Anda di halaman 1dari 21

Intubasi

PEMBIMBING : DR. LUKI SUMARATIH, SP. AN

DIBUAT OLEH : SURAJ SINGH (406181090)


Intubasi
Intubasi adalah tindakan memasukan pipa ke dalam saluran napas melalui mulut atau hidung.
Terbagi menjadi 2, endotrakeal dan nasotrakeal.
◦ Intubasi endotrakeal : tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottidis dengan
mengembangkan cuff, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara
dan bifurkasio trakea.
◦ Intubasi nasotrakeal : tindakan memasukan pipa nasal melalui nasal dan nasopharing ke dalam
oropharing sebelum laryngoscopy.
Tujuan
Mempermudah pemberian anesthesia.
Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran pernapasan.
Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh
dan tidak ada reflex batuk).
Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial.
Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
Mengatasi obstruksi laring akut.
Indikasi
Menyediakan saluran udara yang bebas hambatan untuk ventilasi dalam jangka panjang
Meminimalkan risiko aspirasi
Menjaga darah dan sekresi keluar dari trakea selama operasi saluran napas
Ventilasi yang tidak adekuat, ventilasi dengan thoracoabdominal pada saat pembedahan,
memberikan jarak anestesi dari kepala
Memungkinkan berbagai posisi/fleksibilitas posisi (misalnya,tengkurap, duduk, lateral, kepala ke
bawah)
Kontraindikasi dan Penyulit
Kontraindikasi
◦ Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga sangat sulit
untuk dilakukan intubasi.

Penyulit
◦ Riwayat sulit dilakukan intubasi
◦ PF sulit untuk dilakukan intubasi
◦ Kelainan pada saluran napas atas (trakea stenosis dan kompresi)
◦ Menghindari ekstensi leher (insufisiensi arteri vertebra, leher yang tidak stabil)
◦ Resiko tinggi kerusakan gigi (gigi goyang atau gigi rapuh)
◦ Intubasi pada keadaan sadar
Mallampati 1: Palatum mole, uvula, dinding posterior
oropharing, pilar tonsil
Mallampati 2: Palatum mole, sebagian uvula, dinding
posterior uvula
Mallampati 3: Palatum mole, dasar uvula
Mallampati 4: Palatum durum saja
Persiapan Intubasi
S – Scope
T – Tube
A – Airway
T – Tape
I – Introducer
C – Connector
S - Suction
Scope
Yang dimaksud scope di sini
adalah stetoskop dan
laringoskop.
Secara garis besar, dikenal
dua macam laringoskop:
◦ Miller untuk bayi-anak-dewasa.
◦ Macintosh untuk anak besar-
dewasa.
Rumus Cole:
𝑢𝑚𝑢𝑟
ETT Uncuffed (mm) = +4

Tube 4
(Panduan yang paling sederhana adalah menggunakan
kuku jari kelingking pasien)

Yang dimaksud tube adalah pipa trakea Usia Diameter (mm) Skala French Jarak Sampai Bibir
(cm)
(endotracheal tube).
Prematur 2.0 – 2.5 10 10

Untuk mencegah aspirasi, Neonatus 2.5 – 3.5 12 11

mempertahankan patensi jalan nafas, 1 – 6 bulan 3.0 – 4.0 14 11


6 bulan – 1 tahun 3.0 – 3.5 16 12
mempermudah oksigenasi dan suction. 1 – 4 tahun 4.0 – 4.5 18 13
4 – 6 tahun 4.5 – 5.0 20 14
Anak >8 tahun menggunakan cuff, <8
6 – 8 tahun 5.0 – 5.5 22 15 – 16
tahun tidak menggunakan cuff (anatomi 8 – 10 tahun 5.5 – 6.0 24 16 – 17
saluran pernafasan atas). 10 – 12 tahun 6.0 – 6.5 26 17 – 18
12 – 14 tahun 6.5 – 7.0 28 – 30 18 – 22
Pemakaian lebih dari 7-10 hari harus Dewasa wanita 6.5 – 8.5 28 – 30 20 – 24
dipertimbangkan trakeostomi. Dewasa pria 7.5 – 10 32 – 34 20 – 24
Airway
Airway yang dimaksud adalah alat untuk menjaga terbukanya jalan napas yaitu oropharyngeal
airway (Guedel, orotracheal airway).
Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah tidak menyumbat jalan
napas.
Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
Introducer
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus plastik (kabel)
yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag valve mask ataupun
peralatan anesthesia.
Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lendir, ludah dan cairan lainnya.
Cara Intubasi
•Persiapan obat-obatan dan STATICS.
•Premedikasi dan induksi pasien.
•Cek kesadaran, reflex bulu mata.
•Posisikan pasien dalam sniffing position.
•Hiperventilasi selama 3-5 menit.
•Setelah 3-5menit, dengan tangan kiri masukan laringoskop dari kanan mulut
pasien dan dorong lidah kearah berlawanan, sambal mempertahankan kepala
pasien dari oksiput.
•Ujung laringoskop dimasukan sambi diangkat hingga epiglottis terlihat.
Cara Intubasi
•Saat epiglottis terlihat, dorong laringoskop sekitar 45o kedepan dan akan tampak
pita suara.
•Masukan ETT dan mandrin kearah trakea melewati pita suara. Jika sudah
melewati pita suara, keluarkan mandarin secara hati-hati.
•Keluarkan laringoskop dan periksa dengan stetoskop apakah udara sama kuat
pada kedua lapang paru pasien.
•Bila suara auskultasi tidak sama kuat tarik ETT 1-2cm dan dengarkan kembali,
dan bila suara terdengar di lambung, keluarkan ETT , lakukan hiperventilasi lagi
dan coba intubasi pasien lagi.
Cara Intubasi
•Bila suara terdengar di lambung, keluarkan ETT dari pasien, kembali lakukan
hiperventilasi dan coba kembali intubasi pasien.
•Kalau pemasangan sudah benar, kembangkan cuff dan masukan guedel,
kemudian fiksasi.
•ETT disambungkan ke oksigen dan ventilasi pasien dapat dilanjutkan.
Faktor-faktor komplikasi pada intubasi
Faktor pasien
◦ Edema jalan napas (bayi, anak dan wanita dewasa)
◦ Jalan napas sulit yang dapat mengalami trauma
◦ Variasi kongenital seperti penyakit kronik

Faktor anestesi
◦ Ilmu dan ketrampilan dari anestesiologis
◦ Intubasi terburu-buru tanpa persiapan alat dan pasien (evaluasi jalan napas) yang adekuat

Faktor alat
◦ Bahan ETT yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
◦ Jenis cuff yang dapat menimbulkan cedera pada mukosa laring
Saat intubasi Saat ETT sedang digunakan Saat ekstubasi Setelah intubasi

Kegagalan Intubasi Tension Pneumothorax


Kesulitan ekstubasi Nyeri tenggorakan
Cedera Korda Spinalis dan kolumna Aspirasi pulmoner
vertebralis Kesulitan melepas kaf Edema laring
Oklusi arteri sentral pada retina dan Obstruksi jalan napas
ETT tersangkut pada trakea atau bronkus Suara serak
kebutaan

Abrasi kornea ETT lepas atau tergeser dari tempatnya Edema laring Cedera saraf
Trauma bibir, gigi, lidah dan hidung ETT terbakar
Aspirasi oral atau isi gaster Ulkus pada permukaan laring
Refleks otonom berbahaya Penyegelan yang kurang sempurna
Granuloma laring
Hipertensi, takikardi, bradikardi dan aritmia Letak ETT kurang sempurna

Peningkatan TIK dan TIO ETT tertelan Jaringan granuloma pada glottis dan subglottis
Laringospasme
Sinekia laring
Bronkospasme
Paralisis dan aspirasi korda vokalis
Trauma pada laring

Avulsi, fraktur, dan dislokasi arytenoid Membrana laringotrakeal

Perforasi jalan napas Stenosis trakea


Trauma nasal, retrofaringeal, faringeal,
Trakeomalasia
uvular, laringeal, trakeal, esophageal, dan
bronkus
Fistula trakeo-esofageal
Intubasi esofageal
Fistula trakeo-innominata
Intubasi bronkial
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai