Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN DESIMINASI AWAL

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG AMELIA


RS GRAHA MEDIKA BANYUWANGI
TAHUN 2022

Oleh :

Disusun Oleh Kelompok C dan D :

Sasmito Wicaksono (2021.04.202) Krisna Bayu Mahardika


(2021.04.190)

Nur Fajriyatul Hasanah (2021.04.196) Edi Zulkifli Anis (2021.04.176)

Nuary Alief Theria (2021.04.195) Kutsiyawati (2021.04.191)

Riskhi yulianto (2021.04.200) Siti Azizah (2021.04.203)

Beni Agus Triawan (2021.04.171) Suyud Wicaksono (2021.04.207)

Indah Laylatul Fitriyah (2021.04.188) Indah Amalia (2021.04.186)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan di Ruang Amelia RS. Graha
Medika-Banyuwangi Tahun 2022” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata
kuliah Manajemen Keperawatan di Kampus STIKES BANYUWANGI Program Profesi Ners.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Diana Kusumawati, S. Kep., Ns. M. Kes., selaku dosen mata kuliah Manajemen
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya
makalah ini.
2. Reni Mandasari, S.Kep selaku Kepala Ruangan Amelia RS. Graha Medika
3. Semua perawat di Ruangan Amelia RS. Graha Medika yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini
4. Para Klien/ Pasien di Ruang Amelia RS. Graha Medika
5. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik berupa moril maupun materil
6. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat
serta pembaca.

Banyuwangi, Agustus 2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 5
1.2.1 Tujuan Umum 5
1.2.2 Tujuan Khusus 5
1.3 Manfaat 6
BAB 2 7
TINJAUAN TEORI 7
2.1 Konsep Rumah Sakit 7
2.2.1 Definisi Rumah Sakit 7
2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 7
2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit 8
2.2 Konsep Menejemen Keperawatan 10
2.3.1 Pengertian Menejemen 10
2.3.2 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan 11
2.3.3 Lingkup Menejemen Keperawatan 12
Kepala
Kepala
ruang
ruang
Tim Medis
2.3.4 Kepala Ruangan
Tujuan Manajemen Keperawatan 14 Sarana RS
2.3.5 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan 14
2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) 16
Perawat : PPI :
Perawat PPIPerawat : Perawat :
2.4.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP 17
PA 1 Ketua tim PA 1
pengobatan
Ketua tim2.4.2 pengobatan
Metode Pemberian AsuhanKetua
pengobatan
Pengelolaan Sistem pengobatan
tim
Keperawatan Profesional
PA 2 PA 2
(MAKP) 19
Anggota
Anggota 2.4 Timbang Terima 29 Anggota
2.5.1 Tujuan 30
Pasien/ Klien
Pasien Pasien
2.5.2 Pasien/klien 30
Metode Pelaporan
Pasien/klien Pasien/klien
2.5.3 Manfaat Timbang Terima 30
2.5.4 Prosedur Timbang Terima 30
2.5.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima 32
2.5 Diskusi Refleksi Kasus Keperawatan 33
2.5.1 Tujuan 34
2.5.2 Manfaat 34
2.5.3 Kriteria Pasien 34
2.5.4 Metode 34
2.5.6 Langkah-Langkah Kegiatan DRK Keperawatan 35
2.5.7 Peran masing-masing anggota tim 36
2.5.8 Kriteria Evaluasi 36
2.6 Sentralisasi Obat 37
2.6.1 Pengertian 37
2.6.2 Tujuan Pengelolaan Obat 37
2.6.3 Teknik Pengelolaan Obat 38
2.6.4 Alur pelaksanaan sentralisasi obat 40
2.7 Discharge Planning 40
2.8 Supervisi 45
2.9 Dokumentasi 50
2.10 Klasifikasi Dan Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien 54
2.10.1 Ketegori 1: perawatan mandiri 54
2.10.2 Kategori 2: perawatan intermediate 54
BAB 3 56
PENGKAJIAN 56
3.1 Gambaran Umum RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.1.1 Visi RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.1.2 Misi RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.1.3 Motto RS Graha Medika Banyuwangi 56
3.2 Pengumpulan Data 56
3.2.1 Struktur Organisasi 57
3.2.3 Pengaturan Ketenagaan 58
3.3 Analisa SWOT 64
3.4 Diagram Layang 64
3.5 Identifikasi Masalah 65
3.5.1 Sumber Daya Manusia (M1) 65
3.5.2 Materials (M2) 65
3.5.3 Methode (M3) 65
4.6 Prioritas Masalah 66
BAB 4 67
PERENCANAAN 67
4.1 Rencana Tindakan Untuk Menyelesaikan Masalah 67
4.1.2 Melakukan DRK (Diskusi Refleksi Kasus) 67
4.1.3 Supervisi Keperawatan 67
4.1.4 Sentralisasi obat belum optimal 67
4.1.5 Discharge Planning 68
4.2 Plan of Action 69
DAFTAR PUSTAKA 71
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan
visi, misi, filosofi organisasi (Erita, 2019). Manajemen dan kepemimpinan sering
diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi tetapi dalam keperawatan fungsi
tersebut sangatlah luas. Jika posisi anda sebagai seorang ketua tim, kepala ruangan atau
perawat pelaksana dalam suatu bagian, anda memerlukan suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai asuhan keperawatan
yang berkualitas. Sebagai perawat profesional anda tidak hanya mengelola orang tetapi
sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan
tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan
pasien menuju kearah kesembuhan. (Nursalam, 2016).
Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat akan terus
berubah sejalan dengan masyarakat yeng terus berkembang dan mengalami perubahan.
Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk
asuhan professional kepada masyarakat, keperawatan sebagai ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuan dan
kelompok masyarakat professional. Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari
berbagai faktor yang mempengaruhi keperawatan, akan berdampak pada perubahan
dalam pelayanan / asuhan keperawatan, perkembanagn iptek keperawatan, maupun
perubahan dalam masyarakat keperawatan. Sedangkan suatu asuhan keperawatan kepada
pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
professional (MAKP).
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja
yang mendefinisikan empat unsur, yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. MAKP akan menentukan kualitas jasa layanan
keperawatan (Sri Wahyuni, 2020). Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan 4 unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi
bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
(Nursalam 2016).
Ada beberapa metode sistem asuhan keperawatan kepada pasien ada 8 model
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan
keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa metode
yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk
diterapkan (Nursalam 2016).
Dasar utama penentuan model asuhan keperawatan harus didasarkan sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit yang tidak terlepas dari proses manajemen, hal itu
merupakan satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
organisasi. Didalam organisasi keperawatan , pelaksanaan manajemen dikenal sebagai
manajemen keperawatan. (Nursalam, 2016).
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatanya itu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian fokus perawatan adalah
respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik actual maupun potensial,
sehingga lingkup garapan perawata adalah penyimpangan pemenuhan KDM. Proses
manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan manajemen
pelayanan, dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan terintegrasi.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini timbul keinginan untuk mengubah system
pemberian pemberian pelayanan kesehatan ke system desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dikembangkan model praktik keperawatan yang di uji coba dengan memberikan
pengalamam belajar praktik klinik kepada mahasiswa.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2016).
Rumah Sakit Graha Medika berdiri sejak tanggal 10 Oktober 2014 dan telah
beroperasi sejak tanggal 15 Juli 2016 sesuai Ijin Operasional Rumah Sakit Nomor
P2T/4/03.250/01/III/2016 dengan operasional Rumah Sakit Umum Swasta Kelas D.
Status rumah sakit adalah milik PT.Graha Medika Prima, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nomor AHU-32120.40.10.2014 dan sudah
teregistrasi pada Kemenkes Bina Upaya Kesehatan Nomor Register : 3510106. Rumah
Sakit Graha Medika beralamat di Dsn. Sidorejo Wetan RT.001 RW.001 Ds.Yosomulyo
Kec. Gambiran Kab. Banyuwangi .
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 08 Agustus- 03 September 2022 di
Ruang Amelia RS. Graha Medika Banyuwangi didapatkan bahwa Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang diterapkan adalah MAKP Fungsional. Metode
fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal
(Nursalam, 2016). Metode MAKP fungsional memiliki kelebihan Manajemen klasik
yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik,
Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga, Perawat senior menyibukkan
diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan/ atau belum berpengalaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners
Program Reguler Tahun 2022 mencoba menerapkan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) dengan metode Fungsional, dimana pelaksanaannnya melibatkan
tenaga perawat yang bertugas di Ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang Amelia
RS Graha Medika Banyuwangi, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-
prinsip manajemen keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Melaksanakan pengkajian situasi di Ruang Amelia RS. Graha Medika
Banyuwangi.
2. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT di Amelia RS. Graha
Medika Banyuwangi.
3. Menentukan rumusan masalah di ruang Amelia RS. Graha Medika Banyuwangi.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): Ketenagaan (M1), Sarana
Prasarana (M2), Metode (M3) yang terdiri dari: Timbang Terima, Penerimaan
Pasien Baru, Sentralisasi Obat, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning,
Dokumentasi Keperawatan, Keuangan (M4), Mutu (M5).
5. Pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP): (1) Timbang terima, (2)
DRK keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi keperawatan, (5)
Discharge planning, (6) Dokumentasi keperawatan
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP):
(1) Timbang terima, (2) DRK keperawatan, (3) Sentralisasi obat, (4) Supervisi
keperawatan, (5) Discharge planning, (6) Dokumentasi keperawatan

