Anda di halaman 1dari 34

COVER

MAKALAH

KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIROMENTAL SERTA


MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA

oleh:

Kelompok 5

Fera Handayani (2314314201215)

Shaumi Miftahul Rasyida (2314314201241)

Mohamad Kholid Juhana (2314313201231)

Nurhadi (2314314201234)

Wahyu Dwi Wulandari (2314314201249)

Heru Eko Susanto (2314314201254)

Otinia Mendofa (2314314201255)

Nurinda Diani (2314314201267)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah- Nya sehingga penulisan makalah tentang “Konsep Recovery dan Manajemen
Pelayanan Keperawatan Jiwa” dapat selesai tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini
sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan keperawatan.

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I PENDAHULUAN 5

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Konsep Recovery 7

2.2 Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan 7

2.3 Karakteristik Recovery 21

2.4 Model Recovery 21

2.5 Supportive Environment 23

2.6 Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan 23

2.7 Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa 25

2.7.1 Prinsip Keperawatan Jiwa Masyarakat 25

2.7.2 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dan Komunitas 26

2.7.3 Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat 27

2.7.4 Pelayanan Kesehatan Jiwa Profesional Komunitas 28

BAB III PENUTUP 32

3.1 Kesimpulan 32

3.2 Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 34

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Pelayanan Kesehatan Jiwa oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa RI 2006 28
Gambar 2 Level Perawatan dan Tindakan 28
Gambar 3 Pencegahan Primer 29
Gambar 4 Pencegahan Sekunder 30
Gambar 5 Pencegahan Tersier 31

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa sebagai bagian integral dari kesehatan merupakan perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, 2002).
Berbagai transformasi dan transisi berbagai bidang kehidupan mengakibatkan perubahan
gaya hidup, pola perilaku, dan tata nilai kehidupan.

Penyebab gangguan jiwa biasanya bukan karena faktor tunggal tetapi bisa dari badan
(somatogenik), lingkungan sosial (sosiogenik), dari psike (psikogenik), maupun kultural
(Maramis, 2009). Gejala gangguan jiwa meliputi gangguan penampilan dan perilaku,
gangguan bicara dan bahasa, gangguan proses berpikir, sensorium dan fungsi kognitif,
gangguan emosi/perasaan, gangguan persepsi, gangguan psikomotor, gangguan kemauan,
gangguan kepribadian, dan gangguan pola hidup (Maramis, 2009).

Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,
belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi
terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam
Stuart 2013).

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi komplementer untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien
dengan gangguan jiwa. Di samping itu terapi komplementer yang diberikan dapat
memberdayakan klien dalam memperkuat hubungan antarperawat dan klien dalam
meningkatkan proses pemulihan.

Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan
mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga
meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam
terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi,
penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan.

1.2 Rumusan Masalah

5
1. Apa yang dimaksud dengan recovery?
2. Bagaimana peran perawat pada pemberian terapi recovery?
3. Bagaimana karakteristik recovery?
4. Apa saja model recovery pada keperawatan jiwa?
5. Apa yang dimaksud dengan supportive environment?
6. Apa saja jenis-jenis kegiatan supportive environment

1.3 Tujuan

1. Untuk mempelajari definisi recovery.


2. Untuk mempelajari peran perawat pada pemberian terapi recovery.
3. Untuk mempelajari karakteristik recovery.
4. Untuk mempelajari model recovery.
5. Untuk mempelajari definisi supportive environment.
6. Untuk mempelajari jenis-jenis kegiatan supportive environment.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Recovery

Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di
komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam
Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,
belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap
penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada
diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap
individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orangorang yang
sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan
melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong
seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang
bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013).

Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi :


tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit,
tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan
penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan
dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang
meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan
teman sejawat, manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini
juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan
komunitas (Stuart, 2013).

2.2 Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan

7
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan
potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan
berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.

Dalam pemberian terapi perawat sebagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi
yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi
yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi tambahan
dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik
keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman,
hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif
komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan
gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat
hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).A.
Terapi Generalis

1. Terapi Psikofarmakologi

Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam menangani


penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri dalam menangani
masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit.
Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam
merawat individu dan gangguan jiwa.

Peran perawat dalam psikofarmakologi

a. Pengkajian Klien

Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian dasar klien
termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian
social budaya dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap
klien sebelum diberikan pengobatan.

