EMERGENCY DEPARTMENT
Edisi 1 - 2013
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya buku Siloam
Emergency Department Guidelines ini. Adapun tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk
kepentingan standarisasi Emergency Department (ED) seluruh unit Siloam Hospitals.
Buku ini berisi tentang pedoman yang diperlukan dalam merancang dan menjalankan
sebuah ED pada umumnya, dan khususnya untuk ED Siloam Hospitals, mulai dari
dasar-dasar hukum penyelenggaraan, struktur organisasi, aspek sumber daya manusia,
pedoman perencanaan bangunan dan pengadaan fasilitas, perlengkapan maupun
sistemnya, penjelasan mengenai alur pasien ED, kebijakan tarif dan SOP yang berlaku
di Siloam Hospitals, juga dari segi Quality & Risk, hingga aspek etika, medikolegal,
hingga pemasaran dan media handling.
Besar harapan kami agar buku ini dapat menjadi panduan bagi seluruh pihak yang
berkontribusi dalam operasional ED di setiap unit Siloam Hospitals, sehingga proses
standarisasi ini dapat terwujud dengan baik.
Terima kasih yang sebesar-besarnya, kami haturkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun buku ini. Kami pun mengharapkan masukan maupun
kritik dari seluruh pihak untuk menyempurnakan buku ini demi kemajuan ED Siloam
Hospitals dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia.
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 6
2.4.1 Head of ED 11
2.4.3 RMO 13
2.5.2 RMO 24
3.1.1 Pendahuluan 27
3.1.13 Keamanan 49
3.2 Ambulans 50
4.6.2 Bioetika 57
4.6.3 Medikolegal 60
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
Sebuah ED dapat berfungsi dengan tersedianya tenaga kerja yang memadai dari
segi jumlah dan segi kompetensi, antara lain:
Head of ED
RMO ED
Head Nurse
Staff Nurse
Ward clerk/HCA
Ambulance Driver
2.4.1 Head of ED
2.5.2 RMO
Jadwal jaga RMO mengikuti jadwal yang telah ditentukan oleh masing-
masing unit.
Fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut Sarana, Prasarana maupun Alat
(baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.
Sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun teraba
oleh panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya)
merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.
Prasarana adalah benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada
bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3.1.1 Pendahuluan
Emergency Department (ED) adalah satuan klinis inti dari sebuah rumah
sakit. Citra rumah sakit di masyarakat dan tingkat kepuasan pasien
sangat dipengaruhi oleh pengalaman seorang pasien yang datang ke ED
rumah sakit tersebut.
ED berfungsi untuk:
Melakukan triage.
Memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Stabilisasi pasien.
Siap menerima dan menangani korban bencana.
Area – area fungsional yang harus ada dalam sebuah ED adalah sebagai
berikut:
Ambulans dan jalur masuknya:
o Siloam Tipe A: ≥ 3 ambulans
o Siloam Tipe B : ≥ 2 ambulans
o RSUS : ≥ 2 ambulans
Area penerimaan/Triage/Ruang Tunggu
Area administrasi
1 Ruang Resusitasi, dengan jumlah tempat tidur:
o Siloam Tipe A: 4 tempat tidur
o Siloam Tipe B : 3 tempat tidur
o RSUS : 2 tempat tidur
1 Ruang Tindakan, dengan jumlah tempat tidur:
o Siloam Tipe A: 2 tempat tidur
o Siloam Tipe B : 1 tempat tidur
o RSUS : 1 tempat tidur
1 Ruang Observasi, dengan jumlah tempat tidur:
o Siloam Tipe A: 8 tempat tidur
o Siloam Tipe B : 5 tempat tidur
o RSUS : 3 tempat tidur
Ruang kerja staff
Area khusus:
o Ruang isolasi
o Ruang tutorial (hanya untuk Siloam Tipe A)
o Ruang penyimpanan (Clean utility, obat-obatan,
consumables)
o Dirty utility
o Kamar mandi/Toilet
o Ruang staff
o Janitor
EMERGENCY DEPARTMENT
Direct Access Rapid Access Access
Ambulans Area parkir Rawat inap
Radiologi (connecting) Helipad (Siloam Tipe A) LDS (Kamar bersalin)
Kamar operasi Unit dialisis
Cardiac Care Unit Farmasi
Intensive Care Unit Unit endoskopi
Cath lab Rawat jalan
Laboratorium Kamar jenazah
Bank darah
Rekam medis
a. Radiologi
ED harus memiliki akses langsung ke bagian Radiologi dan
memberikan pelayanan 24 jam.
b. Rekam Medis
Sebaiknya ada akses 24 jam ke bagian rekam medis, sehingga
riwayat medis pasien dapat segera didapatkan.
d. Kamar Operasi
Akses yang cepat juga perlu disiapkan untuk transfer pasien yang
membutuhkan operasi segera.
e. Laboratorium
ED juga harus memiliki akses cepat ke laboratorium untuk
mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
f. Farmasi
Farmasi sebaiknya berada di tingkat yang sama dengan ED dan
memberikan pelayanan 24 jam, sehingga mempersingkat waktu yang
dibutuhkan untuk menebus obat-obatan.
a. Rancangan Dasar
Tata ruang ED harus memungkinkan akses cepat ke segala ruangan
dengan persilangan lalu lintas yang minimal. Akses pasien dan
pengunjung ke semua area sebaiknya tidak melewati area klinis.
Privasi visual, auditorik dan olfaktorik harus dijaga, terutama saat
staff harus mengobservasi pasien-pasien tertentu.
b. Pemilihan Lokasi
Lokasi ED sebaiknya, sebanyak mungkin, memaksimalkan pilihan
tata ruang. Secara khusus, jalur akses harus dipertimbangkan dengan
cermat.
c. Staging
Jika ada perencanaan untuk renovasi dan pengembangan, sebaiknya
perubahan tersebut tidak mengganggu fungsi ED.
e. Keselamatan Kebakaran
Rancang bangun ED sebaiknya disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku (Program K3 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan ED
harus diperlengkapi dengan:
Tanda “Dilarang Merokok”.
Detektor asap.
Alat pemercik air.
APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
Alat-alat keselamatan darurat.
Hydrant.
f. Ruang Tindakan
Di ruang tindakan sebaiknya terdapat jarak antara tempat tidur
minimal 2.4 meter dan panjang ruangan minimal 3 meter.
g. Ruang Resusitasi
Di ruang resusitasi sebaiknya terdapat jarak minimal 2 meter antara
tempat tidur.
h. Ruang Observasi
Di ruang observasi sebaiknya terdapat jarak minimal 1 meter antara
tempat tidur.
i. Pencahayaan
Di seluruh ruang pelayanan (ruang resusitasi, ruang tindakan, dsb.)
sebaiknya tersedia lampu pemeriksaan yang berkualitas tinggi
dengan daya output 30,000 lux, mampu menerangi area seluas
minimal 150 mm dan konstruksi yang kuat.
j. Service Panel
Service Panel harus dilengkapi dengan:
Ruang Resusitasi (untuk setiap area pasien):
o 1 outlet Oksigen
o 1 outlet Gas Medis
o 1 outlet suction
o 6 stop kontak
o 1 outlet NO (opsional)
Ruang Pengobatan (untuk setiap area pasien):
o 1 outlet Oksigen
o 1 outlet Gas Medis
o 1 outlet suction
o 4 stop kontak
o 1 outlet NO (opsional)
Ruang Tindakan (untuk setiap area pasien):
o 1 outlet Oksigen
o 1 outlet Gas Medis
o 1 outlet suction
o 4 stop kontak
o 1 outlet NO (opsional)
Ruang Observasi (1 panel untuk 2 tempat tidur):
o 1 outlet Oksigen
o 1 outlet Gas Medis
o 1 outlet suction
o 4 stop kontak
o 1 outlet NO
l. Ruang Penyimpanan
Sangat disarankan adanya tempat untuk menyimpan peralatan medis
yang disposable dan non-disposable di dekat area tempat tidur. Perlu
dipertimbangkan juga untuk penyediaan tempat untuk pasien
meletakkan barang-barangnya.
m. Pemasangan Kabel
Pemasangan kabel yang memadai harus dapat memenuhi kebutuhan
stop kontak (power outlet) untuk seluruh area klinis dan non-klinis.
Harus dibuat ketentuan mengenai pemasangan kabel telepon, alat
panggil pasien, alat panggil darurat dan komputer di tempat-tempat
yang membutuhkan fasilitas ini.
n. Gas Medis
Gas Medis harus disalurkan ke seluruh area pelayanan pasien,
melalui pipa secara internal.
o. Pintu
Seluruh ukuran pintu harus dapat dilewati oleh satu buah tempat tidur
rumah sakit yang dilengkapi dengan tiang infus dan peralatan traksi
dengan mudah (lebar minimal 1,8 meter).
q. Pendukung Informasi/Komunikasi
Telepon harus tersedia di seluruh kantor, staff station, area
administrasi dan ruangan-ruangan pelayanan. Disarankan adanya
area komunikasi sentral untuk pengaturan telepon yang masuk.
Penggunaan alat komunikasi nirkabel multifungsi perlu
dipertimbangkan. Perlu disediakan kabel telepon tambahan jika
membutuhkan penggunaan faksimili atau modem komputer.
s. Duress Alarm
Sistem duress alarm harus tersedia di seluruh area kerja staff ED
untuk mengantisipasi pasien yang agresif, terutama yang berada di
area isolasi sehingga keselamatan selalu terjaga.
u. Jam Dinding
Sebuah jam dinding harus terlihat di seluruh area klinik dan area
ruang tunggu. Di ruang resusitasi dan ruang tindakan sebaiknya
dipasang jam yang menunjukkan berapa lama waktu telah berlalu.