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi pasien


Tercapainya kepuasan pasien terkait dengan patient safety yang optimal
meliputi identifikasi pasien, komunikasi yang efektif, ketepatan dalam pemberian
obat, ketepatan lokasi operasi, penurunan resiko infeksi nosokomial dan penurunan
resiko jatuh pasien selama dilakukan perawatan.
1.3.2 Bagi rumah sakit
Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup
timbang terima, DRK keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan,
discharge planning, dan dokumentasi keperawatan.
1.3.3 Bagi perawat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
2. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Rumah Sakit


2.2.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat (WH0, 2020).

Rumah Sakit menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2018 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
(Supartiningsih, 2017) juga mendefinisikan rumah sakit adalah suatu
organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis professional yang terorganisir baik
dari sarana prasarana kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan,
diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
(Bramantoro, 2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit merupakan suatu
fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya kesehatan secara
berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan pemulihan yang
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Menurut (Rikomah, 2017) rumah sakit memiliki tugas dan fungsi
berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Tugas rumah
sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan, rumah sakit juga mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

Sedangkan untuk fungsi rumah sakit adalah :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan


standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkataan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Pelayanan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun
2014 ada dua macam rumah sakit :
1. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada
satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur,organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan


yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan (Listiyono, 2015).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2019


berdasarkan kelasnya rumah sakit umum dikategorikan ke dalam 4 kelas mulai dari
A,B,C,D. Dimana untuk yang membedakan keempat kelas tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bangunan dan prasarana
2. Kemampuan pelaayanan
3. Sumber daya manusia
4. peralatan
Keempat kelas rumah sakit umum tersebut mempunyai spesifikasi dan
kemampuan yang berbeda dalam kemampuan memberikan pelayanan kesehatan,
keempat rumah sakit tersebut diklasifikasikan menjadi:

1. Rumah Sakit Umum


Tipe A Rumah sakit tipe A merupakan rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas.
Rumah sakit umum tipe A sekurangkurangnya terdapat 4 pelayanan medik
spesialis dasar yang terdiri dari: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak ,
bedah dan obstetri dan ginekologi. 5 spesialis penunjang medik yaitu: pelayanan
anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi anatomi.
12 spesialis lain yaitu: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedic, urologi,
bedah syaraf, bedah plastic dan kedokteran forensik dan 13 subspesialis yaitu:
bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetric dn ginekologi, mata, telinga
hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.
2. Rumah Sakit tipe B
Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,
bedah, obstetric dan ginekologi. 4 spesialis penunjang medik: pelayanan
anastesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. Dan sekurang-
kurangnya 8 dari 13 pelayanan spesialin lain yaitu: mata, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran
jiwa, paru, orthopedic, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran
forensik: mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensic. Pelayanan medik
subspesialis 2 dari 4 subspesialis dasar yang meliputi: bedah, penyakit dalam,
kesehatan anak, obstetric dan ginekologi.
3. Rumah Sakit Tipe C

Rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan


pelayanan kedokteran spesialis terbatas, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar: pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetri, dan ginekologi dan 4 spesialis penunjang
medik: pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi
klinik.
4. Rumah Sakit tipe D

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan


pelayanan medik paling sedikit 2 dari 4 spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah, obstetric dan ginekologi.

2.2 Konsep Menejemen Keperawatan


2.3.1 Pengertian Menejemen
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa
hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang
diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini
akan diuraikan beberapa pengertian manajemen secara umum dari beberapa ahli.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain
(Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas –
batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000)
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah


proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para
pasien (Gillies, 1989). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai.

2.3.2 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah:
1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena melalui
fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.
Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat
manajerial.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir,
yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan
keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai
dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi
proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan
rencana yang telah diorganisasikan.
7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi
yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan
perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer, administrator dan
bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam merencanakan dan
pengorganisasian serta fungsifungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.3.3 Lingkup Menejemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan
yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh dari sistem yang
ada. Pelayanan kesehatan yang memadai sangat dipengaruhi oleh pelayanan
keperawatan yang ada didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang
efektif seyogianya memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan
hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu
mengendalikan lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini
senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam
proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
Manajemen operasional/ layanan dan manajemen asuhan keperawatan.
1. Manajemen Layanan/ Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh
seseorang yang mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial
tersebut yaitu :

Gambar 1.1 Tingkat manajerial

Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki
oleh orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-
faktor tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.

2. Menejemen Asuhan Keperawatan

Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang


menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan
tugasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien.

Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg


menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai
yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu :
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi.

2.3.4 Tujuan Manajemen Keperawatan


1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2. Mencegah/ mengatasi permasalahan manajerial
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih
efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi
tenaga dan upaya.
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan/asuhan keperawatan yang berkualitas.


2. Pengembangan staf.
3. Budaya riset bidang keperawatan.
Manajemen keperawatan lebih ditekankan pada bagaimana manajer
keperawatan (secara struktural) mengatur anggota staf keperawatan dan sumber
daya yang lain untuk dapat menyelesaikan tugas, sedangkan manajemen asuhan
keperawatan digunakan oleh perawat dalam menyelesaikan masalah pasien. Atau
bisa dikatakan bahwa perawat adalah manajer asuhan keperawatan.
2.3.5 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mencapai
tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip manajemen sangatlah
dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang harus ketahui, yaitu: perencanaan,
penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin,
tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan. Berikut dibawah ini akan dijelaskan
maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.

1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam


manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau
proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting).
Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan
hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan,
salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan
sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang relevan.
Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang
efektif.
2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat
dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan
organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
3. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu
hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada
pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh
seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
4. Pengelola/ Pemimpin (Manager/ leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan.
5. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang
jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan
sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada
masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi
dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg &
Swansburg, 1999).
7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang
lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam
manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang
dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan dilayani
8. Persyaratan Teknis Ruang Dalam Bangunan Rumah Sakit
Ruang Rawat Inap:
a. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang tenang, aman, dan nyaman.
b. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang penunjang
pelayanan lainnya.
c. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap harus dipisahkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit.
Ruangan Perawatan :
a. Ukuran ruangan rawat inap tergantung kelas perawatan dan jumlah tempat
tidur.
b. Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m.
c. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang
tinggi.
d. Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai maka rel harus dibenamkan/
menempel di plafon, dan sebaiknya bahan tirai non porosif.
e. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara baik alami maupun
mekanik. Untuk ventilasi mekanik minimal total pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami harus lebih dari nilai tersebut.
f. Ruangan perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang aman untuk
kebutuhan pencahayaan dan ventilasi alami.
g. Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan alami. Untuk pencahayaan
buatan dengan intensitas cahaya 250 lux untuk penerangan, dan 50 lux untuk
tidur.
h. Ruang perawatan harus menyediakan nurse call untuk masing-masing tempat
tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse station).
i. Di setiap ruangan perawatan harus disediakan kamar mandi. Kamar mandi ini
mengikuti persyaratan kamar mandi aksesibilitas.
j. Untuk kelompok ruangan penyakit menular harus dipisahkan dengan penyakit
tidak menular baik akses, alur maupun ruangannya.
k. Untuk ruangan yang menangani pasien penyakit menular melalui udara
(airborne), pertukaran udara minimal 12 kali per jam.

2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/ jas pelayanan keperawatan. Jika
perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambil keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan
pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2016).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien
menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan
(Nursalam, 2016).
2.4.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP
1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu
berbicara mengenai kualitas. Kualitas sangat diperlukan untuk:
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
c. Mempertahankan eksistensi institusi.
d. Meningkatkan kepuasan kerja.
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan.
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar.
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang: (1) model praktik,
(2) metode praktik, (3) standar praktik (Nursalam, 2016).
2. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh DEPKES RI
(1995) dalam Nursalam (2016) yang terdiri atas beberapa standar, yaitu:
a. Menghargai hak-hak pasien.
b. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit/ MRS.
c. Observasi keadaan pasien.
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
e. Asuhan pada tindakan non operatif dan administrative.
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur infasi.
g. Pendidikan pada pasien dan keluarga.
h. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 kebutuhan dasar manusia
dari Henderson), meliputi:
1. Oksigen
2. Cairan dan elektrolit
3. Eliminasi
4. Keamanan
5. Kebersihan dan kenyamanan fisik
6. Istirahat dan tidu
7. Aktivitas dan gerak
8. Spiritual
9. Emosional
10. Komunikasi
11. Mencegah dan mengatasi risiko psikologis
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13. Penyuluhan
14. Rehabilitas (Nursalam, 2016).
3. Model Praktik
a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional (ners) mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi dan legislasi
keperawatan.
b. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan atau asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit atau
melalui pengikut sertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
c. Praktik Keperawatan Kelompok
Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan
praktik keperawatan rumah sakit dan rumah, beberapa perawat profesional
membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi berbagai bentuk masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini
dipandang perlu di masa depan, karena adanya pendapat bahwa perawat
rumah sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan meningkat.
d. Praktik Keperawatan Individual
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior
dan berpengalaman secara sendiri atau perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan,
khususnya konsultasi dalam keperawatan masyarakat yang memerlukan.
Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok atau
golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan
kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah (Nursalam, 2016).
4. Managerial Grid
Fokus metode manajemen ini menitik beratkan pada perilaku manager
yang menekankan pada produksi dan manusia. Adanya komitmen yang tinggi
pada anggota kelompok dalam mencapai tujuan organisasi dapat mengurangi
kompetisi antar anggota kelompok dan komunikasi serta kebersamaan dapat
ditingkatkan, sehingga akan dapat dicapai tujuan organisasi yang optimal (Blake
& Mouton, 1964 dikutip oleh Grant, A.B. & Massey, V. H, 1999).
2.4.2 Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh
penentuan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
Ada beberapa metode system pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Mc Laughin, Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam (2016)
mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang
umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan
tim dan keperawatan primer. Tetapi, setiap unit keperawatan memiliki upaya
untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan
kesesuaian antara ketenagaan, sarana-prasarana, dan kebijakan rumah sakit.
Karena setiap kebijakan akan berakibat suatu stress, maka perlu memperhatikan
6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143; Nursalam, 2016).
a. Sesuai dengan Visidan Misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam
asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu
model, tanpa ditunjang oleh biaya yang memadai maka tidak akan didapat
hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau
pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model
yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang
kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi
dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam
pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2016).
2. Jenis Model Asuhan Keperawatan (MAKP)
a. Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat,
maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya,
merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal (Nursalam,
2016).

Bagan 1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional


(Marquis dan Houston, 1998:138; Nursalam, 2016)

Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
Kekurangan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja (Nursalam, 2016).
b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Bagan 2 Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing“ (Marquis
& Huston, 1998: 138; Nursalam, 2016)

Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam membentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep metode tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruangan.
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberi asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawab.
2) Kerja sama anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supevisi dan evaluasi.
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
ketergantungan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Manyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan
1) Perencanaan:
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada sift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/
penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien
atau keluarga yang baru masuk
h) Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi dua ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
f) Mengatur dan mengenalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di tempat pada
ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan:
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yangn di anggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan kepada pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir keperawatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain.
4) Pengawasan :
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi:
(1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
(3) Evaluasi, mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
(4) Audit keperawatan(Nursalam, 2016).
c. MAKP Primer
1) Metode penugasan dimana satu orang bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinsai asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2016).
Bagan 3 Pengembangan MAKP (Nursalam, 2016)

Tugas Perawat Primer:


1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
2) Komprehensif.
3) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
4) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
5) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat lain.
6) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
7) Menerima dan menyesuaikan rencana.
8) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
9) Melakukan rujukan pada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di
masyarakat.
10) Membuat jadwal perjanjian klinik.
11) Mengadakan kunjungan rumah.
Peran kepala ruangan/ bangsal dalam metode primer:
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
2) Orentasi dalam merencanakan karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
4) Evaluasi kerja.
5) Merencanakan/ menyelengarakan pengembangan staf.
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
Ketenagaan metode primer:
1) Setiap perawat primer adalah perawat “Bed Side“.
2) Beban kasus 4-6 orang untuk 1 perawat primer.
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional.
Kelebihan:
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
(Gillies, 1989; Nursalam, 2016).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.Dokter juga
merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan
informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
Kelemahannya:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer:
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2) Ada otonomi.
3) Ketertiban pasien dan keluarga. (Nursalam, 2016).
d. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift, dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus, seperti; isolasi, intensif care.
Kelebihan:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus.
2) Sistem evaluasi dari manajerial mudah.
Kekurangannya:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab.
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
Bagan 4 Sistem asuhan keperwatan “Case Method Nursing” (Marquis &
Huston 1998: 136; Nursalam, 2016).

e. MAKP Tim - Primer


Model MAKP tim danprimer digunakan secara kombinasi dari kedua
system. Menurut Sitorus (2002) dalam Nursalam (2016) penetapan system
model MAKP didasarkan pada beberapa alasan berikut:
1) Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan atau setara.
2) Metode tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi kedua metode tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
karena saat ini perawat yang ada di RS. sebagian besar adalah lulusan D3,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer /
ketua tim.
Bagan 5 Metode Tim primer (Modifikasi) (Nursalam, 2016).
Keterangan : PP (Perawat Primer), PA (Perawat Pelaksana).

2.4 Timbang Terima


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dalam
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat.
Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan keefektifitasannya adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien).
Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum,
dan perkembangan pasien saat itu. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore / dinas malam secara
tertulus maupun lisan (Nursalam, 2016).

2.5.1 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien (data fokus)
b. Menyampaikan hal sudah/ belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2016).
2.5.2 Metode Pelaporan
1. Perawat pelaksana melaporkan langsung kepada perawat pelaksana selanjutnya
dengan membawa laporan timbang terima.
2. Timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian dilanjutkan dengan
mengunjungi klien satu persatu terutama pada klien- klien yang memiliki
masalah khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.
3. Melakukan supervisi dan penekanan asuhan keperawatan serta rencana tindakan
keperawatan(Nursalam, 2016).
2.5.3 Manfaat Timbang Terima
1. Bagi perawat
Kepala
a. Meningkatkan kemampuanRuangkomunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangn pasien secara paripurna.
Stafpasien
2. Bagi Perawat Staf Perawat Staf Perawat
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap(Nursalam, 2016).
2.5.4 Prosedur Timbang Terima Pasien/klien
Pasien/klien
1. Persiapan Pasien/klien
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/ operan.
b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/
dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
c. PA/ PP menyampaikan timbang terima pada PP (yang menerima
pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan pada timbang terima:
1) Aspek umum yang meliputi M1 s/d M5.
2) Jumlah pasien.
3) Identitas klien dan diagnosis medis.
4) Data ( keluhan/subjektif dan objektif).
5) Masalah keperawatan yang masih muncul.
6) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara
umum).
7) Intervensi kolaboratif.
8) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan dan lain-lain).
2. Pelaksanaan
a. Nurse Station
1) Kedua kelompok dinas sudap siap (shift jaga).
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).
5) Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbangterimakan
dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
b. Di Bed Pasien
1) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan dasar
pasien.
2) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/ belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainnya selama masa keperawatan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
c. Post - Timbang terima
1) Diskusi
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format
timbang terima yang ditanda tangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya diketahui oleh kepala ruang.
3) Ditutup oleh karu(Nursalam, 2016).
Kepala Ruangan
2.5.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Timbang Terima
1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
PP 2
PP 1 terima harus berorientasi
4. Timbang
PP 3
pada permasalahan pasien PP 4
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup
PA sehingga pasien PA disebelahnya tidak PA
mendengar sesuatu PA
yang rahasia bagi
klien. Suatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
di dekat klien.
7. Sesuatu
PA yang mungkin PA membuat klien terkejut
PA dan shock sebaiknya
PA dibicarakan
di nurse station (Nursalam, 2016).

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien


Alur Timbang - Terima

Bagan 2.4.6 Alur Timbang Terima (Nursalam, 2016).

2.5 Diskusi Refleksi Kasus Keperawatan


DRK (Diskusi Refleksi Kasus) keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2016).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5. Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.
2.5.1 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan
diskusi.
2. Tujuan Khusus:
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis.
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja(Nursalam, 2016).

2.5.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi.
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3. Terciptanya komunitas keperatawan yang profesional.
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dalam melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar (Nursalam, 2016).

2.5.3 Kriteria Pasien


Pasien yang dipilih untuk dilakukan DRK keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka (Nursalam, 2016).
2.5.4 Metode
Diskusi
2.5.5 Alat bantu
1. Sarana diskusi: buku, pulpen.
2. Status/ dokumentasi keperawatan pasien.
3. Materi yang dilaksanakan secara lisan (Nursalam, 2016)

2.5.6 Langkah-Langkah Kegiatan DRK Keperawatan

Pascaronde
(nurse station)

Bagan 2.5.6 Langkah-Langkah DRK Keperawatan (Nursalam, 2016)


Keterangan:
1. Pra DRK
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka).
b. Menentukan tim DRK.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan pasien: inform consent dan pengkajian.
f. Diskusi: apa diagnosa keperawatan?; apa data yang mendukung?; bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan dan apa hambatan yang ditentukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan DRK
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor tentang masalah
pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pasca DRK
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasiSITUATION
penegakkan diagnosa; intervensi keperawatan
selanjutnya (Nursalam, 2016).
2.5.7 Peran masing-masing
Data Demografis
anggota tim Diagnosis Keperawatan
Diagnosis
1. Peran perawat primerMedis
dan perawat associate: (Data)
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
Background
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelaskan hasil yang didapatkan.
Riwayat Keperawatan
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran perawat konselor Assesment :
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reiforcement.
KU;TTV;GCS;Skala Nyeri;Skala Risiko
c. Memvalidasi kebenaranJatuh; dan ROS
dari (poin yang
masalah danpenting)
intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
d. Mengarahkan danRekomendation
koreksi. :
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari (Nursalam, 2016).
2.5.8 Kriteria Evaluasi 1. Tindakan yang sudah
1. Struktur 2. Dilanjutkan
3. Stop
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
b. Tim DRK keperawatan 4. Modifikasi
hadir ditempat pelaksanaan DRK keperawatan.
5. Strategi Baru
c. Persiapan dilakukan sebelunnya.
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan DRK sesuai peran yang telah
ditentukan.
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menimbulkan cara yang berpikir yang kritis.
2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (Nursalam, 2016).

2.6 Sentralisasi Obat


2.6.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2016).
2.6.2 Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
pengelolaan obat perlu terpenuhi:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan yang
sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat “ untuk memberikan terapi awal
sesuai indikasi”.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan yang
membuang atau lupa untuk minum.
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa.
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
8. Tidak meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Nursalam, 2016).
2.6.3 Teknik Pengelolaan Obat
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk .
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat/ bidan dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat/ bidan dengan
menerima lembar terima obat.
TAHAP PRA DRK PP
b. Perawat/ bidan menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol dan diketahui (ditanda tangani)
oleh keluarga atau1. Penetapan Pasien buku masuk obat. Keluarga atau pasien
pasien dalam
selanjutnuya mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut
akan habis, serta penjelasan
2. Persiapan tentang 5 T (jenis, dosis, waktu, pasien dan
Pasien
cara pemberian).1) Informed Consent
2) Hasil pengkajian/Validasi
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mandapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartudata sediaan obat.
TAHAP 1) Apa diagnosis keperwatan?
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat/ bidan dalam
PELAKSANAAN DI 2) Apa data yang mendukung?
kotak obat (Nursalam, 2016). 3) Bagaimana Intervensi yang
NURSE STATION 3. Penyajian masalah
4. Pembagian Obat sudah dilakukan?
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya 4) Apa hambatan
disalin ditemukan?
dalam buku daftar
pemberian obat.
TAHAP
b. ObatDRK
yangPADA
telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
4. Validasi perawat/
Data bidan
di Bed Pasien
BED KLIEN
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien. PP, KATIM,
c. Pada saat pemberian obat, perawat/ bidan menjelaskan KARU macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/wadah
TAHAP PASCAobatDRK kembali 5. keKesimpulan
perawat/ dan
bidan setelah obat6. dikonsumsi. Pantau
Lanjutan – Diskusi efek
di Nurse
samping pada pasien.
rekomendasi solusi Station
d. Sediaan obat yang masalah
ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang
atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.
e. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan
kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab pasien (Nursalam, 2016).
5. Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam, 2016).
6. Obat Khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/
sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan
wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah
pemberian. Usahakan saksi dari keluarga saat pemberian obat (Nursalam,
2016).
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat menjadi staf mengenai obat
dengan cara-cara berikut ini:
a. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua
staf.
b. Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan di dinding.
c. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.
d. Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
e. Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat
setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
f. Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc Mahon, 1999; Nursalam, 2016).
2.6.4 Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Bagan 2.6.2 Alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2016)


2.7 Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri
dirumah. Perencanaan pulang didapatkan dari peruses interaksi ketika keperawatan
professional, pasien, dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat
pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapiutik, rehabilitative, serta keperawatan rutin
yang sebenarnya (Nursalam, 2016).
2.7.1 Tujuan perencanaan pulang :
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahun dan keterampilan serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat (Nursalam,
2016)
2.7.2 Manfaat discharge planning
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien
yang dimulai dari rumah sakit.
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas
perawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasikan kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan rumah.
5. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit, dan
kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnosa.
6. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan dirumah
(Nursalam, 2016)
2.7.3 Prinsip-prinsip discharge planning
1. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang timbul dirumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama,
4. Perencaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang dideduaikan dengan
pengetahuan tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencaan pulang harus dilakukan
(Nursalam, 2016).
2.7.4 Hal–hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
1. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan serta
masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dijalankan.
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri
dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi dan lain-lain.
5. Jelaskan masalah yang timbul dan cara mengatasinya
6. Informasikan tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter, dan pelayanan
keperawatan, serta kunjungan rumah apabila pasien memerlukan (Nursalam,
2016)
2.7.5 Mekanisme discharge planning
1. Pengkajian, elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa, diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning,dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Yaitu
untuk mengetahui problem,etiologi (penyebab), support sistem (hal yang
mendukung klien sehingga dilakukan discharge planning).
3. Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang
disingkat dengan METHOD yaitu :
a. Medication (obat), pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan
setelah pulang.
b. Environment (lingkungan), lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah
sakit sebaiknya aman.pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan
yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.
c. Treatment (pengobatan), perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat
berlanjut setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota
keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan), klien yang akan pulang sebaiknya
diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.termasuk tanda dan gejala
yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Diet, klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis
diberikan kepada klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat
yang digunakan dirumah.
5. Cara Mengukur Discharge planning
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah
dipersiapkan untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan
yang diperlukan, serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila
Doktersampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The
pasien diantarkan pulang
Koordinasi tindakan
Royal Marsden Hospital, 2004). Kesuksesan dengan Perawat
discharge planning
menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman
dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &
Potter, 2006).PASIEN/
Hal iniKELUARGA
dapat dilihat dari kesiapan pasien untuk menghadapi
pemulangan, yang diukur dengan kuesioner.
FARMASI/APOTEK 1. Surat persetujuan sentralisasi
obat dari perawat
2. Lembar serah terima obat
6. Evaluasi PASIEN/ KELUARGA
3. Buku serah terima/ masuk
Evaluasi terhadap discharge planning adalah
obat penting dalam membuat
PP/PERAWAT
kerja proses dischargeYANG MENERIMA
planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai. Keberhasilan
program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :
PENGATURAN
a. Derajat penyakit DAN PENGELOLAAN
OLEH PERAWAT
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
PASIEN/ KELUARGA
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
2.7.6 Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
1. Pra discharge planning :
Perawat primer mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk pulang.
a. Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang akan pulang
b. Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang
c. Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga
2. Tahap pelaksanaan discharge planning:
a. Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan lingkungan
b. Perawat primer dibantu perawat pelaksana melakukan pemeriksaan fisik
sesuai kondisi pasien
c. Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien
dan keluarga untuk perawatan dirumah tentang: aturan diet, obat yang harus
diminum dirumah, aktivitas, yang harus dibawa pulang, rencana kontrol,
yang perlu dibawa saat control, prosedur kontrol,jadwal pesan khusus
d. Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
memcoba mendemonstrasikan pendidikan kesehatan yang telah diajarkan
e. Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya bila belum mengerti.
3. Tahap post pelaksanaan discharge planing
a. Perawat primer melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang.
b. Perawat primer memberikan reinforcement atau reward kepada pasien dan
keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang sudah dilaksanakan.

