Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

MANAJEMEN PUSKESMAS DAN


MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Disusun Oleh:
Fandy Akhmad
070100387

Pembimbing:
dr. Rina Amelia, MARS

PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

i
MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
ETIOLOGI

OLEH
Fandy Akhmad
070100387

PEMBIMBING
dr. Rina Amelia, MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

iii
MANAJEMEN PUSKESMAS DAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas

Sumatera Utara.”

OLEH
Fandy Akhmad
070100387

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : MANAJEMEN PUSKESMAS DAN MANAJEMEN RUMAH


SAKIT
Nama : FANDY AKHMAD
NIM : 070100387

Medan, Agustus 2017

Pembimbing

dr. Rina Amelia, MARS


NIP: 197604202003012002

iii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Manajemen Puskesmas Dan Manajemen Rumah Sakit”.
Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr. Rina Amelia, MARS yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk laporan kasus ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia.

Medan, Agustus 2017

Penulis
Fandy Akhmad

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 Pendahuluan 1
BAB 2 Tinjauan Pustaka 3
2.1. Puskesmas 3
2.1.1. Pengertian 3
2.1.2. Visi 3
2.1.3. Misi 3
2.1.4. Tujuan 4
2.1.5. Fungsi 5
2.1.6. Kedudukan 6
2.1.7. Organisasi 7
2.1.8. Tata Kerja 8
2.2. Rumah Sakit 11
2.2.1. Pengertian 11
2.2.2. Fungsi Rumah Sakit 11
2.2.3. Jenis Rumah Sakit 12
2.2.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit 13
2.3. Manajemen 14
2.3.1.Definisi Manajemen 14
2.3.2. Fungsi Manajemen 14
2.4. Manajemen Puskesmas 16
2.4.1.Perencanaan 16
2.4.2. Pelaksanaan dan Pengendalian 19
2.4.3. Pengawasan dan Pertanggungjawaban 23
2.4.4. Model Manajemen Puskesmas 24
2.4.5. Model Manajemen Puskesmas 28
2.5. Manajemen Rumah Sakit 27

iii
2.5.1. Penerapan Manajemen Rumah Sakit 28
2.5.1.1. Rekam Medis 29
2.5.3. Konsep Manajemen Rumah Sakit 29
BAB 3 Kesimpulan 36
DAFTAR PUSTAKA. 37

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup


masyarakat, maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan sebaik-baiknya. Pelayanan kesehatan ini berarti setiap upaya yang
diselenggarakan sensitif atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit,
serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok atau masyarakat.1
Puskesmas merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan, hal ini
ditunjukkan oleh kontribusi puskesmas dalam mendukung keberhasilan
pembangunan kesehatan. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara
upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Sejak diperkenalkannya konsep
puskesmas pada tahun 1968, berbagai hasil telah banyak dicapai. Angka kematian
ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan sementara itu angka harapan
hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara bermakna. 2,3,4
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah
air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Kecuali itu untuk daerah yang jauh
dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
2,3,4

Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai, namun dalam


pelaksanaannya puskesmas masih menghadapi berbagai masalah. Menyadari
keberhasilan puskesmas adalah penting dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan kesehatan di Indonesia, maka berbagai masalah dan atau
kekurangan puskesmas harus segera diatasi. Disusunnya konsep dasar puskesmas
ini yang merupakan salah satu cara dalam rangka mengatasi berbagai masalah
tersebut. 4
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
2

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang


dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang
sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya
masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga
kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin
kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit.6
Pada dasarnya kemampuan manusia terbatas (fisik, pengetahuan, waktu,
perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong
manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya
pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerjasama dan
keterikatan formal dalam suatu organisasi dalam bentuk manajemen.7
Maka manajemen rumah sakit yang baik sangat diperlukan dalam berbagai
keperluan pengelolaan rumah sakit serta dalam menghadapi era globalisasi yang
akan memasuki semua bidang termasuk bidang kesehatan terutama banyaknya
tuntutan terhadap kualitas dan kuantitas pelayanan yang bersatu dengan berbagai
macam kebijakan dan program dalam pemberian jasa pelayanan kesehatan.8

BAB 2
3

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
2.1.1. Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. 2,3,5

2.1.2. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup
4 indikator utama yakni:

a. Lingkungan sehat

b. Perilaku sehat

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi


pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat. 2,4,5

2.1.3. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah:
4

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah


kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan, yakni pembangunan yang tidak 6 menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di


wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya
di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan
menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan


pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan


masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan
dari yang bersangkutan. 2,4,5

2.1.4. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
5

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2025. 2

2.1.5. Fungsi

1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.


Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan
kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan


Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi ( private goods ) dengan tujuan utama menyembuhkan
6

penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan


pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
( public goods ) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan
keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.

2.1.6. Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah:

1. Sistem Kesehatan Nasional

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai


sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah


sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem Pemerintah Daerah


7

Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai


Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan


kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan,
poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah
sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai
bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti
posyandu, polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas
di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

2.1.7. Organisasi
1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas


masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:

a. Kepala Puskesmas

b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas


dalam pengelolaan:

 Data dan informasi


 Perencanaan dan penilaian
 Keuangan
 Umum dan pengawasan
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
8

 Upaya kesehatn masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM


 Upaya kesehatan perorangan
d. Jarinangan pelayanan puskesmas
 Unit puskesmas pembantu
 Unit puskesmas keliling
 Unit bidan di desa/komunitas

2. Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas


disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit puskesmas.
Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang
sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat.

3. Eselon Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di


tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran
Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat
kecamatan, maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B.

Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk


menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan
kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan kesehatan
yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan
kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.1.8. Tata Kerja

1. Dengan Kantor Kecamatan

Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor


kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan.
Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi
9

penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas, koordinasi dengan kantor


kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.

2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan administratif, puskesmas
bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina serta memberikan
bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.

3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh


lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama termasuk
penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,
puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai
kebutuhan.

4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya


kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai
pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan
kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan
perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata
masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga
masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat).
Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai
Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama
10

tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh


dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5. Dengan Lintas Sektor

Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah


menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan
dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan
di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut
mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain
pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan
berdampak positif terhadap kesehatan.

6. Dengan Masyarakat

Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di


wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai
objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai
potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi
kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra
puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
11

2.2. Rumah Sakit


2.2.1. Pengertian
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 bahwa Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. 6

2.2.2. Fungsi Rumah Sakit


Menurut UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pasal 4, bahwa
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.
Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2.3. Jenis Rumah Sakit


12

Menurut Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 pasal 18 dan 19 Tentang


Rumah Sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya.6
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam2 :
1. Rumah Sakit Umum : yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
2. Rumah Sakit Khusus : yaitu memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi menjadi2 :
1. Rumah sakit publik : yaitu dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
2. Rumah sakit privat : yaitu dapat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan


fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit yang diatur dalam
UU No 44 Tahun 2009 pasal 24 Tentang Rumah Sakit, yaitu :
1. Rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit umum kelas A
RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5
spesialis penunjang medic, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis.
b. Rumah Sakit umum kelas B
RSU kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4
spesialis penunjang medic, 8 spesialis lain dan 2 subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit umum kelas C
RSU kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 4
spesialis penunjang medic.
d. Rumah Sakit umum kelas D
RSU kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 spesialis dasar.
13

2. Rumah sakit khusus diklasifikasikan menjadi


a. Rumah Sakit khusus kelas A
b. Rumah Sakit khusus kelas B
c. Rumah Sakit khusus kelas C

2.2.4. Struktur Organisasi Rumah Sakit


Berdasarkan UU RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 33 tentang Rumah Sakit,
setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif , efisien, dan akuntabel.
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi
umum dan keuangan.6
Untuk Rumah Sakit Umum kelas A, susunan organisasinya sebagai berikut :
1. Direktur
2. Wakil Direktur : setiap wakil direktur diberikan tanggung jawab dan
wewenang mengatur beberapa bidang/bagian pelayanan dan keperawanan
serta instalasi. Wakil direktur terdiri dari:
- Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan
- Wadir Penunjang Medik dan Instalasi
- Wadir Umum dan Keuangan
- Wadir Komite Medik
3. Kepala Bidang atau Manajer
4. Komite Medik (KM) diberikan jabatan nonstruktural yang fungsinya
menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala Staf Medik Fungsional (SMF).

2.3. Manajemen
2.3.1. Definisi Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.9
Manajemen merupakan seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan.10

2.3.2. Fungsi Manajemen


14

Fungsi manajemen terdiri dari :10,11,12


1. Fungsi Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternative yang ada.
Melalui perencanaan, manajer melaksanakan hal-hal yang telah digariskan
untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi. Dengan
perencanaan dapat diketahui tujuan yang ingin dicapai, jenis dan struktur
organisasi yang dibutuhkan, jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan
uraian tugasnya, sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan
yang diperlukan, bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan
sebuah perencanaan dalam manajemen kesehatan yaitu :
1. Analisis situasi
2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya
3. Menentukan tujuan program
4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5. Menyusun rencana kerja operasional

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Pengorganisasian merupakan proses penentuan, pengelompokan,
dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas,
menyediakan alat-alat yang diperlukan dan mendelegasikan tugas kepada
setiap individu yang akan melakukan aktivitas tersebut.

3. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)


Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan. Beberapa
hal yang dapat menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia
dalam organisasi yaitu peran kepemimpinan (leadership) motivasi staf,
kerja sama antar staf, dan komunikasi yang lancar antar staf.
Tujuan fungsi pelaksanaan adalah :
1. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
2. Mengembangkan ekmampuan dan keterampilan staf
3. Menumbuhkan rasa menyukai dan memiliki pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi
kerja
15

5. Membuat organisasi berkembang secara dinamis

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)


Pengawasan merupakan kegiatan untuk melihat dan memperhatikan
sebuah proses yang sedang berjalan.

5. Fungsi Evaluasi (Evaluation)


Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan program dengan memeperbaiki fungsi manajemen.

2.4. Manajemen Puskesmas


1.1.1 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja pusksesmas. Rencana tahunan
puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan
2,4
wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.

1. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib


Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni
Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak
termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Langkah-
langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun usulan kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun
usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang
berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah
sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di
puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks ( Gantt Chart)
yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan
16

(volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk


setiap kegiatan. Rencana ini disusun melalui pertemuan
perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan
siklus perencanaan kabupaten/kota dengan mengikut sertakan BPP
serta dikoordinasikan dengan camat.
b. Mengajukan usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan
usulan kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin,
sarana dan prasarana, dan operasional puskesmas beserta
pembiayaannya.
c. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/ Plan of
Action ) dalam bentuk matriks ( Gantt Chart) yang dilengkapi
dengan pemetaan wilayah (mapping ).
2. Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang
dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya laboratorium
kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus
dilakukan untuk kelengkapan upaya-upaya puskesmas. Langkah-
langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya
kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh
puskesmas. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada/tidaknya
masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan
pengembangan tersebut. Apabila puskesmas memiliki kemampuan,
identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui
17

pengumpulan data secara langsung di lapangan (Survei Mawas


Diri). Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama
masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi
dilaku kan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique)
oleh petugas puskesmas dengan mengikut sertakan Badan
Penyantun Puskesmas. Tergantung dari kemampuan yang dimiliki,
jumlah upaya kesehatan pengembangan yang terpilih dapat lebih
dari satu. Di samping itu identifikasi upaya kesehayan
pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif
yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas
yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan
masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan puskesmas.
b. Menyusun usulan kegiatan
Langkah kedua yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun
usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran,
besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan
biaya untuk setiap kegiatan. Rencana yang telah disusun tersebut
diajukan dalam bentuk matriks ( Gantt Chart). Penyusunan rencana
pada tahap awal pengembangan program dilakukan melalui
pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah
masyarakat. Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan tahun
berikutnya dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan
rencana upaya kesehatan wajib
c. Mengajukan usulan kegiatan
Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah mengajukan
usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke
Badan Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain. Apabila
dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi
dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.
d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
18

Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah


menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau penyandang dana lain (Rencana
Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart)
yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan
rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan
penyusunan rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib.

1.1.2 Pelaksanaan dan Pengendalian


Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan
serta penilaian terhadap penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas, baik
rencana tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan, dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut: 2,3

1. Pengorganisasian
Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas, perlu dilakukan
pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus
dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para
penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk
setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan
pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja
kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini
dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun
kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim
secara lintas sektoral. Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang
dapat dilakukan:
a) Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua
sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja
pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
19

b) Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar


berbagai sektor terkait, misalnya antara puskesmas dengan sektor
pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan pada waktu
menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah. Penggalangan
kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:
 Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait
 Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan
koordinasi kecamatan
2. Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah
menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para
penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada
pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat
terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama
yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi
wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan
pelaksana.
b) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai
dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan
puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.
c) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pada waktu menyelenggarakan kegiatan puskesmas harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Azas penyelenggaraan puskesmas
Penyelenggaraan kegiatan puskesmas harus menerapkan
keempat azas penyelenggaraan puskesmas yakni azas
pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat,
azas keterpaduan dan azas rujukan
2. Berbagai standar dan pedoman pelayanan puskesmas
Pada saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai standar dan
pedoman pelayanan puskesmas sebagai acuan penyelenggaraan
20

kegiatan puskesmas yang harus diperhatikan pada waktu


menyelenggarakan kegiatan puskesmas. Standar dan pedoman
tersebut adalah:
 Standar dan pedoman bangunan puskesmas
 Standar dan pedoman peralatan puskesmas
 Standar manajemen peralatan puskesmas
 Standar dan pedoman ketenagaan puskesmas
 Pedoman pengobatan rasional puskesmas
 Standar manajemen obat puskesmas
 Standar dan pedoman teknis pelayanan berbagai upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang diselenggarakan oleh puskesmas
 Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS)
 Pedoman perhitungan satuan biaya pelayanan puskesmas
3. Kendali mutu
Penyelenggaraan kegiatan puskesmas harus menerapkan
program kendali mutu. Prinsip program kendali mutu adalah
kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan
serta etika profesi, yang memuaskan pemakai jasa pelayanan.
4. Kendali biaya
Penyelenggaraan kegiatan puskesmas harus menerapkan
program kendali biaya. Prinsip program kendali biaya adalah
kepatuhan terhadap berbagai standar dan pedoman pelayanan
serta etika profesi, yang terjangkau oleh pemakai jasa
pelayanan.
3. Pemantauan
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan
yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang
dicapai, yang dibedakan atas dua hal:
1. Telaahan internal, yakni telaahan bulanan terhadap
penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai puskesmas,
dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Data
yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen
21

Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku. Kesimpulan dirumuskan


dalam dua bentuk. Pertama, kinerja puskesmas yang terdiri
dari cakupan ( coverage), mutu (quality ) dan biaya ( cost ).
Kedua, masalah dan hambatan yang ditemukan pada waktu
penyelenggaraan kegiatan puskesmas. Telaahan bulanan ini
dilakukan dalam Lokakarya Mini Bulanan puskesmas.
2. Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan terhadap hasil yang
dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama
lainnya serta sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja
puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan dalam Lokakarya
Mini Triwulan puskesmas secara lintas sektor.
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai
dengan pencapain kinerja puskesmas serta masalah dan hambatan
yang ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan triwulanan.
4. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang
dilakukan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a Melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil
yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar
pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada penilaian
dibedakan atas dua. Pertama, sumber data primer yakni yang
berasal dari SIMPUS dan berbagai sumber data lain yang terkait,
yang dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber
data sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan
triwulanan.
b Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai
dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan
untuk rencana tahun berikutnya.

1.1.3 Pengawasan dan Pertanggungjawaban


Pengawasan danpertanggungjawaban adalah proses memperoleh kepastian
atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap
rencana dan peraturan perundangan-undangan serta kewajiban yang berlaku.
22

Untuk terselenggaranya pengawasan dan pertanggungjawaban dilakukan kegiatan


sebagai berikut:

1. Pengawasan
Pengawasan dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan
eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan
langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas
kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah terkait.
Pengawasan me ncakup aspek administratif, keuangan dan teknis
pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya penyimpangan,
baik terhadap rencana, standar, peraturan perundangan-undangan
maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pertanggungjawaban
Pada setiap akhir tahun anggaran, kepala puskesmas harus membuat
laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan
kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya
termasuk keuangan. Laporan tersebut disampaikan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta pihak-pihak terkait lainnya, termasuk
masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi
penggantian kepala puskesmas, maka kepala puskesmas yang lama
diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.

1.1.4 Model Manajemen Puskesmas


Untuk dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan Puskesmas, diperlukan
model manajemen yang cocok dan efektif untuk Puskesmas yang bersangkutan.
Beberapa model manajemen telah diperkenalkan pada Puskesmas, yaitu : 4,5

Model Manajemen P1 – P2 – P3

Manajemen Puskesmas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan


Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).

A. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas.


23

Microplanning adalah penyusunan rencana 5 (lima) tahunan dengan


tahapan tiap-tiap tahun di tingkat Puskesmas untuk mengembangkan dan
membina Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Keluarga Berencana- Kesehatan
diwilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang dihadapi dan kemampuan yang
dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas.

