Anda di halaman 1dari 143

Laporan Diagnosis Komunitas

Capaian Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga


Wilayah Puskesmas Baruharjo 2022

Penyusun:
Brenda Ariesti Putri (202110401011031)
Rendi Agung Laksono (202110401011047)

Pembimbing :
Dr. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes., FISPH., FISCM
dr. Riana Widyastuti
dr. Dwi Astuti

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas
segala rahmat, Hidayah-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan diagnosis
komunitas dengan judul “Laporan Diagnosis Komunitas Capaian Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga Wilayah Puskesmas Baruharjo 2022”.
Dengan terwujudnya Diagnosis Komunitas ini, Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyelesaian Diagnosis Komunitas ini.
Penulis menyadari bahwa Diagnosis Komunitas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Dengan kerendahan hati penulis mohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta menjadi sumbangan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Trenggalek, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR GRAFIK viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN x
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Area Kajian Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
1.4.1 Manfaat untuk Mahasiswa 3
1.4.2 Manfaat untuk Puskesmas 3
1.4.3 Manfaat untuk Masyarakat 3
BAB 2 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Program Pokok Puskesmas 4
2.1.1 Promosi Kesehatan (Promkes) 4
2.1.1.1 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 4
2.1.2 Sosialisasi Program Kesehatan 5
2.1.3 Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) 5
2.1.4 Pencegahan Penyakit Menular (P2M) 7
2.1.4.1 Surveilens Epidemiologi 7
2.1.4.2 Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS
(Infeksi Menular Seksual), Rabies 8
2.1.5 Program Pengobatan 10
2.1.5.1 Rawat Jalan Poli Umum 10
2.1.5.2 Rawat Jalan Poli Gigi 12
2.1.5.2 Unit Rawat Inap 13

ii
2.1.5.3 Unit Gawat Darurat (UGD) 14
2.1.5.4 Puskesmas Keliling (Puskel) 15
2.1.6 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 20
2.1.6.1 ANC (Antenatal Care) dan PNC (Post Natal Care) 20
2.1.6.2 Gizi Ibu Hamil 21
2.1.6.3 KB (Keluarga Berencana) 22
2.1.6.4 Poli MTBS 23
2.1.7 Upaya Peningkatan Gizi 24
2.1.7.1 Penimbangan 24
2.1.7.2 Penyuluhan Gizi Emo-Demo 25
2.18 Kesehatan Lingkungan 26
2.1.8 Pencatatan dan Pelaporan 27
2.1.8.1 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) 27
2.1.8.2 JKN 28
2.19 Kegiatan Lain 30
2.1.9.1 Mini Lokakarya 30
2.1.9.2 Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) 31
2.2 List Penyakit Terbanyak 33
2.3 Struktur Fasilitas Puskesmas 33
2.3.1 Visi, Misi dan Struktur Organisasi 33
2.3.2 Prosedur Operasi Standar SOP 34
2.3.3 Sumberdaya Puskesmas 38
2.4 Literatur PIS-PK 41
2.4.1 Konsep Keluarga 41
2.4.1.1 Definisi Keluarga 41
2.4.1.2 Pengukuran Fungsi Keluarga 43
2.4.2 Perilaku Kesehatan 44
2.4.3 Permasalahan Kesehatan di Indonesia 45
2.4.4 Konsep Pendekatan Keluarga dalam Kesehatan 53
2.4.5 Keluarga Sebagai Fokus Pemberdayaan 54
2.4.6 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga 57
2.4.7 Perananan dan Fungsi Puskesmas dalam Pembangunan Kesehatan 58
2.4.8 Peran dan Tanggung Jawab Sektor Kesehatan dan Lintas Sektor 64

iii
2.4.9 Manajemen Pelaksanaan 73
2.4.10 Mengitung IKS 77
BAB 3 82
LANGKAH PELAKSANAAN DIAGNOSIS KOMUNITAS 82
3.1 Desain Studi 82
3.2 Populasi dan Sampel 82
3.3 Data 82
3.3.1 Sumber Data 82
3.3.2 Analisis Data Deskriptif dan Analitik 82
3.4 Identifikasi Masalah 82
3.4.1 Analisis situasi 82
3.4.2 Analisis epidemiologi 86
3.4.2.1 Analisis capaian program PIS-PK tiap Desa di Wilayah Puskesmas
Baruharjo 86
3.4.2.2 Data capaian PIS-PK dengan Nilai terendah 87
3.4.3 Analisis lingkungan (indikator kesehatan lingkungan) 89
3.4.4 Analisis Perilaku 91
3.4.5 Analisis Konten 92
3.4.6 Pendekatan statistik 92
3.5 Penentuan Prioritas 93
3.5.1 Metode 93
3.5.2 Alasan Pemilihan Masalah 97
3.6 Alternatif Pemecahan Masalah SWOT 97
3.6.1 Kekuatan Faktor Internal 97
3.6.2 Kelemahan Faktor Internal 97
3.6.3 Potensial Faktor Eksternal 97
3.6.4 Hambatan Faktor Eksternal 97
3.6.5 Program aksi pemecahan masalah 98
3.7 Penentuan penyebab masalah 101
3.8 Program Pemecahan Masalah/Pembahasan 102
BAB 4 103
RENCANA INTERVENSI 103
4.1 Penjelasan tentang intervensi secara rinci 103

iv
4.1.1 Penyuluhan Keluarga Sehat 103
4.1.2 Skoring mengenai resiko 104
4.1.3 Evaluasi Berkala dan Refreshment Kader 104
4.1.4 Program Solusi JKN dengan Tabungan hemat pasti sehat 105
4.1.5 Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam Pelaporan dan Blanko
Intervensi PIS-PK 105
4.2 Tujuan intervensi 106
4.3 Target dan sasaran intervensi 106
4.4 Langkah-langkah pelaksanaan intervensi 107
4.5 Sumber daya yang dibutuhkan meliputi sumber daya manusia, dana, materi, dan
waktu. 107
4.5.1 Sumber Daya Manusia 107
4.5.2 Sumber Dana 108
4.5.3 Sumber Materi 108
4.5.4 Sumber Waktu 108
4.6 Jadwal pelaksanaan intervensi 108
4.7 Skoring 109
BAB V 112
KESIMPULAN DAN SARAN 112
5.1 SIMPULAN 112
5.1.1 Area Masalah 112
5.1.2 Alternatif Penyebab Masalah 112
5.1.3 Akar Penyebab Masalah 112
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan 113
5.2 SARAN 113
DAFTAR PUSTAKA 114
LAMPIRAN 117

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pencapaian Hasil JKN 29


Tabel 2.2 SOP Intervensi PIS-PK 35
Tabel 2.3 SOP Alur Pelayanan Pasien 46
Tabel 2.4 Data Ketenagaan 47
Tabel 2.5 Sarana Puskesmas Baruharjo 48
Tabel 2.6 Prasarana Puskesmas Baruharjo 49
Tabel 2.7 Penentu Kebijakan 61
Tabel 2.8 Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor 73
Tabel 2.9 Contoh Perhitungan IKS Keluarga 78
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Kawasan Puskesmas Baruharjo Berdasarkan Jenis
Kelamin 84
Tabel 3.2 Indikator Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga di Wilayah
Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek tahun 2022 86
Tabel 3.3 Data Capaian PIS-PK Tiap Desa di Puskesmas Baruharjo 87
Tabel 3.4 Data PIS-PK Desa Sumbergayam 88
Tabel 3.5 Rumah sehat wilayah kerja Puskesmas Baruharjo tahun 2021 90
Tabel 3.6 Pokok Permasalahan 94
Tabel 3.7 Daftar Masalah 95
Tabel 3.8 Kriteria, bobot, dan skor metode MCUA 96
Tabel 3.9 Kriteria, bobot, dan skor metode MCUA 96
Tabel 3.10 Tabel alternatif pemecahan masalah 100
Tabel 4.1 Sasaran dan Target Intervensi Program Program Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga di Puskesmas Baruharjo 107

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Baruharjo 34
Gambar 2.2 Peranan Puskesmas 56
Gambar 2.3 Pelayanan UKP 56
Gambar 2.4 Alur Data dan Upaya Monev 58
Gambar 2.5 Alur Penugasan Terintegrasi 76
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Baruharjo 83
Gambar 3.2 Fishbone Penentuan Penyebab Masalah 101

vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Distribusi Penyakit Terbanyak di Puskesmas Baruharjo 2022 33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kegiatan Wawancara dengan Kader Desa PIS-PK 117


Lampiran 2 : Skoring Intervensi PIS-PK Google Form 118
Lampiran 3 : Skroing Intervensi PIS-PK Manual 123
Lampiran 3 : Evaluasi KOPIPU 126
Lampiran 4 : Blanko Intervensi PIS-PK 128

ix
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
ANC : Antenatal Care
APGAR Family : Adaptation, Partnership, Growth, Affection Resolve
ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease
IKS : Indeks Keluarga Sehat
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KB : Keluarga Berencana
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KOPIPU : Konseling dari Pintu ke Pintu
MCUA : Multiple Criteria Utility Assessment
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PIS-PK : Program Indonesia Sehat – Pendekatan Keluarga
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
Ponkesdes : Pondok Kesehatan Desa
Promkes : Promosi Kesehatan
PTM : Penyakit Tidak Menular
SOP : Standar Operasional Prosedur
SiDarti Manis : Sidarah Tinggi dan Kencing Manis
SDM : Sumber Daya Manusia
TB : Tuberkulosis
UKM : Unit Kesehatan Masyarakat
UKP : Unit Kesehatan Personal

x
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat dan Populasi merupakan satuan dari individu serta keluarga
yang mempengaruhi akan tingkat kesehatan. Keluarga merupakan suatu bentuk
sistem yang memiliki peran dalam menjaga serta mencegah suatu penyakit, karena
pada dasarnya keluarga dapat menjaga dan memelihara kesehatan dari waktu ke
waktu disetiap kehidupan. (Barnes, 2020). Fungsi dari keluarga didahulukan
karena kesehatan publik semua berawal dari rumah, dimana keluarga sebagai
prevensi primer. Sebuah studi ACEs (adverse Childhood Experiences)
mengungkapkan bahwa, kurangnya ungkapan emosi pada saat periode anak secara
emosional, fisik atau adanya pelecehan seksual, semakin meningkat karena
adanya fungsi keluarga yang kurang, tidak hanya secara mental tetapi, adanya
penyalahgunaan alkohol, COPD karena rokok juga termasuk dalam kejadian
tersebut. (Hanson, 2019)

Program Indonesia Sehat (PIS) merupakan salah satu program dari Agenda
ke 5 Nawa Cita. Program Indonesia Sehat akan menjadi program utama
pembangunan kesehatan yang kemudian akan dicapai melalui Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang akan diatur dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Tujuan dari program Indonesia Sehat adalah peningkatan status kesehatan dan gizi
masyarakat melalui tindakan yang ditujukan untuk kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung keamanan finansial dan distribusi layanan yang adil
kesehatan Tujuan ini sejalan dengan tujuan Pokok-pokok RPJMN 2015-2019,
yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak,
2. Meningkatnya pengendalian penyakit, (3)
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4)
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui kartu
indonesia sehat dan kualitas pengelolaan sjsn kesehatan, (5)
1
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin,
6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar


utama, yaitu:
1. Penerapan paradigma sehat,
2. Penguatan pelayanan kesehatan, dan
3. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (jkn)

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan


kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan
strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi
perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.
Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

Pada tahun 2023 target capaian PIS-PK pada provinsi Jawa Timur sebesar
0.6 dengan perincian Keluarga mengikuti program KB (Keluarga Berencana) 65%
Persalinan ibu di fasilitas kesehatan 95%, Bayi mendapatkan imunisasi lengkap
97%, Bayi mendapatkan ASI eksklusif 85%, Pertumbuhan balita
dipantau95% ,Penderita TB Paru berobat sesuai standar 70%, Penderita
hipertensi berobat teratur 70%, Penderita gangguan jiwa berat diobati dan
tidak ditelantarkan 70%, Anggota keluarga tidak ada yang merokok 60%,
Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) 95%,
Keluarga memiliki akses/menggunakan air bersih 100%, Keluarga memiliki
akses/menggunakan jamban keluarga100%, (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2021). Berdasarkan data dari Puskesmas Baruharjo, Kabupaten
Trenggalek periode Januari - Desember 2022 hasil cangkupan yang didapatkan
yakni sebesar 0.2.

Berdasarkan data tersebut, maka kami penulis melakukan analisis diagnosis


komunitas Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga.

2
1.2 Area Kajian Masalah
Capaian program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga Wilayah
Puskesmas Baruharjo 2022
1.3 Tujuan
Menganalisis masalah yang terjadi di Puskesmas Baruharjo sehingga dapat
meningkatkan capaian indeks PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo,
Kabupaten Trenggalek.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis masalah kurangnya capaian
PIS-PK dan berkontribusi dalam program ini di Wilayah Puskesmas Baruharjo.

1.4.2 Manfaat untuk Puskesmas


Diharapkan karya tulis ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan
pencapaian PIS-PK di Wilayah Puskesmas Baruharjo.

1.4.3 Manfaat untuk Masyarakat

Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan wawasan


tentang PIS-PK sehingga dapat meningkatkan capaian indeks keluarga sehat di
masa mendatang.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Pokok Puskesmas
2.1.1 Promosi Kesehatan (Promkes)
2.1.1.1 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
1. Penyuluhan Pencegahan Stroke pada Lansia
Input
 Sumber daya
o Manusia: 2 perawat, 2 kader dan 3 dokter muda
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana prasarana: Puskesmas Baruharjo, LCD, proyektor, mic,
kabel olor
 Target pencapaian: Peserta mampu memahami materi tentang
pencegahan stroke
 Sasaran: Lansia di Puskesmas Baruharjo yang hadir ditempat
Proses
 Metode: Temu dan diskusi secara langsung
 Model pelaksanaan:
o Seluruh partisipan datang ke Puskesmas Baruharjo
o Penyampaian materi pencegahan stroke diakhiri dengan quis
Output
 Pencapaian hasil: Peserta mendapatkan informasi mengenai
pencegahan stroke
 Kendala/Hambatan:
o Tidak dapat mengevaluasi pemahaman masing - masing peserta
karena belum ada tolak ukur secara kuantitatif
o Keterbatasan waktu yang disediakan sehingga tidak dapat
menambahkan kegiatan untuk menunjang pemahaman peserta
2. Penyuluhan Stunting
Input
 Sumber daya

4
o Manusia: 2 perawat, 1 dokter, 2 dokter muda, dan 2 kader
posyandu
o Dana: BOK
o Sarana prasarana: Poster Penyuluhan
 Target pencapaian: Peserta mampu memahami mengenai stunting
dan cara pencegahannya
 Sasaran: Seluruh peserta yang datang ke Posyandu
Proses
 Metode: Temu dan diskusi secara langsung
 Model pelaksanaan:
o Seluruh peserta datang dan mengisi daftar hadir
o Setelah itu, pasien duduk di tempat posyandu untuk
mendengarkan penyuluhan
o Kemudian dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran
tinggi badan, tekanan darah, dan imunisasi
Output
 Pencapaian hasil: Peserta mendapatkan informasi mengenai
stunting
 Kendala/Hambatan:
o Poster yang digunakan untuk penyuluhan kurang besar
sehingga sulit untuk dilihat para audiens.
o Waktu terbatas
2.1.2 Sosialisasi Program Kesehatan
2.1.3 Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
1. Kunjungan Kasus Gizi Buruk
Input
 Sumber daya
o Manusia: 1 Petugas Gizi dan 3 dokter muda
o Dana: Badan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana:
 Sasaran
Pasien Balita Gizi Buruk di Desa Baruharjo

5
 Target Pencapaian
Pasien Balita Gizi Buruk di Desa Baruharjo bisa kembali menerima
pengobatan.
Proses
 Metode
Temu dan edukasi secara langsung dengan pasien Balita Gizi Buruk
 Model Pelaksanaan
o Pasien Balita Gizi Buruk dikunjungi di rumah mereka secara
langsung
o Pasien Balita Gizi Buruk diedukasi kembali mengenai bahaya Gizi
Buruk dan pentingnya meminum F100.
o Mengevaluasi masalah dan kendala pasien tidak melanjutkan
meminum f100
o Mencari solusi masalah dan kendala pasien agar bisa kembali
meminum F100
Output
 Pencapaian Hasil
Pasien Balita Gizi Buruk bisa kembali menerima pengobatan hingga
tuntas.
 Kendala / Hambatan
o Pasien balita gizi buruk yang tidak suka dengan rasa F100
2. Giat Prolanis Puskesmas Baruharjo
Input
 Sumber daya
 Manusia: 3 perawat, 1 dokter, dan 1 dokter muda
 Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
 Sarana prasarana: Spymomanometer digital, alat cek gula darah
stick, timbang berat badan, pengukuran lingkar perut.
 Target pencapaian: Semua lansia di Wilayah Puskesmas Baruharjo
 Sasaran: para lansia yang datang dilakukan pengobatan gratis
Proses
 Metode: Temu secara langsung

6
 Model pelaksanaan:
o Seluruh peserta datang dengan membawa KTP, buku KSM
(Kesehatan Lanjut Usia), dan kartu KIS diserahkan kepada
petugas puskesmas
o Kemudian akan dilakukan timbang badan, lingkar perut, dan di
tensi. Setelah itu dilakukan pengecekan gula darah sesuai
indikasi.
o Setelah itu pasien meunuju ke meja dokter untuk dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemberian resep, memberikan
obat dan melakukan KIE.
Output
 Pencapaian hasil: Seluruh lansia yang datang ke Puskesmas di
Baruharjo melakukan timbang badan, tinggi badan, tensi, dan
pengecekan gula darah guna pemantauan kesahatan para lansia
 Kendala/Hambatan:
o Terjadi antrian saat melakukan cek lab, pemeriksaan tensi,
timbang badan, dan lingkar perut.
2.1.4 Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
2.1.4.1 Surveilens Epidemiologi
1. Desa Siaga Desa Pakis (23 Desember 2022)
Input
 Sumber daya
 Manusia: 5 petugas promkes 1 Dokter 1 Bidan 1 perawat desa
dan 2 dokter muda
 Dana:
 Sarana prasarana: Aula balai desa, kursi, microphone, speaker,
LCD, proyektor, laptop
 Target Pencapaian: penyampaian mengenai desa siaga dan yang
sudah dilakukan dan memaparkan daftar masalah yang ditemukan
berdasarkan kriteria desa siaga
o Membentuk kepengurusan dari desa siaga mulai dari ketua
hingga masing masing kader

7
 Sasaran: semua kader, dan perangkat Desa Pakis

Proses
 Metode: Temu dan diskusi secara langsung
 Model Pelaksanaan
 Seluruh kader, Dokter, perwakilan rt, dan perangkat Desa Pakis
berkumpul di Aula Balai Desa Kamulan Pakis, kemudian
dilakukan pemaparan materi mengenai desa siaga kemudian
penentuan dari ketua serta penanggung jawab
Output
 Pencapaian Hasil
Tercapainya program dasi emas dan penanggung jawab di Desa
Pakis.
 Kendala/Hambatan
 Tidak ada kendala
2.1.4.2 Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare,
IMS (Infeksi Menular Seksual), Rabies
1. Pelacakan Kasus HIV
Input
 Sumber Daya
o Manusia: Koordinator program HIV, Koordinator HIV Desa,
Perawat Desa, dan 2 Dokter Muda.
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana: Rapid Anti-HIV, Lancet
o Target Pencapaian : menemukan kontak dan kasus HIV baru
dikeluarga.
 Sasaran
Keluarga penderita HIV serta kontak seksual atau yang lain pada
pasien
Proses
 Metode
Wawancara dan pemeriksaan antiHIV pemilik rumah dan
observasi komponen rumah.

8
 Model Pelaksanaan
Mengunjungi rumah HIV kemudian melakukan dan
menyampaikan point berupa
1. Nama suami
2. Apakah punya anak
3. Pasangan seks selain suami
4. Inform consent untuk memberitahukan penyakit HIV, boleh
dari orang, petugas, ganda, kontrak.
5. Petugas tidak boleh menyebutkan penderita hiv
6. Melakukan pemeriksaan Anti-HIV
Output
 Pencapaian Hasil
Menemukan kontak HIV dan melakukan rujukan ke Puskesmas
Durenan untuk terapi
 Kendala / Hambatan
o Kemauan untuk periksa, belum siap untuk diperiksa
o Pada kasus ini, wanita tersebut riwayat WTS sehingga awal
mula kasus HIV sulit untuk dideteksi
2. Pelacakan Kasus TB
Input
 Sumber Daya
o Manusia: Koordinator program surveilans Epidemiologi,
Koordinator TB Desa, Perawat Desa, dan 2 Dokter Muda.
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana: Pot untuk dahak
 Target Pencapaian
Penilaian terhadap rumah penderita TB dan Keluarga sesuai
checklist pada formulir TB.
 Sasaran
Seluruh anggota keluarga penderita TB
Proses
 Metode

9
Wawancara pemilik rumah dan observasi komponen rumah.
 Model Pelaksanaan
Mengunjungi rumah penderita TB kemudian melakukan penilaian
terhadap rumah tersebut, kemudian dilakukan pemeriksaan kepada
seluruh keluarga TCM atau tuberkulin apakah positif atau tidak
Pelacakan dilakukan pada 20 orang kontak erat (sering bertemu)
Output
 Pencapaian Hasil
Pencatatan dan pelaporan adakah yang memiliki gejala yang sama
dengan pasien TB
 Kendala / Hambatan
o Masyarakat tidak mau dilakukan pemeriksaan TCM atau
tuberkulin.
o Tidak adanya alat peraga (Poster, Leaflet) untuk edukasi pada
warga sekitar mengenai bahaya dan pencegahan TB agar lebih
mudah untuk diterima oleh masyarakat sekitar.
2.1.5 Program Pengobatan
2.1.5.1 Rawat Jalan Poli Umum
Input
 Sumber Daya
o Manusia: 1 dokter umum, 2 perawat, dan 3 dokter muda
o Dana: Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana Prasarana: 1 bed untuk periksa pasien, bantal, selimut, 4
meja, 8 kursi, wastafel, 1 lemari, 2 bilik yang memisahkan
dokter dengan pasien, 1 Air Conditioner, komputer, printer,
penimbang BB (Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan), 2 scort,
stetoskop, Snellen chart, 3 face shield, Otoskop, Wattern
draggen, pinset sirurgis, pinset angularis, pinset anatomis, ring
hard, Termometer, dan Sphygmomanometer.
 Target Pencapaian
Seluruh pasien yang mendaftar di poli umum mendapatkan
pelayanan yang terbaik.

