RINGKASAN
Feasibility Study
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T kami telah dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Feasibility Study Pendirian RSI NU Mayong Jepara sebagai dasar informasi yang
diharapkan dapat dipakai sebagai acuan oleh manajemen rumah sakit dalam merealisasikan visi, misi,
dan tujuan, dokumentasi pembiayaan dan arah kebijakan operasional Rumah Sakit yang akan
dibangun.
Laporan akhir pekerjaan feasibility study ini merupakan hasil penelitian dan penyelidikan yang diproses
dari berbagai sumber data, terkait dengan rencana Pembangunan RSI NU Mayong oleh Yayasan
Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama (YAKISNU) Mayong Jepara yang ditinjau meliputi analisis situasi,
analisis pasar, analisis manajemen diantaranya aspek manajemen dan aspek hukum, analisis fisik serta
analisis keuangan dan investasi, yang merupakan serangkaian analisis internal dan eksternal untuk
mendukung suksesnya pembangunan fisik maupun operasional berjalan Rumah sakit di masa depan.
Dari hasil studi ini, kami berpendapat bahwa rencana pembangunan RSI NU Mayong Jepara memiliki
prospek dalam jangka menengah dan panjang dan layak untuk dilanjutkan. Kesimpulan ini kami berikan
dengan catatan semua asumsi yang diterapkan dalam studi ini dapat terpenuhi
Kesempurnaan dalam setiap hasil adalah cita-cita kami, namun sebagai manusia biasa tentunya tidak
terlepas dari keterbatasan yang ada. Untuk itu masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk
kemajuan kita bersama.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi aktif dalam membantu mendukung
penyusunan Laporan kajian ini , kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 2020
Tim Penyusun
Feasibility Study ii
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Metodologi dan Pendekatan 3
1.4 Sistematika Laporan 4
TABEL
LAMPIRAN KEUANGAN
Feasibility Study v
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Feasibility Study ix
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 Bagian H ayat (1)
telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal
34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada
pasal 19 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau. UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
pasal 6 (1) f menyebutkan pemerintah bertanggung jawab menggerakkan peran serta masyarakat dalam
pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
Pembangunan kesehatan belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di Indonesia,
khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-
pulau kecil dan daerah pemekaran. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini lebih mengedepankan
pemerataan dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
rujukan
Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Peningkatan permintaan masyarakat
akan pelayanan kesehatan menjadi salah satu penyebab pihak- pihak swasta melirik rumah sakit sebagai
lahan bisnis. Banyaknya pilihan rumah sakit, menyebabkan pasien dapat dengan leluasa memilih rumah
sakit yang diinginkan sehingga persaingan antar rumah sakitpun semakin tinggi. Untuk menghadapi
persaingan antar rumah sakit, maka pihak manajemen perlu memperhatikan kualitas mutu pelayanan yang
diberikan kepada pasien.
Kepuasan pasien dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan, baik
buruknya kualitas pelayanan yang diberikan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa, dalam hal ini
adalah sumber daya manusia di rumah sakit. Sebanyak 70% kualitas pelayanan dipengaruhi oleh sumber
daya manusia yang dimiliki. Pelayanan prima merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberi nilai
tambah agar dapat memenuhi atau dapat melampaui harapan pelanggan. Pelayanan prima dalam konteks
pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien yang berdasarkan standar
kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan
yang akhirnya dapat meningkatkan loyalitasnya kepada rumah sakit.
Selain kualitas pelayanan, kepuasan konsumen juga ditentukan oleh faktor lainnya. Salah satunya yaitu
fasilitas, fasilitas adalah usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk fisik ataupun non fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Fasilitas atau sarana prasarana merupakan penunjang
untuk melancarkan segala aktivitas yang kita inginkan. Aktivitas yang kita inginkan dalam pembahasan kali
ini adalah keinginan konsumen. Fasilitas merupakan segala sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap
kepuasan konsumen. Apabila fasilitas yang tersedia sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen
maka konsumen akan merasa puas, sebaliknya jika fasilitas yang tersedia tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh konsumen maka konsumen akan merasa kecewa.
1
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Fasilitas yang diberikan harusnya sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh konsumennya. Apalagi ini
menjamin masalah kesehatan pasien rumah sakit. Fasilitas yang disediakan harusnya sesuai dengan
kemajuan teknologi, nyaman dan mudah digunakan.Penyediaan fasilitas yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan konsumen. Disisi lain tolak ukur kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari kinerja
perusahaan yang dihasilkannya. Indikator kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari : kemampuan untuk
mendapatkan laba, kemampuan untuk terus tumbuh dan berkembang, kemampuan untuk mendapatkan
proyek yang berkelanjutan, kemampuan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada, dan kemampuan
untuk bersaing dengan perusahaan lain.
Rencana pendirian Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama (RSI NU) di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara
ini merupakan buah pemikiran dan keinginan dari MWCNU Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara melalui
Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama (YAKISNU) untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit sebagai
bentuk kepedulian terhadap masyarakat di Kabupaten Jepara dan sekitarnya, dengan mengoptimalkan
asset yang ada, dengan didukung kelengkapan fasilitas dan pelayanan yang paripurna sehingga dapat
memberi kenyamanan bagi pelanggan dan meningkatkan gaya hidup sehat.
Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika dikembangkan, akan
tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari berbagai faktor sebagai bahan
pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor
daya dukung dan daya tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.
Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi masyarakat
terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap daya serap dan daya
tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan masalah-masalah yang akan muncul dan
berdampak negatif terhadap perkembangan penduduk di masa yang akan datang, serta keberadaan lokasi
objek tersebut khususnya. Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa perencanaan diciptakan untuk
menjadikan suatu kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan
bagi daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya.
Rencana pembangunan Rumah Sakit perlu dianalisis secara komprehensif untuk melihat kelayakan
pembangunan tersebut yang dikenal dengan Studi Kelayakan Bisnis (Feasibility Study). Dokumen Studi
Kelayakan Bisnis akan dijadikan pedoman dan acuan dalam perencanaan, perancangan, dan pentahapan
pembangunan Rumah Sakit. Hasil analisis Studi Kelayakan Bisnis membantu pengambilan keputusan oleh
pemilik dan juga pihak-pihak yang terkait dalam proses pembangunan. Feasibility study membantu
menjabarkan dan menentukan prioritas tahapan pembangunan Rumah Sakit sesuai dengan asal dana
(investor atau perbankan). Dengan dokumen ini dapat diketahui bahwa keberhasilan implementasi sangat
bergantung pada langkah strategis dari manajemen, resource group, dan stakeholder sehingga dengan
kontrol bersama terjalin komunikasi yang baik, tercapainya return on investment, dan kebijakan terkait fisik
bangunan.
1. Maksud
Maksud dari penyusunan Studi Kelayakan ini adalah sebagai pedoman / acuan Yayasan Kesehatan
Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong) dalam perencanaan, perancangan, dan
2
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
pentahapan pembangunan rumah sakit, termasuk memperkirakan kapasitas, target pasar, dan sumber
daya yang diperlukan sehingga dapat diperkirakan tingkat kelayakannya.
2. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk menyusun Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pendirian
Rumah Sakit Umum di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, yang mampu memberikan fasilitas
pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif.
3. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan kegiatan penyusunan Studi Kelayakan pendirian Rumah Sakit Islam Nahdlotul
Ulama (RSI NU) di Mayong, Kabupaten Jepara, ini adalah sebagai berikut :
a) Memberikan gambaran secara komprehensif atas kondisi dan potensi usaha Rumah Sakit
b) Menganalisis konsep layanan RS yang ditawarkan (umum dan unggulan) berdasarkan
kemampuan internal dan kondisi pasar
c) Memproyeksikan kapasitas kemampuan pelayanan Rumah Sakit di masa yang akan datang,
termasuk sarana prasarana dan SDM
d) Memberikan gambaran besaran nilai investasi, skema pembiyaan, serta proyeksi dan analisis
keuangan secara detail
e) Memberikan panduan atas rencana investasi atau pengembangan usaha dan kemampuan imbal
hasil serta kelayakan investasi.
Studi kelayakan ini akan membahas secara terperinci tentang rencana investasi, perhitungan investasi serta
evaluasi terhadap investasi tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman. Fokus utama dalam studi
ini adalah analisis pasar dan analisis keuangan. Analisis keuangan direncanakan secara rinci sehingga bisa
meyakinkan pemilik modal diantaranya yaitu analisis produk dan tarif, cash flow, rugi laba, neraca, analisis
investasi (modal kerja, tanah, bangunan, alat medis dan non medis, sumber daya manusia, sistem informasi
manajemen, perhitungan keputusan investasi (IRR, NPV, Payback Period, Benefit Cost Ratio), serta
berbagai rasio keuangan lainnya.
Metode penyusunan laporan yang dilaksanakan adalah dengan menggabungkan informasi kuantitatif dan
kualitatif yang diperoleh dari pihak Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU
Mayong).dan informasi eksternal yang relevan, baik yang tertulis maupun hasil wawancara. Kajian yang
dilakukan difokuskan pada aspek-aspek yang sangat substansial serta pendekatan yang paling
memungkinkan diterapkan, tanpa mengurangi validitas dari hasil kajian.
Gambaran alur kajian secara keseluruhan merupakan serangkaian kegiatan yang di awali dari ide/pemikiran
untuk mendirikan rumah sakit baru, analisis kelayakan, hingga keputusan tentang layak atau tidak layak ide
tersebut di realisasikan, seperti dalam diagram alir berikut:
3
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
ASPEK ORGANISASI &
Pelayanan & Teknologi MANAJEMEN
Latar Belakang, Pokok-pokok
ASPEK HUKUM/REGULASI
Pemikiran, Gagasan/Ide
• Lingkup pelayanan
Landasan Hukum Pendirian
Status Hukum Pendiri dan Investor • Pelayanan unggulan Organisasi Pengelola
Susunan Pengurus • Ketersediaan teknologi Rencana Ketenagaan
Visi, Misi, Tujuan, Tujuan Status Bidang Usaha • Rencana Peralatan
Operasional, Bentuk & Ijin Mendirikan Rumah Sakit Rencana Produksi
Klasifikasi Rumah Sakit
Ijin Penyelenggaraan RS Program Medik
Klasifikasi RS
ASPEK SARANA &
ASPEK PASAR Jumlah TT
PRASARANA
Regulasi Pembangunan RS
Gambaran Wilayah Sasaran Lokasi Luas Lahan
Gambaran Kesehatan Masyarakat Wilayah Kontur Lahan unggulan
Sasaran
Rasio TT : Penduduk & Segmen Pasar
•Ketersediaan teknologi
Pendekatan Jaringan Rujukan Tinjau Kembali • Rencana Peralatan
Gagasan & Ide Perkiraan Jumlah Pasien Kajian & Analisis
Pendirian Rumah
Sistem Sosial (Pro Poor Health Services) ASPEK KEUANGAN
Gambaran Sarana Kesehatan di Wilayah
Sakit Sasaran
Total Investasi
Sumber Pembiayaan
Proyeksi Cashflow
Layak ?
Cross Subsidi
Payback Period ROI
Daftar Tarif
ASPEK LINGKUNGAN Indikator Kinerja Keuangan
lainnya
Landasan Hukum, Dampak yang Tidak
ditimbulkan, Upaya Penanganan
Ya
LINGKUP KAJIAN FS
Laporan ini mencakup keseluruhan output yang telah direncanakan. Seluruh hasil kajian diuraikan ke dalam
8 (Delapan) bab yang saling berkaitan satu sama lain sehingga pada akhirnya laporan ini dapat dijadikan
acuan pada pengembangan yang akan datang. Bab-bab tersebut adalah :
1. Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan mengenai maksud dan tujuan studi, ruang lingkup studi, metodologi studi
dan kondisi pembatas, dari studi kelayakan Pembangunan Rumah Sakit di Kecamatan Mayong,
Kabupaten Jepara oleh Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong).
2. Analisis Situasi
Berisi hasil kajian dan analisis terhadap lingkungan makro dan mikro menggunakan metode
PESTEL.
2.1. Kondisi Eksternal
2.1.1. Analisis Lingkungan Jauh
2.1.2. Politik
2.1.3. Ekonomi
2.1.4. Demografi & Ketenagakerjaan
2.1.5. Sosial Budaya
2.1.6. Teknologi
2.1.7. Lingkungan
2.1.8. Legal
4
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
3. Analisis Pasar
3.1. Analisis Pasar
3.2. Analisis SWOT
3.3. Segmentation, Targeting, and Positioning (STP)
3.4. Analisis Pesaing
3.5. Konsep & Strategi Pemasaran
3.6. Proyeksi Pasar
3.7. Batas Jangkauan
3.8. Proyeksi BOR & LOS
8. Penutup
5
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
BAB II
ANALISIS SITUASI
Pendirian Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong) merupakan rencana strategis MWCNU
Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan masyarakat
di sekitar kawasan Kecamatan Mayong maupun Kabupaten Jepara terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas. Untuk mencapai cita – cita tersebut, perlu dlakukan kajian analisis situasi terlebih dahulu. Kajian
analisis situasi ini disusun untuk melakukan penilaian terhadap lingkungan bisnis lokasi yang rencananya akan
didirikan rumah sakit yang akan dilengkapi dengan kajian epidemiologi untuk mendukung argumentasi
penentuan pelayanan umum dan unggulan rumah sakit tersebut. Kajian dilakukan pada data sekunder dengan
penekanan pada aspek-aspek tertentu sehingga diperoleh hasil analisis yang komprehensif.
Dalam menjalankan kegiatan suatu Rumah Sakit dibutuhkan implementasi yang baik agar dapat sesuai
dengan visi & misi serta tujuan Rumah Sakit. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan suatu kajian
sebelum dibuatnya perencanaan yang matang. Kajian analisis tersebut harus dilakukan dari berbagai
faktor yang langsung berpengaruh terhadap bisnis Rumah Sakit, salah satunya adalah faktor eksternal.
Kajian analisis faktor eksternal ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai salah satu faktor penting
untuk dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Dengan melakukan Kajian analisis faktor
eksternal untuk perusahaan agar mendapatkan opportunity (peluang) dan threat (ancaman) yang
dimiliki dan akan dihadapi oleh sebuah perusahaan. Salah satu alat ukur dalam melakukan kajian
analisis eksternal ini adalah dengan menggunakan PESTLE Analysis. Dalam analisis ini akan
dijelaskan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap bisnis Rumah sakit. Adapun analisis PESTLE ini
akan melihat pengaruh Eksternal terhadap kinerja perusahaan yang dilihat dari sudut pandang Politik,
Ekonomi, Sosial, Teknologi, Environmental / Lingkungan, dan Legal.
2.1.1.1 Politik
Secara umum kehidupan politik di Kabupaten Jepara dengan 7 fraksi di DPRD relatif aman,
dinamis dan mampu mengakomodasi secara maksimal perubahan kepentingan dan kebutuhan
rakyat serta perkembangan lingkungan strategis baik lokal, regional maupun nasional. Kondisi
yang stabil ini perlu diupayakan terus menerus guna mendukung kondusifitas perekonomian
secara umum di Kabupaten Jepara.
6
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Berdasarkan jumlah anggota DPRD tersebut, terlihat 3 besar partai politik yang memiliki basis
massa terbesar adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), dan Partai Gerindra. Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
dan Partai Golkar menempatkan jumlah anggota yang sama di DPRD Kabupaten Jepara, yaitu
5 orang. Sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN< Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai
Demokrat, dan Partai Hanura menjadi partai yang menempatkan perwakilannya paling sedikit
dengan jumlah kurang dari 5 kursi per partai.
2.1.1.2 Ekonomi
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi
merupakan salah satu indikasi stabilitas ekonomi. Inflasi ibarat vitamin bagi pembangunan, jika
ada dalam jumlah yang tepat maka akan menjadi hal yang positif untuk menggerakkan roda
ekonomi. Laju inflasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berdampak pada dinamika
ekonomi. Pada tahun 2018, penghitungan Indeks Harga Konsumen sebagai dasar
penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2012. Inflasi di tahun 2018 tercatat sebesar
4,20 persen, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 2,83 persen. Tingkat
inflasi Kabupaten Jepara lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat inflasi Provinsi Jawa
Tengah maupun nasional.
Tabel 2.2 Laju Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (Persen), 2017-2018
Kelompok Barang dan Jasa 2017 2018
Umum 2,83 4,20
Bahan Makanan 1,19 4,33
Makanan Jadi 1,41 5,01
Perumahan 6,62 2,00
Sandang -0,04 2,05
Kesehatan -0,13 1,35
Pendidikan 1,65 4,14
Transportasi 1,72 10,81
7
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Laju inflasi bulanan pada tahun 2018 terlihat sangat berfluktuasi. Inflasi tertinggi sebesar 2,39
persen terjadi pada bulan Juni. Sedangkan deflasi terendah sebesar -0,16 persen terjadi pada
bulan Agustus. Bila dilihat menurut penyebabnya, menurunnya stabilisasi tingkat harga di
Kabupaten Jepara pada tahun 2018 disebabkan oleh kelompok Transportasi, Makanan Jadi,
dan Bahan Makanan. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya laju inflasi kelompok pengeluaran
tersebut yang masingmasing sebesar 10,81 persen, 5,01 persen, dan 4,33 persen. Inflasi yang
cukup rendah terjadi di kelompok kesehatan dimana nilanya sebesar 1,35 persen.
PDRB merupakan nilai tambah bruto dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari
berbagai aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam satu tahun. Nilai PDRB Kabupaten Jepara
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukkan kenaikan dari
tahun ke tahun. Kenaikan PDRB atas dasar harga berlaku mencerminkan peningkatan
produksi barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Jepara tetapi masih dipengaruhi oleh
faktor kenaikan harga atau inflasi. Pada tahun 2018 persentase kenaikan nilai PDRB atas
dasar Harga Berlaku sebesar 8,76 persen dibanding dengan tahun 2017.
Sedangkan peningkatan produksi barang dan jasa secara riil tanpa dipengaruhi faktor inflasi
dicerminkan oleh kenaikan PDRB atas dasar harga konstan. Peningkatan produktivitas riil ini
merupakan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara
sebesar 5,85 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 5,39 persen
8
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
7 5,85
6 5,1 5,39
4,81 5,06
5
4
3
2
1
0
2014 2015 2016 2017 2018
Tiga pilar penting penyangga perekonomian Kabupaten Jepara dipegang oleh kategori industri
pengolahan sebesar 34,87 persen, disusul oleh kategori perdagangan dan reparasi mobil
sepeda motor sebesar 16,68 persen, dan kategori pertanian, kehutanan, perikanan sebesar
13,63 persen.
Perdagangan
17%
Industri
Pertanian 35%
13%
Lainnya
28%
Konstruksi
7%
2.1.1.3 Sosial
2.1.1.3.1 Demografi
9
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jepara, 2018
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin
Kedung 39.758 40.300 80.058 0,99
Pecangan 43.251 44.287 87.538 0,98
Kalinyamatan 33.070 33.520 66.590 0,99
Welahan 38.047 38.957 77.004 0,98
Mayong 46.192 46.819 93.011 0,99
Nalumsari 37.501 38.794 76.295 0,97
Batealit 44.209 44.360 88.569 1,00
Tahunan 60.193 58.644 118.837 1,03
Jepara 45.993 45.695 91.688 1,01
Mlonggo 45.093 43.933 89.026 1,03
Pakis Aji 31.432 31.229 62.661 1,01
Bangsri 52.897 52.556 105.453 1,01
Kembang 35.461 36.685 72.146 0,97
Keling 31.745 32.505 64.250 0,98
Donorojo 28.717 29.108 57.825 0,99
Karimunjawa 4.863 4.786 9.649 1,02
Jepara 618.422 622.178 1.240.600 0,99
Sumber: BPS Kabupaten Jepara
Kepadatan penduduk di Kabupaten Jepara sedikit meningkat dari 1.218 pada tahun
2017 menjadi 1.235 pada tahun 2018. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1 km2
wilayah di Kabupaten Jepara dihuni ratarata oleh 1.235 penduduk.
Tabel 2.6 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jepara,
2018
Kepadatan
Kecamatan Jml. Desa Luas Daerah Jml.Penduduk
Penduduk / km2
Kedung 18 43.063 80.058 1.859
Pecangan 12 35.399 87.538 2.473
Kalinyamatan 12 24.179 66.590 2.754
Welahan 15 27.642 77.004 2.786
Mayong 18 65.043 93.011 1.430
Nalumsari 15 56.965 76.295 1.339
Batealit 11 88.879 88.569 997
Tahunan 15 38.906 118.837 3.054
Jepara 16 24.667 91.688 3.717
Mlonggo 8 42.402 89.026 2.100
10
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Kepadatan
Kecamatan Jml. Desa Luas Daerah Jml.Penduduk
Penduduk / km2
Pakis Aji 8 60.553 62.661 1.035
Bangsri 12 85.352 105.453 1.256
Kembang 11 108.124 72.146 667
Keling 12 123.116 64.250 522
Donorojo 8 108.642 57.825 532
Karimunjawa 4 71.200 9.649 136
Jepara 195 1.004.132 1.240.600 1.235
Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak
844.312 jiwa, sedangkan penduduk usia non produktif sebanyak 396.288 jiwa. Dengan
demikian angka beban ketergantungan sebesar 46,94 persen, yang artinya setiap 100
orang penduduk produktif menanggung sekitar 46 sampai 47 orang yang tidak produktif.
Angka beban ketergantungan sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Penurunan
ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk usia produktif lebih tinggi dari pertumbuhan
penduduk usia non produktif.
11
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Berdasarkan olah data dari BPS Kabupaten Jepara, bahwa rata-rata pertambahan
jumlah penduduk Kabupaten Jepara adalah 1,47% per tahun (2013-2018), sedangkan
pertumbuhan penduduk per tahun untuk masing-masing kecamatan berkisar antara 1 -
2%. Rata-rata pertumbuhan penduduk di setiap wilayah kecamatan di atas secara
berturut-turut dari yang paling tinggi adalah Kecamatan Kalinyamatan 1,54%,
Kecamatan Batealit 1,51%, Kecamatan Pecangaan 1,49%, Kecamatan Mayong 1,44%,
Kecamatan Nalumsari 1,39 % dan Kecamatan Welahan 1,37 %. Sedangkan rata-rata
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak adalah 0,15%.
12
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Tabel 2.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Enam Kecamatan di Jepara 2021 – 2040
Kecamatan 2021 2022 2023 2024 2025 2030 2035 2040
2.1.1.3.2 Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja (PUK) atau penduduk yang berusia 15 tahun ke atas di
Kabupaten Jepara tahun 2018 tercatat sebanyak 933 ribu orang. Terdiri dari angkatan
kerja sebanyak 641,8 ribu orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 291,7 ribu orang.
Angkatan kerja merupakan penduduk berumur 15 tahun keatas yang berpotensi untuk
bekerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase jumlah
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. TPAK di Kabupaten Jepara pada tahun
2018 tercatat sebesar 68,75 persen, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang
sebesar 69,85 persen. Semakin rendah nilai TPAK semakin rendah pula pasokan
tenaga kerja yang tersedia untuk menunjang perekonomian di Kabupaten Jepara.
13
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Pada tahun 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Jepara sebesar
3,78 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 4,84 persen. TPT sebesar 3,78 persen artinya dari setiap 100 orang
angkatan kerja terdapat 3 sampai 4 orang yang menganggur.
Lainnya; 14%
Jasa; 10% Industri; 45%
Pertanian;
13%
Perdagangan
; 18%
Gambar 2.4 Komposisi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Jepara,
2018 (Persen)
2.1.1.3.3 Sosial-Budaya
Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk
Kabupaten Jepara secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS Kelas D yang
direncanakan berdasarkan agama, serta pengaruhnya terhadap kebiasaan, budaya,
dan pola hidup masyarakat sekitar.
14
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Tabel 2.11 Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Jepara Menurut Agama Tahun
2018
No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
1 Mayong 92.630 260 102 - - 19
2 Kalinyamatan 66.364 173 53 - - -
3 Nalumsari 76.028 244 15 - - 8
4 Welahan 76.619 231 31 - 108 8
Total 311.640 909 202 - 108 34
Jepara 1.210.702 23.695 1.117 496 4.466 124
Sumber : BPS Kabupaten Jepara
Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini
adalah pemeluk agama Islam. Seperti halnya di Provinsi Jateng dan Kabupaten Jepara,
maka pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat sangat besar. Ajaran pokok
agama Islam yang terkandung dalam tiga kerangka dasar, yaitu Aqidah (keimanan),
Syariat (aturan), dan Adab (etika), menjadi landasan utama dan memberikan corak
khas bagi identitas masyarakat.
Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan
pengendalian masyarakat.Selain ajaran agama yang mengajarkan bahwa kebersihan
adalah bagian dari keimanan, kesunahan mandi waktu tertentu, kewajiban mandi pada
situasi tertentu, kesunahan membersihkan gigi sebelum sholat dan lain-lain. Kehidupan
sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub sangat mendukung
khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan hidup sehat, dan
akan berimplikasi positif terhadap rencana pembangunan RS
2.1.1.4 Teknologi
15
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
dan mengurangi biaya operasional, sehingga rumah sakit bisa melakukan efesiensi dan
menaikan pendapatan.
Upaya peningkatan Iptek kesehatan yang dicanangkan oleh MWCNU Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara memberi peluang dalam pembangunan RS Kelas C khususnya
pengembangan Alkes yang akan digunakan. Sejalan dengan perkembangan Iptek kesehatan
dan kecenderungan pola penyakit, maka penggunaan Alkes di RS Kelas C tentunya harus
terus dikembangkan termasuk SDM bidang kesehatan yang akan mengoperasikannya.
Teknologi perumah sakitan saat ini sudah mulai memasuki industri 4.0, setiap rumah sakit
diharuskan mempersiapkan strategi dalam menghadapi industri ini. Mulai banyaknya seminar
yang dilakukan oleh Menkes terkait isu ini menjadi hal yang harus diperhatikan oleh
manajemen RS. Dalam beberapa program kedepan, menkes telah mempersiapkan Regulasi
Kesehatan untuk Mempersiapkan Rumah Sakit Memasuki Era Industri 4.0, Tantangan Rumah
Sakit di Era 4.0, Dilema Etik Kedokteran dalam Revolusi Industri 4.0 di Bidang Kesehatan,
Evaluasi Penyelenggaraan JKN pada aspek Regulasi dan Implementasi JKN di Era UHC serta
Strategi Suksesnya Implementasi e-Purchasing di Rumah Sakit di Era UHC. RSI NU Mayong
harus melihat kondisi lingkungan teknologi perumah sakitan ini dengan melakukan studi
banding dengan rumah sakit yang sudah menerapkan pola industri 4.0 agar rumah sakit tidak
tertinggal dari segi persaingan untuk kedepannya.
Pada paragraf selanjutnya, akan diulas secara ringkas beberapa teknologi terbaru yang bisa
memberikan dampak positip terhadap kinerja Rumah Sakit Pertamina Jababeka, yang dapat
digunakan pada pelayanan klinik (clinical services) dan penunjang pelayanan medis
(supporting clinical services), dimana untuk alasan kemudahan pembahasan dibagi menjadi
beberapa sub bahasan, sebagaimana dirangkum dalam bagian berikut ini.
Kemajuan teknologi komputer telah memberikan kemampuan super-komputer untuk sistim alat
kedokteran nuklir, CT Scanner dan MRI. Sistim pencitraan dalam berbagai modalitas yang
terkini dirancang dengan skenario upgrade dan bukan "direncanakan menjadi usang". Pabrik
pembuat alat secara rutin meng-upgrade perangkat lunak dan aspek lain dari produk mereka,
kadang-kadang tanpa biaya tambahan kepada pelanggan. Rumah sakit, kelompok ahli
radiologi dan pusat pencitraan (imaging center) akan menghadapi peningkatan permintaan
untuk membuktikan apa yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan kriteria
manajemen. Apakah gambar membuat diagnosis atau mengkonfirmasinya? Apakah gambar
menentukan strategi pengobatan yang optimal atau mengkonfirmasi strategi yang mungkin
cocok? Pihak ketiga wajib, terutama pemerintah, melihat radiologi dalam pengertian itu.
Pencitraan diagnostik (diagnostic imaging) dan sistim terapi (therapeutic system) saat ini
membutuhkan dukungan teknis yang semakin canggih dalam hal pemeliharaan dan perbaikan.
Rumah sakit, ahli radiologi dan pusat pencitraan harus menentukan cara yang paling ekonomis
16
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
dan efektif untuk menjamin peralatan tetap siap digunakan (up-time guaranteed). Untuk
memastikan kelangsungan fiskal mereka, rumah sakit terus berusaha mendapatkan teknologi
pencitraan dan terapi yang terkini dengan alasan untuk kompetisi dan peningkatan layanan
pasien (J. Clinical Engineering, 1993).
Mengikuti perkembangan teknologi radiodiagnostik yang telah diuraikan di atas dan merespon
(kemungkinan) kebutuhan pelayanan di RSI NU Mayong, berikut ini disajikan teknologi
radiologi yang direkomendasikan untuk diadakan:
Paperless Hospital
17
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Hari ini, sudah mulai sering ditemui dokter di rumah sakit bekerja sambil menjinjing perangkat
nirkabel untuk memeriksa hasil laboratorium, melihat gambar sinar-X, update status grafik
pasien, memberikan instruksi kepada perawat dan mengirim serta menerima e-mail. Di
samping tempat tidur pasien, perawat menggunakan perangkat nirkabel untuk merekam
catatan kemajuan pasien dan memeriksa perintah dokter. Jika mereka memberikan obat atau
mengganti perban, barang pasokan yang mereka terima dilacak secara elektronik dan
dicocokkan dengan kode bar sebagai catatan individu pasien, sehingga memungkinkan
penagihan pasien lebih akurat dan pengisian persediaan secara otomatis.
Untuk rumah sakit seperti ini, jelas tidak ada kertas di mana-mana. Para dokter dan perawat
tampak benar-benar percaya diri dan kompeten di tempat kerja baru digital mereka. Namun
digital tidak berarti sama dengan impersonal. Sebuah lukisan digantung di dinding, ruang
tunggu memiliki nuansa yang nyaman dilengkapi sebuah perpustakaan kecil, dan banyak
jendela berhadapan dengan taman yang indah terawat (ComputerWorld, 2005).
Sebuah sistem informasi manajemen rumah sakit terpadu (integrated hospital management
information system, IHMIS) adalah sistem komputer yang dirancang untuk mengelola semua
informasi medis rumah sakit dan system administratif untuk memungkinkan profesional
kesehatan melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.
Sistem Informasi Rumah Sakit pertama kali dikembangkan pada tahun 1960 dan telah menjadi
bagian penting dalam manajemen informasi dan administrasi rumah sakit. Pada awalnya,
system ini terdiri atas komputer sentral besar yang terhubung dengan komputer terminal lain
dan digunakan untuk mengelola keuangan pasien serta persediaan rumah sakit.
Sistim informasi manajemen rumah sakit terpadu (SIMRS) harus terintegrasi dengan medical
record information system dan medical equipment system sebagai sistem pendukung rumah
sakit serta mendukung medical education dan research center. SIMRS juga harus terintegrasi
dengan research laboratory, computer laboratory, perpustakaan dan unit pendidikan penelitian
lainnya. SIMRS dapat beroperasi secara optimal menggunakan web based communication and
information system. Alasan utamanya karena dapat dikembangkan ke luar atau ke dalam
18
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
rumah sakit sesuai dengan lokasi pengguna (user) dan administrator. Konsep ini yang akan
menjadi tulang punggung dari paperless dan cyber hospital.
2.1.1.5 Lingkungan
Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota
di Jepara. Posisi geografis Kab. Jepara terletak di bagian Utara propinsi Jawa Tengah, dengan
koordinat 110o9’48,02” – 110o58’37,40” BT dan 5o43’20,67” – 6o47’25,83” LS, dengan
batas-batas wilayah meliputi:
Jarak terdekat dari ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak
terjauh adalah kecamatan karimunjawa yaitu 90 km. Luas wilayah yang dimiliki seluas
100.413,189 Ha atau sekitar 1.004,13 Km2 yang meliputi 16 Kecamatan, 184 Desa dan 11
Kelurahan, serta 1.015 RW dan 4766 RT, dengan panjang garis pantai 72 km. Sedangkan
wilayah laut seluas 2.112,836 km2. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling yaitu
12.311,588 ha dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Kalinyamatan yaitu 2.370,001 ha.
Menurut klasifikasinya baik kelurahan maupun desa di Kabupaten Jepara termasuk
swasembada
Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari dataran tinggi (di
sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering), dataran rendah, dan daerah pantai. Kondisi
Topografi antara 0 – 1.301 meter diatas permukaan air laut.
Penggunaan/pemanfaatan lahan pada umumnya digunakan untuk :
19
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Topografi tanah di Kabupaten Jepara bervariasi mulai dari dataran tinggi di sekitar Gunung
Muria dan Clering sampai dataran rendah dan memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km yang
memanjang dari sebelah selatan ke utara termasuk Kepulauan Karimunjawa. Kondisi ini
menjadikan Kabupaten Jepara mempunyai sumber daya alam yang cukup melimpah.
Kabupaten Jepara memiliki 2 desa yang berada di daerah lembah/daerah aliran sungai, 22
desa berada di lereng punggung bukit, 141 desa di daerah dataran, dan 34 desa di daerah
pantai
Lokasi rencana pendirian RSI NU Mayong Jepara terletak di Jalan Mayong-Jebol, RT. 01/RW
02, Singorojo, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Lahan seluas 4.272 m2 tersebut
memiliki batas-batas sebagai berikut:
Utara : Jalan Datuk Gunardi
Barat : Jalan Mayong – Jebol
Selatan : Fasilitas Umu (Perumahan Mayong Raya Indah)
Timur : Tanah kosong.
Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika
dikembangkan, akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari
berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial
20
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor daya dukung dan daya
tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan. Jika dilihat dari keberadaan
lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis untuk dikembangkan, karena
terletak tidak jauh dari pusat kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara yang dapat meningkatkan
kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas bagi masyarakat setempat dan
masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari kondisi eksisting di sekitar lokasi
peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan sekitar sudah terbangun beberapa macam
aktivitas/kegiatan dalam bidang Industri perdagangan dan jasa, serta diperuntukkan sebagai
permukiman penduduk
2.1.1.6 Legal
PMK No. 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Teknis pendirian rumah sakit dijabarkan secara detail pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 3
tahun 2020 yang menjelaskan bahwa untuk memperoleh izin mendirikan, rumah sakit harus
memenuhi persyaratan yang meliputi :
a) Studi Kelayakan
b) Master plan
c) Detailed Engineering Design (DED)
d) Rekomendasi izin mendirikan
e) Pemenuhan Peralatan Kesehatan
Izin Mendirikan Rumah Sakit berlaku selama Rumah Sakit memberikan pelayanan Kesehatan
Izin Operasional Rumah Sakit merupakan izin yang diajukan oleh pimpinan Rumah Sakit untuk
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan termasuk penetapan kelas Rumah Sakit dengan
memenuhi persyaratan dan/atau komitmen. Persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
Izin Operasional meliputi:
a. profil Rumah Sakit paling sedikit meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana
strategi, dan struktur organisasi;
b. self assessment meliputi jenis pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, dan
bangunan dan prasarana Rumah Sakit dengan mengacu pada Lampiran PerMenKes
No 3 Tahun 2020;
c. surat keterangan atau sertifikat izin kelayakan atau pemanfaatan dan kalibrasi alat
kesehatan;
d. sertifikat akreditasi (untuk perpanjangan Izin Operasional); dan
e. surat pernyataan yang mencantumkan komitmen jumlah tempat tidur untuk Rumah
Sakit penanaman modal asing berdasarkan kesepakatan/kerja sama internasional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Izin Operasional berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan dan klasifikasi Rumah Sakit
Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit kelas D diberikan
oleh bupati/wali kota setelah mendapatkan notifikasi dari kepala dinas yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
Sedangkan persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pihak pemilik Rumah Sakit sebelum
memperoleh dan memiliki perizinan antara lain terkait lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Adapun secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
22
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Pada UU No.44 menjelaskan tentang status rumah sakit yang akan didirikan. Berdasarkan
jenisnya, RSI NU Mayong termasuk ke dalam rumah sakit umum, sedangkan berdasarkan
pengelolaannya masuk kedalam kategori rumah sakit private.
Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya
tercermin dalam kondisi angka kematian seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kesakitan beberapa penyakit. Derajat
kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tidak hanya dari
kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan,
melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor
lainnya.
23
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir adalah salah satu indikator derajat kesehatan dalam
menghitung indeks pembangunan manusia. UHH menggambarkan lamanya usia seorang bayi lahir
diharapkan hidup. Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa. Faktor
yang mempengaruhi UHH antara lain kesehatan, ekonomi, pendidikan, geografis.
Secara keseluruhan Kabupaten Jepara mempunyai UHH yang cukup baik, dimana terjadi
peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2012 – 2016, dengan nilai di Tahun 2016 sebesar 75,66
tahun. Tingginya Umur Harapan Hidup di Kabupaten Jepara ditunjang dengan sarana dan
prasarana kesehatan yang cukup memadai. Kondisi yang sudah bagus ini tentu saja harus
dipertahankan dan bila perlu bisa ditingkatkan lagi. Dengan pelayanan prima dari petugas
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, ditunjang dengan adanya BPJS kesehatan serta
intervensi perubahan perilaku dan peningkatan kualitas kesehatan lingkungan diharapkan bisa
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Jepara di masa yang akan datang.
75,67 75,66
75,66 75,65
75,65 75,64
75,64 75,63
75,63
75,62 75,61
75,61
75,6
75,59
75,58
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 2.11 Perkembangan Usia Harapan Hidup Kabupaten Jepara (tahun), 2012-2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
Mortalitas (Kematian)
Angka kematian merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan. Angka kematian dapat
menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Di samping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung maupun tidak langsung,
antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan
kesehatan dan lain-lain.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun (0 – 1 tahun). Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Angka
kematian yang terjadi dalam suatu wilayah dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah
tersebut. Penyebab kematian ada yang langsung dan tidak langsung. Walaupun dalam
24
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
kenyataannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kematian di
masyarakat.
Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan di suatu daerah antara lain
tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kualitas lingkungan hidup serta upaya pelayanan
kesehatan baik preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Selama periode 2012 – 2016 AKB di
Kabupaten Jepara menunjukkan trend menurun, dan secara konsisten lebih rendah dibandingkan
dengan angka kematian bayi di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Jumlah kematian bayi menurun dari
216 pada tahun 2012 menjadi 115 pada tahun 2016. Jumlah kematian balita dari 231 pada tahun
2012 menurun menjadi 149 pada tahun 2016. Jika dibandingkan angka nasional maupun angka
Jawa Tengah, AKB dan AKABA Kabupaten Jepara relatif lebih rendah.
AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program KIA dan KB serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah
tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah, begitu sebaliknya apabila AKB di suatu
wilayah rendah, hal ini berarti status kesehatan di wilayah tersebut baik. Jumlah kematian bayi di
Kabupaten Jepara cenderung terjadi penurunan dalam periode 2012-2016, sebagaimana tersaji
dalam grafik berikut.
Gambar 2.13 Grafik Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Jepara tahun 2012-2016
25
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Sedangkan untuk indikator cakupan pelayanan neonatal lengkap (KN3), cakupan kunjungan bayi,
dan cakupan pelayanan balita mengalami penurunan dari 98,26% ; 98,14% dan 85,55% tahun 2012
menjadi 98,76% ; 98,76% dan 95,57% tahun 2016. Untuk indikator cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani mengalami peningkatan dari 72,86% pada tahun 2012 menjadi 85,42%
pada tahun 2016.
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di tingkat kabupaten
dihitung berdasarkan jumlah kematian ibu, dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami fluktuasi,
berturut-turut adalah 21(2012), 26(2013), 19(2014), 11(2015) dan 14(2016).
Gambar 2.14 Grafik Jumlah & Angka Kematian Ibu Maternal Kabupaten Jepara, 2014-2018
Penurunan jumlah kematian ibu yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2014 dari 26 kasus
menjadi 19 kasus, 11 kasus pada tahun 2015 dan sedikit naik menjadi 14 kasus pada tahun 2016,
menjadikan Kabupaten Jepara selama tiga tahun berturut-turut menduduki peringkat 5 besar
kabupaten dengan jumlah kematian ibu terendah se Provinsi Jawa Tengah. Trend AKI yang
cenderung menurun dua tahun terakhir, karena berbagai upaya yang telah dilakukan berupa
peningkatan ketrampilan klinis petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan
program KIA dan dukungan fasilitasi provinsi ke kabupaten baik dari segi manajemen program
maupun sistem pencatatan dan pelaporan.
Sedangkan untuk indikator pelayanan ibu hamil K4, pertolongan persalinan tenaga kesehatan, dan
pelayanan nifas mengalami peningkatan dari 93,42% ; 94,93% dan 96,46% tahun 2012 menjadi
93,29% ; 100% dan 98,17% tahun 2016. Indikator cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
mengalami peningkatan dari 95,38% di tahun 2012 menjadi 96,77% pada tahun 2016..
2.1.2.2 Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas
menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dilihat pola penyakit, maka 10
besar penyakit di Puskesmas pada tahun 2016 adalah penyakit ISPA, arthritis, hipertensi primer,
penyakit kulit infeksi dan alergi, diabetes mellitus, gangguan otot, diare dan penyakit lain pada
pencernaan, konjungtivitis, dispepsia serta penyakit pada gusi dan jaringan periodontal.
26
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Sedangkan gambaran penyakit menular yang masih menjadi masalah di Kabupaten Jepara adalah
sebagai berikut:
Angka kesakitan penyakit DBD masih di atas target angka Provinsi dan angka nasional <20
per 100.000 penduduk. Selama 3 (tiga) tahun terakhir Kabupaten Jepara selalu berada di
posisi ranking 5 (lima) besar tertinggi kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah. Angka kesakitan
DBD per 100.000 penduduk selama lima tahun terakhir sangat fluktuatif dengan rincian jumlah
kasus DBD setiap tahunnya dapat dilihat pada gambar berikut.
b. Penyakit TB Paru
Angka penemuan kasus penderita TB Paru dengan BTA+ selama tahun 2012-2016 rata-rata
baru mencapai 45%, pencapaian ini masih tergolong rendah dibawah target program yaitu
sebesar 70%. Cakupan penemuan kasus TB Paru setiap tahun dapat dilihat pada gambar
berikut.
Penemuan kasus baru HIV/AIDS dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada
tahun 2012 ditemukan jumlah kasus HIV/AIDS baru sebanyak 69 orang, tahun 2013 sebanyak
27
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
89 orang, tahun 2014 sebanyak 83 orang, tahun 2015 sebanyak 77 orang dan meningkat
signifikan pada tahun 2016 sebanyak 118 orang. Jumlah total penderita HIV/AIDS sampai
dengan tahun 2016 sebanyak 721 orang.
Berdasarkan data menyebutkan bahwa epidemi HIV/AIDS telah mencakup seluruh provinsi
dan jumlah HIV/AIDS cenderung meningkat. Kabupaten Jepara pada tahun 2016 menduduki
peringkat 5 terbesar kasus HIV dan peringkat 7 terbesar kasus AIDS di Provinsi Jawa Tengah.
d. Penyakit Kusta
Penemuan penyakit kusta di Kabupaten Jepara cukup tinggi, selalu naik setiap tahunnya, yaitu
dari 7,62 pada tahun 2012 menjadi 9,78 pada tahun 2016. Angka ini jauh di atas target
Nasional (5/100.000 penduduk). Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.17 Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta di Kabupaten Jepara, 2012-2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
e. Penyakit Malaria
Indikator yang digunakan dalam penyakit malaria adalah API (Annual Parasite Incidence). API
ini diperoleh dari jumlah kasus malaria positif dalam setahun per jumlah penduduk dikali
dengan 1000. Angka yang didapat adalah per mil (‰). Sejak tahun 2012 Kabupaten Jepara
bukan merupakan daerah endemis malaria dan termasuk dalam kategori LCI (dimana API < 1).
API tahun 2016 sebesar 0,023 dengan jumlah kasus sebanyak 6 orang.
28
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM / Degeneratif) seperti penyakit hipertensi dan penyakit diabetes
mellitus menempati 10 besar pola penyakit di puskesmas maupun RS serta merupakan penyebab
utama kematian. Berbagai faktor risiko PTM antara lain : merokok dan keterpaparan asap rokok,
minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, obat-obatan
dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan.
Upaya pencegahan PTM lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Dinas
Kesehatan Kabupaten Jepara telah mengembangkan program pengendalian PTM melalui promosi
PHBS, deteksi dini berbagai PTM seperti Ca Serviks dan Ca Mamae, pembentukan posbindu serta
sosialisasi kawasan tanpa rokok.
Jantung
4%
Gambar 2.19 Proporsi Kasus Baru Penyakit Tidak menular di Kabupaten Jepara, 2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
Proporsi kasus baru PTM di Kabupaten Jepara tersebut menyerupai data proporsi kasus baru
Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah. Berdasar hasil rekapitulasi data kasus baru PTM,
jumlah kasus baru PTM yang dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2018 adalah 2.412.297
kasus. Penyakit Hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan,
yaitu sebesar 57,10 persen, sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar
20,57 persen. Dua penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah.
Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan PTM
lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dan sebagainya.
29
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Gambar 2.20 Proporsi Kasus Baru Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Jawa Tengah 2018
Gambar 2.21 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator untuk mengukur ketersediaan
tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025, target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio dokter spesialis 11 per 100.000 penduduk, rasio dokter
umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per 100.000 penduduk, rasio perawat 180 per
100.000 penduduk, rasio bidan 120 per 100.000 penduduk, rasio sanitarian 18 per 100.000 penduduk
30
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
dan rasio tenaga gizi 14 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.12 Rasio tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018
No Jenis Tenaga Kesehatan Rasio Per 100.000 penduduk
1 Dokter spesialis 16,66
2 Dokter umum 17,52
3 Dokter gigi 3,73
4 Dokter gigi spesialis 0,79
5 Perawat 127,90
6 Bidan 67,93
7 Farmasi 22,72
8 Kesehatan Masyarakat 4,84
9 Kesehatan lingkungan 3,93
10 Tenaga gizi 5,65
11 Keterapian fisik 3,52
12 Tenaga tenik biomedika 15,70
13 Tenaga keteknisian medi 11,05
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018
Berdasarkan data tersebut, rasio tenaga kesehatan yang telah memenuhi target hanya dokter
spesialis, sedangkan untuk kategori tenaga kesehatan yang lain masih di bawah target pencapaian.
Hal ini menunjukkan masih diperlukannya tambahan tenaga kesehatan di Provinsi JawaTengah.
Di Kabupaten Jepara sendiri juga mengalami kendala yang sama di bidang ketersediaan tenaga
kesehatan. Berdasarkan data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten jepara 2017 – 2022, hanya tenaga kefarmasian yang telah mencapai standard yang
dipersyaratkan oleh WHO. Sedangkan tenaga kesehatan lainnya, baik medis maupun paramedic,
masih jauh dari target standar WHO. Rincian kondisi tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel
2.13.
31
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
* Berdasarkan Target Ratio Kebutuhan SDMK Tahun 2014, 2019, dqn 2025 (Kepmenko Bidang
Kesra No.54 Tahun 2013)
Rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2014-2018 mengalami peningkatan. Pada tahun
2014 jumlah rumah sakit sebanyak 284 meningkat menjadi 289 tahun 2018, terdiri dari 244
Rumah Sakit Umum (RSU) dan 45 Rumah Sakit Khusus (RSK). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 56/Menkes/PER/I/2014 (yang diperbaharui dengan Permenkes Nomor 3 Tahun 2020)
mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Bila
dibandingkan dengan tahun 2017, jumlah rumah sakit umum mengalami peningkatan sementara
rumah sakit khusus jumlahnya menurun.
Gambar 2.22 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di Provinsi
Jawa Tengah, 2014-2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018
32
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Tabel 2.14 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Penyelenggara di Provinsi Jawa
Tengah, 2014-2018
Selain berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit juga dikelompokkan berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada tahun 2018
terdapat 8 RS Kelas A (2,77%), 34 RS Kelas B (11,76%), 126 RS Kelas C (43,6%), dan 121 RS
Kelas D (41,87%).
Gambar 2.23 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sampai tahun 2018, rumah sakit yang terakreditasi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 70,03% (201
RS) meningkat dibanding tahun 2017 yang sebesar 63,57% (178 RS).
33
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Gambar 2.24 Persentase Rumah Sakit Menurut Akreditasi di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018
Salah satu aspek dasar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia adalah pelayanan kesehatan.
Sebagai sarana dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, pemerintah dan swasta membangun
rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, maupun tempat praktik dokter yang tersebar di
berbagai wilayah di Kabupaten Jepara. Pada tahun 2018., terdapat 7 rumah sakit yang terdiri dari
5 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, dan 1 rumah sakit ibu dan anak. Selain itu juga
terdapat puskesmas, praktik dokter, balai pengobatan, dan posyandu yang tersebar di setiap
kecamatan.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara lebih memilih petugas kesehatan seperti praktik
dokter/bidan sebagai rujukan untuk berobat jalan. Hal ini karena petugas kesehatan tersebut
bertempat tinggal di tengah-tengah masyarakat sehingga akses untuk berobat lebih mudah.
Persentasenya mencapai 48,57 persen di tahun 2018. Nilai ini menurun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang sebesar 62,33 persen. Selain ke tempat praktik dokter/bidan, fasilitas
34
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
kesehatan lain yang menjadi rujukan berobat jalan yaitu puskesmas/pustu dan klinik/praktik dokter
bersama. Persentasenya masingmasing sebesar 21,35 persen dan 18,29 persen.
Menurut Gilson, dkk (1994) yang menjadi elemen penting dalam menentukan harapan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan:
a. Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses
perawatan.
b. Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
c. Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang baik,
kecakapan petugas, dan hubungan petugas dengan pasien.
d. Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak yang dapat
dicapai, keadaan gedung, ruangtunggu, privasi, dan kelengkapan peralatan medis.
e. Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi keterampilan petugas,
kecukupan staf, biaya perawatan, danpenjelasan pengobatan.
Dalam konsep model kualitas yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal dan Berry (1990)
yang dikenal dengan servqual model menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhipersepsi
dan harapan pasien terhadap jasa pelayanan, yaitu:
a. Pengalaman dari teman (word of mouth)
b. Kebutuhan atau keinginan (personal need)
c. Pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience)
d. Komunikasi melalui iklan/ pemasaran (external communications to customer)
Berdasarkan riset oleh salah satu lembaga konsultan yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap
rumah sakit swasta se DKI Jakarta dapat diambil persepsi konsumen dalam memilih rumah sakit
antara lain :
a. Lokasi atau kedekatan jarak dengan tempat tinggal
b. Dokter dan kualitas keahliannya
c. Kelengkapan fasilitas dan pelayanan yang baik
d. Rujukan, referensi dan brand image
35
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
2. Pelayanan Poli Spesialis yang lengkap - Merekrut dokter spesialis dari semua bidang
pelayanan spesialistik.
- Menyediakan pelayanan spesialistik pada
hari minggu.
- Menyiapkan fasilitas penunjang dignostik.
36
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Trend yang diminati pasar berkaitan Strategi yang perlu dirancang untuk
No
dengan pelayanan produk anda mengambil Keuntungan dari trend ini
dengan pelayanan prima.
STRUKTUR PERMODALAN
Berdasarkan Akta Pendirian Yayasan No. 18, dikeluarkan oleh Notaris Chaidzar Muhammad, S.H., M.KN, pada
tanggal 23 Agustus 2018, pada pasal 4 menyebutkan bahwa Kekayaan Awal Yayasan adalah Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah).
PENDIRI
1. Abdullah Alhinduan
2. Karsono
3. Mughis Nailufar
ORGAN YAYASAN
A. PEMBINA
Ketua : Abdullah Alhinduan
Anggota : H. Noor Sidiq
Anggota : Karsono
37
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
B. PENGURUS
Ketua Umum : Mughis Nailufar
Ketua : Abdullah Alkaf
Ketua : Roziqin
Sekretaris Umum : Arif Jauhari
Sekretaris : Suhari
Bendahara Umum : H. Maslichan, SE
Bendahara : Abdi Munif
Wakil Ketua : Fa’zun Naharil Ehwan
Waki Sekretaris : Nurus Soim
Wakil Bendahara : Suhada’ Sholikhin
C. PENGAWAS
Ketua : Samsul Ma’arif
Anggota : Abdul Kholiq
Anggota : Abdul Latif
Anggota : Arif Suharto
Anggota : H. Ahmad Zainuri
Anggota : H. Japar, SE
Anggota : Haryanto
Anggota : HM Maslam, S.Ag
Anggota : Mudhoffir
LOKASI USAHA
Perseroan dalam menjalankan aktivitasnya YAKISNU Mayong berkantor di lokasi yang sama dengan lokasi
Proyek Pembangunan RSI NU Mayong, yaitu:
Akta Pendirian Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong) No. 18, yang
dilakukan oleh Notaris Chaidzar Muhammad, S.H., M.KN, Notaris di Jepara, pada tanggal 23 Agustus 2018.
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-0011633.AH.01.04.Tahun
2018, pada tanggal 29 Agustus 2018.
Nomor Induk Berusaha (NIB) nomor 0220103280454 oleh OSS
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Yayasan No. 93.886.598.7-516.000.
Izin Usaha (Izin Mendirikan Rumah Sakit) tanggal 5 Februari 2020 oleh OSS.
Izin Lokasi, berlaku efektif tanggal 5 Februari 2020. oleh Bupati Kabupaten Jepara (OSS)
Izin Lingkungan, tanggal 5 Februari 2020, oleh OSS
38
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
BAB III
ANALISIS PASAR & PEMASARAN
Rencana pemasaran didasarkan pada hasil analisis situasi dan analisis SWOT. Berdasarkan analisis tersebut
disusun segmentation, targeting dan positioning kemudian diturunkan kedalam rencana pemasaran strategis dan
teknis. Tahapan pelaksanaan program marketing kemudian diimplementasikan paralel dengan tahapan business
plan setiap tahun untuk mendukung pencapaian visi, misi dan target yang telah ditetapkan.
Analisis Pesaing/
Analisis Situasi Identifying Value Creation
Internal Customer Analysis
Rencana
Analisis SWOT Pemasaran
Visi
Strategis
Misi
Strategi
Analisis Situasi SEGMENTATION POSITIONING
Eksternal TARGETING
(STP) Rencana
Pemasaran
Taktis
Feasibility Study 39
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 40
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Qualified Available Market (Those in the available market who legally are permitted to buy the
product)
Masyarakat yang masuk kategori asumsi angka kesakitan dan pasien yang diproyeksi
menggunakan pelayanan unggulan dikategorikan qualified available market untuk dapat
menggunakan pelayanan kesehatan di RSI NU Mayong.
Target Market ( the segment of the qualified available market that the firm has decided to serve/
the served market)
Target market RSI NU Mayong adalah penduduk Kecamatan Mayong dan sekitarnya, dan
Kabupaten Jepara secara umum. Selain itu, anggota organisasi Nadhlotul Ulama dapat
dikategorikan sebagai target market maupun captive market RSI NU Mayong.
Penetrated Market (those in the target market who have purchased the product)
Penetrated market atau konsumen yang sudah menggunakan jasa dan pelayanan RSI NU
Mayong hampir sama dengan target market, yaitu penduduk Kecamatan Mayong dan sekitarnya,
penduduk Kabupaten Jepara secara umum, serta anggota organisasi Nadhlotul Ulama.
Berikut gambaran analisis kuantitas dari penjelasan yang telah dibahas di atas, dengan asumsi
proyeksi yang digunakan untuk tahun 2021, sebagai target awal dimulainya pelayanan RSI NU
Mayong:
Available
Market/ 603.365
Potential Market
Feasibility Study 41
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Untuk mengetahui posisi rumah sakit berdasarkan analisa SWOT dapat dilihat pada bagan sebagai
berikut :
Anatomi Kuadran
Analisa SWOT akan digambarkan dalam bentuk kuadran seperti tercantum dalam Gambar 3.3 yang
terdiri dari :
a. Kuadran I (Pengembangan dan Pertumbuhan)
Dalam kuadran ini kekuatan lebih dominan dari kelemahannya, disamping itu peluang untuk
tumbuh sangat bagus, maka perlu memupuk dana yang lebih besar untuk investasi /
pengembangan dalam mengejar pertumbuhan. Organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secara maksimal
b. Kuadran II (Diversifikasi Kegiatan)
Posisi Rumah Sakit dalam kuadran ini berada dalam pasar yang sangat kecil dan tingkat
pertumbuhannya rendah,atau kondisi internal organisasi kuat namun menghadapi tantangan
yang besar,sehingga perlu dilakukan diversifikasi usaha. Artinya organisasi dalam kondisi
mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya
c. Kuadran III (Perubahan Strategi / Turnaround)
Peluang untuk tumbuh masih ada dengan terlebih dahulu harus mengadakan stabilisasi dan
konsolidasi internal, karena masih ada kelemahan faktor internal baik dibidang pelayanan,
keuangan, organisasi dan SDM serta sarana prasarana / alat. Organisasi disarankan untuk
Feasibility Study 42
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi
d. Kuadran IV (Stabilisasi dan Konsolidasi Internal)
Dalam kuadran ini Rumah Sakit menghadapi tantangan yang cukup berat karena tidak
mempunyai peluang untuk tumbuh, pasarnya mulai menurun dan kondisi internal lemah, maka
perlu penciutan kegiatan usaha. organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri
Pembobotan
Pembobotan faktor internal dan eksternal untuk setiap bidang didasarkan pada besarnya pengaruh
bidang – bidang tersebut terhadap kinerja RS yang diukur dari kontribusi yang dihasilkan dan
besarnya usaha yang dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi Tim atas kinerja rumah sakit selama ini, maka pembobotan
untuk tiap – tiap bidang adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan = 30 %
2) SDM dan Organisasi = 30%
3) Keuangan = 25%
4) Sarana dan Prasarana = 15%
Bidang pelayanan mempunyai bobot 30% karena kegiatan utama sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi RS.
Bidang SDM dan Organisasi mempunyai bobot 30% karena keberhasilan dari RS yang bergerak
dibidang jasa sangat melekat dan ditentukan pada profesionalisme SDM RS itu sendiri. Oleh
karenanya SDM mempunyai peranan yang cukup penting untuk menentukan keberhasilan RS dalam
bidang pelayanan kesehatan.
Bidang Keuangan mempunyai bobot 25% karena RS sebagai organisasi yang mengutamakan
keuntungan harus didukung oleh fungsional keuangan yang dapat menunjang kegiatan pelayanan
utama rumah sakit.
Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai bobot 15% karena kontribusinya terhadap pelaksanaan
kegiatan Rumah Sakit lebih rendah dari ketiga bidang diatas.
Skala (Rating)
Pengukuran nilai rating masing – masing faktor dalam bidang – bidang tersebut diatas dilakukan
dengan skala sebagai berikut :
Sangat Kuat = 5
Kuat = 4
Cukup = 3
Lemah = 2
Sangat Lemah = 1
Feasibility Study 43
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Untuk Kekuatan dan Peluang bernilai positif, sedangkan untuk Kelemahan dan Ancaman bernilai
negatif.
Tabel 3.1. Analisa Internal (Strength – Weakness) RSI NU Mayong
No Faktor Kekuatan Kelemahan
(Strength) (Weaknesses)
1 Pelayanan a. Pelayanan Spesialis yang lengkap. a. Belum cukup berpengalaman
b. Jumlah Ruang Rawat Jalan dan rawat inap dalam pelayanan kesehatan
yang memadai.
2 SDM dan a. Adanya komitmen yang kuat dari pemilik a. Sistem pembinaan SDM belum
Organisasi dan manajemen. optimal.
b. Perlu penyesuaian SDM baru
dengan sistem dan budaya
organisasi
3 Keuangan a. Cost Recovery meningkat. a. Billing system belum optimal
b. Dukungan dana yang mencukupi untuk
pembangunan dan operasional
4 Sarana dan a. Letak RS strategis.- dekat dengan a. Lahan parkir terbatas.
Prasarana pemukiman dan industri
b. Sarana dan prasarana RS yang baru
c. Tersedianya ruang dan area untuk
pengembangan tahap berikutnya.
Tabel 3.2. Perhitungan Nilai Faktor Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness)
RSI NU Mayong
Bobot Rating Nilai
No Objek yang Dianalisa
(A) (B) (C = AxB)
Strength
1 a. Pelayanan Spesialis yang lengkap 30% 4 1,20
b. Jumlah Ruang Rawat Jalan dan rawat inap yang memadai 30% 4 1,20
2 a. Adanya komitmen yang kuat dari pemilik dan manajemen 30% 4 1,20
3 a. Cost recovery meningkat 25% 3 0,75
b. Dukungan dana yang mencukupi untuk operasional 25% 3 0,75
a. Letak RS yang strategis - dekat dengan pemukiman dan
4 industri 15% 4 0,60
c. Sarana dan prasarana RS yang baru 15% 3 0,45
d. Tersedianya ruang dan area untuk pengembangan tahap
berikutnya 15% 3 0,45
TOTAL 6,60
Weakness
1 a. Belum cukup berpengalaman dalam pelayanan kesehatan 30% 3 0,9
2 a. Sistem pembinaan SDM belum optimal 30% 3 0,9
b. Penyesuaian SDM baru dengan sistem dan budaya organisasi 30% 3 0,9
3 a. Billing system belum optimal 25% 2 0,5
4 a. Lahan parkir terbatas 15% 3 0,45
TOTAL 3,65
Selisih Total Kekuatan - Kelemahan (Strength - Weakness) 2,95
Feasibility Study 44
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Tabel 3.4. Perhitungan Nilai Faktor Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) RSI NU Mayong
Bobot Rating Nilai
No Objek yang Dianalisa
(A) (B) (C = AxB)
Opportunity
1 a. Kesempatan mengembangkan pelayanan baru 30% 4 1,2
b. Kesempatan pengembangan Sistem Informasi RS secara
computerize 30% 4 1,2
c. Potensi pelayanan occupational health dan trauma center
dari pasar pekerja di industri 30% 3 0,9
d. Peluang menjadi market leader di wilayah kecamatan
Mayong dan Sekitarnya 30% 3 0,9
Feasibility Study 45
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Opportunity
5
2,95 ; 3,75
4
1
Strength
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Weakness
-1
-2
-3
-4
-5
Threat
Gambar 3.4 Kuadran Hasil Analisis SWOT RSI NU Mayong
Feasibility Study 46
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Secara umum kekuatan lebih besar dari kelemahan (6,60: 3,65) dan juga lingkungan eksternal
menunjukkan adanya peluang yang lebih besar daripada ancaman (9,9 : 6,15).
Selanjutnya dapat dilihat pada Grafik SWOT bahwa posisi RSI NU Mayong berada pada kuadran I,
daerah “Aggressive Strategy”. RSI NU Mayong memiliki peluang dan kekuatan yang baik sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Memberikan pelayanan berkualitas dan bermutu melalui penerapan standar pelayanan yang
dilengkapi dengan Standar Prosedur Operasional bagi semua unit pelayanan.
Bekerjasama dengan puskesmas, klinik, praktek dokter, maupun rumah sakit lain di sekitar
agar RSI NU Mayong menjadi rujukan.
Kerjasama dengan pelayanan laboratorium klinik di sekitar.
Kerjasama dengan fakultas kedokteran di beberapa perguruan tinggi maupun sekolah-
sekolah keperawatan dan kesehatan di Kabupaten Jepara dan sekitarnya, sebagai penyedia
tenaga kesehatan untuk rumah sakit maupun praktek pendidikan kesehatan.
Membangun networking dengan beberapa perusahaan atau industri di sekitar lokasi Rumah
Sakit untuk rujukan pelayanan kesehatan karyawannya, maupun kerjasama pembukaan in-
house clinic di lokasi perusahaan atau industri tersebut.
Mengedepankan informasi dan teknologi dalam menjangkau pasien, dengan pelayanan tele-
health, termasuk tele-konsultasi, untuk lebih mempermudah pasien mengakses layanan yang
diberikan RSI NU Mayong.
Membangun networking dengan jejaring rumah sakit, baik nasional maupun internasional,
yang memiliki reputasi, sistem teruji, serta berpengalaman dalam pelayanan kesehatan
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan maupun branding rumah sakit.
Mengadakan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, baik medis maupun non
medis, secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan non teknis SDM,
terutama terkait dengan service excellence.
Bekerjasama dengan pihak ketiga, dalam penyediaan peralatan kesehatan teknologi canggih
(contoh: Cath Lab, Hemodialisa, Laparoskopi, dll) sehingga dapat tetap mengembangkan
pelayanan dengan meminimalkan biaya investasi.
Menempuh akreditasi tingkat nasional (KARS) untuk jangka pendek, maupun internasional
(JCI) untuk jangka panjang, berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan kepercayaan pasien terhadap RSI NU Mayong.
Membangun kepercayaan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang paripurna
maupun kajian dan analisa terkait (kajian kepuasan pelanggan, penyesuaian tariff, dll).
Menjalin hubungan strategis dan harmonis dengan organisasi maupun individu tenaga
medis, yang memegang kunci strategis dalam pelayanan medis di Rumah Sakit.
Feasibility Study 47
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
3.3.1 Segmentation
Target pasar RSI NU Mayong dibedakan berdasarkan 4 segmentasi yaitu segmentasi geografi,
demografi, behavior & psikografis, dan asuransi untuk masing-masing layanan umum dan layanan
unggulan RSI NU Mayong. Pemilihan segmen tersebut berdasarkan hasil kajian di analisis situasional
untuk melihat karakter lingkungan, pola masyarakat, dan pelayanan kesehatan yang ada untuk
kemudian ditentukan target yang akan dituju. Segmentasi berdasarkan geografi merupakan segmen
pasar berdasarkan kondisi geografis wilayah sasaran yang dilihat berdasarkan jarak, waktu tempuh,
dan persebaran industri. Segmentasi berdasarkan demografi merupakan segmen pasar yang dilihat
berdasarkan umur penduduk, pekerjaan penduduk, epidemiologi penyakit, pendapatan penduduk,
serta jumlah penduduk. Sementara segmentasi berdasarkan behavior dilihat berdasarkan kelas
sosial, gaya hidup, manfaat yang dicari, frekuensi penggunaan pelayanan kesehatan, serta
awareness terhadap pelayanan kesehatan.
Parameter jarak dapat digunakan sebagai acuan cakupan wilayah pelayanan dan aksesibilitas
penggunaan pelayanan. Berdasarkan jarak, klasifikasi pasar dibedakan menjadi 3 yaitu:
Lingkungan dekat (Kawasan pemukiman dan industri di sekitar lokasi RS khususnya dan
Kecamatan Mayong umumnya)
Lingkungan sedang (Pasien yang berdomisili sekitar Kecamatan Mayong)
Lingkungan Jauh (Pasien dari Kabupaten Jepara dan wilayah sekitar)
Parameter waktu tempuh juga digunakan sebagai acuan aksesibilitas pelayanan dari lokasi target
pasar. Berdasarkan rata-rata waktu tempuh untuk mencapai pelayanan kesehatan, diukur dari titik
lokasi pendirian RSI NU Mayong. Semakin sedikit waktu yang ditempuh untuk dapat mencapai
Feasibility Study 48
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
pelayanan, maka semakin tinggi value (nilai) pelayanan di mata pengguna pelayanan. Parameter
waktu tempuh dibedakan berdasarkan klasifikasi:
< 15 menit
15 – 45 menit
> 45 menit
Radius jangkauan pasar RSI NU Mayong berdasarkan waktu tempuh ±15 menit adalah diperkirakan
dengan jarak 5 km sehingga setiap ring digunakan diameter radius 5 km untuk jangkauan pasar,
untuk pasar dekat di bagi kedalam 3 ring yaitu ring I 5 km pertama, ring II 10 km (5 km kedua) dan
ring III 15 km (5 km ketiga) dengan total estimasi ±45 menit, sedangkan selanjutnya ring IV adalah
diluar Kabupaten Jepara..
Sesuai dengan demografi, parameter dibagi menjadi dua yaitu epidemiologi dan usia. Epidemiologi
terdiri dari infeksius dan degeneratif. Sedangkan usia dibagi berdasarkan:
Pra Produktif (<15 tahun)
Produktif (15-55 tahun)
Pasca Produktif (>55 tahun)
Sesuai dengan segmentasi berdasarkan behaviour dan psikografi, maka parameter dibagi menjadi 5
(lima) yaitu: kelas sosial dan pendapatannya, manfaat yang dicari, frekwensi ke pelayanan kesehatan,
peduli terhadap kesehatan, dan jenis psikografi manusia.
Kelas sosial dan pendapatan: Menengah bawah (<3 juta), menengah (3-5 juta), menengah
atas (>5 juta)
Manfaat yang dicari: Harga dan kualitas
Frekwensi ke pelayanan kesehatan: Jarang, sedang, dan sering
Peduli terhadap kesehatan: Kurang peduli, peduli, dan antusias
Berdasarkan segmentasi asuransi, parameter dibagi menjadi dua yatu kepersertaan dan cakupan.
Kepersertaan terdiri dari sosial dan komersial, sedangkan cakupan terdiri dari biaya medis dan
suplemen.
3.3.2 Targeting
Tabel 3.5 Targeting Pasien RSI NU Mayong
Waktu tempuh
Feasibility Study 49
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Epidemiologi
Demografi
Usia Pra Produktif Usia Produktif Usia Pasca Produktif
(<15 tahun) (15-55 tahun) (> 55 tahun)
Usia
Harga Kualitas
Manfaat Yang
Dicari
Behaviour&
psikografi Jarang Sedang Sering
Frekuansi ke
pelayanan
kesehatan
Peduli terhadap
kesehatan
Sosial Komersial
BPJS Swasta
Kepersertaan
Asuransi
Biaya medis Suplemen
(khusus penyakit tertentu, seperti
Cakupan
TB, Ashma, Cardiac, dll)
Keterangan Warna :
Kesehatan Ibu Cardiac
General Hospital Trauma Center
dan Anak Center
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa targeting dari layanan umum dan layanan
unggulan RSI NU Mayong adalah sebagai berikut:
Feasibility Study 50
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
3.3.3 Positioning
Feasibility Study 51
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 52
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Gambar 3.6 Peta Sebaran Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong
Feasibility Study 53
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Gambar 3.7 Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan di sekitar lokasi RSI NU Mayong
Berdasarkan pemetaan geografis tersebut, Rumah Sakit yang lokasinya berdekatan dan berpotensi
menjadi pesaing RSI NU Mayong adalah RS PKU Muhammadiyah Mayong, dan RSU Kumala Siwi di
Kabupaten Kudus.
Tabel 3.6 Daftar Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong
No Nama RS Lokasi Tipe Jml TT Pemilik Jarak dari RSI NU
Kab. Jepara
1 RSUD RA Kartini Jepara B 347 PemKab 21 km
2 RS Graha Husada Jepara D 87 Organisasi Sosial 24 km
3 RSI Sultan Hadlirin Jepara C 123 Organisasi Sosial 25 km
4 RSU PKU Muhammadiyah Mayong D 104 Organisasi Islam 1,1 km
5 RS Dr. Rehatta (RSUD Kelet) Keling C 197 PemProv 51 km
6 RSIA Kumalasiwi Pecangaan C Organisasi Sosial 11 km
7 RSB Restu Ibu Tahunan C 46 Organisasi Sosial 21 km
8 RS Kusta Donorojo Donorojo PemProv 59 km
9 RSIA Siti Khadijah Jepara C Organisasi Sosial 24 km
10 RS Aulia Medica Tahunan C Organisasi Sosial 15 km
11 RSB Fatma Medika Nalumsari Swasta 3,4 km
Kab. Jepara 904
Kab. Kudus
1 RSU Kumala Siwi Kudus D 97 Organisasi Sosial 6,7 km
2 RSI Sunan Kudus Kudus C 179 Organisasi Islam 10 km
3 RSIA Harapan Bunda Kudus Kudus Swasta 9,2 km
Dilihat dari daftar Rumah Sakit di Kabupaten Jepara, mayoritas lokasi rumah sakit berada di wilayah yang
cukup jauh dari RSI NU Mayong. Rumah Sakit yang lokasinya relative berdekatan dengan RSI NU Mayong
adalah RSU PKU Muhammadiyah Mayong dan RS Bersalin Fatma Medika, serta beberapa RS dari wilayah
Kabupaten Kudus, dikarenakan letak lokasi RSI NU Mayong yang cukup dekat dengan perbatasan
Kabupaten Jepara – Kudus.
Feasibility Study 54
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 55
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
2. Eksternal
- Informasi tentang pelayanan Rumah Sakit yang tidak melanggar kode etik
- Menggunakan media massa
- Informasi tarif harus jelas
- Meningkatkan hubungan dengan perusahaan/badan di luar Rumah Sakit
Feasibility Study 56
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
2. Strategi Promosi
Direct Selling
Sebagai institusi kesehatan yang baru berdiri maka RSI NU Mayong, Jepara melakukan
pelayanan dengan teknik direct selling oleh setiap sumber daya manusia yang terlibat di dalam
aktivitas RSI NU Mayong, Jepara.
Promosi kesehatan dan Penyuluhan (Personal Selling)
Mengemban tugas pengabdian masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
maka RSI NU Mayong, Jepara turut berperan aktif memanfaatkan setiap kesempatan untuk
melakukan presentasi ke kelompok masyarakat mampu sebagai segmen dari konsumen utama
RSI NU Mayong, Jepara.
Exibisi / pameran
RSI NU Mayong, Jepara melakukan kegiatan promosi melalui event pameran pada
kesempatan - kesempatan yang memungkinkan, seperti pada event lomba dan kegiatan-
kegiatan olahraga yang terbuka untuk masyarakat.
Media iklan (media cetak)
Feasibility Study 57
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Media cetak akan dimanfaatkan RSI NU Mayong, Jepara baik melalui tulisan ilmiah yang
bersifat informatif bagi masyarakat tentang jantung, maupun mengenai pelayanan yang ada di
RSI NU Mayong, Jepara.
Advertising atau periklanan
Dilakukan melalui kegiatan pembuatan dan penyebaran brosur, leaflet, company profile yang
didukung oleh masing-masing departemen medik serta instalasi kerja.
Public Relation
Public relation atau dikenal sebagai hubungan masyarakat dilakukan melalui sales presentation,
meeting marketing staf, pameran / ekshibisi.
Sales promotion, memberikan discount pada perusahaan atau institusi-institusi pemerintah
discount untuk pemeriksaan diagnostic atau screening yang dilakukan secara kolektif.
Entertainment, dilakukan dengan memberikan souvenir untuk pasien-pasien rawat inap.
Melakukan program pemasaran dengan mengikutsertakan bagian pemasaran dan Public
Relation pada setiap aktivitas pelayanan dan kegiatan.
3. Tempat
RSI NU Mayong, Jepara tidak mempunyai masalah dengan tempat karena memiliki akses
yang mudah dijangkau, namun demikian tetap akan disebarkan brosur rawat jalan di
perumahan sekitar Rumah Sakit .
4. Strategi Harga
Menawarkan tarif yang kompetitif dengan para pesaing.
Feasibility Study 58
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
kunjungan rawat inap terhadap jumlah penduduk adalah sebesar 4,5%, dan rasio kunjungan rawat inap
terhadap rawat jalan adalah 15,26%.
Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit, Provinsi Jawa Tengah, 2018
Item Jumlah %
Dalam memperhitungkan proyeksi dan estimasi pasien, dimasukkan juga faktor asumsi market share RSI
NU Mayong terhadap competitor atau rumah sakit lain di sekitarnya. Dalam perhitungan estimasi pasien
dalam studi ini, diasumsikan market share RSI NU Mayong pada tahun pertama operasional sebesar 15%,
dengan mempertimbangkan posisi RSI NU Mayong sebagai rumah sakit baru dan dalam proses
mendapatkan trust dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Setiap tahunnya diasumsikan
market share akan bertumbuh 5% per tahun.
Berdasarkan data di atas, asumsi yang digunakan dalam proyeksi pasar dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Asumsi Proyeksi Pasar
Keterangan Asumsi
Target Pasar Masyarakat Kecamatan Mayong dan sekitarnya
(Kalinyamatan, Nalumsari, Welahan)
% Kunjungan Rawat Jalan Rumah Sakit 30% dari Target Market
Market Share 15% di tahun pertama, dan bertumbuh 5% per tahun
% Kunjungan Rawat Inap Rumah Sakit 15% dari kunjungan rawat jalan
Feasibility Study 59
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
3.8. Proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR) dan Length of Stay (LOS)
Average Length of Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien.Sebuah indikator untuk
mengukur tingkat efisiensi dan gambaran mutu pelayanan rumah sakit. Jika dilihat dari sudut pandang
Kementerian Kesehatan, ALOS ideal berkisar pada kisaran 3-4 hari.Semakin rendah ALOS semakin besar
peluang untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit. Sehingga pada awal tahun operasional ALOS
berkisar 3 hari karena akan berpengaruh juga terhadap akreditasi rumah sakit..
Proyeksi jumlah pasien berdasarkan rawat inap dan Average Length Of Stay (ALOS) digunakan sebagai
dasar dalam menghitung proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR). Menurut Kemenkes RI (2005), BOR adalah
persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
75% sesuai dengan kebijakan rumah sakit.
Feasibility Study 60
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
BAB IV
ANALISIS PELAYANAN
61
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
1. Rumah Sakit Umum kelas A, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
2. Rumah Sakit Umum kelas B, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 200 (dua ratus) buah.
3. Rumah Sakit Umum kelas C, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 100 (seratus) buah; dan
4. Rumah Sakit Umum kelas D, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 50 (lima puluh) buah.
62
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
63
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Tindakan di rawat jalan disusun berdasarkan tindakan yang sering terjadi pada pelayanan
rawat jalan di rumah sakit lainnya, khususnya rumah sakit sejenis dengan memperhatikan
standar pelayanan medis yang ada. Seperti dijelaskan pada analisis pesaing, seluruh
rumah sakit sekitar memiliki jenis pelayanan rawat jalan yang rata-rata hamper sama.
Pelayanan tersebut menjadi inti dari pelayanan rawat jalan RSI NU Mayong. Penambahan
layanan lain mengikuti hasil kajian segmentation, targeting, dan positioning yang sejalan
dengan strategi rumah sakit.
64
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Selain paket pelayanan akomodasi rawat inap, Instalasi ini juga melakukan tindakan medis
di ruangan rawat inap di luar, baik dilakukan oleh dokter, dokter spesialis, atau perawat.
Pelayanan tindakan di luar paket adalah:
Tabel 4.3 Pelayanan di Luar Paket
Jenis Pelayanan Fungsi Jenis Tindakan
Tindakan di ruangan Rawat Melakukan tindakan kepada pasien Asuhan Keperawatan
Inap rawat inap baik tindakan invasif Visite Dokter Spesialis
maupun non invasif yang dapat
dilakukan di ruang rawat maupun
ruang tindakan khusus dalam
lingkungan ruangan rawat inap
65
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
66
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Instalasi
Fungsi
Penunjang
Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Rehabilitasi Medik Melakukan upaya pengembalian fungsi tubuh semaksimal mungkin
kepada penderita sesudah kehilangan/berkurangnya fungsi dan
kemampuan yang meliputi , upaya pencegahan/penanggulangan,
pengembalian fungsi dan mental pasien
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
Ruang administrasi
Ruang konsultasi
Ruang tindakan
Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Perawatan Intensif Merawat pasien yang membutuhkan pemantauan khusus dan intensif
terus menerus selama 24 jam atau lebih tanpa isolasi khusus
Merawat pasien yang membutuhkan pemantauan khusus dan intensif
terus menerus selama 24 jam atau lebih dengan batasan yang jelas
dengan ruangan maupun pasien lainnya.
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
Ruang administrasi
Ruang pos perawat
Ruang dokter
Ruang alat kesehatan dan obat-obatan
Ruang Linen dan alat kesehatan steril
Ruang linen dan alat kesehatan non steril
Ruang ganti
Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Pemulasaraan Melakukan pemandian dan pengeringan jenazah setelah dimandikan
Jenazah hingga menyimpan sementara jenazah sebelum diambil oleh keluarga
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
Ruang administrasi
Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Farmasi Melakukan kegiatan penyimpanan, penerimaan resep, peracikan, dan
pemberian resep obat maupun alat kesehatan yang menjadi tanggung
jawab instalasi farmasi
Gizi Melakukan persiapan, pengolahan, penyajian, hingga distribusi
makanan kepada pasien
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
Ruang administrasi
Ruang konsultasi
Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Laundry Melakukan koleksi linen, pencucian, dan pengeringan hingga
penyetrikaan dan melipat linen
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
Ruang administrasi
Ruang lainnya sesuai kebutuhan
67
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
68
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan rumah sakit. Sesuai dengan layanan unggulan Pusat Kesehatan Ibu dan
Anak, diperlukan tenaga medis yang memiliki reputasi baik untuk membentuk trust
masyarakat. Tenaga medis dan non medis yang diperlukan diantaranya:
• Spesialis Anak
• Spesialis Kandungan dan Kebidanan
• Perawat dan Bidan
• Nutritionists
• Psychiatrists
• Psikolog
69
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan rumah sakit. Sesuai dengan rekomendasi hasil analisis SWOT tentang
aliansi profesi, diperlukan tenaga ahli medis yang menguasai kasus trauma yang secara full
time berada di rumah sakit. Tenaga medis dan non medis yang diperlukan diantaranya:
Bedah ortopedi
Bedah Saraf
Bedah Umum
Spesialis Bedah Lain (Urologi, THT, Mata, dll)
Psychiatrists & psikolog
Paramedis bersertifikasi BTLS & BCLS
70
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
penyakit kaki diabetes atau luka), pembuluh darah ginjal, aorta abdominal, pembuluh
darah balik (vena) kaki atau tangan(penyakit trombosis vena dalam atau super fisial)
Rehabilitasi Medik Jantung (cardiac rehabilitation) adalah aktivitas yang dibutuhkan
pada pasien penyakit jantung untuk mencapai kondisi fisik, mental, dan sosial, yang
terbaik. Pelayanan mencakup kasus pasca operatif dan non-operatif
Untuk melakukan tindakan seperti direncanakan di atas, ketersediaan peralatan penunjang
sangat penting. Peralatan yang digunakan dalam rangka tindakan medis antara lain:
- ECG 6 Channel - Infusion Pump
- USG dengan Probe Jantung - Doppler Vascular
- Tensimeter - Bed Side Monitor
- Autoklaf - Defribilator
- Infusion Pump - Suction Pump
- Syringe Pump - Treadmill Set
- Bed Side Monitor - Oxygen Set dan Flowmeter
- Suction Pump - Echocardiograph
- Ventilator - Cath Lab
Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan pelayanan unggulan.Pusat Kardiovaskular. Hal yang paling berpengaruh
terhadap kemajuan Pusat Kardiovaskular adalah tenaga ahli medis. Investasi yang terpenting
untuk rumah sakit adalah investasi sumber daya manusia. Diperlukan manajemen pelatihan
dan manajemen tenaga ahli agar tenaga medis rumah sakit dapat memberikan service
excellence. Pusat Kardiovaskular membutuhkan kolaborasi dari:
Cardiologists (Dokter spesialis jantung)
a. Cardiologist umum: cardiologist umum yang diberi skill untuk dapat melakukan
pemeriksaan menggunakan alat ecocardiograph
b. Intevention Cardiologist: cardiologist yang dibimbing untuk menguasai tindakan-
tindakan di cath lab
Cardiac Surgeon (dokter bedah jantung / thoraks & kardiovaskular): Apabila terdapat
pasien yang tidak bisa sembuhkan menggunakan cath lab, dapat lanjut untuk tindakan
oleh cardiac surgeon
Cardiologist Anak
Vascular and interventional radiologists
Perawat dengan keahlian dan sertifikasi bidang kardiologi
Nutritionists
Psikolog
Selain ketiga layanan unggulan di atas, alternatif pengembangan layanan unggulan RSI NU Mayong
adalah Pusat Kesehatan Paru dan Pernafasan (Respiratory Center).
71
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan pelayanan unggulan. Pusat Kesehatan Paru dan Pernafasan
membutuhkan kolaborasi dari:
Pulmunologist (Spesialis paru dan kesehatan pernapasan)
Sub Spesialis Bedah Thorax
Interventional radiologists
Perawat
Nutritionists
Psychiatrists
Psikolog
72
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
73
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
dikembangkan, karena terletak tidak jauh dari pusat kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara yang
dapat meningkatkan kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas bagi masyarakat
setempat dan masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari kondisi eksisting di sekitar
lokasi peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan sekitar sudah terbangun beberapa macam
aktivitas/kegiatan dalam bidang Industri perdagangan dan jasa, serta diperuntukkan sebagai
permukiman penduduk.
Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi
masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap daya
serap dan daya tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan masalah-masalah
yang akan muncul dan berdampak negatif terhadap perkembangan penduduk di masa yang akan
datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut khususnya. Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa
perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan
berhasil guna yang dapat dimanfaatkan bagi daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya
74
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Instalasi Linen/Laundry
Instalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
Workshop/Gudang
Instalasi Farmasi
Mortuary/ Kamar jenazah
Instalasi gas medis
d. Zona Penunjang
Merupakan area penunjang terhadap kegiatan rumah sakit serta yang dapat menjembatani
interaksi sosial antara kegiatan di dalam tapak dengan lingkungan di sekitar tapak. Kelompok
kegiatan ini meliputi :
Ruang serbaguna/ Auditorium
Tempat peribadatan (Musholla)
75
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Klinik Anak
Klinik Kebidanan dan Kandungan
2) Pelayanan Gigi-Mulut
Klinik Gigi (Umum)
Klinik Gigi – Spesialis
3) Pelayanan Spesialis
Klinik Mata
Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)
Klinik Jantung dan Pembuluh Darah
Klinik Paru
Klinik Orthopedi
Klinik Kulit dan Kelamin
Klinik Syaraf
Klinik Bedah Syaraf
Klinik Rehabilitasi Medik
Klinik Gizi
Klinik Kesehatan Jiwa
Klinik Urologi
4) Medical Check Up
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Gigi-Mulut
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan Spirometri
Pemeriksaan Audiometri
Ruang Treadmill & EKG
Ruang Sampling
Ruang Tunggu
c) Rawat Inap
1) Rawat Inap VIP
2) Rawat Inap Kelas I
3) Rawat Inap Kelas II
4) Rawat Inap Kelas III
5) Rawat Intensif
76
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
3) CSSD
4) Endoskopi
5) Rehabilitasi Medik
6) Depo Farmasi
7) Apotik
h) Lain-lain
1) Lobi &Office (admin, kasir, BPJS dll)
2) Aula
3) Komersial area
4) Parking area
5) Pengelolaan Limbah
6) Gardu Listrik & Genset
7) Rumah Ibadah
8) Gudang & Workshop
77
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
78
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
79
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
80
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
81
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
BAB V
ANALISIS MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA
Feasibility Study 82
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai berikut ;
2. Keuangan
Dalam menjalankan kegiatan sehari hari bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit
dalam menjalankan jabatannya dengan para bawahannya bertugas sebagai berikut:
Menyusun rencana dan program kerja sub bagian keuangan dan penyusunan program
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidangnya;
Memberi petunjuk kepada bawahan dalam melaksanakan tugas agar terjalin kerja sama
yang baik;
Menyeleksi pelaksanaan tugas bawahan agar hasil yang di capai sesuai dengan sasaran
yang telah di tetapkan;
Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan karir;
Mengumpulkan dan mempelajari serta menelaah peraturan dan perundang-undangan di
bidang keuangan;
Feasibility Study 83
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
3. Keperawatan
Keperawatan dalam menjalankan kegiatan sehari hari bertanggung jawab penuh kepada
Direktur Rumah Sakit dalam menjalankan jabatannya dengan para bawahannya bertugas
sebagai berikut :
Feasibility Study 84
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
berkala ke ruang perawatan agar tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai tetap
terjamin.
o Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Pimpinan.
o Melaksanakan kegiatan di bidang perencanaan pelayanan, melaksanakan Pengendalian
pelayanan keperawatan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan
keperawatan
o Menyiapkan usulan pengembangan/ pembinaan mutu asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan pelayanan;
o Menyiapkan program upaya peningkatan mutu asuhan Keperawatan, koordinasi dengan
tim keperawatan/komite keperawatan rumah sakit;
o Berperan serta menyusun SOP pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan dan memberikan bimbingan dalam pembinaan asuhan keperawatan sesuai
standar;
o Memberikan bimbingan pendokumentasian asuhan keperawatan dan melaksanakan
evaluasi secara berkala dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi
pelayanan keperawatan di rumah sakit;
o Menyiapkan usulan penetapan/distribusi tenaga keperawatan sesuai kebutuhan
pelayanan.
o Merencanakan pengembangan staf sesuai kebutuhan pelayanan, koordinasi dengan
Kepala Instalasi serta mengumpulkan berkas kepegawaian tenaga keperawatan
o Menghadiri rapat pertemuan berkala dengan Kepala Bidang Perawatan, Kepala
Instalasi, Kepala Ruangan terkait untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan
keperawatan;
o Memberikan saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan pada atasan dan
mewakili tugas dan wewenang Kepala Bidang Keperawatan atas persetujuan Direktur
sesuai dengan kebutuhan;
o Menjelaskan kebijakan rumah sakit kepada Staf Keperawatan Berkoordinasi dengan
Kepala Ruangan /Kepala Instalasi;
o Mengawasi kegiatan tenaga keperawatan di seluruh unit pelayanan keperawatan.
o Menyiapkan rencana kebutuhan peralatan perawatan baik jumlah maupun kualitas alat
serta pendistribusian peralatan keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan;
o Menyusun Protap/SOP pendayagunaan dan pemeliharaan peralatan berdasarkan
kebijakan rumah sakit;
o Menganalisa dan mengkaji usulan kebutuhan peralatan dan Kepala ruangan /Kepala
Instalasi.
o Sebagai Koordinator Supervisor jaga.
o Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
Menyelenggarakan pencatatan data medik sesuai dengan ketentuan dan prosedur (SOP) di
bidang Rekam Medik
Melakukan penerbitan laporan rumah sakit, dokumen dan informasi untuk kepentingan
pasien, keluarga maupun pihak berwajib
Melaksanakan ketentuan penerimaan dan pelepasan pasien rawat inap dan rawat jalan.
Feasibility Study 85
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 86
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
2. Pelayanan Unggulan :
a. Pusat Kesehatan Ibu dan Anak, membutuhkan :
- Dokter Spesialis dengan salah satu atau lebih keahlian : Dokter Spesialis Anak,
Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi, Dokter Spesialis Bedah Anak, Dokter
Spesialis Dermatologi, Dokter Spesialis Bedah Plastik Kecantikan, Dokter Spesialis
Gigi Anak
- Nurse practitioners
- Bidan
- Nutritionist
b. Trauma Center, membutuhkan :
- Dokter Spesialis dengan salah satu atau lebih keahlian : Dokter Spesialis Bedah
ortopedi, dokter spesialis bedah syaraf, dokter spesialis bedah thoraks, dan
berbagai spesialisasi bedah lain (THT, mata, urologi, dll)
- Dokter spesialis rehabilitasi medik
- Nurse practitioners
- Psychiatrists
- Psikolog
Feasibility Study 87
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
cardiologist), dokter spesialis bedah jantung, dokter spesialis jantung anak, dokter
spesialis radiologi intervensi, dll)
- Nurse practicioners
- Psychiatrists
3. Sumber daya manusia dengan latar belakang non medis, dengan latar belakang :
a. Manajemen Administrasi dan Keuangan
b. Teknik, terutama dengan keahlian pada medical engineer
c. Umum, untuk aktifitas yang tidak membutuhkan keahlian tertentu.
Feasibility Study 88
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 89
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 90
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Rincian dari perencanaan tahapan jumlah SDM pertahun dalam jangka panjang ini akan di
detailkan lebih lanjut dalam lampiran.
Feasibility Study 91
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memperhatikan ketentuan tentang
perizinan saja. Akan tetapi juga ketentuan lain yang terkait dengan rumah sakit juga harus
diperhatikan dan ditaati.
Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dan ditaati beberapa hal
tersebut, diantaranya sebagai berikut :
Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RumahSakit
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik;
Peraturan Menteri Kesehatan No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2020.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit
Feasibility Study 92
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
1) Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah
sakitnya.
2) Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan menyusun
kebijakan yang bersifat teknis operasional.
3) Sarana untuk menjamin efektivitas, efisiensi, dan mutu.
4) Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.
5) Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik antara
pemilik, direktur rumah sakit dan staf medis.
6) Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.
2) Lingkungan
Masalah lingkungan ini perlu pengkajian tersendiri dalam kajian lingkungan berupa dokumen UPL-
UKL atau AMDAL.
3) Kemitraan
Kajian kelayakan pendirian rumah sakit juga mengisyaratkan perlunya menjalin kemitraan dengan
perorangan, badan, lembaga yang berkaitan dengan permodalan dan penyelenggaraan rumah sakit.
Kemitraan dengan pemilik modal (investor) dapat dicari baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kemitraan dengan investor bisa dalam bentuk BOT (build, operate,transfer) maupun Joint Venture
(Kerja sama Operasional). Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugiannya, dan faktor isi
negosiasi merupakan faktor penentu kemitraan mana yang akan dipilih.
Kemitraan dengan lembaga yang mempunyai kemampuan di bidang penyelenggaraan rumah sakit.
Lembaga dapat berasal dari luar negeri, bisa berasal dari dalam negeri. Kemitraan dengan lembaga
penyelenggara luar negeri seyogyanya dengan lembaga / rumah sakit yang sudah terbukti mampu
menyerap banyak pasien dari Indonesia. Kemitraan bisa dalam bentuk kerjasama sewaktu (sampai
waktu yang diperkirakan telah terjadi transfer of technology di bidang manajemen rumah sakit, bisa
selama masa Kerja Sama Operasional (KSO) atau Joint Venture. Masing-masing ada keuntungan
dan kerugiannya dan tergantung pada isi perjanjian kerjasama.
Kemitraan dengan pemilik sekaligus penyelenggara rumah sakit yang merupakan kemitraan dalam
membentuk satu perusahaan juga dapat dipertimbangkan.
Feasibility Study 93
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
a. Risiko Perekonomian
Faktor risiko yang berasal dari luar rumah sakit antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi,
sosial dan politik baik nasional maupun internasional dapat berakibat kurang baik terhadap dunia
usaha pada umumnya. Memburuknya kondisi perekonomian akan mengakibatkan daya beli
masyarakat menurun, akibatnya akan dapat mempengaruhi jumlah dana yang dialokasikan
masyarakat untuk kesehatan mereka.
c. Risiko Persaingan
Dengan semakin meningkatnya pembangunan rumah sakit, poliklinik atau usaha dalam bidang
kesehatan lainnya akan mempengaruhi terhadap rumah sakit yang telah ada.
Feasibility Study 94
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
d. Risiko Malpraktek
Kemungkinan terjadinya diagnosis yang kurang tepat, kesalahan maupun kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga medis dapat menimbulkan risiko berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
rumah sakit selain menimbulkan risiko dimana Perusahaan dapat dikenakan tuntutan ganti rugi
yang akhirnya dapat mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan yang dan dapat menurunkan
pendapatan.
Feasibility Study 95
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
BAB VI
ANALISIS KEUANGAN
Kajian Aspek Keuangan dalam FS RSI NU Mayong ini berupa analisis finansial untuk mengetahui berapa
besarnya investasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan fisik, pengadaan peralatan, maupun
dana operasional yang diperlukan selama masa awal beroperasi. Selain dari besarnya investasi yang dibutuhkan
dalam program pengembangan RSI NU Mayong, juga dikaji mengenai sumber pendanaan/permodalan, proyeksi
pendapatan, proyeksi biaya dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam kalkulasi keuangan.
Sumber dana pengembangan RSI NU Mayong ini berasal dari pendanaan yayasan dengan dukungan dari pihak
rekanan investor. Analisis keuangan ini dititik beratkan pada hasil analisis finansial, berupa :
1. Keputusan investasi; yaitu untuk melihat apakah investasi yang dipilih akan memberikan keuntungan
atau tidak;
2. Keputusan pendanaan; berkaitan dengan upaya memperoleh dana (rising fund) yang paling
memungkinkan untuk mendanai investasi yang telah ditentukan.
Feasibility Study 96
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
Feasibility Study 97
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
c. Jumlah hari dalam 1 tahun diasumsikan 365 hari yang digunakan sebagai jangka waktu
operasional dalam 1 periode.
d. Jumlah hari disesuaikan dengan umur masing-masing bulan.
e. Tingkat pertumbuhan tingkat hunian kamar diasumsikan 5,00% pada setiap tahunnya,
Feasibility Study 98
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
f. Tingkat pertumbuhan harga kamar diasumsikan 5,00% per tahun mulai tahun ke-3.
a. Jumlah hari operasional poliklinik / rawat jalan dalam 1 tahun adalah 286 hari, dengan
operasional 6 hari per minggu, dan memperhitungkan hari libur nasional maupun
keagamaan.
b. Jumlah hari operasional untuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam 1 tahun adalah 365 hari.
c. Jumlah tempat tidur untuk IGD sebanyak 5 bed, sedangkan untuk jumlah poliklinik sebanyak
13 klinik.
d. Jam pelayanan poliklinik per hari adalah 10 jam/hari, sedangkan IGD melayani pasien
selama 24 jam/hari dalam 1 minggu.
e. Tingkat kedatangan pasien untuk pasien UGD adalah 30% di tahun pertama, sedangkan
tingkat kedatangan pasien poliklinik di tahun pertama adalah 20%. Pertumbuhan tingkat
kedatangan pasien diasumsikan 5% per tahun
f. Harga jasa pemeriksaan dokter pasien rawat jalan untuk Instalasi Gawat Darurat disumsikan
Rp.150.000,- per pasien, pada Klinik Umum Rawat Jalan diasumsikan Rp. 80.000,- per
pasien dan untuk polilinik spesialis Rawat Jalan Rp.105.000,- per pasien.
3. Pendapatan Laboratorium
a. Pendapatan Laboratorium terdiri dari pasien yang berasal dari pasien rawat jalan maupun
pasien rawat inap
b. Tingkat pemeriksaan ke laboratorium untuk pasien rawat inap diasumsikan 90,00% dan
untuk pasien rawat jalan diasumsikan sebesar 50,00%.
c. Harga rata-rata untuk pemeriksaan ke laboratorium untk pasien rawat inap sebesar Rp.
450.000,- per pasien dan untuk pasien rawat jalan diasumsikan sebesar Rp.200.000,-, tarif
diasumsikan naik 5,00% per tahun mulai tahun ke-3.
Feasibility Study 99
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
4. Pendapatan Radiologi
a. Pendapatan radiologi diasumsikan terdiri dari USG, X Ray dan CT-Scan dan sebagainya.
b. Tingkat pemeriksaan ke Radiologi untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut :
Tabel 6.4 Asumsi Tingkat Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Rawat Inap Rawat Jalan
X-Ray 40% 10%
CT-Scan 5% 3%
USG 10% 10%
c. Harga rata-rata untuk pemeriksaan X-Ray diasumsikan, Rp. 350.000,- per pasien. CT-Scan
Rp 2.500.000,- per pasien, sedangkan tindakan USG diasumsikan Rp. 250.000,- per pasien
dengan tarif diasumsikan naik 5,00% per 2 tahun.
5. Pendapatan Operasi
d. Pelayanan Operasi terdiri dari operasi besar, operasi sedang, operasi kecil, terhadap pasien
rawat inap maupun rawat jalan dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 6.5 Asumsi Tingkat Tindakan Operasi
Jumlah
Uraian
Pasien (%)
Operasi Besar 1,50%
Operasi Sedang 2,50%
Operasi Kecil 4,00%
6. Pendapatan Farmasi
a. Pendapatan Farmasi terdiri dari pasien yang berasal dari pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap.
b. Tingkat pembelian obat di farmasi diasumsikan untuk pasien rawat inap diasumsikan 80,00%
dan untuk pasien rawat jalan diasumsikan 70,00%.
c. Harga obat rata-rata per pasien per hari untuk pasien rawat inap adalah Rp. 500.000,-,
sedangkan pasien rawat jalan diasumsikan Rp. 250.000,- dengan tarif diasumsikan naik
5,00% per tahun mulai tahun ke-3.
d. Pendapatan berupa Bahan Langsung Laborat, Bahan Langsung Operasi, Bahan Langsung
Radiologi dan Bahan Langsung Fisioterapi & Gizi merupakan pendapatan farmasi adalah
merupakan pendapatan yang sifatnya transaksi internal antar departemen saja dengan harga
sebesar nilai harga pokok pembelian terhadap barang bahan langsung tersebut, sehingga
farmasi tidak mendapatkan keuntungan
7. Pendapatan Persalinan
a. Pendapatan Persalinan diasumsikan terdiri atas Persalinan Normal dan Persalinan Sectio
Caesaria, dengan tingkat tindakan terhadap pasien rawat inap
Tabel 6.7 Asumsi Tingkat Tindakan Persalinan
Jumlah
Uraian
Pasien (%)
Persalinan Normal 5%
Persalinan SectionCaesaria 3%
Uraian Harga
HARGA :
Phisiotherapi 150,000
Medical Check Up 350,000
c. Pertumbuhan harga pendapatan lain-lain diasumsikan 5,00% per tahun mulai tahun ke-3.
9. Pendapatan lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan atas kerjasama pengelolaan parkir Rumah Sakit
yang diasumsikan sebesar 5% dari jumlah pendapatan sewa kamar.
B. Biaya Usaha
Biaya Usaha terdiri dai Biaya Gaji, Biaya Administrasi dan Umum, Biaya Penyusutan dan
Amortisasi.
1. Biaya Upah dan Gaji
a. Pertumbuhan biaya upah dan gaji diasumsikan sebesar 8,50% per tahun.
b. Besarnya gaji dan upah per diasumsikan bahwa besarnya gaji per bulan sudah
termasuk gaji ke 13.
3. Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan terdiri dari Penyusutan Bangunan dan Sarana Pelengkap, Mesin dan
Peralatan, Peralatan Medis, Peralatan Non Medis diasumsikan sebagai berikut :
Tabel 6.12 Asumsi Biaya Penyusutan
Uraian Tahun
Tanah
Bangunan 20
Peralatan Medis 7
Peralatan Non Medis 7
4. Biaya Amortisasi
Biaya Penyusutan diasumsikan terdiri dari Biaya Pra-operasi dengan amortisasi selama 7
tahun.
1 Penerimaan :
- Penerimaan 77.612.510 82.271.574 91.640.669 102.052.828 113.648.491 126.576.119 140.911.695 156.985.032 171.661.651 187.918.388
Jumlah Penerimaan 77.612.510 82.271.574 91.640.669 102.052.828 113.648.491 126.576.119 140.911.695 156.985.032 171.661.651 187.918.388
6 Laba/Rugi Bersih Sth. Pajak (EAT) 5.326.089 7.114.956 10.054.634 13.199.381 16.691.515 20.731.690 25.108.585 43.537.500 47.917.586 52.935.429
6,86% 8,65% 10,97% 12,93% 14,69% 16,38% 17,82% 27,73% 27,91% 28,17%
7 Pembagian Deviden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
Investor 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
Owner / Rumah Sakit 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
FY 11 FY 12 FY 13 FY 14 FY 15 FY 16 FY 17 FY 18 FY 19 FY 20
No Keterangan 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041
1 Penerimaan :
- Penerimaan 205.807.638 224.883.008 245.868.296 264.314.287 284.316.511 305.989.268 329.566.455 355.077.031 382.837.975 413.007.708
Jumlah Penerimaan 205.807.638 224.883.008 245.868.296 264.314.287 284.316.511 305.989.268 329.566.455 355.077.031 382.837.975 413.007.708
6 Laba/Rugi Bersih Sth. Pajak (EAT) 58.320.933 64.172.327 70.506.628 75.807.787 81.627.493 87.937.665 94.804.364 102.135.735 110.212.164 119.003.802
28,34% 28,54% 28,68% 28,68% 28,71% 28,74% 28,77% 28,76% 28,79% 28,81%
7 Pembagian Deviden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30%
Investor 17.496.280 19.251.698 21.151.988 22.742.336 24.488.248 26.381.300 28.441.309 30.640.720 33.063.649 35.701.141
70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70%
Owner / Rumah Sakit 40.824.653 44.920.629 49.354.640 53.065.451 57.139.245 61.556.366 66.363.055 71.495.014 77.148.515 83.302.662
2. Piutang Usaha, Pendapatan rumah sakit terdiri dari pendapatan yang diterima secara tunai dan
pendapatan yang diterima secara kredit, penerimaan pendapatan secara tunai diasumsikan
sebesar 75,00% dari jumlah pendapatan, sedangkan sisanya pendapatan diterima secara kredit/
bukan secara tunai, saldo piutang diasumsikan 20 hari dari perputaran pendapatan yang diterima
secara kredit dan Saldo Piutang Lain-lain diasumsikan sebesar 10 hari dari perputaran pendapatan
yang diterima secara kredit.
3. Persediaan terdiri dari persediaan obat-obatan di apotik, perlengkapan operasional rumah sakit
dan sebagainya yang diasumsikan sebesar 20 hari dari jumlah harga pokok pendapatan rumah
sakit.
Aset Tetap
Aset tetap terdiri dari tanah, Bangunan dan Sarana Pelengkap, Mesin dan Peralatan, Peralatan
Medis, Perabot dan Peralatan dan Kendaraan dimana pada setiap tahunnya aktiva tersebut
dilakukan penyusutan yang diakumulasikan ke dalam akumulasi penyusutan.
Aset Lain-lain
Aset lain-lain terdiri dari aktiva dalam masa konstruksi dan Pra-operasi, untuk aktiva dalam masa
konstruksi setelah bangunan tersebut selesai dimasukkan kedalam aktiva Lain-lain, kemudian
dilakukan amortisasi pada setiap tahunnya diakumulasikan kedalam akumulasi amortisasi.
Kewajiban Lancar
Hutang usaha diasumsikan sebesar 10 hari dari jumlah harga pokok penjualan.
Kewajiban Lainnya
Kewajiban Lainnya terdiri hutang untuk investasi aktiva tetap dan hutang pemegang saham.
Ekuitas
Ekuitas terdiri Setoran modal berupa tanah, Setoran modal untuk Investasi Aktiva Tetap, Pembagian
Deviden, Laba/Rugi Ditahan, Laba/Rugi Periode Berjalan.
Dari asumsi-asumsi tersebut diatas maka proyeksi laporan Neraca Perseroan adalah sebagai berikut :
2 Aktiva Tetap :
o Tanah - - - - - - - - - -
o Nilai Perolehan Aktiva - 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000
o Akumulasi Penyusutan - - (23.477.971) (46.955.943) (70.433.914) (93.911.886) (117.389.857) (140.867.829) (164.345.800) (169.895.200) (175.444.600) (180.994.000)
Nilai Buku - 236.488.000 213.010.029 189.532.057 166.054.086 142.576.114 119.098.143 95.620.171 72.142.200 66.592.800 61.043.400 55.494.000
TOTAL ASSETS 6.518.000 222.451.940 212.555.944 215.703.660 219.260.767 224.222.904 230.735.596 239.058.192 249.352.572 268.586.470 290.256.105 314.181.530
II PASSIVA
1 Hutang Lancar :
o Hutang Usaha - - (12.559.041) (12.968.803) (14.439.013) (16.076.566) (17.909.631) (19.952.881) (22.212.793) (24.747.646) (27.036.803) (29.579.092)
o Hutang Bank KMK
o Hutang Pajak - - - - - - - - - - - -
o Biaya Yang Masih Harus Dibayar - - - - - - - - - - - -
Jumlah Hutang Lancar - - (12.559.041) (12.968.803) (14.439.013) (16.076.566) (17.909.631) (19.952.881) (22.212.793) (24.747.646) (27.036.803) (29.579.092)
3 Ekuitas :
o Modal Disetor 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855
o Sharing Dana Sendiri 6.518.000 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085
o Laba (Rugi) Ditahan - - - 2.663.045 6.220.523 11.247.840 17.847.530 26.193.288 36.559.133 49.113.425 70.882.175 94.840.968
o Laba (Rugi) Tahun Berjalan - - 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
Jumlah Ekuitas 6.518.000 222.451.940 225.114.985 228.672.463 233.699.780 240.299.470 248.645.228 259.011.073 271.565.365 293.334.115 317.292.908 343.760.623
TOTAL PASSIVA 6.518.000 222.451.940 212.555.944 215.703.660 219.260.767 224.222.904 230.735.596 239.058.192 249.352.572 268.586.470 290.256.105 314.181.530
FY 11 FY 12 FY 13 FY 14 FY 15 FY 16 FY 17 FY 18 FY 19 FY 20
No Keterangan 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041
I AKTIVA
1 Aktiva Lancar :
o Kas dan Setara Kas 281.691.402 327.266.064 376.784.310 430.675.742 488.224.694 549.764.523 615.620.889 686.121.301 761.683.571 842.793.964
o Piutang Usaha 16.915.696 18.483.535 20.208.353 21.724.462 23.368.480 25.149.803 27.087.654 29.184.414 31.466.135 33.945.839
o Persediaan 3.653.388 3.990.967 4.362.123 4.689.295 5.043.967 5.427.814 5.845.431 6.296.489 6.788.673 7.322.308
Jumlah Aktiva Lancar 302.260.487 349.740.566 401.354.786 457.089.499 516.637.141 580.342.140 648.553.973 721.602.203 799.938.378 884.062.111
2 Aktiva Tetap :
o Tanah - - - - - - - - - -
o Nilai Perolehan Aktiva 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000
o Akumulasi Penyusutan (186.543.400) (192.092.800) (197.642.200) (203.191.600) (208.741.000) (214.290.400) (219.839.800) (225.389.200) (230.938.600) (236.488.000)
Nilai Buku 49.944.600 44.395.200 38.845.800 33.296.400 27.747.000 22.197.600 16.648.200 11.098.800 5.549.400 -
TOTAL ASSETS 352.205.087 394.135.766 440.200.586 490.385.899 544.384.141 602.539.740 665.202.173 732.701.003 805.487.778 884.062.111
II PASSIVA
1 Hutang Lancar :
o Hutang Usaha (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412) (64.868.740)
o Hutang Bank KMK
o Hutang Pajak - - - - - - - - - -
o Biaya Yang Masih Harus Dibayar - - - - - - - - - -
Jumlah Hutang Lancar (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412) (64.868.740)
3 Ekuitas :
o Modal Disetor 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855
o Sharing Dana Sendiri 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085
o Laba (Rugi) Ditahan 121.308.683 162.133.335 207.053.964 256.408.604 309.474.055 366.613.300 428.169.666 494.532.721 566.027.735 643.176.250
o Laba (Rugi) Tahun Berjalan 40.824.653 44.920.629 49.354.640 53.065.451 57.139.245 61.556.366 66.363.055 71.495.014 77.148.515 83.302.662
Jumlah Ekuitas 384.585.275 429.505.904 478.860.544 531.925.995 589.065.240 650.621.606 716.984.661 788.479.675 865.628.190 948.930.851
TOTAL PASSIVA 352.205.087 394.135.766 440.200.586 490.385.899 544.384.141 602.539.740 665.202.173 732.701.003 805.487.778 884.062.111
FY 11 FY 12 FY 13 FY 14 FY 15 FY 16 FY 17 FY 18 FY 19 FY 20
No Keterangan 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041
Saldo Kas dan Setara Kas Awal 239.904.786 281.691.402 327.266.064 376.784.310 430.675.742 488.224.694 549.764.523 615.620.889 686.121.301 761.683.571
Arus Kas Masuk - operasional :
o Pendapatan Bersih 205.807.638 224.883.008 245.868.296 264.314.287 284.316.511 305.989.268 329.566.455 355.077.031 382.837.975 413.007.708
o Piutang Usaha & Lain-Lain: Awal 15.445.347 16.915.696 18.483.535 20.208.353 21.724.462 23.368.480 25.149.803 27.087.654 29.184.414 31.466.135
Akhir 30 (16.915.696) (18.483.535) (20.208.353) (21.724.462) (23.368.480) (25.149.803) (27.087.654) (29.184.414) (31.466.135) (33.945.839)
o Persediaan Awal 3.337.397 3.653.388 3.990.967 4.362.123 4.689.295 5.043.967 5.427.814 5.845.431 6.296.489 6.788.673
Akhir (3.653.388) (3.990.967) (4.362.123) (4.689.295) (5.043.967) (5.427.814) (5.845.431) (6.296.489) (6.788.673) (7.322.308)
Jumlah Arus Kas Masuk - operasional 204.021.297 222.977.591 243.772.321 262.471.007 282.317.821 303.824.098 327.210.988 352.529.214 380.064.069 409.994.368
Arus Kas Keluar - operasional :
o Hutang Usaha: Awal (29.579.092) (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412)
Akhir 32.380.188 35.370.139 38.659.958 41.540.096 44.681.099 48.081.866 51.782.488 55.778.672 60.140.412 64.868.740
o Beban Operasional (excl.Penyusutan & Amortisasi) 94.011.817 102.752.961 112.524.662 121.203.224 130.518.453 140.603.567 151.577.025 163.575.878 176.508.091 190.547.318
o Beban Usaha (excl.Penyusutan & Amortisasi) 28.485.178 31.017.544 33.785.397 36.484.614 39.412.000 42.586.081 46.034.212 49.770.774 53.830.931 58.239.253
o Provisi
o Pajak 19.440.311 21.390.776 23.502.209 25.269.262 27.209.164 29.312.555 31.601.455 34.045.245 36.737.388 39.667.934
Jumlah Arus Kas Keluar - operasional 144.738.401 158.151.231 173.102.087 185.837.238 200.280.621 215.902.969 232.913.313 251.388.081 271.438.150 293.182.834
Surplus (defisit) - operasional 59.282.896 64.826.360 70.670.234 76.633.768 82.037.200 87.921.129 94.297.674 101.141.133 108.625.919 116.811.534
Arus Kas Masuk - non operasional
o Pendapatan Lain-lain
o Uang Muka Pembelian Awal
o Uang Muka Pembelian Akhir
o Kredit Modal Kerja (Baru)
o Penyertaan Modal
o Dana Sendiri Investasi + Modal Kerja
Jumlah Arus Kas Masuk - non operasional - - - - - - - - - -
Arus Kas Keluar - non operasional
o Aktiva Tetap (Investasi) - - - - - - - - - -
o Pembayaran Hutang Bank Lainnya
o Bunga
o Biaya Lain-lain
o Angsuran KMK - Baru
o Angsuran KI - Baru
o Angsuran Hutang Pemegang Saham
o Angsuran Deviden 17.496.280 19.251.698 21.151.988 22.742.336 24.488.248 26.381.300 28.441.309 30.640.720 33.063.649 35.701.141
Jumlah Arus Kas Keluar - non operasional 17.496.280 19.251.698 21.151.988 22.742.336 24.488.248 26.381.300 28.441.309 30.640.720 33.063.649 35.701.141
Surplus (defisit) - non operasional (17.496.280) (19.251.698) (21.151.988) (22.742.336) (24.488.248) (26.381.300) (28.441.309) (30.640.720) (33.063.649) (35.701.141)
Surplus (Defisit) 41.786.616 45.574.661 49.518.246 53.891.432 57.548.952 61.539.829 65.856.365 70.500.412 75.562.270 81.110.393
Saldo Kas dan Setara Kas Akhir 281.691.402 327.266.064 376.784.310 430.675.742 488.224.694 549.764.523 615.620.889 686.121.301 761.683.571 842.793.964
N t=n
CFt
NPV = - CF0 +
(1 + r )t
t=1
n=0
Keterangan:
NPV : Net Present Value
CF0 : present value initial investment
CFt : present value proceed
r : Tingkat diskonto
Apabila Net Present Value (NPV) yang dihasilkan perusahaan adalah positif, maka investasi tersebut
layak diberikan, karena bila NPV=0, investasi tersebut telah mendapatkan keuntungan sebesar
Required Rate of Return.
Net Present Value yang merupakan selisih antara present value proceed dengan present value initial
investment.Present value proceed berasal dari Laba Bersih Setelah Pajak (Earning After Taxes),
Penyusutan dan Amortisasi (Depresiation and Amortization) dan Bunga Setelah Pajak (1-T),
sedangkan present value initial investment berasal dari dana operasional perusahaan (modal kerja
dan perubahan modal kerja).
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap rencana pembangunan proyek ini
ternyata NPV pada discount Rate (i) sebesar 9,64% menunjukkan nilai positif sebesar Rp.
115.056.716.889 dengan demikian proyek ini layak dan menguntungkan
t=n t=n
CFt It
BCR = /
(1 + r )t (1 + r )t
t=1 t=1
Internal Rate of Return adalah tingkat balikan suatu investasi dimana pada saat itu Net Present Value
adalah 0. Suatu investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan apabila IRR lebih
besar dari tingkat bunga bank yang diasumsikan.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan ternyata IRR proyek ini adalah 16,32% lebih besar dari
Discount Rate yang diproyeksikan yaitu sebesar 9,64%. Dengan demikian proyek ini layak dan
menguntungkan
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan hasil analisis kelayakan RSI NU Mayong Jepara dari berbagai aspek adalah sebagai berikut :
Tipe Rumah Sakit yang akan dibangun adalah Rumah Sakit Umum Tipe C dengan pelayanan
unggulan Women & Children center, Trauma center dan Cardiac Center. Jumlah tempat tidur rawat
inap sebanyak 100 unit dan jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 8 unit, sehingga
jumlah total 108 tempat tidur.
Sesuai dengan rencana pelayanan yang telah dibahas sebelumnya, kebutuhan SDM untuk
pendirian RSI NU Mayong total sebesar 263 orang yang terdiri dari 18 dokter umum dan dokter
spesialis fulltime, ±100 perawat dan tenaga non medis lainnya.
Kebutuhan investasi RSI NU Mayong sebesar Rp 242.896.000.000,- (Dua Ratus Empat Puluh Dua
Milyar Delapan Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Rupiah). Sumber pembiayaan untuk pendirian RSI
NU Mayong berasal dari internal Yayasan, dengan dukungan dana oleh pihak investor melalui
skema bagi hasil jangka panjang. Adapun rincian kebutuhan investasi tersebut disajikan pada tabel
berikut :
Berdasarkan hasil analisis keuangan yang dihasilkan melalui analisis kelayakan investasi atas
proyeksi cash flow dengan metode langsung dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan dan
pengembangan RSI NU Mayong secara finansial dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Hal ini
didukung dengan hasil analisa keuangan sesuai kajian dalam aspek keuangan program
pembangunan dan pengembangan RSI NU Mayong sebagai berikut :
1. Investasi untuk program pembangunan dan pengembangan RSI NU Mayong ini dinyatakan
layak, didasarkan pada nilai NPV yang positif sebesar Rp. 115.056.716.889,- oleh karena itu
NPV lebih besar dari nol.
3. Investasi tersebut juga layak karena dapat menghasilkan IRR sebesar 16,32 % dimana tingkat
bunga tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan discount rate sebesar 9,46 %.
7.2 Rekomendasi
Feasibility Study ini merupakan awal dari kegiatan persiapan pengembangan/ pendirian rumah sakit,
setelah kegiatan ini harus diikuti dengan rencana penyusunan dan Master Plan kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan DED, kajian lingkungan (UPL/UKL atau Amdal), dan persiapan pra-operasional
manajemen Rumah Sakit. Ilustrasi tersebut dapat diperjelas dengan gambar berikut ini :
Dokumen Feasibility Study RSI NU Mayong ini merupakan panduan bagi pemilik dan manajemen rumah
sakit dalam merencanakan pendirian dan operasional Rumah Sakit, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengambil langkah – langkah strategis dalam pengembangan Rumah Sakit ke depan. Untuk dapat
merealisasikan rencana operasional dan pengembangan sesuai dalam dokumen Feasibility Study ini,
beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya :
ii. Optimalisasi sistem informasi RS untuk meningkatkan efisiensi, operasional, dan penyeragaman
dokumentasi serta pelaporan kinerja setiap unit di RSI NU Mayong. Dengan dengan penggunaan
sistem IT yang terintegrasi dan penyederhanaan business process yang sesuai kode etik.
iii. Peningkatan kemampuan dan Kompetensi SDM baik Medis maupun Non Medis sesuai
profesionalisme standard nasional dan internasional sehingga SDM yang ada mempunyai daya
saing.
iv. Pentingnya menjalin kemitraan dengan berbagai institusi terkait dalam bidang keilmuan Teknologi
Kedokteran, Perumahsakitan, pengembangan sumber daya manusia, maupun
Pendanaan/Pembiayaan.
v. Pengembangan Program Telehealth dan Telemedicine dalam skala regional dan nasional.
vi. Pengelolaan operasional secara professional dengan pemenuhan SDM dari level top management
hingga pelaksana yang sesuai dengan kriteria dan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
vii. Ketersediaan tenaga dan tim dokter yang berkompeten dan lengkap sesuai dengan bidang keilmuan
/ spesialisasinya dan regulasi terkait.
viii. Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang paripurna, dengan pemenuhan standard akreditasi
nasional (KARS) maupun internasional (akreditasi Joint Commission International / JCI.
ix. Pemberian sistem remunerasi karyawan berdasarkan merit system agar terdapat sistem
pengupahan yang adil sekaligus mendorong produktifitas kerja, karena di rumah sakit sebagai
institusi pelayanan publik, kinerja karyawan merupakan faktor yang sangat penting.
x. Melakukan kombinasi strategi cost leadership dan focus pada segmen pasar utama. Strategi cost
leadership diambil untuk merebut pasar yang baru dirambah dan pada saat yang sama harus
melakukan efisiensi biaya dalam rangka mencapai target-target keuangan dan investasi. Sementara
strategi Focus pada segmen pasar utama adalah dengan melakukan maintain pada captive market
dan menarik captive market yang selama ini dirujuk ke rumah sakit lain.
xi. Pengelolaan dan pengembangan pasar baik di kawasan Kabupaten Jepara dan sekitarnya, maupun
target pasar hingga regional Jawa Tengah.
xii. Penyusunan pola tariff berdasarkan unit cost untuk efisiensi operasional di RS dan meningkatkan
revenue.
xiii. Optimalisasi fasilitas peralatan kesehatan melalui kerjasama strategis dengan industri peralatan
kesehatan / investor dan tim dokter rumah sakit, dengan penyediaan peralatan medis teknologi
terbaru di RSI NU Mayong, baik melalui sistem Kerjasama Operasional (KSO) ataupun investasi
asset rumah sakit.