8
b. Kordinasi Tritmen Modalitas

Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang komprehensif.
Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifatindividu dan merupakan gambaran
dari rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab
utama perawat yang bersamasama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai
bagian dari tim pelayanan kesehatan.

c. Pemberian Obat

Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam mendapatkan


pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan
jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian
obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat.

d. Monitor Efek Obat

Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam
memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap target
gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan
mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap
perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam
jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat
pada klien.

e. Edukasi Pengobatan

Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien
dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi
tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat
psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap
regimen terapi obat.

2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)

Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali dilakukan pada
tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika diyakini bahwa klien epilepsy

9
jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan
skizofrenia.

Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang cukup berat
melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan memeberikan arus listrik
melalui elektroda yang dipasang pada klien (Mankedet al,2010).

ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi
dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal tritmen sukses,
pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama
setelah remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang
secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001).

Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011). Beberapa ahli
menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang
bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk
sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga
terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan Boschini,2009).

Peran perawat

Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT. Peran ini
meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan.
Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT
merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan
kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait
dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan
keluarga, mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk
memahami penjelasan yang diberikan.

Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini


meliputi peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes
laboratorium telah ditangani, dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan telah memadai dan berfungsi.

Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen, baik dengan
berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan

10
dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien selama
pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien.

Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan dengan dengan
ruang tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat.
Setelah klien berada diruan pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien sampai
benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara periodic
mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat, sangat membantu klien dalam
proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan
hilang dalam beberapa minggu.

3. Terapi Tindakan Pada Keluarga

Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan
mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga
meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka.

Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang
sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi
dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkandengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga
dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional.

Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada
keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan tindakan pada keluarga
berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan
pada keluarga.

Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga
untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan atas nama anggotakeluarga
yang memiliki ketidakmampuan

Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu pada keluarga
dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan yang mencakup asuhan keperawatan
yang berpusat pada keluarga.

Ilmu tindakan keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan dengan


penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.

4. Iktisas Terapi Kelompok

11
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap anggota
kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok
berasal dari berbagai latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar
dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik,
daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang lain
(Yalom,2005).

Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki tujuan


kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat dalam mengidentifikasi
hubungan destruktif dan mengubah perilaku maladaptive mereka.

Peran Perawat

Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan mempelajari


kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan. Pemimpin harus selalu
memantau kelompok dan bila diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya.

Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama pentingnya
dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan
aktif berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.

B. Terapi Spesialis

1. Guided Imagery

Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan memandu


imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk mengurangi stres dan
meningkatkan kenyaman serta suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki
tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang lebih
rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo dan Kolcaba, 2009).
Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan
kanker adalah dua kondisi di mana teknik imagery telah membantu baik pada orang dewasa
ataupun anak-anak (Lindquist, 2014).

2. Music Intervention

Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk


memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, terapis
musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara

12
khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak situasi di
mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam rencana perawatan pasien
(Lindquist, 2014).

Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang otak, suhu tubuh,
pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang terjadi secara rutin,
berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik
memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi
menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres,
nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).

3. Humor

Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama antara komedi-klub


humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan humor terapi sebagai terapi
komplementer harus jelas untuk kepentingan klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat
sebagai kepuasan pribadi atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012 dalam
Lindquist, 2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap intervensi yang
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan merangsang ekspresi. Intervensi ini
dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi komplementer, memfasilitasi penyembuhan
atau mengatasi baik fisik, emosi, kognitif, sosial, dan spiritual" (AATH, 2000 dalam
Lindquist, 2014).

4. Yoga

Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional dengan
menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan meditasi. Teknik
pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan
menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan
aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013).

Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8 minggu diberikan
tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam mengurangi gejala gangguan
makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit
rangsangan terhadap makanan dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan efektivitas
yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologis
(Stuart, 2013).

13
5. Biofeedback

Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis, seperti detak jantung,
hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau dengan tujuan mengajarkan klien untuk
secara sadar mengatur proses tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/
neurofeedback adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan sinyal
electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang aktivitas neuron di korteks
serebral. Melalui pengkondisian operan atau belajar, klien diajarkan menggunakan informasi
tentang otak untuk mengubah atau meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).

Perawat profesional ideal untuk memberikan biofeedback karena pengetahuannya


tentang fisiologi, psikologi, kesehatan dan penyakit di negaranya. Perawat menggunakan
biofeedback harus disertifikasi oleh Sertifikasi Biofeedback International Alliance (BCIA,
www.bcia.org), yang menawarkan sertifikasi dalam biofeedback umum, neurofeedback, dan
biofeedback disfungsi otot panggul (Lindquist, 2014).

6. Meditation

Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus pada


pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran dan perasaan yang
dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati pengalaman membuat
tujuan, tidak menghakimi, serta menerima cara dan menemukan sifat yang lebih dalam dari
pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam Stuart, 2013). Praktik meditasi harus diawasi pada
klien dengan masalah kesehatan jiwa tertentu karena terapi ini memiliki potensi untuk
menginduksi tingkat kesadaran tertentu. Pendekatan meditasi yang berbeda dapat
menghasilkan efek merangsang yang dapat membangkitkan mania pada klien bipolar (Stuart,
2013).

7. Prayer

Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan Tuhan,
komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger,
Van Uden, dan Janssen (2008) mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama
dengan Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan Tuhan. Doa
dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok, atau sebagai bagian dari iman atau
komunitas agama (Lindquist, 2014). Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan
efektivitas doa sebagai strategi koping. Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker

14
(2009) menyimpulkan bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi
antara agama dan kesejahteraan (Lindquist, 2014).

8. Journaling

Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif sering digunakan
secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman peristiwa dan pertemuan, sedangkan
journal berfungsi sebagai alat untuk merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008
dalam Lindquist, 2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi
seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka. Dalam penulisan
jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk penulisan ekspresif seperti
puisi, cerita, dan pesan memo adalah metode individu dapat menggunakan untuk
mengeksplorasi perasaan batin dan pikiran (Lindquist, 2014).

9. Storytelling

Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita


(Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar atau fiktif, dalam bentuk
prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik, menghibur, atau menginstruksikan pendengar
atau pembaca. Penggunaan cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan, dan pendidikan
tidak terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa hidup untuk
berbagai tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga dan dapat membantu anggota
dalam memasuki makna dari masa lalu, sekarang, dan masa depan serta membantu pasien
untuk "membuat makna" dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014).

10. Animal- Assisted Therapy

Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang diarahkan pada
tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewan sebagai bagian integral dari proses
pengobatan (American Veterinary Medical Association, 2012). Meskipun berbagai spesies
hewan dan keturunan, seperti kucing, burung, kelinci, kuda, dan lumba-lumba, yang terlibat
dalam AAT, anjing memiliki persentase tertinggi dari hewan yang digunakan untuk AAT
(Hart, 2000). Beberapa kunci dari AAT adalah: (a) tujuan dan sasaran tertentu yang
ditetapkan untuk setiap pasien, (b) mengukur kemajuan, (c) interaksi didokumentasikan.
Tujuan dirancang oleh seorang perawat, terapis okupasi, terapi fisik, konselor, dokter, atau
profesional perawatan kesehatan lainnya yang menggunakan AAT dalam proses pengobatan
(American Veterinary Medical Association, 2012). Sebuah tujuan fisik misalnya peningkatan

15
mobilitas dengan berjalan dengan anjing. Contoh tujuan kognitif termasuk peningkatan
ekspresi verbal (melalui interaksi normal dengan hewan) dan peningkatan memori jangka
panjang (melalui mengingat nama dan aktivitas hewan pada kunjungan terakhir).

11. Massage

Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert, 2002). Kata
Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti pijat (Goodall-Copestake, 1919).
Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu pertama yang menggunakan pijat. Dokter,
terapis fisik, terapis pijat, dan bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang
Yunani dan Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis fisik
menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit, merehabilitasi, dan
meningkatkan kinerja fisik bagi para atlet (Brummitt 2008).

