Trakheostomi Perkutan
Abstrak
merupakan satu prosedur yang umum dilakukan pada pasien yang mengalami sakit
kritis. Penanganan ini dapat secara aman dilakukan langsung di samping tempat tidur
pasien oleh ahli penanganan intensif. Penanganan ini dapat menurunkan penggunaan
trakheostomi bedah di unit penanganan intensif (ICU), kecuali untuk beberapa kasus
tertentu. Indikasi yang paling umum terhadap trakheostomi di ICU adalah kebutuhan
ventilasi yang berkepanjangan. Diketahui, sekitar 10% dari seluruh pasien yang
selama perawatan di ICU. waktu yang ideal untuk PDT sampai saat ini belumlah
pelaksanaan PDT pun semakin beragam dalam dua dekade terakhir ini. Pemeriksaan
ICU.
Kata kunci: Penanganan kritis, Unit Penanganan Intensif, trakheostomi dilatasi
perkutan
Pendahuluan
Trakheostomi merupakan salah satu prosedur yang paling umum (dan juga paling
tua) yang dilakukan pada pasien yang sakit kritis. Trakheostomi bedah (ST/ surgical
Unit Penanganan Intensif menjadi semakin populer selama epidemik polio pada
pemandu pertama ditemukan oleh Ciaglia pada tahun 1985. PDT saat ini telah
pasien ini. Namun demikian, pada beberapa kasus yang memang membutuhkan ST,
maka ST haruslah secara bijak diprioritaskan. Pada beberapa tahun terakhir, teknik
PDT yang asli diinvensi oleh Ciaglia pun telah mengalami modifikasi, dan banyak
Definisi
PDT melibatkan diseksi tumpul jaringan pretrakheal yang kemudian diikuti dengan
PDT di ICU biasanya diindikasikan (1) untuk memfasilitasi pada pasien yang
lumpuh sebelah badan (2) untuk membantu pemasangan tracheobronkhial, (3) untuk
melindungi saluran pernafasan pada pasien yang memiliki resiko aspirasi, (4) pada
pemasangan ventilator yang lama, dan (5) untuk meminimalisir kebutuhan sedasi.
PDT umumnya dapat dihindari sebagai satu intervensi darurat, kecuali dilakukan
(berlanjut)
umum pada pasien yang sakit kritis. Sampai 24% dari seluruh pasien yang
demikian, Tracheostomi, sepertinya tidak memiliki manfaat yang sangat jelas dalam
pasien yang membutuhkan ventilator selama >21 hari, dan intubasi endotrakheal
(ET) direkomendasikan jika ventilator harus terpasang selama <10 hari. Hal ini
merupakan sesuai dengan konsensus pertama tentang saluran pernafasan buatan yang
diterbitkan pada tahun 1989, untuk pasien yang mendapatkan ventilasi mekanis.
Hampir dari seluruh pedoman yang ada sekarang ini menunjukkan bahwa hal diatas
tidaklah didasari oleh bukti-bukti yang jelas. Jika dibandingkan dengan intubasi
lebih rendah, tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pasien, dan penurunan upaya
pasien untuk bernafas, yang dimana hal ini akan membantu proses penyapihan pasien
Menurut bukti yang ada, dalam bentuk penelitian terkendali acak (RCT/ randomized
controlled trial), tidak menunjukkan bahwa trakheostomi dini (<10 hari intubasi)
kemudian (>10 hari intubasi). Hal tersebut juga diketahui tidak memiliki bukti dapat
dalam hal penurunan lamanya penggunaan ventilator. Pedoman yang ada sekarang
ini telah menemukan adanya bukti (walaupun tingkat bukti ini tidak begitu kuat)
pasien di ICU, yang dapat dikatakan bahwa PDT hampir menggantikan perananan
ST. Hal ini dikarenakan bahwa penggunaan PDT adalah lebih mudah dilakukan, dan
dapat dilakukan di samping tempat tidur pasien (tidak perlu dilakukan di ruang
bedah), dan juga PDT dapat dianggap lebih efektif dari sisi biaya. Tingkat morbiditas
yang mencapai 13%-33% diketahui dapat disebabkan karena hal-hal yang berkaitan
dengan pemindahan pasien yang sakit kritis, yang dimana hal ini secara signifikan
mempengaruhi penanganan pada 25% pasien. Satu meta analisis pun dilakukan pada
tahun 2006 yang menyertakan 17 RCT dengan total 1212 pasien. Pada kelompok
pasien yang mendapatkan tindakan PDT, 2,3% nya diketahui mengalami insiden
luka, dan pada kelompok pasien yang mendapatkan tindakan ST, 10,7% nya
diketahui mengalami infeksi luka. Banyak dari para ahli yang mengatribusikan lebih
rendahnya tingkat infeksi ini pada sifat yang dimiliki oleh pendekatan penggunaan
PDT. Temuan-temuan serupa pun juga dilaporkan di dalam satu meta analisis yang
dilakukan oleh Higgins dan Punthakee. Satu meta-analisis terbaru yang dilakukan
oleh Putensen dkk pada tahun 2014 (yang menyertakan 14 RCT dengan 973 pasien)
insiden terhadap infeksi dan inflamasi stromal serta lebih tingginya insiden terhadap
merekomendasikan PDT sebagai prosedur pilihan pada pasien yang sakit kritis.
PDT hanyalah sedikit. Data tentang hal tersebut, juga tidaklah banyak untuk
tingkat keamanan yang tinggi jika tanda anatomis pada pasien sulit untuk dipalpasi,
atau jika terdapat malignansi pada lokasi insersi, dan juga pada kondisi yang sangat
perkutan
Beberapa komplikasi yang sama juga dapat ditemukan pada pengaplikasian ST dan
PDT. Komplikasi-komplikasi ini dapat dibagi menjadi komplikasi yang dapat terjadi
secara dini (0-7 hari prosedur) atau pun yang dapat terjadi di kemudian waktu (diatas
komplikasi yang berkaitan dengan ST dan PDT saat ini tidaklah banyak. Pemilihan
pasien yang tepat (untuk mendapatkan PDT) masihlah tetap menjadi komponen yang
Anatomi
memahami tentang anatomi leher [Gambar 1]. Tulang hioid merupakan bagian
saluran pernafasan yang paling stabil dan dapat dengan mudah dipalpasi dari dagu
kearah bawah di garis tengah leher. Jika palpasi kemudian diarahkan ke bagian
bawah, maka kita akan dapat merasakan tulang rawan tiroid, membran krikotiroid,
dan tulang rawan krikoid. Cincin trakheal dapat dipalpasi di bawah tulang rawan
krikoid. Cincin trakheal akan menjadi sulit teraba ketika trakea menurun ke dalam
dada. Takik suprasternal atau jugular akan dapat teraba sebagai sudut pada
sambungan leher dan dada. Panjang servikal trakhea adalah beragam, tergantung
pada kurvatur tulang belakang, bentuk badan, daya tekuk-regang leher, dan diameter
anteroposterior dada. Pada individu yang berusia muda, hampir dari setengah trakea
akan berada di wilayah leher, dan panjang ini akan meningkat menjadi dua pertiga
jika leher ditengadahkan. Pada individu yang berusia lebih lanjut, panjang trakhea
pada leher akan berkurang menjadi sepertiganya. Panjang suprasternal trakhea juga
cincin trakhea kedua dan ketiga. Beberapa peneliti menemukkan fakta yang
mengindikasikan bahwa punktur trakhea antara cincin trakhea ketiga dan keempat
memiliki hubungan dengan lebih rendahnya tingkat cedera pada pembuluh aberan,
kedalaman dari kulit 2-2,5 cm pada lokasi insersi yang disarankan, dan kedalaman
ini pun meningkat jika lokasi punktur diturunkan ke area torasik. Kemiringan
trakheal dari vertikal juga dapat meningkat karena trakheal akan semakin menurun
ke arah dada, dan hal ini umum dijumpai pada populasi lansia. Perubahan-perubahan
anatomi ini adalah perlu untuk diingat ketika memilih tingkat yang tepat untuk
Pertimbangan yang lainnya adalah bahwa hampir dari seluruh bagian esofagus
berposisi posterior terhadap trakhea, kecuali di dekat karina, dimana posisi esofagus
berada sedikit ke arah kiri. Untuk semua tujuan praktis, cedera pada dinding trakheal
ismus tiroid, yang biasanya memintasi cincin trakhea kedua dan ketiga. Hal serupa,
lobus-lobus tiroid lateral juga berposisi di area di dekat cincin trakhea kedua dan
ketiga. Area ini diketahui memiliki banyak suplai vaskular, dan dengan demikian
area ini rentan terhadap resiko pendarahan. Secara konvensional, garis tengah
dianggap tidak memiliki vena ataupun arteri, namun hal ini tidaklah selalu benar.
Pemahaman tentang hal ini membuat kita harus menggunakan ultrasound untuk PDT.
Ciaglia dkk. Selama dua dekade terakhir, teknik ini mengalami banyak
belum terdapat bukti yang kuat yang membuktikan bahwa satu teknik tertentu adalah
Ciaglia dkk pada tahun 1985 pun melakukan PDT di samping tempat tidur rawat
pasien dengan bantuan banyak dilator yang berukuran lebih besar dan juga kawat
pemandu. Teknik ini telah mengalami tiga pemodifikasian besar sejak saat itu, yaitu
penggunaan dilator tunggal tirus. Lokasi insersi dirubah ke arah kaudal dari tulang
Teknik ini secara populer dikenal dengan istilah Ciaglia Blue Rhino (Cook Critical
Care, Bloomington, IN, Amerika Serikat). Teknik ini pertama diperkenalkan pada
tahun 1999, yaitu lebih dari satu dekade setelah ditemukannya teknik Ciaglia awal.
Teknik ini diketahui lebih sederhana dan menggunakan dilator hidrofilik melengkung
perubahan pada dilator tidaklah diperlukan. Sama dengan Blue Rhino, Portex, dilator
tahap tunggal Portex Ultraperc pun dikembangkan oleh Smith Medical [Gambar 2].
Teknik ini pertama dikembangkan oleh Griggs dkk pada tahun 1990. Teknik ini
dirancang secara khusus (cunam Howard Kelly yang dimodifikasi) pada kawat
pemandu untuk menghasilkan dilatasi jaringan langkah tunggal pada ruang/ rongga
popularitasnya akibat lebih tingginya insiden kerusakan jaringan lunak. Teknik ini
yang tidak terlalu canggih, karena forsep atau cunam dapat dipakai ulang dan tidak
Teknik ini pertama dideskripsikan oleh Fantoni dan Ripamonti pada tahun 1997.
Teknik ini cukuplah rumit untuk dilakukan, dan melibatkan laluan kawat pemandu
secara retrograd melalui pita suara setelah dilakukannya punktur jarum pada trakhea.
Teknik ini diikuti dengan penjaluran selang trakheostomi dan dilator terkombinasi
dengan kawat pemandu kedalam laring dan keluar melalui dinding trakhea anterior.
Selang trakheostomi kemudian dipisahkan dari dilator dan dirotasi setingkat 180º
komersil tersedia sebagai alat PercuTwist (Rusch, Kemen, Jerman). Teknik ini
pertama kali dideskripsikan pada tahun 2002. Dilator dirotasi searah jarum jam
kasus sebelumnya telah menjelaskan pernah terjadinya fraktur cincin trakheal dan
Teknik ini merupakan teknik Ciaglia generasi kedua. Inflasi balon angioplasti yang
trakhea dilakukan dengan menginflasi balon dengan larutan salin sampai tekanan
insersi selang trakheostomi pun dilakukan dengan satu langkah. Teknik ini diketahui
lebih unggul dibandingkan dengan PDT dilator tunggal konvensional, dimana dilator
dilasi balon lebih dapat meminimalisir tekanan pada dinding trakhea jika
Karena tingkat pengalaman terhadap penggunaan teknik PDT meningkat, para ahli
penanganan intensif pun mencari cara untuk dapat melakukan prosedur ini pada
tidaklah modah pada populasi pasien yang mengalami obesitas, khususnya ketika
memasukan selang flens yang dapat disesuaikan karena dilator beban yang cocok
tidaklah tersedia. Saat ini, teknik ini lebih lancar digunakan, karena terdapat dua alat
dengan dilasi stoma yang lebih panjang dan selang trakheostomi dengan flans yang
dapat disesuaikan (UniPerc, Smith Medical Kent, UIL, dan Expert, TRACOE
berbeda-beda
ukuran sampel nya tidaklah besar. Satu meta analisis yang dilakukan di tahun 2012
kecuali untuk teknik Fantoni. Teknik Fantoni diketahui memiliki hubungan dengan
lebih seriusnya komplikasi yang dapat ditimbulkan, dan hal ini lah yang membuat
para praktisi yang menggantinya dengan teknik PDT alternatif. Teknik Ciaglia Blue
Rhino tampaknya merupakan teknik yang lebih baik dibandingkan dengan teknik-
teknik PDT lainnya, seperti contohnya PercuTwist, Blue Dolphin, dan teknik Griggs.
Aspek yang penting dari perencanaan pra-operasi adalah pemilihan pasien yang tepat
anatomis haruslah dapat dipalpasi dengan mudah, dan harus terdapat ruang yang
berukuran 3-4 cm antara tulang ra wan krikoid dengan takik sternal. Ketika PDT
diketahui layak untuk dilakukan, kebersediaan atau persetujuan dari pasien pun
pelaksanaan prosedur.
PDT dapat dilakukan dengan anestesi lokal, namun secara umum, pelaksanaan teknik
ini dilakukan ketika pasien sudah diberikan analgesia, sedasi, dan obat perelaksasi
otot. Seringkali, pasien biasanya sudah diitubasi. Leher pasien harus diposisikan
dengan tepat, dan dapat menengadah untuk memudahkan proses, dimana hal ini
[Gambar 3]. Titik insisi umumnya dilokasikan ditengah jarak antara tulang rawan
kirkoid dan takik sternal. Tabel 3 menjelaskan prosedur pembedahan secara lebih
mendalam.
Penunjang Prosedur
Bronkhoskopi
manfaat yang jelas, seperti contohnya konfirmasi waktu nyata akan penempatan/
pemasangan jarum, posisi garis tengah jarum, pemasangan selang, dan penghindaran
cedera trakea posterior. Namun demikian, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
dalam hal penggunaan rutinnya. Hal tersebut diketahui memiliki hubungan dengan
haruslah dilakukan secara cermat pada pasien dengan kondisi neurologis akut dan
tidaklah mencukupi. Namun demikian, hal ini umumnya dianggap penting jika
operator tidaklah terlalu berpengalaman atau juga ketika terdapat kesulitan atau
kelainan pada anatomi leher pasien. Beberapa peneliti lebih cenderung untuk
memilih skop semirigid Bonfils (daripada skop fleksibel) untuk mencegah kerusakan
Posisi pasien yang tepat dengan daya regang leher yang maksimum
sampai manset tervisualisasi pas dibawah korda, kemudian reinflasi manset kembali
Diseksi lemak sub kulit dan jaringan pretrakheal dengan penjepit nyamuk
terlihat
dilaksanakannya proses
Tariklah jarum dan masukan kawat pemandu Seldinger melalui selubung plastik
Dilator ukur tunggal diberi pelembap dengan larutan salin dan kemudian dimasukan
Seluruh asembli kemudian diisikan dengan kawat pemandu dan didorong sebagai
Setelah tercapainya dilatasi yang cukup, dilator pun diangkat dan selang
trakheostomi dengan adapter yang tepat dimasukan kedalam trakhea dengan kateter
pemandu
Ultrasound
Modalitas ultrasound telah semakin sering digunakan di masa sekarang ini untuk
mengestimasi jarak dari kulit ke trakhea. Hal ini diketahui dapat memastikan
diketahui dapat merubah lokasi trakheostomi yang direncanakan pada sekitar 24%
kasus. Modalitas ultrasound tidaklah membutuhkan biaya yang mahal dan mudah
tersedia sebagai modalitas yang dapat digunakan di samping tempat tidur rawat
pasien. Modalitas ini juga dapat digunakan untuk melokalisasi cincin-cincin trakhea
dan memastikan posisi punktur di garis tengah. Untuk saat ini, penelitian-penelitian
yang memiliki kelainan-kelainan anatomi atau pada mereka yang mengalami obesitas
parah. Satu penelitian retrospektif pada tahun 2014 tidaklah menemukkan adanya
perbedaan dalam hal tingkat komplikasi antara prosedur PDT yang dipandu oleh
bronkhoskop.
Gambar 5: Visualisasi ultrasound leher dan trakhea.
Ketakutan akan terjadinya punktur pada manset saluran ET dan ekstubasi yang tidak
disengaja telah memberi peringatan kepada para dokter untuk menggunakan saluran-
udara masker laring (LMA/ laryngeal mask airway) selama PDT. Namun demikian,
tingkat keselamatannya pada pasien yang sakit kritis dengan kebutuhan ventilator
yang tinggi tidaklah diketahui. Sampai saat ini, belumnya terdapat bukti yang cukup
Penanganan pasca-trakheostomi
Para petugas dan dokter harus memastikan bahwa luka stoma harus tetap dijaga
bersih dan kering setiap waktu. Tekanan manset selang harus dijaga dalam rentang
dengan resiko akan iskhemia mukosal. Lebih jauh lagi, tekanan manset dibawah 15
Dekanulasi
kebutuhan FiO2 yang rendah, memiliki kebutuhan yang rendah akan penyedotan, dan
diketahui dapat ditangguhkan jika pasien kehilangan kesadaran dan mengingau atau
Kesimpulan
PDT merupakan satu prosedur yang sudah terbukti dapat dilakukan pada pasien
yang sakit kritis. Nuansa atau perbedaan prosedur akan secara lebih baik diapresiasi
dengan peningkatan di dalam penanganan. Pemilihan pasien yang tepat dan
kegagalan dan komplikasi. Dokter harus patuh terhadap ketentuan teknis dengan
berpedoman pada tingkat kenyamanan individu yang maksimal karena tidak terdapat
bukti akan keunggulan satu teknik tertentu dibandingkan dengan teknik-teknik lain.
Dukungan finansial
Tidak ada
Konflik kepentingan
Tidak ada