Anda di halaman 1dari 21

III.

Jenis-jenis LMA
Sampai saat ini berbagai jenis telah diproduksi dengan keunggulan dan tujuan tertentu
dari masin-masing jenis LMA. Jenis-jenis LMA yang telah tersedia sebagai berikut:
1. LMA klasik
2. LMA flexible

3. LMA proseal

4. LMA fast track

LMA Klasik
Tidak seperti jalan nafas supraglotik, tersedia dalam berbagai ukuran, yang cocok untuk
semua penderita mulai dari bayi sampai dengan dewasa. Memilih ukuran untuk pasien
pediatrik tidak dapat selalu tepat sehingga harus disediakan cadangan dalam berbagai
ukuran. Kesalahan posisi LMA pada pasien pediatrik sering dikarenakan oleh
kesalahan dalam menetukan ukuran LMA yang dipakai. Keberhasilan LMA yang klasik
mendorong munculnya berbagai jenis LMA lainnya dengan beberapa tujuan tertentu
seperti untuk intubasi buta disertai dengan akses ke lambung (Proseal LMA). Jenis
LMA proseal memberikan dua keuntungan: (1) adanya akses ke lambung
memungkinkan untuk memasukkan selang lambung dan kemudian dekompresi
lambung; (2) desain ulang terhadap balon LMA memungkinkan untuk mengembangkan
1,2,7,8
balon LMA lebih besar dan posisi balon LMA yang lebih tepat terhadap jalan nafas.

Gambar 1. LMA Klasik


Gambar 2. LMA Flexible

LMA Proseal
Pertanyaan apakah penderita pediatrik lebih cenderung terjadi aspirasi isi lambung
daripada pasien dewasa telah menjadi bahan perdebatan dalam beberapa tahun
terakhir. Penelitian yang terbaru dan paling komprehensif telah membuktikan bahwa
pasien pediatrik hanya sedikit lebih banyak terjadi penumonitis aspratif perioperatif.
Ventilasi tekanan positif yang berlebihan pada ventilasi face mask dapat menyebabkan
dilatasi lambung, dan dengan meningkatnya tekanan dalam lambung, dapat
meningkatkan resiko regurgitasi isi lambung. Kebanyakan anak-anak memiliki
compliance paru yang lebih besar daripada orang dewasa dan apabila level ventilasi
tekanan positif yang nyaman bagi orang dewasa diberikan pada pasien anak-anak akan
menyebabkan penutupan spingter esofagus atas dan bawah dan akan menyebabkan
distensi lambung. Distensi lambung yang berlebihan dapat mengurangi pergerakan
diapraghma sehingga mengganggu ventilasi efektif. LMA proseal dengan akses
lambung dapat medekomprasi lambung seketika LMA dipasang. LMA proseal lebih
sesuai secara anatomis untuk jalan nafas dan lebih cocok untuk ventilasi tekanan
positif. 1,2,3

Gambar 3. LMA Proseal

LMA Fast Track

Gambar 4. LMA
Fastrack

Berbagai macam ukuran LMA1,2


Ukuran Masker Berat Badan Volume Balon (mL)
(Kg)
1 <5 4
1,5 5 - 10 7
2 10 20 10
2 20 30 14
3 30 - 50 20
4 50 - 70 30
5 > 70 40

IV. Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan LMA


Prinsipnya LMA dapat digunakan pada semua pasien yang bila dilakukan anastesi
dengan face mask dapat dilakukan dengan aman (kecuali penderita-penderita yang
memiliki kelainan oropharynx). LMA telah digunakan secara rutin pada prosedur-
prosedur minor ginekologi, orthopedi, bronkoskopi dan endoskopi. Prosedur yang lain
yang dapat menggunakan LMA antara lain ekstraksi gigi, adenotonsilektomy, repair
celah langitan, myringotomi, prosedur memasukkan pipa timpanostomy, dan operasi
mata. Akhir-akhir ini penggunaan LMA untuk penanganan jalan nafas sulit juga
meningkat. 1,2

Indikasi Penggunaan LMA 2,3,4


1. Alternatif face mask dan intubasi endotrakheal untuk penanganan jalan nafas
2. penanganan airway selama anastesi umum pada :

a. rutin ataupun emergency

b. radioterapi

c. CT-Scan / MRI

d. Resusitasi lua bakar

e. ESWL
f. Adenotonsilektomy

g. Bronkhoskopi dengan fiberoptik fleksibel

h. Resusitasi neonatal

3. Situasi jalan nafas sulit :

a. Terencana

b. Penyelamatan jalan nafas

c. Membantu intubasi endotrakheal

Kontraindikasi Penggunaan LMA 1,2


Kondisi-kondisi berikut ini merupakan kontraindikasi penggunaan LMA :
1. Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung (tidak puasa)
2. Terbatasnya kemampuan membuka mulut atau ekstensi leher (misalnya artitis
rematoid yang berat atau ankilosing spondilitis), menyebabkan memasukkan
LMA lebih jauh ke hipopharynx sulit.

3. Compliance paru yang rendah atau tahanan jalan nafas yang besar

4. Obstruksi jalan nafas setinggi level larynx atau dibawahnya

5. Kelainan pada oropharynx (misalnya hematoma, dan kerusakan jaringan)

6. Ventilasi paru tunggal.

V. Teknik Insersi LMA


Macam-macam teknik insersi LMA :
1. Teknik Klasik/standard (Brains original technique)
2. Inverted/reserve/rotation approach

3. Lateral apporoach inflated atau deflated cuff


Teknik insersi LMA yang dikembangkan oleh dr. Brain telah menunjukkan posisi terbaik
yang dapat dicapai ini pada berbagai variasi pasien dan prosedur pembedahan.
Walaupun sampai sekarang telah banyak teknik insersi yang dianjurkan namun
demikian teknik dari dr.Brian ini membuktikan secara konsisten lebih baik. Banyak
teknik insersi lainnya yang menyebabkan penempatan LMA yang teralalu tinggi dari
jalan nafas atas dan pengembangan balon terlalu besar untuk mencegah kebocoran
gas anastesi disekeliling LMA. Tekanan balon LMA yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan struktur pharyngeal dan menyebabkan pengurangan
toleransi terhadap LMA pada kasus-kasus emergensi.
Konsep insersi LMA mirip dengan mekanisme menelan. Setelah makanan dikunyah,
maka lidah menekan bolus makanan terhadap langit-langit rongga mulut berasamaan
dengan otot-otot pharyngeal mendorong makanan kedalam hipopharyng. Insersi LMA,
dengan cara yang mirip balon LMA yang belum terkembang dilekatkan menyusuri
langit-langit dengan jari telunjuk menekan LMA menyusuri sepanjang langit-langit keras
dan langit-langit lunak terus sampai ke hipopharyngx. Teknik ini sesuai untuk penderita
dewasa ataupun anak-anak dan sesuai untuk semua model LMA. 1,2,5,6
Gambar Teknik Insersi LMA : A. LMA dalam keadaan siap untuk diinsersi. Balon harus dalam keadaan
kempes dan rim membelakangi lubang LMA. Tidak boleh ada lipatan pada ujung LMA. B. isersi awal
LMA dengan melihat langsung, ujung masker ditekan terhadap palatum durum. Jari tengah dapat
digunakan untuk menekan dagu kebawah. Masker ditekan kearah depan terus meju ke dalam pharynx
untuk memastikan bahwa ujungnya tetap datar dan menolak lidah. Dagu tidak perlu dijaga agar tetap
terbuka bila masker telah masuk kedalam mulut. Tangan operator yang tidak terlibat proses intubasi
dapat menstabilisasi occiput. C. Dengan menarik jari sebelahnya dan dengan sedikit pronasi dari lengan
bawah, biasanya dengan mudah akan dapat mendorong masker. Posisi leher tetap flexi dan kepala tetap
extensi. D. LMA ditahan dengan tangan sebelah dan jari telunjuk kemudian diangkat. Tangan menekan
LMA ke bawah dengan lembut sampai terasa tahanan. 1

Keberhasilan insersi LMA tergantung dari hal-hal detail sebagai berikut : 1


1. Pilih ukuran yang sesuai dengan pasien dan teliti apakah ada kebocoran pada
balon LMA
2. pinggir depan dari balon LMA harus bebas dari kerutan dan menghadap keluar
berlawanan arah dengan lubang LMA

3. lubrikasi hanya pada sisi belakang dari balon LMA

4. pastikan anastesi telah adekuat (baik general ataupun blok saraf regional)
sebelum mencoba untuk insersi. Propofol dan opiat lebih memberikan kondisi
yang lebih baik daripada thiopental.

5. posisikan kepala pasien dengan posisi sniffing

6. gunakan jari telunjuk untuk menuntun balon LMA sepanjang palatum durum terus
turun sampai ke hipofarynx sampai terasa tahanan yang meningkat. Garis hitam
longitudinal seharusnya selalu menghadap ke cephalad (menghadap ke bibir
atas pasien)

7. kembangkan balon dengan jumlah udara yang sesuai

8. pastikan pasien dalam anastesi yang dalam selama memposisikan pasien

9. obstruksi jalan nafas setelah insersi biasanya disebabkan oleh piglotis yang
terlipat kebawah atau laryngospame sementara

10. hindari suction pharyngeal, mengempeskan balon, atau mencabut LMA sampai
penderita betul-betul bangun (misalnya membuka mulut sesuai perintah).

Malposisi LMA
Gambar 7. Malposisi LMA yang umum terjadi

Teknik-teknik Lain Yang Dapat Dilakukan Bila Kesulitan Insersi LMA


Ditangan yang terampil, teknik standard insersi LMA dapat berhasil pada sebagian
besar pasien (>98%) pada usaha yang pertama atau yang kedua. Penyebab yang
lazim akan kegagalan insersi LMA adalah karena penguasaan teknik yang rendah,
anastesi yang dangkal (yang menyebabkan terjadi batuk, mual, dan laryngospasme),
pengguna belum berpengalaman, sulit mengatasi lengkungan 90 dibelakang pharynx
ke hipopharynx, lidah dan tosil yang besar, dan penggunaan ukuran LMA yang tidak
tepat. Beberapa teknik manuver telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut
diantaranya: menarik lidah kedepan, menggangkat dagu, dan menggunakan
laryngoscope, menggunakan bilah lidah atau forcep Magill untuk menggangkat lidah.
Masukkan LMA dengan balon menghadap ke bawah dan kemudian diputar 180
2,6
setelah sampai dinding posterior parynx.
Balon dapat dikembangkan sebagian atau penuh bila memasukkan LMA tanpa
kesulitan. Walaupun trik ini dapat memudahkan operator yang belum berpengalaman
namun dapat terjadi komplikasi berupa obstruksi parsial jalan nafas jika ujung LMA
arytenoid didepan larynx. lebih jauh hal tersebut dapat menyebabkan batuk atau
laryngospame karena rangsangan pada refleks pelindung jalan nafas yang disebabkan
oleh posisi LMA yang tinggi di dalam pharynx. Pada pasien dengan lengkung palatum
yang tinggi, mendekati palatum durum secara agak diagonal dari samping dengan
posisi LMA bersudut 15 atau 20 dari lateral ke midline dapat juga membantu. 2,6
VI. Keuntungan dan kerugian LMA
Keuntungan LMA dibandingkan Face Mask
Bila dibandingkan dengan pemakaian dengan face mask maka LMA dapat memberikan
ahli anastesi lebih banyak kebebasan untuk melaksanakan tugas yang lain (misalnya
mencatat perjalanan anastesi, memasukkan obat-obatan dll) dan mengurangi angka
kejadian kelelahan pada tangan operator. Dengan LMA dapat memberikan data
capnography yang lebih akurat dan dapat mempertahankan saturasu oksigen yang
lebih tinggi. Kontaminasi ruangan oleh obat-obat anastesi inhalasi dapat dikurangi
tetapi dengan manipulasi yang lebih kecil terhadap jalan nafas. Cedera pada mata dan
saraf wajah dapat dihindari dibandingkan bila memakai face mask. 1,2,4

Keuntungan LMA dibandingkan dengan ETT


Walaupun LMA tidak dapat menggantikan posisi ETT (khususnya pada prosedur
operasi yang lama dan yang memerlukan proteksi terhadap aspirasi) namun LMA
mempunyai berbagai kelebihan. LMA lebih mudah dimasukkan dan mengurangi
rangsangan pada jalan nafas dibandingkan ETT (sehingga dapat mengurangi batuk,
rangsang muntah, rangsang menelan, tahan nafas, bronchospame, dan respon
kardiovaskuler) adalah dua keuntungan yang dimiliki LMA dibandingkan ETT. Level
anastesi yang lebih dangkal dapat ditolenransi dengan menggunakan LMA
dibandingkan ETT. Ditangan yang terampil, penempatan LMA dapat lebih mudah dan
lebih cepat dibandingkan menempatkan ETT, sehingga lebih memudahkan untuk
resusitasi. Trauma pada pita suara dapat dihindari karena LMA tidak masuk sampai ke
lokasi pita suara. Insidens kejadian suara serak setelah penggunaan LMA dapat
dikurangi bila dibandingkan dengan pemakaian ETT. 1,2,4,7

Keuntungan dan Kerugian LMA dibandingkan dengan Face Mask atau ETT 1
Keuntungan Kerugian
Dibandingkan - Tangan operator bebas - Lebih invasif
dengan Face - Fiksasi yang lebih baik pada - Resiko trauma pada jalan
Mask penderita yang berjenggot nafas lebih besar
- Lebih leluasa pada operasi THT - Membutuhkan keterampilan
- Lebih mudah untuk baru
mempertahankan jalan nafas - Membutuhkan tingkat
- Terlindung dari sekresi jalan anastesi lebih dalam
nafas - Lebih membutuhkan
- Trauma pada mata dan saraf kelenturan TMJ (temporo-
wajah lebih sedikit mandibular joint)
- Polusi ruangan lebih sedikit - Difusi N2O pada balon
- Ada beberapa
kontraindikasi
Dibandingkan dg - Kurang invasif - Meningkatkan resiko
ETT - Kedalam anastesi yang aspirasi gastrointestinal
dibutuhkan lebih dangkal - Harus dalam posisi prone
- Berguna pada intubasi sulit atau jackknife
- Trauma pada gigi dan laryngx - Tidak aman pada pasien
rendah obisitas berat
- Mengurangi kejadian - Maksimum PPV (positive
bronkhospasme dan pressure ventilation)
laryngospasme terbatas
- Tidak membutuhkan relaksasi - Keamanan jalan nafas
otot kurang terjaga
- Tidak membutuhkan mobilitas - Resiko kebocoran gas dan
leher polusi ruangan lebih tinggi
- Mengurangi efek pada tekanan - Dapat menyebabkan
introkular distensi lambung
- Mengurangi resiko intubasi ke
esofagus atau endobronchial

Komplikasi Penggunaan LMA 2,3,4


1. Komplikasi Mekanikal (kinerja LMA sebagai alat) :
a. Gagal insersi (0,3 4%)

b. Ineffective seal (<5%)

c. Malposisi (20 35%)

2. Komplikasi Traumatik (kerusakan jaringan sekitar) :

a. Tenggorokan lecet (0 70%)

b. Disfagia (4 24%)

c. Disartria (4 47%)
3. Komplikasi Patofisiologi (efek penggunaan LMA pada tubuh) :

a. Batuk (<2%)

b. Muntah (0,02 5%)

c. Regurgitasi yang terdeteksi (0-80%)

d. Regurgitasi klinik (0,1%)

VII. LMA dan Anastesi Pediatrik


Pada pasien pediatrik LMA dapat memberikan jalan nafas yang lebih aman daripada
yang dapat diberikan oleh alat jalan nafas pharyngeal dan sungkup muka. LMA
melewati lidah dan struktur pharyngeal atas yang dapat menyebabkan obstruksi jalan
nafas atas pada anak-anak. Prosedur bedah yang singkat seperti myringotomy
mungkin tidak membutuhkan LMA, tetapi pada beberapa penderita tertentu (seperti
penderita madibular hipoplasia), LMA dapat merupakan pilihan terbaik walaupun pada
prosedur singkat. Pada situasi dimana ahli anastesi bekerja sendirian (walaupun telah
direncanakan intubasi endotracheal) dan induksi inhalasi tengah dilakukan, insersi LMA
setelah induksi anastesi dapat memberikan jalan nafas yang aman sementara ahli
anastesi melakukan akses vena sebelum intubasi trachea. 2,3,4

LMA khususnya paling tepat pada keadaan yang membutuhkan anastesi umum untuk
prosedur non-invasif seperti MRI, CT-Scan, kateterisasi jantung, nuclear scan, dan
radioterapi. Komplikasi dan efek samping dari intubasi endotracheal dapat dihindari
untuk jenis-jenis prosedur tersebut. LMA juga dapat digunakan untuk beberapa jenis
prosedur pembedahan lainnya seperti prosedur bedah umum yang tidak membuka
rongga tubuh, prosedur bedah plastik, prosedur ortopedik, dan prosedur bedah urologi.
LMA bukanlah pengganti intubasi endotracheal, namun demikian ahli anastesi harus
lebih cermat mereview indikasi intubasi endotracheal pada pasien-pasien pediatrik
untuk menentukan apakah LMA dapat memberikan jalan nafas yang aman sehingga
dapat mengurangi resiko dan efek samping. 2,3,4
Perbandingan Penanganan Jalan Nafas dengan Menggunakan LMA Vs ETT pada
Anastesi Pediatrik

Telah dilakukan banyak penelitian tentang penggunaan LMA untuk penanganan jalan
nafas pada anastesi pediatrik. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh M.Afzal
dkk di Rumah sakit swasta Al-Khuwai Muscat Oman, yang dimuat dalam The Internet
Journal of Anastesiologi volume 13 Number 1 2007. Afzal melakukan penelitian
terhadap 202 pasien pediatrik yang akan menjalani operasi abdomen bagian bawah
dengan general anastesi. Kelompok pasien dibagi dua yaitu menggunakan ETT 100
anak dan menggunakan LMA 102 anak. Semua penderita termasuk dalam ASA I atau
II antara umur 1 sampai 12 tahun, akan menjalani operasi orchidopeksi, hernia
inguinalis dan sirkumsisi. Perbandingan dari kedua kelompok pasien dilakukan dengan
metode student t-test meliputi perbandingan umur, berat badan, durasi operasi dan
durasi anastesi. 4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penggunaan LMA dan ETT dalam hal komplikasi perioperatif seperti batuk,
laryngospame, gagging atau tahan nafas (P>0,05). 4

Anastesi General pada penderita pediatrik dengan menggunakan LMA tanpa


akses intravena

Telah dilakukan penelitian oleh Z. Messieha dkk di Universitas Illionis Chicago Amerika
Serikat terhadap 1954 penderita pediatrik yang menjalani operasi dengan anastesi
umum menggunakan LMA tanpa akses intravena sebelum pemasangan LMA
dibandingkan dengan akses intravena sebelumnya. Dari penelitian ini diperoleh hasil
bahwa keberhasilan memasukkan LMA antara 100%-98,9%, interval incisi 17,2 menit
pada kelompok dengan akses intravena dan 11,4 menit pada kelompok tanpa akses
intravena, komplikasi yang terjadi pada kelompok tanpa akses intravena 2,22%.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa anastesi umum pada pasien pediatrik tanpa akses
intravena menunjukkan angka keberhasilan insersi LMA yang tinggi, waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur lebih singkat, dan angka komplikasi yang
rendah. 6
VIII. LMA dan Jalan Nafas Sulit

Walaupun diciptakan bukan untuk mengatasi jalan nafas yang sulit tetapi LMA telah
membuktikan dirinya bahwa dapat digunakan untuk menangani jalan nafas yang sulit
tiga puluh tahun terakhir ini. Literatur-literatur kedokteran telah memuat banyak laporan
kasus tentang penggunaan LMA untuk penanganan jalan nafas yang sulit pada kondisi
elektif ataupun emergenci. Hal tersebut juga telah dibuktikan pada penderita anak-anak
ataupun orang dewasa. Ventilasi pada pasien pediatrik dengan sindrome kelainan
kongenital seperti Pierre-Robin, Treacher-Collins, Goldenhar, Klippel-Feil, Beckwith-
Weidemann lebih mudah menggunakan LMA daripada alat yang lain. Intubasi
endotracheal dengan bantuan fiberoptic dapat dfasilitasi dengan adanya LMA dan telah
merevolusi penanganan jalan nafas untuk penderita-penderita dengan jalan nafas yang
abnormal. Pada kebanyakan kasus LMA dapat di insersi setelah penderita tidak sadar
dengan obat anastesi inhalasi seperti sevoflurane. Untuk penderita-penderita yang
fungsi ventilasinya tidak dapat diperkirakan setelah induksi anastesi, maka LMA dapat
di insersi dengan menggunakan anastesi topikal. 1,2, 7

Kegunaan LMA pada kasus jalan nafas yang sulit: 2

a. Sebagai jalur untuk memasukkan intubasi endotracheal fiberoptik pada pasien


sadar. Ketika pada perioperatif ditentukan bahwa penderita harus diintubasi
endotrakheal secara sadar, LMA dapat dipasang terlebih dahulu untuk kemudian
dijadikan jalur untuk lewatnya intubasi endotracheal fiberoptik. Insersi LMA relatif
menimbulkan rangsangann yang lebih ringan yang lebih dapat ditoleransi pada
penderita yang sadar dibandingkan rangsangan yang timbul karena metode
konvensional dari laryngoskopi atau bronkoskopi. Visualisasi dari pintu masuk
laryngeal dengan fiberoptik bronkoskopi biasanya mudah melalui batang dari
LMA yang dalam posisi baik. Pada penderita yang jalan nafasnya sulit tetapi
tidak membutuhkan intubasi endotrakheal, LMA dapat di insersi ketika penderita
tersebut masih sadar dan dapat digunakan untuk kontrol jalan nafas secara
primer.
b. Sebagai jalan nafas pada pasien dalam anastesi yang tidak dapat diintubasi
endotrakheal. LMA dapat sebagai alternatif dari face mask pada pasien dengan
general anastesi yang tidak dapat diintubasi endotrakheal tetapi paru-paru dapat
diberikan ventilasi secara face mask. Tekecuali pada penderita dengan resiko
tinggi terjadi regurgitasi lambung. Pada situasi ini penggunaan LMA tidak
melindungi jalan nafas dari regurgitasi sehingga hanya memiliki sedikit
keunggulan dibandingkan face mask.namun LMA dapat dijadikan jalur untuk
intubasi endotrakheal fiberoptik.

c. Sebagai jalur untuk intubasi endotrakheal fiberoptik pada pasien dalam anastesi
yang tidak dapat diintubasi tetapi paru-paru dapat diventilasi.

d. Sebagai jalan nafas darurat pada pasien dengan gawat darurat yang tidak dapat
diintubasi atau diventilasi. LMA memberikan jalan nafas life saving pada kasus
emergency dan merupakan tindakan yang dapat dibenarkan sebelum tindakan
combitube trakheal esofagus atau ventilasi jet transtrakheal.

e. Sebagai jalur untuk intubasi endotrakheal pada pasien yang tidak dapat diventilasi
ataupun diintubasi. Jika jalan nafas dapat diamankan dengan LMA pada situasi ini maka
dapat memperpanjang waktu persiapan intubasi endotracheal. Bila LMA dapat
memberikan ventilasi yang adekuat maka berarti pembukaan glottik berada didalam
mangkuk LMA dan intubasi dengan penuntun fiberoptik melalui LMA akan berhasil
dengan baik. Jika ventilasi tidak adekuat setelah insersi LMA, mungkin posisi LMA
tidak tepat sejajar dengan laryngeal inlet atau mungkin ada patologi pada periglottik.
Pada situasi tersebut maka intubasi dengan penuntun fiberoptik juga akan sulit dilakukan
dan memerlukan trakheo-esofageal combitube, segera mulai jet ventilasi transtracheal
atau dilakukan jalan nafas secara pembedahan.
Gambar. Intubasi trakea dengan menggunakan LMA

IX. Kesimpulan

Penanganan jalan nafas adalah tugas paling penting dari seorang ahli anastesi dan
fungsi tersebut tidak dapat ditawar lagi. Ahli anastesi tidak boleh menerima
keterbatasan metode penanganan jalan nafas dan harus menyiapkan berbagai teknik
penanganan jalan nafas untuk tiap-tiap kasus yang mungkin memerlukan pendekatan
yang berbeda. Tidak ada satupun teknik penanganan jalan nafas yang dapat cocok
untuk semua pasien dan kasus sehingga ahli anastesi harus menguasai berbagai teknik
untuk memastikan penanganan jalan nafas yang paling optimal dengan resiko yang
paling minimal.

LMA telah dibuktikan dapat digunakan secara luas sebagai alternatif menejemen jalan
nafas yang handal dan terpercaya termasuk dalam bidang anastesi pediatrik,
menejemen jalan nafas sulit, resusitasi jalan nafas dll

Laryngeal Mask Airway (LMA) atau sungkup laring adalah alat yang sangat penting untuk
mengatasi kegawatdaruratan jalan nafas. Alat ini sudah terbukti efektif dalam menjaga jalan
nafas dan menjamin ventilasi apabila terjadi kesulitan atau kegagalan intubasi. Alat ini juga dapat
digunakan untuk memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea. Penempatan sungkup laring
yang benar akan menjaga kebocoran lebih baik dibanding menggunakan sungkup muka dan
sebanding dengan pipa endotrakeal pada tekanan ventilasi mencapai 20 cmH20.
Laryngeal Mask Airway (LMA) atau sungkup laring menjadi sangat populer dalam beberapa
dekade terakhir ini. Penggunaan sungkup laring mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan
penggunaan intubasi endotrakeal dan sungkup muka. Salah satu yang menjadi kelemahan
penggunaan sungkup muka adalah tidak dapat melindungi jalan nafas dari kemungkinan
regurgitasi isi lambung.

Dalam pemasangannya, sungkup laring tidak memerlukan laringoskop, tidak perlu pemberian
pelumpuh otot, tidak merusak pita suara, respon kardiovaskuler sangat rendah dibanding
intubasi endotrakea. Kenyamanan pemasangan sungkup laring setelah induksi anestesi
memerlukan anestesi yang dalam untuk menekan reflek jalan nafas seperti batuk, cegukan dan
spasme laring.

Pada penelitian Mary, Donal dan Patrick (1999) melaporkan kejadian cegukan, batuk dan spasme
laring mencapai 20,4%; 13,6% dan 11,4% 13. Untuk mencegah hal tersebut hal yang dapat
dilakukan adalah memberikan suksinilkolin, meningkatkan dosis obat induksi atau penambahan
pemberian narkotik saat induksi. Penempatan sungkup laring yang benar akan menjaga
kebocoran lebih baik dibandingkan sungkup muka dan sebanding dengan pipa endotrakea pada
tekanan ventilasi mencapai 20 cmH20.

SEJARAH PENGGUNAAN LMA

Laryngeal Mask Airway (LMA) pertama kali diperkenalkan oleh dr. Archie Brain, seorang
anestesiologis, tahun 1981 di rumah sakit Whitechapel, London. LMA mulai dijumpai di pasaran
pada tahun 1988, dan hanya dalam waktu 12 bulan telah dipakai di lebih dari 500 rumah sakit di
London, Inggris. Lebih dari 50% tehnik anestesia umum di beberapa pusat di Inggris
menggunakan LMA, khususnya pada operasi rawat jalan atau one day surgery (ODS).

Gambar Laryngeal mask airway dalam berbagai ukuran

Indikasi penggunaan LMA

Yang menjadi indikasi untuk menggunakan LMA antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan jalan nafas yang lancar tanpa penggunaan sungkup muka.
2. Untuk menghindari penggunaan ET/melakukan intubasi endotrakeal selama ventilasi
spontan.

3. Pada kasus-kasus kesulitan intubasi.

4. Untuk memasukkan ET ke dalam trakea melalui alat intubating LMA.

Kontraindikasi penggunaan LMA


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang merupakan kontraindikasi untuk menggunakan
LMA, yaitu :

1. Ketidakmampuan menggerakkan kepala atau membuka mulut lebih dari 1,5 cm,
misalnya pada ankylosing spondylitis, severe rheumatoid arthritis, servical spine
instability, yang akan mengakibatkan kesulitan memasukkan LMA.

2. Kelainan didaerah faring (abses, hematom).

3. Obstruksi jalan nafas pada atau dibawah laring.

4. Pasien dengan lambung penuh atau kondisi yang menyebabkan lambatnya pengosongan
lambung.

5. Meningkatnya resiko regurgitasi (hernia hiatus, ileus intestinal).

6. Ventilasi satu paru.

7. Keadaan dimana daerah pembedahan akan terhalang oleh kaf dari LMA.

Ukuran LMA (Laringeal Mask Airway)


Ada berbagai variasi ukuran pada LMA yang tersedia, mulai dari nomer 1 yang digunakan pada
pasien neonatus sampai ukuran paling besar yaitu 5 yang digunakan pada dewasa besar.
Pada penggunaan sungkup laring, ada yang menggunakan jenis kelamin sebagai patokan ukuran
pada penderita dewasa yaitu nomer 3 untuk wanita dan nomer 4 untuk pria. Yang perlu menjadi
perhatian adalah setelah melakukan pemasangan LMA, pengembangan kaf tidak boleh melebihi
volume maksimal yang telah ditentukan dari setiap ukuran (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik dari laryngeal mask airway


SIZE OF LMA LENGTH OF SIZE OF PATIENT VOLUME OF CUFF (ml) LARGE SIZE OF ET
LMA THAT FITS INTO
LMA

1 8 Neonatus and infant up to 6,5 kg Up to 4 3,5

1,5 10 Infant 5-10 kg Up to 7 4,0

2 11 Infant and children 10-20 kg Up to 10 4,5

2,5 12,5 Children 20-30 kg Up to 14 5,0

3 16 Children and small adult 30-50kg Up to 20 6,0


4 16 Normal adult 50-70 kg Up to 30 6,0

5 18 Large adult lebih dari 70 kg Up to 40 7,0

Cara pemasangan LMA

Pemasangan LMA dapat dilakukan dengan induksi menggunakan sevofluran atau propofol. Dari
bebarapa penelitian menyatakan bahwa propofol merupakan obat pilihan untuk pemasangan
sungkup laring dengan kemampuannya menekan reflek jalan nafas (batuk, cegukan, spasme
laring) dan kemudahan dalam pemasangannya. Sevofluran merupakan agen anestesi inhalasi
yang ideal untuk induksi, oleh karena mempunyai koefisien kelarutan yang rendah, bau tidak
menyengat, tidak iritatif serta waktu pulih yang cepat.
Sampai dengan saat ini, teknik yang banyak digunakan untuk pemasangan LMA adalah teknik
Brain yang merupakan teknik standar pemasangan LMA.

Adapun langkah-langkah pemasangan LMA dengan teknik Brain adalah sebagai berikut :

1. Kaf harus dikempeskan maksimal dan benar sebelum dipasang. Pengempisan harus
bebas dari lipatan dan sisi kaf sejajar dengan sisi lingkar kaf.

2. Oleskan jeli pada sisi belakang LMA sebelum dipasang. Hal ini untuk menjaga agar ujung
kaf tidak menekuk pada saat kontak dengan palatum. Pemberian jeli pada sisi depan
akan dapat mengakibatkan sumbatan atau aspirasi, karena itu tidak dianjurkan.

3. Sebelum pemasangan, posisi pasien dalam keadaan air sniffing dengan cara menekan
kepala dari belakang dengan menggunakan tangan yang tidak dominan. Buka mulut
dengan cara menekan mandibula kebawah atau dengan jari ketiga tangan yang dominan.

4. LMA dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk pada perbatasan antara pipa dan kaf.

5. Ujung LMA dimasukkan pada sisi dalam gigi atas, menyusur palatum dan dengan
bantuan jari telunjuk LMA dimasukkan lebih dalam dengan menyusuri palatum.

6. LMA dimasukkan sedalam-dalamnya sampai rongga hipofaring. Tahanan akan terasa bila
sudah sampai hipofaring.

7. Pipa LMA dipegang dengan tangan yang tidak dominan untuk mempertahankan posisi,
dan jari telunjuk kita keluarkan dari mulut penderita. Bila sudah berpengalaman, hanya
dengan jari telunjuk, LMA dapat langsung menempati posisinya.

8. Kaf dikembangkan sesuai posisinya.

9. LMA dihubungkan dengan alat pernafasan dan dilakukan pernafasan bantu. Bila ventilasi
tidak adekuat, LMA dilepas dan dilakukan pemasangan kembali.

10. Pasang bite block untuk melindungi pipa LMA dari gigitan, setelah itu lakukan fiksasi.
Gambar Cara pemasangan LMA dengan teknik Brain

LMA dibuat sedemikian rupa sehingga dalam pemasangan tidak diperlukan laringoskop seperti
pada pemasangan pipa endotrakea. Pemasangan sangat mudah, meski tanpa melihat langsung
ke daerah hipofaring tetapi dapat menyekat daerah sekitar faring dengan baik, sehingga
memudahkan ventilasi spontan atau dengan tekanan positip.
Pemasangan LMA yang tepat yaitu ujung LMA akan berada pada dasar hipofaring da berhadapan
dengan sfingter esofagus atas, dan sisi samping akan berada pada fossa pyriformis dan bagian
atas LMA akan berada pada pangkal lidah.
Gambar Posisi LMA in situ.

Meskipun relatif mudah, dalam melakukan pemasangan LMA kita tetap harus memperhatikan
beberapa hal penting agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang kita inginkan (Tabel 3).

Table3 hal yang harus diperhatikan pada pemasangan LMA


1. Choose the appropriate size and check for leak before insertion

2. The leading edge of the deflated cuff should be wrinkle free and facing away from the aperture

3. Lubricate only the back side of the cuff

4. Ensure adequate anesthesia (regional nerve blok or general) before attemting insersion. Propofol with opioid provide superior condition
compare with thiopental

5. Place patients head in sniffing position

6. Use your index finger to guide the cuff along the hard palate and down into hyphoparinx until an increased resistance is felt. The
longitudinal black line should always be pointing directly chepalad (ie, facing the patients upper lip)

7. Inflate with the correct amount of air

8. Ensure adequate anesthetic depth during patients positioning

9. Obstruction after insertion is usually due to a down folded epiglottis or transient laryngospasm

10. Avoid pharyngeal suction, cuff deflation, or laryngeal mask removal until the patients is awake (eg, opening mouth on command.

Keuntungan dan kerugian LMA


Laryngeal Mask Airway (LMA) atau sungkup laring merupakan konsep alternatif dalam
penanganan pemeliharaan jalan nafas antara intubasi endotrakeal dan penggunaan sungkup
muka.
Beberapa keuntungan dari LMA dalam penggunaannya antara lain adalah pemasangan tidak
memerlukan laringoskop, tidak memerlukan pelumpuh otot, tidak merusak pita suara, respon
kardiovaskuler sangat rendah jika dibandingkan intubasi endotrakea.

Namun selain keuntungan diatas, ada beberapa kerugian dalam penggunaannya. Kerugian itu
antara lain adalah meningkatkan resiko aspirasi, tidak aman jika digunakan pada pasien morbid
obese, lebih besar resiko kebocoran gas dan polusi. Lebih lengkap tentang keuntungan dan
kerugian penggunaan LMA dibandingkan intubasi ET dan penggunaan sungkup muka dapat
dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Anda mungkin juga menyukai