10
 Sasaran
Seluruh pasien yang mendaftar di poli umum atau balai
pengobatan.
Proses
 Metode
Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara langsung dan menyeluruh
kepada pasien.
 Model Pelaksanaan
o Pertama pasien mendaftar terlebih dahulu di meja pendaftaran.
o Setelah mendaftar, pasien akan mendapatkan 1 map bewarna
merah yang berisikan lembar rekam medis, lembar resep, dan
kartu berwarna kuning.
o Setelah mendapatkan map, pasien menuju ke poli umum untuk
menyerahkan map merah kepada perawat nomor 1 dan
menunggu giliran untuk dipanggil oleh perawat.
o Ketika dipanggil, pasien akan masuk ke poli umum. Perawat
nomor 1 akan melakukan pemeriksaan awal seperti anamnesis
(Keluhan utama, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit
Dahulu, Tanda-tanda Vital, Berat Badan, dan Tinggi Badan).
o Setelah dilakukan pemeriksaan awal, maka pasien akan menuju
ke meja dokter untuk dilakukan anamnesis kembali dan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan
terapi.
o Setelah tegak diagnosis, dokter akan memberikan resep dan
memberikan edukasi kepada pasien serta menanyakan apakah
pasien sudah paham dengan penjelasan dokter dan adakah yang
ingin ditanyakan.
o Setelah itu pasien akan membawa resep yang telah diberikan
oleh dokter menuju ke loket pembayaran untuk selanjutnya
mengambil obat sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter.
Output
 Pencapaian Hasil

11
Seluruh pasien yang berobat ke poli umum Puskesmas Baruharjo
mendapatkan pelayanan yang holistik dan komprehensif.
 Kendala / Hambatan
o Fasilitas yang kurang memadai.
o Ketersediaan obat yang terbatas dari Dinas Kesehatan sehingga
pemberian obat kepada pasien tidak selalu sesuai dengan yang
seharusnya.
o Laboratorium pemeriksaan yang terbatas, sehingga beberapa
diagnosis dan terapi yang diberikan kepada pasien ditegakkan
berdasarkan kondisi klinis pasien.
o Bahasa daerah yang digunakan oleh pasien saat menceritakan
keluhan yang dialami terkadang sulit dipahami oleh pemeriksa.
2.1.5.2 Rawat Jalan Poli Gigi
Input
 Sumber Daya
o Manusia: 1 Perawat dan 1 Dokter Muda
o Dana: Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana Prasarana: 3 kursi, 2 Meja, 1 kursi gigi, 1 komputer, 1
printer, wastafel, Penimbang BB dan TB, Beberapa alat
pemeriksaan dan tindakan seperti kursi pemeriksaan gigi, kaca
mulut, pinset, eksavator, nierbeken
 Target Pencapaian
seluruh pasien yang mendaftar di poli gigi.
 Sasaran
seluruh pasien yang mendaftar di poli gigi mendapatkan pelayanan
terbaik.
Proses
 Metode: Temu dan wawancara secara langsung dengan pasien.
 Model Pelaksanaan
o Pertama pasien mendaftar terlebih dahulu di meja pendaftaran.
o Setelah itu pasien akan mendapatkan 1 map berisi lembar RM,
lembar resep, dan lembar berwarna kuning

12
o Lalu pasien menyerahkan map tersebut kepada perawat nomer
1 lalu akan menunggu giliran untuk dipanggil kemudian
dilakukan pemeriksaan awal: anamnesis dan screening berupa
keluhan utama, RPS, RPD, TTV, BB, dan TB
o Setelah itu pasien menuju meja dokter gigi untuk dilakukan
anamnesis kembali dan pemeriksaan lanjutan
o Dokter gigi akan memberikan resep dan memberikan edukasi
serta menanyakan pemahaman pasien
o Setelah itu pasien menuju loket pembayaran untuk selanjutnya
pengambilan obat sesuai yang diresepkan dokter gigi
Output
 Pencapaian Hasil
Seluruh pasien yang berobat ke poli gigi Puskesmas Baruharjo
mendapatkan pelayanan yang holistik dan komprehensif.
 Kendala / Hambatan
o Keterbatasan alat dimana hanya punya 4 set, seharusnya
minimal 10 set agar bisa di sterilisasi per 1 pasien.
o Tidak adanya sterilisasi penuh ruangan setelah jam pelayanan.
2.1.5.2 Unit Rawat Inap
Input
 Sumber daya
o Manusia: 1 dokter, 1 perawat, dan 3 dokter muda
o Dana: Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana prasarana: Alat pelindung diri, stetoskop, rekam medis,
tempat tidur pasien, infus.
 Target pencapaian: Pasien yang dirawat diberikan layanan
kesehatan sesuai SOP. Pasien dengan penyakit menular perlu
dilakukan tracing di lingkungan rumah/sekolah/tempat kerjanya.
 Sasaran: Pasien yang dirawat inap di Puskesmas Baruharjo.
Proses
 Metode: Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara langsung
 Model pelaksanaan:

13
o Pasien yang datang ke IGD dan atau balai pengobatan dengan
indikasi rawat inap diberikan perawatan.
o Evaluasi kondisi medis dilakukan setiap hari oleh dokter,
perawat yang sedang berjaga di hari tersebut.
o Indikasi keluar rumah sakit atau rujukan bergantung pada
kondisi pasien dan pemberian terapi rawat jalan bila perlu,
kontrol kembali, dan edukasi.
Output
 Pencapaian hasil: Seluruh pasien yang dirawat mendapatkan
pelayanan kesehatan.
 Kendala/Hambatan:
o Kurangnya ketersediaan obat yang dimiliki oleh puskesmas,
sehingga beberapa pasien tidak mendapatkan terapi lanjutan
yang sudah diberikan setelah perujukan.
o Kurangnya ketersediaan ruangan dikarenakan sedang dalam
proses pembangunan
2.1.5.3 Unit Gawat Darurat (UGD)
Input
 Sumber daya
o Manusia: 1 Dokter, 1 Perawat, dan 3 Dokter Muda
o Dana: Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana prasarana: Gown, Cairan Infus Ns, Selang Infus, Spuit,
Kasa, kapas alkohol, Handsanitizer, Perban, Troli, Bed,
Betadin, Plaster
 Target pencapaian: Seluruh warga baruharjo yang membutuhkan
pengobatan mendapatkan layanan terbaik dari puskemas
Baruharjo.
 Sasaran: Pasien yang datang ke UGD Puskesmas Baruharjo.
Proses
 Metode: Temu, wawancara, dan pemeriksaan secara langsung
 Model pelaksanaan:

14
o Pasien yang datang ke UGD dilakukan triage dan
dikelompokkan dalam 3 kode warna triage (Merah, Kuning,
Hijau)
o Setiap pasien dilakukan screening swab antigen covid-19.
o Kemudian setiap pasien dilakukan primary survey (airway,
breathing, circulation, disability, exposure).
o Selanjutnya dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
mengusulkan pemeriksaan penunjang yang hendak dilakukan.
o Melakukan edukasi kepada keluarga tentang kemungkinan
penyakit yang dialami, pemeriksaan penunjang dan terapi
yang akan diberikan, rujukan (jika diperlukan), serta
kemungkinan prognosis.
o Melakukan pengisian rekam medis dan input data pada
surveilans epidemiologi.
Output
 Pencapaian hasil: Seluruh pasien yang dirawat mendapatkan
pelayanan kesehatan.
 Kendala/Hambatan:
o Kurangnya ketersediaan ruangan untuk pelayanan bed pasien
karena masih dalam pembangunan.
o Kurangnya ketersediaan obat yang dimiliki oleh puskesmas,
sehingga beberapa pasien tidak mendapatkan terapi sesuai SOP
o Tidak adanya operan antar perawat yang berganti shift
2.1.5.4 Puskesmas Keliling (Puskel)
1. Posbindu di Desa Sumbergayam
Input
o Manusia: 3 Kader, 1 Perawat dan 3 Dokter Muda
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana prasarana: Spymomanometer digital, alat cek Gula
Darah stick, alat cek asam urat stick, alat cek kolesterol stick,
stetoskop, obat-obatan, Timbang berat badan, pengukur Tinggi
badan

15
 Target pencapaian: Semua orang dewasa di Wilayah Desa
Sumbergayam
 Sasaran: para orang dewasa yang datang dilakukan pemeriksaan
Proses
 Metode: Temu secara langsung
 Model pelaksanaan:
o seluruh peserta datang dengan membawa KTP dan kartu KIS
diserahkan kepada petugas puskesmas
o kemudian akan dilakukan dilakukan timbang badan, tinggi
badan, lingkar perut dan di tensi. Setelah itu dilakukan
anamnesis singkat dan dilakukan pemeriksaan fisik, dan
pengecekan gula darah, asam urat, kolesterol sesuai indikasi.
Output
 Pencapaian hasil: Seluruh orang deasa yang datang ke posbindu
di wilayah Desa Sumbergayam melakukan timbang badan, tinggi
badan, tensi, pengecekan gula darah, asam urat dan kolesterol guna
pemantauan kesahatan para orang dewasa
 Kendala/Hambatan:
o Terjadi antrian saat pemeriksaan
o Beberapa terlambat datang sehingga tidak mendapat
pemeriksaan
2. Posyandu Balita dan Imunisasi di Desa Kamulan
Input
o Sumber Daya
o Manusia: 3 Kader, 2 Perawat dan 3 Dokter Muda
o Dana : Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana : Pondok Kesehatan Desa, Vaksin Pentabio,
Vaksin OPV, Vaksin MR beserta pelarutnya, Vaksin BCG beserta
pelarutnya, Spuit 0,5 cc, Spuit 0,1 cc
 Target Pencapaian
Semua bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo
mendapatkan imunisasi dasar lengkap

16
 Sasaran
Semua bayi dan balita di wilayah Desa Kamulan
Proses
 Metode : temu secara langsung dan pencatatan di buku KIA
 Model Pelaksanaan :
 Seluruh partisipan datang dengan membawa buku KIA
 Bidan dan kader melakukan pencatatan daftar hadir partisipan
 Bidan atau perawat melihat riwayat imunisasi terakhir pada
buku KIA lalu partisipan mendapatkan imunisasi sesuai dengan
usia dan panduan imunisasi dasar lengkap IDAI 2020
 Setelah mendapatkan imunisasi partisipan diberikan KIE
bahwa imunisasi kemungkinan dapat menyebabkan demam,
dianjurkan untuk dikompres air dingin dan diberikan
paracetamol serta diberikan KIE mengenai jadwal imunisasi
selanjutnya
Output
 Pencapaian hasil : Semua bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Baruharjo mendapatkan imunisasi dasar lengkap
 Kendala/Hambatan :
o Terdapat bayi/balita yang tidak hadir untuk imunisasi
3. Taman Posyandu di Desa Pakis
Input
 Sumber Daya
a. Manusia: 3 Kader, 3 Dokter Muda
b. Dana : Bantuan Operasional Kesehatan
Sarana Prasarana : Pondok Kesehatan Desa
 Target Pencapaian
Semua bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo
mendapatkan imunisasi dasar lengkap
 Sasaran
Semua bayi dan balita di wilayah Desa Pakis
Proses

17
 Metode : temu secara langsung
 Model Pelaksanaan :
a. Seluruh partisipan datang
b. Bidan dan kader melakukan pencatatan daftar hadir partisipan
c. Bidan atau perawat memberikan penyuluhan tentang gizi
Output
 Pencapaian hasil : Semua bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Baruharjo mendapatkan informasi tentang gizi
 Kendala/Hambatan :
Terdapat bayi/balita yang tidak hadir

4. Posyandu dan Imunisasi di Desa Gador dan Karang Anom


Input
 Sumber Daya
o Manusia: 3 Kader, 2 Perawat dan 2 Dokter Muda
o Dana : Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana : Pondok Kesehatan Desa, Vaksin Pentabio,
Vaksin OPV, Vaksin MR beserta pelarutnya, Vaksin BCG
beserta pelarutnya, Spuit 0,5 cc, Spuit 0,1 cc
 Target Pencapaian
Semua bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo
mendapatkan imunisasi dasar lengkap
 Sasaran
Semua bayi dan balita di wilayah Desa Baruharjo dan Karanganom
Proses
 Metode : temu secara langsung dan pencatatan di buku KIA
 Model Pelaksanaan :
o Seluruh partisipan datang dengan membawa buku KIA
o Bidan dan kader melakukan pencatatan daftar hadir partisipan
o Bidan atau perawat melihat riwayat imunisasi terakhir pada
buku KIA lalu partisipan mendapatkan imunisasi sesuai dengan
usia dan panduan imunisasi dasar lengkap IDAI 2020

18
o Setelah mendapatkan imunisasi partisipan diberikan KIE
bahwa imunisasi kemungkinan dapat menyebabkan demam,
dianjurkan untuk dikompres air dingin dan diberikan
paracetamol serta diberikan KIE mengenai jadwal imunisasi
selanjutnya

Output
 Pencapaian hasil : Semua bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Baruharjo mendapatkan imunisasi dasar lengkap
 Kendala/Hambatan :
o Terdapat 1 anak yang tidak diberikan vaksin campak karena
kekurangan vaksin campak
o Terdapat bayi/balita yang tidak hadir untuk imunisasi
5. Posyandu Lansia Desa Sumbergayam dan Karanganom
Input
 Sumber daya
o Manusia: 3 Kader, 1 Perawat 1 Bidan dan 1-2 Dokter Muda
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana prasarana: Sphygmomanometer digital, alat cek Gula
Darah stik, alat cek asam urat stick, alat cek kolesterol stick,
stetoskop, obat-obatan, Timbang berat badan, pengukur Tinggi
badan
 Target pencapaian: Semua orang lansia di Wilayah Desa
Sumbergayam
 Sasaran: para orang dewasa yang datang dilakukan pemeriksaan
Proses
 Metode: Temu secara langsung
 Model pelaksanaan:
o seluruh peserta datang dengan membawa KTP dan kartu KIS
diserahkan kepada petugas puskesmas
o kemudian akan dilakukan dilakukan timbang badan, tinggi
badan, lingkar perut dan di tensi. Setelah itu dilakukan

19
anamnesis singkat dan dilakukan pemeriksaan fisik, dan
pengecekan gula darah, asam urat, kolesterol sesuai indikasi.
Output
 Pencapaian hasil: Seluruh orang deasa yang datang ke posbindu
di wilayah Desa Sumbergayam melakukan timbang badan, tinggi
badan, tensi, pengecekan gula darah, asam urat dan kolesterol guna
pemantauan kesehatan para orang dewasa
 Kendala/Hambatan:
o Terjadi antrian saat pemeriksaan
o Beberapa terlambat datang sehingga tidak mendapat
pemeriksaan
2.1.6 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2.1.6.1 ANC (Antenatal Care) dan PNC (Post Natal Care)
Input
 Sumber daya
o Manusia: 2 Bidan dan 3 Dokter Muda
o Dana: Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana prasarana: Timbangan BB, tensimeter, USG 2 dimensi,
gel USG, tissue, stetoskop, pengukur LILA, pelvimeter, 2 meja,
5 kursi, 1 laci, 1 kipas angin, 1 AC.
 Target pencapaian: Terlaksana pemeriksaan kehamilan pada ibu
hamil untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental ibu.
 Sasaran: Seluruh Ibu Hamil yang ada di wilayah Puskesmas
Baruharjo.
Proses
 Metode: Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara langsung
 Model pelaksanaan:
o Pasien datang ke loket untuk mendaftar
o Mendapatkan nomor antrian
o Pasien masuk poli ANC, dilakukan penimbangan berat badan
o Kemudian dilakukan anamnesis singkat sambil dipantau di
buku KIA merah

20
o Pasien menuju bed untuk dilakukan pemeriksaan tekanan
darah, kemudian dilanjut pemeriksaan TFU, Leopold, dan USG
2 dimensi

Output
 Pencapaian hasil: Seluruh pasien yang datang dilakukan anamnesis
untuk mengetahui keluhan pasien dan dilakukan pemeriksaan
USG.
 Kendala/Hambatan:
o Dikarenakan keterbatasan dana yang ada, hasil USG hanya
ditunjukkan ke pasien atau hanya di foto saja menggunakan hp
dan jarang di print
o Pengukuran taksiran usia kehamilan kadang didasarkan HPHT,
sehingga pengukuran kadang tidak objektif
2.1.6.2 Gizi Ibu Hamil
Input
 Sumber daya
o Manusia: 1 ahli gizi, 2 dokter muda
o Dana: Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana prasarana: pengukur LILA, rekam medis, 1 meja, 2
kursi, flyer konseling gizi ibu hamil, biskuit pemberian
makanan tambahan, daftar penerima PMT, bolpoin
 Target pencapaian: Ibu hamil yang datang ke poli gizi
mendapatkan informasi terkait kebutuhan nutrisi yang diperlukan
selama masa kehamilan
 Sasaran: Ibu hamil yang datang ke balai pengobatan
Proses
 Metode: Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan edukasi
 Model pelaksanaan:
o Ibu hamil yang datang ke poli gizi membawa buku KIA

21
o Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ibu hamil
o Ahli gizi menjelaskan kebutuhan nutrisi ibu hamil melalui buku
KIA dan flyer yang dapat dibawa pulang berisi jenis makanan
dan waktu konsumsi yang disesuaikan dengan kebutuhan
nutrisi ibu hamil
o Ibu hamil dengan kekurangan energi protein (KEK) diberikan
pemberian makanan tambahan (PMT) sejumlah 3 box serta
mengisi daftar pemberian makanan tambahan
Output
 Pencapaian hasil: Ibu hamil yang datang di poli gizi mendapatkan
informasi terkait kebutuhan nutrisi selama kehamilan yang sesuai
dengan kebutuhan saat diperiksa
 Kendala/Hambatan:
o Belum ada tindakan preventif untuk menurunkan kejadian
KEK pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo
2.1.6.3 KB (Keluarga Berencana)
Input
 Sumber Daya
o Manusia : 1 Bidan dan 3 Dokter Muda
o Dana : Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana Prasarana : Implan, IUD, Bed pasien, Bed ginekologi,
Sonde, Spekulum, spuit, lidokain, kasa, betadin, gunting,
bengkok
 Target Pencapaian : Terlaksana Pemasangan kontrasepsi sesuai
dengan kebutuhan pasangan usia subur
 Sasaran : Seluruh Pasangan Usia Subur yang ada di wilayah
Puskesmas Baruharjo Proses
 Metode :
Model Pelaksanaan :
o Pasien datang ke loket untuk mendaftar
o Mendapatkan nomer antrian

22
o Pasien masuk poli KB, kemudian dilakukan anamnesis singkat
o Setelah dari Poli KB antri di depan ruang tindakan untuk
menunggu giliran
o Pasien masuk ke ruang tindakan untuk dilakukan pemasangan
implan/IUD atau pemberian suntik KB
o Pasien dengan pemasangan IUD dan Implan juga diberikan
resep berupa analgetik dan antibiotik
Output
 Pencapaian hasil :
o Pada hari Kamis, 8 Desember 2022 terdapat 1 implan
 Kendala/Hambatan :
o Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KB
o Kurangnya promosi dan sosialisasi kesehatan dari pada kader
tentang KB pada masyarakat
o Beberapa efek samping dari KB seperti menstruasi yang tidak teratur,
keputihan berlebih, nyeri saat senggama dikhawatirkan para partisipan

2.1.6.4 Poli MTBS


Input
 Sumber Daya
o Manusia : 1 Dokter, 1 Bidan dan 2 Dokter Muda
o Dana : Badan Layanan Umum Daerah
o Sarana Prasarana : Timbangan, Stetoskop, Termometer, Bed,
Formulir Pencatatan Balita sakit
 Target Pencapaian : seluruh pasien yang mendaftar di poli MTBS
 Sasaran : Balita dan anak yang sakit
Proses
 Metode : Pemeriksaan di Poli MTBS
 Model Pelaksanaan :
o Pasien datang ke loket untuk mendaftar
o Mendapatkan nomor antrian

23
o Pasien masuk poli MTBS, kemudian dilakukan anamnesis
(Keluhan Utama, RPS, RPK, RSos) dan pemeriksaan
o Kemudian pasien menuju ke meja dokter untuk dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan lebih lanjut, lalu pasien akan
mendapatkan resep obat
o Lalu pasien mengantri untuk mendapatkan obat

Output
 Pencapaian hasil : Balita dan anak yang sakit mendapatkan
diagnosis penyakit mereka dan mendapat resep obat
 Kendala/Hambatan :
o Memerlukan waktu dan kesabaran saat mengedukasi orang tua
balita atau anak dikarenakan sangat komprehensif dari penyakit
dan pemberian obat, gizi, tanda anemia dan lain sebagainya
2.1.7 Upaya Peningkatan Gizi
2.1.7.1 Penimbangan
Input
 Sumber Daya
o Manusia: 1 Bidan, 2 Kader, 1 Perawat, dan 3 Dokter Muda
o Dana: Badan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana: 3 kursi, 2 Meja, penimbang berat badan
berdiri dan gantung
 Target Pencapaian
Semua bayi dan balita di wilayah Baruharjo.
 Sasaran
Bayi dan balita yang datang di lakukan timbang badan, lingkar
kepala untuk bayi dibawah 18 bulan, dan lingkar lengan.
Proses
 Metode: Bersamaan dengan program posyandu, hasil penimbangan
akan dilaporkan ke poli gizi puskesmas untuk monitoring status
gizi.
 Model Pelaksanaan

24
o Bersama dengan program posyandu, seluruh partisipan datang
dengan membawa buku KIA dan diserahkan kepada kader
posyandu.
o Kemudian bayi maupun balita dilakukan timbang badan,
pengukuran lingkar lengan, dan pengukuran lingkar kepala
(untuk anak usia kurang dari 18 bulan) dan dilakukan
pencatatan pada buku KIA maupun buku laporan posyandu
puskesmas.
o Bayi maupun balita yang mengalami penurunan berat badan
dilakukan wawancara singkat dan edukasi kepada orang tua
sehingga posyandu mendatang berat badan anak diharapkan
dapat naik kembali.
o Setelah dilakukan pencatatan pada buku KIA, buku tersebut
dikembalikan kepada orangtua.
o Pada akhir acara posyandu kader merekap jumlah partisipan
yang datang; jumlah partisipan yang memiliki KMS; jumlah
balita yang berat badannya naik, tetap, maupun turun kemudian
laporan tersebut dilaporkan kepada bagian gizi puskesmas.
Output
 Pencapaian hasil: Seluruh bayi dan balita di wilayah Baruharjo
melakukan timbang badan, pengukuran lingkar lengan, dan lingkar
kepala (usia kurang dari 18 bulan) pada kegiatan posyandu di desa
masing-masing guna pemantauan status gizi mereka.
 Kendala/Hambatan:
o Beberapa partisipan lupa dan terlambat datang sehingga
pelaksanaan posyandu tidak tepat waktu.
o Beberapa bayi dan balita rewel dan menangis selama dilakukan
timbang badan maupun pengukuran sehingga sulit dilakukan.
2.1.7.2 Penyuluhan Gizi Emo-Demo
Input
 Sumber daya
o Manusia: 2 bidan, 2 perawat, 3 dokter muda, 2 kader

25
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana prasarana: Poster, tikar, contoh makanan
 Target pencapaian: Partisipan mampu memahami materi tentang
ASI Eksklusif
 Sasaran: Ibu hamil trimester akhir dan ibu dengan balita.
Proses
 Metode: Temu dan diskusi secara langsung
 Model pelaksanaan:
o Seluruh partisipan datang ke Rumah Warga di Desa Kamulan.
o Bidan dan kader melakukan pencatatan daftar hadir partisipan.
o Setelah penyampaian materi, dilakukan sesi diskusi ASI
Eksklusif
Output
 Pencapaian hasil: Ibu hamil trimester akhir dan ibu dengan balita
mampu memahami materi tentang manajemen ASI Eksklusif
 Kendala/Hambatan:
o Tidak semua ibu Ibu hamil trimester akhir dan ibu dengan balita
hadir.
2.18 Kesehatan Lingkungan
SAMI-JAGA (Sumber Air Minum-Jamban Keluarga)

Input
 Sumber daya
 Manusia: 2 bidang Kesling dan 2 dokter muda
 Dana: Badan Operasional Kesehatan
 Sarana prasarana: Botol untuk sampel air, handsanitizer, korek api
 Target pencapaian: Tercapai seluruh rumah dengan sumber air bersama
dan tidak ada bakteri
 Sasaran: 8 rumah warga
Proses
 Model Pelaksanaan :
o Datang ke rumah warga dan mencari sumber air yang
digunakan

26
o Memberikan identitas pada botol sesuai dengan sumber air
yang diperiksa
o Menggunakan handsanitizer
o Mensterilkan mulut botol dengan dipanaskan dengan korek api
o Memasukkan air ke dalam botol hingga ¾ botol
o Mensterilkan mulut botol kembali dengan dipanaskan dengan
korek api
o Menutup botol dan diikat.

Output
 Pencapaian hasil: Pencatatan dan pelaporan setiap hasil temuan di
8 rumah di wilayah Sumberejo
 Kendala/Hambatan:
o Beberapa pemilik rumah tidak ada di rumah
o Waktu terpotong cukup banyak karena kesulitan untuk mencari
rumah yang akan dituju
2.1.8 Pencatatan dan Pelaporan
2.1.8.1 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Input
 Sumber Daya
o Manusia: Koordinator program SP2TP
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana: 10 kursi, 5 meja, 4 laptop, 3 printer, 4 lemari,
Wifi, handphone
 Target Pencapaian
Pencatatan dan pelaporan setiap penyakit yang ditangani, setiap
adanya pelayanan maka data pasien akan langsung diinput ke
Dinas Kesehatan dan dapat diakses di web E-Link sehingga dapat
diakses oleh puskesmas lain dan juga Dinas Kesehatan.
 Sasaran
Puskesmas Baruharjo, Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.
Proses

27
 Metode
Pencatatan dan pelaporan data secara online dan melalui aplikasi.
 Model Pelaksanaan
 Data dari puskesmas dan seluruh area program kerja
Puskesmas Baruharjo (UGD, PONED, KIA, Poli Umum, KB,
MTBS, Kesehatan Gigi dan Mulut, Gizi, dan Farmasi) akan
masuk ke data E-Link harian.
 Pada akhir minggu (setiap tanggal 5) data tersebut akan diolah
dan dimasukkan ke software Excel.
 Data penyakit dan pelayanan yang tercatat dalam bentuk ICD-
10 akan diubah ke kode lain yang dibuat oleh Dinas Kesehatan.
 Data yang diinput dapat diakses oleh puskesmas lain atau
siapapun yang memiliki username dan password.
 Setiap data yang diinput akan terekam dan terkumpul menjadi
list 10 penyakit terbanyak dalam mingguan, bulanan, dan
tahunan.
Output
 Pencapaian Hasil
Pencatatan dan pelaporan setiap penyakit yang ditangani.
 Kendala/Hambatan
o Wifi atau jaringan yang kurang mumpuni akan mengganggu
proses pencatatan dan pelaporan data.
o Ketika username digunakan secara bersamaan oleh banyak
orang maka server akan error.
2.1.8.2 JKN
Input
 Sumber Daya
o Manusia : Dokter umum 3, Dokter gigi 1, perawat 21,
Bidan 13, Apoteker 1, Assisten Apoteker 2, Kesehatan
Lingkungan 2, Laboratorium 2, Gizi 2, Administrasi 12, Driver
1.
o Dana : BPJS Kesehatan (kapitasi dan non kapitasi)

28
o Sarana Prasarana : Laptop, printer, koneksi wifi
 Target Pencapaian :
o Rujukan non spesialistik, rujukan spesialistik, kontak
(kontak sehat-kontak sakit)
o Angka kontak lebih dari sampai dengan 150 per mil
o Ratio peserta prolanis terkendali (RPPT) ≥5%
o Rasio rujukan kasus non spesialistik (RRNS) tidak melebihi 2%
 Sasaran : Seluruh peserta BPJS di wilayah kerja
Puskesmas Baruharjo baik yang PBI ,Non-PBI maupun Mandiri.
Proses
 Metode : Online
 Model Pelaksanaan
o P-Care: Pencatatan rekam medik pada Sistem P-Care untuk
klaim Prolanis dan klaim tindakan seperti KB dan persalinan
sesuai dengan protokol dari BPJS… pengolahan data bpjsa
o Rujukan gawat darurat ke RS : Mengharuskan petugas
puskesmas untuk telfon dan mengisi format rujukan pada grup
WA.
Output
 Pencapaian Hasil
Bulan Jumlah Rasio Rujukan Angka Rasio Peserta
Rujukan Kasus Non kontak Prolanis
Spesialis Terkendali
1 95 0 114,08 2.26
2 77 1,3 98,46 1,61
3 101 0,99 118,01 3,16
4 89 1,12 125,53 0,1
5 98 0 76,69 0,75
6 105 0 162,56 0,15
7 100 0 196,57 3,46
8 117 0 185,43 3,17
9 117 0 185,43 3,17

29
10 128 0 177,86 0,97
11 102 0 172,55 4,88
12 123 0 184,49 3,35
Tabel 2.1 Pencapaian Hasil JKN
o Angka kontak (jumlah kontak / peserta terdaftar) bulan Januari
sampai bulan Mei tidak mencapai target.
o Rasio Peserta Prolanis Terkendali bulan Januari-Agustus tidak
mencapai target.
o Rasio Rujukan Kasus Non Spesialis bulan Januari-Agustus
mencapai target.
 Kendala / Hambatan
o BPJS mandiri yang belum membayar premi menjadi belum
aktif terkendala untuk dilakukan rujukan.
o Angka kontak belum mencapai target dikarenakan kunjungan
sakit dan sehat kurang, kunjungan tersebut biasanya dari desa,
belum dimasukkan ke elink
o Rasio Peserta Prolanis Terkendali tidak mencapai target
dikarenakan masyarakat banyak yang tinggal di wilayah
pegunungan sehingga ketika dilakukan pengobatan yang perlu
dirujuk ke rumah sakit susah untuk dijangkau dan ketersediaan
obat seperti insulin pada pasien dm yang tidak tersedia di
puskesmas, dan ketika diminta untuk membeli diluar harganya
mahal, sehingga capain pasien HT terkendali dan DM
terkendali belum mencapai target dan jumlah HT banyak yg
terkendali sedikit, awalnya stabil lalu langsung naik
o Web P-care susah di akses karena apabila diakses satu akun
maka akun lain akan keluar
o Tenaga merangkap tugas pelayanan dan pelaporan
o E-link diakses saat siang jaringannya lebih lambat, item belum
bisa memenuhi kebutuhan

30
2.19 Kegiatan Lain
2.1.9.1 Mini Lokakarya
Input
 Sumber Daya
o Manusia: Seluruh pegawai Puskesmas Baruharjo
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan
o Sarana Prasarana: Aula puskesmas, meja, kursi, microphone,
speaker
 Target Pencapaian : Semua Program Puskesmas dilakukan
penyampaian hasil oleh penanggung jawab program, kemudian
dilakukan evaluasi mencari solusi
 Sasaran : Seluruh pegawai Puskesmas Baruharjo
Proses
 Metode : Temu dan diskusi secara langsung
 Model Pelaksanaan
o Seluruh pegawai puskesmas Baruharjo berkumpul di Aula
Puskesmas, kemudian dilakukan pemaparan hasil program
puskesmas, dan dilakukan evaluasi dan mencari solusi
Output
 Pencapaian Hasil
Tercapainya pemaparan hasil program puskesmas, kemudian
dilakukan evaluasi dan mencari solusi
 Kendala / Hambatan
o Tempat kurang memadai karena berada di luar ruangan
sehingga kurang kondusif
2.1.9.2 Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
Input
 Sumber Daya
o Manusia: seluruh pegawai Puskesmas Baruharjo dan 5 Dokter
muda
o Dana: Bantuan Operasional Kesehatan

31
o Sarana Prasarana: Area pendaftaran rawat jalan, meja, kursi,
microphone, speaker, proyektor
 Target Pencapaian : Meninjau kinerja sistem manajemen mutu, dan
kinerja pelayanan atau upaya Puskesmas guna memastikan
kelanjutan, kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas sistem
manajemen mutu dan sistem pelayanan Puskesmas.
 Sasaran : Seluruh pegawai Puskesmas Baruharjo
Proses
 Metode : Temu dan diskusi secara langsung
 Model Pelaksanaan
o RTM dipimpin oleh penanggung jawab Manajemen Mutu
o Arahan dari kepala Puskesmas
o Pembahasan hasil pertemuan tinjauan manajemen mutu yang
lalu
o Pembahasan hasil audit internal
o Pembahasan umpan balik/keluhan pelanggan
o Hasil penilaian kepuasan pelanggan
o Hasil penilaian kinerja
o Masalah - masalah operasional yang terkait dengan penerapan
sistem manajemen mutu, penyelenggaraan pelayanan (UKP
dan UKM)
o Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan baik pada
sistem manajemen mutu maupun sistem pelayanan (UKP &
UKM)
o Rekomendasi untuk perbaikan
o Penutup
Output
 Pencapaian Hasil
Tercapainya keputusan dan tindakan yang berhubungan dengan
peningkatan efektivitas sistem manajemen mutu dan sistem
pelayanan, serta identifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan
baik pada sistem manajemen mutu maupun sistem pelayanan

32
 Kendala / Hambatan
o Tidak ada kendala

2.2 List Penyakit Terbanyak

List 10 Penyakit Terbanyak

Hipertensi esensial (primer)

Artripati dan artritis

Penyakit esopagus, lambung dan duodenum Lainnya

Orang yang mendapatkan pelayanan kesehatan Untuk pemeriksaan khusus dan


investigasi lainnya

Diabetes melitus tidak bergantung insulin

Gastritis dan duodenitis

Infeksi saluran napas bagian atas akut Lainnya

Dispepsia

Penyakit pulpa dan periapikal

Gangguan jaringan ikat lainnya

Grafik 2.1 Distribusi Penyakit Terbanyak di Puskesmas Baruharjo 2022

2.3 Struktur Fasilitas Puskesmas


2.3.1 Visi, Misi dan Struktur Organisasi
A. Visi
“Menjadikan Puskesmas Baruharjo dengan Pelayanan SMART. Sesuai
standart pelayanan, Mengutamakan kepuasan pasien, Aktif
melaksanakan perbaikan, Rasa empati pada pasien serta Tanggap
terhadap ketidaksesuaian”

33
B. Misi
● Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang SMART
● Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang SMART
C. Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Baruharjo


2.3.2 Prosedur Operasi Standar SOP

INTERVENSI PIS PK
(PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA)

No. :
Dokumen 02/PRO/SOP/2019
No. Revisi : 00
SOP Tanggal :
Terbit
Halaman :1/2

PUSKESMAS Dr. Dwi Astuti


BARUHARJO NIP. 19650120 200212 2
KABUPATEN 003
TRENGGALEK
1. Pengertian Intervensi PIS PK adalah suatu kegiatan intervensi kesehatan
kepada keluarga yang berdomisili di daerah tersebut dengan

34
menggunakan 12 indikator keluarga sehat.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melaksanakan intervensi PIS
PK
3. Kebijakan 1. Keputusan Kepala Puskesmas Baruharjo Nomor :
188.45/15/406.010.13.002/2019 Tentang Pemberlakuan
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas
Baruharjo
2. Keputusan Kepala Puskesmas Baruharjo Nomor :
188.45/17/406.010.13.002/2019 Tentang Pemberlakuan
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat
3. Keputusan Kepala Puskesmas Baruharjo Nomor :
188.45/18/406.010.13.002/2019 Tentang Pemberlakuan
Standar Operasional Prosedur Puskesmas Baruharjo
4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan PISPK.
5. Prosedur/ 1. Petugas menyiapkan blangko intervensi.
Langkah- 2. Petugas mendatangi warga yang terdapat masalah
langkah kesehatan berdasarkan hasil entrian data.
3. Petugas melaksanakan penyuluhan/konseling melalui
kunjungan rumah berdasarkan masalah kesehatan yang
ditemukan.
4. Petugas mengumpulkan hasil intervensi kepada petugas
entry data.
5. Petugas entry data mengentry hasil intervensi.
6. Petugas merekap hasil intervensi
7. Petugas menganalisis data hasil intervensi dan
melakukan rencana tindak lanjut.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Lintas Program
2. Lintas Sektor

9. Dokumen Form keluarga sehat


terkait
10. Rekaman
historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal
perubahan mulai
diberlakukan

35
Tabel 2.2 SOP Intervensi PIS-PK

36
37
Tabel 2.3 SOP Alur Pelayanan Pasien
2.3.3 Sumberdaya Puskesmas
2.2.3.1 Data Ketenagaan
No Tenaga Status
PNS Non PNS
1 Kepala Puskesmas 1 -
2 Kasubbag Tata Usaha 1 -
3 Dokter Umum 2 -
4 Kesling 2 1
5 Dokter Gigi 1 0
6 Promkes 1 1
7 Gizi 2 -
8 Rekam Medik 2 1
9 Administrasi 13 2
10 Perawat 14 7
11 Bidan 13 2
12 Perawat Gigi 1 -
13 Apoteker 1 -

38
14 Asisten Apoteker 1 -
15 Analis Kesehatan 2 -
16 Sopir ambulance 1 -
17 Penjaga malam - 4
18 Cleaning servis 2 3
Jumlah 60 21
Tabel 2.4 Data Ketenagaan
2.2.3.2 Data sarana dan prasarana
Bangunan Puskesmas Baruharjo terdiri dari tiga lantai dengan
keterangan sebagai berikut :
1. Lantai I terdiri dari Ruang raflesia, Gudang, Toilet, Ruang
Sterilisasi, laboratorium, dapur, ruang sanitasi dan konseling,
ruang tamu, ruang kepala puskesmas, ruang tata usaha,
pendaftaran, ruang rekam medis, kasir, pelayanan gizi dan pojok
ASI, pelayanan umum, pelayanan gigi dan mulut, pelayanan
farmasi, pelayanan KIA dan KB, pelayanan MTBS, gudang obat,
ruang cuci linen, ruang vaksin, area bermain anak.
2. Lantai II terdiri dari dapur, ruang melati, ruang poned, kasir
rawat inap, ruang perawat jaga, UGD, toilet, ruang srikandi,
ruang arjuna, ruang gas medik, ruang nakula, ruang sadewa,
ruang bima.
3. Lantai III terdiri dari gudang, toilet dan aula.
A. Sarana Puskesmas Baruharjo
FASILITAS KETERSEDIAAN JUMLAH BERFUNGSI
No
1 Ruang pelayanan umum Ada 1 YA
2 Ruang Pendaftaran Ada 1 YA
3 Ruang pelayanan farmasi Ada 1 YA
4 Ruang UGD Ada 1 YA
5 Ruang pelayanan gigi Ada 1 YA
dan mulut
6 Ruang pelayanan KIA Ada 1 YA
dan KB
7 Ruang pelayanan gizi Ada 1 YA
dan pojok asi
8 Ruang Laboratorium Ada 1 YA

39
9 Ruang tunggu Pasien Ada 1 YA
11 Ruang jaga perawat Ada 1 YA
12 Gudang obat Ada 1 YA
13 Ruang rawat inap Ada 6 YA
14 KM/WC Petugas Ada 3 YA
15 KM/WC Pasien Ada 9 YA
17 Ruang imunisasi Ada 1 YA
18 Ruang gas medis Ada 1 YA
19 Ruang Administrasi / Ada 3 YA
Tata Usaha
20 Ruang Rapat Ada 2 YA
21 Ruang Kepala Ada 1 YA
Puskesmas
22 Parkir Ambulance Ada 1 YA
23 Parkir kendaraan roda 2 Ada 1 YA
24 rumah Dinas Ada 2 YA
25 Musholla Ada 1 YA
26 Dapur Ada 1 YA
27 Listrik PLN Ada 29.500 YA
WATT
28 Sumber Air Ada PDAM YA
Sumur
29 Pengolahan Limbah Ada 1 YA
30 Gas Medik Ada Kecil 9 YA
Besar 9
31 Pengkondisian Udara Ada Ruangan YA
Ber AC,
Ruangan
memakai
blower,
Ruangan
memakai
Kipas
angin
32 Genset Ada 1/3000 YA
WATT

32 UPS Ada 2 Berfungsi YA


1Tidak
berfungsi
33 Ambulance Ada 2 Ya

Tabel 2.5 Sarana Puskesmas Baruharjo

40
A. Prasarana Puskesmas Baruharjo
No Fasilitas Jumlah
1 Sarana Transportasi (Sepeda motor Dinas) 6
2 Mobil Puskesmas Keliling 1
3 Mobil Ambulance 1
4 Listrik 31900 WATT
5 Genset 1 / 30000 WATT
5 Sarana Air Bersih PDAM dan sumur
6 Telepon 1
7 Wifi 2
8 Handphone 2
9 Radiomedik 1
9 UPS 2
10 Penanggulangan bahaya kebakaran ( APAR ) 4
Tabel 2.6 Prasarana Puskesmas Baruharjo
2.4 Literatur PIS-PK
2.4.1 Konsep Keluarga
2.4.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit dasar studi dalam banyak disiplin ilmu kedokteran
dan ilmu sosial. Definisi keluarga bervariasi dari satu negara ke negara dan juga di
dalam negara. Oleh karena itu, dan karena realitas yang berubah saat ini, ada
kebutuhan untuk mendefinisikan kembali keluarga dan jenis struktur keluarga
secara umum untuk memeriksa keluarga sebagai faktor kesehatan dan variabel
lain yang menarik (Sharma, 2013).
Berdasarkan Peraturan pemerintah No. 21 Tahun 1994, keluarga adalah
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Mengenai
fungsi keluarga terdiri dari:
1. Fungsi keagamaan dalam keluarga dan anggotanya didorong dan
dikembangkan agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan-insan agamis
yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

41
2. Fungsi sosial budaya memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka
ragam dalam satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih dalam keluarga akan memberikan landasan yang kokoh
terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan
anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga
menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir
dan batin.
4. Fungsi melindungi dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan
kehangatan.
5. Fungsi reproduksi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan
yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di
dunia yang penuh iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan memberikan peran kepada keluarga untuk
mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam
kehidupannya di masa depan.
7. Fungsi ekonomi menjadi unsur pendukung kemandirian dan ketahanan
keluarga.
8. Fungsi pembinaan lingkungan memberikan pada setiap keluarga kemampuan
menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai daya dukung
alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.

Penelitian yang telah dilakukan Wäsche, 2021, menekankan pentingnya


kehidupan keluarga sehari-hari untuk kesehatan semua anggota keluarga. Interaksi
keluarga dan waktu keluarga merupakan faktor kunci bagi kesehatan keluarga
berkaitan dengan nutrisi dan aktivitas fisik. Model yang diusulkan dari faktor-
faktor yang berpengaruh dan konsekuensi dari kehidupan keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan menggambarkan bagaimana interaksi yang
berhubungan dengan kesehatan di antara anggota keluarga dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan bagaimana Family Health Climate muncul dari adanya
interaksi ini. Terakhir, Family Health Climate yang muncul melalui interaksi
keluarga dan waktu keluarga terbukti mempengaruhi berbagai aspek yang
berkaitan dengan perilaku kesehatan individu anggota keluarga. Sejalan dengan

42
yang disampaikan oleh (Thomas, 2017) Hubungan keluarga menyediakan sumber
daya yang dapat membantu seseorang mengelola stres, berperilaku dengan cara
yang lebih sehat, dan meningkatkan harga diri, yang mengarah pada kesejahteraan
yang lebih baik. Namun, hubungan interpersonal yang buruk, pola asuh yang
intens oleh anggota keluarga, dan perceraian merupakan pemicu stres yang dapat
memengaruhi kesejahteraan seseorang.

2.4.1.2 Pengukuran Fungsi Keluarga


Pengukuran fungsi dalam keluarga menggunakan APGAR Score Family
dikenalkan pada tahun 1978 sebagai instrumen skrining utilitarian untuk fungsi
keluarga oleh Dr. Smilkstein. terdiri dari lima fungsi (Balqis, 2009) yakni

A. Adaptation
Tingkat kepuasan anggota keluarga ketika mereka menerima bantuan yang
mereka butuhkan dari anggota keluarga lainnya. Menggunakan sumber daya
di dalam dan di luar keluarga untuk memecahkan masalah ketika
keseimbangan keluarga terganggu karena krisis.
B. Partnership
Kepuasan anggota keluarga dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan/atau pemecahan masalah dengan anggota keluarga lainnya.
C. Growth
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga untuk mendewasakan pertumbuhan dan/atau kedewasaan setiap
anggota keluarga. Kematangan fisik dan mental serta aktualisasi diri anggota
keluarga yang saling mendukung dan membimbing.
D. Affection
Kepuasan anggota keluarga dengan cinta dan interaksi emosional dalam
keluarga. Cinta maupun kasih sayang adalah saling menjaga atau saling
menyayangi antar anggota keluarga.
E. Resolve
Kepuasan anggota keluarga dengan kebersamaan berbagi waktu, kekayaan,
dan ruang di antara anggota keluarga kebersamaan adalah komitmen untuk

43
menyediakan kesempatan bagi anggota keluarga untuk menjaga fisik maupun
secara emosional.
2.4.2 Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan yang ada perilaku kesehatan oleh (Endra, 2017)
dijabarkan menjadi beberapa poin yakni :

A. Perilaku terhadap sakit dan penyakit


Respon bagaimana menanggapi sakit misalnya dengan cara upaya
peningkatan kesehatan, perilaku pencegahan penyakit, bagaimana cara
mencari kesembuhan
B. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Meliputi respon terhadap pelayanan seperti, terhadap fasilitas, petugas ,
dan obat obatan
C. Perilaku terhadap makanan
Respon terhadap makanan bergizi untuk kesehatan
D. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
cara mendapatkan air bersih, pembersihan lingkungan sekitar,
pembuangan limbah dengan benar dan masih banyak lagi
Dalam perilaku kesehatan, peran keluarga memiliki banyak peranan,
Banyak peran dan jalan di dalam keluarga untuk mempengaruhi kesehatan
seorang individu, di antaranya peran orang tua sangat penting untuk dasar
kesehatan dan memelihara gaya hidup sehat pada anak-anak (Shields et al.,
2019). Pentingnya peran orang tua ditunjukkan dalam tingginya anak yang
diteliti ini (~70%). Empat belas studi menyatakan bahwa ibu sebagai yang
mengasuh anak dapat mempengaruhi perilaku kesehatan anak, sebagai
membentuk perilaku kesehatan dari anggota keluarga, melalui mekanisme
seperti role model, dukungan dan pendidikan (Lynn, 2020). kemudian
tinjauan lain, Barnes et al, 2020 menyebutkan dalam hal kegiatan promotif
dalam keluarga terdapat beberapa prespektif untuk kesadaran akan
kesehatan :

a. Pertimbangkan hal yang lebih besar dari keluarga saat merencanakan


dan melaksanakan Pemrograman Promosi Kesehatan

44
Unit keluarga adalah unit yang tak tertandingi untuk memelihara
kesehatan dan pencegahan penyakit yang pada akhirnya meningkatkan
kesehatan masyarakat karena anggota dapat mendukung dan
memelihara satu sama lain melalui kehidupan bertahap dan dari waktu
ke waktu.
b. Cari prioritas akan pentingnya keluarga kesehatan dalam hal keputusan
dan pendanaan
Dalam penentuan prioritas kesehatan keluarga keputusan kebijakan dan
pendanaan melibatkan banyak faktor. “Mencapai tujuan Sehat Orang-
orang membutuhkan beberapa tunjangan meliputi, lingkungan, sosial
maupun fisik dimana orang dilahirkan, hidup, bekerja dan berumur.
c. Bermitra dengan keluarga dan tunjukan optimisme pada keluarga
Meningkatkan Hasil Kesehatan
d. Fokus pada penguatan keluarga di komunitas
e. Perkuat kapasitas keluarga untuk rolemodel praktik kesehatan yang
terkesan dan positif
f. Pemberdayaan keluarga untuk menilai kebutuhan, kapasitas, dan solusi
untuk menyelesaikan masalah
2.4.3 Permasalahan Kesehatan di Indonesia
Pembangunan kesehatan harus dilihat sebagai investasi dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun
2009. Pembangunan kesehatan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan
oleh seluruh rakyat Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kesadaran setiap orang. kemampuan hidup sehat untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antara program dan upaya
sektoral, serta kesinambungan dengan upaya yang dilakukan pada periode
sebelumnya.

Gambaran umum pembangunan kesehatan di Indonesia disajikan


berdasarkan hasil program kesehatan, kondisi lingkungan strategis,
kependudukan, pendidikan, kemiskinan dan hasil pembangunan terkini lainnya.

A. Upaya Kesehatan

45
1. Kesehatan Ibu dan Anak
Berdasarkan data dari Kemenkes tahun 2021, menyebutkan
bahwa angka kematian dari ibu hamil mengalami peningkatan sebesar
7.389 dengan kejadian terbanyak disebabkan oleh COVID-19
sebanyak 2982 dan 1320 karena pendarahan. (Kemenkes, 2019)
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil
tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu
hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu
(terlalu muda < 20 tahun, terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya
2 tahun, dan terlalu banyak anaknya > 3 orang). Sebanyak 54,2 per
1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara
perempuan yang melahirkan pada usia di atas 40 tahun sebanyak 207
per 1000 kelahiran hidup. Masalah ini diperberat dengan fakta masih
adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (< 20
tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
2. Kematian Bayi dan Balita
Tren kematian anak dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan.
Data yang dilaporkan kepada Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak melalui https://komdatkesmas.kemkes.go.id menunjukkan
jumlah kematian balita pada tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian
balita, menurun dibandingkan tahun 2020, yaitu sebanyak 28.158
kematian. Dari seluruh kematian balita, 73,1% diantaranya terjadi pada
masa neonatal (20.154 kematian). Penyebab kematian neonatal
terbanyak pada tahun 2021 adalah kondisi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) sebesar 34,5% dan asfiksia sebesar 27,8%. Penyebab
kematian lain diantaranya kelainan kongenital, infeksi, COVID-19,
tetanus neonatorum, dan lain-lain.
B. Gizi Masyarakat
Pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan prasekolah bertujuan
untuk menurunkan terjadinya kematian bayi dan balita, meningkatkan
kualitas hidup balita (menurunkan prevalensi stunting dan wasting melalui
upaya pemenuhan layanan esensial sebagai pencegahan penyakit, deteksi

46
dini risiko penyakit pada bayi, anak balita dan agar dapat ditindaklanjuti
secara dini dan tepat. persentase stunting (sangat pendek dan pendek) dan
wasting (gizi buruk dan gizi kurang) pada balita usia 0-59 bulan sejak
2016 – 2021 cenderung mengalami penurunan. Hal ini tentu menjadi
sebuah langkah yang baik dalam upaya mencapai target RPJMN 2020 –
2024 untuk penurunan angka stunting dan wasting.
C. Penyakit Menular
Dalam hal ini seperti TBC, Leptospirosis, HIV serta DBD
merupakan hal yang sering dibahas di Indonesia. Menurut Global
Tuberculosis Report tahun 2021, pada tahun 2020 angka insiden TBC di
Indonesia sebesar 301 per 100.000 penduduk, menurun jika dibandingkan
dengan angka insidens TBC tahun 2019 yaitu sebesar 312 per 100.000
penduduk. Sedangkan angka kematian TBC tahun 2019 dan 2020 masih
sama yaitu sebesar 34 per 100.000 penduduk.
Kasus lain, terlihat jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan dari
tahun ketahun cenderung meningkat. Namun, pada tahun 2021 jumlah
kasus HIV positif merupakan yang terendah sejak empat tahun terakhir,
yaitu dilaporkan sebanyak 36.902 kasus. Sebaliknya, dibandingkan rata-
rata 8 tahun sebelumnya, jumlah kasus baru AIDS cenderung menurun,
pada tahun 2021 dilaporkan sebanyak 5.750 kasus.
D. Penyakit Tidak Menular
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) yang mengacu pada
klasifikasi internasional penyakit (International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problems) mengelompokkan penyakit ini
berdasarkan sistem dan organ tubuh menjadi 12 jenis penyakit yaitu:
1. Penyakit keganasan
2. Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik
3. Penyakit sistem saraf
4. Penyakit sistem pernapasan
5. Penyakit sistem sirkulasi
6. Penyakit mata dan adnexa

47
7. Penyakit telinga dan mastoid
8. Penyakit kulit dan jaringan subkutan
9. Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan penyambung
10. Penyakit sistem genitourinaria
11. Penyakit gangguan mental dan perilaku
12. Penyakit kelainan darah dan gangguan pembentukan organ darah.

Sampai dengan tahun 2021, sebanyak 168 kabupaten/kota atau 32,7% dari 514 kabupat

E. Kesehatan Jiwa
Berdasarkan laporan hasil Riskesdas 2018 diketahui prevalensi GME
pada penduduk Indonesia sebesar 9,8%. Hal tersebut menunjukkan masih
tingginya masalah GME di Indonesia. Prevalensi tertinggi terjadi pada
kelompok usia > 75 tahun sebesar 15,8% dan terendah pada usia 25 – 24
tahun sebesar 8,5%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi pada
perempuan (12,1%) lebih tinggi dibanding laki-laki (7,6%). Meskipun
tidak menyebabkan kematian secara langsung namun GME dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari yang berdampak terhadap menurunnya
produktivitas.
Upaya pendukung program yang saat ini dirasakan kurang maka perlu
dilakukan penetapan area prioritas yang dapat memberikan dampak yang
signifikan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat tanpa meninggalkan
program diluar area prioritas. Uraian secara garis besar kegiatan yang dilakukan
dalam masing-masing area prioritas adalah sebagai berikut:
1. Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB)
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), kegiatan intervensi dilakukan mengikuti siklus hidup
manusia sebagai berikut:
a) Ibu Hamil dan Bersalin:
1. Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu.

48
2. Meningkatkan jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
3. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
4. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini dan KB pasca
persalinan.
5. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.
b) Bayi dan Ibu Menyusui:
1. Mengupayakan jaminan mutu kunjungan neonatal lengkap.
2. Menyelenggarakan konseling Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
3. Menyelenggarakan pelayanan KB pasca persalinan.
4. Menyelenggarakan kegiatan pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP ASI).
c) Balita:
1. Melakukan revitalisasi Posyandu.
2. Menguatkan kelembagaan Pokjanal Posyandu.
3. Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA.
4. Menguatkan kader Posyandu.
5. Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita.
d) Anak Usia Sekolah:
1. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
2. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
3. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
4. Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan.
5. Menguatkan SDM Puskesmas.
e) Remaja:
1. Menyelenggarakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD).
2. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah
menengah.
3. Menambah jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan peduli remaja (PKPR).
4. Mengupayakan penundaan usia perkawinan.
f) Dewasa Muda:
1. Menyelenggarakan konseling pranikah.

49
2. Menyelenggarakan gerakan pekerja perempuan sehat produktif
(GP2SP) untuk wanita bekerja.
3. Menyelenggarakan pemberian imunisasi dan TTD.
4. Menyelenggarakan konseling KB pranikah.
5. Menyelenggarakan konseling gizi seimbang.
2. Upaya Penurunan Prevalensi Balita Pendek (Stunting)
Dalam rangka menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), dilakukan
kegiatan sebagai berikut.
a) Ibu Hamil dan Bersalin:
1. Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
2. Mengupayakan jaminan mutu antenatal care (ANC) terpadu.
3. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
4. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein,
dan mikronutrien (TKPM)
5. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
6. Pemberantasan kecacingan.
7. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam
Buku KIA.
8. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI
eksklusif.
9. Penyuluhan dan pelayanan KB.
b) Balita:
1. Pemantauan pertumbuhan balita.
2. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
untuk balita.
3. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak.
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
c) Anak Usia Sekolah:
1. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
2. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
3. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
4. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.

50
d) Remaja:
1. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi
narkoba.
2. Pendidikan kesehatan reproduksi.
e) Dewasa Muda:
1. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
2. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
3. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengkonsumsi narkoba.
4. Upaya Pengendalian Penyakit Menular (PM)
Dalam rangka mengendalikan penyakit menular, khususnya HIV-AIDS,
Tuberkulosis, dan Malaria, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a) HIV-AIDS:
1. Peningkatan konseling dan tes pada ibu hamil.
2. Diagnosis dini pada bayi dan balita.
3. Konseling dan tes pada populasi kunci, pasien infeksi menular seksual
(IMS), dan pasien Tuberkulosis (Tb) anak usia sekolah, usia kerja, dan
usia lanjut.
4. Terapi antiretroviral (ARV) pada anak dan orang dengan HIV-AIDS
(ODHA) dewasa.
5. Intervensi pada kelompok berisiko.
6. Pemberian profilaksis kotrimoksazol pada anak dan ODHA dewasa.
b) Tuberkulosis:
1. Identifikasi terduga TB di antara anggota keluarga, termasuk anak dan
ibu hamil.
2. Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses pelayanan
TB yang sesuai standar.
3. Pemberian informasi terkait pengendalian infeksi TB kepada anggota
keluarga, untuk mencegah penularan TB di dalam keluarga dan
masyarakat

51
4. Pengawasan kepatuhan pengobatan TB melalui Pengawas Menelan
Obat (PMO).
c) Malaria:
1. Skrining ibu hamil pada daerah berisiko.
2. Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita.
3. Pemeriksaan balita sakit di wilayah timur Indonesia.
4. Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)
Dalam rangka mengendalikan penyakit tidak menular, khususnya Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Obesitas, dan Kanker, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
a) Peningkatan deteksi dini faktor risiko PTM melalui Posbindu.
b) Peningkatan akses pelayanan terpadu PTM di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP).
c) Penyuluhan tentang dampak buruk merokok.
d) Menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok.
Kebijakan Pembangunan Kesehatan 2015-2019 difokuskan pada penguatan
upaya penyediaan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan ketersediaan dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, serta mendukung sistem kesehatan melalui
penguatan dan perluasan pembiayaan pelayanan kesehatan. Kartu Indonesia
Sehat merupakan salah satu alat utama untuk mendorong reformasi bidang
kesehatan guna mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk
penguatan upaya promotif dan preventif.
Adapun strategi pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 pokok
strategi berikut:
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas.
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas.

52
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan.
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem
Informasi Kesehatan.
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan atau JKN
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektivitas Pembiayaan
Kesehatan.

2.4.4 Konsep Pendekatan Keluarga dalam Kesehatan


Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang
ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat.
Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas
tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan
juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
The McMaster Model of Family Functioning mendefinisikan
keberfungsian keluarga sebagai suatu keadaan dalam keluarga dimana setiap
unitnya mampu menjalankan dengan baik tugas-tugas dasar dalam kehidupan
sehari-hari di keluarga yang erat kaitannya dengan pemecahan masalah,
komunikasi, peran, respon afektif, keterlibatan afektif dan kontrol perilaku.
Dimensi yang dianggap dapat menggambarkan keberfungsian suatu keluarga
menurut MMFF berjumlah 7 dimensi, yang akan dijelaskan dibawah ini sebagai
berikut (Ryzkita et al, 2019)
1. Fungsi Biologis : fungsi untuk bereproduksi, memelihara dan membesarkan
anak, memberi makan, mempertahankan kesehatan dan rekreasi. Syarat yang

53
harus dipenuhi dalam memenuhi fungsi ini yaitu kesehatan genetik,
pengetahuan dan pemahaman manajemen fertilitas, perilaku konsumsi sehat,
perawatan selama hamil, melakukan perawatan anak.
2. Fungsi Ekonomi : fungsi yang bertujuan memenuhi kebutuhan sumber
penghasilan, menentukan alokasi sumber yang diperlukan, menjamin
keamanan finansial. Syarat yang harus dipenuhi dalam memenuhi fungsi
ekonomi yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan serta tanggung jawab.
3. Fungsi Psikologis : Berfungsi menyediakan lingkungan yang mampu
meningkatkan perkembangan kepribadian yang alami, yang bertujuan
melindungi psikologis secara optimal. Syarat yang harus dipenuhi yaitu emosi
stabil, kemampuan mengatasi stres dan krisis, perasaan antar anggota baik.
4. Fungsi Edukasi : fungsi ini untuk mengajarkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Syarat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai tingkat intelegensi
meliputi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang sesuai.
5. Fungsi Sosio Kultural : fungsi ini untuk melaksanakan transfer nilai yang
berhubungan dengan perilaku, bahasa dan tradisi/adat. Syarat dari fungsi ini
yaitu mengetahui standar nilai yang dibutuhkan, memberi contoh norma
perilaku dan mempertahankannya.

2.4.5 Keluarga Sebagai Fokus Pemberdayaan


Keluarga dalam bidang kesehatan memiliki peranan yang penting dalam
mempengaruhi kesehatan pada individu. dalam keluarga, seorang individu akan
menirukan nilai serta kebiasaan meliputi : 1. Akses kesehatan berdasarkan
ketersediaan asuransi dan penentuan pelayanan kesehatan. 2. Melihat adanya
potensi risiko terkait masalah kesehatan (Hanson, 2019, Doty et al 2017). Program
dalam keluarga sebagai fokus pelayanan tidak hanya bergantung pada individu
dalam sebuah anggota keluarga. namun secara struktur dalam keluarga serta faktor
kontekstual yang menginformasikan kepercayaan dan aktivitas sehari hari. Pada
kenyataannya meskipun penting pemberdayaan keluarga sebagai role model
kesehatan jarang dimasukan dalam prosedur dalam penanganan masalah
kesehatan (Novilla et al, 2020).
Derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh PHBS dari keluarga
tersebut. Inti dari pengembangan desa dan kelurahan adalah memberdayakan

54
keluarga-keluarga agar mampu mempraktikkan PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Penerapan PHBS dapat
dipraktikan dalam segala bidang, yaitu:
1. Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit serta Penyehatan
Lingkungan harus mempraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan, dan lain-lain.
2. Bidang Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana harus
mempraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan, menimbang balita dan memantau perkembangannya secara berkala,
memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayi, menjadi akseptor keluarga
berencana, dan lain-lain.
3. Bidang Gizi dan Farmasi harus mempraktikkan perilaku makan dengan gizi
seimbang, minum TTD selama hamil, memberi bayi ASI eksklusif, dan lain-
lain.
4. Bidang Pemeliharaan Kesehatan harus mempraktikkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau
memanfaatkan UKBM, memanfaatkan Puskesmas dan sarana kesehatan lain,
dan lain-lain.
Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Dalam Renstra disebutkan bahwa
salah satu acuan bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan
pendekatan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan
(continuum of care). Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan
terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life cycle), sejak masih dalam
kandungan, sampai lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi anak balita, anak usia
sekolah, remaja, dewasa muda (usia produktif), dan akhirnya menjadi dewasa tua
ata usia lanjut.

55
Gambar 2.2 Peranan Puskesmas

Puskesmas diharapkan mampu mengelola masalah kesehatan dengan


pendekatan siklus hidup melalui pendekatan keluarga dengan mengunjungi setiap
keluarga di wilayah kerjanya. Menciptakan keluarga yang sehat adalah titik awal
untuk menciptakan masyarakat yang sehat (lihat Gambar 2.2). Upaya sosialisasi
PHBS dalam keluarga merupakan kunci keberhasilan upaya kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu indikator keluarga sehat harus digunakan secara
bersamaan sebagai indikator PHBS.

Gambar 2.3 Pelayanan UKP

56
2.4.6 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati
adanya dua belas indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah
keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
5. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
6. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
7. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
8. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
9. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
10. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
11. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
12. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
13. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga
Sehat (IKS) dari setiap keluarga, sedangkan keadaan masingmasing indikator
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus
diadakan atau dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
● Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data
keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi
komponen rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan
akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan, seperti mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

57
● Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
● Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
● Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
● Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos
UKK, dan lain-lain).
● Forum-forum yang sudah ada di masyarakat
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas
● Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu, Poskestren,
PKK, dan lain-lain.
● Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Gambar 2.4 Alur Data dan Upaya Monev


2.4.7 Perananan dan Fungsi Puskesmas dalam Pembangunan Kesehatan
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas bertanggung

58
jawab atas satu wilayah administrasi pemerintahan, yakni kecamatan atau bagian dari
kecamatan.

Penyelenggaraan Puskesmas terdapat 6 (enam) prinsip berikut yang harus ditaati:


1. Prinsip Paradigma Sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya, yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap
(afektif), dan bertingkah laku (psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang
realitas di sebuah komunitas. Dengan demikian, Paradigma Sehat dapat
didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang
mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan
agar tetap sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara
pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih
menitikberatkan pada penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan –
Paradigma Sakit. Apalagi dengan dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih
memperhatikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan bagi
perorangan. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu lima tahun ke depan harus
dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar diterapkan dalam
membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan JKN. Perubahan
yang dimaksud mencakup perubahan pada penentu kebijakan (lintas sektor),
tenaga kesehatan, institusi kesehatan, dan masyarakat sebagaimana disajikan
dalam tabel berikut.

No Kelompok Sasaran Perubahan yang Dampak dari


diharapkan Perubahan

1. Penentu kebijakan Pemangku kepentingan 1. Menjadikan


(lintas sektor) memperhatikan dampak kesehatan sebagai

59
kesehatan dari kebijakan arus utama
yang diambil baik di hulu pembangunan
maupun di hilir 2. Meningkatkan
peran lintas sektor
dalam
pembangunan
kesehatan

2. Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan di setiap 1. Promotif dan


lini pelayanan kesehatan preventif
mengupayakan agar: merupakan aspek
1.Orang sehat tetap sehat utama dalam
dan tidak menjadi sakit setiap upaya
2.Orang sakit menjadi kesehatan
sehat 2. Meningkatnya
3.Orang sakit tidak kemampuan
menjadi lebih sakit tenaga kesehatan
dalam promotif &
preventif

3. Institusi kesehatan Setiap institusi kesehatan 1. Peningkatan


menerapkan standar mutu mutu pelayanan
dan tarif dalam pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. 2. Pelayanan
kesehatan
berkompetisi lebih
“fair” dalam hal
mutu dan tarif di
dalam
memberikan
pelayanan terbaik
bagi masyarakat

60
4. Masyarakat Masyarakat merasa bahwa 1. Terlaksananya
kesehatan adalah harta PHBS di keluarga
berharga yang harus dan masyarakat
diupayakan dan dijaga 2. Masyarakat
aktif sebagai
kader, sehingga
terlaksana
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
melalui UKBM

Tabel 2.7 Penentu Kebijakan

2. Prinsip Pertanggungjawaban Wilayah.


Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas
menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia, untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penanggung
jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas
bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
Puskesmas sebagai penanggung jawab wilayah bertugas untuk melaksanakan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan Kecamatan Sehat, yaitu masyarakat
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi kesadaran,
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu secara adil dan merata.
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat.

61
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu maupun keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

3. Prinsip Kemandirian Masyarakat.


Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, dan kelompok/masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan adalah segala upaya fasilitasi
yang bersifat non-instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
individu, keluarga, dan kelompok/masyarakat agar dapat mengidentifikasi
masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki, serta merencanakan dan
melakukan pemecahan masalah tersebut dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Pemberdayaan mencakup pemberdayaan perorangan, keluarga, dan
kelompok/masyarakat. Pemberdayaan perorangan merupakan upaya memfasilitasi
proses pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan
perorangan dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatannya.
Pemberdayaan keluarga merupakan upaya memfasilitasi proses pemecahan
masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan keluarga dalam
membuat keputusan untuk memelihara kesehatan keluarga tersebut.
Pemberdayaan kelompok/masyarakat merupakan upaya memfasilitasi proses
pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan
kelompok/masyarakat dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan
kelompok/masyarakat tersebut.
Pemberdayaan dilaksanakan dengan berbasis pada tata nilai perorangan,
keluarga, dan kelompok/masyarakat sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan sosial
budaya setempat. Pemberdayaan dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, serta kepedulian
dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.

4. Prinsip Pemerataan
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya,
dan kepercayaan. Puskesmas harus dapat membina jejaring/kerjasama dengan

62
fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya seperti klinik, dokter layanan primer
(DLP), dan lain-lain yang ada di wilayah kerjanya.

5. Prinsip Teknologi Tepat Guna


Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan.

6. Prinsip Keterpaduan dan Kesinambungan


Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas
program dan sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan
manajemen Puskesmas.

Fungsi Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 menegaskan adanya dua
fungsi Puskesmas sebagai berikut.
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama, yakni kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama, yakni kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan.

Penguatan UKM di Puskesmas mutlak diperlukan, yang mencakup dua macam


UKM, yaitu UKM esensial dan UKM pengembangan. Puskesmas wajib
melaksanakan UKM esensial yang meliputi:
1. Pelayanan promosi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan lingkungan.
4. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
5. Pelayanan gizi.

63
6. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (baik penyakit menular
maupun penyakit tidak menular).

Puskesmas dapat menambah pelayanannya dengan melaksanakan UKM


pengembangan bila UKM esensial telah dapat dilaksanakan.
Pelaksanaan UKM tidaklah mudah, karena terdapat tiga kegiatan utama berikut
yang harus dilakukan:
1. Mengupayakan agar pembangunan semua sektor berwawasan kesehatan.
Pembangunan di sektor lain harus memperhitungkan kesehatan, yakni
mendukung atau minimal tidak merugikan kesehatan. Wujud kegiatannya
adalah dengan mengembangkan konsep institusi sehat seperti sekolah sehat,
pesantren sehat, masjid sehat, pasar sehat, warung sehat, kantor sehat, dan
lain-lain.
2. Memberdayakan masyarakat, yakni mengorganisasikan gerakan atau peran
serta masyarakat untuk pembangunan kesehatan, yang berupa berbagai bentuk
UKBM seperti Posyandu, Posbindu Penyakit Tidak Menular, UKS, Saka
Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), dan lain-lain.
3. Memberdayakan keluarga, yakni menggugah partisipasi segenap keluarga
(sebagai kelompok masyarakat terkecil) untuk berperilaku hidup sehat,
mencegah jangan sampai sakit, bahkan meningkatkan derajat kesehatannya.
Pendekatan keluarga inilah yang diuraikan dalam pedoman ini, karena
memberdayakan masyarakat saja tidaklah cukup.

2.4.8 Peran dan Tanggung Jawab Sektor Kesehatan dan Lintas Sektor
A. Peran dan Tanggung Jawab Sektor Kesehatan
○ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit
Pelaksana Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan sungguh
sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
terpenuhi untuk semua Puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam rangka
pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota memiliki tiga peran utama, yakni pengembangan

64
sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan
pengendalian.
1. Pengembangan Sumber Daya
Pelaksanaan pendekatan keluarga, selain tenaga manajemen
Puskesmas (Kepala Puskesmas), diperlukan kelompok tenaga
untuk fungsi lainnya. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berperan
mengupayakan terpenuhinya tenaga-tenaga tersebut di Puskesmas.
Jika hal itu belum dapat dilakukan, maka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berkewajiban membantu Puskesmas mengatur
penugasan tenaga yang ada, agar ketiga fungsi di atas dapat
berjalan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk menyelenggarakan
pembekalan/pelatihan tenaga Puskesmas sesuai dengan arahan dari
Kementerian Kesehatan jika diperlukan pembekalan/pelatihan.
2. Koordinasi dan Bimbingan
Bimbingan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dilaksanakan
dengan mengirim petugas ke Puskesmas, guna membantu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi Puskesmas.
Bimbingan juga dapat dilakukan dengan mempersilakan
Puskesmas yang menghadapi masalah penting untuk berkonsultasi
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di luar jadwal yang telah
ditetapkan.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem pelaporan dari Puskesmas ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sehingga Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mengetahui IKS tingkat kecamatan dari
masing-masing kecamatan di wilayah kerjanya, dan menghitung
IKS tingkat kabupaten/kota.
○ Dinas Kesehatan Provinsi
Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan
Puskesmas secara umum adalah memfasilitasi dan

65
mengkoordinasikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah
kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua
Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga, Dinas
Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni
pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta
pemantauan dan pengendalian.
1. Pengembangan Sumber Daya
Dalam rangka pengembangan sumber daya, peran Dinas Kesehatan
Provinsi terutama adalah dalam pengembangan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan melalui penyelenggaraan pelatihan
untuk pelatih (training of trainers – TOT).
2. Koordinasi dan Bimbingan
Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengundang Kepala-kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya untuk membahas dan
menetapkan hal-hal apa yang dapat dilaksanakan secara
terkoordinasi (misalnya pelatihan, pengadaan, dan lain-lain) dan
bagaimana mekanisme koordinasinya. Selain itu juga untuk
menentukan jadwal kunjungan Dinas Kesehatan Provinsi ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya dalam rangka
bimbingan.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan
mengembangkan sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga Dinas
Kesehatan Provinsi dapat mengetahui IKS tingkat kabupaten/kota
dari masing-masing kabupaten dan kota di wilayah kerjanya, dan
menghitung IKS tingkat provinsi.
○ Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren sebagaimana
dimaksud di dalam Undang-Undang No. 23 Tentang Pemerintahan

66
Daerah berwenang untuk: (a) menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, selain juga pengembangan sumber daya,
koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi. Bentuk
dan isi dari Prokesga, baik dalam bentuk manual maupun
elektronik, harus ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sebagai
contoh (prototype).
B. Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor

Indikator Keluarga
No Pendukung Keberhasilan Pihak yang Terkait
Sehat
Keluarga mengikuti 1. Tersedianya pelayanan KB BKKBN dan
1 program Keluarga sampai di tingkat jajarannya; Kemendes
Berencana (KB Desa/Kelurahan DTT
2. Promosi KB oleh Kemenkes dan
NAKES/di FASKES jajarannya
3. Promosi KB oleh Kemenag dan
pemuka2 agama jajarannya
Kemendikbud dan
4. Pendidikan Kespro/KB di
jajarannya;
SLTA & Perguruan Tinggi
Kemenristekdikti
5. PNS, anggota POLRI &
Kemenpan; POLRI;
anggota TNI sebagai panutan
TNI
ber-KB
BKKBN dan
6. Kampanye Nasional KB jajarannya;
Kemenkominfo
7. Tersedianya pelayanan Kemenkes dan
medis & KB sampai di jajarannya; Kemendes
PUSKESMAS DTT
2 Ibu melakukan 1. Tersedianya pelayanan Kemenkes dan

67
persalinan di fasilitas
PUSKESMAS berkualitas jajarannya
kesehatan
2. Tersedianya rumah tunggu
Kemendagri/Pemda dan
kelahiran & “Ambulan”/alat
jajarannya; Kemendes
transportasi untuk bumil di
DTT
tempat yang memerlukan
3. Tersedianya pelayanan
Kemenkes dan
ANC & senam bumil di
jajarannya
PUSKESMAS
4. Promosi oleh NAKES & Kemenkes dan
kader PKK tentang jajarannya;
persalinan di fasilitas Kemendagri/Pemda dan
kesehatan jajarannya
Bayi mendapat 1. Tersedianya pelayanan Kemenkes dan
3 imunisasi dasar imunisasi dasar di jajarannya; Kemendes
lengkap PUSKESMAS & FKTP lain DTT
2. Promosi oleh NAKES/di
Kemenkes dan
FASKES tentang imunisasi
jajarannya
dasar
3. Promosi oleh pemuka2
Kemenag dan
agama & kader imunisasi
jajarannya
dasar
4. Promosi oleh kader PKK Kemendagri/Pemda dna
tentang imunisasi dasar jajaranya
Kemenkes dan
5. Kampanye nasional jajarannya;
imunisasi lengkap Kmenkominfo;
Kemendes DTT
Bayi mendapat air
1. Tersedianya pelayanan
susu ibu (ASI) Kemenkes dan
4 konseling ASI di
eksklusif selama 6 jajarannya
PUSKESMAS & FKTP
bulan

68
2. Tersedianya ruang
Kemendagri/Pemda dan
menyusui/memerah &
jajarannya; Kemenpan;
menyimpan ASI di tempat2
Kemenaker dan
umum &
jajarannya
perkantoran/perusahaan
3. Promosi oleh NAKES/di
Kemenkes dan
FASKES tentang ASI
jajarannya
eksklusif
4. Promosi oleh Kader PKK Kemendagri/Pemda dan
tentang ASI eksklusif jajarannya
Kemenkes dan
5. Kampanye Nasional
jajarannya;
pemberian ASI eksklusif
Kemenkominfo
BALITA
1. Posyandu yang berfungsi Kemendagri/Pemda dan
mendapatkan
5 dengan baik reguler(minimal jajarannya; Kemendes
pemantauan
1 bulan sekali) DTT
pertumbuhan
2. Supervisi & bimbingan
Kemenkes dan
yang reguler dari
jajarannya
PUSKESMAS ke posyandu
3. Pemantauan pertumbuhan
Kemendikbud dan
murid play group & taman
jajarannya
kanak-kanak
4. Promosi oleh kader PKK
Kemendagri/Pemda dan
tentang pemantauan
jajarannya
pertumbuhan BALITA
5. Promosi oleh kader PKK
Kemenkes dan
tentang pemantauan
jajarannya
pertumbuhan BALITA
6 Penderita tuberkulosis 1. Tersedianya pelayanan Kemenkes dan
paru mendapatkan pengobatan TB Paru di jajarannya; Kemendes
pengobatan sesuai PUSKESMAS, FKTP, lain DTT

69
standar & rumah sakit
2. Tersedianya pengawas
kemendagri/Pemda dan
menelan obat (PMO) di
jajarannya
rumah & di tempat kerja
3. Promosi oleh NAKES/di
Kemenkes dan
FASKES tantang pengobatan
jajarannya
TB Paru
4. Promosi oleh kader PKK Kemendagri/Pemda dan
tentang pengobatan TB Paru jajarannya
5. Promosi di tempat2 umum Kemendagri/Pemda dan
tentang pengobatan TB Paru jajarannya
Penderita hipertensi
melakukan 1. Akses pelayanan terpadu Kemenkes dan
7
pengobatan secara PTM di FKTP jajarannya
teratur
2. Tersedianya posbindu
Kemendagri/Pemda dan
PTM di setiap
jajarannya; Kemendes
desa/kelurahan yang
DTT
berfungsi dengan baik
3. Sistem pengawasan
Kemendagri/Pemda dan
keteraturan menelan obat
jajarannya
dari kader kesehatan
4. Sistem pengawasan
Kemenkes dan
keteraturan menelan obat
jajarannya
dari kader kesehatan
5. Peningkatan kegiatan
Kemenpora dan
senam & aktivitas fisik
jajarannya
dikalangan masyarakat
6. Pembatasan kandungan
Kemenperindag dan
garam garam makanan &
jajarannya
bahan tambahan makanan

7. Promosi oleh NAKES/di Kemenkes dan

70
FASKES tentang pengobatan
jajarannya
hipertensi
Penderita gangguan
jiwa mendapatkan 1. Akses pelayanan terpadu Kemenkes dan
8
pengobatan dan tidak PTM di FKTP jajarannya
ditelantarkan
2. Promosi oleh NAKES/di
FASKES tentang pengobatan Kemenkes dan
& perlakuan terhadap jajarannya
penderita gangguan jiwa
3. Promosi di tempat kerja
tentang pengobatan & Kemenpan; Kemenaker
perlakuan terhadap penderita dan jajarannya
gangguan jiwa
4. Promosi oleh kader PKK
Kemendagri/Pemda dan
tentang pengobatan &
jajarannya
perlakuan terhadap penderita
5. Promosi tentang
Kemendagri/Pemda dan
pengobatan & perlakuan
jajarannya; kemensos
terhadap penderita gangguan
dan jajarannya
jiwa
1. Tersedianya pelayanan
Anggota keluarga
konseling berhenti merokok Kemenkes dan
9 tidak ada yang
di PUSKESMAS/FKTP & jajarannya
merokok
RS
Kemenkomindo;
2. Pembatasan iklan rokok
Kemenperindag dan
dalam berbagai bentuk
jajarannya
3. Pemberlakuan kawasan
Kemenpan;
dilarang merokok di
Kemendagri/Pemda dan
perkantoran/perusahaan
jajarannya
tempat umum

71
4. Pemberlakuan kawasan Kemendikbud dan
dilarang merokok di jajarannya; Kemenag
sekolah/madrasah & dan jajarannya;
perguruan tinggi Kemenristekdikti
5. Pemberlakuan batas usia Kemendagri/Pemda dan
membeli rokok jajarannya
6. Kenaikan cukai rokok Kemenkeu
7. Kampanye nasional
Kemenkomindo
tentang bahaya merokok
Kemenpu dan
Keluarga mempunyai 1. Tersedianya sarana air jajarannya;
10 akses/memiliki sarana bersih sampai ke Kemenag/Pemda dan
air bersih desa/kelurahan jajarannya; Kemendes
DTT
Kemendikbud dan
jajarannya; Kemenag
2. Tersedianya sarana air
dan jajarannya;
bersih di sekolah/madrasah
kemendagri/pemda dan
jajarannya
3. Promosi oleh NAKES/di
Kemenkes dan
FASKES tentang pentingnya
jajarannya
penggunaan air bersih
4. Promosi oleh Kader
kesehatan/kader PKK Kemendagri/Pemda dan
tentang pentingnya jajarannya
penggunaan air bersih
Kemenpu dan
Keluarga mempunyai jajarannya;
1. Tersedianya jamban sehat
11 akses/memiliki Kemenag/Pemda dan
setiap keluarga
jamban sehat jajarannya; Kemendes
DTT

2. Tersedianya jamban sehat Kemendikbud dan

72
jajarannya; Kemenag
di sekolah/madrasah &
dan jajarannya;
perguruan tinggi
Kemenristekdikti
3. Promosi oleh NAKES/di
Kemenkes dan
FASKES tentang pentingnya
jajarannya
penggunaan air bersih
4. Promosi oleh kader
kesehatan/kader PKK Kemendagri/Pemda dan
tentang pentingnya jajarannya
penggunaan jamban sehat
Keluarga sudah
1. Tersedianya pelayanan
menjadi anggota BPJS Kesehatan dan
12 kepesertaan JKN yang
Jaminan Kesehatan jajarannya
mudah & efisien
Nasional (JKN)
2. Tersedianya pelayanan
Kemenkes dan
kepesertaan FKTP & RS
jajarannya; Kemendes
yang bermutu & merata serta
DTT
rujukan yang nyaman
3. Promosi tentang
BPJS Kesehatan dan
kepesertaan JKN tentang
jajarannya
pengobatan TB Paru
4. Kampanye nasional
Kemenkominfo
tentang kepesertaan JKN
Tabel 2.8 Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor

2.4.9 Manajemen Pelaksanaan


Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga oleh
Puskesmas akan berjalan dengan baik, bila dilaksanakan langkah-langkah
persiapan yang meliputi (A) sosialisasi, (B) pengorganisasian, (C)
pembiayaan, dan (D) persiapan pendataan.
A. SOSIALISASI
Keberhasilan pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas dalam
rangka Program Indonesia Sehat memerlukan pemahaman dan komitmen

73
yang kuat dari seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas. Selain itu, diperlukan
dukungan yang kuat dari para pengambil keputusan dan kerjasama dari
berbagai sektor di luar kesehatan di tingkat kecamatan. Puskesmas perlu
melakukan sosialisasi tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga secara terencana dan tepat sasaran.
Sosialisasi penguatan puskesmas dengan pendekatan keluarga
dilaksanakan pada dua bagian yaitu sosialisasi internal dan sosialisasi
eksternal.
1. Sosialisasi Internal
Pendekatan keluarga bukan hanya tugas pekerjaan dari para
Pembina Keluarga. Masalah kesehatan yang dijumpai di keluarga,
bantuan teknis profesional yang diperlukan dalam pemecahannya
merupakan tanggung jawab para petugas profesional di Puskesmas,
termasuk masalah-masalah kesehatan serupa yang ditemukan pada saat
Puskesmas menyelenggarakan pengorganisasian masyarakat. Kepala
Puskesmas sebagai penanggung jawab pelaksanaan pendekatan
keluarga di Puskesmas wajib mensosialisasikan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga kepada semua tenaga kesehatan di
Puskesmas, termasuk yang ada di jejaring seperti Puskesmas pembantu
(Pustu), Puskesmas keliling (Pusling), bidan di desa, dan lain-lain.
Sosialisasi pertama dapat memanfaatkan forum lokmin bulan ke-1,
sedangkan sosialisasi selanjutnya dapat menggunakan rapat-rapat
khusus yang bersifat teknis. Kepala Puskesmas menjadi narasumber
bagi petugas puskesmas, secara formal dan informal melalui
komunikasi pribadi.

2. Sosialisasi Eksternal
Petugas Puskesmas perlu melakukan sosialisasi tentang pendekatan
keluarga kepada camat, Ketua RT/RW, Lurah/Kepala Desa, ketua-ketua
organisasi kemasyarakatan seperti PKK, dan pemuka-pemuka

74
masyarakat agar pelaksanaan pendekatan keluarga mendapat dukungan
dari masyarakat.
a. Sosialisasi di Kantor Kecamatan
Camat adalah pengambil keputusan pertama yang harus menjadi
sasaran sosialisasi di luar Puskesmas. Kepala Puskesmas meminta
waktu khusus untuk menghadap Camat guna mensosialisasikan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga kepada
Camat. Sosialisasi kepada Camat tidak berbentuk ceramah, tetapi
lebih berupa dialog dan advokasi.
b. Sosialisasi untuk Lintas Sektor Tingkat Kecamatan
Peserta dari sosialisasi untuk lintas sektor tingkat kecamatan adalah
para pejabat lintas sektor di tingkat kecamatan. Sosialisasi untuk
pejabat-pejabat lintas sektor tingkat kecamatan ini bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman dan komitmen kerjasama lintas sektor
dalam pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas.
c. Sosialisasi untuk Unsur-Unsur Masyarakat
Peserta dari sosialisasi untuk unsur-unsur masyarakat mencakup
para Ketua RT/RW, Lurah/Kepala Desa, ketua-ketua organisasi
kemasyarakatan seperti PKK, dan pemuka-pemuka masyarakat.
Sebagaimana pada sosialisasi untuk lintas sektor, sosialisasi ini pun
sebaiknya Camat ikut berperan aktif dan penuh.
B. PENGATURAN TUGAS TERINTEGRASI
Pengaturan tugas terintegrasi dalam pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga diharapkan akan terbentuk di tingkat
kecamatan dengan kedua jenis sosialisasi tersebut di atas. Pengaturan tugas
tidak harus terbentuk secara formal, melainkan dapat berupa jejaring
koordinasi dan kerjasama antara internal Puskesmas dengan pihak-pihak
eksternal yang diharapkan mendukungnya.

75
Gambar 2.5 Alur penugasan Terintergrasi
C. PEMBIAYAAN
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini dapat dibiayai dari beberapa sumber
pembiayaan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD),
2. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN)
a. Dana Dekonsentrasi
Dana dekonsentrasi diberikan kepada provinsi. Dana tersebut dapat
dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan program di Puskesmas.
b. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Dan Non Fisik (BOK)
c. Dana Dari Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) Milik Pemerintah Daerah.
d. Alokasi Dana Desa (ADD)

76
3. dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
seperti: Sumber dana lainnya yang berasal dari masyarakat seperti donator,
Corporate Social Responsibility (CSR).
D. PERSIAPAN PENDATAAN
Persiapan pendataan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan inventarisasi data jumlah keluarga di wilayah kerja
Puskesmas berkoordinasi dengan kelurahan, kecamatan, serta data
kependudukan dan catatan sipil (berpedoman pada definisi keluarga
menurut Petunjuk Teknis ini)
2. Menyiapkan instrumen pendataan
3. Melakukan pembagian wilayah binaan
Puskesmas harus membagi wilayah kerjanya menjadi beberapa wilayah
binaan berdasarkan desa yang disesuaikan dengan luas wilayah, jumlah
keluarga, jumlah tenaga pendata, kondisi geografis, dan pendanaan.
4. Menetapkan pembina keluarga
5. Setiap tenaga kesehatan Puskesmas dapat diajukan sebagai Pembina
Keluarga. Pembina Keluarga bertanggung jawab mengumpulkan data
kesehatan keluarga, melakukan analisis Prokesga di wilayah binaannya,
melakukan koordinasi lintas program untuk intervensi permasalahan
keluarga di wilayah binaannya, serta melakukan pemantauan kesehatan
keluarga
2.4.10 Mengitung IKS
Formulir-formulir untuk setiap anggota keluarga dari satu keluarga yang
telah diisi, kemudian dimasukkan ke dalam formulir rekapitulasi (jika digunakan
formulir dalam bentuk aplikasi, maka rekapitulasi ini akan terjadi secara
otomatis).

77
A. Contoh IKS Keluarga

Tabel. 2.7 Contoh Perihitungan IKS Keluarga

Keterangan:

 = = Not applicablel yang berarti indikator tersebut tidak mungkin ada


pada anggota keluarga.
 N = indikator tersebut TIDAK BERLAKU untuk anggota keluarga atau
keluarga yang bersangkutan (misal: karena salah satu sudah mengikuti
KB, atau tidak dijumpai adanya penderita TB paru).

78
 Y = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga SESUAI dengan
indikator (misal: ibu memang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan)
 T = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga TIDAK SESUAI
dengan indikator (misal: ayah ternyata merokok)

*) = Untuk indikator keluarga mengikuti KB jika salah satu pasangan


sudah mengikuti program KB (misalnya Ibu) maka penilaian terhadap
pasangannya (Ayah) Menjadi “N”, demikian sebaliknya.

*) = Untuk indikator bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap, jika ada


salah satu anggota keluarga berusia 12-23 bulan maka jawabannya
diletakkan pada kolom anak yang berusia 5 tahun

*) = Untuk indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok jika


jawabannya “Ya merokok” maka dalam merekap statusnya “T”,
sebaliknya jika jawabannya “Tidak merokok” maka dalam rekapan
statusnya “Y”.

Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota keluarga pada satu indikator,


mengikuti persyaratan di bawah ini:

1) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status Y, maka
indikator tersebut dalam satu keluarga bernilai 1
2) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status T, maka
indikator tersebut dalam suatu keluarga bernilai 0
3) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status N maka
indikator tersebut dalam satu keluarga tetap dengan status N (tidak dihitung)
4) Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan status T,
maka indikator tersebut dalam satu keluarga akan bernilai 0 meskipun
didalamnya terdapat status Y ataupun N

Hasil perhitungan rekapitulasi dari semua anggota keluarga menjadi


kesimpulan keluarga, seperti terlihat pada tabel 1 kolom (L). Pada kolom ini
terlihat kesimpulan setiap indikator menjadi berkode “1”, “0” atau “N”. Dengan

79
menggunakan formula {1 / (12-Σ N)}, artinya indeks KS dihitung berdasarkan
jumlah indikator bernilai ‘1’ dibagi jumlah indikator yang ada di keluarga (12-
ΣN). Pada perhitungan diatas didapatkan skor IKS dari keluarga tersebut adalah
{1 / 12-1} = 0,636.
Selanjutnya IKS masing-masing keluarga dihitung dengan rumus:

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori


kesehatan masing-masing keluarga dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1) Nilai indeks > 0,800 : keluarga sehat


2) Nilai indeks 0,500 – 0,800 : pra-sehat
3) Nilai indeks < 0,500 : tidak sehat

Pada contoh di atas, karena IKS Keluarga A bernilai 0,636, maka Keluarga A
termasuk kategori Keluarga Pra Sehat (IKS = 0,500 –0,800).

B. Perhitungan IKS tingkat RT/RW/kelurahan/desa

IKS tingkat RT/RW/kelurahan/desa dihitung dengan rumus:

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori masing-


masing RT/RW/kelurahan/desa dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1) Nilai IKS tingkat RT/RW/ Kelurahan/Desa > 0,800 :


RT/RW/Kelurahan/Desa Sehat,
2) Nilai IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa = 0,500–0,800:
RT/RW/Kelurahan/Desa Pra Sehat

80
3) Nilai IKS tingkat RT/RW/ Kelurahan/Desa < 0,500 :
RT/RW/Kelurahan/Desa Tidak Sehat

Cakupan masing-masing indikator dihitung dengan rumus:

*) Jumlah seluruh keluarga yang yang memiliki indikator yang bersangkutan sama
artinya dengan jumlah seluruh keluarga yang ada di RT/RW/kelurahan/desa
dikurangi dengan jumlah seluruh keluarga yang tidak memiliki indikator yang
bersangkutan (N).

C. Menghitung IKS Tingkat Kecamatan

IKS tingkat kecamatan dihitung dengan rumus:

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori


kecamatan dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1) Kecamatan dengan Keluarga Sehat, bila IKS tingkat kecamatan > 0,800
2) Kecamatan dengan Keluarga Pra Sehat, bila IKS tingkat kecamatan=
0,500–0,800
3) Kecamatan dengan Keluarga Tidak Sehat, bila IKS tingkat kecamatan <
0,500

81
82
BAB 3

LANGKAH PELAKSANAAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

3.1 Desain Studi


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode
observasional.
3.2 Populasi dan Sampel
● Populasi: Semua keluarga di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo di
Kabupaten Trenggalek.
● Sampel: Semua keluarga yang tidak memenuhi indikator capaian PIS-PK
pada tahun 2022 di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo di Kabupaten
Trenggalek.
3.3 Data
3.3.1 Sumber Data

● Data primer yang didapatkan dari hasil wawancara penanggung jawab

Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

● Data sekunder didapatkan dari Hasil IKS Triwulan , PKP, Profil

Puskesmas, Data epidemiologi kesehatan lingkungan tahun 2022 di


Puskesmas Baruharjo, Kabupaten Trenggalek.

3.3.2 Analisis Data Deskriptif dan Analitik


Pengolahan dan analisis data untuk mengetahui penyebab kurangnya
capaian PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo tahun 2022 dilakukan
dengan cara membuat diagram / tabel dari data dan hasil wawancara yang
mudah dipahami dan dimengerti.
3.4 Identifikasi Masalah
3.4.1 Analisis situasi
Puskesmas Baruharjo terletak di Jl. Raya Baruharjo Durenan Desa
Baruharjo, Kecamatan Durenan. Luas wilayah kerja Puskesmas Baruharjo adalah
23,57 km2, dimana terdiri dari 70% dataran rendah. Wilayah kerja Puskesmas

83
Baruharjo terdiri dari 7 desa yaitu Baruharjo, Kamulan, Sumbergayam,
Karanganom, Gador, Pakis dan Sumberejo dimana kesemuanya dapat dijangkau
oleh kendaraan roda 4 dan roda 2.
Batas wilayah kerja Puskesmas Baruharjo sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung
Selatan : Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung
Timur : Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Durenan
Peta wilayah kerja Puskesmas Baruharjo seperti terlihat pada gambar berikut

Gambar 3.1 : Peta Wilayah Kerja Puskesmas Baruharjo

84
Secara Demografis Puskesmas Baruharjo yang memiliki wilayah kerja sebanyak 7
desa dengan Jumlah Penduduk sebanyak 24.745 Jiwa (12.404 laki dan 12.341
Perempuan).
Distribusi penduduk sasaran program di Puskesmas Baruharjo tahun 2022 adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 8.403 KK
2. Jumlah Bayi : 335 Bayi
3. Jumlah Balita : 1.588 Balita
4. Jumlah WUS : 7.650 Orang
5. Jumlah PUS : 4.207 PUS
6. Jumlah Prasekolah : 350 anak
7. Jumlah Ibu hamil : 377 Orang
8. Jumlah Ibu bersalin : 357 Orang
9. Jumlah Ibu nifas : 357 Orang
10. Jumlah Pra Lansia : 5.765 Orang
11. Jumlah Lansia : 4.268 Orang
12. Jumlah Remaja : 3.978 Orang
(Profil Puskesmas, 2022)

No Desa Jumlah Laki-laki Jumlah Jumlah Total


Perempuan Penduduk

1. Kamulan 3.279 3.139 6.418


2. Gador 1909 1940 3849
3. Baruharjo 1420 1574 2995
4. Sumberejo 1861 1745 3606
5. Pakis 1520 1493 3014
6. Karanganom 1308 1302 2610
7. Sumbergayam 1126 1173 2299
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Kawasan Puskesmas Baruharjo Berdasarkan Jenis
Kelamin (Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Baruharjo, 2022)
Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo yaitu 25.600,
Kepesertaan BPJS PBI yaitu 9.674 jiwa, Jumlah Kepesertaan BPJS Non PBI

85
yaitu, 2.291 jiwa. Sedangkan Non peserta yaitu 13.635 jiwa (Laporan
Puskesmas Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), 2022)
Sarana yang dimiliki Puskesmas Baruharjo meliputi : 1 (satu) unit
Gedung Puskesmas Baruharjo yang beralamat di Jl. Raya Baruharjo Durenan
Desa Baruharjo, Kecamatan Durenan; 3 (tiga) unit Puskesmas Pembantu yaitu
Pustu Sumbergayam, Pustu Gador, dan Pustu Kamulan; 3 (tiga) Ponkesdes yaitu
Ponkesdes Karanganom, Ponkesde Pakis, dan Ponkesdes Sumberejo; 27
Posyandu, 2 Poskestren, 7 Posyandu lansia, dan 1 (satu) puskesmas keliling.
Adapun prasarana penunjang meliputi : 6 (enam) Sarana Transportasi (Sepeda
motor dinas), 1 (satu) unit mobil puskesmas keliling, 1 (satu) unit ambulance, 1
unit Genset, 1 unit telepon, 2 wifi, 2 handphone, 2 unit UPS, 4 unit
Penanggulangan bahaya kebakaran (APAR) (Profil Puskesmas, 2022).
Terdapat 12 Indikator Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga di
Wilayah Puskesmas Baruharjo, yaitu:
1. Keluarga mengikuti program KB (Keluarga Berencana)
2. Persalinan ibu di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapatkan imunisasi lengkap
4. Bayi mendapatkan ASI eksklusif
5. Pertumbuhan balita dipantau
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar
7. Penderita hipertensi berobat teratur
8. Penderita gangguan jiwa berat diobati dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
11. Keluarga memiliki akses/menggunakan air bersih
12. Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga
Untuk capaian Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga di
Wilayah Puskesmas Baruharjo tahun 2022 adalah sebagai berikut :

Indikator Program Indonesia Sehat Pencapaian Target 2023


Pendekatan Keluarga 2022

86
Keluarga mengikuti program KB (Keluarga 51% 65%
Berencana)

Persalinan ibu di fasilitas kesehatan 100% 95%

Bayi mendapatkan imunisasi lengkap 100% 97%

Bayi mendapatkan ASI eksklusif 70.5% 85%

Pertumbuhan balita dipantau 97.66% 95%

Penderita TB Paru berobat sesuai standar 100% 70%

Penderita hipertensi berobat teratur 47.57% 70%

Penderita gangguan jiwa berat diobati dan 65.45% 70%


tidak ditelantarkan

Anggota keluarga tidak ada yang merokok 52.02% 60%

Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Jaminan 24.66% 95%


Kesehatan Nasional)

Keluarga memiliki akses/menggunakan air 97.21% 100%


bersih

Keluarga memiliki akses/menggunakan 97.03% 100%


jamban keluarga

Tabel 3.2 Indikator Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga di Wilayah


Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek tahun 2022.

87
3.4.2 Analisis epidemiologi
3.4.2.1 Analisis capaian program PIS-PK tiap Desa di Wilayah
Puskesmas Baruharjo
Adapun data yang didapatkan untuk tiap desa di wilayah kerja puskesmas
Baruharjo tahun yakni sesuai tabel dibawah ini :
Capaian PIS-PK 2022 IKS

No Wilayah
Tidak Pra-
Sehat
Sehat sehat

1 Desa Kamulan 277 1383 252 0.15

2 Desa Gador 222 915 355 0,31

3 Desa Baruharjo 369 789 143 0,12

Desa 0,35
4 204 747 342
Sumberejo

5 Desa Pakis 57 565 293 0,47

Desa 0,45
6 83 480 257
Karanganom

Desa 0,02
7 232 430 15
Sumbergayam

Jumlah 1444 5309 1657 0,24

Tabel 3.3 Data Capaian PIS-PK tiap desa di Puskesmas Baruharjo

3.4.2.2 Data capaian PIS-PK dengan Nilai terendah


Hasil dari data yang didapatkan, pada Desa Sumbergayam memiliki
tingkat capaian PIS-PK terendah dengan hasil yakni :

Indikator Program Indonesia Sehat Pencapaian Target 2022


Pendekatan Keluarga 2022

88
Keluarga mengikuti program KB (Keluarga 11,7 % 65%
Berencana)

Persalinan ibu di fasilitas kesehatan 100% 95%

Bayi mendapatkan imunisasi lengkap 100% 97%

Bayi mendapatkan ASI eksklusif 35,5% 85%

Pertumbuhan balita dipantau 100% 95%

Penderita TB Paru berobat sesuai standar 100% 70%

Penderita hipertensi berobat teratur 9,7% 70%

Penderita gangguan jiwa berat diobati dan 50% 70%


tidak ditelantarkan

Anggota keluarga tidak ada yang merokok 56% 60%

Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Jaminan 5,2% 95%


Kesehatan Nasional)

Keluarga memiliki akses/menggunakan air 90% 100%


bersih

Keluarga memiliki akses/menggunakan 97,5% 100%


jamban keluarga

Tabel 3.4 Data PIS-PK Desa Sumbergayam

89
3.4.3 Analisis lingkungan (indikator kesehatan lingkungan)
Berikut merupakan data persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek tahun 2021
Jumlah Sarana
Jumlah Jamban Jumlah Sarana TPS Sumber Air
Ju Pembuangan Air Limbah
Ju
mla Ju Individu Sharing Luban Individu Sharing
mla
N Nama h mla Tid Tid Sumu g/ Sungai
h
o Desa Ru h La ak La ak r Diresa / Dibakar/ Lub 3 Su Su
Jiw Mata PD PD
ma KK ya La ya La Resap pkan Seloka Dikubur ang R mu mu
a Air AM AM
h k ya k ya an ke n r r
k k Tanah
Karang 270 50 16
584 0 0 92 0
1 anom 676 834 5 4 2 4 11 218 429 31 98 573 5
300 68 16 1
Pakis 727 2 73 51 0
2 851 902 8 3 0 0 8 174 635 42 497 352 2
116 149 384 66 42
Gador 425 360 176 109 0
3 4 8 2 5 4 30 49 14 785 364 119 905 0
1
Sumber 69 23
101 128 360 6 726 153 0 125 0
ejo 1 4
4 1 8 0 15 16 226 610 175 112 734 9
Baruhar 130 298 88 10
878 0 52 55 0
5 jo 985 1 9 5 0 16 0 146 777 62 689 282 5
Kamula 147 191 640 12 16 135 135
0 111 0 0
6 n 3 2 6 89 0 10 11 255 1164 13 121 1 1 8
Sumber 229 50
79 556 0 24 24 0
7 gayam 602 677 5 1 20 2 100 468 10 509 17 8
Jumlah 676 841 247 52 13 95 97 1133 4868 697 2145 421 2 525 515 436 456 0
2 2 45 18 19 4 0 4

89
0

Tabel 3.5 Rumah sehat wilayah kerja Puskesmas Baruharjo tahun 2022

90
Indikator lingkungan yang berhubungan dengan pencapaian keluarga
sehat, diantaranya rumah yang telah memiliki jamban sendiri yang layak,
sarana pembuangan limbah yang layak dan tidak mencemari lingkungan,
pengelolaan limbah rumah tangga, dan akses air bersih. Jumlah total seluruh
rumah sejumlah 6.762 rumah dengan rumah yang memiliki jamban sendiri
dan layak sebanyak 5.218 dan jamban individu dan tidak layak sebanyak
1.319. Sedangkan, jamban sharing dan layak sebanyak 95 dan tidak layak
sebanyak 97. Sebagian besar masyarakat mengakses air bersih di sumur
yaitu sebanyak 5.254 di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo.
3.4.4 Analisis Perilaku
Berdasarkan wawancara dengan keluarga yang ada di salah satu desa
dan beberapa kader maupun PJ desa PIS-PK, masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Baruharjo masih belum memiliki pengetahuan yang cukup
terhadap pentingnya kesehatan dan mengenai keluarga sehat. Mereka sering
mengabaikan beberapa indikator keluarga sehat yang telah ditetapkan oleh
permenkes, beberapa indikator tersebut adalah
1. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur. Masyarakat
masih banyak yang abai untuk melakukan pengobatan secara rutin
apabila sudah didiagnosis hipertensi oleh dokter. Masyarakat masih
kurang memahami bahaya hipertensi bila tidak berobat secara rutin.
Mereka menganggap hipertensi tidak berbahaya karena tidak
menimbulkan gejala. Banyak dari mereka yang hanya mengkonsumsi
obat hipertensi apabila menimbulkan gejala dan apabila gejala sudah
tidak dirasakan lagi mereka tidak meminum obat dan kontrol ke dokter.
2. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Mayoritas masyarakat tidak memiliki JKN/KIS dikarenakan sulit dalam
hal administrasi dan kurangnya informasi mengenai JKN/KIS. Selain
itu, Masyarakat juga masih merasa keberatan untuk membayar premi
JKN/KIS setiap bulannya sedangkan untuk pengajuan untuk menjadi
peserta JKN-PBI cenderung sulit untuk dilakukan karena hambatan dari
dinsos.

91
3. Anggota keluarga tidak ada yang merokok. Masyarakat masih sulit
merubah kebiasaan merokok yang sudah mereka lakukan sejak dulu.
Masyarakat juga masih mengabaikan mengenai komplikasi yang akan
terjadi dalam jangka panjang akibat merokok.
3.4.5 Analisis Konten
Program Indonesia Sehat Pendekatan keluarga dikelola oleh
Penanggung Jawab PIS-PK Puskesmas yang bantu oleh penanggung jawab
dari tiap desa, dimana setiap desa memiliki minimal 1 bidan serta 1 perawat.
Terdapat hanya 2 dari 7 desa yang memiliki kader yang memegang PIS-PK,
yaitu desa Sumberejo dan Pakis. Dalam pelaksanaan PIS-PK tersebut
dilakukan KOPIPU (Konseling dari Pintu ke Pintu) dimana program
tersebut merupakan salah satu inovasi dari Ibu Gubernur Provinsi Jawa
Timur untuk memantau kesehatan warga dengan target minimal 16
kunjungan rumah tiap bulannya.
Program PIS-PK yang lainnya adalah penyuluhan mengenai 12
Indikator keluarga sehat beserta pendataan terhadap semua masyarakat di
wilayah Puskesmas Baruharjo. Penyuluhan mengenai indikator keluarga
sehat yang telah ditetapkan dalam Permenkes masih belum tersosialisasikan
secara menyeluruh kepada masyarakat. Selain itu, pendataan yang telah
dilakukan belum memiliki pemahaman yang sama dalam
menginterpretasikan data yang telah didapatkan dari masyarakat.
Program lain yang digunakan untuk menaikkan PIS-PK yang sudah
ada adalah SI DARTI MANIS (Si Darah Tinggi dan Kencing Manis)
merupakan salah satu inovasi dari Puskesmas Baruharjo untuk
memonitoring riwayat tekanan darah dan hasil laboratorium pasien
Hipertensi dan Diabetes Melitus.
3.4.6 Pendekatan statistik
Pengolahan data menggunakan Microsoft Excell untuk mengetahui
tentang Pencapaian PIS-PK di Wilayah Kerja Puskesmas baruharjo,
Kabupaten Trenggalek pada periode 2022, dengan melihat rekap data
capaian PIS-PK, dari jumlah capaian tiap desa per desa setiap triwulannya,
serta tiap tahun.

92
3.5 Penentuan Prioritas
3.5.1 Metode
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan sistem skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring
perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Dari hasil diskusi maka
kelompok kami memilih metode skoring yaitu MCUA (Multiple
Criteria Utility Assessment) untuk menentukan prioritas masalah.

● Pokok Permasalahan

No Indikator Akar Masalah

1. Kunjungan Pertama ibu - Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil yaitu ibu


hamil (K1) hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi sesuai standar,
minimal 4 kali selama kehamilannya dengan
distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada
trimester ke-3 menurut data Penilaian
Kinerja Puskesmas pada tahun 2022 capaian
programnya 96% dengan target 100%
sehingga tidak memenuhi target. Hal ini
disebabkan oleh:

- Ibu hamil tidak segera memeriksakan


kehamilannya pada trimester I dan pelaporan
K4 menunggu ibu sudah melahirkan

2. Capaian Indikator - Capaian Indikator program Indonesia Sehat


Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga dicapai dengan adanya
Pendekatan Keluarga intervensi yang dilakukan oleh puskesmas
dengan program KOPIPU, dimana capaian
KOPIPU Puskesmas pada tahun 2022
sebanyak 12% dengan target 32% sehingga
intervensi KOPIPU tidak memenuhi target.

93
- Capaian Puskesmas sendiri hanya sebesar
0,2 dari target provinsi Jawa Timur pada
tahun 2022 sebesar 0.5

-Pelayanan kesehatan neonatus pertama


3. Pelayanan Kesehatan
(KN1) pada tahun 2022 hanya mencapai
Neonatus pertama (KN1)
71.70% dengan target 100% hal tersebut
disebabkan karena masyarakat masih
memiliki pemahaman bahwa bayi usia
kurang dari 40 hari tidak diperkenankan
untuk keluar rumah.

4. Pelayanan Kesehatan - Pelayanan kesehatan remaja hanya


Remaja mencapai target 78,98% dengan target
100%. Hal ini disebabkan oleh kurang
masifnya penyuluhan mengenai kesehatan
kepada remaja sehingga masih kurangnya
kesadaran remaja pada kesehatan.

Tabel 3.6 Pokok Permasalahan

Daftar Masalah

94
Masalah 1 Kunjungan Pertama ibu hamil (K1)

Masalah 2 Capaian Indikator Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga


di Baruharjo 0,2

Masalah 3 Pelayanan Kesehatan Neonatus pertama ( KN1)

Masalah 4 Pelayanan Kesehatan Remaja

Tabel 3.7 Daftar Masalah


Skor Parameter

Emergency 1 Tidak gawat

2 Kurang gawat

3 Cukup gawat

4 Gawat

5 Sangat gawat

Greatest Member Parameter : Selisih 1 0-20%


antara pencapaian kegiatan dan
2 21-40%
target
3 41-60%

4 61-80%

5 81-100%

Expanding Scope Parameter : 1 Tidak melibatkan sektor


Melibatkan sektor lain (keamanan lain
dan ketertiban masyarakat, ekonomi,
2 Melibatkan 1 sektor lain
transportasi, keagamaan)
3 Melibatkan 1-3 sektor
lain

4 Melibatkan >3 sektor

95
Feasibility Parameter : Ketersediaan 1 Tidak mungkin
SDM
2 Cukup mungkin
dibandingkan proker dan dana
3 Mungkin

4 Sangat mungkin

Policy Parameter: 1 Tidak peduli


Kepedulian masyarakat terhadap
2 Kurang peduli
masalah tersebut serta ada atau
tidaknya kebijakan pemerintah yang 3 Cukup peduli
mendukung terselesaikannya
4 Peduli
masalah tersebut
5 Sangat peduli

Tabel 3.8 Kriteria, bobot, dan skor metode MCUA


Kriteria Bobot M1 M2 M3 M4
(B)
S SB S SB S SB S SB

Emergency 10 2 20 4 40 3 30 4 40
Greatest 10 5 50 4 40 5 50 2 20
Member

Expanding 10 2 20 4 40 3 30 2 20
Scope

Feasibility 10 2 20 3 30 2 20 3 30
Policy 10 2 20 3 30 3 30 3 30
Total 130 180 160 140
Peringkat 4 1 2 3

(Data Penilaian Kinerja Puskesmas Baruharjo, 2022)

Tabel 3.9 Kriteria, bobot, dan skor metode MCUA

96
3.5.2 Alasan Pemilihan Masalah

● Sesuai dengan hasil penilaian skala prioritas dengan menggunakan


MCUA, didapatkan hasil bahwa kasus capaian PIS-PK yang ada
merupakan prioritas utama masalah yang ada di Puskesmas
Baruharjo.
● Capaian PIS-PK menurut data Penilaian Kinerja Puskesmas
Baruharjo pada tahun 2022 capaian programnya hanya 0.2 dengan
target provinsi Jawa Timur sebesar 0.5 sehingga capaian PIS-PK
Puskesmas Baruharjo tidak memenuhi target.
3.6 Alternatif Pemecahan Masalah SWOT
3.6.1 Kekuatan Faktor Internal
Pada Puskesmas Baruharjo sudah terdapat program untuk
menjalankan PIS-PK, yaitu KOPIPU. Team yang bertugas dalam
menjalankan program tersebut terdiri atas PJ Desa (1 bidan dan 1 perawat)
dan kader. Target program KOPIPU minimal melakukan intervensi pada 16
KK setiap bulan. Sumber dana berasal dari Pusat dan Dinkes Provinsi.
3.6.2 Kelemahan Faktor Internal
Pada Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek, terdapat beberapa
kelemahan internal yaitu:
1. Kurangnya kader yang berfokus hanya pada program PIS-PK
2. Dana dari Pusat dan Provinsi semenjak COVID-19 tidak selalu ada
setiap bulannya sehingga belum bisa dilakukan
3.6.3 Potensial Faktor Eksternal
Pada wilayah Puskesmas Baruharjo, warga memiliki banyak
organisasi atau perkumpulan seperti Karang Taruna dan PKK yang dapat
bekerja sama dengan PJ Desa maupun kader untuk menyukseskan capaian
PIS-PK, salah satunya penyuluhan mengenai Keluarga Sehat.
3.6.4 Hambatan Faktor Eksternal
Hambatan pertama adalah masih banyak masyarakat yang tidak terlalu
peduli dengan edukasi yang diberikan dari pihak puskesmas dan kader.
Hambatan kedua, yaitu jumlah kader tidak cukup untuk menjangkau
tercapainya target indikator keluarga sehat.

97
3.6.5 Program aksi pemecahan masalah

Akar Penyebab Alternatif


No. Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah

1. Kurangnya 1. Melakukan penyuluhan


kepada masyarakat 1. Membuat media
pemahaman
mengenai pentingnya yang menarik dengan
masyarakat bahasa yang mudah
menciptakan keluarga
dipahami oleh
mengenai sehat, peran keluarga
masyarakat pada saat
Keluarga Sehat dalam membangun melakukan
kesehatan yang penyuluhan
dan indikator
paripurna, indikator
PIS-PK keluarga sehat, manfaat 2. Meningkatkan
menjadi keluarga sehat, koordinasi antar lintas
dan kiat apa saja yang program
bisa dilakukan untuk
3. Meningkatkan
menciptakan keluarga
koordinasi lintas sektor
sehat.
2. Memberikan motivasi
4. Pembuatan Skoring
kepada masyarakat
(PUSH-UP ‘Penilaian
agar meminum obat
skoring cepat untuk
hipertensi setiap hari
penataan tepat’)
3. Menyebarkan informasi
menentukan fokus
mengenai kegiatan
masyarakat dengan
Posyandu Lansia guna
kondisi yang perlu
memeriksakan tekanan
diedukasi maupun
darah secara rutin
intervensi secara ‘lebih’
4. Memberikan
penyuluhan kepada 5. Edukasi mengenai
masyarakat mengenai
salah satu penyelesaian
pentingnya memiliki
JKN mengenai JKN yakni
TAHES ‘Tabungan
hemat pasti sehat’

2. Intervensi PIS- 1. Memberikan 1. Membuat sistem


PK (KOPIPU)
pembinaan kepada skoring mengenai
kader tentang keluarga risiko pada
masih kurang sehat 2. Pembuatan leaflet
efektif 2. Memberikan dan poster untuk
penyuluhan dan mempermudah
pembinaan kepada pemahaman
masyarakat tentang masyarakat

98
pentingnya keluarga 3. Menambah
sehat sosialisasi lewat
media sosial
dalam bentuk
video, gambar
yang diunggah di
Instagram, grup
WA, facebook
yang disasarkan
pada remaja dan
dewasa muda
3. Tidak adanya 1. Melakukan evaluasi PJ 1. Menyelenggarakan
evaluasi maupun Kader dengan perkumpulan rutin
berkala kepada pemegang program PIS- tiap 3 bulan antar
PJ atau Kader PK dan dokter kader PIS-PK dan PJ
menangani puskesmas, mengenai Desa baik dalam
program PIS-PK hambatan dll satu desa maupun
(KOPIPU) antar desa (GERCEP
2. Melakukan sharing antar
‘Gerakan cepat
kader PIS-PK baik kader
evaluasi berkala PIS-
PIS-PK 1 desa maupun
PK’)
antar desa dalam suatu
forum yang sama.

4. Terbatasnya 1. Menambah kader yang 1. Memilih kader yang


sumber daya berfokus pada PIS-PK di berkompeten
manusia (SDM) tiap desa
2. Koordinasi antar
kader PIS-PK
2. Bekerja sama kader kader maupun PJ desa
(Hanya ada
yang lain dengan kader program
beberapa desa
lain seperti kader
yang memiliki 3. Koordinasi dengan
posyandu lansia,
kader PIS-PK, Karang Taruna untuk
posyandu balita,
seperti pemberdayaan
posbindu.
Sumberejo dan masyarakat
Pakis)

99
5. Cakupan IKS 1. Membuat SOP dan 1. Menyusun SOP
rendah akibat penyuluhan kepada kader pelaporan PIS-PK sesuai
perbedaan untuk menyamakan dengan panduan
pemahamanan persepsi mengenai Permenkes dan Buku
antara kader pelaporan Pedoman PIS-PK
dengan PJ Desa (SENAM ‘SOP efektif,
Pendataan masyarakat
tepat’)

2. Pembuatan Google
Form untuk pelaporan
dari tiap desa

Tabel 3.10 Tabel alternatif pemecahan masalah

100
3.7 Penentuan penyebab masalah

Gambar 3.2 Fishbone Penentuan penyebab masalah

101
3.8 Program Pemecahan Masalah/Pembahasan
Pada alternatif pemecahan masalah diatas, maka dapat disusun rencana
pemecahan masalah dengan menggunakan SENAM-TAHES “Inovasi Intervensi
Tepat Ciptakan Keluarga Sehat”. Pemecahan masalah diambil dari akar
permasalahan yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas yang menjadi
hambatan pada program.

102
BAB 4

RENCANA INTERVENSI
4.1 Penjelasan tentang intervensi secara rinci
Rencana intervensi PIS-PK di Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek
menggunakan
Inovasi Intervensi Tepat Ciptakan Keluarga Sehat SINTA KUAT
dan penyusunan standar operasional prosedur (SOP) dalam penilaian PIS-
PK. Program ini terdiri dari :
1. Penyuluhan Keluarga Sehat dengan PEMANASAN “ Penyuluhan
Keluarga Tepat Sasaran”
2. Skoring mengenai resiko dengan PUSH UP “Penilaian Scoring cepat
Untuk Penataan tepat”
3. Evaluasi Berkala dan Refreshment PIS-PK dengan GERCEP “Gerakan
Cepat Evaluasi berkala PIS-PK”
4. Program Solusi JKN dengan TAHES “Tabungan hemat pasti sehat”,
5. Penyusunan SOP dengan tepat SENAM “SOP Efektif, Pendataan
Masyarakat Tepat”

4.1.1 Penyuluhan Keluarga Sehat


Melakukan penyuluhan dan edukasi mengenai keluarga sehat secara masif
kepada masyarakat. Penyuluhan dan edukasi dilakukan mulai dari pentingnya
menciptakan keluarga sehat, peran keluarga dalam membangun kesehatan yang
paripurna, indikator keluarga sehat, manfaat menjadi keluarga sehat, dan kiat apa
saja yang bisa dilakukan untuk menciptakan keluarga sehat. Penyuluhan dan
edukasi dapat dilakukan melalui pertemuan terbuka yang dilakukan masyarakat
maupun pintu ke pintu (KOPIPU). Dengan mengetahui mengenai keluarga sehat,
maka masyarakat mampu berkontribusi dalam pencapaian indeks keluarga sehat.
Implementasi dalam melakukan penyuluhan dan edukasi dapat berupa
membuat video edukasi dan poster atau leaflet mengenai materi yang terkait.
Media edukasi tersebut nantinya akan dibagikan di grup media sosial dengan

103
Kader PIS-PK maupun PJ Desa. Dengan adanya media yang menarik maka
masyarakat juga bisa dengan mudah untuk memahaminya.
Implementasi lainnya berupa menambah sosialisasi lewat media sosial dalam
bentuk video, gambar yang diunggah di Instagram, youtube, grup WA yang
sasarannya remaja dan dewasa muda. Upaya ini diharapkan dapat membantu
kader agar mudah mengarahkan tiap keluarga untuk meningkatkan dan merasakan
manfaat dari keluarga sehat
4.1.2 Skoring mengenai resiko
Rencana intervensi PIS-PK di Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek
menggunakan Inovasi Intervensi Tepat Ciptakan Keluarga Sehat, yaitu
melakukan skoring untuk melakukan intervensi secara tepat. Sistem skoring yang
digunakan dengan menggunakan google form. Form tersebut bisa menilai nilai
risiko pada setiap keluarga dimana keluarga yang memiliki nilai risiko yang tinggi
harus diintervensi ‘lebih’ oleh kader maupun PJ Desa. Form tersebut berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang mudah dipahami dan diisi oleh kader dan PJ desa.
Form diisi oleh kader atau PJ Desa saat melakukan kunjungan KOPIPU ataupun
saat pertemuan masyarakat.
Skoring ini juga memudahkan para kader maupun PJ Desa untuk menentukan
keluarga mana saja yang perlu untuk diintervensi lebih utama. Dengan adanya
intervensi yang tepat sasaran maka diharapkan capaian IKS dalam desa tersebut
mengalami peningkatan daripada sebelumnya. Dengan nilai IKS desa yang tinggi
maka keluarga sehat akan lebih cepat terwujud.
4.1.3 Evaluasi Berkala dan Refreshment Kader
Rencana intervensi PIS-PK di Puskesmas Baruharjo Kabupaten Trenggalek
menggunakan Inovasi Intervensi Tepat Ciptakan Keluarga Sehat dimana salah
satunya adalah Evaluasi dan Refreshment kader PIS-PK. Evaluasi para kader
dapat dilakukan dengan pemegang program PIS-PK dan dokter puskesmas. Saat
melakukan evaluasi, para kader juga dapat saling sharing (berbagi) antar kader
baik kader 1 desa maupun antar desa, baik dari segi permasalahan yang dihadapi
serta masukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemegang program PIS-PK dan
dokter puskesmas dapat memberikan masukan dan pengarahan serta melakukan
pembinaan kepada para kader PIS-PK terkait dengan permasalahan yang dihadapi.

104
Pembinaan terhadap kader PIS-PK, bertujuan untuk memperluas cakupan PIS-PK
serta mengurangi kesalahan dalam hal input data karena perbedaan persepsi.
Evaluasi antar kader, penyelenggara program PIS-PK dan dokter Puskesmas
dapat dilakukan secara rutin tiap 3 bulan antar kader baik kader 1 desa maupun
antar desa. Setelah melakukan evaluasi, dapat dilampirkan dalam form evaluasi
kader PIS-PK, sebagai dokumentasi tertulis dan juga data untuk evaluasi
kedepannya. Form evaluasi kader PIS-PK dapat berisikan
1. kegiatan para kader saat melakukan kunjungan rumah (KOPIPU),
2. Masalah yang dihadapi para kader saat melakukan kegiatan pelacakan
KOPIPU,
3. serta poin-poin yang belum dicapai saat melakukan kunjungan. Form
evaluasi antar kader ini nanti akan dikumpulkan dan dibahas seluruhnya
setiap 3 bulan sekali bersama dengan penyelenggara program PIS-PK dan
dokter puskesmas.
Selain dilakukannya evaluasi antar kader juga dapat melakukan pelatihan /
refreshment mengenai PIS-PK dengan menggunakan Bahasa non medis (bahasa
yang mudah dipahami) oleh para kader. Hasil dari pelatihan / refreshment antar
kader juga dapat dilampirkan pada form evaluasi kader.
4.1.4 Program Solusi JKN dengan Tabungan hemat pasti sehat
Pada capaian PIS-PK Puskesmas Baruharjo, indikator yang masih memiliki
persentase capaian terendah adalah Keluarga sudah menjadi anggota JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional). Intervensi capaian JKN dapat dilakukan dengan
program TAHES “Tabungan Hemat Pasti Sehat”, dilakukan dengan
menyarankan tiap keluarga menabung tiap harinya minimal 5 ribu dimana hasil
akhir perbulan sebesar 150.000 cukup untuk pembayaran BPJS (Jika untuk
pengajuan JKN PBI dipersulit). Untuk memudahkan dalam menabung, setiap KK
bisa memiliki kotak apapun yang sudah tidak terpakai dan membuat treker agar
tidak terlewat untuk menabung setiap harinya.
4.1.5 Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam Pelaporan dan
Blanko Intervensi PIS-PK
Standar operasional prosedur berisikan tugas, alur, dan hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat kunjungan PIS-PK. SOP dibuat berdasarkan panduan dari

105
Permenkes dan Buku Pedoman Nasional PIS-PK. Dengan adanya SOP,
diharapkan kunjungan akan berjalan efektif dan efisien. SOP ini nantinya akan
disosialisasikan kepada unit terkait seperti petugas kesling, petugas promkes,
kader, PJ desa dan kepala desa.
4.2 Tujuan intervensi
Berdasarkan penjelasan intervensi secara rinci mengenai Inovasi Intervensi
Tepat Ciptakan Keluarga Sehat, didapatkan tujuan dari strategi intervensi
adalah :
1. Mengidentifikasi keluarga mana yang beresiko serta yang perlu dilakukan
intervensi secara tepat mengenai PIS-PK di wilayah Puskesmas Baruharjo
Kabupaten Trenggalek.
2. Membuat target sesuai permasalahan keluarga sehingga ketika dilakukan
intervensi saat kunjungan KOPIPU di wilayah kerja Puskesmas Baruharjo
pelaksanaannya bisa efektif dan efisien
3. Meningkatkan kemampuan kader dalam memberikan edukasi mengenai
PIS-PK
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keluarga sehat.
5. Meningkatkan pencatatan dan ketepatan data mengenai cakupan IKS
sesuai dengan cakupan wilayah kerja.
Dengan tercapainya target dari IKS penyakit serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sehingga dapat ikut andil dalam komitmen global dan
nasional maupun internasional yakni SGDS poin ke 3 dan 6.

4.3 Target dan sasaran intervensi


Sasaran Intervensi Target Intervensi

1. Puskesmas 1. Meningkatkan pencatatan dan ketepatan data


Baruharjo mengenai capaian IKS sesuai dengan cakupan
wilayah kerja

2. Meningkatkan deteksi dini untuk melacak


keluarga yang perlu intervensi lebih dari PIS-PK

3. Melakukan evaluasi dan monitoring program PIS-

106
PK

4. Terdapat SOP pelaksanaan PIS-PK

1. Peningkatan kemampuan kader dalam


mengidentifikasi dan memberikan penyuluhan
mengenai PIS-PK
2. Kader
2. Memperluas cakupan IKS dengan tepat

3. Pelaporan yang tepat dan efisien

1. Meningkatkan kesadaran dan pentingnya


masyarakat mengenai Keluarga Sehat.

3. Masyarakat 2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap


informasi akan pentingnya PIS-PK.

Tabel 4.1 Sasaran dan Target Intervensi Program Indonesia Sehat


Pendekatan Keluarga di Puskesmas Baruharjo
4.4 Langkah-langkah pelaksanaan intervensi
1. Melakukan lokakarya lintas program dan lintas sektor (kader PIS-PK,
pemerintah desa, tokoh masyarakat) untuk mensosialisasikan program
2. Membentuk tim yang akan melaksanakan program beserta pembagian
tugas masing-masing
3. Membuat rincian dana mengenai kebutuhan intervensi yang akan
dilakukan
4. Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan dibutuhkan selama kegiatan,
seperti Google Form, Poster dan Leaflet
5. Membentuk sistem koordinasi, pelaporan dan monitoring selama
pelaksanaan program
6. Pelaksanaan program
7. Evaluasi terhadap pencapaian program yang dilaksanakan

107
4.5 Sumber daya yang dibutuhkan meliputi sumber daya manusia, dana,
materi, dan waktu.
4.5.1 Sumber Daya Manusia

● Kader PIS-PK 4 orang tiap desa

● Bidan desa dan perawat desa

● Anggota program promkes

● 1 dokter puskesmas

4.5.2 Sumber Dana

● Dana bantuan dari Provinsi

● Dana bantuan dari Pusat

4.5.3 Sumber Materi

● Panduan Kemenkes RI

● Jurnal Kedokteran

● WHO

4.5.4 Sumber Waktu

● Pelatihan / refresment dan evaluasi kader dilakukan setiap tiga

bulan sekali

● Penyuluhan mengenai PIS-PK dilakukan satu minggu dua kali di

dua tempat sampai tersebar merata di seluruh tempat perkumpulan


masyarakat, sekolah, dan seluruh posyandu

● KOPIPU 16 keluarga dalam 1 bulan

● Pelaporan hasil kunjungan PIS-PK oleh kader setiap satu bulan

sekali

108
● Evaluasi program dilakukan tiga bulan sekali

4.6 Jadwal pelaksanaan intervensi

● Pelatihan / refresment dan evaluasi kader dilakukan setiap tiga

bulan sekali

● Penyuluhan mengenai PIS-PK dilakukan satu minggu dua kali di

dua tempat sampai tersebar merata di seluruh tempat perkumpulan


masyarakat, sekolah, dan seluruh posyandu

● Pelaporan hasil kunjungan PIS-PK oleh kader PIS-PK setiap satu

bulan sekali

● KOPIPU tiap bulan minimal 16 rumah dengan target yang tepat

● Evaluasi program dilakukan tiga bulan sekali

● Penyusunan dana yang dibutuhkan untuk menunjang program

dilakukan satu tahun sekali

4.7 Skoring
Pembuatan scoring sederhana bertujuan dalam deteksi dini sehingga
kegiatan promotif maupun preventif dapat dilakukan. Pada diagnosis komunitas
ini, penggunaan scoring bertujuan untuk :
1. Deteksi dini dalam hal intervensi pada tiap keluarga
2. Menentukan resiko pada keluarga, apakah dalam kedepannya keluarga
tersebut diperlukan pendampingan lebih atau tidak perlu.
3. Meningkatkan capaian IKS dimana pada keluarga yang dengan resiko
sedang bisa segera diubah menjadi keluarga dengan resiko rendah, begitu
pula dengan keluarga dengan resiko tinggi.
Pembuatan Scoring didasarkan dan disesuaikan pada apa yang ada di masyarakat
serta dikaitkan dengan 12 indikator pada PIS-PK kemudian untuk perincian dari
pertanyaan yang akan dibuat didasarkan pada tinjauan pustaka berikut:

109
A. Faktor Pendidikan
Secara empiris, ratusan peneliti telah mendokumentasikan “gradien”
dimana pendidikan yang mumpuni dikaitkan dengan kesehatan yang lebih
baik dan angka harapan hidup yang tinggi. Zajacova dan Lawrence (2018)
mengambil dari tiga perspektif teoritis yang luas untuk menghipotesiskan
hubungan antara pendidikan dan kesehatan. Hipotesis paling banyak
didasarkan pada the fundamental cause theory (FCT). FCT Pada teori
tersebut menyebutkan bahwa faktor sosial seperti pendidikan adalah
penyebab mendasar dari kesehatan dan penyakit. The human capital
theory (HCT) mengkonseptualisasikan pendidikan sebagai investasi yang
dapat berdampak pada peningkatan produktivitas. Pendidikan
meningkatkan pengetahuan individu, keterampilan, penalaran, efektivitas,
dan berbagai kemampuan lainnya, yang dapat dimanfaatkan dalam bidang
kesehatan. Pendekatan ketiga, the signaling or credentialing perspective,
menjelaskan diskontinuitas besar yang diamati dalam kesehatan pada usia
sekolah 12 dan 16 tahun, biasanya terkait dengan lulusan diploma ataupun
sarjana. Perspektif ini memandang memandang kredensial yang diperoleh
sebagai sinyal kuat tentang keterampilan dan kemampuan seseorang dan
menekankan keuntungan ekonomi dan sosial dari sinyal tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di São Paulo melaporkan bahwa orang
dewasa tua dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang lebih rendah
lebih jarang mencari layanan kesehatan.
B. Faktor Sosio-Ekonomi
Pengukuran kesenjangan sosial ekonomi dalam kesehatan—juga dikenal
sebagai kesenjangan kesehatan—penting karena beberapa alasan.
Kesehatan adalah aspek kunci dari kesejahteraan dan ketidaksetaraan
kesehatan dapat menambah (atau mengurangi) perbedaan kesejahteraan
yang ada menurut pendapatan. Meningkatnya ketimpangan pendapatan
dapat menyebabkan meningkatnya ketimpangan kesehatan melalui dua
jalur berbeda. Pertama, perbedaan pendapatan secara mekanis dapat
menyebabkan perbedaan dalam kesehatan (berdasarkan pendapatan)
karena hubungan kausal langsung antara tingkat pendapatan individu dan

110
kesehatan. Kedua, ketimpangan pendapatan mungkin juga memiliki efek
tidak langsung pada kesehatan—misalnya, dengan memperkuat kekuatan
politik orang kaya dengan pergeseran prioritas kebijakan atau melalui
perubahan modal sosial (koneksi dan nilai bersama antara orang-orang
yang mendorong kerja sama yang menguntungkan) atau kohesi sosial.
Orang dengan status sosial ekonomi rendah cenderung makan dengan
sehat atau aktif secara fisik dan lebih cenderung merokok dibandingkan
dengan orang dengan status sosial ekonomi tinggi. Perilaku ini mungkin
menjadi mediator dari hubungan yang mapan antara posisi sosial dan hasil
morbiditas dan mortalitas
C. Faktor Geografis
Aksesibilitas geografis dan faktor sosial budaya dan ekonomi, misalnya,
memainkan peran penting dalam pelayanan kesehatan. Pemanfaatan
pelayanan kesehatan ditentukan oleh kebutuhan yang dirasakan oleh
pengguna berdasarkan situasi kesehatannya dan pengetahuan sebelumnya
tentang penyakit atau kondisi tersebut, yang selanjutnya dipengaruhi oleh
faktor sosiodemografi. Akses ke layanan kesehatan juga mencerminkan
ketidaksetaraan dan kerentanan yang ada di antara masyarakat, yang
dihasilkan dalam kerangka sosial (Stopa SR et al., 2017).
Sejak tahun 1980-an, Sampel Survei Rumah Tangga Nasional Brasil
(PNAD) telah melakukan survei penggunaan layanan kesehatan dalam
media publikasi kesehatan di Brasil. Publikasi tersebut membahas akses
dan penggunaan layanan kesehatan, morbiditas, cakupan rencana
kesehatan, biaya kesehatan, dan gaya hidup. Akses berhubungan langsung
dengan suplai (ketersediaan layanan yang ditujukan untuk penduduk).
Kesulitan dalam akses ini pada gilirannya terkait dengan kekhasan sistem
dan layanan kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa akses
dan penggunaan layanan kesehatan di daerah pedesaan mencerminkan
ketidaksetaraan di antara kelompok sosial yang berbeda.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan 12 indikator PIS-PK didapatkan total


28 pertanyaan dengan perincian sesuai lampiran 2 dan lampiran 3, hasil yang
didapatkan terbagi menjadi 3 resiko yakni :

111
1. Resiko Rendah : 1- 12 Point
2. Resiko Sedang : 13- 24 Point
3. Resiko Tinggi : 25 - 36 Point
Pengisian dari form resiko pada link :
https://forms.gle/FRFWNUVUyz9YA1HC7 point pada link tersebut bukan hasil
akhir dari resiko namun untuk hasil dari resiko dilihat pada link Google
Spreadsheet https://docs.google.com/spreadsheets/d/1-
l1AsmHrLiyMHK399Bv_OuRpvh4R4ROYWbLQmF73S9Y?
resourcekey=#gid=1808851258 . Pada cell “AR”

112
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
5.1.1 Area Masalah
Program penemuan kasus Tuberkulosis di wilayah Puskesmas
Baruharjo Kabupaten Trenggalek pada tahun 2022 tidak mencapai target
cakupan yang telah ditentukan berdasarkan hasil IKS
5.1.2 Alternatif Penyebab Masalah
1. Faktor sosial
2. Faktor alat
3. Faktor metode
4. Faktor manusia
5. Faktor actuating
5.1.3 Akar Penyebab Masalah
1. Faktor sosial
a. Persepsi masyarakat bahwa hipertensi tidak berbahaya
b. Pengetahuan dan kesadaran mengenai keluarga sehat masih
kurang
c. Kurangnya pemahaman masyarakat akan pengobatan hipertensi
yang teratur, fungsi dari JKN
2. Faktor alat
a. Media untuk edukasi KOPIPU, terbatas komunikasi (Face to
face)
b. Kurangnya media untuk edukasi agar lebih menarik
c. Penggunaan Sosial media yang kurang maksimal
3. Faktor actuating
a. Tidak adanya evaluasi berkala kepada PJ atau Kader menangani
program PIS-PK
b. Target antar PJ desa yang berbeda.

113
4. Faktor manusia
a. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) kader PIS-PK
b. Kewajiban penyuluhan yang didanai hanya 16 rumah perbulan
c. Hanya terdapat 2 desa yang memiliki kader khusus PIS-PK
5. Faktor metode
a. Perbedaan pemahamanan antara kader dengan PJ dan hal
pelaporan
b. Ketidaktepatan proses input data dimana data yang seharusnya
tertulis Tidak, menjadi Ya
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan
Rencana intervensi peningkatan capaian IKS di Puskesmas Baruharjo
Kabupaten Trenggalek menggunakan Inovasi Intervensi Tepat Ciptakan
Keluarga Sehat dan Refreshment antar kader serta Berikan edukasi keluarga
sehat dan penyusunan standar operasional prosedur (SOP) dan intervensi PIS-
PK.
5.2 SARAN
1. Menyarankan untuk bekerja sama lintas sektoral seperti pemerintah desa,
karang taruna, PKK, sekolah untuk bekerjasama mewujudkan program
“Inovasi Intervensi Tepat Ciptakan Keluarga Sehat”
2. Menyarankan untuk membuat rincian dana agar program Inovasi
Intervensi Tepat Ciptakan Keluarga Sehat dapat terlaksana dengan baik
3. Menyarankan untuk selalu mengedukasi masyarakat di setiap kesempatan
untuk mau memeriksa apakah keluarganya sudah termasuk dalam kategori
keluarga sehat.

114
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta, Winda Putri & Nurdibyanandaru, Duta. (2019). Hubungan Antara Family
Functioning Terhadap Stres Pengasuhan Ibu yang Memiliki Anak dengan
Autisme. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol. 8, pp. 43-
57
Balgis, 2009, Kedokteran Keluarga. Sebelas Maret University Press, Surakarta
Bangkok, R.M., 2013. Family as Centre of Health Development Family as Centre
of Health Development 18–20.
Barnes, M.D., Hanson, C.L., Novilla, L.B., Magnusson, B.M., Crandall, A.C.,
Bender, K. (2017). Knowing your community: Community health assessment as a
powerful tool. Journal of Public Health Management and Practice, 23(4),
S6–S8. https://doi.org/10.1097/PHH.0000000000000599
Bor, J., Cohen, G. H., & Galea, S. (2017). Population health in an era of rising
income inequality: USA, 1980–2015. The Lancet, 389(10077), 1475–
1490. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(17)30571-8
Bradford, G., 2020. Family-Centered Health Promotion : Perspectives for
Engaging Families and Achieving Better Health Outcomes 0–5.
https://doi.org/10.1177/0046958020923537
Bull, E. R., McCleary, N., Li, X., Dombrowski, S. U., Dusseldorp, E., &
Johnston, M. (2018). Interventions to Promote Healthy Eating, Physical
Activity and Smoking in Low-Income Groups: a Systematic Review with
Meta-Analysis of Behavior Change Techniques and Delivery/Context.
International Journal of Behavioral Medicine, 25(6), 605–616.
https://doi.org/10.1007/s12529-018-9734-z
Doty JL, Davis L, Arditti JA. Cascading resilience: leverage points inpromoting
parent and child well-being. J Family Theory Rev. (2017) 9:111–26. doi:
10.1111/jftr.12175
Endra, Febri BS. 2016. Ilmu Kedokteran Keluarga. Malang :Universitas
Muhammadiyah Malang,pp 264, 302
Hanson, C.L., Crandall, A., Barnes, M.D., Magnusson, B., Novilla, M.L.B., King,
J., 2019. Family-Focused Public Health : Supporting Homes and Families
in Policy and Practice 7, 1–6. https://doi.org/10.3389/fpubh.2019.00059

115
Ho, Y.L., Mahirah, D., Ho, C.Z., Thumboo, J., 2022. The role of the family in \
health promotion : a scoping review of models and mechanisms 1–14.
Hosseinpoor, A. R., Parker, L. A., Tursan d’Espaignet, E., & Chatterji, S. (2012).
Socioeconomic Inequality in Smoking in Low-Income and Middle-Income
Countries: Results from the World Health Survey. PLoS ONE, 7(8).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0042843
Id, V.M., Pilato, K.A., Id, C.M.D., 2021. Family as a health promotion setting : A
scoping review of conceptual models of the health-promoting family.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0249707
Karimi, Z., Taheri-kharameh, Z., Sharififard, F., 2022. Cultural Adaption and
Psychometric Analysis of Family APGAR Scale in Iranian Older People
141–146.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen
Puskesmas melalui Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga. 2016.
Rizkyta, D. P., & Fardana N., N. A. (2019). Hubungan Antara Persepsi
Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Dan Kematangan Emosi Pada
Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 06, 1–13.
Robinette, J. W., Charles, S. T., & Gruenewald, T. L. (2017). Neighborhood
Socioeconomic Status and Health: A Longitudinal Analysis. Journal of
Community Health, 42(5), 865–871. https://doi.org/10.1007/s10900-017-
0327-6
Ronteltap, A., Bukman, A. J., Nagelhout, G. E., Hermans, R. C. J., Hosper, K.,
Haveman-Nies, A., … Bolman, C. A. W. (2022). Digital health
interventions to improve eating behaviour of people with a lower
socioeconomic position: a scoping review of behaviour change techniques.
BMC Nutrition, 8(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s40795-022-00635-3
Sharma, R., 2013. The Family and Family Structure Classification Redefined for
the Current Times 2, 306–310. https://doi.org/10.4103/2249-4863.123774

116
Shields, L. B. E., Wilson, K. C., Hester, S. T. and Honaker, J. T. (2019) Impact of
parenting on the development of chronic diseases in adulthood. Medical
Hypotheses, 124, 75.
Stopa, S. R., Malta, D. C., Monteiro, C. N., Szwarcwald, C. L., Goldbaum, M., &
Cesar, C. L. G. (2017). Use of and access to health services in Brazil, 2013
National Health Survey. Revista de Saude Publica, 51, 1S-10S.
https://doi.org/10.1590/S1518-8787.2017051000074
Thomas, P.A., Liu, H., Umberson, D., 2017. Family Relationships and Well-
Being
1, 1–11. https://doi.org/10.1093/geroni/igx025
Wäsche, H., Niermann, C., Bezold, J., Woll, A., 2021. Family health climate : a
qualitative exploration of everyday family life and health 1–13.
West, I., 2020. Supporting and Engaging Families : An Examination of
Publicly-Funded Health Promotion Programs in the 8, 1–6.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2020.573003
Zajacova, A., & Lawrence, E. M. (2018). The Relationship between Education
and Health: Reducing Disparities Through a Contextual Approach. Annual
Review of Public Health, 39, 273–289. https://doi.org/10.1146/annurev-
publhealth-031816-044628

117
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kegiatan Wawancara dengan Kader Desa PIS-PK

118
Lampiran 2 : Skoring Intervensi PIS-PK Google Form

119
120
121
122
123
Lampiran 3 : Skroing Intervensi PIS-PK Manual

Intervensi Tepat Ciptakan Keluarga Sehat (SINTA-


KUAT)
Form bertujuan untuk skrining mengenai resiko dari masing masing keluarga.
Hasil yang didapatkan, berupa tiga interpretasi yakni : Resiko Rendah. Resiko
Sedang. Resiko Tinggi

Nama :

Desa :

RT/RW :

Jumlah Keluarga :

Pekerjaan :

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan apa yang ada dengan cara melingkari
jawaban atau dituliskan sesuai dengan pertanyaan.

Untuk nilai yang didapat, lihat pada samping jawaban.

No Pertanyaan Jawaban Nilai


1. Pendidikan Terakhir yang ditempuh  SD (4)
 SMP (3)
*pendidikan terakhir yang ditempuh paling tinggi
oleh keluarga  SMA (2)
 Sarjana (1)
2. Jarak rumah dengan fasilitas kesehatan  <1 Km (1)
terdekat  1-5 Km (2)
 > 5 Km (3)
3. Pendapatan tiap bulan  <Rp
1000.0000 (4)
 Rp. 1000.000
- 2500.000
(3)
 Rp. 2.500.000
- 4.000.000
(2)
 Rp. >
4.000.000 (1)
4. Apakah dalam keluarga terdapat wanita  Ya (1)
hamil?  Tidak (0)

124
5. Apakah rutin kontrol ke pelayanan  Ya (0)
kesehatan terdekat?  Tidak (1)
6. Apakah rencana persalinan dilakukan  Ya (0)
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan)?  Tidak (1)
7. Apakah dalam keluarga terdapat bayi  Ya (1)
berusia 0 - 6 bulan?  Tidak (0)
13. Apakah bayi anda mendapatkan ASI saja  Ya (0)
selama 6 bulan pertama?  Tidak (1)
14. Apakah dalam keluarga terdapat balita?  Ya (1)
 Tidak (0)
15. Apakah setiap bulan balita/bayi  Ya (0)
mengikuti posyandu?  Tidak (1)

*tidak perlu dijawab jika tidak memiliki


balita
16 Apakah sudah mendapat imunisasi  Ya (0)
lengkap berdasarkan program  Tidak (1)
Kemenkes?

*tidak perlu dijawab jika tidak memiliki


balita
17 Apakah dalam keluarga terdapat anggota  Ya (1)
yang merokok ?  Tidak (0)
18 Berapa biaya yang dikeluarkan untuk  <Rp. 100.000
merokok dalam 1 bulan (1)
*Tidak diisi jika tidak merokok  Rp. 100.000 -
250.000 (2)
 Rp. 250.000-
400.000 (3)
19 Apakah semua anggota keluarga sudah  Ya (0)
memiliki Jaminan KesehatanMasyarakat  Tidak (1)
(JKN)?
20 Hambatan dalam membuat JKN?  Biaya
*Jika tidak,  Administrasi
Sebutkan apa hambatan dalam pembuatan JKN
 Informasi
*tidak ada nilai

21 Menurut anda apakah perlu  Ya (0)


menggunakan JKN  Tidak (1)
22 Jika "Tidak", Tulisakan alasan yang
mendasari
23 Apakah dalam keluarga terdapat anggota  Ya (1)
yang memiliki penyakitHipertensi?  Tidak (0)
24 Apakah keluarga yang terdiagnosis  Ya (0)
Hipertensi dilakukan pengukuran  Tidak (1)
tekanandarah rutin?

125
*Tidak diisi, jika tidak memiliki penyakit
Hipertensi dalam keluarga
25 Apakah keluarga yang terdiagnosis  Ya (0)
Hipertensi melakukan pengobatan rutin  Tidak (1)
di pelayanan kesehatan setempat?
26. Apakah dalam keluarga terdapat anggota  Ya (1)
yang memiliki penyakit gangguanjiwa?  Tidak (0)
27 Bagaimakah sikap yang dilakukan oleh  Dipasung dan
keluarga terhadap anggota yang memiliki diasingkan
penyakit gangguan jiwa? (1)
 Diberikan
*Tidak diisi jika tidak memiliki keluarga pengobatan
dengan gangguan
yang layak ke
pelayanan
Kesehatan(0)
 Dibiarkan (1)
28 Apakah dalam keluarga terdapat anggota  Ya (1)
yang memiliki penyakit TB?  Tidak (0)
29 Apakah keluarga yang terdiagnosis TB  Ya (0)
melakukan pengobatan rutin dipelayanan  Tidak (1)
kesehatan setempat?

*Tidak diisi jika tidak ada keluiarga yang


terdiagnosis TBC
30 Apakah di rumah memiliki jamban  Ya (0)
sendiri?  Tidak (1)
31 Jika "Tidak" memiliki jamban sendiri,
dimana kah melakukan BAB
*Tidak diisi jika memiliki jamban sendiri
32 Jarak antara septic tank dengan sumber  <5 meter (3)
air yang digunakan?  5 - 10 meter
(2)
 >10 meter (1)
33 Sumber air yang digunakan untuk mandi,  Air sumur
cuci, minum, dan memasak?  Mata air
 PDAM
*tidak ada point  Lain
Total

Resiko Rendah : 1-12

Resiko Sedang : 13-24

Resiko Tinggi : 25-36

126
Lampiran 3 : Evaluasi KOPIPU

127
128
Lampiran 4 : Blanko Intervensi PIS-PK

Intervensi Saat Kunjungan


Indikator

Keluarga mengikuti ● Manfaat menggunakan KB


program Keluarga
● Resiko Kehamilan yang berdekatan ataupun
Berencana (KB)
terlalu jauh
● Resiko bayi jika ditolong selain tenaga
Kesehatan, seperti terjadi Tetanus
● Ibu terhindar dari resiko seperti Shock dan
infeksi
Ibu melakukan persalinan
di fasilitas kesehatan ● Menghindari resiko pendarahan berlebihan
setelah persalinan
● Bayi mendapatkan Vitamin K serta
imunisasi hepatitis awal

● Tujuan Bayi Di Imunisasi

● Manfaat Bayi di Imunisasi


Bayi mendapat imunisasi o Bayi terhindar dari penyakit
dasar lengkap o Bayi untuk pertumbuhan tidak
terganggu karena proses recovery
penyakit

● Manfaat ASI
o Murah
Bayi mendapat air susu o Mudah
ibu (ASI) eksklusif o Dapat meningkatkan bounding ibu
dengan anak
o Gizi anak tercukupi
o Sebagai Antibodi ibu
● Bayi yang dipantau terhindar resiko dari
kekurangan gizi,
Balita mendapatkan ● Dapat meningkatkan potensi anak
pematauan pertumbuhan
● memantau kesehatan bayi

● Meningkatkan kecerdasan

129
● TBC merupakan penyakit yang bisa
disembuhkan dan sudah terdapat obat nya
Penderita tuberkulosis ● TB dapat menular terutama dengan orang
paru mendapatkan
sekitar
pengobatan sesuai
standar ● Gunakan masker

● Obat dikonsumsi selama 6 bulan, sesuai


dengan kondisi pasien
● Obat hipertensi adalah obat yang di minum
seumur hidup

Penderita hipertensi ● Komplikasi jika pasien tidak mengontrol


melakukan pengobatan tekanan darah seperti, terjadi stroke,
secara teratur serangan jantung, gagal ginjal
● Ukur tensi pasien

● Obat apa yang dikonsumsi oleh pasien ?

● Keluarga disampaikan bahwa bisa diobati


dan control
Penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan ● Memasung bukan sebuah penyelesaian
dan tidak ditelantarkan ● Menyampaikan jika tidak rutin kontrol,
resiko untuk kambuh dan memerlukan dosis
obat lebih besar bisa saja terjadi
● Merokok bukan hanya berbahaya bagi diri
sendiri tetapi bagi orang lain
● Bahaya rokok bisa menjadi Kanker,
Impotensi gangguan kehamilan, hingga
Anggota keluarga tidak berakhir kematian
ada yang merokok
● Jika memang dirasa sulit, maka sampaikan
untuk tidak merokok didalam rumah,
● Atau jika memiliki anak kecil atau balita,
setelah merokok, ganti baju supaya asap
bekas tidak terhirup anak
Keluarga sudah menjadi
● Pengajuan JKN PBI Jika dirasa kurang
anggota Jaminan
Kesehatan Nasional mampu
(JKN) ● Manfaat BPJS

● Solusi “TAHES” Tabungan Hemat Pasti

130
Sehat
● Mengindari sumber penularan penyakit
Keluarga mempunyai
● terhindar dari diare, tipes
akses sarana air bersih
● Mengindari sumber penularan penyakit
Keluarga mempunyai
● Menghindari pencemaran lingkungan
akses atau menggunakan
● menghindari kontaminasi pada air rumah
jamban sehat
tangga

131

Anda mungkin juga menyukai