12. Tai Chi

Tai Chi yang berarti puncak tertinggi, adalah seni bela diri tradisional Cina (Koh, 1981)
dan latihan pikiran-tubuh. Teknik ini melibatkan serangkaian cairan, terus menerus, anggun,
postur yang menari, dan gerakan yang dikenal sebagai bentuk (Yang, 2010 dalam Lindquist,
2014). Ada beberapa gaya Tai Chi yang saat ini dipraktekkan; Chen (cepat dan lambat
gerakan besar), Yang (memperlambat gerakan besar), Wu (pertengahan mondar-mandir,
gerakan kompak), dan Sun (cepat, gerakan kompak) (Jou, 1983 dalam Lindquist, 2014).
Setiap gaya memiliki protokol karakteristik yang berbeda dari gaya lain dalam postur atau
bentuk, urutan gerakan, kecepatan, dan tingkat kesulitan.Namun memiliki prinsip-prinsip
dasar yang sama (Yang, 1991 dalam Lindquist, 2014).

13. Terapi Relaksasi (Terapi Pijat)

Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi sebagai mekanisme
protektif terhadap stress yang menurunkan denyut nadi, metabolism laju pernafasan dann
tonus otot. Relaksasi adalah suatu kondisi untuk membebaskan fisik dan mental dari tekanan
atau stress. Teknik relaksasi memberikan kemapuan kepada individu untuk dapat mengontrol
dirinya sendiri ketika terjadi ketidak nyamanan atau nyeri dan memperbaiki keadaan fisik dan
stress emosional (Potter & Perry, 2002). Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat
(Sharon et. All, 2000 dikutip dari Wahyuni, 2002). Terapi pijat adalah terapi relaksasi dengan
memberikan tekanantekanan tertentu pada anggota badan.

C. Peran Perawat Dalam Terapi Pijat

16
Perawat dapat melakukan terapi pijat untuk mengatasi kondisi-kondisi ketidaknyamanan
yang dialami paien, diantaranya:

Rasa sakit

Pijat sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa pijat dapat mengurangi rasa sakit . Dalam review penelitian tentang
penggunaan pijat dan aromaterapi pada penderita kanker, Wang dan Keck (2004) melaporkan
berkurangnya rasa sakit pada pasien pasca operasi, dan Mok dan Woo (2004) menemukan
bahwa pijat juga dapat mengurangi rasa sakit pada pasien stroke.

Mengatasi masalah istirahat tidur

Pada pasien dilakukan pijatan sebelum tidur sehingga meningkatkan relaksasi atau rasa
nyaman pada pasien, sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang.

14. Exercise (Olah Raga)

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang bertujuan untuk


pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine, 2006). Secara umum pengertian
olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Latihan fisik sangat
bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya:

Mengurangi risiko kematian dini

Mengurangi risiko kematian dini akibat penyakit jantung

Mengurangi risiko diabetes tipe 2

Mengurangi risiko tekanan darah tinggi

Mengurangi tekanan darah tinggi pada individu hipertensi

Mengurangi risiko kanker usus

Mengurangi perasaan gelisah dan putus asa

Membantu dalam mengontrol berat badan

Membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot, sendi, dan tulang

Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan mobilitas

17
Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis

Peran Perawat

Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang pentingnya berolahraga, perawat


juga dapat selalu memotivasi pasien untuk dapat melakukan olah raga rutin sesuai kondisi
pasien. Perawat dapat membantu pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk
menentukan olahraga apa yang tepat dengan kondisi pasien dan dapat pasien lakukan secara
mandiri.

15. Aromaterapi

Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak esensial untuk


tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas, definisi yang konsisten dengan
praktik keperawatan holistik. Institute Cancer Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai
"penggunaan terapi menggunakan minyak dari bunga, tumbuhtumbuhan, dan pohon-pohon
untuk perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan "(National Cancer Institute
[NCI], 2012).

Peran Perawat

Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk membedakan di antara
berbagai produk botani yang mudah tersedia. Pasien sering bingung dengan pilihan yang
dapat digunakan , dan yang terpenting adalah bahwa perawat memahami perbedaan dari
kandungan dari minyak yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan untuk
keselamatan pasien. Perawat harus menyadari pedoman keselamatan umum untuk pendidikan
pasien dan dalam praktek. Ini termasuk:

Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut tidak stabil dan
sangat mudah terbakar.

Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar matahari; menggunakan
wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup wadah segera setelah digunakan. Minyak atsiri
dapat mengoksidasi pada suhu yang panas, cahaya, dan oksigen dan dapat mengubah
kandungan bahan kimianya

Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan tekstil, minyak
esensial murni juga dapat merusak bahan plastik. Lakukan tindakan pencegahan yang tepat.