2.7.7 Alur Discharge Planning

Bagan 2.7.7 Alur Perencanaan Pulang (Nursalam, 2016)

2.8 Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000:Nursalam, 2016). Supervisi
keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan, dan peralatan agar mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
2.8.1 Tujuan Supervisi
Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan
bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Nursalam, 2016).
Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang di berikan dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangn-kekurangan para petugas
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman, serta mengatur
pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan pengawas mengenali dan member penghargaan atas pekerjaan
yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan
pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas telah
cukup dan dipergunakan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja
tersebut (Nursalam, 2016).
2.8.2 Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, pengaturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas
dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer (Nursalam,
2016).
2.8.3 Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di
ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek keperawatan di
ruang perawatan(Nursalam, 2016).
2. Pengawas perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada Kepala Ruangan yang
ada di instalasinya(Nursalam, 2016).
3. Kepala seksi perawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung(Nursalam, 2016).
2.8.4 Teknik Supervisi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok, yaitu :
a. Mengacu pada standard asuhan keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan
2. Area supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standard
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan perilaku yang
meliputi :
1) Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan
3) Penerimaan pasien baru
4) Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
5) Pengelolaan logistic dan obat
6) Penerapan metode DRK keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien
7) Pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai berikut:
a. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Yaitu supervisor dapat terlibat dalam kegiatan , umpan balik
dan perbaikan. Proses supervisi meliputi:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor
2) Selama proses , supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement
dan petunjuk
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang
masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga
mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis
(Nursalam, 2016).
2.8.5 Alur Supervisi

Dokter dan tim kesehatan Ners


lain PP dibantu PA

Penentuan keadaan pasien:


1. Klinis dan pemeriksaan penunjang
yang lain
2. Tingkat ketergantunagn pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


administrasi 1. Kontrol dan obat/nersan
2. Nurtrisi
3. Aktivitas
Bagan 10 Alur Supervisi dan 2016).
(Nursalam, istirahat
4. Perawatan diri
Keterangan : Supervisi Monitor
2.8.6 Langkah-langkah Supervisi (sebagai program service safety) oleh
1. Pra supervisi keluarga dan petugas
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai
2. Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memfalidasi data
sekunder, antara lain:
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat
Associate.
3. Pasca Supervisi
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
b. Supervisor memberikan feed back dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi)
c. Supervisor memberikan reinforcementdan follow up kebaikan (Nursalam,
2016).
2.8.7 Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.
1. Manajemen pelayanan keperawatan.
a. Tanggung jawab supervisor adalah: Menetapkan dan mempertahankan standar
praktek keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen Anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan,
dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang
tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran
keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan
dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan.(Nursalam, 2016)

2.9 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan penerapan manajemen
asuhan keperawatan profesional. Perawat profesional diharapkan dapat menghadapi
tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanankan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga
dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan. Komponen penting dalam
pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan
keperawatan. Efektivitas dan efisien sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi
yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan (Nursalam,
2016).
2.9.1 Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapkan sistem dokumentasi keperawatan dengan benar di Ruang
Amelia Rumah Sakit Graha Medika
2. Tujuan khusus
Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses
keperawatan):
a. Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses keperawatan)
1) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
2) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
3) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
b. Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
c. Mendokumentasikan HE (health sducation) melalui kegiatan perencanaan
pulang
d. Mendokumentasikan timbang terima (penggantian shift jaga)
e. Mendokumentasikan kegiatan supervisi
f. Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui DRK keperawatan
(Nursalam, 2016).
2.9.2 Manfaat
1. Sebagai alat komunikasi antarperawat dan dengan kesehatan lain
2. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hukum
3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
4. Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan ilmu keperawatan
5. Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan keperawatan (Nursalam,
2016).
2.9.3 Pelaksanaan
Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:
1. Pengkajian keperawatan
a. Pengumpulan data, kreteria – LLARB; (1) Legal ; (2) lengkap (3) akurat; (4)
relevan; dan (5) baru.
b. Pengelompokan data, kriteria:
1) Data biologis: hasil dari (1) observasi tanda – tanda vital dan pemeriksaan
fisik melalui IPPA – inpeksi, perkusi, palpasi, auskultasi; (2) pemeriksaan
diagnostik/ penunjang laboratorium dan rontgen
2) Data psikologis, sosial, dan sepiritual melalui wawancara dan observasi
3) Format pengkajian data awal menggunakan model ROS (review of
system) yang meliputi data demografi pasien, riwayat keperawatan,
observasi, dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang/diagnostic
Keterangan lengkap seperti pada lampiran (Nursalam, 2016).
2. Diagnosis keperawatan, kriteria:
a. Status kesehatan di bandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan
b. Diagnosis keperawatan di hubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan pasien
c. Diagniosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat
Ka. Bid Perawatan
d. Komponen diagnosis terdiri atas P – E – S (Nursalam, 2016).
3. Perencanaan, komponen perencanaan keperawaatan terdiri atas: Kepala per IRNA
Menetapkan
a. Prioritas masalah, kegiatan
kriteria : dan tujuan serta
instrumen / alat
1) Masalah yang mengancam ukur
kehidupan merupakan prioritasutama
Ka. Per IRNA
PRA
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang merupakan prioritas
kedua. Kepala ruangan
Menilai kinerja perawat:
3) Masalah yang memengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
Responsibility-Accountability- Supervisi
b. Tujuan Asuhan Keperawatan memenuhi syarat SMART
PELAKSANAAN
Authorithy (R-A-A)
Kriteria (NOC- Nursing Outcome Criteria) disesuaikan standart pencapaian.
1) Tujuan dirumuskan secara singkat
PP 1 PP 2
Pembinaan
2) Disusun berdasarkan (3-F) keperawatan
diagnosis
3) Spesifik pada diagnosis keperawatan
1. Penyampaian penilain (Fair) PP PP
4) Dapat diukur
2. Feed back (umpan balik)
PASCA5) Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
3. Follow Up (Tindak lanjut),
6) Adanya target waktumasalah
pemecahan pencapaian
dan Reward
c. Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervetion Kinerja perawat dan
Clasification)
kualitas pelayanan
yang telah ditetapkan oleh instansi pelayanan setempat. Jenis rencana
tindakan keperawatan mengandung tiga komponen, meliputi DET tindakan
keperawatan, yaitu:
1) Diagnosis/ Observasi
2) Edukasi (HE)
3) Tindaskan-Independent, dependent, dan interdependent.
Kriteria meliputi hal sebagai berikut:
1) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
2) Merupakan alternatife tindakan secara tepat.
3) Melibatkan pasien/ keluarga
4) Mempertimbangkan latar belakang social budaya pasien/ keluarga.
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7) Disusun dengan mempertimbangkan lingkungan, sumber daya, dan
fasilitas yang ada
8) Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas, dan penulisan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
9) Menggunakan formulir yang baku (Nursalam, 2016).

4. Intervensi/ Implementasi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal yang
mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga.
Kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien / keluarga
d. Sesuai waktu yang telah ditentuakan.
e. Menggunaakan sumber daya yang ada.
f. Menunjukkan sikap sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan pasien/
keluarga.
g. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan.
h. Menerapkan prinsip-prinsip aseptis dan anti septis
i. Menerapkan etika keperawatan.
j. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi, dan mengutamakan
keselamatan pasien.
k. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.
l. Merujuk dengan segera terhadap masalah yang mengancam keselamatan
pasien.
m. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
n. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
o. Melaksanakan tindakan keperawatan pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
p. Prosedur keperawatan umum maupun khusus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tetap yang telah disusun (Nursalam, 2016).
5. Evaluasi
Dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk menilai
perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.
Kriteria:
a. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi.
b. Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisioligis dan tingkah laku
pasien.
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan
selanjutnya.
d. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain.
e. Evaluasi dilakukan dengan standart (tujuan yang ingin dicapai dan standart
praktik keperawatan).
Komponen evaluasi, mencakup aspek : K-A-P-P ( Kognitif- Afektif-
Psikomotor- Perubahan Biologis) yang meliputi:
a. Kognitif (Pengetahuan klien tentang penyakit dan tindakan)
b. Afektif (Sikap) Klien terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Psikomotor (Tindakan/ Perilaku) klien dalam upaya penyembuhan.
d. Perubahan biologis ( Tanda Vital, system, dan imuologis).
Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya tindakan meliputi :
a. Masalah teratasi
b. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan perencanaan tindakan
ulang.
c. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari rencana tindakan.
d. Timbul masalah baru (Nursalam, 2016).

2.10 Klasifikasi Dan Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien


Penerapan system klasifikasi pasien dengan 3 kategori adalah sebagai berikut
(Douglas (1984) dalam Nursalam, 2016):
2.10.1 Ketegori 1: perawatan mandiri
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi/ ganti pakaian.
2. Makan dan minum dilakukan sendiri.
3. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
4. Observasi tanda vital setiap sift.
5. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
6. Persiapan prosedur pengobatan
2.10.2 Kategori 2: perawatan intermediate
1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam
3. Pengobatan lebih dari 1 kali
4. Pakai kateter vole
5. Pasang infuse- intake output dicatat
6. Pengobatan perlu prosedur
2.10.3 Kategori 3: perawatan total
1. Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
2. Observasi tanda vital tiap 2 jam
3. Pemakaian selang NGT
4. Terapi intra vena
5. Pemakaian suction
6. Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar
Catatan :
1. Dilakukan satu kali sehari dalam pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh
perawat yang sama selama 22 hari.
2. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi pasien.
3. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi
diatasnya.
BAB 3
PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan yang
meliputi data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.

3.2 Gambaran Umum RS Graha Medika Banyuwangi


3.1.1 Visi RS Graha Medika Banyuwangi
Menjadi rumah sakit pilihan yang aman, inovatif, berorientasi pada pasien.
3.1.2 Misi RS Graha Medika Banyuwangi
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu dan terjangkau.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, nyaman bagi pasien dan keluarga.
3. Mengembangkan SDM yang berkualitas, kreatif, inovatif.
4. Menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk kepentingan pasien dan masyarakat.
3.1.3 Motto RS Graha Medika Banyuwangi
“Melayani lebih baik”

3.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan tanggal 9,10,11 Agustus 2022 meliputi ketenagaan,
sarana dan prasarana, MAKP, dokumentasi keperawatan, DRK keperawatan, sentralisasi
obat, supervisi, timbang terima dan discharge planning. Data yang didapat dianalisis
menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian
dipilih satu sebagai prioritas masalah.

3.2.1 Struktur Organisasi


Bagan 3.1 Struktur organisasi di Ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi 2022
Ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi dipimpin oleh 1 kepala
ruangan, 3 ka shift yang berganti setiap harinya, sesuai dengan jadwal shift, dan
setiap shift dibantu oleh 3 perawat.
3.2.2 Jumlah tenaga di ruang Amelia RS. Graha Medika

Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Amelia RS Graha Medika terdiri dari


11 orang perawat tetap.

Tabel 2.1 Ketenagaan Keperawatan di Ruang Amelia RS Graha Medika


NO LAMA
NAMA PENDIDIKAN JABATAN PELATIHAN
KERJA
1 Reni Mandasari, S.Kep 6 Tahun S1 Kepala -
Ruang
2 Ns. Dian Wahyudi, S.Kep 3 Tahun S1 Profesi Ners Perawat BTCLS,
PPGD
3 Ns. Agung Widoyoko, 6 Tahun S1 profesi ners Perawat -
S.Kep
4 Ns. Moch. Agung Prakoso, 3 Tahun D3 Perawat -
Amd.Kep
5 Ns. Nurul 2 Tahun S1 profesi ners Perawat PPGD
Maulidaturrohmah, S.Kep
6 Ns. Velinda Dewi. L., 1 Tahun 6 D3 Bendahara BTCLS,
S.Kep Bulan Umum BHD
7 Ns. Yunike Kindu W., 3 Tahun S1 profesi ners Sekertaris PPGD,
S.Kep Umum BTCLS
8 Ns. Ari Arviana, S.Kep 2 Tahun S1 profesi ners Perawat BTCLS

9 Ns. Iqbal Lathuf Patria, 1 Tahun S1 profesi ners Perawat BTCLS, K3


S.Kep Umum
10 Ns. Suharditama, S.Kep 7 Bulan S1 Profesi ners Perawat BTCLS
11 Ns. Fifi Lanna 2 bulan S1 Profesi Ners Perawat BTCLS
Fauziyah,S.Kep.Ns

Dari tabel diatas didapatkan bahwa pendidikan tenaga keperawatan D3


Keperawatan sebanyak 1 orang dan Profesi Ners sebanyak 10 orang.
3.2.3 Pengaturan Ketenagaan

Berdasarkan pengumpulan data pada hari Jum’at, 15 Juli 2022 pada ruang
Amelia RS Graha Medika Banyuwangi dengan jumlah pasien sebanyak 12 pasien.
Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan secara
keseluruhan di ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi rata-rata perbulan
tahun 2022:
1. Jam perawatan yang dibutuhkan klien perhari
a. Keperawatan langsung
1) Keperawatan mandiri 5 orang = 5x2 jam = 10 jam
2) Keperawatan parsial 4 orang = 4x3 jam = 12 jam
3) Keperawatan total care 3 orang = 3x4 jam = 12 jam
b. Keperawatan tidak langsung
1) Dokumentasi keperawatan, operan, dll = 12x1 jam = 12 jam
2) Penyuluhan kesehatan = 12x0,25 jam = 3 jam
c. Total jam perawatan = 49 jam
2. Jumlah jam perawatan per klien per hari
49 jam: 12 klien = 4,08 jam
3. Jumlah kebutuhan keperawatan pada ruangan
4,08 jam/ klien/ hari x 12 klien/ hari x 28 hari
(28 hari – 4 hari) x 7 jam
= 8,2 = 8 orang
Cadangan = 13 x 20% = 1,6
4. Jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 8+1 = 9 orang/ hari
3.2.4 Alur Pasien Masuk
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 9, 10, 11 Juli
2022 di Ruang Amelia didapatkan alur pasien masuk dari UGD dan Poli menuju ke
Ruang Amelia sebagai berikut

3.2.5 Kasus terbanyak yang ditemukan


Berdasarkan hasil observasi mulai tanggal 09 s/d 11 Agustus 2022
didapatkan bahwa Ruang Amelia dipimpin oleh 1 kepala ruangan, 3 ka shift yang
berganti setiap harinya, sesuai dengan jadwal shift, dan setiap shift dibantu oleh 3
perawat. Di ruangan Amelia di bagi dalam 3 shift (waktu/ gilir dinas) yakni shift
pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), shift malam (21.00-07.00).
Data diagnosis kasus terbanyak di Ruang Amelia pada bulan Agustus 2022,
antara lain:
2. Anemia
3. Diabetes Melitus
4. Hipertensi
5. BPH
6. Fraktur
7. GEA
8. Stroke

3.2.6 Sarana dan Prasarana (M2-Material)


Pengkajian data awal dilakukan tanggal 09 s/d 11 Agustus 2022 didapatkan
hasil bahwa fasilitas yang ada di ruang Amelia RS. Graha Medika Banyuwangi
sudah memadai. Ruang Amelia RS. Graha Medika Banyuwangi terdapat kamar
pasien yang memiliki 15 bed, spoelhoek dan nurse station. Beberapa peralatan dan
fasilitas yang dimiliki ruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi:
1. Peralatan dan fasilitas
Tabel 3.3 Peralatan dan Fasilitas ruang Amelia RS. Graha Medika Banyuwangi
NO JUMLA BAI KURANG USULA
JENIS ALAT
. H K BAIK N
1 Meja Tulis 1 -
3 Komputer 1 -
4 Kursi perawat 5 -
5 Meja komputer 1 -
6 Kursi Tamu/tunggu 10 -
7 Bed 18 -
8 Almari 2 -
9 Kipas 1 -
11 Ac 11 -
12 Tv 10 -
13 Kamar mandi pasien 11 -
15 Kamar mandi perawat 1 -
16 Alat Pemadam kebakaran 1 -
17 Lemari es 1 -
18 Telepone 2 -
19 Tempat linen kotor 2 -
21 Tiang infus 20 -
22 Monitor 2 -
23 Troli injeksi 2 -
24 Tensimeter, saturasi, termometer 4 √ -
25 Oksigen transport 1 √ -
26 Suction 1 √ -
27 Ambu bag 1 KEPALA
√ RUANGAN -
28 Bak instrumen 1 Reni√ Mandasari, S.Kep -
29 Sepatu boat 1 √ -
30 Kursi roda 2 √ -
31 Gda stick 1 √ -
32 Syringe pump 1 √ -
Ka Shift Ka Shift Ka Shift
33 Infus pump 1 √ -
34 UV 1 √ -
35 ECG 1 √ -
36 Ns. Dian
Heating set Wahyudi, S.Kep Ns. Ns. Agung
1 √ Widoyoko, S.Kep M.
- Agung Prakoso, Amd.
Ns. Nurul Maulidaturrohmah, S.Kep Ns. Velinda Dewi. L., S.Kep Ns. Yunike Kindu W., S.Kep
37 Tempat sampah infeksius 2 √ -
Ns. Ari Arviana, S.Kep Ns. Iqbal Lathuf Patria, Ns. Suharditama, S.Kep
38 Tempat
Ns. sampahFifinon infeksius Lanna S.Kep
1 √ -
39Fauziyah,S.Kep.Ns
Tempat sampah vial 1 √ -
40 Tempat sampah infus 1 √ -
41 Wastafel pasien 11 √ -
Pasien Pasien Pasien
42 Wastafel perawat 1 √ -
43 Korentang 1 √ -

3.2.7 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)


1. Penerapan Sistem MAKP
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 9 s/d 11 Agustus 2022 di
Ruang Amelia didapatkan metode asuhan keperawatan profesional yang
digunakan yaitu metode Fungsional. Metode ini menggunakan Fungsional
Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan
yang ada. Metode ini digunakan sebagai pilihan terbatasnya jumlah perawat atau
ketenagaan, sehingga setiap perawat hanya mampu menjalankan 1-2 jenis
tindakan/ intervensi kepada semua pasien yang dirawat (Nursalam, 2015).
Adapun dukungan petugas keperawatan, Karu dan CI dalam praktik manajemen
keperawatan oleh mahasiswa STIKES Program Profesi Ners serta tingginya
kemauan perawat untuk berubah keadaan yang lebih baik.
Menurut Nursalam (2016) Keberhasilan suatu asuhan keperawatan
kepada klien sangat ditentukan oleh penentuan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
Bagan 3.2 Bagan MAKP Fungsional
2. Penerapan Timbang Terima

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa timbang terima


sudah dilakukan secara optimal diruang Amelia RS Graha Medika Banyuwangi,
dimana dalam pelaksanaan timbang terima sesuai SOP.

Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk


menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima dilakukan oleh penanggung jawab shift keperawatan
kepada perawat pelaksana dinas sore/dinas malam secara tertulis maupun lisan
(Nursalam, 2016). Tujuan timbang terima adalah mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan informasi yang penting, menyampaikan kondisi
keadaan pasien, menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien, menyampaikan hal yang penting dan yang
harus ditindak lanjuti oleh perawat, menyusun rencana kerja untuk dinas
berikutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima antara
lain:
a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.

b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien

c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.

f. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat klien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
3. Supervisi Ruang Keperawatan

Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai misi di RS.


Graha Medika Banyuwangi, maka dilakukan supervisi yang berkelanjutan
Pasien UGD
terhadap berbagai kinerja pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya sebagi
karyawan untuk melayani pasien. Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan di
ruang Amelia RS. Graha Medika telah dilakukan supervisi terhadap penanggung
jawab masing-masing namunRJbelum ada pendokumentasian secara tertulis.
4. Discharge Planning
Tindakan Medis
Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP UGD
agar klien
MRS
dan keluarga yang masuk di ruang Amelia RS. Graha Medika yang sedang
dalam perawatan dan yang akan atau direncanakan pulang mengerti tentang
perawatan selama di ruang Amelia, sehingga keluarga dapat mengikuti semua
Tindakan
proses perawatannya dengan baik. Saat pengkajian kami menemukan bahwa Pemeriksaan
ruang Amelia telahMedismenjalankan
Ruangan discharge planning secara optimal danPenunjang
menyampaikan komponen secara maksimal kepada pasien misalnya seperti
kontrol, pengobatan, aturan diet atau nutrisi, obat-obatan yang masih diminum,
aktivitas dan istirahat, hal yang harus dibawa pulang, dan menanyakan MRS
kembali
pada pasien tentang materi yang telah disampaikan.

Kegiatan ini sudah dilakukan oleh kepala ruangan Masuk dan seluruh
Ruangan
anggotanya secara lisan. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang
Ameliayang
terdiri dari 2 resume yaitu resume medik yang diisi oleh dokter dan resume
keperawatan yang diisi oleh perawat/ petugas dan surat kontrol yang terdapat
dalam rekam medis pasien. Sarana yang belum ada adalah leaflet untuk ruang
Perawata
Amelia RS. Graha Medika. Meningg
al n
Acc
KRS
5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di Ruang Amelia RS. GRAHA
Kasir MEDIKA padaFarmassaat ini
resep dari dokter dilengkapi oleh perawat, setelah itu diberikan kei apotik
perawat Ruang Amelia yang mengambil obat ke apotik jika sudah selesai
kemudian perawat melakukan pengecekan kembali. Namun untuk lembar serah
Pulang
terima obat belum ada.

6. Dokumentasi Keperawatan (Kepetugasan)

Berdasarkan hasil pengkajian di ruang Amelia didapatkan dokumentasi


telah terdapat format yang baku, semua perawat memahami pengisian format
dokumentasi. Evaluasi dokumentasi keperawatan dengan menggunakan SOAP.

7. Diskusi Refleksi Kasus Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Ruang Amelia RS.


Graha Medika bahwa pelaksanaan DRK keperawatan belum terlaksana secara
optimal. Hal ini dikarenakan belum terbentuknya tim dalam pelaksanaan DRK
keperawatan, dan belum terlaksana DRK keperawatan setiap bulan. Yang
dilakukan diruangan hanya sebatas studi kasus.

3.2.8 Pemasaran (M5 –Market)


Pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di ruang Amelia
sebagian besar berasal dari daerah kecamatan Gambiran tetapi ada sebagian besar
berasal dari luar kecamatan Gambiran. Ruang Amelia merupakan ruang instalasi
rawat inap yang pasiennya berasal dari beberapa departemen keperawatan seperti
keperawatan medikal bedah dan penyakit dalam serta memiliki fasilitas sarana dan
prasarana yang cukup untuk menunjang kenyamanan pasien. Dari hasil observasi
didapatkan hasil bahwa ruang Amelia RS Graha Medika telah memberikan
pelayanan yang optimal untuk pasien dan telah dilaksanakan survey kepuasan
pasien yang dilakukan oleh ruangan dan mahasiswa serta bekerja sama dengan
pihak PKRS.

3.4 Analisa SWOT


Terlampir

3.5 Diagram Layang


Terlampir

3.6 Identifikasi Masalah


Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan
SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah yang ditemukan adalah:

3.5.1 Sumber Daya Manusia (M1)


Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab : Perbandingan jumlah perawat dan pasien sesuai dengan teori.
Jumlah perawat memenuhi kebutuhan pasien.

3.5.2 Materials (M2)


Masalah : Ada Masalah

Penyebab : Tidak ada ruangan atau meja untuk KIE

Peralatan yang ada sesuai dengan kebutuhan ruangan dan kondisi nya masih baik.

3.5.3 Methode (M3)


1. Penerapan Model MAKP

Masalah : Ada Masalah

Penyebabnya : Diruangan belum menerapkan Metode Tim karena kurangnya


ketenagaan

2) Timbang Terima
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab : Ruangan selalu melaksanakan timbang terima ketika operan shif,
dan telah dilakukan langsung pada buku status rekam medik pasien dengan
metode SOAP & SBAR
3) DRK Keperawatan
Masalah: belum pernah dilakukan DRK
Penyebab:
a) masalah terselesaikan tepat waktu
b) Belum ada sosialisasi khusus terkait DRK keperawatan.
c) Belum terbentuk tim yang pasti dalam pelaksanaan DRK keperawatan.
d) Belum adanya format yang standar (alur dan mekanisme) untuk DRK
keperawatan .
4) Sentralisasi Obat
Masalah : Sentralisasi obat belum secara optimal.
Penyebab: Belum memiliki format kendali kontrol obat di setiap pasien.
5) Supervisi Keperawatan
Masalah : Supervisi belum terlaksana secara optimal
Penyebab: Supervisi belum ada pendokumentasian secara optimal
6) Discharge Planning
Masalah: Belum terlaksana secara optimal karena tidak adanya media.
Penyebab: -
Discharge Planning sudah dilakukan oleh kepala ruangan dan seluruh
anggotanya secara lisan. Di ruangan sudah tersedia resume pasien pulang.
Sarana yang belum ada adalah leaflet.
7) Dokumentasi
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab: -
Sudah terdapat format pendokumentasian yang baku di ruangan tersebut,
perawat sudah mengerti cara pengisian format dokumentasi tersebut dengan
benar dan tepat.
8) Mutu kepuasan pasien (M5)
Masalah : Tidak ada masalah
Penyebab : -
Tersedianya angket kepuasan pasien untuk meninjau kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat selama pasien dirawat diruang Amelia

4.6 Prioritas Masalah


Berdasarkan penjelasan hasil pengkajian diatas, dapat ditarik kesimpulan prioritas
masalah yang akan diambil antara lain:
Tabel 3.4 Prioritas Masalah KARU
No Proritas Masalah

1 Methode KA SHIFT KA SHIFT KA SHIFT

2 DRK (Diskusi Refleksi Kasus)

3 Sentralisasi obat belum optimal


PA 1 PA 1 PA 1
4 Discharge Planning

5 Supervisi Keperawatan

BAB 4
PERENCANAAN

4.1 Rencana Tindakan Untuk Menyelesaikan Masalah


4.1.1 Methode MAKP

1. Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan Keperawatan Professional


(MAKP) yang dilaksanakan yaitu model Tim.

2. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.

3. Melakukan pembagian peran perawat.

4. Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.

5. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.

6. Menerapkan model MAKP yang direncanakan.

4.1.2 Melakukan DRK (Diskusi Refleksi Kasus)


1. Menentukan pasien dan kasus diagnosa penyakit yang akan dijadikan subyek
untuk DRK

2. Menentukan strategi DRK dalam suatu kelompok perawat yang tediri dari 5-8
orang perawat yang berperan sebagai fasilitator, penyaji, dan lainnya sebagai
peserta

3. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan


yang masih relevan, aktual dan menarik dalam penanganan kasus pasien dan
dapat di aplikasikan diruang Amelia yang dapat meningkatkan mutu pelayanan
perawat kepada pasien

4. Melakukan diskusi DRK yang terdiri 4 sesi (pembukaan, penyajian, tanya jawab,
dan penutup)

5. Melakukan evaluasi kegiatan DRK membuat rangkuman, mendokumentasikan


dan membuat laporan sesuai format laporan Diskusi Refleksi Kasus.
4.1.3 Supervisi Keperawatan

1. Membuat kartu kendali kontrol obat pasien untuk dilakukannya sentralisasi obat
kepada pasien.

4.1.4 Sentralisasi obat belum optimal


Memasukkan kegiatan supervisi (membuat jadwal) dalam rencana kegiatan
bulanan di ruangan:

1. Mengajukan proposal pelaksanaan alur supervisi.


2. Melaksanakan supervisi bersama perawat dan kepala ruangan.
3. Menentukan materi supervisi keperawatan.
4. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan supervisi keperawatan.
5. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan.
6. Melakukan evaluasi dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan
7. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
4.1.5 Discharge Planning

1. Membuat leaflet terkait Health Education tentang penyakit yang ada dan
terbanyak diruang Amelia.
2.

73

4.2 Plan of Action


No Permasalahan Strategi Kegiatan Pelaksanaan Kriteria Hasil PJ
1 Metodhe a. Mendiskusikan setiap Minggu ke 3 Perawat menggunaka
hambatan yang ada dalam MAKP tim dan
penerapan model MAKP diterapkan diruangan
tim

b. Membentuk rincian dan


pembagian tugas kerja yang
jelas antara masing masing
perawat

2 Ruangan a. Menentukan pasien dan kasus Minggu ke 3 a. Adanya format dan


belum diagnosa penyakit yang akan dokumentasi
melakukan dijadikan subyek untuk DRK DRK
DRK b. Perawat mampu
keperawatan b. Menentukan strategi DRK mendiskusikan
secara optimal, dalam suatu kelompok kasus penyakit
yang dilakukan perawat yang tediri dari 5-8 pasien dengan
diruang Amelia orang perawat yang berperan perawat yang lain
adalah DRK sebagai fasilitator, penyaji, berdasarkan
(Diskusi dan lainnya sebagai peserta pengalaman
Refleksi c. Kasus yang disajikan oleh
pribadi yang
Kasus) penyaji merupakan aktual, relevan,
dan dapat di
pengalaman klinis
aplikasikan di
keperawatan yang masih ruangan
relevan, aktual dan menarik c. DRK dapat
dalam penanganan kasus dilakukan saat
pasien dan dapat di diruangan
aplikasikan diruang Amelia terdapat kasus
yang dapat meningkatkan yang harus
mutu pelayanan perawat dipecahkan
kepada pasien dengan diskusi
antar perawat
d. Melakukan diskusi DRK yang sejawat
terdiri 4 sesi (pembukaan,
penyajian, tanya jawab, dan
penutup)

e. Melakukan evaluasi kegiatan


DRK membuat rangkuman,
mendokumentasikan dan
membuat laporan sesuai
format laporan Diskusi
Refleksi Kasus.

3 Supervisi Memasukkan kegiatan supervisi Minggu ke-3 a. Supervisi dilakukan


Keperawatan (membuat jadwal) dalam sesuai dengan
rencana kegiatan bulanan di jadwal, minimal
ruangan tersebut: 1x dalam 1 bulan.
a. Mengajukanproposal b. Ada dokumentasi
pelaksanaan alur supervisi. setiap kegiatan
b. Melaksanakan supervisi supervisi
bersama perawat dan kepala
ruangan.
c. Menentukan materi supervisi
keperawatan.
d. Menyiapkan petunjuk teknis
pelaksanaan supervisi
keperawatan.
e. Melaksanakan supervisi
keperawatan bersama-sama
perawat ruangan.
f. Melakukan evaluasi dari
kegiatan supervisi yang
telah dilakukan
g. Mendokumentasi kan hasil
pelaksanaan supervisi
keperawatan.
4 Sentralisasi Membuat kartu kendali kontrol Minggu ke 3 Adanya format
obat belum obat pasien untuk dilakukannya sentralisasi obat yang
optimal sentralisasi obat kepada pasien. terdokumentasikan

5 Discharge Membuat leaflet terkait Health Minggu ke 3 Adanya leaflet terkait


Planning Education tentang penyakit yang Health Education
ada dan terbanyak diruang tentang penyakit
Amelia. yang ada diruangan

73

DAFTAR PUSTAKA

Dep. Kes. RI. (2000). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan.
Direktorat Yan. Kep. Dirjen. Yan. Med. Jakarta.
Gilles. D. A. (1989). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. WB. Sounder Company,
Philapeldia.
Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan
Profesional, Salemba Medika. Jakarta.
Swarburg R.C. (2000). Pengembangan Staff Keperawatan Serta Pengembangan SDM.,
Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai