MAKALAH
oleh:
Kelompok 5
Nurhadi (2314314201234)
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah- Nya sehingga penulisan makalah tentang “Konsep Recovery dan Manajemen
Pelayanan Keperawatan Jiwa” dapat selesai tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini
sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan keperawatan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 5
1.3 Tujuan 6
2.2 Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan 7
3.1 Kesimpulan 32
3.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 34
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Pelayanan Kesehatan Jiwa oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa RI 2006 28
Gambar 2 Level Perawatan dan Tindakan 28
Gambar 3 Pencegahan Primer 29
Gambar 4 Pencegahan Sekunder 30
Gambar 5 Pencegahan Tersier 31
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari kesehatan merupakan perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, 2002).
Berbagai transformasi dan transisi berbagai bidang kehidupan mengakibatkan perubahan
gaya hidup, pola perilaku, dan tata nilai kehidupan.
Penyebab gangguan jiwa biasanya bukan karena faktor tunggal tetapi bisa dari badan
(somatogenik), lingkungan sosial (sosiogenik), dari psike (psikogenik), maupun kultural
(Maramis, 2009). Gejala gangguan jiwa meliputi gangguan penampilan dan perilaku,
gangguan bicara dan bahasa, gangguan proses berpikir, sensorium dan fungsi kognitif,
gangguan emosi/perasaan, gangguan persepsi, gangguan psikomotor, gangguan kemauan,
gangguan kepribadian, dan gangguan pola hidup (Maramis, 2009).
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,
belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi
terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam
Stuart 2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi komplementer untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien
dengan gangguan jiwa. Di samping itu terapi komplementer yang diberikan dapat
memberdayakan klien dalam memperkuat hubungan antarperawat dan klien dalam
meningkatkan proses pemulihan.
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan
mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga
meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam
terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi,
penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan.
5
1. Apa yang dimaksud dengan recovery?
2. Bagaimana peran perawat pada pemberian terapi recovery?
3. Bagaimana karakteristik recovery?
4. Apa saja model recovery pada keperawatan jiwa?
5. Apa yang dimaksud dengan supportive environment?
6. Apa saja jenis-jenis kegiatan supportive environment
1.3 Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di
komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam
Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,
belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap
penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada
diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap
individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orangorang yang
sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan
melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong
seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang
bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013).
2.2 Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
7
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan
berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.
Dalam pemberian terapi perawat sebagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi
yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi
yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi tambahan
dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik
keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman,
hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif
komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan
gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat
hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).A.
Terapi Generalis
1. Terapi Psikofarmakologi
a. Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian dasar klien
termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian
social budaya dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap
klien sebelum diberikan pengobatan.
8
b. Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang komprehensif.
Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifatindividu dan merupakan gambaran
dari rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab
utama perawat yang bersamasama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai
bagian dari tim pelayanan kesehatan.
c. Pemberian Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam
memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap target
gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan
mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap
perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam
jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat
pada klien.
e. Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien
dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi
tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat
psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap
regimen terapi obat.
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali dilakukan pada
tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika diyakini bahwa klien epilepsy
9
jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan
skizofrenia.
Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang cukup berat
melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan memeberikan arus listrik
melalui elektroda yang dipasang pada klien (Mankedet al,2010).
ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi
dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal tritmen sukses,
pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama
setelah remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang
secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011). Beberapa ahli
menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang
bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk
sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga
terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan Boschini,2009).
Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT. Peran ini
meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan.
Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT
merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan
kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait
dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan
keluarga, mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk
memahami penjelasan yang diberikan.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen, baik dengan
berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan
10
dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien selama
pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan dengan dengan
ruang tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat.
Setelah klien berada diruan pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien sampai
benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara periodic
mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat, sangat membantu klien dalam
proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan
hilang dalam beberapa minggu.
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan
mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga
meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka.
Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang
sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi
dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkandengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga
dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada
keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan tindakan pada keluarga
berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan
pada keluarga.
Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga
untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan atas nama anggotakeluarga
yang memiliki ketidakmampuan
Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu pada keluarga
dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan yang mencakup asuhan keperawatan
yang berpusat pada keluarga.
11
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap anggota
kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok
berasal dari berbagai latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar
dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik,
daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang lain
(Yalom,2005).
