Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : ANALISIS KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN

“KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT”

Disusun oleh:

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

Wawan karniawan C012171024

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil Alamin kelompok panjatkan karena atas rahmat ALLAH SWT

sehingga tugas Analisis Kebijakan Pelayanan dengan topik “Analisis Kebijakan Rumah Sakit”

selesai dengan tepat waktu.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih pada pihak terkait, rekan sejawat yang

membantu dalam proses pembuatan tugas ini melalui informasi, dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kemi

mengharpkan kritik dan saran demi hasil yang lebih baik.

Makassar, Penulis,……

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................................. i


Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

BAB II ANALISIS KEBIJAKAN AKREDITAS RUMAH SAKIT ..................... 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 20

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu komponen yang turut memberi peran dalam kemajuan

pembangunan suatu Negara tidak terkecuali Indonesia. Majunya suatu Negara dapat ditinjau

dari seberapa baik dan berkembangnya pelayanan kesehatan Negara tersebut.

Dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan maka diperlukan suatu wadah,

lembaga, atau institusi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Berdasarkan kebutuhan

tersebut maka terbentuklan institusi yang mewadahi layanan kesehatan seperti rumah sakit,

puskesmas, maupun klinik kesehatan. Pihak penyelenggara rumah sakit bisa dilaksanakan oleh

pemerintah maupun oleh pihak swasta.

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 2 menyatakan

bahwa ”Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai

kemanusiaan, etika dan prefesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,

pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.” Setiap

institusi pemberi layanan kesehatan bertanggung jawab dalam menjamin pasien mendapatkan

perlindungan dan keselamatan atas pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan. Hal ini

selanjutnya diuraikan dalam Pasal 5 tentang fungsi rumah sakit pada poin a menyatakan

bahwa ”Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.”

Pelayanan kesehatan yang sesuai standar selanjutnya dibahasakan dalam Undang-

Undang No 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 yang berbunyi,”Dalam upaya peningkatan mutu

pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali.” Jadi

4
pasal inilah yang mendasari wajibnya suatu rumah sakit mengikuti dan menyelenggarakan

akreditasi rumah sakit.

Sebagai perpanjangan tangan dari Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit Pasal 40 lahirlah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun

2012 tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit. Di dalam Pasal 1 dinyatakan

bahwa ”Akreditasi Rumah Sakit, selanjutnya disebut akreditasi, adalah pengakuan terhadap

Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang

ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan

Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara

berkesinambungan.”

Seperti yang dikutip dalam Pasal 2 poin a Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 bahwa tujuan akreditasi Rumah Sakit adalah untuk

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit. Peningkatan mutu pelayanan yang dimaksud

dalam poin b dan c meliputi keselamatan pasien, perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber

daya manusia Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi. Jadi selain perlindungan bagi

keselamatan pasien sebagai penerima layanan jasa kesehatan, akreditasi juga turut memastikan

perlindungan keselamatan bagi pelaku jasa layanan kesehatan. Pelaku jasa layanan kesehatan

yang dimaksud adalah seluruh tenaga kerja yang memberikan sumbangsih mereka dalam

sebuah rumah sakit.

Penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit seperti yang tertuang dalam Pasal 3 ayat 2

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 terbagi menjadi

akreditasi secara nasional dan akreditasi internasional. Akreditasi Rumah Sakit secara nasional

dibawahi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sedangkan untuk lembaga akreditasi

secara internasional dinaungi oleh Joint Commission Internasional (JCI).

5
Adapun langkah-langkah pelaksanaan akreditasi nasional tertuang dalam Pasal 4

dimana tata cara pelaksanaan akreditasi meliputi: persiapan akreditasi, bimbingan akreditasi,

pelaksanaan akreditasi, dan kegiatan pasca akreditasi. Sedangkan untuk ketentuan mengikuti

akreditasi secara internasional di atur dalam Pasal 3 ayat 5 yang berbunyi ”Rumah Sakit yang

akan mengikuti Akreditasi internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus sudah

mendapatkan status Akreditasi nasional.”

Rumah sakit yang dinyatakan lulus oleh KARS berhak atas predikat terakreditasi yang

dinyatakan dalam pengeluaran surat keputusan yang ditandatangani oleh Mentri Kesehatan

Republik Indonesia. Predikat lulus akreditasi rumah sakit dibagi menjadi beberapa tingkat

kelulusan dengan perolehan bintang sesuai dengan kelulusan yang dicapai oleh sebuah rumah

sakit.

Bagi rumah sakit yang setelah melakukan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan

sertifikat kelulusan akreditasi namun belum berhasil memperoleh bintang kelulusan maka

perizinan rumah sakitnya akan dipertimbangkan. Seperti yang diterangkan oleh Undang-

Undang No 44 Tahun 2009 Pasal 27 poin b yang berbunyi, ”Izin Rumah Sakit dapat dicaput

jika tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar.” Persyaratan dan standar yang dimaksud

tentulah rumah sakit yang tidak dapat lulus akreditasi nasional oleh KARS.

Pembahasan yang lebih terperinci tentan akreditasi nasional dan internasional akan

dibahas lebih lanjut dalam bab 2.

6
BAB II
ANALISIS KEBIJAKAN
AKREDITASI RUMAH SAKIT – KARS & JCI

A. Pengertian

Akreditasi Rumah Sakit adalah proses assessment yang dilakukan oleh suatu

lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan RI berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. (Pasal 40 Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa

semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana dan prasarana yang

dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar. Prosedur yang dilakukan kepada pasien juga

sudah sesuai dengan standar

B. Tujuan Pelaksanaan Akreditasi

Tujuan akreditasi Rumah sakit yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit yakni ;

1. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

2. Meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit

3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat sumberdaya manusia rumah Sakit

dan Rumah Sakit sebagai institusi, dan

4. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan.

C. Sumber Acuan/Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

7
2. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010

Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 012 Tahun 2012 Tentang

Akreditasi Rumah Sakit

4. International Principles for Healthcare Standards, A Framework of requirement for

standards, 3rd Edition December 2007, International Society for Quality in Health Care

/ ISQua

5. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals 5th Edition,

2014 `

6. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2012, Komisi Akreditasi Rumah Sakit / KARS

D. Proses

Akreditasi dilaksanakan setiap 3 tahun, dimana setiap tahun rumah sakit wajib

melaksanakan survey akreditasi

8
E. Instrumen Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan proses akreditasi digunakan instrument

sebagai bahan untuk menilai proses tersebut. Istrumen tersebut tergantung dari lembaga

penyelenggara akreditasi

Instrumen Akreditasi rumah sakit Nasional oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit

dapat diliat pada http://www.kars.or.id/

Instrument Akreditasi Internasional oleh Joint Commision Internasional dapat diliat

pada http://www.jointcommissioninternational.org/

F. Standar Akreditasi Versi 2012

I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien


Bab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Bab 6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
Bab 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
II. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit
Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)
Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
III. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
9
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
IV. Sasaran Milenium Development Goals
Sasaran I : Penurunan Angka Kematian Bayi dan Peningkatan Kesehatan Ibu
Sasaran II : Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III : Penurunan Angka Kesakitan TB

G. Penilaian

Untuk mendapatkan status akreditasi (Dasar, Madya, Utama, Paripurna) harus memenuhi

syarat-syarat penilaian terhadap 15 sasaran yaitu

Tabel 1
Penilaian untuk menentukan Status Akreditasi Rumah Sakit

Sasaran Dasar Madya Utama Paripurna


1. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit
group mayor
masing2 bab
dan rata 2

(SKP)
nilai = >
Masing-

80 %

2. Hak pasien dan keluarga (HPK)


dan Group MAJOR
Masing masing bab

3. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK)


nilai = > 80 %

4. Peningkatan mutu dan keselamatan


pasien (PMKP)
nilai = > 80 %

5. Millenium Development Goal’s


MAYOR

(MDG’s)
Dan rata2 group minor nilai = > 20%

6. Akses Pelayanan dan Kontinuitas


nilai = > 80 %

Pelayanan (APK)
MAYOR

7. Asesmen Pasien (AP)


Masing-masing bab

8. Pelayanan Pasien (PP)


9. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Masing masing bab dan
group MINOR nilai = >

10. Manajemen Penggunaan Obat (MPO)


11. Manajemen Komunikasi dan Informasi
(MKI)
12. Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
20%

13. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


nilai = > 20%

(PPI)
14. Tata Kelola, Kepemimpinan dan
MINOR

Pengarahan ( TKP)
15. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK)

10
H. Metode Telusur

Metode evaluasi untuk menelusuri sistem pelayanan RS secara efektif dengan

mencari bukti bukti implementasi mutu pelayanan dan keselamatan pada pelayanan pasien

yang dirawat di rumah sakit

1. Telusur individual/Pasien

2. Telusur sistem

a. penggunaan data

b. manajemen obat

c. pencegahan pengendalian infeksi

3. Telusur lingkungan : menilai kepatuhan melaksanakan standar manajemen lingkungan,

manajemen kedaruratan

4. Telusur program spesifik

a. fokus pada masalah atau topik spesifik, terkait keselamatan

b. integrasi laboratorium

I. Analisis Dampak

1. Peningkatan Mutu Pelayanan Terhadap Pasien

Sasaran Penilaian Akreditasi : SKP, HPK, PPK, PMKP, AP, PP.

Tujuan : Undang-Undang Nomor 44 tahun 2014 tentang Rumah Sakit Pasal 3, 4, 5, 29,

30, 31, 32, 40, 43, 45

Analisis Dampak :

Pada penilaian tingkat dasar terhadap sasaran pelaksanaan akreditasi rumah sakit

adalah harus memenuhi unsur keselamatan (keamanan dan kenyamanan) pasien di

rumah sakit. Hal ini mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2014

11
tentang Rumah Sakit menyatakan layanan paripurna yang harus diberikan kepada

pasien maupun informasi yang harus diketahui oleh pasien dan keluarga.

Pasien adalah sebuah indikator keberhasilan pelayanan rumah sakit, dimana

kepuasan menjadi hal mutlak demi mewujudkan upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. penyelenggaraan Rumah Sakit tidak hanya

memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan

derajat kesehatan dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien

Dalam standar akreditasi, pelayanan berfokus pada hal – hal terkait pelayanan

pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien, pendidikan pasien dan

keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Pada standar juga

terdapat upaya manajemen untuk memberikan dukungan agar rumah sakit dapat

memberi pelayanan yang baik kepada pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit

juga menjadi focus.

Masyarakat semakin kritis dalam menilai dan memilih pelayanan kesehatan, oleh

karena itu, akreditasi memberikan dampak kepada rumah sakit akan semakin serius

dalam melaksanakan prosedur pelayanan sesuai standar yang benar-benar memenuhi

akan kebutuhan pasien.

Rumah sakit diharapkan akan lebih "lapang dada" menerima kritik dan saran dari

pasien dan keluarganya, tidak lagi menjadi pihak yang selalu benar. Rumah sakit juga

akan lebih menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien dalam proses perawatan

sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan keluarganya akan diajak berdiskusi dalam

menentukan perawatan terbaik sesuai kondisi pasien saat ini.

2. Pengendalian infeksi

Sasaran Penilaian Akreditasi : SKP, PMKP, PAB, MPO, PPI, MFK

12
Tujuan : memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit

Analisis Dampak

Rumah sakit berwajiban melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan

keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, Komite Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi diperlukan untuk melakukan Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi (PPI) sehingga keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium,

Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain.

Rumah sakit bukan hanya fasilitas pelayanan khusus kepada orang sakit, namun

rumah sakit juga tempat bagi masyarakat melakukan aktivitas, misalnya peneliti,

akademisi ataupun pelatihan. Hal ini mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam

penularan infeksi dan akan beresiko infeksi. Oleh karena itu penting bagi masyarakat

memahami proses terjadinya infeksi, mikroorganisme yang sering menimbulkan infeksi,

serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Sehingga semua

mahasiswa/siswa, peserta magang/pelatihan yang akan mengadakan praktik di rumah

sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga karyawan baru yang akan

bertugas harus diberikan Layanan Orientasi dan Informasi (LOI) tentang Pencegahan

dan Pengendalian Infeksi.

3. Tata Kelola Penyelenggaran Rumah Sakit

Sasaran Penilaian Akreditasi : MDG’s, APK, PP, MKI, KPS, TKP, MFK

Analisis Dampak

Tata kelola penyelenggaraan meliputi beberapa aspek yaitu :

a. Kepemimpinan (monitoring, evaluasi, waktu dan komitmen)

13
Pemimpin menentukan keberhasilan dari pelaksanaan akreditasi sehingga

peran pemimpin adalah mampu melibatkan seluruh staf sehingga uraian pekerjaan

menjadi beban semua orang dalam menyelesaikan tujuan akreditasi.

Tanggung jawab Pimpinan rumah sakit mengidentifikasi dan merencanakan

jenis layanan klinis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang

dilayani oleh rumah sakit.

Pengorganisasian dan tanggungjawab staf klinis, dimana pimpinan medis,

keperawatan, dan pimpinan lain dari departemen dan layanan klinis merencanakan

dan melaksanakan struktur staf profesional untuk mendukung tanggungjawab dan

wewenng mereka

Monitoring, bimbingan dan evaluasi perlu dilakukan terus menerus oleh

pemimpin dalam mengarahkan arah tujuan akreditasi.

Pada proses akreditasi, rumah sakit dituntut untuk dapat menyelesaikan

segala persiapan dan pelaksanaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, sehingga

peran pemimpin dalam memberikan penegasan dan komitmen dalam efektifitas dan

efisiensi waktu demi tercapainya sasaran akreditasi.

Akreditasi dibutuhkan komitmen seluruh staf (capacity building team),

dinilai bagaimana peran kebersamaan seluruh unsur sumber daya mensukseskan

akreditasi, terlebih penting lagi bahwa komitmen pelayanan dapat menjadi budaya

yang membangun suasana kondusif akan pelayanan paripurna.

b. Dokumen dan Assesment Awal

Dokumen sebagai bukti pelaksanaan, terdiri dari bukti tertulis

kegiatan/rekam kegiatan dan dokumen pendukung lainnya : misalnya Ijazah,

sertifikat pelatihan, serifikat perijinan, kaliberasi, dll. Kebijakan, pedoman/panduan,

dan prosedur merupakan kelompok dokumen regulasi sebagai acuan untuk

14
melaksanakan kegiatan, dimana kebijakan merupakan regulasi yang tertinggi di RS,

kemudian diikuti dengan pedoman/panduan dan kemudian prosedur (SPO). Karena

itu untuk menyusun pedoman/panduan harus mengacu pada kebijakan-kebijakan

yang sudah dikeluarkan oleh RS, sedangkan untuk menyusun SPO harus

berdasarkan kebijakan dan pedoman/panduan.

Keberadaan SPO merupakan standar dalam pelaksanaan pelayanan

akreditasi rumah sakit. Keseragaman askep pada semua pasien, standar pelayanan

lainnya (farmasi, pengendalian infeksi dan proses administrasi) wajib disediakan

serta mengikuti undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pelayanan yang

berisiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko tinggi di pandu oleh pedoman

praktek profesional.

Penilaian awal (Assesement) perlu dilakukan oleh rumah sakit, dengan

menggunakan survey untuk melihat seberapa jauh kesiapan dan kekurangan yang

dihadapai oleh manajemen dalam menerapkan kesesuaian dengan standar sehingga

hasil survey menjadi bahan pertimbangan atas kekurangan yang dihadapi oleh

rumah sakit. Penting untuk semua pihak saling melengkapi hasil assessment yang

dilakukan sehingga nantinya pada saat akreditasi hal-hal tersebut dapat dilaksanakan

sesuai dengan standar yang ditetapkan.

c. Edukasi dan Sosialisasi

Pasien dan staf pelaksana rumah sakit penting dalam sosialiasi dan edukasi.

Dalam akreditasi penilaian penting adalah bagaimana kepuasan akan pelayanan

rumah sakit, dan bagaimana peran staf dalam melaksanakan pelayananm sehingga

edukasi dan sosialisasi sangat diperlukan manajemen rumah sakit untuk dapat

melakukan jarring diskusi, aspirasi dan membantu agar pasien dan staf memahami

15
filosofi rumah sakit, standar pelayanan, proses survei akreditas, dan Plan Of Action

(POA).

Keseragaman antara pemahaman akan standard dan aksi di lapangan

(lingkungan rumah sakit) menjadi bukti bahwa proses akreditasi bukan hanya

menjadi kebutuhan “slogan” namun menjadi bukti bahwa pelayanan berdasarkan

standar benar-benar dipahami dan dilaksanakan sampai ke tingkat pemakai dan

pengguna pelayanan.

4. Akses pelayanan dan kontuinitas pelayanan

Analisis Dampak

Untuk mewujudkan pelayanan yang berkesinambungan, rumah sakit memerlukan disain

dan melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan terkoordinasi diantara para

tenaga kesehatan yang berada di:

a. Pelayanan emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap.

b. Pelayanan diagnosis dan pelayanan pengobatan.

c. Pelayanan non bedah tindakan bedah.

d. Antar program pelayanan rawat jalan.

e. Rumah sakit lain dan pelayanan kesehatan lainnya.

Pimpinan dari berbagai pelayanan bekerjasama membuat disain pelayanan dan

melaksanakannya.

Proses didukung dengan kriteria pindah rawat yang jelas, kebijakan, prosedur atau

pedoman dan rumah sakit menetapkan individu yang bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan pelayanan. Individu tersebut dapat mengkoordinasikan seluruh

pelayanan pasien, seperti antar departemen atau dapat bertanggungjawab untuk

mengkoordinasikan pelayanan pasien secara individual (Contoh : case manager).

16
Dalam seluruh fase pelayanan, kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya yang

tersedia di dalam rumah sakit dan bila perlu di luar rumah sakit. Hal tersebut biasanya

dilakukan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan atau kebijakan yang tepat.

5. Perencanaan Perbaikan Strategis

Untuk mendapatkan Akreditasi Paripurna ini tidak mudah. Sebab pihak rumah

sakit harus memperbaiki dan membenahi pelayanan kepada para pasien, terutama

keselamatan para pasien secara optimal. Setelah mendapat Akreditasi Paripurna, pihak

rumah sakit tidak bisa semena-mena dalam memberikan pelayanan kepada warga

masyarakat. Karena setiap aktivitasnya akan diawasi oleh Komite Akreditasi, serta

akreditasi ini akan berubah dalam setiap tiga tahun sekali. Untuk itu, pihak rumah sakit

harus lebih bersemangat, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada warga

masyarakat, supaya seluruh warga masyarakat yang dilayani pihak rumah sakit merasa

puas.

Rencana tindakan yang wajib dibuat tertulis setelah rumah sakit mendapat

sertifikat akreditasi sebagai bukti upaya peningkatan mutu berkesinambungan berupa

respon terhadap hasil rekomendasi surveior

Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Strategi pendekatan pendekatan : langkah yang diambil untuk memenuhi setiap

persyaratan yang belum terpenuhi

b. Melaksanakan tindakan spesifik untuk mencapai hasil sesuai Standar / elemen

penilaian yang yang belum terpenuhi

c. Modifikasi metode yang dipakai untuk perbaikan/ pemenuhan standar dan elemen

penilaian guna perbaikan mutu berkesinambungan

17
d. Melakukan indentifikasi indikator pencapaian (berupa data) untuk mengevaluasi

efektivitas dari rencana perbaikan itu dan akan dicek setiap tahun oleh surveior

pendamping

6. Biaya

Analisis Dampak

Dampak dari hasil pelaksanaan akreditasi membutuhkan biaya/anggaran yang

besar, terutama dalam pelaksanaan akreditasi Joint Commission International (JCI),

sehingga pelaksanaan akreditasi harus dilaksanakan secara serius dan komitmen oleh

rumah sakit, dan dibutuhkan perencanaan dan aksi dari semua pihak sesuai dengan

tujuan akreditasi

7. Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Analisis Dampak :

Untuk mewujudkan peningkatan akreditasi, pemerintah wajib melaksanakan

amanat undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit yaitu melakukan

support anggaran terkait pembelian sarana prasarana, selain itu Pemerintah wajib

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen pelayanan.

Arah penilaian akreditasi Pemerintah sudah mulai menerapkan akreditasi

Internasional dimana pemerintah mulai berafiliasi dengan Joint Commission

International (JCI) dari Amerika Serikat sebagai lembaga akreditasi internasional. JCI

dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan berbagai rumah sakit besar di dunia dan

merupakan salah satu lembaga akreditasi yang dianggap berpengalaman. Akreditasi

internasional ini bertujuan untuk "menyetarakan" mutu pelayanan rumah sakit

pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya akreditasi internasional

18
ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari masyarakat bahwa rumah

sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik. Dengan pengakuan ini

diharapkan dapat membendung arus masyarakat yang berlomba-lomba berobat ke luar

negeri.

Dengan adanya akreditasi, diharapkan rumah sakit saling berpacu untuk

meningkatkan mutu layanan kesehatan di rumah sakit. Semoga…..

19
BAB III

PENUTUP

Demi mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja

sama antar semua pihak, baik pemerintah daerah dan rumah sakit itu sendiri. Semua staf rumah

sakit, mulai dari top manager sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama

dalam mewujudkannya.

Pimpinan tertinggi (direktur) hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki pemahaman

yang sama mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang

menganggap bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka

karena harus bekerja sesuai standar-standar akreditasi.

Sejatinya, standar-standar yang dijadikan komponen penilaian dalam survey akreditasi

adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan dalam jangka panjang bukan hanya pada saat

survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang sama tinggi dari semua pihak

di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya layanan kesehatan berkualitas tinggi bagi

masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang


Klasifikasi Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit

Manual International Principles for Healthcare Standards, A Framework of requirement for


standards, 3rd Edition December 2007, International Society for Quality in Health Care
/ ISQua

JCI, 2014. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals 5th Edition,
2014 `

Komisi Akreditasi Rumah Sakit / KARS, Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2012,

21

Anda mungkin juga menyukai