Oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan di Ruang Amelia RS. Graha
Medika-Banyuwangi Tahun 2022” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata
kuliah Manajemen Keperawatan di Kampus STIKES BANYUWANGI Program Profesi Ners.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Diana Kusumawati, S. Kep., Ns. M. Kes., selaku dosen mata kuliah Manajemen
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Reni Mandasari, S.Kep selaku Kepala Ruangan Amelia RS. Graha Medika
3. Semua perawat di Ruangan Amelia RS. Graha Medika yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini
4. Para Klien/ Pasien di Ruang Amelia RS. Graha Medika
5. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik berupa moril maupun materil
6. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat
serta pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 5
1.2.1 Tujuan Umum 5
1.2.2 Tujuan Khusus 5
1.3 Manfaat 6
BAB 2 7
TINJAUAN TEORI 7
2.1 Konsep Rumah Sakit 7
2.2.1 Definisi Rumah Sakit 7
2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 7
2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit 8
2.2 Konsep Menejemen Keperawatan 10
2.3.1 Pengertian Menejemen 10
2.3.2 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan 11
2.3.3 Lingkup Menejemen Keperawatan 12
Kepala
Kepala
ruang
ruang
Tim Medis
2.3.4 Kepala Ruangan
Tujuan Manajemen Keperawatan 14 Sarana RS
2.3.5 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan 14
2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) 16
Perawat : PPI :
Perawat PPIPerawat : Perawat :
2.4.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP 17
PA 1 Ketua tim PA 1
pengobatan
Ketua tim2.4.2 pengobatan
Metode Pemberian AsuhanKetua
pengobatan
Pengelolaan Sistem pengobatan
tim
Keperawatan Profesional
PA 2 PA 2
(MAKP) 19
Anggota
Anggota 2.4 Timbang Terima 29 Anggota
2.5.1 Tujuan 30
Pasien/ Klien
Pasien Pasien
2.5.2 Pasien/klien 30
Metode Pelaporan
Pasien/klien Pasien/klien
2.5.3 Manfaat Timbang Terima 30
2.5.4 Prosedur Timbang Terima 30
2.5.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima 32
2.5 Diskusi Refleksi Kasus Keperawatan 33
2.5.1 Tujuan 34
2.5.2 Manfaat 34
2.5.3 Kriteria Pasien 34
2.5.4 Metode 34
2.5.6 Langkah-Langkah Kegiatan DRK Keperawatan 35
2.5.7 Peran masing-masing anggota tim 36
2.5.8 Kriteria Evaluasi 36
2.6 Sentralisasi Obat 37
2.6.1 Pengertian 37
2.6.2 Tujuan Pengelolaan Obat 37
2.6.3 Teknik Pengelolaan Obat 38
2.6.4 Alur pelaksanaan sentralisasi obat 40
2.7 Discharge Planning 40
2.8 Supervisi 45
2.9 Dokumentasi 50
2.10 Klasifikasi Dan Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien 54
2.10.1 Ketegori 1: perawatan mandiri 54
2.10.2 Kategori 2: perawatan intermediate 54
BAB 3 56
PENGKAJIAN 56
3.1 Gambaran Umum RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.1.1 Visi RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.1.2 Misi RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.1.3 Motto RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.2 Pengumpulan Data 56
3.2.1 Struktur Organisasi 57
3.2.3 Pengaturan Ketenagaan 58
3.3 Analisa SWOT 64
3.4 Diagram Layang 64
3.5 Identifikasi Masalah 65
3.5.1 Sumber Daya Manusia (M1) 65
3.5.2 Materials (M2) 65
3.5.3 Methode (M3) 65
4.6 Prioritas Masalah 66
BAB 4 67
PERENCANAAN 67
4.1 Rencana Tindakan Untuk Menyelesaikan Masalah 67
4.1.2 Melakukan DRK (Diskusi Refleksi Kasus) 67
4.1.3 Supervisi Keperawatan 67
4.1.4 Sentralisasi obat belum optimal 67
4.1.5 Discharge Planning 68
4.2 Plan of Action 69
DAFTAR PUSTAKA 71
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan
visi, misi, filosofi organisasi (Erita, 2019). Manajemen dan kepemimpinan sering
diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi tetapi dalam keperawatan fungsi
tersebut sangatlah luas. Jika posisi anda sebagai seorang ketua tim, kepala ruangan atau
perawat pelaksana dalam suatu bagian, anda memerlukan suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai asuhan keperawatan
yang berkualitas. Sebagai perawat profesional anda tidak hanya mengelola orang tetapi
sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan
tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan
pasien menuju kearah kesembuhan. (Nursalam, 2016).
Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat akan terus
berubah sejalan dengan masyarakat yeng terus berkembang dan mengalami perubahan.
Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk
asuhan professional kepada masyarakat, keperawatan sebagai ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuan dan
kelompok masyarakat professional. Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari
berbagai faktor yang mempengaruhi keperawatan, akan berdampak pada perubahan
dalam pelayanan / asuhan keperawatan, perkembanagn iptek keperawatan, maupun
perubahan dalam masyarakat keperawatan. Sedangkan suatu asuhan keperawatan kepada
pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
professional (MAKP).
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja
yang mendefinisikan empat unsur, yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. MAKP akan menentukan kualitas jasa layanan
keperawatan (Sri Wahyuni, 2020). Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan 4 unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi
bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
(Nursalam 2016).
Ada beberapa metode sistem asuhan keperawatan kepada pasien ada 8 model
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan
keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode
yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk
diterapkan (Nursalam 2016).
Dasar utama penentuan model asuhan keperawatan harus didasarkan sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit yang tidak terlepas dari proses manajemen, hal itu
merupakan satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
organisasi. Didalam organisasi keperawatan , pelaksanaan manajemen dikenal sebagai
manajemen keperawatan. (Nursalam, 2016).
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatanya itu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian fokus perawatan adalah
respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik actual maupun potensial,
sehingga lingkup garapan perawata adalah penyimpangan pemenuhan KDM. Proses
manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan manajemen
pelayanan, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan terintegrasi.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini timbul keinginan untuk mengubah system
pemberian pemberian pelayanan kesehatan ke system desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dikembangkan model praktik keperawatan yang di uji coba dengan memberikan
pengalamam belajar praktik klinik kepada mahasiswa.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2016).
Rumah Sakit Graha Medika berdiri sejak tanggal 10 Oktober 2014 dan telah
beroperasi sejak tanggal 15 Juli 2016 sesuai Ijin Operasional Rumah Sakit Nomor
P2T/4/03.250/01/III/2016 dengan operasional Rumah Sakit Umum Swasta Kelas D.
Status rumah sakit adalah milik PT.Graha Medika Prima, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nomor AHU-32120.40.10.2014 dan sudah
teregistrasi pada Kemenkes Bina Upaya Kesehatan Nomor Register : 3510106. Rumah
Sakit Graha Medika beralamat di Dsn. Sidorejo Wetan RT.001 RW.001 Ds.Yosomulyo
Kec. Gambiran Kab. Banyuwangi .
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 08 Agustus- 03 September 2022 di
Ruang Amelia RS. Graha Medika Banyuwangi didapatkan bahwa Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang diterapkan adalah MAKP Fungsional. Metode
fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal
(Nursalam, 2016). Metode MAKP fungsional memiliki kelebihan Manajemen klasik
yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik,
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga, Perawat senior menyibukkan
diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan/ atau belum berpengalaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners
Program Reguler Tahun 2022 mencoba menerapkan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) dengan metode Fungsional, dimana pelaksanaannnya melibatkan
tenaga perawat yang bertugas di Ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang Amelia
RS Graha Medika Banyuwangi, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-
prinsip manajemen keperawatan.
1.3 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki
oleh orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-
faktor tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kekurangan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja (Nursalam, 2016).
b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Bagan 2 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing“ (Marquis
& Huston, 1998: 138; Nursalam, 2016)
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruangan.
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawab.
2) Kerja sama anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
ketergantungan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Manyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan
1) Perencanaan:
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada sift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien
atau keluarga yang baru masuk
h) Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi dua ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
f) Mengatur dan mengenalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat pada
ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan:
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yangn di anggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan kepada pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir keperawatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain.
4) Pengawasan :
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi:
(1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
(3) Evaluasi, mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
(4) Audit keperawatan(Nursalam, 2016).
c. MAKP Primer
1) Metode penugasan dimana satu orang bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinsai asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2016).
Bagan 3 Pengembangan MAKP (Nursalam, 2016)
2.5.1 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien (data fokus)
b. Menyampaikan hal sudah/ belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2016).
2.5.2 Metode Pelaporan
1. Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana selanjutnya
dengan membawa laporan timbang terima.
2. Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian dilanjutkan dengan
mengunjungi klien satu persatu terutama pada klien- klien yang memiliki
masalah khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.
3. Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta rencana tindakan
keperawatan(Nursalam, 2016).
2.5.3 Manfaat Timbang Terima
1. Bagi perawat
Kepala
a. Meningkatkan kemampuanRuangkomunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.
Stafpasien
2. Bagi Perawat Staf Perawat Staf Perawat
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap(Nursalam, 2016).
2.5.4 Prosedur Timbang Terima Pasien/klien
Pasien/klien
1. Persiapan Pasien/klien
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/ operan.
b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/
dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
c. PA/ PP menyampaikan timbang terima pada PP (yang menerima
pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan pada timbang terima:
1) Aspek umum yang meliputi M1 s/d M5.
2) Jumlah pasien.
3) Identitas klien dan diagnosis medis.
4) Data ( keluhan/subjektif dan objektif).
5) Masalah keperawatan yang masih muncul.
6) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara
umum).
7) Intervensi kolaboratif.
8) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan dan lain-lain).
2. Pelaksanaan
a. Nurse Station
1) Kedua kelompok dinas sudap siap (shift jaga).
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).
5) Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbangterimakan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
b. Di Bed Pasien
1) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan dasar
pasien.
2) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/ belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainnya selama masa keperawatan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
c. Post - Timbang terima
1) Diskusi
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format
timbang terima yang ditanda tangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruang.
3) Ditutup oleh karu(Nursalam, 2016).
Kepala Ruangan
2.5.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima
1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
PP 2
PP 1 terima harus berorientasi
4. Timbang
PP 3
pada permasalahan pasien PP 4
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup
PA sehingga pasien PA disebelahnya tidak PA
mendengar sesuatu PA
yang rahasia bagi
klien. Suatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
di dekat klien.
7. Sesuatu
PA yang mungkin PA membuat klien terkejut
PA dan shock sebaiknya
PA dibicarakan
di nurse station (Nursalam, 2016).
PA PA PA PA
PA PA PA PA
2.5.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi.
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar (Nursalam, 2016).
Pascaronde
(nurse station)
2.8 Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000:Nursalam, 2016). Supervisi
keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan, dan peralatan agar mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
2.8.1 Tujuan Supervisi
Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan
bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Nursalam, 2016).
Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang di berikan dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangn-kekurangan para petugas
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman, serta mengatur
pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan pengawas mengenali dan member penghargaan atas pekerjaan
yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan
pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah
cukup dan dipergunakan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja
tersebut (Nursalam, 2016).
2.8.2 Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, pengaturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas
dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer (Nursalam,
2016).
2.8.3 Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di
ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek keperawatan di
ruang perawatan(Nursalam, 2016).
2. Pengawas perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada Kepala Ruangan yang
ada di instalasinya(Nursalam, 2016).
3. Kepala seksi perawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung(Nursalam, 2016).
2.8.4 Teknik Supervisi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok, yaitu :
a. Mengacu pada standard asuhan keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan
2. Area supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standard
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan perilaku yang
meliputi :
1) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan
3) Penerimaan pasien baru
4) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
5) Pengelolaan logistic dan obat
6) Penerapan metode DRK keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien
7) Pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai berikut:
a. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Yaitu supervisor dapat terlibat dalam kegiatan , umpan balik
dan perbaikan. Proses supervisi meliputi:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor
2) Selama proses , supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement
dan petunjuk
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang
masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga
mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis
(Nursalam, 2016).
2.8.5 Alur Supervisi
Perencanaan pulang
2.9 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan penerapan manajemen
asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat menghadapi
tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanankan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga
dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan. Komponen penting dalam
pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan
keperawatan. Efektivitas dan efisien sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi
yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam,
2016).
2.9.1 Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar di Ruang
Amelia Rumah Sakit Graha Medika
2. Tujuan khusus
Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses
keperawatan):
a. Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses keperawatan)
1) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
2) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
3) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
b. Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
c. Mendokumentasikan HE (health sducation) melalui kegiatan perencanaan
pulang
d. Mendokumentasikan timbang terima (penggantian shift jaga)
e. Mendokumentasikan kegiatan supervisi
f. Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui DRK keperawatan
(Nursalam, 2016).
2.9.2 Manfaat
1. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan lain
2. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
4. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan
5. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan (Nursalam,
2016).
2.9.3 Pelaksanaan
Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:
1. Pengkajian keperawatan
a. Pengumpulan data, kreteria – LLARB; (1) Legal ; (2) lengkap (3) akurat; (4)
relevan; dan (5) baru.
b. Pengelompokan data, kriteria:
1) Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital dan pemeriksaan
fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi, palpasi, auskultasi; (2) pemeriksaan
diagnostik/ penunjang laboratorium dan rontgen
2) Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara dan observasi
3) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (review of
system) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi, dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/diagnostic
Keterangan lengkap seperti pada lampiran (Nursalam, 2016).
2. Diagnosis keperawatan, kriteria:
a. Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan
b. Diagnosis keperawatan di hubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan pasien
c. Diagniosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat
Ka. Bid Perawatan
d. Komponen diagnosis terdiri atas P – E – S (Nursalam, 2016).
3. Perencanaan, komponen perencanaan keperawaatan terdiri atas: Kepala per IRNA
Menetapkan
a. Prioritas masalah, kegiatan
kriteria : dan tujuan serta
instrumen / alat
1) Masalah yang mengancam ukur
kehidupan merupakan prioritasutama
Ka. Per IRNA
PRA
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua. Kepala ruangan
Menilai kinerja perawat:
3) Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
Responsibility-Accountability- Supervisi
b. Tujuan Asuhan Keperawatan memenuhi syarat SMART
PELAKSANAAN
Authorithy (R-A-A)
Kriteria (NOC- Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standart pencapaian.
1) Tujuan dirumuskan secara singkat
PP 1 PP 2
Pembinaan
2) Disusun berdasarkan (3-F) keperawatan
diagnosis
3) Spesifik pada diagnosis keperawatan
1. Penyampaian penilain (Fair) PP PP
4) Dapat diukur
2. Feed back (umpan balik)
PASCA5) Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
3. Follow Up (Tindak lanjut),
6) Adanya target waktumasalah
pemecahan pencapaian
dan Reward
c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervetion Kinerja perawat dan
Clasification)
kualitas pelayanan
yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan setempat. Jenis rencana
tindakan keperawatan mengandung tiga komponen, meliputi DET tindakan
keperawatan, yaitu:
1) Diagnosis/ Observasi
2) Edukasi (HE)
3) Tindaskan-Independent, dependent, dan interdependent.
Kriteria meliputi hal sebagai berikut:
1) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
2) Merupakan alternatife tindakan secara tepat.
3) Melibatkan pasien/ keluarga
4) Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/ keluarga.
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya, dan
fasilitas yang ada
8) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
9) Menggunakan formulir yang baku (Nursalam, 2016).
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan yang
meliputi data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.
Berdasarkan pengumpulan data pada hari Jum’at, 15 Juli 2022 pada ruang
Amelia RS Graha Medika Banyuwangi dengan jumlah pasien sebanyak 12 pasien.
Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan secara
keseluruhan di ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi rata-rata perbulan
tahun 2022:
1. Jam perawatan yang dibutuhkan klien perhari
a. Keperawatan langsung
1) Keperawatan mandiri 5 orang = 5x2 jam = 10 jam
2) Keperawatan parsial 4 orang = 4x3 jam = 12 jam
3) Keperawatan total care 3 orang = 3x4 jam = 12 jam
b. Keperawatan tidak langsung
1) Dokumentasi keperawatan, operan, dll = 12x1 jam = 12 jam
2) Penyuluhan kesehatan = 12x0,25 jam = 3 jam
c. Total jam perawatan = 49 jam
2. Jumlah jam perawatan per klien per hari
49 jam: 12 klien = 4,08 jam
3. Jumlah kebutuhan keperawatan pada ruangan
4,08 jam/ klien/ hari x 12 klien/ hari x 28 hari
(28 hari – 4 hari) x 7 jam
= 8,2 = 8 orang
Cadangan = 13 x 20% = 1,6
4. Jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 8+1 = 9 orang/ hari
3.2.4 Alur Pasien Masuk
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 9, 10, 11 Juli
2022 di Ruang Amelia didapatkan alur pasien masuk dari UGD dan Poli menuju ke
Ruang Amelia sebagai berikut
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat klien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
3. Supervisi Ruang Keperawatan
Kegiatan ini sudah dilakukan oleh kepala ruangan Masuk dan seluruh
Ruangan
anggotanya secara lisan. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang
Ameliayang
terdiri dari 2 resume yaitu resume medik yang diisi oleh dokter dan resume
keperawatan yang diisi oleh perawat/ petugas dan surat kontrol yang terdapat
dalam rekam medis pasien. Sarana yang belum ada adalah leaflet untuk ruang
Perawata
Amelia RS. Graha Medika. Meningg
al n
Acc
KRS
5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di Ruang Amelia RS. GRAHA
Kasir MEDIKA padaFarmassaat ini
resep dari dokter dilengkapi oleh perawat, setelah itu diberikan kei apotik
perawat Ruang Amelia yang mengambil obat ke apotik jika sudah selesai
kemudian perawat melakukan pengecekan kembali. Namun untuk lembar serah
Pulang
terima obat belum ada.
Peralatan yang ada sesuai dengan kebutuhan ruangan dan kondisi nya masih baik.
2) Timbang Terima
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab : Ruangan selalu melaksanakan timbang terima ketika operan shif,
dan telah dilakukan langsung pada buku status rekam medik pasien dengan
metode SOAP & SBAR
3) DRK Keperawatan
Masalah: belum pernah dilakukan DRK
Penyebab:
a) masalah terselesaikan tepat waktu
b) Belum ada sosialisasi khusus terkait DRK keperawatan.
c) Belum terbentuk tim yang pasti dalam pelaksanaan DRK keperawatan.
d) Belum adanya format yang standar (alur dan mekanisme) untuk DRK
keperawatan .
4) Sentralisasi Obat
Masalah : Sentralisasi obat belum secara optimal.
Penyebab: Belum memiliki format kendali kontrol obat di setiap pasien.
5) Supervisi Keperawatan
Masalah : Supervisi belum terlaksana secara optimal
Penyebab: Supervisi belum ada pendokumentasian secara optimal
6) Discharge Planning
Masalah: Belum terlaksana secara optimal karena tidak adanya media.
Penyebab: -
Discharge Planning sudah dilakukan oleh kepala ruangan dan seluruh
anggotanya secara lisan. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang.
Sarana yang belum ada adalah leaflet.
7) Dokumentasi
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab: -
Sudah terdapat format pendokumentasian yang baku di ruangan tersebut,
perawat sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi tersebut dengan
benar dan tepat.
8) Mutu kepuasan pasien (M5)
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab : -
Tersedianya angket kepuasan pasien untuk meninjau kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat selama pasien dirawat diruang Amelia
5 Supervisi Keperawatan
BAB 4
PERENCANAAN
2. Menentukan strategi DRK dalam suatu kelompok perawat yang tediri dari 5-8
orang perawat yang berperan sebagai fasilitator, penyaji, dan lainnya sebagai
peserta
4. Melakukan diskusi DRK yang terdiri 4 sesi (pembukaan, penyajian, tanya jawab,
dan penutup)
1. Membuat kartu kendali kontrol obat pasien untuk dilakukannya sentralisasi obat
kepada pasien.
1. Membuat leaflet terkait Health Education tentang penyakit yang ada dan
terbanyak diruang Amelia.
2.
73
73
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes. RI. (2000). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan.
Direktorat Yan. Kep. Dirjen. Yan. Med. Jakarta.
Gilles. D. A. (1989). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. WB. Sounder Company,
Philapeldia.
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan
Profesional, Salemba Medika. Jakarta.
Swarburg R.C. (2000). Pengembangan Staff Keperawatan Serta Pengembangan SDM.,
Buku Kedokteran ECG. Jakarta.