Waktu yang ditunjukkan di seluruh area dan komputer harus
disamakan.
v. Suplai Listrik
Suplai listrik ke ED harus dijaga kestabilannya untuk melindungi
alat-alat elektronik dan komputer. Perlu disediakan UPS
(Uninterruptible Power Supply) sebagai berikut:
Ruang Tindakan:
o 2 UPS untuk setiap ruang prosedur
o 1 UPS untuk suction
o 1 UPS untuk penerangan
Ruang Observasi:
o 1 UPS hanya untuk penerangan
Ruang tunggu harus memiliki area yang mencukupi jumlah pasien yang
sedang menunggu beserta dengan keluarga atau pengantarnya. Ruang
tunggu sebaiknya terbuka dan mudah dilihat dari area triage dan
penerimaan. Perlu disediakan tempat duduk yang nyaman dan harus ada
area yang cukup luas untuk pasien yang menggunakan kursi roda, kereta
bayi, alat bantu berjalan, dsb. Ruang tunggu harus dibuat dengan
pencahayaan yang maksimal, tenang, jika perlu disediakan area untuk
menonton televisi dan area untuk keluarga atau grup kecil, dihias dengan
karya seni yang tidak mencolok seperti gambar pemandangan, dsb.
Ruang tunggu harus berada dekat dengan area triage, area penerimaan
dan toilet.
Bila memungkinkan, jumlah tempat duduk yang disediakan adalah 1
tempat duduk per 1000 pasien yang datang per tahun.
Demi keamanan dan kesejahteraan pasien, ruang tunggu sebaiknya
dipantau terus-menerus melalui CCTV.
Pos Keamanan
Area registrasi harus dilengkapi dengan tempat duduk dan diberi pemisah
untuk privasi saat proses pendaftaran. Antara petugas registrasi dan
petugas di ruang pengobatan/observasi harus ada komunikasi langsung.
Area ini harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan
keselamatan staff dan memungkinkan akses bagi pasien yang cacat.
Trolley/Wheelchair Bay
Toilet Pasien
Paling tidak satu ruangan harus disediakan di dalam ED bagi staf untuk
menghilangkan kepenatan di waktu senggang, bukan untuk tidur.
3.1.13 Keamanan
Alarm Bahaya
Tombol alarm bahaya harus diletakkan di area yang sesuai, seperti
yang dianjurkan oleh penilaian resiko keamanan.
Personel Keamanan
Keberadaan personel keamanan dibutuhkan di dalam ED untuk
membantu masalah keselamatan dan keamanan. Mereka harus
ditempatkan di dalam atau dekat dengan ED, dengan akses
komunikasi yang singkat.
Pemantauan Elektronik
Area-area yang relatif tidak terlihat atau terisolasi harus dipantau
secara elektronik (misalnya dengan CCTV), dengan monitor yang
diletakkan di area yang mudah dilihat oleh staff.
3.2 Ambulans
Kelengkapan alat dan obat-obatan harus dicek setiap hari oleh staff perawat yang
bertugas sebagai Nurse Ambulance.
Tarif GP Clinic
Administrasi
07.00 – 19.00 19.00 – 07.00
SHLV Rp 20.000 Rp. 70.000 Rp. 90.000
SHKJ Rp 30.000 Rp. 70.000 Rp. 90.000
MRCCC Rp 35.000 Rp. 70.000 Rp. 90.000
SHTB Rp 20.000 Rp. 70.000 Rp. 90.000
SHLC Rp 20.000 Rp 50.000 Rp 50.000
SHSB Rp 25.000 Rp 50.000 Rp 50.000
SHBL Rp 22.000 Rp 50.000 Rp 60.000
SHJB Rp 20.000 Rp 50.000 Rp 60.000
SHPL Rp 30.000 Rp 50.000 Rp 60.000
Rp 25.000( B)
SHBP Rp 60.000 Rp 60.000
Rp 10.000(L)
SHMK Rp 20.000 Rp 40.000 Rp 40.000
SHMN Rp 30.000 Rp 30.000 Rp 30.000
RSUS Rp 15.000 Rp 25.000 Rp 25.000
4.6.2 Bioetika
Autonomy
Merupakan prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination) dan merupakan
kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis.
Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin Informed
consent.
Justice
Nonmaleficence
Merupakan prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral
yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini
dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm“.
Berikut ini beberapa persoalan bioetika yang kerap kali dihadapi di ED:
Brain Death
Berdasarkan PP no. 18/1081 pasal 1 (g), meninggal dunia adalah keadaan
insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang, bahwa fungsi
otak, pernapasan dan/atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
Perawatan paliatif
Merupakan perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.
Perawatan ini bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan dukungan kepada keluarga pasien, sehingga sebelum
meninggal pasien sudah siap secara psikologis dan spiritual serta tidak
stress menghadapi penyakit yang dideritanya.
Euthanasia
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kematian yang baik,
terdiri kata eu yang berarti baik, dan thanatos yang berarti cara
mengakhiri kehidupan untuk mengurangi nyeri dan penderitaan.
4.6.3 Medikolegal
Dalam upaya mengendalikan mutu, setiap insiden yang terjadi dan risiko yang
mengancam Emergency Department harus ditangani dengan baik, termasuk