18
Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan kecuali kita yakin
bahwa minyak esensial tersebut memang aman untuk anakanak dan hewan peliharaan.
Pelajari literatur berisi kasus efek samping atau kematian yang berhubungan dengan
penggunaan yang tidak benar atau tertelan pada anak-anak dan hewan peliharaan (Halicioglu,

Astarcioglu, Yaprak, & Aydinlioglu, 2011).

Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat dari aromaterapis
terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis aromaterapi. Jika menggunakan minyak
esensial dalam percobaan klinis atau penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan kimia
harus diperoleh.

Perawatan khusus diperlukan bila menggunakan minyak esensial pada orang-orang


yang memiliki riwayat asma yang parah atau beberapa alergi.

Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan benar, sensitifitas
dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini, minyak esensial yang masih tersisa harus
dihapus dengan minyak atau susu, dibilas dengan air, dan penggunaannya harus dihentikan.
Kebanyakan reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut; Namun, penyedia layanan
kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi nyeri/gatal parah yang berkelanjutan.

Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau pembawa minyak pertama
dan kemudian dengan air.

16. Obat herbal

Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah, banyak digunakan untuk
pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit dan menjaga kesehatan
bisa digunakan pada banyak budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu. Sebagai
contoh, di sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit kayu dari willow tree
(genus Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan herbal, atau terapi nabati, terus
menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan dunia.

Peran Perawat

Perawat perlu mengkaji apakah pasien menggunakan ramuan herbal tertentu, selain
mengetahui jenis ramuan yang digunakan, dosis masing-masing ramuan, dan fungsi yang dari
ramuan tersebut, mengumpulkan informasi mengenai durasi penggunaan herbal juga akan
membantu dalam menilai pasien dan memberikan perawatan terbaik. Perawat juga perlu

19
untuk memberikan pemahaman pada pasien karena banyak kesalahan pemahaman tentang
obat herbal bahwa herbal tidak memiliki efek samping karena mereka alami. Namun, herbal
memang memiliki efek samping dan mungkin beracun atau beracun jika tidak digunakan
dengan tepat. Masalah lainnya adalah kebiasaan pasien menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai pengganti obat yang sudah diberikan oleh dokter.17. Functional Foods and
Nutraceuticals

Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata nutrisi dan farmasi.
Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice, nutraceuticals didefinisikan sebagai
"makanan, atau bagian dari makanan, yang berfungsi untuk pengobatan atau memiliki
manfaat untuk kesehatan, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit "(National
Nutraceutical Pusat, 2012).

Kategori nutraceutical termasuk suplemen makanan seperti Ginkgo biloba, makanan


fungsional seperti produk susu, dan makanan makanan lainnya yang nantinya dapat di
tambahkan dengan nutraceuticals (National Nutraceutical Pusat, 2012). Nutraceuticals adalah
makanan yang menawarkan manfaat bagi kesehatan (Haller, 2010).

18. Terapi Cahaya

Terapi cahaya didefinisikan sebagai paparan yang dilakukan dengan menggunakan


spektrum cahaya atau cahaya terang untuk mengobati kondisi seperti gangguan afektif
musiman atau seasonal affective disorder (SAD). Terapi ini berbeda dengan fototerapi , yang
digunakan untuk mengobati kondisi seperti hiperbilirubinemia atau psoriasis (Lam, 1998).
Gangguan afektif musiman (SAD) merupakan gangguan mood yang sering terjadi pada saat
musim dingin yang gelap dan biasanya menghilang dengan sendirinya saat musim semi dan
dapat terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun.

Menurut Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5 (DSM - 5;
American Psychiatric Association, 2013), SAD dikategorikan dengan indikator depresi berat.
Pasien dengan SAD pengalaman episode utama depresi yang cenderung berulang pada waktu
tertentu dalam setahun (Amerika Psychiatric Association, 2013).

19. Healing Touch

Semua budaya, baik kuno dan modern, telah mengembangkan beberapa bentuk terapi
sentuh sebagai bagian dari keinginan masyarakat untuk menyembuhkan dan perawatan untuk
banyak kondisi kesehatan. Bukti tertulis tertua penggunaan sentuhan untuk meningkatkan

20
penyembuhan berasal dari Asia lebih dari 5.000 tahun yang lalu (Hover-Kramer, Mentgen, &
ScandrettHibdon, 1996; Jackson & Keegan, 2009; Krieger, 1979). Dunia keperawatan telah
menggunakan sentuhan sepanjang sejarah dan perawat hari ini mengintegrasikan banyak
teknik sentuhan dalam prakteknya. Salah satu terapi ini adalah Healing Touch, yang sekarang
memiliki lebih dari 50.000 orang yang telah dilatih di seluruh dunia, dengan hampir 2.000
praktisi bersertifikat dan 200 bersertifikat instruktur selama 23 tahun terakhir (Healing Touch
Internasional, 2012a).

2.3 Karakteristik Recovery

1. Peran dan fungsi keperawatan jiwa yang kompeten


2. Hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien
3. Konsep model keperawtaan jiwa
4. Model stress adaptasi dalam keperawatan jiwa
5. Keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa
6. Keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa
7. Keadaan-keadaan social budaya dalam keperawatan jiwa
8. Keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa
9. Keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa
10. Penatalaksanaan proses keperawatan dengan standar-standar keperawatan
11. Aktualisasi peran perawatan jiwa melalui standar penampilan standar-standar
professional.

2.4 Model Recovery

Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing. Selama
ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau sembuh terhadap
suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang
berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis.

Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi
koping, dan makna hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa
pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-
patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis
2013) menyatakan pentingnya mindividu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al
(2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan

21
lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan
proses recovery.

No Theorist Model/Teori Fokus Keperawatan


.
1. Dorothy Johnson Behavioral sustem Membantu pasien kembali pada
keadaan seimbang ketika
mengalami stres melalui
pengurangan atau
menghilangkan sumber stres
dan mendukung proses adaptif
(Johnson, 1980).
2. Imogene King Goal attainment Membangun hubungan
interpersonal dan membantu
pasien untuk mencapai
tujuannya berdasarkan
pernannya dalam konteks sosial
(King, 1981).
3. Betty Neuman System model Membangun hubugnan perawat-
pasien untuk membantu
menghadapi respon stres
(Neuman, 1982).
4. Dorothes Orem Self-care deficit Mengatasi defisit perawatan diri
dan mendorong pasien untuk
terlibat secara aktif dalam
perawatan diri mereka (Orem,
2001).
5. Hildegard Peplau Interpersonal relations Menggunakan hubungan
interpersonal sebagai alat
terapeutik untuk
menyembuhkan dan
mengurangi kecemasan (Peplau,
1992).

22
6. Jean Watson Interpersonal caring Caring merupakan prosedur dan
tugas penting; membangun
hubungan perawat-pasien
sehingga menghasilkan luaran
terapeutik (Watson, 2007).

2.5 Supportive Environment

a. Pengertian Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan
pasien ganguan jiwa Terapi lingkungan(terapi Milleu) didefinisikan sebagai tujuan
penggunaan lingkungan untuk tujuan terapeutik. setiap interaksi dengan pasien terlihat
memiliki hasil yang berpotensi menguntungkan dalam mempromosikan fungsi optimal
(Wilson,1992)

b. Tujuan Terapi Lingkungan

- Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan


mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
- Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain.
- Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain.

2.6 Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan

1. Terapi Rekreasi rekreasi

Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan agar
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga
mengembangkan kemampuan hubungan social. Di dalam ruang perawatan yang bertugas
sebagai pemimpin terapi adalah perawat, dimana perawat harus menyesuaikan kegiatan
dengan tingkat umur pasien. Contohnya, kegiatan yang banyak mengeluarkan tenaga seperti
bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur
remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga seperti bermain
catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur
dewasa (orangtua).

23
2. Terapi kreasi seni

Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat, beberapa
diantaranya adalah:

Dance therapy / menari

Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh dengan
tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien.

Terapi musik

Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia

Terapi menggambar/melukis

Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien untuk


mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi ini juga dapat
membantu menurunkan keteganggan dan pasien dapat memusatkan pikiran pada kegiatan.

Literatur/biblio therapy

Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan merupakan cara
untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma yang ada. Kegiatan dalam
terapi ini dapat berupa membaca seperti novel, bukubuku,majalah, dan kemudian bahan
bacaan didiskusikan bersama oleh para pasien.

