Anda di halaman 1dari 8

JURNAL

Oleh :
Septyen Tri Damayanti, S. Ked
21360104

Perceptor :
dr. Hartawan, Sp.An

SMF ILMU ANESTESIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM JEND. AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
MALAHAYATI 2021
Laryngeal Mask Airway: Penggunaannya di Anestesiologi
Mark Pinosky, MD, Charleston, SC

Ringkasan
Laryngeal Mask Airway dikembangkan pada 1983, merupakan alat baru yang
digunakan untuk membantu jalan nafas anak maupun dewasa. Pada 1991, Food and
Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan LMA di Amerika Serikat.
LMA dapat digunakan ulang dan menyediakan manajemen jalan nafas yang efektid
di banyak situasi. LMA mudah digunakan, tidak menciderai, dan membantu dalam
obstruksi jalan nafas. Manajemen pada jalan nafas yang sulit dan kasus trauma
masih dikembangkan. Artikel ini mengenalkan LMA kepada yang bukan
anestesiologis dan review anestesiologis tentang LMA, struktur, Teknik insersi,
masalah aspirasi, kegunaannya saat jalan nafas sulit dan pengalaman pada populasi
anak.

Pendahuluan
Laryngeal Mask Airway merupakan alat baru yang berada di antara intubasi
trakea dan penggunaan masker wajah. LMA diinsersikan ke faring dan membentuk
tekanan rendah di sekitar jalan masuk laring. Hal ini menstimulasi jalan nafas,
mencegah stimulasi simpatis yang tidak diinginkan seperti laringoskopi. LMA
menyediakan cara simple dan efektif untuk menjaga jalan nafas selama anestesi
pada dewasa maupun anak. LMA dapay digunakan ulang dan efektif. LMA juga
berperan dalam manajemen jalan nafas yang sulit.

Laryngeal Mask Airway

LMA pertama kali digunakan di Royal London Hospital pada 1981.


Anestesiologi inggris, Archie Brain, mengajukan pertanyaan, apakah ad acara untuk
mengkombinasikan jalan nafas anatomic dengan jalan nafas artifisial? Masker wajah
pendek, menutup mulut dan hidung, dan Endotracheal Tube (ETT) masuk jauh,
penetrasi pada lumen trakea. Balon ETT menyebabkan tekanan tinggi pada
permukaan epitel respirasi, menyebabkan respon anatomi yang tidak diinginkan.
Tujuan pengembangan alat ini yaitu mudah digunakan, tidak menciderai, dan yang
paling penting menghungungkan jalan nafas artifisial dan anatomic.
Prototipe LMA pertama kali digunakan oleh Brain pada 1981. Alat ini
digunakan secara sukses pada 23 pasien. Pada 1983, Brain melaporkan penggunaan
LMA gagal intubasi pertama kali. LMA menjadi tersedia komersial di Eropa pada
1988 dan dilaporkan alat ini digunakan pada 50% anestesi umum di beberapa RS.
Pada Agustus 1991, LMA telah disetujui oleh FDA. Di Amerika Serikat,
ketertarikan alat ini meningkat dan penggunaannya pada operasi elektif, pasien
dengan jalan nafas sulit dan pasien trauma.

LMA terbuat dari karet silicon tingkat medis dengan tidak adanya latex di
semua bagian. Hal ini menyebabkan LNA dapat disterilkan ulang. Alat ini memiliki
diameter internal sekitar5.25-13 mm, tergantung ukuran dari LMA. Batang
dibengkokkan 30 derajat ke arah distal berbentuk sendok seperti masker. Natang
alat ini ditandai dengan garis hitam sepanjang aspek posterior. Batang membuka
secara konkaf pada pembukaan cabang orifisium untuk mencegah epiglottis jatuh ke
belakang dan menutup lumen. Lima ukuran tersedia dan ukuran 5 LMA
berhubungan dengan ETT ukuran 7.
Perkiraan harga LMA adalah 200 dolar. Penelitian dilakukan untuk
menentukan berapa kali alat tersebut dapat digunakan. Dipastikan alat ini dapat
digunakan 50 kali sebelum ,amset rusak. Walaupun manset dapat bertahan setelah
disterilkan, alat ini mudah hancur karena gigi. Alat ini juga mudah hilang dan
dibuang.

TEKNIK PENGGUNAAN LMA

Untuk penggunaan rutin, insersi LMA membutuhkan anestesi yang dalam


seperti pada insersi Oropharyngeal Airway. Studi terbaru meneliti tentang
konsentrasi akhir tidal (ETC) pada insersi LMA untuk intubasi trakea pada anak.
Hal ini menunjukan ETC pada insersi LMA sama dengan konsentrasi alveolar
minimum dengan halothane, enflurane dan sevoflurane dan lebih sedikit daripada
yang ETC gunakan untuk intubasi trakea. Beberapa agen induksi juga telah
digunakan. Penelitian menunjukan sodium thiopental dan propofol sebagai agen
induksi mengindikasikan propofol mengurangi reflek batuk dan muntah dibanding
dengan thiopental

Insersi LMA tidak membutuhkan laringoskopi. Pasien diposisikan mendangak.


Kepala dipegang dengan eksternsi lembut dengan tangan pada oksiput stabil.
Rahang dibuka atau dibantu dengan asisten. Teknik insersi Brain menyatakan
bagian manset LMA distal ditekan melawan palatum menggunakan indeks jari
untuk memandu tabung masuk ke belakang lidah. Tabung dapat masuk hingga ada
tahanan oleh sfingter esofagus atas. Tanpa memegang tabung, manset
dikembangkan dengan udara. Hal ini menghasilkan pergerakan tabung keluar
hingga 1,5 cm. Hal ini menyebabkan manset masuk dan bergerak perlahan melawati
tiroid dan kartilago krikoid. Garis hitam longitudinal harus berada pada garis tengah
di bibir atas. Deviasi dapat menyebabkan kesalahan posisi pada manset dan
menyebabkan obstruksi parsial.

Variasi teknik insersi telah dijelaskan pada populasi anak. Mc Nicol


memasukkan alat tersebut ke bawah dengan pembukaan laryngeal ke atas. Ketika
LMA memasuki faring, ini dirotasikan 180 derajat. Manuver lain pada insersi
termasuk pengembangan manset lembut, manuver jaw thrust dan laringoskopi.
Vemtilasi terkontrol atau spontan dapat dipilih Ketika LMA dimasukkan. LMA
telah digunakan tanpa komplikasi pada operasi selama lebih dari 7 jam.

Hal ini penting untuk diingat karet silicon pada LMA permeable terhadap
nitrogen oksida dan manset dan peningkatan tekanan selama anestesi. Dengan
ventilasi tekanan positif intermiten, kebocoran 15-20 cm H20 adalah biasa. Posisi
yang benar pada 88-90% meningkat menjadi 95-98%.

Ketika posisi telah benar, bagian balon LMA terletak di dasar pada hipofaring
melawan sfingter esofagus, fosa pyriformis dan bagian pinggir masker terletak pada
dasar lidah, menekan kedepan. Epiglotis terkedang berada di samping mangkuk
LMA namun fungsi terbaik alat yaitu epiglottis di atas horizontal atau posisi
kebawah (downfolding) (Gambar 2). Penelitian radiologi menunjukan 24 laki-laki
dewasa, menunjukan downfolding pada 66% kasus.

Pelepasan LMA dideskripsikan oleh Brain yaitu dilakukan seklai Ketika


pasien terbangun dan dapat mengikuti perintah membuka mulut. Manset LMA
melindungi laring dari sekresi faring yang menyebabkan laringospasme Ketika
dilepas. Bebeberapa percaya hal ini merupakan alas an untuk melebaskan LMA
pada anestesia dalam. Hal ini memudahlan anestesiologis dan membantu transfer
pasien ke ruang pasca anestesi. Suction harus dilakukan secara hati-hati sebelum
manset mengalami deflasi untuk mencegah sekresi yang menginduksi
laringospasme.
KELEMAHAN LMA

LMA dikontraindikasikan jika ada risiko aspirasi. Manset tidak menjamin


proteksi pada laring dari aspirasi akibat muntah. Penelitian menunjukan LMA lebih
menyediakan ventilasi yang memuaskan, esofagus terlihat melalui evaluasi
fiberoptik pada 6-9% pasien. Studi membandingkan insidensi refluks
gastroesofageal pada pasien yang teranestesi menggunakan LMA atau face mask.
Refluks berhubungan dengan probe pH kecil pada esofagus.

Hal ini juga menunjukan pada ventilasi terkontrol melalui LMA dengan inflasi
tekanan tinggi meningkatkan tekanan intragastric dan berkontribusi terhadap
regurgitasi lambung. LMA tidak digunakan jika tekanan tinggi lebih dari 20 cm
H2O dibutuhkan. Risiko aspirasi lebih besar pada pasien yang menerima ventilasi
tekanan positif melalui masker wajah daripada pasien dengan pernafasan spontan
melalui LMA. Brain merekomendasikan jika tabung masuk sebelum LMA
dimasukkan atau secara alternatif, tabung orogastric dapat masuk jika LMA
mengecil secara perlahan.

Pengukuran untuk menurunkan aspirasi adalah sebagai berikut: (1) mengecek


manset secara rutin sebelum digunakan, (2) Menghindari lubrikasi pada permukaan
depan masker, karna dapat teraspirasi, (3) Inserisi LMA hanya Ketika anestesi
dalam, (4) Menghindari mengganggu pasien selama anestesi, (5) Menjaga manset
mengembang sampai pasien bangun. Hal ini direkomendasikan dari penyeda.

Jika terjadi aspirasi, Brain merekomendasikan membiarkan LMA di tempat,


membuat kepala pasien ke bawah, suctiomelalui LMA. Penekanan pada krikoid
menyebabkan poletakan LMA semakin sulit. Salah satu penelitian menunjukan
hanya 3 dari 22 pasien memiliki penempatan LMA yang benar saat penekanan
krikoid. Pada 1991, Benumof menyatakan algorita jalan nafas sulit termasuk LMS
yang tidak dapat memventilasi dan mengintubasi. Pada baian ini, LMA
dikelompokkan dengan combitube dan ventilasi transtrakeal. Semua teknik memiliki
rasio untung dan rugi.
Beberapa kelemahan LMA yaitu mulut tidak dapat terbuka lebih dari 1,5 cm,
dan LMA tidak dapat digunakan. LMA tidak menyediakan proteksi terhadap
aspirasi. Hal ini juga sulit unutk menyediakan ventilasi adekuat jika tekanan jalan
nafas dibutuhkan. Pada akhirnya, terdapat 10-5-% kegagalan, terutama tekanan
krikoid. Ketika LMA diletakkan benar, bagian pembukaan distal akan terarah pada
inlet laryngeal.

Hal ini menyebabkan teknik fiberoptik mengintubasi trakea. Semenjak LMA dapat
dimasukan cepat, intubasi melalui LMA tidak membutuhkan peralatan lain,
sehingga dapat digunakan untuk emergensi maupun prosedur elektif pada pasien
teranestesi maupun sadar.

Penggunaan bronkoskop fiberoptik (FOB) dapat memudahkan pemasangan.


Terdapat beberapa perubahan pada intubasi LMA. Brimacombe menggunakan LMA
dengan pembukaan distal dilepaskan dan menggunakan yang longitudinal.
Bronkoskopi fiberoptik dengan tabung trakea melewati LMA ke dalam trakea, LMA
ditarik dan tabung melewati FOB. Modifikasi ini tidak direkomendasikan.

Ukuran LMA yang lebih kecil yaitu ukuran 3-4 digunakan pada dewasa.
Penelitian Brain pada jalan nafas anak menggunakan cadaver bayi dan
menyimpulkan jalan nafas sama dengan dewasa. Hsl ini menyatakan lidah bayi
cenderung lebar, tinggi, kecil dan lebih ke anterior laring serta lebih dekat dengan
lantai mulut dan lume faringeal.

Pengalaman penggunaan LMA harus dilakukan pada dewasa sebelum ke anak-


anak. Pasien anak memiliki komplikasi, terkadang pada ukuran 1. Mungkin terdapat
kesalahan posisi pada anak-anak. Walaupun dengan posisi yang benar, mungkin
bisa terjadi inflasi ke lambung bila tekanan manset 20 cm H2O. Penahanan nafas
dan laringospasme dapat menyebabkan kesalahan peletakkan. Sehingga anestesia
dalam dibutuhkan daripada dewasa. Masalah lain yang mungkin muncul yaitu
proses pemasukkan atau insersi. Manuver beragam yang dapat dilakukan yaitu (1)
memasukkan LMA secara lateral, (2) menggunakkan masker melawan palatum, (3)
menarik lidah ke depan, (4) reposisi kepala, (5) menambahkan/mengurangi udara
pada manset, (6) menambahkan tekanan jalan nafas positif yang konstan, (7)
penggunaan laringoskop, (8) menggunakan teknik rotasi.
Salah satu bagian yang kontroversi adalah saat pelepasan LMA. Beberapa
penulis merekomendasikan pelepasan LMA setelah membiarkan pasien bangun.
Jika cara ini dipilih, penggunaan blok direkomendasikan untuk mencegah
komplikasi gigitan pada LMA. Beberapa yang lain merekomendasikan melepaskan
LMA pada anestesi yang lebih dalam. Alasan hal tersebut adalah karena lebih
mudah saat operator bedah selesai. Dengan teknik ini, tidak ada risiko munculnyua
aspirasi dan laringospasme. Rusaknya LMA juga tidak terjadi.

KESIMPULAN

Laryngeal Mask Airway merupakan alat baru untuk para anestesiologis. Alat
ini mudah digunakan dan tidak melukai ketika dimasukan, dan minimal respon
otonom dan somatic pasien. Terdapat keuntungan dan kelemahan alat ini. LMA, bila
digunakan dengan benar, dapat menjadi alat yang bermanfaat pada kasus elektif
maupun emergensi dengan jalan nafas sulit yang tak terduga. Pada akhirnya, jika
LMA digunakan dengan baik, maka komplikasi LMA dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai