh secara
bersama-sama, maka Uji t ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependennya secara parsial atau sendiri-sendiri. Jadi dalam
penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh equitas merek terhadap loyalitas
konsumen, pengaruh kualitas merek terhadap loyalitas konsumen dan pengaruh
saluran disribusi terhadap saluran konsumen. Hasil Uji t penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel Coefficients di atas yaitu dengan melihat nilai t maupun sig.-nya. Guna
lebih jelasnya dapat dilihat pada salinan tabel di bawah ini.

T Sig
VARIABEL Kesimpulan
tHitung tTabel Hasil ɑ = 5%
EKUITAS Berpengaruh
-1,250 27,558 ,219 > 0,05
MEREK Signifikan
KUALITAS Berpengaruh
859 142,484 ,396 > 0,05
MEREK Signifikan
SALURAN Berpengaruh
-,681 62,811 ,500 > 0,05
DISTRIBUSI Signifikan
Guna menentukan H0 maupun H1 yang ditolak atau diterima maka nilai thitung di
atas dapat dibandingkan dengan nilai ttabel pada tingkat signifikasi 5% (ɑ = 0,05).
Dengan membandingkan thitung dan ttabel maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Secara parsial ekuitas merek berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen
pada produk Mie Instant Indomie Rasa Soto karena thitung (-1,250) < ttabel (27,558
serta nilai signifikansinya di atas 0,05.
b. Secara parsial Kualitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Loyalitas Konsumen Pada Produk Mie Instant Indomie Rasa Soto karena thitung
(859) > ttabel (,389) serta nilai signifikansinya di atas 0,05.
c. Secara parsial saluran distribusi berpengaruh positif dan signifikan tehadap
Loyalitas Konsumen Pada Produk Mie Instans Indomie karena thitung (-,681) >
ttabel (500) serta nilai signifikansinya di atas 0,05.

5. Pengaruh Dominan
Guna mengetahui variabel independen yang berpengaruh paling dominan terhadap
variabel dependennya adalah dengan cara melihat besarnya nilai Standaridized
Coefficient Beta yang ada pada tabel diatas. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa
variabel independen yang mempunyai nilai Standaridized Coefficient Beta paling
besar adalah variabel kualitas produk yaitu sebesar ,079 yang berarti bahwa variabel
kualitas produk merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
Loyalitas Konsumen Pada Produk Mie Instant Indomie.

Pembahasan
Sesuai dengan latar belakang yang telah disampaikan diawal dimana data
dalam top brand index rating produk Indomie Rasa Sotomengalami penurunan yang
sangat signifikan ditahun 2018. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
diantaranya dengan menggunakan variabel brand image, harga, kualitas produk dan
iklan maka permasalahan tersebut setidaknya mulai terjawab. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat sejauh mana pengaruh brand image, harga, kualitas produk dan iklan
terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor. Dari keempat
variabel independen yang digunakan, ternyata ada dua variabel yang tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto
di Kota Bogor yaitu Harga dan Iklan. Sedangkan 2 variabel independen lainnya yaitu
brand image dan kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.
Hasil dari uji hipotesi pertama pada sub bab sebelumnya dapat diketahui bahwa
citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dapat
terlihat pada hasil signifikan uji t sebesar 0,006 <  = 0,05 maka brand image
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Sotodi Kota
Bogor. Pandangan konsumen saat ini tentang Indomie Rasa Soto pastilah positif.
Dengan memiliki citra yang baik di mata konsumen, maka perusahaan akan semakin
mudah meyakinkan masyarakat untuk melakukan pembelian.
Berpengaruhnya brand image (citra merek) terhadap keputusan pembelian
Indomie Rasa Soto di Kota Bogor kemungkinan besar disebabkan karena umumnya
pelanggan memang berkepentingan atas variabel brand image dimana merek bisa
menjadi kebanggaan tersendiri bagi seseorang. Selain itu faktor gaya hidup dan
aktivitas juga bisa menjadi pertimbangan pelanggan.
Selain variabel brand image, hasil uji hipotesis yang kedua pada sub bab.
sebelumnya dapat diketahui bahwa harga tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari hasil signifikan uji t sebesar 0,570 >  =
0,05 maka harga tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Indomie Rasa Soto di Kota Bogor. Disamping itu ternyata persamaan regresi linier
berganda yang dihasilkan menunjukan bahwa untuk variabel harga angkanya paling
rendah. Artinya, dalam kondisi tertentu jika harga naik atau kuat, justru minat
pelanggan untuk membeli Indomie Rasa Sotodi Kota Bogor akan tetap sama atau
bahkan bisa saja berkurang. Demikian sebaliknya, jika harga yang ada semakin
menurun maka keputusan pembelian pelanggan Indomie Rasa Soto di Kota Bogor
justru akan tetap atau bahkan meningkat.
Hasil uji hipotesis yang ketiga pada sub bab sebelumnya dapat diketahui bahwa
kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini
terlihat pada hasil signifikan uji t sebesar 0,005 <  = 0,05 maka kualitas produk
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota
Bogor. Hal ini menunjukan bahwa kualitas yang diberikan oleh Indomie Rasa
Sotoadalah yang terbaik bagi pelanggan dan mampu bersaing dengan produk keripik
kentang lainnya.
Kualitas produk memiliki hubungan yang erat dengan kepercayaan pelanggan.
Dengan kualitas produk yang baik maka akan memunculkan rasa puas dari pelanggan
dan tidak menutup kemungkinan bagi pelanggan untuk terus melakukan pembelian
ulang. Pada umumnya produk yang berkualitas pada sebuah makanan menandakan
bahwa makanan tersebut mempunyai rasa yang nikmat dan memiliki kandungan
yang baik bagi tubuh apabila dikonsumsi. Berpengaruhnya kualitas produk terhadap
keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor kemungkinan besar
disebabkan karena umumnya pelanggan memang berkepentingan atas variabel
kualitas produk dimana kualitas bisa menjadi tolok ukur tersendiri bagi sebuah
produk yang baik. Bagi sebagian pelanggan, kualitas produk adalah hal yang sangat
penting. Oleh karena itu kualitas produk merupakan variabel yang mempengaruhi
keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor.
Selain variabel harga, variabel lainnya yang juga tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor yaitu variabel iklan.
Hal ini terlihat dari hasil signifikan uji t sebesar 0,268 >  = 0,05 maka iklan tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Indomie Rasa Sotodi Kota
Bogor. Iklan sendiri merupakan salah satu dari bauran promosi. Artinya, promosi
dalam bentuk iklan di televisi rupanya tidak berpengaruh terhadap keputusan
pembelian Indomie Rasa Soto di Kota Bogor. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh
gaya hidup masyarakat yang sudah jarang sekali menonton televisi melainkan aktif di
media sosial.
Variabel brand image dan kualitas produk merupakan variabel yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Oleh karena itu untuk tetap mempetahankan
eksistensi dan kemapuan dalam bersaing dengan kompetitor lain, Indomie Rasa
Sotodituntut untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produknya juga
memberikan citra merek yang lebih baik lagi untuk menarik lebih banyak pembeli
Indomie Rasa Soto.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan evaluasi data yang telah dilakukan terhadap variabel
variabel dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran
sebagai berikut:

Kesimpulan
Sesuai dengan uraian-uraian di atas serta hasil analisis dan interpretasi data yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Secara serempak ekuitas merek, kualitas merek, dan saluran distribusi berpengaruh
signifikan terhadap loyalitas konsumen pada produk Mie Instant Indomie Rasa Soto.
2. Secara parsial equitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas
Konsumen Pada produk Mie Instant Indomie Rasa Soto.
3. Secara parsial kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen
pada produk Mie Instant Indomie Rasa Soto.
4. Secara parsial saluran distribusi berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas
Konsumen pada Produk Mie Instant Indomie Rasa Soto.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran,
sebagai berikut:
1. Perusahaan PT Indofood sebaiknnya selalu memperhatikan program brand image
dan kualitas produk. Hal ini menjadi sangat penting karena variabel ini secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian indomie soto di
Kota Bogor. Khusus dalam hal kualitas perusahaan dirasa perlu menciptakan
inovasi baru, baik dari segi varian rasa maupun tampilan dalam kemasan produk.
Sehingga pelanggan indomie soto akan semakin tertarik malakukan pembelian
ulang dimasa mendatang.
2. Dalam hal membuat program khususnya yang berhubungan dengan brand image
(citra merek) perusahaan diharapkan memperbanyak keterlibatan dalam berbagai
kegiatan-kegiatan sosial seperti acara festival, bazar dan menjadi sponsor dalam
kegiatan-kegiatan positif.
3. Hubungannya dengan harga dan iklan perusahaan tidak perlu risau karena hasil
penelitian menunjukan bahwa kedua variabel tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian indomie soto di Kota Bogor. Sebagian
besar pelanggan tidak memperhatikan harga saat membeli indomie soto dan tidak
pula dipengaruhi iklan sehingga melakukan pembelian. Hal ini bisa disebabkan
karena kesadaran pelanggan akan kualitas indomie soto tersebut.
4. Peneliti sangat mengharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih luas,
dengan cara memperbanyak variabel untuk diteliti. Semakin lengkap variabel
yang diteliti maka akan semakin tahu faktor apa saja yang mempengaruhi
keputusan pembelian agar mejadi masukan untuk perusahaan.
Daftar Pustaka
Sama bunda / nafis deh
LAMPIRAN LAMPIRAN
KUISIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Bagian I dan II

Pillihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda dengan memberikan
tanda silang ( x ) atau ceklis ( √ ) pada kotak yang tersedia.

I. PROFIL RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
□ < 19 tahun □ 20-24 tahun □ 25-29 tahun □ 30-34
tahun

□ 35-39 tahun □ 40-44 tahun □ 45-49 tahun □


> 50 tahun

3. Jenis Kelamin :

□ Pria □Wanita
4. Pekerjaan anda sekarang

□ Pelajar/Mahasiswa □ Pedagang/Wiraswasta □ Pegawai


Swasta

□ Pegawai Negeri □ Ibu rumahtangga □


Lainya(....................)

5. Penghasilan Perbulan

□ < Rp 2.500.000;- □ Rp 2.500.000 – 5.000.000 □ Rp 5.000.000 –


7.000.000;-

□ > Rp 10.000.000 □ Lainya(.................)

7. Sudah berapa kali anda mengkonsumsi indomie soto

□ 1 kali □ 2 kali □ 3 kali □ Lebih dari 3 kali


II. PERNYATAAN KHUSUS
Pilihlah satu jawaban yang paling sesuai dengan apa yang anda rasakan dari pelayanan
yang diberikan di Hotel Parama Puncak dengan memberikan tanda silang ( x ) atau
ceklis ( √ ).

 SS = Sangat Setuju ( 5 ), S = Setuju ( 4 ), CS = Cukup Setuju ( 3 ), TS = Tidak


Setuju ( 2 ), STS= Sangat Tidak Setuju ( 1 )

EKUITAS MEREK
SS S CS TS STS
No. Pernyataan
5 4 3 2 1
Merek Indomie yang selalu terpikirkan
1. saat anda akan melakukan pembelian mie
instan
Anda selalu merasa yakin dengan
2.
kualitas merek Indomie
Merupakan kebanggaan tersendiri
3. bisa membeli produk mi instan
dengan merek Indomie
Anda selalu merasa puas atas merek mie
4
instan yang dibeli yaitu indomie
Merek Mie indtant Indomie rasa soto
5
mudah dikenali
Produk Mie Instant Indomie rasa soto
6 mempunyai ciri khas yang berbeda
dengan produk lain yang sejenis
KUALITAS PPRODUK
SS S CS TS STS
No. Pernyataan
5 4 3 2 1
Mutu produk mie instan Indomie Kuah
1 rasa soto secara keseluruhan sudah cukup
baik
Kualitas produk Indomie kuah rasa soto
2
sesuai dengan apa yang dijanjikan
Produk mie instan Indomie kuah rasa soto
3
memiliki tekstur yang cukup baik
Produk mie instan Indomie kuah rasa
4
soto memiliki citra rasa yang tinggi
Masa kadaluarsa produk mie instan
5
Indomie rasa soto cukup lama
Mie Instan Indomie rasa soto selalu
6
enak dinikmati diwaktu kapan saja
Fitur mie Indomie rasa soto di desain
7
sangat menarik
SALURAN DISTRIBUSI
SS S CS TS STS
No. Pernyataan
5 4 3 2 1
Lokasi pembelian Mie Indomie Rasa
1
Soto mudah dijangkau
Mie indomie Rasa soto dapat ditemukan
2
dimana saja
Lanjutan lampiran Bagian II

Pertanyaan :

1. Apakah anda akan selalu melakukan pembelian ulang produk Indomie kuah rasa
soto ?

a. Ya b. Tidak

2. Dari faktor-faktor dibawah ini, manakah yang menurut anda paling penting terhadap
loyalitas pelanggan ?

a. Kualitas b. Saluran Ditribusi c. Ekuitas Merek

3. Apakah ada merek lain yang pernah anda konsumsi selain produk Indomie kuah
rasa soto ?

a.Ya b. Tidak

Jika Ya, merek apa yang menjadi pertimbangan?

a. Sarimi ayam bawang

b. Mie Sedap goreng

c. Supermi kari ayam

d. Lain-lain, Sebutkan ..................................................................................

4. Apakah anda yakin bahwa Indomie merupakan yang terbaik dibandingkan merek
mie instan lainnya

a.Ya b. Tidak

Jika Ya, apa tanggapan yang anda rasakan?

a. mie instan merek Indomie sudah terpercaya

b. karna sudah biasa mengkonsumsi merek Indomie saja


c. Tidak pernah tertarik dengan promosi iklan produk mie instan lainnya

5. Apakah Anda akan merekomendasikan Produk Indomie kuah rasa soto kepada orang
lain?

a. Ya b. Tidak

TERIMAKASIH ATAS KETERSEDIAAN ANDA MENGISI KUESIONER


PENELITIAN INI
No p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15
R1 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R2 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R7 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R8 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R9 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R13 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R14 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R15 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R19 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R20 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R21 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R25 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R26 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R27 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R31 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R32 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R33 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R36 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R37 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
R38 3 5 3 5 3 5 3 3 3 5 3 5 3 3 3
R39 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3
R40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 40 100,0
a
Excluded 0 ,0
Total 40 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,965 15

Item Statistics
Std.
Mean Deviation N
P1 4,30 ,966 40
P2 4,65 ,483 40
P3 4,30 ,966 40
P4 4,65 ,483 40
P5 4,30 ,966 40
P6 4,65 ,483 40
P7 4,30 ,966 40
P8 4,30 ,966 40
P9 4,30 ,966 40
P10 4,65 ,770 40
P11 4,30 ,966 40
P12 4,65 ,483 40
P13 4,30 ,966 40
P14 4,65 ,483 40
P15 4,30 ,966 40

Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach's
Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
P1 62,30 84,574 ,954 ,959
P2 61,95 97,946 ,447 ,968
P3 62,30 84,574 ,954 ,959
P4 61,95 97,946 ,447 ,968
P5 62,30 84,574 ,954 ,959
P6 61,95 97,946 ,447 ,968
P7 62,30 84,574 ,954 ,959
P8 62,30 84,574 ,954 ,959
P9 62,30 84,574 ,954 ,959
P10 61,95 91,126 ,730 ,964
P11 62,30 84,574 ,954 ,959
P12 61,95 97,946 ,447 ,968
P13 62,30 84,574 ,954 ,959
P14 61,95 97,946 ,447 ,968
P15 62,30 84,574 ,954 ,959
Scale Statistics
Std.
Mean Variance Deviation N of Items
66,60 102,451 10,122 15

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 distribusi,
ekuitas, . Enter
kualitasb
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk
b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,299a ,090 ,014 ,26491 ,670
a. Predictors: (Constant), distribusi, ekuitas, kualitas
b. Dependent Variable: Loyalitas_Produk

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,249 3 ,083 1,181 ,330b
Residual 2,526 36 ,070
Total 2,775 39
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk
b. Predictors: (Constant), distribusi, ekuitas, kualitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toler
Model B Std. Error Beta t Sig. ance VIF
1(Constant) 4,632 ,429 10,785 ,000
ekuitas -,079 ,063 -1,044 -1,250 ,219 ,036 27,558
kualitas ,079 ,092 1,631 ,859 ,396 ,007 142,484
distribusi -,118 ,174 -,858 -,681 ,500 ,016 62,811
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk

Collinearity Diagnosticsa
Condition Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) ekuitas kualitas distribusi
1 1 3,972 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,027 12,240 ,22 ,00 ,00 ,01
3 ,002 46,860 ,72 ,19 ,00 ,12
4 ,000 169,410 ,06 ,81 1,00 ,87
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk
Casewise Diagnosticsa
Loyalitas_Pro Predicted
Case Number Std. Residual duk Value Residual
1 ,000 4,00 4,0000 ,00000
2 ,000 4,00 4,0000 ,00000
3 ,000 4,00 4,0000 ,00000
4 -3,179 3,00 3,8421 -,84211
5 -3,179 3,00 3,8421 -,84211
6 -3,179 3,00 3,8421 -,84211
7 ,000 4,00 4,0000 ,00000
8 ,000 4,00 4,0000 ,00000
9 ,000 4,00 4,0000 ,00000
10 ,596 4,00 3,8421 ,15789
11 ,596 4,00 3,8421 ,15789
12 ,596 4,00 3,8421 ,15789
13 ,000 4,00 4,0000 ,00000
14 ,000 4,00 4,0000 ,00000
15 ,000 4,00 4,0000 ,00000
16 ,596 4,00 3,8421 ,15789
17 ,596 4,00 3,8421 ,15789
18 ,596 4,00 3,8421 ,15789
19 ,000 4,00 4,0000 ,00000
20 ,000 4,00 4,0000 ,00000
21 ,000 4,00 4,0000 ,00000
22 ,596 4,00 3,8421 ,15789
23 ,596 4,00 3,8421 ,15789
24 ,596 4,00 3,8421 ,15789
25 ,000 4,00 4,0000 ,00000
26 ,000 4,00 4,0000 ,00000
27 ,000 4,00 4,0000 ,00000
28 ,596 4,00 3,8421 ,15789
29 ,596 4,00 3,8421 ,15789
30 ,596 4,00 3,8421 ,15789
31 ,000 4,00 4,0000 ,00000
32 ,000 4,00 4,0000 ,00000
33 ,000 4,00 4,0000 ,00000
34 ,596 4,00 3,8421 ,15789
35 ,596 4,00 3,8421 ,15789
36 ,596 4,00 3,8421 ,15789
37 ,000 4,00 4,0000 ,00000
38 ,000 4,00 4,0000 ,00000
39 ,000 4,00 4,0000 ,00000
40 ,596 4,00 3,8421 ,15789
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk

Residuals Statisticsa
Minimu Maximu Std.
m m Mean Deviation N
Predicted Value 3,8421 4,0000 3,9250 ,07985 40
Std. Predicted Value -1,038 ,939 ,000 1,000 40
Standard Error of
,061 ,100 ,081 ,020 40
Predicted Value
Adjusted Predicted
3,8333 4,0000 3,9250 ,08110 40
Value
Residual -,84211 ,15789 ,00000 ,25451 40
Std. Residual -3,179 ,596 ,000 ,961 40
Stud. Residual -3,266 ,612 ,000 ,987 40
Deleted Residual -,88889 ,16667 ,00000 ,26865 40
Stud. Deleted Residual -3,839 ,607 -,045 1,133 40
Mahal. Distance 1,078 4,596 2,925 1,780 40
Cook's Distance ,000 ,148 ,013 ,039 40
Centered Leverage
,028 ,118 ,075 ,046 40
Value
a. Dependent Variable: Loyalitas_Produk

Anda mungkin juga menyukai