3. Pet therapy

Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu melakukan
hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa kesepian, dan menyendiri.
Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat memberikan respon menyenangkan kepada
pasien dan sering kali digunakan pada pasien anak dengan autistic.

4. Plant therapy

Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu pasien
membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek yang
digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan.

24
c. Peran Keluarga dalam Terapi Lingkungan

1. Keluarga harus memiliki pengetahuan, pengalaman tentang kejiwaan dan


gangguan serta terapi agar pasien mendapatkan kebutuhan yang terbaik.
2. Komunikasi terbuka antara penderita dan anggota keluarga.
3. Keluarga juga harus bersikap bersahabat atau berteman.
4. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.

d. Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan

1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.


2. Menyelenggarakan proses sosialisasi.
3. Sebagai teknis perawatan.
4. Sebagaileader atau pengelola.

2.7 Manajemen Pelayanan Keperawatan Jiwa

2.7.1 Prinsip Keperawatan Jiwa Masyarakat

1. Pelayanan keperawatan yang komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada:


i. Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat.
ii. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami
masalah psikososial dan gangguan jiwa.
iii. Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses
pemulihan.
2. Pelayanan keperawatan yang holistik yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek
bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual. Perawatan mandiri individu dan keluarga:
i. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri
memelihara kesehatan jiwanya.
ii. Pentingnya pemberdayaan keluarga
iii. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan
masyarakat dalam masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai
masalah psikososial, dan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa.
3. Pelayanan formal dan informal di luar sektor kesehatan:
i. Tokoh masyarakat, kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan
kesehatan merupakan target pelaynan kesehatan jiwa.

25
ii. Peran dapat dijadikan sebagai mitra tim kesehatan yang diintegrasikan
dengan peran tenaga kesehatan dalam masyarakat.
4. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan ksehatan dasar:
i. Semua pemberi pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat yaitu praktik
pribadi dokter, bidan, perawat psikolog, dan semua sarana pelaynan
kesehatan (puskesmas dan balai pengobatan).
ii. Untuk itu diperlukan penyegaran dan peambahan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan jiwa komunitas bersama dengan pelayanan kesehatan
yang dilakukan
iii. Pelatihan yang perlu dilakukan adalah: konseling, deteksi dini dan
pengobatan segera, keperawtan iwa dasar.
5. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat:
i. Tim kesehatan terdiri atas: psikiater, psikolog klinik, dan perawat jiwa.
ii. Tim berkedudukan di tingkat Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
iii. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa di
daerah pelayanan kesehatan kabupaten/kota.
iv. Tim bergerak secara periodik ke tiap puskesmas untuk konsultasi,
survei, monitoring, dan evaluasi.
v. Pada saat tim mengunjungi puskesmas, maka penanggung jawab
pelayanan kesehatan jiwa dan komunitas di puskesmas akan
mengkonsultasikan kasus-kasus yang tidak berhasil atau melaporkan hasil
dan kemajuan pelayanan yang telah dilakukan.

2.7.2 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dan Komunitas

ANA mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi


praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri yang bermanfaaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa
terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.

Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien keluarga,
tanggung jawab, kolaborasi antar disiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.

Peran perawat kesehatan jiwa dipaparkan sebagai berikut:

26
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan memetakan permasalahan kesehatan
jiwa. Perawat membantu pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan
masalah dan meningkatkan fungsi kehidupannya.
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif penemuan kasus dini,
skrining, dan tindakan cepat. Perawat memberikan edukasi kesehatan jiwa individu
dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Perawat
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan keluarga.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”. Memberikan asuhan
secara langsung, peran ini dilakukan dengan menggunakan konsep proses
keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilakukan adalah pengelolaan kasus, tindakan
keperawatan individu keluarga, kolaborasi dengan tim kesehatan. Melakukan
pemeriksaan langsung dari keluarga ke keluarga, dapat berkoordinasi dengan
masyarakat serta tokoh masyarakat.

2.7.3 Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan tindakan keperawatan
kesehatan jiwa. Merupakan pelayanan paripurna, mulai dari pelayanan kesehatan jiwa
spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus masyarakat. Selain itu, memberdayakan
seluruh potensi dan sumber daya masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang mandiri
dalam memelihara kesehatannya. Pelayanan kesehatan jiwa spesialistik dilaksanakan di
rumah sakit jiwa dengan berbagai penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP)
yang telah dikembangkan.

Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan kesehatan jiwa yang


dilaksanakan di rumah sakit umum. Pelayanan ini berbentuk unit perawatan intensif kejiwaan
(psychiatric intensive care unit-PICU) dan konsultan penghubung keperawatan kesehatan
mental (consultant liaison mental health nursing-CLMHN). Unit psikiatri di rumah sakit
umum merupakan sarana pelayanan keperawatan kesehatan jiwa jangka pendek (short term
hospitalization), sedangkan CLMHN merupakan sarana merawat pasien gangguan fisik
umum yang mengalami masalah psikososial.

Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari pelayanan tingkat
kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus, hingga keluarga. Pelayanan ini dikenal
sebagai keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (community mental health nursing-CMHN).
Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini dimulai dari level lanjut (advance), menengah

27
(intermediate), dan dasar (basic). Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya masyarakat
dilaksanakan dalam bentuk pengembangan desa siaga sehat jiwa (DSSJ), serta melakukan
revitalisasi kader dengan membentuk kader kesehatan jiwa (KKJ) sebagai fasilitator
masyarakat dalam mengembangkan kesehatan jiwa masyarakat. Pada kelompok khussu dapat
dibentuk kelompok swadaya (self-help group-SHG) dan usaha kesehatan sekolah tentang
kesehatan jiwa (UKSJ).

Gambar 1 Model Pelayanan Kesehatan Jiwa oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa RI 2006

Gambar 2 Level Perawatan dan Tindakan

2.7.4 Pelayanan Kesehatan Jiwa Profesional Komunitas

a. Pencegahan primer
Fokus pelaynan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan
jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelaynan yaitu

28
anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok
umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas yang dilakukan:
1. Memberikan edukasi kesehatan pada orang tua.
2. Pendidikan kesehatan mengatasi stres.
3. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan pasangan, pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal, yang
dapat disebabkan karena bencana.
4. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah.
5. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu bentuk
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.

Gambar 3 Pencegahan Primer

b. Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini masalah
psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang berisiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah
psikososial dan gangguan jiwa.
Aktivitas yang dilakukan:
1. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dan
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan langsung
2. Melakukan penjaringan kasus.

29
Gambar 4 Pencegahan Sekunder

c. Pencegahan tersier
Pada level pencegahan ini dilakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data
fokus, merupakan deteksi awal masalah kesehatan jiwa di tingkat dasar. Fokus
pelayanan keperawtan di level pencegahan ini yaitu pada peningkatan fungsi dan
sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan dari
pencegahan tersier adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan yang
diakibatkan gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
mengalmai gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktivitas yang dilakukan:
1. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di masyarakat
seperti sumber pendidikan dan dukungan masyarakat.
2. Program rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri.
3. Program sosialisasi.

30
Gambar 5 Pencegahan Tersier

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi


yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas
yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa
dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang
bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri. Sejumlah
praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi : tritmen asertif
komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk
mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi
keluarga, manajemen pengobatan. Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam
memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala
yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang
memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam
meningkatkan proses pemulihan.

Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau
sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery
memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada
pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit
jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial,
pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.

Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan
pasien ganguan jiwa.Tujuan terapi lingkungan:meningkatkan pengalaman positif pasien
,meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain,menumbuhkan sikap
percaya pada orang lain, mempersiapkan diri kembali kemasyarakat,mencapai perubahan
yang positif. Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan :terapi rekreasi rekreasi,terapi kreasi seni,
pet therapy, plant therapy.

32
3.2 Saran

Sebagai masyarakat hendaklah kita menerima kembali orang dengan gangguan jiwa yang
telah sehat dan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial agar mereka merasa
berarti kembali dan sebagai seoarang perawat hendakalah kita memberiakan yang aman dan
nyaman pada pasien saat pemberian terapi agar yang diberiakan berjalan dengan baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Herman, A. S. D. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan 1. Yoygyakarta:

Khasanah, A. N. 2011. Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN). Jakarta: Nuha
Medika Universitas Indonesia.

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A


Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIER.

34

Anda mungkin juga menyukai