Tujuan umum microplanning adalah meningkatkan cakupan pelayanan


program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap penurunan
angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam wilayah kerjanya yang pada
gilirannya dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya
adalah :

1) mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB-Kesehatan di desa-


desa wilayah kerja Puskesmas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan
masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,
2) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dan
3) meningkatkan kemampuan staf Puskesmas dalamberfikir secara analitik dan
mendorong untuk berinisiatif, kreatif, dan inovatif.

Ruang Lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas, meliputi


18 kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam Pelita IV prioritas
diberikan pada penurunan angka kematian bayi dan anak balita serta angka
fertilitas, maka perencanaan yang dimaksud baru diarahkan pada 5 (lima) program
terpadu KB-Kesehatan, yaitu program Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga
Berencana, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare. Kelima program tersebut
mempunyai daya ungkit terbesar terhadap upaya penurunan angka kematian bayi,
anak balita, dan angka fertilitas.

B. P2 (Penggarakan dan Pelaksanaan) Puskesmas

Tujuan Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) Puskesmas adalah


meningkatkan fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga
Puskesmas untuk bekerja sama dalam Tim dan membina kerja sama lintas
program dan lintas sektoral. Komponen Penggerakan Pelaksanaan (P2)
24

Puskesmas dilakukan melalui Lokakarya Mini Puskesmas yang terdiri dari 4


(empat) komponen meliputi:

(1) penggalangan kerjasama Tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun


sekali di Puskesmas, dalam rangka meningkatkan kerja sama antar petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, melalui suatu proses dinamika
kelompok yang diikuti dengan analisis beban kerja masing-masing tenaga yang
dikaitkan dengan berbagai kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil
stratifikasi Puskesmas,

(2) penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yaitu dalam rangka meningkatkan


peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor terkait melalui suatu
pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Sebagai hasil pertemuan adalah
kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk keterpaduan KB-Kesehatan,

(3) rapat kerja Tribulanan Lintas Sektoral,sebagai tindak lanjut pertemuan


penggalangan kerja sama lintas sektoral,dilakukan pertemuan lintas sektoral setiap
3 (tiga) bulan sekali untukmengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral
selama 3 (tiga) bulan yang lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi,
kemudian disusun rencana kerja sama lintas sektoral bulan selanjutnya, dan

(4) Lokakarya Bulanan Puskesmas, yaitu pertemuan antar tenaga Puskesmas pada
setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja bulan yang lalu
dan membuat rencana bulan yang akan datang.

Adapun tujuan Lokakarya Bulanan Puskesmas adalah

a) disampaikan hasil rapat dari tingkat kabupaten, kecamatan dan lain sebagainya,
b) diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan Puskesmas bulan lalu,
c) diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu,
d) dirumuskannya cara pemecahan masalah,
e) disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan yang akan datang,
f) diberikannya tambahan pengetahuan baru,
g) disusunnya POA Puskesmas, baik POA tahunan maupun bulanan, dan
h) diketahuinya masalah di Puskesmas berdasarkan hasil Stratifikasi Puskesmas
25

C. P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian): Stratifikasi Puskesmas

Stratifikasi Puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi


kerja Puskesmas dengan mengelompokkan Puskesmas dalam 3 strata yaitu Strata
Puskesmas dengan prestasi kerja baik (Strata I), Strata Puskesmas dengan prestasi
kerja cukup (Strata II) dan Strata Puskesmas dengan prestasi kerja kurang (Strata
III).

Pengelompokkan ketiga strata tersebut digunakan dalam rangka pemantauan


terhadap tingkat perkembangan fungsi Puskesmas, sehingga pembinaan dalam
rangka peningkatan fungsi Puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah. Hal ini
diharapkan agar dapat menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan
kreatifitas kerja yang dinamis melalui pengembangan falsafah mawas diri.
Adapun tujuan umum Stratifikasi Puskesmas adalah mendapatkan gambaran
tentang tingkat perkembangan fungsi Puskesmas secara berkala dalam rangka
pembinaan dan pengembangannya. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. mendapatkan gambaran secara menyeluruh


b. perkembangan Puskesmas dalam rangka mawas diri,
c. mendapatkan masukan untuk perencanaan Puskesmas di masa mendatang, dan
d. mendapatkan informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan

Puskesmas sebagai masukan untuk pembinaannya. Aspek yang dinilai dalam


Stratifikasi Puskesmas meliputi hasil kegiatan pokok Puskesmas, proses
manajemen, termasuk berbagai komponen penunjang baik fisik maupun non fisik
dan keadaan lingkungan wilayah kerja Puskesmas yang dapat berpengaruh
terhadap penampilan kerja Puskesmas. Dengan Stratifikasi Puskesmas ada 3 (tiga)
area yang perlu dibina yaitu :

a) Puskesmas sebagai wadah pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas fisik, pelaksanaan manajemen, dan
kemampuan pegawai,
b) pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun program lintas
sektoral yang
26

c) secara langsung maupun tidak langsung menjadi tanggung jawab Puskesmas


dalam pelaksanaannya maupun sarana penunjangnya dan

d) peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup


sehat dan produktif.

2.4. Manajemen Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan suatu tempat yang menyelenggarakan dua jenis
pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
administrasi/manajerial.7,13
a. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan meliputi :
• Pelayanan medik berupaunit rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
rehabilitasi medik
• Pelayanan penunjang medik berupa unit laboratorium, farmasi, radiologi.
• Pelayanan penunjang non medik berupa unit gizi, laundry, sarana dan
prasarana.
b. Pelayanan administrasi/manajerial
Pelayanan administrasi meliputi :
• Manajemen kebutuhan pasien berupa penyediaan pelayanan yang baik
bagi pasien
• Manajemen sumber daya RS berupa SDM, dana, fasilitas, dan lain-lain
• Perencanaan pengembangan RS

2.4.1. Penerapan Manajemen Rumah Sakit


1. Fungsi Perencanaan (Planning)10,11,14
Fungsi perencanaan di bidang kesehatan adalah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paing pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Melalui perencanaan program di rumah sakit akan dapat diketahui :
1. Tujuan program di rumah sakit dan bagaimana cara mencapainya
2. Jenis dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut
3. Struktur organisasi rumah sakit yang dibutuhkan
27

4. Jumlah dan jenis kualifikasi staf yang diinginkan dan uraian tugasnya
5. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan di rumah sakit
6. Komunikasi serta bentuk dan standar pengawasanyang perlu
dikembangkan oleh manajer dan perlu dilaksanakan
Keuntungan dari perencanaan rumah sakit yang baik adalah :
1. Aktivitas di rumah sakit lebih terarah untuk emncapai tujuan
2. Mengurangi atau menghilngkan jenis pekerjaan yang tidak produktif
3. Alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
4. Memberikan landasan pokok fungsi manajemen lainnya yaitu fungsi
pengawasan
Kerugian dari perencanaan rumah sakit adalah :
1. Keterbatasan dalam ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa
yang akan datang
2. Memerlukan biaya yang cukup besar
3. Hambatan psikologis
4. Menghambat timbulnya inisiatif
5. Terhambatnya tindakan yang perlu diambil

Langkah-langkah perencanaan rumah sakit adalah sebagai berikut : 11,14


1. Analisis Situasi
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data atau fakta.
Analisis situasi ini melibatkan beberapa aspek ilmu yaitu :
 Epidemiologi yaitu distribusi penyakit dan determinannya yakni
kelompok penduduk sasaran yang menderita kejadian tersebut,
dimana, dan kapan masalah tersebut terjadi.
Contoh : data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi
 Antropologi yaitu aspek budaya dan perilaku sehat dan sakit
masyarakat
 Demografi yaitu angka-angka vital statistik
Contoh : jumlah kelahiran dan kematian
 Statistik yaitu mengolah dan mempresentasikan data
 Ekonomi yaitu pembiayaan kesehatan meliputi pendapatan,
tingkat pendidikan, norma sosial.
 Geografis yaitu meliputi semua informasi karakteristik wilayah
yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan
 Organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader,
keterampilan, dan sebagainya.
28

Jenis informasi yang diperlukan untuk perencanaan adalah :


 Penyakit dan kejadian sakit di wilayah kerja
 Data kependudukan
 Jenis dan organisasi pelayanan kesehatan yang tersedia
 Keadaan lingkungan dan aspek geografisnya
 Sarana dan sumber daya penunjang

Pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak


langsung yaitu :
 Mendengarkan keluhan masyarakat di lapangan
 Membahas masalah-masalah kesehatan dengan tokoh-tokoh
formal dan informal masyarakat serta petugas lapangan kesehatan
 Membaca laporan kegiatan program kesehatan
 Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, laporan khusus,
hasil suatu survei, juklak program, dan laporan tahunan.

Masalah kesehatan tersebut meliputi :


 Masalah medis (penyakit) , intervensi medis yaitu diagnosa
penyakit, pengobatan dan tindak lanjut
 Masalah kesehatan masyarakat (Public Health) , surveilen,
analisis epidemiologi, intervensi atau promosi kesehatan,
perlindungan spesifik atau deteksi dini.

2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya


Masalah dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu :
 Masalah tentang penyakit
Contoh : kematian neonatal dan perinatal, kematian ibu bersalin
 Masalah program (masalah manajemen pelayanan kesehatan)
Contoh : masalah input berupa jumlah staf kurang, jenis obat
yang tersedia tidak sesuai; serta masalah proses terkait dengan
fungsi manajemen.
 Masalah perilaku, sikap dan pengetahuan masyarakat

Kriteria penetapan prioritas masalah kesehatan adalah :


 Apakah masalah tersebut menimpa sebagian besar penduduk?
29

 Apakah masalah tersebut potensial sebagai penyebab tingginya


kematian bayi?
 Apakah masalah kesehatan tersebut bersifat kronis, menimbulkan
kecacatan, dan mengganggu produktivitas kerja masyarakat di
suatu wilayah?
 Apakah masalah tersebut mengakibatkan kepanikan masyarakat
secara luas?
Kriteria berdasarkan fisibilitas di lapangan antara lain :
 Apakah daerah itu mudah dicapai ?
 Bagaimana partisipasi masyarakat setempat?
 Berapa cakupan kegiatan program yang telah mampu dicapai
selama ini?
 Apakah masalah kesehatan tersebut adalah salah satu prioritas
program kesehatan nasional ?
 Apakah masalah kesehatan tersebut dapat dipecahkan dengan
potensi yang ada ?

3. Penentuan tujuan program


Kriteria penentuan tujuan program adalah :
 Tujuan harus sesuai dengan masalah, bisa dicapai, bisa diukur,
dan bisa dilihat hasilnya
 Target operasional berhubungan dengan waktu
 Tetapkan masalah dan faktor-faktor penghambat sebelum tujuan
dan target operasional ditetapkan

4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program


Hambatan program dalam manajemen rumah sakit antara lain :
 Hambatan pada sumber daya yaitu motivasi yang rendah pada
staf pelaksana, partisipasi masyarakat yang rendah, peralatan
tidak lengkap, informasi tidak valid, dana dan waktu yang
kurang.
 Hambatan pada lingkungan yaitu geografis (jalan rusak), iklim,
tingkat pendidikan rendah, sikap dan budaya masyarakat
(mitos, persepsi).
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar
hambatan dan kendala program kemudian mengeliminasi,
30

memodifikasi, serta mengurangi yang tidak bisa dilakukan dan


menyesuaikan dengan tujuan operasional kegiatan program.

5. Menyusun rencana kerja operasional


Dengan Rencana Kerja Operasional (RKO) akan memudahkan
pimpinan mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai alat
pemantau.
Pembahasan RKO meliputi :
 Apa yang akan dicapai?
 Siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran kegiatannya?
 Mengapa kegiatan ini penting dilaksanakan?
 Kapan kegiatan ini akan dilaksanakan ?
 Dimana kegiatan ini akan dilaksanakan ?
 Bagaimana cara mengerjakannya ?

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)10,11,14


Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui
pembagian tugas secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf,
hubungan organisatoris dalam struktur organisasi, pendelegasian
wewenang, dan pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki
organisasi.
Ada lima langkah penting dam membuat pengorganisasian, yaitu :
1. Tujuan organisasi harus sudah dipahami oleh staf
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok
untuk mencapai tujuan
3. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang praktis
4. Menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan
menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya
5. Penugasan personal yang terampil

3. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)10,11,14


Kompleksitas fungsi actuating di pengaruhi oleh dua aspek :
1. Sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima
jasa pelayanan. Hasil perawatan pasien sebagai Customer RS ada 3
kemungkinan yaitu sembuh sempurna, cacat atau mati. Apapun
31

kemungkinan hasilnya, kualitas pelayanan harus diarahkan untuk kepuasan


pasien dan keluarganya
2. Pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga kerja di RS
terdiri dari berbagai jenis profesi.
Sehubungan dengan kompleksitas sistem ketenagaan dan misi yang harus
diemban oleh RS, penerapan fungsi actuating di RS akan sangat tergantung
dari empat faktor berikut, yaitu :
1. Kepemimpinan direktur RS
2. Koordinasi yang dikembangkan oleh masing-masing wakil direktur
dengan kepala SMF dan kepala instalasinya
3. Komitmen dan profesionalisme tenaga medis dan non medis di RS
4. Pemahaman pengguna jasa pelayanan RS (pasien dan keluarganya) akan
jenis pelayanan yang tersedia di RS

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)10


Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan
pengawasan dengan tiga cara yaitu pengamatan langsung, laporan lisan
dari staf atau pengaduan masyarakat, dan laporan tertulis dari staf.

5. Fungsi Evaluasi (Evaluation)10


Evaluasi ada beberapa macam, yaitu :
a. Evaluasi terhadap input : dilaksanakan sebelum program dilaksanakan
b. Evaluasi terhadap proses : dilaksanakan pada saat kegiatan
berlangsung
c. Evaluasi terhadap output : dilaksanakan setelah pekerjaan selesai

2.4.1.1. Rekam Medis


Pelayanan yang bermutu bukan hanya pada pelayanan medis
saja, tetapi juga pada penyelenggaraan rekam medis yang menjadi salah satu
indikator mutu pelayanan rumah sakit.11 Unit rekam medis merupakan salah
satu unit yang vital dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanggung
jawab dari unit rekam medis dan staf medis yang bersangkutan meliputi
pengelolaan isi rekam medis termasuk didalamnya kelengkapan isi,
32

kebijakan penyimpanan, pemusnahan dan kerahasiaan, kepemilikan,


pemanfaatan dan pengorganisasian.15

2.4.2. Konsep Manajemen Rumah Sakit


Kerangka konsep manajemen rumah sakit adalah sebagai
berikut:10,11,14,16
1. Input
Sumber daya berupa 5M yaitu man, money, material, machines,
method.
Man : merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi.
Money : merujuk pada besar kecilnya kegiatan dapat diukur dari
jumlah uang yang beredar karena sebagai alat dalam
memperhitungkan sesuatu secara rasional.
Material : merujuk pada bahan/materi-materi sebagai suatu sarana
Machines : merujuk pada mesin yang digunakan untuk memberi
kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja
Method : merujuk pada tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer.
2. Proses Manajemen
Proses manajemen dengan langkah-langkah berupa planning,
organizing, actuating, controlling, evaluation.

3. Output
Output berupa kepuasan pasien terhadap mutu dan pelayanan
kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan merujuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien.
3633

BAB 3
KESIMPULAN

Puskesmas dan Rumah sakit merupakan bagian dari fasilitas pelayanan


kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan.Maka manajemen puskesmas dan
rumah sakit yang baik sangat diperlukan dalam berbagai keperluan pengelolaan
dari setiap proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi sehingga semua pihak dapat menjalankan fungsinya masing-masing
34

sehingga tujuan dan fungsinya dapat tercapai sehingga dapat meningkatkan


kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adisasmito, Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT : Raja Grafindo
Persada
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 44/Menkes/SK II/2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas
3. Widiastuti, Thanty, 2008, Tinjauan Umum Tentang Puskesmas, http:/
/id.scribd.com/doc/91211249/13/E-Tinjauan-Umum-Tentang-Puskesmas.
Diakses tanggal 9 Agustus 2015
4. Sudayasa, Putu, 2010, Berbagi Info Tentang Puskesmas.
http//www.puskel.com. Diakses tanggal 9 Agustus 2017
5. Norfatmawati, Prayudha, Puskesmas: BAB II Tinjauan Pustaka 2011.
http://digilib.unismus.ac.id/files/disk1/105/jtpunimus-gdl-agussantos-5214-3-
bab2.pdf. Diakses tanggal 9 Agustus 2017.
6. Undang-Undang Republik Indonesia.2009.Rumah Sakit. Jakarta : UURI
35

7. Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC


8. Rahayu, Sri. 2005. Jurnal Manajamen Administrasi Rumah Sakit. Analisis
Kinerja Petugas Dalam Pelayanan Administrasi Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Tugu Ibu Cimanggis Depok. Program KARS UI.
9. Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen (Dasar, Pengertian dan Masalah).
Jakarta : Bumi Aksara
10. Manullang, M. 2006. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
11. Herlambang, S. 2012. Cara Mudahh Memahami Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit. Gosyen publishing : Yogyakarta
12. Mudiartha, Utama. 2001. Buku Ajar Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bali : UPT Universitas Udayana
13. Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
14. Wijono, DMS. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya :
Airlangga University Press
15. Murdani E. 2007. Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Rawat
Jalan Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan Di RSU Bina Kasih Ambarwa,
[Tesis Ilmiah]. Semarang : Universitas Diponegoro
16. Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik.Yogyakarta: Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai