SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Strata-1 Progam Studi Administrasi Bisnis
Oleh :
Lely Indah Wati
(1121900062)
Permata tidak bisa berkilau tanpa gesekan. Begitu juga manusi yang luar biasa tanpa cobaan.
(Lely Indah W.)
Pesatnya perkembangan industri makanan dan minuman dapat dijumpai dari banyaknya
bisnis kuliner yang berkembang di indonesia, Terutama di Surabaya. Salah satu tempat makan yang
memiliki keunggulan kompetitif dalam produknya adalah ayam geprek juara. Uniknya walaupun
ayam geprek juara hanya melakukan promosi di Instagram, konsumen yang mengunjungi dan
membeli produknya tetap ramai. Hal ini berarti terdapat faktor lain yang mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh Word
Of Mouth (WOM) dan cita rasa terhadap keputusan pembelian ayam geprek juara. Dalam penelitian
ini menggunakan medote pendekatan kuantitatif. Media yang digunakan yaitu menggunakan media
kuisioner sebagai alat instrument penelitian, Teknis Analisa menggunakan regresi linier berganda
dengan uji hipotesis, yaitu uji R, uji t, uji f. jumlah sampe sebanyak 96 responden dengan
menggunakan metode Purposive Sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
Word Of Mouth dan cita rasa berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ayam
geprek juara. Pengaruh Word Of Mouth dan cita rasa terhadap keputusan pembelian sebesar 61%
variabel tersebut berpengaruh, sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh factor lain yang tidak digunakan
dalam penelitian ini. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan
penelitian ini dengan melakukan penelitian pada factor lain yang dapat mempengaruhi keputusan
pembeli dan sampel yang berbeda ataupun dengan menggunakan alat uji penelitian yang berbeda.
Kata Kunci: Word Of Mouth, Cita Rasa, Keputusan Pembelian, Ayam Geprek Juara
ABSTRACT
The rapid development of the food and beverage industry can be seen in many culinary
businesses that are developing in Indonesia, especially in Surabaya. One place to eat that has a
competitive advantage in its products is the champion geprek chicken. Uniquely, even though the
champion's geprek chicken only carries out promotions on Instagram, consumers who visit and buy its
products are still busy. This means that there are other factors that influence consumer purchasing
decisions. This study aims to determine how significant the influence of Word Of Mouth (WOM) and
taste on purchasing decisions for champion geprek chicken. In this study using a quantitative
approach method. The media used are questionnaire media as a research instrument. Technical
analysis uses multiple linear regression with hypothesis testing, namely R test, t test, f test. the sample
size is 96 respondents using a purposive sampling method. The results of this study indicate that the
word of mouth and taste variables have a positive and significant effect on the purchasing decision of
champion geprek chicken. The effect of word of mouth and taste on purchasing decisions is 61% of
these variables, the remaining 49% is influenced by other factors not used in this study.
Recommendations for future researchers are expected to be able to develop this research by
conducting research on other factors that can influence buyer decisions and different samples or by
using different research testing tools.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya. Tidak lupa pula shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi Rasulullah Saw.
yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Sehingga
diberi kesempatan menyelsaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Word Of Mouth dan Cita Rasa
Terhadap Keputusan Pembelian Ayam Geprek Juara”.
Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelsaikan program
pendidikan Strata-1 Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas 17
Agustus 1945 surabaya. Kelancaran dalam proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,
bantuan, dukungan, saran dan do’a dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan.
2. Untuk Ibu, ayah, dan adik saya dan seluruh keluarga saya yang senantiasa mendukung saya,
mendo’akan dan menyemangati saya selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPA. Selaku Rektor Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya.
4. Ibu Dr. Dra. Ayun Maduwinarti, M.M. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas 17 Agustus 1945.
5. Ibu Dra. Ni Made Ida Pratiwi, MM. Selaku Kepala program studi Administrasi Bisnis
Fakultas lmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
6. Bapak Drs. Agung pujianto, MM selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Sri Andayani, M.M.
selaku pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pemikiranya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga terselsaikan
dengan baik.
7. Terimakasih kepada pemilik NRP (3210191013) yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini serta memberi semangat kepada saya.
8. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan , dina merlinda sari, Tsany Diana Assyifa,
Putri Maria Zulfanah. Semoga kita selalu bisa bersama dan sukses untuk kita semua.
9. Teman-teman kos Sania, Marisa, Dian, Salsa, Yessi yang memberikan semangat selama
pengerjaan skripsi.
10. Terimakasih seluruh pihak yang terkait dan berkepentingan yang telah membantu penulis
dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari adanya kekurangan selama proses pembuatan
skripsi ini berlangsung. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca dan seluruh pihak terkait yang berkepentingan.
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber: Good.id
Bisnis kuliner memang tidak mengenal krisis, bisnis kuliner terus-menerus
berkembang khususnya di kota jawa timur menurut (GoodStats.id) menempati posisi ke-3
dengan total 821 bisnis kuliner pada tahun 2020 Karena Makanan dan minuman adalah
kebutuhan esensial yang perlu dipenuhi oleh setiap individu., perkembangan bisnis makanan
di Surabaya semakin pesat. Masyarakat kini mencari makanan yang sederhana dalam
pembuatan, penyajian, dan konsumsinya. Industri kuliner telah merambah ke berbagai daerah,
dari pasar tradisional hingga pasar swalayan atau food court, dengan beragam jenis makanan
ringan, minuman, lauk pauk, dan hidangan utama lainnya. Fenomena ini menciptakan peluang
besar bagi siapa pun yang ingin memulai bisnis kuliner guna meningkatkan pendapatan.
Saat ini, salah satu tren bisnis kuliner yang sedang berkembang adalah makanan
dengan rasa pedas. Keanekaragaman pilihan makanan olahan dengan cita rasa pedas telah
membuatnya menjadi favorit dan digandrungi oleh masyarakat luas. Ragam makanan pedas
yang tersedia semakin menarik minat konsumen, yang merasa bahwa kepuasan makanan
tidak lengkap tanpa rasa pedas. Salah satu contoh usaha kuliner yang menawarkan konsep cita
rasa pedas adalah Ayam Geprek. Perkembangan olahan ayam telah dikenal di seluruh dunia,
dan di Indonesia sendiri, olahan ayam bahkan menjadi alternatif utama setelah nasi.
Pertumbuhan konsumsi ayam yang pesat menunjukkan bahwa ayam merupakan bahan kuliner
yang sangat disukai oleh konsumen di Indonesia. Saat ini, usaha kuliner makanan olahan
ayam dengan cita rasa pedas mulai bermunculan di Surabaya.antara lain ayam geprek
Surabaya, Mr. Suprek, ayam geprek mbok judes, ayam geprek bensu, ayam geprek juragan,
Perusahaan selalu berupaya menyediakan produk berkualitas dan bermutu tinggi guna
menarik perhatian pelanggan dan mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan
pembelian. Kualitas dan mutu produk memiliki nilai tambah yang signifikan dalam
membangun bisnis, karena dapat meningkatkan peluang serta memenuhi kebutuhan dan
harapan yang muncul dari tanggapan konsumen. Dengan cara yang maksimal, produsen
makanan Ayam Geprek Juara menyediakan produk unggul yang dapat melebihi kepuasan
konsumen. Pengalaman baik atau buruk dalam pembelian makanan atau jasa juga
memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli kembali di masa mendatang. Manajemen
bisnis kuliner Perlu memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan dan preferensi konsumen.. Pendapat konsumen dalam memilih keputusan
pembelian didasarkan pada pemilihan produk dengan kualitas terbaik. Kualitas produk
mencerminkan kemampuan suatu produk dalam memberikan hasil dan pencapaian yang
sesuai, bahkan melebihi harapan konsumen.
Perusahaan dapat menggunakan berbagai taktik untuk secara luas mengingatkan atau
memberikan informasi tentang produk yang dijual, salah satunya melalui promosi atau iklan.
Promosi merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menarik perhatian,
mengedukasi, mengingatkan, dan meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa yang
ditawarkan. Melalui promosi, perusahaan berkomunikasi dan mencoba meyakinkan calon
konsumen agar dapat menerima informasi tentang produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Promosi pada intinya adalah seni untuk mempengaruhi dan memikat pelanggan
serta calon konsumen agar membeli lebih banyak produk dari perusahaan. promosi dapat
dilakukan dengan banyak sekali cara, Kotler dan Amstrong (Kotler dan Amstrong, 2004:622)
mengungkapkan bahwa terdapat 5 alat promosi yaitu pemasangan iklan, penjualan langsung,
promosi tradisional, korelasi rakyat, dan pemasaran eksklusif. promosi bertujuan
mengenalkan serta mengingatkan pada warga luas tentang produk perusahaan masing-
masing. Alat promosi tadi memiliki kelemahan serta kelebihan.
Harga merupakan faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan, karena hal ini
mempengaruhi laba yang dihasilkan dari penjualan produk, baik itu makanan, barang,
maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi dapat mengakibatkan penurunan penjualan,
sementara harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (dalam Firmasyah, 2018, h.180), harga adalah salah
satu elemen dalam bauran pemasaran yang berkontribusi pada pendapatan perusahaan. Hal ini
juga didukung oleh Doyle dan Saunders (dalam Firmasyah, 2018, h.18).
Namun, sejumlah pelaku bisnis kuliner ayam di Surabaya masih belum melakukan
promosi dengan baik pada makanan mereka, sehingga cita rasa yang disajikan tidak menarik
bagi konsumen. Hal ini mengakibatkan penilaian yang rendah dan menyebabkan kurang
diminatinya kuliner tersebut oleh konsumen, termasuk mahasiswa dan pelanggan lainnya.
Sebaliknya, terdapat juga bisnis makanan kuliner ayam yang sangat diminati oleh masyarakat
Surabaya. menggunakan cita rasa pedas yaitu Ayam geprek kampiun beralamat (Jl. Dr. Ir. H.
soekarno No.418, penjaringan sari, Kec. Rungkut, Kota SBY, Jawa timur).
Untuk mengenali nama ayam geprek, pemilik memberikan variasi pada ukuran ayam
nya dimana konsumen bisa memilih ukuran ayam sesuai dengan keinginan mereka, ayam
geprek juara menyediakan ukuran ayam diantaranya paha atas, paha bawah, dada, sayap, hal
itu dilakukan oleh pemilik ayam geprek juara agar konsumen merasa tertarik dengan produk
ayam geprek juara sehingga konsumen akan merasa puas dengan variant ukuran yang telah
disediakan,
Untuk rasa ayam geprek sendiri masih mengunggulkan rasa pedasnya saja alasannya
agar para konsumen mengenal ayam geprek dengan identic rasa pedas yang diberikan oleh
ayam geprek juara, cita rasa ayam geprek juara menyasar pelanggan masyarakat merr
Surabaya , Selain itu ayam geprek juara juga memiliki semboyan juara yang menjadi
guideline dalam bisnis kulier juara adalah suasana membuat menarik, rasa membuat balik.
Perusahaan yang berkualitas tinggi dengan keunggulan cita rasa yg dimiliki akan
memberikan laba yang sangat banyak dibandingkan kualitas yang rendah. adalah, konsumen
atau pelangganakan bersedia membeli Bila suatu barang atau produk menggunakan harga
yang lumrah/relatife terjangkau. Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk makanan
atau minuman setiap konsumen pastinya akan mencari informasi mengenai produk kuliner
olahan ayam tersebut, dari segi harga, rasa, maupun variant produk sampai tahap pengambilan
keputusan.
Ayam Geprek menggunakan media sosial Instagram sebagai alat promosi untuk
memperkenalkan produk mereka kepada calon konsumen. Penggunaan Instagram sebagai
media komunikasi pemasaran memberikan kemudahan dalam memamerkan produk kepada
target pasar. Dengan demikian, Instagram menjadi salah satu platform yang digunakan dalam
ruang lingkup promosi pemasaran. Melalui Instagram, pengguna dapat dengan mudah
memasarkan produknya tanpa harus mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang terlalu
besar. Objek yang digunakan penelian ini adalah masyarakat merr Surabaya yang pernah
melakukan pembelian ayam geprek juara minimal sebanyak 2x yang berada di kota Surabaya
yang beralamat (Jl. Dr. Ir. H. soekarno No.418, penjaringan sari, Kec. Rungkut, Kota SBY,
Jawa timur) pada tanggal 10 maret 2023.
Data yang didapatkan dari permasalahan yang dihadapi ayam geprek juara adalah
keterbatasan anggaran untuk melakukan promosi melalui brand ambassador untuk periklanan
kini sudah sangat mahal, Hal tersebut bukan merupakan sebuah halangan sang ayam geprek
juara, mengingat bahwa mereka mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan pesaing
lainnya. Kelebihan berasal geprek juara memiliki Menu Ayam Geprek yang bervariasi, lokasi
yang strategis dekat dengan kampus yang bisa dijangkau mahasiswa dan pelanggan
masyarakat lainnya, inilah yang akan meciptakan Word of Mouth.
Gambar 1.3 perbandingan Word Of Mouth Tahun 2007 vs tahun 2020
Sumber: marketingcharts.com
Dalam grafik diatas diketahui bahwa Word Of Mouth dilakukan dengan
berbagai cara mulai dari percakapan tatap muka, telefon, sms, sosial media, email.
Data diatas menunjukkan bahwa Word Of Mouth mayoritas dilakukan dengan cara
percakapan tatap muka yang memiliki presentase (65,6%). Penggunaan komunikasi
Word Of Mouth yang positif akan mempengaruhi konsumen untuk
mempertimbangkan dalam proses keputusan pembelian hingga meningkatnya suatu
minat beli terhadap produk makanan tersebut. Maka perusahaan produk makanan
tersebut harus menjadi pengaruh yang positif terhadap konsumen agar konsumen
merasa senang dan ingin melakukan pembelian lagi pada produk makanan tersebut,
Sehingga restoran dapat mencapai keuntungan yang lebih optimal, keputusan
pembelian konsumen terbentuk ketika pengorbanan yang dikeluarkan sebanding
dengan nilai yang diterima oleh konsumen. oleh konsumen tersebut, yang artinya
Word Of Mouth, cita rasa, sangat mempengaruhi konsumen terhadap penilaian
restoran tersebut.
Menurut Kotler dan Keller dalam (Astuti1 & Ernawati, 2020) , Word of
Mouth (WOM) adalah komunikasi dari orang ke orang antar sumber pesan dan
menerima pesan dengan cara tidak komersial mengenai suatu produk, pelayanan, atau
merek. Rekomendasi yang diberikan oleh orang terdekat yang dipercaya memiliki
potensi kepercayaan yang lebih tinggi daripada sumber-sumber komersial seperti
iklan dan tenaga penjualan.
Selain itu cita rasa juga menjadi mendorong keputusan pembelian. Cita rasa
dari produk ayam geprek juara dapat dinilai oleh konsumen enak dan tidak enaknya
suatu makanan. Cita rasa mencakup berbagai atribut makanan seperti penampilan,
aroma, rasa, tekstur, dan suhu, yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pembelian., cita rasa produk, hal tersebut yang dapat dijadikan modal
utama ayam geprek juara mengunggulkan rasa pedasnya sebagai identitas untuk
mengenali ayam geprek juara, untuk mampu bersaing dengan bisnis usaha yang
sejenis, dan ayam geprek juara sendiri hanya menyediakan ayam berbalut tepung
tidak menyediakan varian lain seperti ayam goreng biasa.
Cita rasa merupakan faktor penting dalam memilih makanan yang
membedakan rasa kuliner tersebut. Cita rasa melibatkan kolaborasi dari lima indra
manusia, yaitu perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran. Menurut
Drummond dan Brefere dalam (Andi jamal, 2021) cita rasa merupakan cara yang
harus dibedakan dalam memilih kuliner berdasarkan rasa yang disajikan. Fenomena
bisnis ayam geprek juara seperti pada saat ini, bisnis kuliner cepat saji harus bisa
menjaga para konsumennya secara baik, konsumen baru maupun konsumen yang
lama agar dapat terus membuat cita rasa yang menarik, dari itu konsumen akan
merasakan minat untuk membeli makanan tersebut. Sehingga keinginan konsumen
dapat terpenuhi akan cita rasa dari makanan ayam geprek juara karena pada dasarnya
konsumen merupakan peran utama dalam kelangsungan bisnis makanan seperti
produk makanan cepat saji ayam geprek juara
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merasa
tertarik untuk melaksanakan penelitian ini.. pada ayam geprek juara. Didalam
penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “
Pengaruh Word Of Mouth dan Cita Rasa Terhadap keputusan pembelian ayam geprek
juara (masyarakat merr Surabaya). diharapkan dari penelitian tersebut didapatkan
hasil yang berguna untuk koreksi dan membantu ayam geprek juara yang memasarkan
produknya melalui metode Word Of Mouth dengan Keunggulannya yang
mengembangkan Cita Rasanya agar dapat memberikan kepuasan konsumen dan
menarik hati para mahasiswa masyarakat merr Surabaya serta dapat memperluas
jaringan permasaran.
Diharapkan pentingnya penelitian ini dapat menghasilkan temuan yang dapat
menjadi acuan untuk penelitian-penelitian di masa depan., serta membantu
permasalahan yang terkait pengaruh Word Of Mouth dan Cita rasa. Penelitian ini juga
diharapkan bisa digunakan sebagai evaluasi dan regerensi bagi para penjual yang lain
terutama terhadap Ayam Geprek Juara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, dapat diidentifikasikan Masalah sebagai berikut :
1. Apakah Word Of Mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian ayam geprek
juara pada masyarakat merr Surabaya?
2. Apakah cita rasa berpengaruh terhadap keputusan pembelian ayam geprek juara
pada masyarakat merr Surabaya?
3. Apakah word of mouth dan cita rasa berpengaruh terhadap keputusan pembelian
ayam geprek juara pada masyarakat merr Surabaya?
1.3 Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengarh Word Of Mouth terhadap keputusan pembelian ayam
geprek juara pada masyarakat merr Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh cita rasa terhadap keputusan pembelian ayam geprek
juara pada masyarakat merr Surabaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh Word Of Mouth dan cita rasa terhadap keputusan
pembelian ayam geprek juara pada masyarakat merr Surabaya
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perusahaan
Untuk perusahaan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
pentingnya kualitas cita rasa untuk menambah tingkat penjualan melalui Word Of
Mouth terhadap keputusan pembelian juara masyarakat merr Surabaya.
2. Mahasiswa
Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang ayam geprek dengan baik dan
memberikan motivasi atau saran secara langsung berasal dari mulut ke mulut
terhadap keputusan pembelian ayam geprek juara pada mahasiswa yang lain
maupun kerabat.
3. Bagi penulis selanjutnya
Harapannya, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian
di masa depan dan memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan
yang serupa.
1.4 Sistematika Penelitian
Sistematika ini dibuat sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN, yang menjelasankan soal latar belakang, Rumusan Msalah
pemasalahan, Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian serta sistemasika penelitian.
BAB II : TINJUAN PUSTAKA, bab ini berisi tentang penlitian terdahulu, landasan teori
yang berhubungan dengan Word Of Mouth, Cita Rasa serta keputusan pembelian, definisi
konsep, definisi operasional, kerangka dasar pemikiranan dan hipotesis.
BAB III : METODELOGI PUSTAKA, bab ini berisi tentang jenis dan rancangan
penelitian, populasi, jenis data dan sumber data, Teknik pengumpulan data, Teknik
analisis data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Rosen dalam penelitian (Husen et al., 2018b) ada tiga alasan
yang Word Of Mouth membuat menjadi begitu penting:
A. Kebisingan (noise)
Para calon konsumen hampir tidak dapat mendengar banyaknya
kebisingan yang dilihatnya di berbagai media setiap hari. Mereka bingung
sehingga untuk melindungi diri, mereka menyaring sebagiah pesan yang
berjejalan dari media massa. Sebenarnya mereka cenderung lebih
mendengarkan apa yang dikatakan orang atau kelompok yang menjadi
rujukan se perti teman-teman atau keluarga.
B. Keraguan (skepticism)
Para calon konsumen umumnya bersikap skeptis ataupun meragukan
kebenaran informasi yang diterimanya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
kekecawaan yang dialami konsumen saat harapannya ternyata tidak sesuai
dengan kenyataan di saat mengkonsumsi produk. Dalam kondisi ini
konsumen akan berpaling ke teman ataupun orang yang bisa dipercaya
untuk mendapatkan produk yang mampu memuaskan kebutuhannya.
C. Keterhubungan (connectivity)
Kenyataan bahwa para konsumen selalu berinteraksi dan
berkomunikasi satu dengan yang lain, mereka saling berkomentar mengenai
produk yang dibeli ataupun bahkan bergosip mengenai persoalan lain.
Dalam interaksi inisering terjadi dialog tentang produk seperti pengalaman
mereka menggunakan produk.
2. Topic
Menurut Ali (2010) Word of Mouth dimulai dengan membuat pesan
yang akan menyebar. Pesan tersebut tidak perlu mewah. Setiap perusahaan
memiliki satu topik untuk produknya. Topik yang cukup menarik untuk
memotivasi dan pembicaraan. Jangan pernah membohongi publik, perusahaan
harus jujur mengenai produk yang mereka produksi baik itu menyangkut
kualitas, desain, kegunaan, kemudahan mendapatkan pelayanan, harga, hingga
ragam pilihan.
3. Tools
Topik yang baik butuh sedikit bantuan untuk tersebar. Pertumbuhan
Word of Mouth saat ini sebagi teknik pemasaran yang disebabkan oleh
pertumbuhan dari alat-alat pendukung percakapan tersebut. menyediakan alat
bantu pesan, anda bergerak jauh lebih cepat. Misalnya anda menggunakan e-
mail atau web site, dan blog. Alat tersebut yang dapat mendorong percepatan
Word of Mouth. Karena alat adalah untuk memberi orang alasan berbicara
tentang barang dan bembuatnya lebih mudah untuk berlangsungnya
percakapan. Ketika seseorang memberitahu teman itu lebih baik dari pada
mereka memposting review yang dilihat semua orang. Berikutnya adalah
menjaga percakapan yang segar dan bergerak cepat dengan mengambil bagian
didalamnya.
4. Talking
Ketika menjangkau orang dan mendorong mereka untuk mulai
berbicara tentang produk, mereka mengharapkan anda untuk ikut. Menurut
Sernovitz(2009)“When people are talking about you, answer them. Replay to
email messages, accept comments on your blog, participate in the discussion
board, answer the phone. Thank blogger who write abouth you.”. Ketika orang
berbicara tentang produk anda, anda harus menjawabnya, membalas emailnya,
menerima komentar pada blog anda, bepartisipasi dalam diskusi, menjawab
telepon. Terima blogger yang menulis tentang anda.
5. Tracking
Alat yang menajubkan telah dikembangkan yang memungkinkan kita
untuk memahami bagaimana Word of Mouth, dan mengikuti apa yang
konsumen katakan tentang produk kita. Mencari apa yang dikatakan tentang
produk anda dan perusahaan anda sekarang menjadi jauh lebih mudah. Anda
dapat menemukan setiap komentar tentang anda pada setiap blog dan papan
pesan, beberapa saat setelah mereka berkomentar. Sebuah pemahaman yang
mendalam Word of Mouth yang tersebar tentang produk anda.
D. Tempat (distribusi)
Saluran distribusi merupakan jalur yang dilalui arus barang dari
produsen ke konsumen akhir baik melalui perantara yang panjang maupun
pendek.
Dimensi ketiga dari model perilaku konsumen adalah respon konsumen terhadap
stimulus produsen atau pemasar.Respon konsumen bisa berupa tindakan membeli atau
tidak membeli produk yang ditawarkan produsen atau pemasar. Selanjutnya akan
dipaparkan tentang faktor- faktor utama yang mempengaruhi konsumen untuk
membuat keputusan pembelian. Selanjutnya adalah proses psikologi kunci, titik awal
untuk memahami perilaku konsumen adalah model respon rangsangan, rangsangan
pemasaran dan lingkungan memasuki kesadaran konsumen, dan kelompok proses
psikologis digabungkan dengan karakteristik konsumen tentu menghasilkan proses
pengambilan keputusan dan keputusan akhir pembelian
Jenis-Jenis Perilaku Konsumen
Pada dasarnya perilaku konsumen secara umum dibagi menjadi dua yaitu menurut
:
(Zusrony & Kom, n.d.)
1. Rasional,
Rasional adalah tindakan konsumen dalam melakukan pembelian barang dan
jasa dengan mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum seperti: kebutuhan
utama/primer, kebutuhan mendesak, dan daya guna produk itu sendiri kepada
konsumen pembelinya. Berikut ini beberapa ciri-ciri dari perilaku konsumen yang
bersifat rasional :
a. Konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan.
b. Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi
konsumen.
c. Konsumen memilih barang yang mutunya terjamin dan harganya sesuai
dengan kemampuan konsumen.
2. Irasional,
Irasional adalah perilaku konsumen yang mudah terbujuk oleh iming-iming
diskon atau marketing dari suatu produk tanpa mendahulukan aspek kebutuhan atau
kepentingan.Berikut ini beberapa ciri-ciri dari Perilaku Konsumen yang bersifat
irrasional :
a. Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media cetak
maupun elektronik.
b. Konsumen memilih barang-barang bermerk atau branded yang sudah
dikenal luas.
c. Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan
gengsi atau prestise.
konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk mencapai
sasaran tersebut. Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell dan Miniard
( 1995 ) dalam buku perilaku konsumen (Firmansyah, 2018)meliputi 6 tahap, yaitu :
1. Pengenalan kebutuhan
Didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang
diinginkan dengan keadaan sebenarnya yang akan membangkitkan dan mengaktifkan
proses keputusan
2. Pencarian informasi
Tahap selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi
yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal,
maka proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam
menyelesaikan masalah (pencarian eksternal)
a. Sumber pribadi atau opini dari orang lain
b. .Sumber bebas seperti kelompok konsumen dan badan pemerintah
c. Sumber pemasaran seperti karyawan penjualan dan iklan
d. Sumber pengalaman langsung seperti mencoba langsung produk
3. Evaluasi alternatif
Mengevaluai pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang
diinginkan
4. Pembelian
Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih.
5. Konsumsi
Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih
6. Evaluasi alternatif setelah pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan
harapan sesudah digunakan. Beberapa konsumen akan mengalami keraguan atau
kecemasan tentang keputusan pembeliann yang dikenal sebagai pertentangan pasca
pembelian atau post purchase dissonance (Munandar, 2001 ). Untuk mengurangi
pertentangan tersebut individu menggunakan strategi (Schiffman & Kanuk, 1983 ) :
a. Merasionalisasikan keputusannya sebagai keputusan terbaik
b. Mencari informasi yang mendukung pilihannya dan menghindari produk yang
berbeda
c. Berusaha mempengaruhi teman, orang lain untuk membeli produk yang sama
Merasa puas pada produk untuk menentramkan diri. Model ini menekankan
bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh
setelah pembelian. Di dalam setiap pembelian yang dilakukan, setiap
konsumen akan melewati keenam tahapan pengambilan keputusan sebagai
tahapan proses di dalam melakukan tindakan pembelian.
Indikator Keputusan Pembelian
H2
Cita Rasa (X2)
H3
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara.
Hipotesis tersebut baru dapat diuji kebenarannya lewat penganalisaan dan penelitian.
Berdasarkan masalah pokok dan tujuan penelitian, maka penulis merumuskan hipotesis
yaitu :
Ho1 :Tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara Word Of Mouth
terhadap Keputusan pembelian ayam geprek juara.
Ha1 : Ada pengaruh positif dan signifikan antara Word Of Mouth terhadap
Keputusan pembelian ayam geprek juara.
Ho2 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara Cita Rasa terhadap
Keputusan pembelian ayam geprek juara
Ha2 : Ada pengaruh positif dan signifikan antara Cita Rasa terhadap
Keputusan pembelian ayam geprek juara
Ho3 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan variabel Word Of Mouth dan
cita rasa terhadap variabel keputusan pembelian.
Ha3 : Ada pengaruh positif dan signifikan variabel Word Of Mouth dan
cita rasa terhadap variabel keputusan pembelian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-
teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini
diukur sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan
prosedur-prosedur statistic (Creswell, n.d.). Menurut (Azwar, 2014) pada dasarnya,
pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian
hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan
penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi
perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada
umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.
Penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel X (Word Of Mouth dan Cita
Rasa) terhadap variabel Y (keputusan pembelian), populasi penelitian ini adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu, populasi yang akan digunakan penelitian adalah masyarakat
merr Surabaya yang berada di radius 2 kilometer dari area penjualan, berdasarkan
rumus Wibisono mendapat hasil perhitungan didapatkan 96,04 populasi. Sampel
penelitian dilaksanakan dengan metode non-probability sampling (pengambilan
secara tidak acak) kategori Teknik purposive dengan menggunakan Teknik
pengambilan sampel dimana sampel dipilih berdasarkan karakteristiknya. Sedangkan
untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel menggunakan Teknik regresi
linier sederhana.
Keterangan :
n = jumlah sampel
Z a/ 2 = nilai table Z (nilai dari table distribusi normal atas tingkat keyakinan
95% = 1.96)
( )
2
Z σ
n= a/ 2
e
n= ( 0 ,05 )
( 1.69 ) .(0.25) 2
=96 , 04
4. Mendorong
Dorongan terhadap teman
atau relasi untuk
melakukan transaksi atas
produk dan jasa. Kondisi
dimana konsumen
menginginkan timbal balik
yang menarik
2. Cita rasa Drummond KE & Menurut wahidah dalam 1. Bau
(X2) Brefere LM (Kasus et al. 2019), 2. Rasa
dalam penelitian berikut ini merupakan
3. Tekstur
indikator-indikator yang
n.d. 2022) et al. n.d.digunakan
(Nasrullah 2022) untuk 4. Suhu
mendefinisikan mengukur indikator
bahwa cita rasa variabel cita rasa ini,
adalah suatu cara antara lain:
pemilihan
makanan/minuma 1. Bau
n yang harus Bau makanan merupakan
dibedakan dari bau yang disebarkan
rasa (taste) makanan guna memiliki
makanan atau daya tarik yang sangat kuat
minuman serta mampu merangsang
tersebut. indera penciuman sehingga
dapat membangkitkan
selera.
2. Rasa
Rasa suatu makanan selain
dikenali oleh manusia
melalui sel-sel pencicip
yang juga ada dipengaruhi
oleh sensasi bau, tekstur,
warna dan suhu dari
makanan tersebut.
3. Tekstur
Tekstur makanan
merupakan derajat
kekerasan, kepadatan atau
kekentalan. Cair, kenyal,
serta keras merupakan
karakteristik dari
konsistensi.
4. Suhu
Suhu makanan saat
disajikan memegang
peranan penting dalam
penentuan Cita Rasa
makanan, namun makanan
yang terlalu panas atau
dingin akan sangat
mengurangi sensitifitas
sarang pengecap terhadap
rasa makanan.
2. Memberikan
rekomendasi
kepada orang
lain
Dalam melakukan
pembelian, jika konsumen
mendapatkan manfaat yang
sesuai dengan sebuah
produk, mereka pasti
merekomendasikan produk
tersebut dengan orang lain.
Mereka ingin orang lain
juga merasakan bahwa
produk tersebut sangat
bagus dan lebih baik dari
produk lain
1) Jika nilai r hitung > r tabel, maka item pertanyaan atau pernyataan dalam
angket berkorelasi signifikan terhadap skor total (item angket dinyatakan
valid).
2) Jika nilai r hitung < r tabel, maka item pertanyaan atau pernyataan dalam
angket tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (item angket
dinyatakan tidak valid)
B. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Menurut (Imam Ghozali,
2011) Model regresi yang baik merupakan yang memiliki distribusi data yang
normal ataupun yang mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan uji
normalitas dapat dilihat dengan grafik Histogram dan P-Plot dengan melihat
persebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik histogram dari
residualnya, karena data dikatakan berdistribusi normal jika data menyebar
disekitar garis normal atau mengikuti garis diagonal dan grafik histogramnya.
C. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji apakah suatu model
regresi apakah variabel terikat dengan variabel bebas memiliki hubungan linier
atau tidak. Pada hasil uji multikolonieritas ini dilihat dari nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF) dengan nilai VIF < 10, dengan angka tolerance
> 0,10.
D. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas menurut (Ghozali, 2016) bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi linier terjadi ketidaksamaan varians
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik
adalah apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak akan
terjadi apabila tidak ada pola yang jelas (seperti gelombang, melebar lalu
menyempit) pada gambar scatterplots, dan titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Namun jika ditemukan adanya korelasi maka
variabel tersebut berarti tidak ortogonal.
E. Uji Autokorelasi
Menurut (Suyonto n.d. 2007) persamaan regresi yang baik adalah yang
tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan
tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi.
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan
uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW< -2).
b. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2
atau -2 ≤ DW ≤ +2.
c. Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2.
Y= a+b1X1+b2X2
Keterangan :
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Word
Of Mouth terhadap Keputusan Pembelian ayam geprek juara.
A. Uji t (parsial)
Menurut (Ghozali, 2016) uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh
pengaruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini secara
individual dalam menerangkan variabel dependen secara parsial. Adapun kriteria
pengujian ini adalah membandinkan nilai statistik t dengan titik kritik menurut
tabel. Dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Apabila nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b) Apabila nilai thitung < ttabel maka, Ho diterima dan Ha ditolak.
B. Uji F (Simultan)
Menurut (Ferdinan (2006). pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan secara simultan atau
bersama-sama terhadapat variabel terikat. Adapun variabel dependent dalam
penelitian ini yaitu, Word Of Mouth (X1) dan Cita Rasa (X2) secara simultan atau
bersama-sama mempengaruhi variabel independen yaitu, Keputusan Pembelian
(Y). Kriteria pengukuran yang digunakan sebagai berikut:
1. Jika nilai Fhitung>Ftabel, berarti ada pengaruh secara simultan atau
bersama- sama dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
2. Jika nilai Fhitung<Ftabel, berarti tidak ada pengaruh seecara simultan
atau bersama-sama dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
C. Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)
Menurut (Noer & Sugito, 2011) koefisien determinasi ditulis dengan symbol
𝑅2, merupakan pengukuran seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan para variabel dependen atau bagian secara keseluruhan dari total
variasi dalam Y (variabel dependen) yang dapat dijelaskan oleh hubungan antara
Y dan X. koefisien determiasi 𝑅2 ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
presetase variasi variabel bebas dapat diterangkan oleh variabel terikat.
BAB IV
PENYAJIAN, ANALISA, DAN PEMBAHASAN
Terdapat banyak brand ternama dan terkenal yang menawarkan berbagai produk
olahan ayam. Setiap produk olahan ayam yang ada di Indonesia memiliki keunggulan
yang berbeda-beda. Meskipun produk-produk tersebut sesuai dengan kemampuan dan
memberikan manfaat yang baik kepada konsumen, kepercayaan terhadap produk Ayam
Geprek Juara sangat penting. Tanpa kepercayaan tersebut, konsumen mungkin enggan
membeli dan memilih untuk mengkonsumsi ayam geprek yang diinginkannya. Di Kota
Surabaya, selain restoran Ayam Geprek Juara, terdapat banyak restoran ayam geprek
ternama yang sudah tersebar di Surabaya. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa
yang membuat masyarakat di Kota Surabaya memilih Ayam Geprek Juara sebagai pilihan
mereka.
Penelitian ini berjudul "Pengaruh Word of Mouth dan Cita Rasa terhadap Keputusan
Pembelian Ayam Geprek Juara (Pada Masyarakat Surabaya)." Dalam menentukan
karakteristik responden, beberapa faktor yang diperhatikan meliputi jenis kelamin, usia,
profesi, dan pendapatan bulanan. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap karakteristik
responden dalam penelitian ini:
A. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Usia
Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia
Sebelum memaparkan data tabulasi dari kuisioner yang diisi oleh responden pada
kuisioner elektronik tersebut, peneliti terlebih dahulu menjelaskan hasil uji validitas dan
reliabilitas dari 30 responden pertama untuk menentukan apakah data tersebut valid dan
reliabel. Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel:
A. Uji Validitas
Ketika ingin mengetahui valid atau tidaknya pernyataan instrument dalam
penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas :
Tabel 4.5 Uji Validitas
B. Uji Reliabilitas
Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa variabel Word Of Mouth memiliki
Cronbach’s Alpha sebesar 0.764, variabel Cita Rasa memiliki Cronbach’s Alpha sebesar
0,759 dan variabel Keputusan Pembelian memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,603. Dari
hasil tersebut, menunjukkan bahwa seluruh variabel Word Of Mouth (X1) dan Cita Rasa (X2)
dan Keputusan Pembelian (Y) dalam penelitian ini dinyatakan reliabel karena memiliki
Cronbach’s Alpha yang melebihi ambang batas yaitu 0,600.
4.2 Tabulasi Data
Keterangan:
Nilai tertinggi= 5
Nilai terendah= 1
Jumlah kelas= 5
5−1
¿ =0 , 8
5
Berdasarkan hasil tabulasi dari variabel Word Of Mouth (X1) pada tabel 4.8 diatas
menunjukan bahwa rata-rata responden memilih jawaban setuju dengan indicator Word Of
Mouth dengan rata-rata score 3,94 yang artinya Word Of Mouth salah satu factor yang
mempengaruhi keputusan pembelian.
Pada variabel Cita Rasa (X2) dapat dilihat tabel 4.9 diatas. Nilai rata-rata responden
berdasarkan tabulasi memilih jawaban setuju, rata-rata score 3,93 yang berarti responden
setuju pada indikator yang diajukan peneliti pada variabel cita rasa.
Hasil dari tabulasi variabel keputusan pembelian (Y) yang diolah dari hasil kuisioner
menunjukkan variabel keputusan pembelian pada tabel 4.10 diatas menyatakan bahwa rata-
rata responden memilih jawaban setuju dengan rata-rata score 3,90. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa responden menyetujui semua pernyataan yang diajukan pada variabel
keputusan pembelian.
Keterangan:
Nilai tertinggi= 5
Nilai terendah= 1
Jumlah kelas= 5
5−1
¿ =0 , 8
5
Tabel 4.12 Hasil Mean Jawaban Responden Variabel Word Of Mouth (X1)
Persentasi
No Pernyataan SS S KS TS STS Total Mean keterangan
score
Word Of Mouth (X1)
Membicarakan
1. Saya sering 41 29 17 7 2 388/9 4,04 Setuju
membicarakan 6
keunggulan ayam
geprek juara
kepada orang lain
2. Saya menceritakan 15 53 20 7 1 362/9 3,77 Setuju
pelayanan ayam 6
geprek juara
kepada orang lain
Merekomendasikan
6. Memberikan 36 33 20 6 1 385/9 4,01 Setuju
rekomendasi ayam
geprek juara 6
tersebut kepada
teman-teman
terdekat lebih dari
satu kali
7. Saya 26 39 24 5 2 3,85 Setuju
merekomendasika 370/9
n kepada tetangga, 6
keluarga yang
ingin membeli
ayam geprek juara
8. Saya tertarik 30 42 19 4 1 384/9 4,00 Setuju
merekomendasika 6
n ayam geprek
juara kepada
kerabat yang
senang dengan
makanan kuliner
berjenis rasa pedas
Mendorong
9. Saya sering 35 33 24 3 1 386/9 4,02 Setuju
menceritakan rasa 6
yang dimiliki oleh
ayam geprek juara
dan mendorong
teman-teman
terdekat untuk
mencoba
Tabel 4.13 Hasil Mean Jawaban Responden Variabel Cita Rasa (X2)
Persentasi
No Pernyataan SS S KS TS STS Total Mean keterangan
score
Cita Rasa (X2)
Bau
1. Aroma makanan 38 36 18 3 1 395/9 4,11 Setuju
yang disebarkan 6
oleh ayam geprek
juara mempunyai
daya tarik yang
kuat pada indra
penciuman
2. Bau yang 30 40 19 5 2 379/9 3,94 Setuju
ditawarkan oleh 6
ayam geprek juara
mengundang
selera konsumen
Rasa
3. Rasa pedas yang 35 38 19 1 3 391/9 4,06 Setuju
diberikan oleh 6
ayam geprek juara
memiliki ciri khas
tersendiri sehingga
dikenali oleh
konsumen
4. Semua rasa menu 24 49 17 3 3 376/9 3,91 Setuju
variant ayam 6
gepek juara dan
minuman yang
dihidangkan di
ayam geprek juara
sangat nikmat di
lidah
5. Rasa makanan 19 42 24 8 3 354/9 3,68 Setuju
pada ayam geprek 6
juara sudah sesuai
dengan ekspetasi
Tekstur
6. Makanan yang 22 49 19 6 0 374/9 3,90 Setuju
disajikan oleh 6
ayam geprek juara
memiliki
kepadatan yang
sesuai
7. Sambal yang 22 46 22 6 0 372/9 3,87 Setuju
dihidangkan oleh 6
ayam geprek juara
memiliki tingkat
kekentalan dan
tingkat kecairan
yang sesuai
Suhu
8. Suhu makanan 32 39 19 5 1 384/9 4,00 Setuju
yang disediakan 6
oleh ayam geprek
juara memiliki
kehangatan yang
pas
9. Suhu minuman 29 38 17 12 0 372/9 3,87 Setuju
yang disediakan 6
oleh ayam geprek
juara memiliki
dingin yang pas
10. Produk ayam 34 31 24 3 4 376/9 3,91 Setuju
geprek juara 6
memiliki suhu
yang aman
dikonsumsi
Sumber : tabel 4.9 (data diolah oleh peneliti, 2023)
Pada tabel 4.13 diketahui tanggapan responden atas variabel cita rasa, rata-rata
responden menjawab dengan jawaban setuju. Nilai rata-rata jawaban paling tinggi terdapat
pada pernyataan 1 dengan rata-rata sebesar 4,11 yang berarti pada indicator “Bau” yaitu
responden setuju Aroma makanan yang disebarkan oleh ayam geprek juara mempunyai daya
tarik yang kuat pada indra penciuman, sedangkan rata-rata jawaban paling rendah terdapat
pada pernyataan 3 dengan rata-rata sebesar 3,68 pada indicator “Rasa” yaitu ”Rasa makanan
pada ayam geprek juara sudah sesuai dengan ekspetasi” dan menunjukkan bahwa responden
menjawab dengan jawaban setuju.
Persentasi
No Pernyataan SS S KS TS STS Total Mean keterangan
score
KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
Kemantapan Pada Sebuah Produk
1. Saya memutuskan 30 41 17 4 4 377/96 3,92 Setuju
membeli produk
ayam geprek juara
setelah membeli
salah satu dari
beberapa kedai
ayam geprek.
2. Saya memutuskan 21 34 29 9 3 349/96 3,63 Setuju
membeli ayam
geprek berulang-
ulang.
3. Saya memutuskan 32 34 17 10 3 370/96 3,85 Setuju
membeli ayam
geprek juara
karena pelayanan
nya bagus.
4. Saya memutuskan 25 41 20 7 3 366/96 3,81 Setuju
membeli ayam
geprek juara
karena memiliki
banyak variant
ukuran ayam yang
disediakan sesuai
selera konsumen
A. Uji Linieritas
Tujuan dari uji linieritas adalah untuk menentukan apakah terdapat hubungan linear
antara variabel dependen dan variabel independen. Hubungan dikatakan linear jika Deviation
from Linearity memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05.
Keputusan Pembelian
Tabel diatas menunjukkan hubungan antara Variabel Word Of Mouth dengan Variabel
keputusan pembelian, uji tersebut menyatakan bahwa nilai signifikansi yaitu sebesar 0,255
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara Variabel Word Of Mouth
dengan Variabel keputusan pembelian karena nilai signifikansi > 0,05.
Keputusan Pembelian
Tabel diatas menunjukkan hubungan antara Cita Rasa dengan Variabel keputusan
pembelian, uji tersebut menyatakan bahwa nilai signifikansi yaitu sebesar 0,100. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara Variabel Cita Rasa dengan
Variabel keputusan pembelian karena nilai signifikansi > 0,05.
A. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data pada suatu
variabel mengikuti distribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas dapat dilihat
melalui beberapa model, seperti Histogram dan Normal P-Plot, yang berguna untuk
mengetahui nilai selebaran data sebagai berikut:
Dari hasil uji normalitas menggunakan SPSS 25, dapat dilihat dari Gambar 4.1 bahwa
grafik menunjukkan pola distribusi yang mengikuti garis histogram. Selain itu, pada
Gambar 4.2, titik-titik tersusun mengikuti garis diagonal. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini memiliki distribusi yang normal.
B. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas hanya diperlukan untuk uji regresi berganda dan
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan interkorelasi atau hubungan
yang kuat antar variabel depedent. Dalam hasil uji multikolonieritas, perhatian
diberikan pada nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF < 10
dan nilai tolerance > 0,10, menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah
multikolonieritas dalam model tersebut
Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolenieritas
Hasil uji multikolonieritas ini dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF) dengan nilai VIF < 10, dengan angka tolerance > 0,10. Jadi berdasarkan
tabel 4.13 diketahui bahwa nilai VIF (X1) Word Of Mouth dan Cita Rasa (X2)
Keputusan pembelian adalah sebesar 1,274 dan nilai tolerance 0,785 maka data dalam
penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas karena nilai VIF 1.274 < 10 dan nilai
tolerance 0,785 > 0,10.
C. Uji Heterokedastisitas
. Heteroskedastisitas tidak terjadi jika tidak terlihat pola yang jelas, seperti pola
gelombang, perluasan dan penyempitan, pada scatter plot, serta penyebaran titik-titik
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Namun, jika terdapat korelasi yang
ditemukan, berarti variabel tersebut tidak bersifat ortogonal.
D. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya
(t-1) dalam model regresi linier (Ghozali, 2016:107). Dalam penelitian ini,
autokorelasi diuji menggunakan Uji Durbin-Watson (DW test), yang kemudian
dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson yang terdapat dalam tabel. Keputusan
mengenai adanya autokorelasi dapat diambil berdasarkan hasil uji tersebut.
Tabel Pengambilan keputusan durbin-waston :
jika Hipotesis nol keputusan
0 < d < dL Hipotesis nol Tidak ada Tolak
autokorelasi positif
dL ≤ d ≤ dU Tidak ada autokorelasi Tidak ada
Positif keputusan
4 – dL < d < Tidak ada autokorelasi Tolak
4 negatif
4 – dU ≤ d ≤ Tidak ada autokorelasi Tidak ada
4 – dL Positif keputusan
dU < d < 4 – Tidak ada autokorelasi diterima
dU positif atau negatif
Tabel 4.18 Hasil Uji Autokorelasi
n = 96
d = 1.780
dL = 1,688
dU = 1,625
Maka dari nilai diatas menunjukan dU < d < 4- dU atau 1,625 < 1,780 < 2,374
Dapat disimpulkan bahwa keputusan diterima tidak terdapat autokorelasi positif dan
negative.
Dari Tabel 4.19 yang terlampir, dapat diberikan interpretasi terhadap model
persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y =a+b ₁ X ₁+b ₂ X ₂
Y =0,969+0,292 X ₁+ 0,571 X ₂
Keterangan :
Y : Variabel Keputusan Pembelian
X1 : Variabel Word Of Mouth
X2 : Variabel Cita Rasa
a : Parameter independent
b1 : Koefisien regresi Word Of Mouth
b2 : Koefisien regresi Cita Rasa
1. Nilai konstanta (α) memiliki nilai positif sebesar 0,969, yang menunjukkan adanya
pengaruh searah antara variabel independen dan dependen. Hal ini mengindikasikan
bahwa jika semua variabel, termasuk Word of Mouth (X1) dan Cita Rasa (X2),
memiliki nilai 0 atau tidak mengalami perubahan, maka nilai Keputusan Pembelian
adalah 0,969.
2. Nilai koefisien regresi untuk variabel Word of Mouth (X1) adalah 0,292, yang
menunjukkan adanya pengaruh positif (searah). Ini berarti jika nilai variabel
independen tetap dan terjadi peningkatan 1 satuan dalam variabel Word of Mouth,
maka Keputusan Pembelian akan meningkat sebesar 0,292. Koefisien positif untuk
Word of Mouth menunjukkan adanya hubungan positif antara Word of Mouth dan
Keputusan Pembelian. Semakin menarik Word of Mouth dari produk Ayam Geprek
Juara, semakin besar kemungkinan konsumen akan membeli produk tersebut.
3. Berdasarkan nilai koefisien regresi untuk variabel Cita Rasa (X2) yang bernilai positif
(searah), terdapat hubungan positif antara Cita Rasa dan Keputusan Pembelian. Nilai
koefisien regresi untuk variabel Cita Rasa adalah 0,571, yang berarti jika nilai
variabel independen lainnya tetap dan terjadi peningkatan 1 satuan dalam variabel
Cita Rasa, maka Keputusan Pembelian akan meningkat sebesar 0,571. Oleh karena
itu, semakin menarik Cita Rasa dari produk Ayam Geprek Juara, penjualan produk
tersebut juga akan meningkat.
Pada penjabaran hasil regresi linear berganda diatas menunjukan bahwa setiap
terjadinya perubahan pada setiap variabel baik (X1) Word Of Mouth dan (X2) Cita
Rasa maka akan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian konsumen Ayam Geprek
Juara.
Untuk mengetahui hasil uji t dari penelitian ini dengan jumlah responden sebanyak 96 orang
dapat dilihat dari tabel 4.19 pada lembar halaman terdahulu tabel hasil uji t (parsial), maka
dasar keputusan untuk menentukan t tabel adalah sebagai berikut :
t.tabel = t (ɑ/2; n – k – 1)
Keterangan :
Maka :
= 0,05 / 2 ; 96 -2 -1
= 0,025 ; 94
=1,985
Jadi dalam penelitian ini dapat di lihat nilai signifikansi (α) sebesar 5% (0,05) dengan
nilai 𝑡.tabel diketahui sebesar 1,985. Yang mana sudah ditentukan untuk mengetahui suatu
hipotesis berpengaruh atau tidak dilihat dari, 𝑡.hitung>𝑡.tabel. adapun hasil dari pengujian Uji
t (Parsial), adalah sebagai berikut :
1) Hipotesis Pertama
Ho : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan Word Of Mouth Terhadap Keputusan
Pembelian ayam geprek juara.
Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan Word Of Mouth terhadap Keputusan
Pembelian konsumen ayam geprek juara.
Berdasarkan pada tabel 4.19 dapat dilihat nilai t.hitung pada variabel Word Of Mouth
sebesar 4,211 dimana t.hitung lebih besar dari t.tabel yaitu t.hitung 4,211 > t.tabel
1,985 dengan tingkat signifikan (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima
artinya dapat disimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan antara Word Of Mouh
terhadap Keputusan Pembelian Ayam Geprek Juara.
2) Hipotesis Kedua
Ho : tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara cita rasa terhadap keputusan
pembelian
Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan antara Cita Rasa terhadap Keputusan
Pembelian ayam geprek juara .
Berdasarkan pada tabel 4.19 dapat dilihat nilai t.hitung pada variabel Cita Rasa
sebesar 4,062 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,05 maka t.hitung < t.tabel (8,065 >
1,985) dengan signifikasi (0,000 < 0,05 ) maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya
dapat dimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan antara Cita Rasa terhadap
Keputusan Pembelian konsumen Ayam Geprek Juara.
B. Uji F Simultan
Uji F (simultan) digunakan untuk mengevtahui sejauh mana variabel
independen secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen. Dalam
penelitian ini, variabel dependen adalah Keputusan Pembelian (Y), sedangkan
variabel independen adalah Word Of Mouth (X1) dan Cita Rasa (X2). Uji F ini
bertujuan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel Word Of Mouth
dan Cita Rasa mempengaruhi variabel Keputusan Pembelian.
H0 : variabel Word Of Mouth dan Cita rasa, secara Bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
1) Jika nilai Fhitung > Ftabel, berarti ada pengaruh secara simultan atau bersama- sama
dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
2) Jika nilai Fhitung < Ftabel, berarti tidak ada pengaruh seecara simultan atau bersama-
sama dari semua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berdasarkan Tabel 4.21, dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 72,799,
sedangkan nilai F tabel adalah 3,93. Dari perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa
F hitung (72,799) > F tabel (3,93), sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya,
terdapat pengaruh secara simultan atau bersama-sama dari variabel Word of Mouth
dan Cita Rasa terhadap variabel Keputusan Pembelian.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Word Of Mouth (X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y)
Hasil pengujian pertama menggunakan uji-t diketahui bahwa Word Of Mouth
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada ayam geprek
juara merr Surabaya. Ini menunjukan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dapat
diterima. Konsumen yang berpengalaman pernah membeli ayam geprek juara dan
merasa puas dengan produknya akan terus membicarakan keunggulan ayam geprek
kepada orang lain maupun teman terdekat yang akan membuat konsumen awalnya
tidak mengenal ayam geprek juara akhinya tau dan pada akhirnya melakukan
pembelian, secara tidak langsung hal tersebut masuk dalam mempromosikan ayam
geprek juara karena mempromosikan produk lewat mulut ke mulut dapat
mempengaruhi konsumen yang lain membuat orang lain tertarik dan penasaran pada
produk ayam geprek juara. Selain itu kita juga dapat merekomendasikan produk ayam
geprek juara secara langsung dua arah kepada teman terdekat yang meminta
rekomendasi makanan olahan ayam hal tersebut dapat mendorong konsumen maupun
teman dan kerabat untuk melakukan pembelian ayam geprek juara.
Berdasarkan hasil tabulasi, jawaban responden yang memiliki nilai rata-rata
paling tinggi terdapat pada indikator ”membicarakan”. Item pernyataan pertama yaitu
”Saya sering membicarakan keunggulan ayam geprek juara kepada orang lain”.
Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa Word Of Mouth pada indikator
“membicarakan” memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan pembelian.
Kondisi ini menggambarkan bahwa konsumen dalam melakukan pemilihan atau
penetapan keputusan pembelian ayam geprek juara dikarenakan telah mendengar
cerita dari orang yang dianggap sebagai informasi yang lebih relevan dari pada iklan
yang beredar karena adanya maksud tertentu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
(Saputra, n.d.) bahwa Word Of Mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputus
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas dalam hal ini penulis dapat merekomendasikan hal-hal
berikut, khususnya untuk pelaku usaha ayam geprek juara yang berada di Merr Surabaya :
1. Bagi pemilik usaha ayam geprek juara diharapkan mampu menciptakan inovasi
mengenai rasa makanan yang menarik guna meningkatkan pembelian. Cara yang
dapat dilakukan oleh pemilik yakni dengan tidak hanya menciptakan olahan ayam
berupa ayam geprek saja melainkan variasi olahan ayam lainnya guna memenuhi
ekspetasi konsumen. Selain itu, pemilik juga dapat mempertahankan bau yang lezat
sehingga dapat membantu menggugah selera konsumen. Cara tersebut dilakukan agar
perusahaan diharapkan mampu terus mempertahankan pesan positif yang telah
diterima oleh konsumen.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Harapannya, peneliti berikutnya akan mampu memperluas penelitian ini dengan
menyelidiki faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi keputusan pembelian dan
menggunakan sampel yang berbeda serta alat penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 Kuisioner
KUESIONER PENELITIAN
Dengan Hormat,
Dalam rangka Menyusun skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana
di Universitas 17 Agustus 195 Surabaya, peneliti berusaha untuk mengumpulkan data dan
informasi mengenai “Pengaruh Word Of Mouth dan Cita Rasa terhadap keputusan pembelian
ayam geprek juara”. Oleh karena itu saya ingin mengajak saudara/i berpatisipasi dalam
pengisian kuisioner ini agar hasil penelitian ini dapat memiliki kreadibilitas yang tinggi. Saya
sangat berterimakasih atas ketersediaan dan partisipasi saudara/i dalam meluangkan waktu
mengisi kuisioner ini.
1. PROFIL RESPONDEN
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin :( ) Laki-laki ( ) Perempuan
3. USIA :
( ) 15 – 20 Tahun ( ) 21 – 25 Tahun
( ) 26 – 30 Tahun ( ) 31 – 35 Tahun
4. PROFESI
( ) Mahasiswa ( ) Pelajar
( ) Karyawan ( ) Pengusaha
5. Pendapatan :
( ) < Rp. 1.000.000
( ) > Rp. 1.000.000 - ≤ Rp. 2.000.000
( ) > Rp. 2.000.000 - ≤ Rp. 3.000.000
( ) > Rp. 3.000.000
6. Pernah melakukan pembelian ayam geprek juara minimal 2x
( ) Iya
( ) Tidak
Pililah salah satu jawaban yang telah disediakan pada pertanyaan yang terdapat pada
kuisioner. Adapun 5 (Lima) pilihan jawaban yang wajib diisi salah satu oleh responden
sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
Membicarakan
Mempromosikan
BAU
Rasa
Model histogram
Model P-plot