Disusun oleh:
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
sehingga tugas Analisis Kebijakan Pelayanan dengan topik “Analisis Kebijakan Rumah Sakit”
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih pada pihak terkait, rekan sejawat yang
membantu dalam proses pembuatan tugas ini melalui informasi, dukungan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kemi
Makassar, Penulis,……
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu komponen yang turut memberi peran dalam kemajuan
pembangunan suatu Negara tidak terkecuali Indonesia. Majunya suatu Negara dapat ditinjau
Dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan maka diperlukan suatu wadah,
lembaga, atau institusi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Berdasarkan kebutuhan
tersebut maka terbentuklan institusi yang mewadahi layanan kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, maupun klinik kesehatan. Pihak penyelenggara rumah sakit bisa dilaksanakan oleh
bahwa ”Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai
kemanusiaan, etika dan prefesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai fungsi sosial.” Setiap
institusi pemberi layanan kesehatan bertanggung jawab dalam menjamin pasien mendapatkan
perlindungan dan keselamatan atas pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan. Hal ini
selanjutnya diuraikan dalam Pasal 5 tentang fungsi rumah sakit pada poin a menyatakan
Undang No 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 yang berbunyi,”Dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali.” Jadi
4
pasal inilah yang mendasari wajibnya suatu rumah sakit mengikuti dan menyelenggarakan
Sakit Pasal 40 lahirlah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun
2012 tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit. Di dalam Pasal 1 dinyatakan
bahwa ”Akreditasi Rumah Sakit, selanjutnya disebut akreditasi, adalah pengakuan terhadap
Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang
ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar Pelayanan
Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit secara
berkesinambungan.”
Seperti yang dikutip dalam Pasal 2 poin a Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 bahwa tujuan akreditasi Rumah Sakit adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit. Peningkatan mutu pelayanan yang dimaksud
dalam poin b dan c meliputi keselamatan pasien, perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber
daya manusia Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi. Jadi selain perlindungan bagi
keselamatan pasien sebagai penerima layanan jasa kesehatan, akreditasi juga turut memastikan
perlindungan keselamatan bagi pelaku jasa layanan kesehatan. Pelaku jasa layanan kesehatan
yang dimaksud adalah seluruh tenaga kerja yang memberikan sumbangsih mereka dalam
Penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit seperti yang tertuang dalam Pasal 3 ayat 2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 terbagi menjadi
akreditasi secara nasional dan akreditasi internasional. Akreditasi Rumah Sakit secara nasional
dibawahi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sedangkan untuk lembaga akreditasi
5
Adapun langkah-langkah pelaksanaan akreditasi nasional tertuang dalam Pasal 4
dimana tata cara pelaksanaan akreditasi meliputi: persiapan akreditasi, bimbingan akreditasi,
pelaksanaan akreditasi, dan kegiatan pasca akreditasi. Sedangkan untuk ketentuan mengikuti
akreditasi secara internasional di atur dalam Pasal 3 ayat 5 yang berbunyi ”Rumah Sakit yang
akan mengikuti Akreditasi internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus sudah
Rumah sakit yang dinyatakan lulus oleh KARS berhak atas predikat terakreditasi yang
dinyatakan dalam pengeluaran surat keputusan yang ditandatangani oleh Mentri Kesehatan
Republik Indonesia. Predikat lulus akreditasi rumah sakit dibagi menjadi beberapa tingkat
kelulusan dengan perolehan bintang sesuai dengan kelulusan yang dicapai oleh sebuah rumah
sakit.
Bagi rumah sakit yang setelah melakukan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan
sertifikat kelulusan akreditasi namun belum berhasil memperoleh bintang kelulusan maka
perizinan rumah sakitnya akan dipertimbangkan. Seperti yang diterangkan oleh Undang-
Undang No 44 Tahun 2009 Pasal 27 poin b yang berbunyi, ”Izin Rumah Sakit dapat dicaput
jika tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar.” Persyaratan dan standar yang dimaksud
tentulah rumah sakit yang tidak dapat lulus akreditasi nasional oleh KARS.
Pembahasan yang lebih terperinci tentan akreditasi nasional dan internasional akan
6
BAB II
ANALISIS KEBIJAKAN
AKREDITASI RUMAH SAKIT – KARS & JCI
A. Pengertian
Akreditasi Rumah Sakit adalah proses assessment yang dilakukan oleh suatu
lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri yang ditetapkan oleh Menteri
Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa
semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana dan prasarana yang
dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar. Prosedur yang dilakukan kepada pasien juga
Tujuan akreditasi Rumah sakit yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit yakni ;
7
2. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor 012 Tahun 2012 Tentang
standards, 3rd Edition December 2007, International Society for Quality in Health Care
/ ISQua
2014 `
6. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2012, Komisi Akreditasi Rumah Sakit / KARS
D. Proses
Akreditasi dilaksanakan setiap 3 tahun, dimana setiap tahun rumah sakit wajib
8
E. Instrumen Pelaksanaan
sebagai bahan untuk menilai proses tersebut. Istrumen tersebut tergantung dari lembaga
penyelenggara akreditasi
Instrumen Akreditasi rumah sakit Nasional oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit
pada http://www.jointcommissioninternational.org/
G. Penilaian
Untuk mendapatkan status akreditasi (Dasar, Madya, Utama, Paripurna) harus memenuhi
Tabel 1
Penilaian untuk menentukan Status Akreditasi Rumah Sakit
(SKP)
nilai = >
Masing-
80 %
(MDG’s)
Dan rata2 group minor nilai = > 20%
Pelayanan (APK)
MAYOR
(PPI)
14. Tata Kelola, Kepemimpinan dan
MINOR
Pengarahan ( TKP)
15. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK)
10
H. Metode Telusur
mencari bukti bukti implementasi mutu pelayanan dan keselamatan pada pelayanan pasien
1. Telusur individual/Pasien
2. Telusur sistem
a. penggunaan data
b. manajemen obat
manajemen kedaruratan
b. integrasi laboratorium
I. Analisis Dampak
Tujuan : Undang-Undang Nomor 44 tahun 2014 tentang Rumah Sakit Pasal 3, 4, 5, 29,
Analisis Dampak :
Pada penilaian tingkat dasar terhadap sasaran pelaksanaan akreditasi rumah sakit
rumah sakit. Hal ini mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2014
11
tentang Rumah Sakit menyatakan layanan paripurna yang harus diberikan kepada
pasien maupun informasi yang harus diketahui oleh pasien dan keluarga.
kepuasan menjadi hal mutlak demi mewujudkan upaya peningkatan derajat kesehatan
Dalam standar akreditasi, pelayanan berfokus pada hal – hal terkait pelayanan
pasien dan keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien, pendidikan pasien dan
keluarga sampai ke pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Pada standar juga
terdapat upaya manajemen untuk memberikan dukungan agar rumah sakit dapat
memberi pelayanan yang baik kepada pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit
Masyarakat semakin kritis dalam menilai dan memilih pelayanan kesehatan, oleh
karena itu, akreditasi memberikan dampak kepada rumah sakit akan semakin serius
Rumah sakit diharapkan akan lebih "lapang dada" menerima kritik dan saran dari
pasien dan keluarganya, tidak lagi menjadi pihak yang selalu benar. Rumah sakit juga
akan lebih menghormati hak-hak pasien dan melibatkan pasien dalam proses perawatan
sebagai mitra. Dalam hal ini, pasien dan keluarganya akan diajak berdiskusi dalam
2. Pengendalian infeksi
12
Tujuan : memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
Analisis Dampak
keluarga dari resiko tertularnya infeksi karena dirawat, Komite Pencegahan dan
Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain.
Rumah sakit bukan hanya fasilitas pelayanan khusus kepada orang sakit, namun
rumah sakit juga tempat bagi masyarakat melakukan aktivitas, misalnya peneliti,
akademisi ataupun pelatihan. Hal ini mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam
penularan infeksi dan akan beresiko infeksi. Oleh karena itu penting bagi masyarakat
serta bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Sehingga semua
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, termasuk juga karyawan baru yang akan
bertugas harus diberikan Layanan Orientasi dan Informasi (LOI) tentang Pencegahan
Sasaran Penilaian Akreditasi : MDG’s, APK, PP, MKI, KPS, TKP, MFK
Analisis Dampak
13
Pemimpin menentukan keberhasilan dari pelaksanaan akreditasi sehingga
peran pemimpin adalah mampu melibatkan seluruh staf sehingga uraian pekerjaan
jenis layanan klinis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
keperawatan, dan pimpinan lain dari departemen dan layanan klinis merencanakan
wewenng mereka
segala persiapan dan pelaksanaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, sehingga
peran pemimpin dalam memberikan penegasan dan komitmen dalam efektifitas dan
akreditasi, terlebih penting lagi bahwa komitmen pelayanan dapat menjadi budaya
14
melaksanakan kegiatan, dimana kebijakan merupakan regulasi yang tertinggi di RS,
yang sudah dikeluarkan oleh RS, sedangkan untuk menyusun SPO harus
akreditasi rumah sakit. Keseragaman askep pada semua pasien, standar pelayanan
berisiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko tinggi di pandu oleh pedoman
praktek profesional.
menggunakan survey untuk melihat seberapa jauh kesiapan dan kekurangan yang
hasil survey menjadi bahan pertimbangan atas kekurangan yang dihadapi oleh
rumah sakit. Penting untuk semua pihak saling melengkapi hasil assessment yang
dilakukan sehingga nantinya pada saat akreditasi hal-hal tersebut dapat dilaksanakan
Pasien dan staf pelaksana rumah sakit penting dalam sosialiasi dan edukasi.
rumah sakit, dan bagaimana peran staf dalam melaksanakan pelayananm sehingga
edukasi dan sosialisasi sangat diperlukan manajemen rumah sakit untuk dapat
melakukan jarring diskusi, aspirasi dan membantu agar pasien dan staf memahami
15
filosofi rumah sakit, standar pelayanan, proses survei akreditas, dan Plan Of Action
(POA).
(lingkungan rumah sakit) menjadi bukti bahwa proses akreditasi bukan hanya
pengguna pelayanan.
Analisis Dampak
dan melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan terkoordinasi diantara para
melaksanakannya.
Proses didukung dengan kriteria pindah rawat yang jelas, kebijakan, prosedur atau
pedoman dan rumah sakit menetapkan individu yang bertanggung jawab untuk
16
Dalam seluruh fase pelayanan, kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya yang
tersedia di dalam rumah sakit dan bila perlu di luar rumah sakit. Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan atau kebijakan yang tepat.
Untuk mendapatkan Akreditasi Paripurna ini tidak mudah. Sebab pihak rumah
sakit harus memperbaiki dan membenahi pelayanan kepada para pasien, terutama
keselamatan para pasien secara optimal. Setelah mendapat Akreditasi Paripurna, pihak
rumah sakit tidak bisa semena-mena dalam memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat. Karena setiap aktivitasnya akan diawasi oleh Komite Akreditasi, serta
akreditasi ini akan berubah dalam setiap tiga tahun sekali. Untuk itu, pihak rumah sakit
harus lebih bersemangat, khususnya dalam memberikan pelayanan prima kepada warga
masyarakat, supaya seluruh warga masyarakat yang dilayani pihak rumah sakit merasa
puas.
Rencana tindakan yang wajib dibuat tertulis setelah rumah sakit mendapat
c. Modifikasi metode yang dipakai untuk perbaikan/ pemenuhan standar dan elemen
17
d. Melakukan indentifikasi indikator pencapaian (berupa data) untuk mengevaluasi
efektivitas dari rencana perbaikan itu dan akan dicek setiap tahun oleh surveior
pendamping
6. Biaya
Analisis Dampak
sehingga pelaksanaan akreditasi harus dilaksanakan secara serius dan komitmen oleh
rumah sakit, dan dibutuhkan perencanaan dan aksi dari semua pihak sesuai dengan
tujuan akreditasi
Analisis Dampak :
amanat undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit yaitu melakukan
support anggaran terkait pembelian sarana prasarana, selain itu Pemerintah wajib
International (JCI) dari Amerika Serikat sebagai lembaga akreditasi internasional. JCI
dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan berbagai rumah sakit besar di dunia dan
18
ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari masyarakat bahwa rumah
sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik. Dengan pengakuan ini
negeri.
19
BAB III
PENUTUP
Demi mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja
sama antar semua pihak, baik pemerintah daerah dan rumah sakit itu sendiri. Semua staf rumah
sakit, mulai dari top manager sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama
dalam mewujudkannya.
Pimpinan tertinggi (direktur) hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki pemahaman
yang sama mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai ada pihak yang
menganggap bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang menambah-nambah kerjaan mereka
adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan dalam jangka panjang bukan hanya pada saat
survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang sama tinggi dari semua pihak
di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya layanan kesehatan berkualitas tinggi bagi
masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit
JCI, 2014. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals 5th Edition,
2014 `
Komisi Akreditasi Rumah Sakit / KARS, Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2012,
21