Penyulit
◦ Riwayat sulit dilakukan intubasi
◦ PF sulit untuk dilakukan intubasi
◦ Kelainan pada saluran napas atas (trakea stenosis dan kompresi)
◦ Menghindari ekstensi leher (insufisiensi arteri vertebra, leher yang tidak stabil)
◦ Resiko tinggi kerusakan gigi (gigi goyang atau gigi rapuh)
◦ Intubasi pada keadaan sadar
Mallampati 1: Palatum mole, uvula, dinding posterior
oropharing, pilar tonsil
Mallampati 2: Palatum mole, sebagian uvula, dinding
posterior uvula
Mallampati 3: Palatum mole, dasar uvula
Mallampati 4: Palatum durum saja
Persiapan Intubasi
S – Scope
T – Tube
A – Airway
T – Tape
I – Introducer
C – Connector
S - Suction
Scope
Yang dimaksud scope di sini
adalah stetoskop dan
laringoskop.
Secara garis besar, dikenal
dua macam laringoskop:
◦ Miller untuk bayi-anak-dewasa.
◦ Macintosh untuk anak besar-
dewasa.
Rumus Cole:
𝑢𝑚𝑢𝑟
ETT Uncuffed (mm) = +4
Tube 4
(Panduan yang paling sederhana adalah menggunakan
kuku jari kelingking pasien)
Yang dimaksud tube adalah pipa trakea Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai Bibir
(cm)
(endotracheal tube).
Prematur 2.0 – 2.5 10 10
Faktor anestesi
◦ Ilmu dan ketrampilan dari anestesiologis
◦ Intubasi terburu-buru tanpa persiapan alat dan pasien (evaluasi jalan napas) yang adekuat
Faktor alat
◦ Bahan ETT yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
◦ Jenis cuff yang dapat menimbulkan cedera pada mukosa laring
Saat intubasi Saat ETT sedang digunakan Saat ekstubasi Setelah intubasi
Abrasi kornea ETT lepas atau tergeser dari tempatnya Edema laring Cedera saraf
Trauma bibir, gigi, lidah dan hidung ETT terbakar
Aspirasi oral atau isi gaster Ulkus pada permukaan laring
Refleks otonom berbahaya Penyegelan yang kurang sempurna
Granuloma laring
Hipertensi, takikardi, bradikardi dan aritmia Letak ETT kurang sempurna
Peningkatan TIK dan TIO ETT tertelan Jaringan granuloma pada glottis dan subglottis
Laringospasme
Sinekia laring
Bronkospasme
Paralisis dan aspirasi korda vokalis
Trauma pada laring