Peran Perawat
Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama pentingnya
dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan
aktif berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.
B. Terapi Spesialis
1. Guided Imagery
2. Music Intervention
12
khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak situasi di
mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam rencana perawatan pasien
(Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang otak, suhu tubuh,
pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang terjadi secara rutin,
berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik
memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi
menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres,
nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).
3. Humor
4. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional dengan
menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan meditasi. Teknik
pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan
menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan
aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013).
Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8 minggu diberikan
tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam mengurangi gejala gangguan
makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit
rangsangan terhadap makanan dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan efektivitas
yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologis
(Stuart, 2013).
13
5. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis, seperti detak jantung,
hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau dengan tujuan mengajarkan klien untuk
secara sadar mengatur proses tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/
neurofeedback adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan sinyal
electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang aktivitas neuron di korteks
serebral. Melalui pengkondisian operan atau belajar, klien diajarkan menggunakan informasi
tentang otak untuk mengubah atau meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).
6. Meditation
7. Prayer
Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan Tuhan,
komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger,
Van Uden, dan Janssen (2008) mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama
dengan Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan Tuhan. Doa
dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok, atau sebagai bagian dari iman atau
komunitas agama (Lindquist, 2014). Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan
efektivitas doa sebagai strategi koping. Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker
14
(2009) menyimpulkan bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi
antara agama dan kesejahteraan (Lindquist, 2014).
8. Journaling
Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif sering digunakan
secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman peristiwa dan pertemuan, sedangkan
journal berfungsi sebagai alat untuk merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008
dalam Lindquist, 2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi
seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka. Dalam penulisan
jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk penulisan ekspresif seperti
puisi, cerita, dan pesan memo adalah metode individu dapat menggunakan untuk
mengeksplorasi perasaan batin dan pikiran (Lindquist, 2014).
9. Storytelling
Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang diarahkan pada
tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewan sebagai bagian integral dari proses
pengobatan (American Veterinary Medical Association, 2012). Meskipun berbagai spesies
hewan dan keturunan, seperti kucing, burung, kelinci, kuda, dan lumba-lumba, yang terlibat
dalam AAT, anjing memiliki persentase tertinggi dari hewan yang digunakan untuk AAT
(Hart, 2000). Beberapa kunci dari AAT adalah: (a) tujuan dan sasaran tertentu yang
ditetapkan untuk setiap pasien, (b) mengukur kemajuan, (c) interaksi didokumentasikan.
Tujuan dirancang oleh seorang perawat, terapis okupasi, terapi fisik, konselor, dokter, atau
profesional perawatan kesehatan lainnya yang menggunakan AAT dalam proses pengobatan
(American Veterinary Medical Association, 2012). Sebuah tujuan fisik misalnya peningkatan
15
mobilitas dengan berjalan dengan anjing. Contoh tujuan kognitif termasuk peningkatan
ekspresi verbal (melalui interaksi normal dengan hewan) dan peningkatan memori jangka
panjang (melalui mengingat nama dan aktivitas hewan pada kunjungan terakhir).
11. Massage
Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert, 2002). Kata
Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti pijat (Goodall-Copestake, 1919).
Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu pertama yang menggunakan pijat. Dokter,
terapis fisik, terapis pijat, dan bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang
Yunani dan Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis fisik
menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit, merehabilitasi, dan
meningkatkan kinerja fisik bagi para atlet (Brummitt 2008).
Tai Chi yang berarti puncak tertinggi, adalah seni bela diri tradisional Cina (Koh, 1981)
dan latihan pikiran-tubuh. Teknik ini melibatkan serangkaian cairan, terus menerus, anggun,
postur yang menari, dan gerakan yang dikenal sebagai bentuk (Yang, 2010 dalam Lindquist,
2014). Ada beberapa gaya Tai Chi yang saat ini dipraktekkan; Chen (cepat dan lambat
gerakan besar), Yang (memperlambat gerakan besar), Wu (pertengahan mondar-mandir,
gerakan kompak), dan Sun (cepat, gerakan kompak) (Jou, 1983 dalam Lindquist, 2014).
Setiap gaya memiliki protokol karakteristik yang berbeda dari gaya lain dalam postur atau
bentuk, urutan gerakan, kecepatan, dan tingkat kesulitan.Namun memiliki prinsip-prinsip
dasar yang sama (Yang, 1991 dalam Lindquist, 2014).
Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi sebagai mekanisme
protektif terhadap stress yang menurunkan denyut nadi, metabolism laju pernafasan dann
tonus otot. Relaksasi adalah suatu kondisi untuk membebaskan fisik dan mental dari tekanan
atau stress. Teknik relaksasi memberikan kemapuan kepada individu untuk dapat mengontrol
dirinya sendiri ketika terjadi ketidak nyamanan atau nyeri dan memperbaiki keadaan fisik dan
stress emosional (Potter & Perry, 2002). Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat
(Sharon et. All, 2000 dikutip dari Wahyuni, 2002). Terapi pijat adalah terapi relaksasi dengan
memberikan tekanantekanan tertentu pada anggota badan.
16
Perawat dapat melakukan terapi pijat untuk mengatasi kondisi-kondisi ketidaknyamanan
yang dialami paien, diantaranya:
Rasa sakit
Pijat sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa pijat dapat mengurangi rasa sakit . Dalam review penelitian tentang
penggunaan pijat dan aromaterapi pada penderita kanker, Wang dan Keck (2004) melaporkan
berkurangnya rasa sakit pada pasien pasca operasi, dan Mok dan Woo (2004) menemukan
bahwa pijat juga dapat mengurangi rasa sakit pada pasien stroke.
Pada pasien dilakukan pijatan sebelum tidur sehingga meningkatkan relaksasi atau rasa
nyaman pada pasien, sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan mobilitas
17
Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis
Peran Perawat
15. Aromaterapi
Peran Perawat
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk membedakan di antara
berbagai produk botani yang mudah tersedia. Pasien sering bingung dengan pilihan yang
dapat digunakan , dan yang terpenting adalah bahwa perawat memahami perbedaan dari
kandungan dari minyak yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan untuk
keselamatan pasien. Perawat harus menyadari pedoman keselamatan umum untuk pendidikan
pasien dan dalam praktek. Ini termasuk:
Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut tidak stabil dan
sangat mudah terbakar.
Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar matahari; menggunakan
wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup wadah segera setelah digunakan. Minyak atsiri
dapat mengoksidasi pada suhu yang panas, cahaya, dan oksigen dan dapat mengubah
kandungan bahan kimianya
Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan tekstil, minyak
esensial murni juga dapat merusak bahan plastik. Lakukan tindakan pencegahan yang tepat.
18
Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan kecuali kita yakin
bahwa minyak esensial tersebut memang aman untuk anakanak dan hewan peliharaan.
Pelajari literatur berisi kasus efek samping atau kematian yang berhubungan dengan
penggunaan yang tidak benar atau tertelan pada anak-anak dan hewan peliharaan (Halicioglu,
Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat dari aromaterapis
terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis aromaterapi. Jika menggunakan minyak
esensial dalam percobaan klinis atau penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan kimia
harus diperoleh.
Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan benar, sensitifitas
dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini, minyak esensial yang masih tersisa harus
dihapus dengan minyak atau susu, dibilas dengan air, dan penggunaannya harus dihentikan.
Kebanyakan reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut; Namun, penyedia layanan
kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi nyeri/gatal parah yang berkelanjutan.
Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau pembawa minyak pertama
dan kemudian dengan air.
Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah, banyak digunakan untuk
pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit dan menjaga kesehatan
bisa digunakan pada banyak budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu. Sebagai
contoh, di sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit kayu dari willow tree
(genus Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan herbal, atau terapi nabati, terus
menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan dunia.
Peran Perawat
Perawat perlu mengkaji apakah pasien menggunakan ramuan herbal tertentu, selain
mengetahui jenis ramuan yang digunakan, dosis masing-masing ramuan, dan fungsi yang dari
ramuan tersebut, mengumpulkan informasi mengenai durasi penggunaan herbal juga akan
membantu dalam menilai pasien dan memberikan perawatan terbaik. Perawat juga perlu
19
untuk memberikan pemahaman pada pasien karena banyak kesalahan pemahaman tentang
obat herbal bahwa herbal tidak memiliki efek samping karena mereka alami. Namun, herbal
memang memiliki efek samping dan mungkin beracun atau beracun jika tidak digunakan
dengan tepat. Masalah lainnya adalah kebiasaan pasien menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai pengganti obat yang sudah diberikan oleh dokter.17. Functional Foods and
Nutraceuticals
Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata nutrisi dan farmasi.
Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice, nutraceuticals didefinisikan sebagai
"makanan, atau bagian dari makanan, yang berfungsi untuk pengobatan atau memiliki
manfaat untuk kesehatan, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit "(National
Nutraceutical Pusat, 2012).
Menurut Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5 (DSM - 5;
American Psychiatric Association, 2013), SAD dikategorikan dengan indikator depresi berat.
Pasien dengan SAD pengalaman episode utama depresi yang cenderung berulang pada waktu
tertentu dalam setahun (Amerika Psychiatric Association, 2013).
Semua budaya, baik kuno dan modern, telah mengembangkan beberapa bentuk terapi
sentuh sebagai bagian dari keinginan masyarakat untuk menyembuhkan dan perawatan untuk
banyak kondisi kesehatan. Bukti tertulis tertua penggunaan sentuhan untuk meningkatkan
20
penyembuhan berasal dari Asia lebih dari 5.000 tahun yang lalu (Hover-Kramer, Mentgen, &
ScandrettHibdon, 1996; Jackson & Keegan, 2009; Krieger, 1979). Dunia keperawatan telah
menggunakan sentuhan sepanjang sejarah dan perawat hari ini mengintegrasikan banyak
teknik sentuhan dalam prakteknya. Salah satu terapi ini adalah Healing Touch, yang sekarang
memiliki lebih dari 50.000 orang yang telah dilatih di seluruh dunia, dengan hampir 2.000
praktisi bersertifikat dan 200 bersertifikat instruktur selama 23 tahun terakhir (Healing Touch
Internasional, 2012a).
Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing. Selama
ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau sembuh terhadap
suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang
berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis.
Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi
koping, dan makna hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa
pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-
patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis
2013) menyatakan pentingnya mindividu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al
(2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan
21
lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan
proses recovery.
22
6. Jean Watson Interpersonal caring Caring merupakan prosedur dan
tugas penting; membangun
hubungan perawat-pasien
sehingga menghasilkan luaran
terapeutik (Watson, 2007).
Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan
pasien ganguan jiwa Terapi lingkungan(terapi Milleu) didefinisikan sebagai tujuan
penggunaan lingkungan untuk tujuan terapeutik. setiap interaksi dengan pasien terlihat
memiliki hasil yang berpotensi menguntungkan dalam mempromosikan fungsi optimal
(Wilson,1992)
Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan agar
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga
mengembangkan kemampuan hubungan social. Di dalam ruang perawatan yang bertugas
sebagai pemimpin terapi adalah perawat, dimana perawat harus menyesuaikan kegiatan
dengan tingkat umur pasien. Contohnya, kegiatan yang banyak mengeluarkan tenaga seperti
bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur
remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga seperti bermain
catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur
dewasa (orangtua).
23
2. Terapi kreasi seni
Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat, beberapa
diantaranya adalah:
Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh dengan
tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien.
Terapi musik
Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia
Terapi menggambar/melukis
Literatur/biblio therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan merupakan cara
untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma yang ada. Kegiatan dalam
terapi ini dapat berupa membaca seperti novel, bukubuku,majalah, dan kemudian bahan
bacaan didiskusikan bersama oleh para pasien.
3. Pet therapy
Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu melakukan
hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa kesepian, dan menyendiri.
Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat memberikan respon menyenangkan kepada
pasien dan sering kali digunakan pada pasien anak dengan autistic.
4. Plant therapy
Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu pasien
membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek yang
digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan.
24
c. Peran Keluarga dalam Terapi Lingkungan
25
ii. Peran dapat dijadikan sebagai mitra tim kesehatan yang diintegrasikan
dengan peran tenaga kesehatan dalam masyarakat.
4. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan ksehatan dasar:
i. Semua pemberi pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat yaitu praktik
pribadi dokter, bidan, perawat psikolog, dan semua sarana pelaynan
kesehatan (puskesmas dan balai pengobatan).
ii. Untuk itu diperlukan penyegaran dan peambahan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan jiwa komunitas bersama dengan pelayanan kesehatan
yang dilakukan
iii. Pelatihan yang perlu dilakukan adalah: konseling, deteksi dini dan
pengobatan segera, keperawtan iwa dasar.
5. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat:
i. Tim kesehatan terdiri atas: psikiater, psikolog klinik, dan perawat jiwa.
ii. Tim berkedudukan di tingkat Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
iii. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa di
daerah pelayanan kesehatan kabupaten/kota.
iv. Tim bergerak secara periodik ke tiap puskesmas untuk konsultasi,
survei, monitoring, dan evaluasi.
v. Pada saat tim mengunjungi puskesmas, maka penanggung jawab
pelayanan kesehatan jiwa dan komunitas di puskesmas akan
mengkonsultasikan kasus-kasus yang tidak berhasil atau melaporkan hasil
dan kemajuan pelayanan yang telah dilakukan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien keluarga,
tanggung jawab, kolaborasi antar disiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
26
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan memetakan permasalahan kesehatan
jiwa. Perawat membantu pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan
masalah dan meningkatkan fungsi kehidupannya.
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif penemuan kasus dini,
skrining, dan tindakan cepat. Perawat memberikan edukasi kesehatan jiwa individu
dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Perawat
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”. Memberikan asuhan
secara langsung, peran ini dilakukan dengan menggunakan konsep proses
keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilakukan adalah pengelolaan kasus, tindakan
keperawatan individu keluarga, kolaborasi dengan tim kesehatan. Melakukan
pemeriksaan langsung dari keluarga ke keluarga, dapat berkoordinasi dengan
masyarakat serta tokoh masyarakat.
Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan tindakan keperawatan
kesehatan jiwa. Merupakan pelayanan paripurna, mulai dari pelayanan kesehatan jiwa
spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus masyarakat. Selain itu, memberdayakan
seluruh potensi dan sumber daya masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang mandiri
dalam memelihara kesehatannya. Pelayanan kesehatan jiwa spesialistik dilaksanakan di
rumah sakit jiwa dengan berbagai penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP)
yang telah dikembangkan.
Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari pelayanan tingkat
kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus, hingga keluarga. Pelayanan ini dikenal
sebagai keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (community mental health nursing-CMHN).
Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini dimulai dari level lanjut (advance), menengah
27
(intermediate), dan dasar (basic). Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya masyarakat
dilaksanakan dalam bentuk pengembangan desa siaga sehat jiwa (DSSJ), serta melakukan
revitalisasi kader dengan membentuk kader kesehatan jiwa (KKJ) sebagai fasilitator
masyarakat dalam mengembangkan kesehatan jiwa masyarakat. Pada kelompok khussu dapat
dibentuk kelompok swadaya (self-help group-SHG) dan usaha kesehatan sekolah tentang
kesehatan jiwa (UKSJ).
Gambar 1 Model Pelayanan Kesehatan Jiwa oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa RI 2006
a. Pencegahan primer
Fokus pelaynan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan
jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelaynan yaitu
28
anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok
umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas yang dilakukan:
1. Memberikan edukasi kesehatan pada orang tua.
2. Pendidikan kesehatan mengatasi stres.
3. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan pasangan, pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal, yang
dapat disebabkan karena bencana.
4. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah.
5. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu bentuk
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.
b. Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini masalah
psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang berisiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
psikososial dan gangguan jiwa.
Aktivitas yang dilakukan:
1. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dan
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan langsung
2. Melakukan penjaringan kasus.
29
Gambar 4 Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan tersier
Pada level pencegahan ini dilakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data
fokus, merupakan deteksi awal masalah kesehatan jiwa di tingkat dasar. Fokus
pelayanan keperawtan di level pencegahan ini yaitu pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan dari
pencegahan tersier adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan yang
diakibatkan gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
mengalmai gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktivitas yang dilakukan:
1. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat
seperti sumber pendidikan dan dukungan masyarakat.
2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri.
3. Program sosialisasi.
30
Gambar 5 Pencegahan Tersier
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau
sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery
memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada
pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit
jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial,
pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.
Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan
pasien ganguan jiwa.Tujuan terapi lingkungan:meningkatkan pengalaman positif pasien
,meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain,menumbuhkan sikap
percaya pada orang lain, mempersiapkan diri kembali kemasyarakat,mencapai perubahan
yang positif. Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan :terapi rekreasi rekreasi,terapi kreasi seni,
pet therapy, plant therapy.
32
3.2 Saran
Sebagai masyarakat hendaklah kita menerima kembali orang dengan gangguan jiwa yang
telah sehat dan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial agar mereka merasa
berarti kembali dan sebagai seoarang perawat hendakalah kita memberiakan yang aman dan
nyaman pada pasien saat pemberian terapi agar yang diberiakan berjalan dengan baik.
33
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah, A. N. 2011. Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN). Jakarta: Nuha
Medika Universitas Indonesia.
34