Sistem Respirasi
distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. (Petunjuk Praktis Anestesiologi FKUI)
serta mempertahankan kelancaran pernafasan. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk). Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
menurunnya tekanan oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui masker nasal. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di arteri. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai bronchial toilet. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.
tenggorokan, karena pada kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa mengganggu pekerjaan ahli bedah.
Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang
dilakukan dengan mudah, memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan tekanan intra pulmonal.
Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi
intestinal
Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.
pernafasannya, depresi atau abcent dan sering menimbulkan aspirasi. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat inflamatoir. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam paru-paru. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar untuk waktu yang lebih lama dari 24 jam seharusnya diintubasi. Pada post operative respiratory insufficiency.
Kontra Indikasi
Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi. Keadaan trauma / obstruksi jalan nafas atas, mencegah aspirasi, penanganan jalan nafas jangka panjang, mempermudah proses weaning ventilator
Cricothyrotomy / Trakeostomi
Kondisi yang berhubungan dengan kesulitan sewaktu melakukan tindakan intubasi seperti :
Pembesaran kelenjar tiroid Perubahan posisi trakea ke lateral atau kompressi lumen Trauma laring, servikal atau tulang maksila Disfungsi sendi temperomandibular Parut luka bakar di muka dan leher Obesity atau kehamilan Leher pendek berotot Mandibula menonjol Maksila / gigi depan menonjol Uvula tidak terlihat ( Mallampati 3 atau 4) Gerak sendi temporo-mandibular terbatas Gerak vertebra servikal terbatas
Look Externally
Rule 3-3-2
Klassifikasi Malampati
Soft palate Uvula
Leher Pendek
Peralatan
STATICS:
Scope: Laryngoscope, Stethoscope Tube: siapkan 3 nomor ukuran
Peralatan Intubasi
Pipa Endotracheal
Ukuran ETT 4
umur(tahun) 4
Oro-pharyngeal tube
Masukkan bagian cekung ke arah atas, setelah mencapai pertengahan, diputar 180o, kemudian seluruhnya dimasukkan. Jangan membuka mulut secara paksa! Dapat memancing refleks muntah, yang kemudian diikuti dengan batuk, muntah, laringospasme, atau bronkospasme.
Naso-pharyngeal tube
Panjang yang sesuai lubang hidung sampai lubang telinga. Diolesi jelly, masukkan secara tegak lurus (bukan mengikuti arah hidung) Tidak terlalu merangsang jalan nafas. KI: fraktur nasal, basis cranii, koagulopati, infeksi/tumor hidung
ARAH TUBE
nasopharyngeal
10 cm
10 cm
Posisi Kepala
Terutama anak-anak
pada
Dua Penolong
Teknik Intubasi
LMA
Ukuran LMA
topikal/Spray Perlu keahlian khusus Keadaan klinis: tumor jalan nafas, edema jalan nafas, infeksi, radioterapi daerah glotik, trauma servikal, trauma wajah.
Selama Intubasi
Setelah Ekstubasi