Anda di halaman 1dari 128

PEMBANGUNAN

RUMAH SAKIT ISLAM


NAHDLOTUL ULAMA
MAYONG
(RSI NU MAYONG)
JEPARA

Yayasan Kesehatan Islam


Nahdlotul Ulama
Mayong
(YAKISNU Mayong)
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

RINGKASAN

Yayasan Kesehatan islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong)


1. Nama Pemilik
Jepara
2. Jenis Proyek Pembangunan Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU
Mayong) Jepara
3. Lokasi Proyek Jalan Mayong-Jebol, RT. 01/RW 02, Singorojo,
Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah
4. Luas Lahan 4.272 m2
5. Maksud dan Tujuan Memberikan gambaran dan mengkaji prospek usaha dalam pembangunan
Studi Kelayakan Rumah Sakit Islam NU Mayong Jepara oleh Yayasan Kesehatan Islam
Nahdlotul Ulama (YAKISNU) Mayong berkaitan dengan rencana yayasan
untuk mendirikan sebuah fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Jenis dan Tipe Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Tipe C
108 Tempat Tidur
7. Kebutuhan Investasi Kebutuhan investasi Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong sebesar
Rp 242.896.000.000,- dengan komposisi pembiayaan sebagai berikut :
Sumber Pembiayaan
- Dana Investor (excld, tanah) Rp. 236.051.915,000,-
- Dana Yayasan (incld, tanah) Rp. 6.844.085,000,-
- Jumlah Rp. 242.896.000.000,-
8. Jangka Waktu
Kerjasama 20 Tahun
9. Suku Bunga Bank 10,00% Per Tahun
10. Kelayakan Usaha Net Present Value (NPV) : Rp 115.056,716.889,-
Internal Rate of Return (IRR) : 16,32%
Benefit - Cost Rasio (B/C Ratio) : 1,53 kali
Payback Period (PP) : 10 Tahun dan 3 Bulan

Feasibility Study
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T kami telah dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Feasibility Study Pendirian RSI NU Mayong Jepara sebagai dasar informasi yang
diharapkan dapat dipakai sebagai acuan oleh manajemen rumah sakit dalam merealisasikan visi, misi,
dan tujuan, dokumentasi pembiayaan dan arah kebijakan operasional Rumah Sakit yang akan
dibangun.

Laporan akhir pekerjaan feasibility study ini merupakan hasil penelitian dan penyelidikan yang diproses
dari berbagai sumber data, terkait dengan rencana Pembangunan RSI NU Mayong oleh Yayasan
Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama (YAKISNU) Mayong Jepara yang ditinjau meliputi analisis situasi,
analisis pasar, analisis manajemen diantaranya aspek manajemen dan aspek hukum, analisis fisik serta
analisis keuangan dan investasi, yang merupakan serangkaian analisis internal dan eksternal untuk
mendukung suksesnya pembangunan fisik maupun operasional berjalan Rumah sakit di masa depan.

Dari hasil studi ini, kami berpendapat bahwa rencana pembangunan RSI NU Mayong Jepara memiliki
prospek dalam jangka menengah dan panjang dan layak untuk dilanjutkan. Kesimpulan ini kami berikan
dengan catatan semua asumsi yang diterapkan dalam studi ini dapat terpenuhi

Kesempurnaan dalam setiap hasil adalah cita-cita kami, namun sebagai manusia biasa tentunya tidak
terlepas dari keterbatasan yang ada. Untuk itu masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk
kemajuan kita bersama.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi aktif dalam membantu mendukung
penyusunan Laporan kajian ini , kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 2020

Tim Penyusun

Feasibility Study ii
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Metodologi dan Pendekatan 3
1.4 Sistematika Laporan 4

BAB II ANALISIS SITUASI


2.1 Kondisi Eksternal 6
2.1.1 Analisis Lingkungan Jauh 6
2.1.1.1 Politik 6
2.1.1.2 Ekonomi 7
2.1.1.3 Sosial 9
2.1.1.3.1 Demografi 9
2.1.1.3.2 Ketenagakerjaan 13
2.1.1.3.3 Sosial Budaya 14
2.1.1.4 Teknologi 15
2.1.1.5 Lingkungan 19
2.1.1.6 Legal 21
2.1.2 Analisis Lingkungan Dekat 23
2.1.2.1 Situasi Derajat Kesehatan 23
2.1.2.2 Morbiditas 26
2.1.2.3 SDM Kesehatan 29
2.1.2.4 Fasilitas Kesehatan 31
2.1.2.5 Perilaku Pasien 34
2.2 Kondisi Internal 36

BAB III ANAISIS PASAR & PEMASARAN


3.1 Analisis Pasar 39
3.1.1 Ukuran Pasar 40
3.2 Analisis SWOT 41
3.2.1 Kajian SWOT 41
3.2.2 Rekomendasi Kajian SWOT 47
3.3 Segmentation, Targeting, Positioning 48
3.3.1 Segmentation 48
3.3.2 Targeting 49
3.3.2.1 General Hosptal / Pelayanan Umum 51
3.3.2.2 Layanan Unggulan – Ibu dan Anak 51
3.3.2.3 Layanan Unggulan – Trauma Center 51
3.3.2.4 Layanan UNggulan Pusat Kardiovaskular (Cardiac Center) 51
3.3.3 Positioning 52
3.4 Analisis Pesaing 53
3.5 Konsep & Strategi Pemasaran 56
3.5.1 Konsep Pemasaran 56
3.5.2 Strategi Pemasaran 57
Feasibility Study iii
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3.6 Proyeksi Pasar 58


3.7 Batas Jangkauan 59
3.8 Proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR) dan Length of Stay (LOS) 60

BAB IV ANALISIS PELAYANAN


4.1 Rencana Program dan Layanan 61
4.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit 61
4.1.2 Program Dasar 62
4.1.2.1 Instalasi Gawat Darurat 63
4.1.2.2 Instalasi Rawat Jalan 64
4.1.2.3 Instalasi Rawat Inap 64
4.1.2.4 Instalasi Penunjang 66
4.1.3 Layanan Unggulan 68
4.1.3.1 Pusat Kesehatan Ibu dan Anak 68
4.1.3.2 Trauma Center 69
4.1.3.3 Pusat Kardiovaskular 70
4.2 Analisis Sarana-Prasarana 72
4.2.1 Lokasi Proyek 72
4.2.2 Rencana Zonasi 73
4.2.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas 74
4.2.4 Kebutuhan Luas Lantai 74
4.2.5 Kebutuhan Ruang dan Tempat Tidur 75
4.2.6 Kebutuhan Peralatan Medis 76
4.2.7 Peralatan Penunjang Non Medik 77
4.2.8 Peralatan Penunjang Lainnya 77
4.2.9 Visualisasi Pengembangan Gedung 79

BAB V ANALISIS MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA


5.1 Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia 82
5.1.1 Struktur Organisasi 82
5.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab 83
5.1.3 Kebutuhan Sumber daya Manusia 86
5.2 Aspek Hukum dan Legalitas 91
5.2.1 Hukum 91
5.2.2 Hospital Bylaws dan Medical Staff Bylaws 92
5.3 Aspek Lain 93
5.4 Analisa Risiko 94

BAB VI ANALISIS KEUANGAN


6.1 Kebutuhan Investasi 96
6.2 Sumber Pembiayaan 97
6.3 Asumsi-Asumsi Dasar 97
6.3.1 Asumsi Pendapatan 98
6.3.2 Asumsi Tarif 102
6.3.3 Asumsi Biaya 102
6.4 Proyeksi Laporan Laba/Rugi 103
6.5 Proyeksi Laporan Neraca 106
6.6 Proyeksi Arus Kas 110
6.7 Analisis Kelayakan Investasi 112
6.7.1 Net Present Value 112
6.7.2 Payback Period 113
6.7.3 Benefit/Cost Ratio 113
6.7.4 Internal Rate Return 113

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Feasibility Study iv
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

7.1 Kesimpulan 115


7.1.1 Tipe Rumah Sakit, Program Layanan, dan Program Unggulan 115
7.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia 115
7.1.3 Investasi dan Proyeksi Keuangan 116
7.2 Rekomendasi 117

TABEL
LAMPIRAN KEUANGAN

Feasibility Study v
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Anggota DPRD Kabupaten jepara Periode 2014-2019 7


Tabel 2.2 Laju Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa (Persen), 2017-2018 7
Tabel 2.3 Perbandingan Inflasi (Persen), 2017-2018 8
Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jepara, 2016-2018 8
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin menurut Kecamatan di 10
Kabupaten Jepara, 2018
Tabel 2.6 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jepara, 10
2018
Tabel 2.7 Karakteristik Demografi Kabupaten Jepara, 2017-2018, 12
Tabel 2.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Empat Kecamatan di Jepara, 2021-2040 12
Tabel 2.9 Banyaknya Penduduk Usia Kerja di Kabupaten Jepara, 2017-2018 13
Tabel 2.10 Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Jepara 13
Tabel 2.11 Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Jepara Menurut Agama Tahun 14
2018
Tabel 2.12 Rasio tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 30
Tabel 2.13 Indikator Tenaga Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 31
Tabel 2.14 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Penyelenggara di 32
Provinsi Jawa Tengah, 2014-2018
Tabel 2.15 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Jepara, 2017-2018 34
Tabel 2.16 Tempat Berobat di Kabupaten Jepara (%), 2017-2018 34
Tabel 2.17 Analisa Perilaku Konsumen Rumah Sakit 35
Tabel 2.18 Trend Konsumen Rumah Sakit dan Strategi Menghadapinya 36
Tabel 3.1 Analisa Internal (Strength – Weakness) RSI NU Mayong 44
Tabel 3.2 Perhitungan Nilai Faktor Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) 44
RSI NU Mayong
Tabel 3.3 Analisa Eksternal (Opportunity – Threat) RSI NU Mayong 45
Tabel 3.4 Perhiungan Nilai Faktor Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) RSI 45
NU Mayong
Tabel 3.5 Targeting Pasien RSI NU Mayong 49
Tabel 3.6 Daftar Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong 54
Tabel 3.7 Profil Rumah Sakit di Sekitar Lokasi RSI NU Mayong 55
Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit, Provinsi 59
Jawa Tengah, 2018
Tabel 3.9 Asumsi Proyeksi Pasar 59
Tabel 3.10 Pedoman Jangkauan dan Pasien RSI NU Mayong 59
Tabel 3.11 Proyeksi Average Length of Stay (ALOS) RSI NU Mayong 60
Tabel 3.12 Proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR) RSI NU Mayong 60
Tabel 4.1 Jenis Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dan Traumatology 63
Tabel 4.2 Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 64
Tabel 4.3 Pelayanan di Luar Paket 65
Tabel 4.4 Rencana Komposisi Jumlah TT RSI NU Mayong 65
Tabel 4.5 Fasilitas Penunjang Rumah Sakit 66
Tabel 4.6 Fungsi Fasilitas Penunjang Rumah Sakit 66
Feasibility Study vi
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 4.7 Pelayanan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak 68


Tabel 4.8 Pelayanan Trauma Center 70
Tabel 5.1 Tahapan Jumlah Tenaga Medis 88
Tabel 5.2 Tahapan Total Jumlah SDM Rumah Sakit 88
Tabel 5.3 Rencana Kebutuhan SDM RSI NU Mayong Tahap Awal 89
Tabel 6.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan RSI NU Mayong 97
Tabel 6.2 Asumsi Jumlah Tempat Tidur 98
Tabel 6.3 Asumsi Tarif Kamar 99
Tabel 6.4 Asumsi Tingkat Pemeriksaan Radiologi 100
Tabel 6.5 Asumsi Tingkat Tindakan Operasi 100
Tabel 6.6 Asumsi Harga Tindakan Operasi 100
Tabel 6.7 Asumsi Tingkat Tindakan Persalinan 101
Tabel 6.8 Asumsi Tarif Tindakan Persalinan 101
Tabel 6.9 Asumsi Harga Pelayanan Medis Lain 101
Tabel 6.10 Asumsi Biaya Pokok Penjualan 102
Tabel 6.11 Asumsi Biaya Administrasi dan Umum 103
Tabel 6.12 Asumsi Biaya Penyusutan 103
Tabel 6.13 Proyeksi Laporan Laba/Rugi 104
Tabel 6.14 Proyeksi Laporan Neraca 108
Tabel 6.15 Proyeksi Laporan Arus Kas 110
Tabel 7.1 Rencana Anggaran Biaya/RAB (Rp 000) 116
Tabel 7.2 Parameter kelayakan RSI NU Mayong 117

Feasibility Study vii


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Alir Pendekatan Kajian 4


Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, 2014-2018 9
Gambar 2.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Jepara (%), 2018 9
Gambar 2.3 Piramida Penduduk Kabupaten Jepara, 2018 11
Gambar 2.4 Komposisi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Jepara, 14
2018 (Persen)
Gambar 2.5 Contoh Advance Digital Imaging 17
Gambar 2.6 Ilustrasi Paperless Hospital, Komunikasi Dokter dan pasien 17
Gambar 2.7 Integrated Hospital Management Information System 18
Gambar 2.8 Peta Kabupaten Jepara 19
Gambar 2.9 Lokasi Rencana Pembangunan RSI NU Mayong Jepara 20
Gambar 2.10 Tahapan Pendirian Rumah Sakit 23
Gambar 2.11 Perkembangan Usia Harapan Hidup Kabupaten Jepara (tahun), 2012-2016 24
Gambar 2.12 Grafik Kematian Bayi di Kabupaten Jepara, 2012-2016 25
Gambar 2,13 Grafik Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten jepara tahun 2012-2016 25
Gambar 2.14 Grafik Jumlah & Angka Kematian Ibu Maternal Kabupaten Jepara, 2014- 26
2018
Gambar 2.15 Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jepara, 2012-2016 27
Gambar 2.16 Cakupan Penemuan Kasus TB Paru di Kabupaten Jepara, 2012-2016 27
Gambar 2.17 Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta di Kabupaten Jepara, 2012-2016 28
Gambar 2.18 Indeks API (0/00) Kabupaten Jepara, 2012-2016 28
Gambar 2.19 Proporsi Kasus Baru Penyakit Tidak menular di Kabupaten Jepara, 2016 29
Gambar 2.20 Proporsi Kasus Baru Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah, 29
2018
Gambar 2.21 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis di Provinsi Jawa Tengah, 2018 30
Gambar 2.22 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di 32
Provinsi Jawa Tengah, 2014-2018
Gambar 2.23 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Tengah, 2018 33
Gambar 2.24 Persentase Rumah Sakit Menurut Akreditasi di Provinsi Jawa Tengah, 33
2018
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan Pemasaran 39
Gambar 3.2 Market base dan target pasien RSI NU Mayong 41
Gambar 3.3 Kuadran Analisis SWOT 42
Gambar 3.4 Kuadran Hasil Analisis SWOT RSI NU Mayong 46
Gambar 3.5 Tahapan Segmentation, Targeting, Positioning 48
Gambar 3.6 Peta Sebaran Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong 53
Gambar 3.7 Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan di sekitar lokasi RSI NU Mayong 54
Gambar 4.1 Lokasi Rencana Pembagunan RSI NU Mayong 72
Gambar 4.2 Gambar Tampak RSI NU Mayong 78
Gambar 4.3 Gambar Perspektif 1 RSI NU Mayong 78
Gambar 4.4 Gambar Perspektif 2 RSI NU Mayong 79
Gambar 4.5 Gambar Perspektif 3 RSI NU Mayong 79
Gambar 4.6 Denah Site Plan RSI NU Mayong 80
Feasibility Study viii
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 5.1 Usulan Struktur Organisasi RSI NU Mayong 83


Gambar 5.2 Alur proses pendirian rumah sakit 91
Gambar 7.1 Struktur Organisasi RSI NU Mayong 115
Gambar 7.2 Langkah Komprehensif dalam Pembangunan Rumah Sakit 117

Feasibility Study ix
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 Bagian H ayat (1)
telah menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal
34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada
pasal 19 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya
kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau. UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
pasal 6 (1) f menyebutkan pemerintah bertanggung jawab menggerakkan peran serta masyarakat dalam
pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;

Pembangunan kesehatan belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di Indonesia,
khususnya masyarakat yang bermukim di lokasi-lokasi terpencil, termasuk di daerah pesisir, pulau-
pulau kecil dan daerah pemekaran. Penyelenggaraan upaya kesehataan saat ini lebih mengedepankan
pemerataan dan keterjangkauan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
rujukan

Rumah sakit merupakan sumber pemberi jasa pelayanan kesehatan. Peningkatan permintaan masyarakat
akan pelayanan kesehatan menjadi salah satu penyebab pihak- pihak swasta melirik rumah sakit sebagai
lahan bisnis. Banyaknya pilihan rumah sakit, menyebabkan pasien dapat dengan leluasa memilih rumah
sakit yang diinginkan sehingga persaingan antar rumah sakitpun semakin tinggi. Untuk menghadapi
persaingan antar rumah sakit, maka pihak manajemen perlu memperhatikan kualitas mutu pelayanan yang
diberikan kepada pasien.

Kepuasan pasien dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan, baik
buruknya kualitas pelayanan yang diberikan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa, dalam hal ini
adalah sumber daya manusia di rumah sakit. Sebanyak 70% kualitas pelayanan dipengaruhi oleh sumber
daya manusia yang dimiliki. Pelayanan prima merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberi nilai
tambah agar dapat memenuhi atau dapat melampaui harapan pelanggan. Pelayanan prima dalam konteks
pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien yang berdasarkan standar
kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan
yang akhirnya dapat meningkatkan loyalitasnya kepada rumah sakit.

Selain kualitas pelayanan, kepuasan konsumen juga ditentukan oleh faktor lainnya. Salah satunya yaitu
fasilitas, fasilitas adalah usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk fisik ataupun non fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Fasilitas atau sarana prasarana merupakan penunjang
untuk melancarkan segala aktivitas yang kita inginkan. Aktivitas yang kita inginkan dalam pembahasan kali
ini adalah keinginan konsumen. Fasilitas merupakan segala sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap
kepuasan konsumen. Apabila fasilitas yang tersedia sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen
maka konsumen akan merasa puas, sebaliknya jika fasilitas yang tersedia tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh konsumen maka konsumen akan merasa kecewa.

1
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Fasilitas yang diberikan harusnya sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh konsumennya. Apalagi ini
menjamin masalah kesehatan pasien rumah sakit. Fasilitas yang disediakan harusnya sesuai dengan
kemajuan teknologi, nyaman dan mudah digunakan.Penyediaan fasilitas yang baik diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan konsumen. Disisi lain tolak ukur kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari kinerja
perusahaan yang dihasilkannya. Indikator kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari : kemampuan untuk
mendapatkan laba, kemampuan untuk terus tumbuh dan berkembang, kemampuan untuk mendapatkan
proyek yang berkelanjutan, kemampuan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada, dan kemampuan
untuk bersaing dengan perusahaan lain.

Rencana pendirian Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama (RSI NU) di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara
ini merupakan buah pemikiran dan keinginan dari MWCNU Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara melalui
Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama (YAKISNU) untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit sebagai
bentuk kepedulian terhadap masyarakat di Kabupaten Jepara dan sekitarnya, dengan mengoptimalkan
asset yang ada, dengan didukung kelengkapan fasilitas dan pelayanan yang paripurna sehingga dapat
memberi kenyamanan bagi pelanggan dan meningkatkan gaya hidup sehat.

Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika dikembangkan, akan
tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari berbagai faktor sebagai bahan
pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor
daya dukung dan daya tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi masyarakat
terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap daya serap dan daya
tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan masalah-masalah yang akan muncul dan
berdampak negatif terhadap perkembangan penduduk di masa yang akan datang, serta keberadaan lokasi
objek tersebut khususnya. Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa perencanaan diciptakan untuk
menjadikan suatu kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil guna yang dapat dimanfaatkan
bagi daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya.

Rencana pembangunan Rumah Sakit perlu dianalisis secara komprehensif untuk melihat kelayakan
pembangunan tersebut yang dikenal dengan Studi Kelayakan Bisnis (Feasibility Study). Dokumen Studi
Kelayakan Bisnis akan dijadikan pedoman dan acuan dalam perencanaan, perancangan, dan pentahapan
pembangunan Rumah Sakit. Hasil analisis Studi Kelayakan Bisnis membantu pengambilan keputusan oleh
pemilik dan juga pihak-pihak yang terkait dalam proses pembangunan. Feasibility study membantu
menjabarkan dan menentukan prioritas tahapan pembangunan Rumah Sakit sesuai dengan asal dana
(investor atau perbankan). Dengan dokumen ini dapat diketahui bahwa keberhasilan implementasi sangat
bergantung pada langkah strategis dari manajemen, resource group, dan stakeholder sehingga dengan
kontrol bersama terjalin komunikasi yang baik, tercapainya return on investment, dan kebijakan terkait fisik
bangunan.

1.2. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Maksud dari penyusunan Studi Kelayakan ini adalah sebagai pedoman / acuan Yayasan Kesehatan
Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong) dalam perencanaan, perancangan, dan

2
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

pentahapan pembangunan rumah sakit, termasuk memperkirakan kapasitas, target pasar, dan sumber
daya yang diperlukan sehingga dapat diperkirakan tingkat kelayakannya.

2. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk menyusun Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pendirian
Rumah Sakit Umum di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, yang mampu memberikan fasilitas
pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif.

3. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan kegiatan penyusunan Studi Kelayakan pendirian Rumah Sakit Islam Nahdlotul
Ulama (RSI NU) di Mayong, Kabupaten Jepara, ini adalah sebagai berikut :
a) Memberikan gambaran secara komprehensif atas kondisi dan potensi usaha Rumah Sakit
b) Menganalisis konsep layanan RS yang ditawarkan (umum dan unggulan) berdasarkan
kemampuan internal dan kondisi pasar
c) Memproyeksikan kapasitas kemampuan pelayanan Rumah Sakit di masa yang akan datang,
termasuk sarana prasarana dan SDM
d) Memberikan gambaran besaran nilai investasi, skema pembiyaan, serta proyeksi dan analisis
keuangan secara detail
e) Memberikan panduan atas rencana investasi atau pengembangan usaha dan kemampuan imbal
hasil serta kelayakan investasi.

1.3. Metodologi dan Pendekatan

Studi kelayakan ini akan membahas secara terperinci tentang rencana investasi, perhitungan investasi serta
evaluasi terhadap investasi tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman. Fokus utama dalam studi
ini adalah analisis pasar dan analisis keuangan. Analisis keuangan direncanakan secara rinci sehingga bisa
meyakinkan pemilik modal diantaranya yaitu analisis produk dan tarif, cash flow, rugi laba, neraca, analisis
investasi (modal kerja, tanah, bangunan, alat medis dan non medis, sumber daya manusia, sistem informasi
manajemen, perhitungan keputusan investasi (IRR, NPV, Payback Period, Benefit Cost Ratio), serta
berbagai rasio keuangan lainnya.

Metode penyusunan laporan yang dilaksanakan adalah dengan menggabungkan informasi kuantitatif dan
kualitatif yang diperoleh dari pihak Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU
Mayong).dan informasi eksternal yang relevan, baik yang tertulis maupun hasil wawancara. Kajian yang
dilakukan difokuskan pada aspek-aspek yang sangat substansial serta pendekatan yang paling
memungkinkan diterapkan, tanpa mengurangi validitas dari hasil kajian.

Gambaran alur kajian secara keseluruhan merupakan serangkaian kegiatan yang di awali dari ide/pemikiran
untuk mendirikan rumah sakit baru, analisis kelayakan, hingga keputusan tentang layak atau tidak layak ide
tersebut di realisasikan, seperti dalam diagram alir berikut:

3
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara
ASPEK ORGANISASI &
Pelayanan & Teknologi MANAJEMEN
Latar Belakang, Pokok-pokok
ASPEK HUKUM/REGULASI
Pemikiran, Gagasan/Ide
• Lingkup pelayanan
 Landasan Hukum Pendirian
 Status Hukum Pendiri dan Investor • Pelayanan unggulan  Organisasi Pengelola
 Susunan Pengurus • Ketersediaan teknologi  Rencana Ketenagaan
Visi, Misi, Tujuan, Tujuan  Status Bidang Usaha • Rencana Peralatan
Operasional, Bentuk &  Ijin Mendirikan Rumah Sakit  Rencana Produksi
Klasifikasi Rumah Sakit
 Ijin Penyelenggaraan RS  Program Medik
Klasifikasi RS
ASPEK SARANA &
ASPEK PASAR Jumlah TT
PRASARANA
 Regulasi Pembangunan RS
 Gambaran Wilayah Sasaran Lokasi  Luas Lahan
 Gambaran Kesehatan Masyarakat Wilayah  Kontur Lahan unggulan
Sasaran
 Rasio TT : Penduduk & Segmen Pasar
•Ketersediaan teknologi
Pendekatan  Jaringan Rujukan Tinjau Kembali • Rencana Peralatan
Gagasan & Ide  Perkiraan Jumlah Pasien Kajian & Analisis
Pendirian Rumah
 Sistem Sosial (Pro Poor Health Services) ASPEK KEUANGAN
 Gambaran Sarana Kesehatan di Wilayah
Sakit Sasaran
 Total Investasi
 Sumber Pembiayaan
 Proyeksi Cashflow
Layak ? 

Cross Subsidi
Payback Period ROI
 Daftar Tarif
ASPEK LINGKUNGAN  Indikator Kinerja Keuangan
lainnya
Landasan Hukum, Dampak yang Tidak
ditimbulkan, Upaya Penanganan
Ya

LINGKUP KAJIAN FS

Gambar 1.1 Diagram Alir Pendekatan Kajian

1.4. Sistematika Laporan

Laporan ini mencakup keseluruhan output yang telah direncanakan. Seluruh hasil kajian diuraikan ke dalam
8 (Delapan) bab yang saling berkaitan satu sama lain sehingga pada akhirnya laporan ini dapat dijadikan
acuan pada pengembangan yang akan datang. Bab-bab tersebut adalah :

1. Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan mengenai maksud dan tujuan studi, ruang lingkup studi, metodologi studi
dan kondisi pembatas, dari studi kelayakan Pembangunan Rumah Sakit di Kecamatan Mayong,
Kabupaten Jepara oleh Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong).

2. Analisis Situasi
Berisi hasil kajian dan analisis terhadap lingkungan makro dan mikro menggunakan metode
PESTEL.
2.1. Kondisi Eksternal
2.1.1. Analisis Lingkungan Jauh
2.1.2. Politik
2.1.3. Ekonomi
2.1.4. Demografi & Ketenagakerjaan
2.1.5. Sosial Budaya
2.1.6. Teknologi
2.1.7. Lingkungan
2.1.8. Legal

2.2. Analisis Lingkungan Dekat


2.2.1. Situasi Kesehatan
2.2.2. Angka Kesakitan / Morbiditas

4
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

2.2.3. SDM Kesehatan


2.2.4. Fasilitas kesehatan
2.2.5. Perilaku Pasien

2.3. Kondisi Internal (SW)


2.3.1. Profil Pemilik
2.3.2. Organisasi dan Legalitas

3. Analisis Pasar
3.1. Analisis Pasar
3.2. Analisis SWOT
3.3. Segmentation, Targeting, and Positioning (STP)
3.4. Analisis Pesaing
3.5. Konsep & Strategi Pemasaran
3.6. Proyeksi Pasar
3.7. Batas Jangkauan
3.8. Proyeksi BOR & LOS

4. Rencana Program Pelayanan dan Sarana Prasarana


Uraian tentang kajian pengembangan pelayanan Rumah Sakit beserta sarana-prasarana
pendukungnya berdasarkan kebutuhan pasar, kondisi saat ini, dan rencana strategis.
4.1. Rencana Program Pelayanan
4.2. Analisis Sarana dan Prasarana
4.3. Kebutuhan Peralatan Medis dan Non Medis

5. Analisis Manajemen dan Sumber Daya Manusia


Kajian tentang manajemen rumah sakit, organisasi, dan Sumber Daya Manusia yang diperlukan
dalam operasional Rumah Sakit.
5.1. Aspek Manajemen dan Struktur Organisasi
5.2. Kebutuhan Sumber daya Manusia
5.3. Aspek Hukum dan Legalitas
5.4. Aspek Lain
5.5. Analisa Risiko

6. Analisis Keuangan dan Investasi


Perhitungan dan analisis berbagai skenario keuangan yang direncanakan.
6.1. Kebutuhan Investasi
6.2. Sumber Pembiayaan
6.3. Asumsi-Asumsi Dasar (Asumsi Umum, Pendapatan, Biaya, Tarif)
6.4. Proyeksi Penerimaan dan Pengeluaran
6.5. Proyeksi Laba (Rugi) dan Proyeksi Arus kas
6.6. Analisis Kelayakan Investasi

7. Kesimpulan dan Rekomendasi


7.1. Kesimpulan
7.2. Rekomendasi

8. Penutup

5
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB II
ANALISIS SITUASI

Pendirian Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong) merupakan rencana strategis MWCNU
Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan masyarakat
di sekitar kawasan Kecamatan Mayong maupun Kabupaten Jepara terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas. Untuk mencapai cita – cita tersebut, perlu dlakukan kajian analisis situasi terlebih dahulu. Kajian
analisis situasi ini disusun untuk melakukan penilaian terhadap lingkungan bisnis lokasi yang rencananya akan
didirikan rumah sakit yang akan dilengkapi dengan kajian epidemiologi untuk mendukung argumentasi
penentuan pelayanan umum dan unggulan rumah sakit tersebut. Kajian dilakukan pada data sekunder dengan
penekanan pada aspek-aspek tertentu sehingga diperoleh hasil analisis yang komprehensif.

2.1. Kondisi Eksternal

2.1.1 Analisis Lingkungan Jauh

Dalam menjalankan kegiatan suatu Rumah Sakit dibutuhkan implementasi yang baik agar dapat sesuai
dengan visi & misi serta tujuan Rumah Sakit. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan suatu kajian
sebelum dibuatnya perencanaan yang matang. Kajian analisis tersebut harus dilakukan dari berbagai
faktor yang langsung berpengaruh terhadap bisnis Rumah Sakit, salah satunya adalah faktor eksternal.
Kajian analisis faktor eksternal ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai salah satu faktor penting
untuk dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Dengan melakukan Kajian analisis faktor
eksternal untuk perusahaan agar mendapatkan opportunity (peluang) dan threat (ancaman) yang
dimiliki dan akan dihadapi oleh sebuah perusahaan. Salah satu alat ukur dalam melakukan kajian
analisis eksternal ini adalah dengan menggunakan PESTLE Analysis. Dalam analisis ini akan
dijelaskan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap bisnis Rumah sakit. Adapun analisis PESTLE ini
akan melihat pengaruh Eksternal terhadap kinerja perusahaan yang dilihat dari sudut pandang Politik,
Ekonomi, Sosial, Teknologi, Environmental / Lingkungan, dan Legal.

2.1.1.1 Politik

Secara umum kehidupan politik di Kabupaten Jepara dengan 7 fraksi di DPRD relatif aman,
dinamis dan mampu mengakomodasi secara maksimal perubahan kepentingan dan kebutuhan
rakyat serta perkembangan lingkungan strategis baik lokal, regional maupun nasional. Kondisi
yang stabil ini perlu diupayakan terus menerus guna mendukung kondusifitas perekonomian
secara umum di Kabupaten Jepara.

Adapun komposisi anggota DPRD tersebut tercantum dalam Tabel berikut:

6
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.1 Jumlah Anggota DPRD Kabupaten Jepara Periode 2014-2019

Berdasarkan jumlah anggota DPRD tersebut, terlihat 3 besar partai politik yang memiliki basis
massa terbesar adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), dan Partai Gerindra. Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
dan Partai Golkar menempatkan jumlah anggota yang sama di DPRD Kabupaten Jepara, yaitu
5 orang. Sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN< Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai
Demokrat, dan Partai Hanura menjadi partai yang menempatkan perwakilannya paling sedikit
dengan jumlah kurang dari 5 kursi per partai.

2.1.1.2 Ekonomi

Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Inflasi
merupakan salah satu indikasi stabilitas ekonomi. Inflasi ibarat vitamin bagi pembangunan, jika
ada dalam jumlah yang tepat maka akan menjadi hal yang positif untuk menggerakkan roda
ekonomi. Laju inflasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berdampak pada dinamika
ekonomi. Pada tahun 2018, penghitungan Indeks Harga Konsumen sebagai dasar
penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2012. Inflasi di tahun 2018 tercatat sebesar
4,20 persen, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 2,83 persen. Tingkat
inflasi Kabupaten Jepara lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat inflasi Provinsi Jawa
Tengah maupun nasional.

Tabel 2.2 Laju Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (Persen), 2017-2018
Kelompok Barang dan Jasa 2017 2018
Umum 2,83 4,20
Bahan Makanan 1,19 4,33
Makanan Jadi 1,41 5,01
Perumahan 6,62 2,00
Sandang -0,04 2,05
Kesehatan -0,13 1,35
Pendidikan 1,65 4,14
Transportasi 1,72 10,81

7
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.3 Perbandingan Inflasi (Persen), 2017 – 2018


Kelompok Barang dan Jasa 2017 2018
Jepara 2,83 4,20
Kabupaten Jepara 3,64 2,76
Jawa Tengah 3,71 2,82
Nasional 3,61 2,82

Laju inflasi bulanan pada tahun 2018 terlihat sangat berfluktuasi. Inflasi tertinggi sebesar 2,39
persen terjadi pada bulan Juni. Sedangkan deflasi terendah sebesar -0,16 persen terjadi pada
bulan Agustus. Bila dilihat menurut penyebabnya, menurunnya stabilisasi tingkat harga di
Kabupaten Jepara pada tahun 2018 disebabkan oleh kelompok Transportasi, Makanan Jadi,
dan Bahan Makanan. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya laju inflasi kelompok pengeluaran
tersebut yang masingmasing sebesar 10,81 persen, 5,01 persen, dan 4,33 persen. Inflasi yang
cukup rendah terjadi di kelompok kesehatan dimana nilanya sebesar 1,35 persen.

PDRB merupakan nilai tambah bruto dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari
berbagai aktivitas ekonomi di suatu wilayah dalam satu tahun. Nilai PDRB Kabupaten Jepara
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukkan kenaikan dari
tahun ke tahun. Kenaikan PDRB atas dasar harga berlaku mencerminkan peningkatan
produksi barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Jepara tetapi masih dipengaruhi oleh
faktor kenaikan harga atau inflasi. Pada tahun 2018 persentase kenaikan nilai PDRB atas
dasar Harga Berlaku sebesar 8,76 persen dibanding dengan tahun 2017.

Sedangkan peningkatan produksi barang dan jasa secara riil tanpa dipengaruhi faktor inflasi
dicerminkan oleh kenaikan PDRB atas dasar harga konstan. Peningkatan produktivitas riil ini
merupakan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara
sebesar 5,85 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 5,39 persen

Tabel 2.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jepara, 2016-2018


Uraian 2016 2017 2018
PDRB ADHB (Milyar Rp) 23.949,82 25.803,41 28.064,38
PDRB ADHK (Milyar Rp) 18.080,63 19.054,54 20.169,69
PDRB/Kapita ADHB (Ribu Rp) 19.862 21.095 22.622
PDRB/kapita ADHK (Ribu Rp) 14.995 15.578 16.258
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,06 5,39 5,85
.Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2019

8
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

7 5,85
6 5,1 5,39
4,81 5,06
5
4
3
2
1
0
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, 2014-2018


Sumber: BPS Kabupaten Jepara

Tiga pilar penting penyangga perekonomian Kabupaten Jepara dipegang oleh kategori industri
pengolahan sebesar 34,87 persen, disusul oleh kategori perdagangan dan reparasi mobil
sepeda motor sebesar 16,68 persen, dan kategori pertanian, kehutanan, perikanan sebesar
13,63 persen.

Perdagangan
17%
Industri
Pertanian 35%
13%

Lainnya
28%
Konstruksi
7%

Gambar 2.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Jepara (%), 2018

2.1.1.3 Sosial

2.1.1.3.1 Demografi

Proyeksi penduduk berdasarkan data Sensus Penduduk 2010 menyatakan bahwa


jumlah penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2018 sebanyak 1.240.600 orang. Tidak
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 622.178
orang sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 618.422 orang. Perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dinyatakan dalam rasio jenis kelamin
yaitu sebesar 99,40. Artinya, setiap 100 penduduk perempuan berbanding dengan 99
penduduk laki-laki.

9
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jepara, 2018
Jenis Kelamin Rasio Jenis
Kecamatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin
Kedung 39.758 40.300 80.058 0,99
Pecangan 43.251 44.287 87.538 0,98
Kalinyamatan 33.070 33.520 66.590 0,99
Welahan 38.047 38.957 77.004 0,98
Mayong 46.192 46.819 93.011 0,99
Nalumsari 37.501 38.794 76.295 0,97
Batealit 44.209 44.360 88.569 1,00
Tahunan 60.193 58.644 118.837 1,03
Jepara 45.993 45.695 91.688 1,01
Mlonggo 45.093 43.933 89.026 1,03
Pakis Aji 31.432 31.229 62.661 1,01
Bangsri 52.897 52.556 105.453 1,01
Kembang 35.461 36.685 72.146 0,97
Keling 31.745 32.505 64.250 0,98
Donorojo 28.717 29.108 57.825 0,99
Karimunjawa 4.863 4.786 9.649 1,02
Jepara 618.422 622.178 1.240.600 0,99
Sumber: BPS Kabupaten Jepara

Kepadatan penduduk di Kabupaten Jepara sedikit meningkat dari 1.218 pada tahun
2017 menjadi 1.235 pada tahun 2018. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1 km2
wilayah di Kabupaten Jepara dihuni ratarata oleh 1.235 penduduk.

Tabel 2.6 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jepara,
2018
Kepadatan
Kecamatan Jml. Desa Luas Daerah Jml.Penduduk
Penduduk / km2
Kedung 18 43.063 80.058 1.859
Pecangan 12 35.399 87.538 2.473
Kalinyamatan 12 24.179 66.590 2.754
Welahan 15 27.642 77.004 2.786
Mayong 18 65.043 93.011 1.430
Nalumsari 15 56.965 76.295 1.339
Batealit 11 88.879 88.569 997
Tahunan 15 38.906 118.837 3.054
Jepara 16 24.667 91.688 3.717
Mlonggo 8 42.402 89.026 2.100

10
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Kepadatan
Kecamatan Jml. Desa Luas Daerah Jml.Penduduk
Penduduk / km2
Pakis Aji 8 60.553 62.661 1.035
Bangsri 12 85.352 105.453 1.256
Kembang 11 108.124 72.146 667
Keling 12 123.116 64.250 522
Donorojo 8 108.642 57.825 532
Karimunjawa 4 71.200 9.649 136
Jepara 195 1.004.132 1.240.600 1.235

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebanyak
844.312 jiwa, sedangkan penduduk usia non produktif sebanyak 396.288 jiwa. Dengan
demikian angka beban ketergantungan sebesar 46,94 persen, yang artinya setiap 100
orang penduduk produktif menanggung sekitar 46 sampai 47 orang yang tidak produktif.
Angka beban ketergantungan sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Penurunan
ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk usia produktif lebih tinggi dari pertumbuhan
penduduk usia non produktif.

Gambar 2.3 Piramida Penduduk Kabupaten Jepara, 2018


Sumber: BPS Kabupaten Jepara

11
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.7 Karakteristik Demografi Kabupaten Jepara, 2017-2018


Indikator 2017 2018
Penduduk (Jiwa) 1.223.198 1.240.600
Laki-laki 609.784 618.422
Perempuan 613.414 622.178
Rasio Jenis Kelamin (%) 99,41 99,40
Kepadatan (jiwa/km2) 1.218 1.235
Pertumbuhan Penduduk 1,44 1,42
Penduduk (jiwa) 1.223.198 1.240.600
Usia 0-14 tahun 308.853 309.821
Usia 15-64 tahun 831.817 844.312
Usia 65+ tahun 82.528 86.467
Angka Beban Ketergantungan 47,10 46,94

Lokasi rencana pembangunan RSI NU Mayong termasuk ke dalam wilayah Desa


Singorojo, Kecamatan Mayong. Analisis pertumbuhan demografi sebagai segmen
pasar dari layanan rumah sakit yang direncanakan tentunya juga harus melihat
kecenderungan pertumbuhan penduduk di kecamatan sekitar (tetangga) yaitu
Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan Pecangaan di sebelah barat, Kecamatan
Nalumsari di sebelah timur, Kecamatan Batealit di sebelah utara, dan Kecamatan
Welahan di sebelah selatan. Selain itu Kecamatan Mijen di Kabupaten Demak juga
menjadi pertimbangan wilayah jangkauan pasar RSI NU Mayong berdasarkan letak
geografisnya yang berada di sebelah selatan Kecamatan Mayong.

Berdasarkan olah data dari BPS Kabupaten Jepara, bahwa rata-rata pertambahan
jumlah penduduk Kabupaten Jepara adalah 1,47% per tahun (2013-2018), sedangkan
pertumbuhan penduduk per tahun untuk masing-masing kecamatan berkisar antara 1 -
2%. Rata-rata pertumbuhan penduduk di setiap wilayah kecamatan di atas secara
berturut-turut dari yang paling tinggi adalah Kecamatan Kalinyamatan 1,54%,
Kecamatan Batealit 1,51%, Kecamatan Pecangaan 1,49%, Kecamatan Mayong 1,44%,
Kecamatan Nalumsari 1,39 % dan Kecamatan Welahan 1,37 %. Sedangkan rata-rata
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak adalah 0,15%.

Berdasarkan angka rata-rata pertumbuhan tersebut, maka proyeksi penduduk empat


kecamatan hingga Tahun 2040 dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut.

12
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.8 Proyeksi Jumlah Penduduk Enam Kecamatan di Jepara 2021 – 2040
Kecamatan 2021 2022 2023 2024 2025 2030 2035 2040

Mayong 97.178 98.608 100.059 101.532 103.026 110.833 119.231 128.266


Kalinyamatan 69.573 70.597 71.636 72.690 73.760 79.349 85.362 91.830
Nalumsari 79.713 80.886 82.076 83.284 84.510 90.914 97.803 105.214
Welahan 80.454 81.638 82.839 84.058 85.295 91.759 98.712 106.192
Batealit 92.537 93.899 95.280 96.683 98.105 105.540 113.537 122.140
Pecangaan 91.460 92.806 94.171 95.557 96.963 104.311 112.215 120.719
Total 510.915 518.433 526.062 533.804 541.659 582.705 626.860 674.362
Kec. Mijen 92.451 92.588 92.725 92.862 93.000 93.691 94.387 95.088
Jepara 1.296.179 1.315.254 1.334.609 1.354.249 1.374.178 1.478.309 1.590.331 1.710.841
Sumber: BPS Kabupaten Jepara; data diolah

Di samping pertambahan penduduk akibat faktor kelahiran dan kematian, analisis


demografi juga mempertimbangkan faktor migrasi yaitu jumlah penduduk yang datang
dan pindah dari wilayah perencanaan. Secara umum, migrasi penduduk di Kabupaten
Jepara berfluktuasi dengan penduduk yang datang lebih banyak dibandingkan
penduduk yang pergi.

2.1.1.3.2 Ketenagakerjaan

Penduduk Usia Kerja (PUK) atau penduduk yang berusia 15 tahun ke atas di
Kabupaten Jepara tahun 2018 tercatat sebanyak 933 ribu orang. Terdiri dari angkatan
kerja sebanyak 641,8 ribu orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 291,7 ribu orang.

Tabel 2.9 Banyaknya Penduduk Usia Kerja Kabupaten Jepara, 2017-2018


Klasifikasi Ketenagakerjaan 2017 2018
Angkatan Kerja 640.393 641.799
Bekerja 609.391 617.552
Menganggur 31.002 24.247
Bukan Angkatan Kerja 276.377 291.669
Sekolah 72.028 78.632
Mengurus Rumah Tangga 150.517 168.524
Lainnya 53.832 44.513
Jumlah 916.770 933.468

Angkatan kerja merupakan penduduk berumur 15 tahun keatas yang berpotensi untuk
bekerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase jumlah
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. TPAK di Kabupaten Jepara pada tahun
2018 tercatat sebesar 68,75 persen, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang
sebesar 69,85 persen. Semakin rendah nilai TPAK semakin rendah pula pasokan
tenaga kerja yang tersedia untuk menunjang perekonomian di Kabupaten Jepara.

Tabel 2.10 Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Jepara


Uraian 2015 2017 2018

13
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

TPAK (%) 68,13 69,85 68,75


TPT (%) 3,13 4,84 3,78

Pada tahun 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Jepara sebesar
3,78 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 4,84 persen. TPT sebesar 3,78 persen artinya dari setiap 100 orang
angkatan kerja terdapat 3 sampai 4 orang yang menganggur.

Lainnya; 14%
Jasa; 10% Industri; 45%

Pertanian;
13%

Perdagangan
; 18%

Gambar 2.4 Komposisi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Jepara,
2018 (Persen)

Komposisi lapangan usaha pekerjaan utama di Kabupaten Jepara masih didominasi


oleh sektor industri yang pada tahun 2018 persentasenya mencapai 45 persen.
Kemudian disusul oleh sektor perdagangan sebesar 18 persen, sektor lainnya sebesar
14 persen, sektor pertanian sebesar 13 persen, dan yang bekerja di sektor jasa sebesar
10 persen.

2.1.1.3.3 Sosial-Budaya

Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk
Kabupaten Jepara secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS Kelas D yang
direncanakan berdasarkan agama, serta pengaruhnya terhadap kebiasaan, budaya,
dan pola hidup masyarakat sekitar.

Berdasarkan BPS Kabupaten Jepara, jumlah pemeluk agama terbesar/mayoritas


adalah pemeluk agama Islam 1.210.702 jiwa (97,59 %) pada Tahun 2018 sedangkan
agama- agama lain seperti Protestan sebanyak 23.695 jiwa (1,91%), Katolik 1.117 jiwa
(0,09%), Hindu sebanyak 496 jiwa (0,04%), Budha 4.466 jiwa (0,36 %), dan penganut
agama lainnya 124 jiwa (0,01 %).

Untuk wilayah empat kecamatan (Kalinyamatan, Mayong, Nalumsari, dan Welahan)


yang diprediksi akan terdampak langsung dari rencana pembangunan RS, komposisi
penduduk menurut agama disajikan pada Tabel 2.11.

14
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.11 Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Jepara Menurut Agama Tahun
2018
No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
1 Mayong 92.630 260 102 - - 19
2 Kalinyamatan 66.364 173 53 - - -
3 Nalumsari 76.028 244 15 - - 8
4 Welahan 76.619 231 31 - 108 8
Total 311.640 909 202 - 108 34
Jepara 1.210.702 23.695 1.117 496 4.466 124
Sumber : BPS Kabupaten Jepara

Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini
adalah pemeluk agama Islam. Seperti halnya di Provinsi Jateng dan Kabupaten Jepara,
maka pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat sangat besar. Ajaran pokok
agama Islam yang terkandung dalam tiga kerangka dasar, yaitu Aqidah (keimanan),
Syariat (aturan), dan Adab (etika), menjadi landasan utama dan memberikan corak
khas bagi identitas masyarakat.

Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan
sosial budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan
pengendalian masyarakat.Selain ajaran agama yang mengajarkan bahwa kebersihan
adalah bagian dari keimanan, kesunahan mandi waktu tertentu, kewajiban mandi pada
situasi tertentu, kesunahan membersihkan gigi sebelum sholat dan lain-lain. Kehidupan
sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub sangat mendukung
khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan hidup sehat, dan
akan berimplikasi positif terhadap rencana pembangunan RS

Di Kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, yaitu:


 Barongan Dencong  Prasah
 Wayang Golek  Angguk
Langkung  Dagelan
 Tari Kridhajati  Kentrung
 Tari Tenun Troso  Ludruk
 Tari Tayub  Ketropak
 Tari Emprak  Keroncong
 Samroh  Gambus
Jenis kesenian tradisional Samroh, Gambus, dan Angguk, semuanya bernapaskan
Islam. Jenis kesenian tradisional lainnya adalah dagelan, emprak, ketropak, ludruk,
kentrung, keroncong,dan prasah. Melalui beberapa kesenian tradisional ini, pemerintah
menggunakannya untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat misalnya mengenai
pembangunan dan keluarga berencana.

2.1.1.4 Teknologi

Pemanfaatan teknologi baru di bidang kesehatan terbukti dapat memberikan suatu


peningkatan kemampuan dan keuntungan untuk menciptakan produk dan proses yang
berbeda (technology-push product). Penggunaan teknologi baru di rumah sakit pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien, memberikan keunggulan kompetitif

15
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

dan mengurangi biaya operasional, sehingga rumah sakit bisa melakukan efesiensi dan
menaikan pendapatan.

Upaya peningkatan Iptek kesehatan yang dicanangkan oleh MWCNU Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara memberi peluang dalam pembangunan RS Kelas C khususnya
pengembangan Alkes yang akan digunakan. Sejalan dengan perkembangan Iptek kesehatan
dan kecenderungan pola penyakit, maka penggunaan Alkes di RS Kelas C tentunya harus
terus dikembangkan termasuk SDM bidang kesehatan yang akan mengoperasikannya.

Teknologi perumah sakitan saat ini sudah mulai memasuki industri 4.0, setiap rumah sakit
diharuskan mempersiapkan strategi dalam menghadapi industri ini. Mulai banyaknya seminar
yang dilakukan oleh Menkes terkait isu ini menjadi hal yang harus diperhatikan oleh
manajemen RS. Dalam beberapa program kedepan, menkes telah mempersiapkan Regulasi
Kesehatan untuk Mempersiapkan Rumah Sakit Memasuki Era Industri 4.0, Tantangan Rumah
Sakit di Era 4.0, Dilema Etik Kedokteran dalam Revolusi Industri 4.0 di Bidang Kesehatan,
Evaluasi Penyelenggaraan JKN pada aspek Regulasi dan Implementasi JKN di Era UHC serta
Strategi Suksesnya Implementasi e-Purchasing di Rumah Sakit di Era UHC. RSI NU Mayong
harus melihat kondisi lingkungan teknologi perumah sakitan ini dengan melakukan studi
banding dengan rumah sakit yang sudah menerapkan pola industri 4.0 agar rumah sakit tidak
tertinggal dari segi persaingan untuk kedepannya.

Pada paragraf selanjutnya, akan diulas secara ringkas beberapa teknologi terbaru yang bisa
memberikan dampak positip terhadap kinerja Rumah Sakit Pertamina Jababeka, yang dapat
digunakan pada pelayanan klinik (clinical services) dan penunjang pelayanan medis
(supporting clinical services), dimana untuk alasan kemudahan pembahasan dibagi menjadi
beberapa sub bahasan, sebagaimana dirangkum dalam bagian berikut ini.

Advance in Digital Imaging


Setelah lebih dari satu abad sejak kelahirannya, radiologi terus berkembang seolah-olah masih
dalam masa belia. Meskipun beberapa teknologi radiologi telah ketinggalan zaman
dibandingkan dari yang lain, akan tetapi aplikasi dan teknik baru terus muncul secara teratur
dalam berbagai literatur. Radiologi telah berkembang dari perangkat murni diagnostik menjadi
teknologi intervensi. Agen kontras yang terbaru pada MRI, X-ray dan USG memungkinkan
dokter untuk membuat diagnosa dan rencana terapi dengan lebih presisi dari sebelumnya.
Teknik radilogi menjadi semakin kurang invasif.

Kemajuan teknologi komputer telah memberikan kemampuan super-komputer untuk sistim alat
kedokteran nuklir, CT Scanner dan MRI. Sistim pencitraan dalam berbagai modalitas yang
terkini dirancang dengan skenario upgrade dan bukan "direncanakan menjadi usang". Pabrik
pembuat alat secara rutin meng-upgrade perangkat lunak dan aspek lain dari produk mereka,
kadang-kadang tanpa biaya tambahan kepada pelanggan. Rumah sakit, kelompok ahli
radiologi dan pusat pencitraan (imaging center) akan menghadapi peningkatan permintaan
untuk membuktikan apa yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan kriteria
manajemen. Apakah gambar membuat diagnosis atau mengkonfirmasinya? Apakah gambar
menentukan strategi pengobatan yang optimal atau mengkonfirmasi strategi yang mungkin
cocok? Pihak ketiga wajib, terutama pemerintah, melihat radiologi dalam pengertian itu.
Pencitraan diagnostik (diagnostic imaging) dan sistim terapi (therapeutic system) saat ini
membutuhkan dukungan teknis yang semakin canggih dalam hal pemeliharaan dan perbaikan.
Rumah sakit, ahli radiologi dan pusat pencitraan harus menentukan cara yang paling ekonomis

16
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

dan efektif untuk menjamin peralatan tetap siap digunakan (up-time guaranteed). Untuk
memastikan kelangsungan fiskal mereka, rumah sakit terus berusaha mendapatkan teknologi
pencitraan dan terapi yang terkini dengan alasan untuk kompetisi dan peningkatan layanan
pasien (J. Clinical Engineering, 1993).

Gambar 2.5 Contoh Advance Digital Imaging

Mengikuti perkembangan teknologi radiodiagnostik yang telah diuraikan di atas dan merespon
(kemungkinan) kebutuhan pelayanan di RSI NU Mayong, berikut ini disajikan teknologi
radiologi yang direkomendasikan untuk diadakan:

 MRI, including Open MRI  Bone Densitometry/DEXA


 X-Ray/Fluoroscopy  Multi-slice CT Imaging, including CT
Angiograms
 Ultrasound/Doppler  PET/CT Imaging
 Mammography  Echocardiograms

Paperless Hospital

Gambar 2.6 Ilustrasi Paperless Hospital, Komunikasi Doktor dan Pasien

17
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Hari ini, sudah mulai sering ditemui dokter di rumah sakit bekerja sambil menjinjing perangkat
nirkabel untuk memeriksa hasil laboratorium, melihat gambar sinar-X, update status grafik
pasien, memberikan instruksi kepada perawat dan mengirim serta menerima e-mail. Di
samping tempat tidur pasien, perawat menggunakan perangkat nirkabel untuk merekam
catatan kemajuan pasien dan memeriksa perintah dokter. Jika mereka memberikan obat atau
mengganti perban, barang pasokan yang mereka terima dilacak secara elektronik dan
dicocokkan dengan kode bar sebagai catatan individu pasien, sehingga memungkinkan
penagihan pasien lebih akurat dan pengisian persediaan secara otomatis.

Untuk rumah sakit seperti ini, jelas tidak ada kertas di mana-mana. Para dokter dan perawat
tampak benar-benar percaya diri dan kompeten di tempat kerja baru digital mereka. Namun
digital tidak berarti sama dengan impersonal. Sebuah lukisan digantung di dinding, ruang
tunggu memiliki nuansa yang nyaman dilengkapi sebuah perpustakaan kecil, dan banyak
jendela berhadapan dengan taman yang indah terawat (ComputerWorld, 2005).

Information Communication and Technology (ICT)

Sebuah sistem informasi manajemen rumah sakit terpadu (integrated hospital management
information system, IHMIS) adalah sistem komputer yang dirancang untuk mengelola semua
informasi medis rumah sakit dan system administratif untuk memungkinkan profesional
kesehatan melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.

Sistem Informasi Rumah Sakit pertama kali dikembangkan pada tahun 1960 dan telah menjadi
bagian penting dalam manajemen informasi dan administrasi rumah sakit. Pada awalnya,
system ini terdiri atas komputer sentral besar yang terhubung dengan komputer terminal lain
dan digunakan untuk mengelola keuangan pasien serta persediaan rumah sakit.

Gambar 2.7 Integrated Hospital Management Information Systems

Sistim informasi manajemen rumah sakit terpadu (SIMRS) harus terintegrasi dengan medical
record information system dan medical equipment system sebagai sistem pendukung rumah
sakit serta mendukung medical education dan research center. SIMRS juga harus terintegrasi
dengan research laboratory, computer laboratory, perpustakaan dan unit pendidikan penelitian
lainnya. SIMRS dapat beroperasi secara optimal menggunakan web based communication and
information system. Alasan utamanya karena dapat dikembangkan ke luar atau ke dalam

18
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

rumah sakit sesuai dengan lokasi pengguna (user) dan administrator. Konsep ini yang akan
menjadi tulang punggung dari paperless dan cyber hospital.

2.1.1.5 Lingkungan

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota
di Jepara. Posisi geografis Kab. Jepara terletak di bagian Utara propinsi Jawa Tengah, dengan
koordinat 110o9’48,02” – 110o58’37,40” BT dan 5o43’20,67” – 6o47’25,83” LS, dengan
batas-batas wilayah meliputi:

 Barat : Laut Jawa


 Utara : Laut Jawa
 Timur : Kabupaten Pati dan Kudus
 Selatan : Kabupaten Demak.

Gambar 2.8 Peta Kabupaten Jepara

Jarak terdekat dari ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak
terjauh adalah kecamatan karimunjawa yaitu 90 km. Luas wilayah yang dimiliki seluas
100.413,189 Ha atau sekitar 1.004,13 Km2 yang meliputi 16 Kecamatan, 184 Desa dan 11
Kelurahan, serta 1.015 RW dan 4766 RT, dengan panjang garis pantai 72 km. Sedangkan
wilayah laut seluas 2.112,836 km2. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling yaitu
12.311,588 ha dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Kalinyamatan yaitu 2.370,001 ha.
Menurut klasifikasinya baik kelurahan maupun desa di Kabupaten Jepara termasuk
swasembada

Wilayah Kabupaten Jepara memiliki relief yang beraneka ragam, terdiri dari dataran tinggi (di
sekitar Gunung Muria dan Gunung Clering), dataran rendah, dan daerah pantai. Kondisi
Topografi antara 0 – 1.301 meter diatas permukaan air laut.
Penggunaan/pemanfaatan lahan pada umumnya digunakan untuk :

19
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

 Pemukiman & industri seluas 29.692,264 Ha (29,57%)


 Lahan sawah seluas 26.581,636 Ha (26,47%)
 Areal berhutan seluas 17.518,164 Ha (17,45%)
 Tegalan seluas 17.758,324 Ha (17,69%)
 Padang rumput seluas 8,000 Ha (0,01%)
 Rawa yang tidak ditanami seluas 21,000 Ha (0,02%)
 Tambak dan Kolam seluas 1.068,589 Ha (1,06%)
 Tanah Untuk Tanaman kayu-kayuan seluas 1.295,356 Ha (1,29%)
 Perkebunan Negara seluas 3.942,665 Ha (3,93%)
 Sisanya berupa tanah lainnya seluas 2.527,191 Ha (2,52%)

Topografi tanah di Kabupaten Jepara bervariasi mulai dari dataran tinggi di sekitar Gunung
Muria dan Clering sampai dataran rendah dan memiliki garis pantai sepanjang 82,73 km yang
memanjang dari sebelah selatan ke utara termasuk Kepulauan Karimunjawa. Kondisi ini
menjadikan Kabupaten Jepara mempunyai sumber daya alam yang cukup melimpah.
Kabupaten Jepara memiliki 2 desa yang berada di daerah lembah/daerah aliran sungai, 22
desa berada di lereng punggung bukit, 141 desa di daerah dataran, dan 34 desa di daerah
pantai

Gambar 2.9 Lokasi Rencana Pembangunan RSI NU Mayong Jepara

Lokasi rencana pendirian RSI NU Mayong Jepara terletak di Jalan Mayong-Jebol, RT. 01/RW
02, Singorojo, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Lahan seluas 4.272 m2 tersebut
memiliki batas-batas sebagai berikut:
 Utara : Jalan Datuk Gunardi
 Barat : Jalan Mayong – Jebol
 Selatan : Fasilitas Umu (Perumahan Mayong Raya Indah)
 Timur : Tanah kosong.

Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika
dikembangkan, akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari
berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Faktor lingkungan; 2) Faktor sosial

20
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

ekonomi; 3) Faktor kependudukan; 4) Faktor infrastruktur; 5) Faktor daya dukung dan daya
tampung lahan; dan 5) Faktor kelembagaan dan pembiayaan. Jika dilihat dari keberadaan
lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis untuk dikembangkan, karena
terletak tidak jauh dari pusat kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara yang dapat meningkatkan
kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas bagi masyarakat setempat dan
masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari kondisi eksisting di sekitar lokasi
peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan sekitar sudah terbangun beberapa macam
aktivitas/kegiatan dalam bidang Industri perdagangan dan jasa, serta diperuntukkan sebagai
permukiman penduduk

2.1.1.6 Legal

UU No. 36 Tentang Kesehatan


Perizinan pendirian rumah sakit harus memiliki landasan hukum untuk melaksanakannya.
Undang – undang (UU) No. 36 tahun 2009 sebagai referensi atau regulasi mengatur tentang
pembangunan kesehatan. Setiap upaya pembangunan harus dilandasai dengan wawasan
kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat
dan merupakan tanggung jawab semua pihak.

PMK No. 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

Teknis pendirian rumah sakit dijabarkan secara detail pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 3
tahun 2020 yang menjelaskan bahwa untuk memperoleh izin mendirikan, rumah sakit harus
memenuhi persyaratan yang meliputi :
a) Studi Kelayakan
b) Master plan
c) Detailed Engineering Design (DED)
d) Rekomendasi izin mendirikan
e) Pemenuhan Peralatan Kesehatan

Izin Mendirikan Rumah Sakit berlaku selama Rumah Sakit memberikan pelayanan Kesehatan

Izin Operasional Rumah Sakit merupakan izin yang diajukan oleh pimpinan Rumah Sakit untuk
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan termasuk penetapan kelas Rumah Sakit dengan
memenuhi persyaratan dan/atau komitmen. Persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh
Izin Operasional meliputi:
a. profil Rumah Sakit paling sedikit meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana
strategi, dan struktur organisasi;
b. self assessment meliputi jenis pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, dan
bangunan dan prasarana Rumah Sakit dengan mengacu pada Lampiran PerMenKes
No 3 Tahun 2020;
c. surat keterangan atau sertifikat izin kelayakan atau pemanfaatan dan kalibrasi alat
kesehatan;
d. sertifikat akreditasi (untuk perpanjangan Izin Operasional); dan
e. surat pernyataan yang mencantumkan komitmen jumlah tempat tidur untuk Rumah
Sakit penanaman modal asing berdasarkan kesepakatan/kerja sama internasional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

21
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Izin Operasional berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan dan klasifikasi Rumah Sakit

Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit kelas D diberikan
oleh bupati/wali kota setelah mendapatkan notifikasi dari kepala dinas yang berwenang di
bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Sedangkan persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pihak pemilik Rumah Sakit sebelum
memperoleh dan memiliki perizinan antara lain terkait lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Adapun secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

Lokasi (Pasal 22)


 Lokasi harus berada pada lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dan/atau rencana tata bangunan lingkungan kabupaten/kota setempat, dan
peruntukan lahan untuk fungsi Rumah Sakit.
 Lahan harus memiliki batas yang jelas dan dilengkapi akses/pintu yang terpisah
dengan bangunan fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bangunan dan Prasarana (Pasal 23)


 Bangunan dan prasarana Rumah Sakit harus memenuhi prinsip keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan keamanan serta kemudahan.
 Rencana blok bangunan Rumah Sakit harus berada dalam satu area yang terintegrasi
dan saling terhubung.
 Bangunan dan prasarana Rumah Sakit harus memenuhi peryaratan teknis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sumber Daya Manusia (Pasal 24)


 Sumber daya manusia Rumah Sakit merupakan tenaga tetap yang bekerja secara
purna waktu.
 Tenaga tetap yang bekerja secara purna waktu diangkat dan ditetapkan oleh
pimpinan Rumah Sakit.
 Selain tenaga tetap, Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau
konsultan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kefarmasian (Pasal 25)


 Kefarmasian merupakan pelayanan kefarmasian yang menjamin ketersediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau.
 Pelayanan kefarmasian dilaksanakan di instalasi farmasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

22
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Peralatan (Pasal 26)


 Peralatan Rumah Sakit meliputi peralatan medis dan peralatan nonmedis yang
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan laik
pakai.
 Peralatan medis Rumah Sakit berupa peralatan medis yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Pada UU No.44 menjelaskan tentang status rumah sakit yang akan didirikan. Berdasarkan
jenisnya, RSI NU Mayong termasuk ke dalam rumah sakit umum, sedangkan berdasarkan
pengelolaannya masuk kedalam kategori rumah sakit private.

Permenkes No. 34 Tahun 2017


Menjelaskan bahwa RSI NU Mayong harus terakedritasi sebagaimana diatur dalam undang –
undang ini bahwa setiap Rumah Sakit Wajib untuk terakreditasi. Gambar di bawah
memberikan penjelasan dan gambaran tentang tahapan pendirian rumah sakit beserta
langkah-langkah prosedural:

Gambar 2.10 Tahapan Pendirian Rumah Sakit

2.1.2 Analisis Lingkungan Dekat

2.1.2.1 Situasi Derajat Kesehatan

Situasi derajat kesehatan dapat dinilai dengan beberapa indikator. Indikator tersebut pada umumnya
tercermin dalam kondisi angka kematian seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian
Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI) serta angka kesakitan beberapa penyakit. Derajat
kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tidak hanya dari
kesehatan saja seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan,
melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor
lainnya.

23
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Adapun situasi indikator yang ada di Kabupaten Jepara sebagai berikut:

Umur Harapan Hidup

Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir adalah salah satu indikator derajat kesehatan dalam
menghitung indeks pembangunan manusia. UHH menggambarkan lamanya usia seorang bayi lahir
diharapkan hidup. Indikator ini dipandang dapat menggambarkan taraf hidup suatu bangsa. Faktor
yang mempengaruhi UHH antara lain kesehatan, ekonomi, pendidikan, geografis.

Secara keseluruhan Kabupaten Jepara mempunyai UHH yang cukup baik, dimana terjadi
peningkatan setiap tahunnya sejak tahun 2012 – 2016, dengan nilai di Tahun 2016 sebesar 75,66
tahun. Tingginya Umur Harapan Hidup di Kabupaten Jepara ditunjang dengan sarana dan
prasarana kesehatan yang cukup memadai. Kondisi yang sudah bagus ini tentu saja harus
dipertahankan dan bila perlu bisa ditingkatkan lagi. Dengan pelayanan prima dari petugas
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, ditunjang dengan adanya BPJS kesehatan serta
intervensi perubahan perilaku dan peningkatan kualitas kesehatan lingkungan diharapkan bisa
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Jepara di masa yang akan datang.

75,67 75,66
75,66 75,65
75,65 75,64
75,64 75,63
75,63
75,62 75,61
75,61
75,6
75,59
75,58
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 2.11 Perkembangan Usia Harapan Hidup Kabupaten Jepara (tahun), 2012-2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

Mortalitas (Kematian)

Angka kematian merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan. Angka kematian dapat
menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Di samping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung maupun tidak langsung,
antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan
kesehatan dan lain-lain.

1. Jumlah Kematian Bayi dan Balita

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun (0 – 1 tahun). Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Angka
kematian yang terjadi dalam suatu wilayah dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah
tersebut. Penyebab kematian ada yang langsung dan tidak langsung. Walaupun dalam

24
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

kenyataannya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kematian di
masyarakat.

Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan di suatu daerah antara lain
tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kualitas lingkungan hidup serta upaya pelayanan
kesehatan baik preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Selama periode 2012 – 2016 AKB di
Kabupaten Jepara menunjukkan trend menurun, dan secara konsisten lebih rendah dibandingkan
dengan angka kematian bayi di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Jumlah kematian bayi menurun dari
216 pada tahun 2012 menjadi 115 pada tahun 2016. Jumlah kematian balita dari 231 pada tahun
2012 menurun menjadi 149 pada tahun 2016. Jika dibandingkan angka nasional maupun angka
Jawa Tengah, AKB dan AKABA Kabupaten Jepara relatif lebih rendah.

AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program KIA dan KB serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah
tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah, begitu sebaliknya apabila AKB di suatu
wilayah rendah, hal ini berarti status kesehatan di wilayah tersebut baik. Jumlah kematian bayi di
Kabupaten Jepara cenderung terjadi penurunan dalam periode 2012-2016, sebagaimana tersaji
dalam grafik berikut.

Gambar 2.12 Grafik Kematian Bayi di Kabupaten Jepara, 2012-2016


(Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara)

Gambar 2.13 Grafik Kematian Bayi dan Balita di Kabupaten Jepara tahun 2012-2016

25
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Sedangkan untuk indikator cakupan pelayanan neonatal lengkap (KN3), cakupan kunjungan bayi,
dan cakupan pelayanan balita mengalami penurunan dari 98,26% ; 98,14% dan 85,55% tahun 2012
menjadi 98,76% ; 98,76% dan 95,57% tahun 2016. Untuk indikator cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani mengalami peningkatan dari 72,86% pada tahun 2012 menjadi 85,42%
pada tahun 2016.

2. Jumlah Kematian Ibu

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) di tingkat kabupaten
dihitung berdasarkan jumlah kematian ibu, dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami fluktuasi,
berturut-turut adalah 21(2012), 26(2013), 19(2014), 11(2015) dan 14(2016).

Gambar 2.14 Grafik Jumlah & Angka Kematian Ibu Maternal Kabupaten Jepara, 2014-2018

Penurunan jumlah kematian ibu yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2014 dari 26 kasus
menjadi 19 kasus, 11 kasus pada tahun 2015 dan sedikit naik menjadi 14 kasus pada tahun 2016,
menjadikan Kabupaten Jepara selama tiga tahun berturut-turut menduduki peringkat 5 besar
kabupaten dengan jumlah kematian ibu terendah se Provinsi Jawa Tengah. Trend AKI yang
cenderung menurun dua tahun terakhir, karena berbagai upaya yang telah dilakukan berupa
peningkatan ketrampilan klinis petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan
program KIA dan dukungan fasilitasi provinsi ke kabupaten baik dari segi manajemen program
maupun sistem pencatatan dan pelaporan.

Sedangkan untuk indikator pelayanan ibu hamil K4, pertolongan persalinan tenaga kesehatan, dan
pelayanan nifas mengalami peningkatan dari 93,42% ; 94,93% dan 96,46% tahun 2012 menjadi
93,29% ; 100% dan 98,17% tahun 2016. Indikator cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
mengalami peningkatan dari 95,38% di tahun 2012 menjadi 96,77% pada tahun 2016..

2.1.2.2 Morbiditas

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas
menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dilihat pola penyakit, maka 10
besar penyakit di Puskesmas pada tahun 2016 adalah penyakit ISPA, arthritis, hipertensi primer,
penyakit kulit infeksi dan alergi, diabetes mellitus, gangguan otot, diare dan penyakit lain pada
pencernaan, konjungtivitis, dispepsia serta penyakit pada gusi dan jaringan periodontal.

26
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Sedangkan gambaran penyakit menular yang masih menjadi masalah di Kabupaten Jepara adalah
sebagai berikut:

a. Penyakit Demam Berdarah Dengue

Angka kesakitan penyakit DBD masih di atas target angka Provinsi dan angka nasional <20
per 100.000 penduduk. Selama 3 (tiga) tahun terakhir Kabupaten Jepara selalu berada di
posisi ranking 5 (lima) besar tertinggi kasus DBD di Provinsi Jawa Tengah. Angka kesakitan
DBD per 100.000 penduduk selama lima tahun terakhir sangat fluktuatif dengan rincian jumlah
kasus DBD setiap tahunnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.15 Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Jepara, 2012-2016


Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

b. Penyakit TB Paru

Angka penemuan kasus penderita TB Paru dengan BTA+ selama tahun 2012-2016 rata-rata
baru mencapai 45%, pencapaian ini masih tergolong rendah dibawah target program yaitu
sebesar 70%. Cakupan penemuan kasus TB Paru setiap tahun dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.16 Cakupan Penemuan Kasus TB Paru di Kabupaten Jepara, 2012-2016


Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

c. Penyakit HIV / AIDS

Penemuan kasus baru HIV/AIDS dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada
tahun 2012 ditemukan jumlah kasus HIV/AIDS baru sebanyak 69 orang, tahun 2013 sebanyak

27
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

89 orang, tahun 2014 sebanyak 83 orang, tahun 2015 sebanyak 77 orang dan meningkat
signifikan pada tahun 2016 sebanyak 118 orang. Jumlah total penderita HIV/AIDS sampai
dengan tahun 2016 sebanyak 721 orang.

Berdasarkan data menyebutkan bahwa epidemi HIV/AIDS telah mencakup seluruh provinsi
dan jumlah HIV/AIDS cenderung meningkat. Kabupaten Jepara pada tahun 2016 menduduki
peringkat 5 terbesar kasus HIV dan peringkat 7 terbesar kasus AIDS di Provinsi Jawa Tengah.

d. Penyakit Kusta

Penemuan penyakit kusta di Kabupaten Jepara cukup tinggi, selalu naik setiap tahunnya, yaitu
dari 7,62 pada tahun 2012 menjadi 9,78 pada tahun 2016. Angka ini jauh di atas target
Nasional (5/100.000 penduduk). Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.17 Cakupan Penemuan Kasus Baru Kusta di Kabupaten Jepara, 2012-2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

e. Penyakit Malaria

Indikator yang digunakan dalam penyakit malaria adalah API (Annual Parasite Incidence). API
ini diperoleh dari jumlah kasus malaria positif dalam setahun per jumlah penduduk dikali
dengan 1000. Angka yang didapat adalah per mil (‰). Sejak tahun 2012 Kabupaten Jepara
bukan merupakan daerah endemis malaria dan termasuk dalam kategori LCI (dimana API < 1).
API tahun 2016 sebesar 0,023 dengan jumlah kasus sebanyak 6 orang.

Gambar 2.18 Indeks API (0/00) Kabupaten Jepara, 2012-2016


Sumber: DInas Kesehatan Kabupaten Jepara

28
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM / Degeneratif) seperti penyakit hipertensi dan penyakit diabetes
mellitus menempati 10 besar pola penyakit di puskesmas maupun RS serta merupakan penyebab
utama kematian. Berbagai faktor risiko PTM antara lain : merokok dan keterpaparan asap rokok,
minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan, obat-obatan
dan riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan.
Upaya pencegahan PTM lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi. Dinas
Kesehatan Kabupaten Jepara telah mengembangkan program pengendalian PTM melalui promosi
PHBS, deteksi dini berbagai PTM seperti Ca Serviks dan Ca Mamae, pembentukan posbindu serta
sosialisasi kawasan tanpa rokok.

Psikosis PPOK Stroke


2% Asma 4% 2%
KLL 11%
6%
Kanker
0%
Osteoporosis Hipertensi
0% DM
15% 56%

Jantung
4%

Gambar 2.19 Proporsi Kasus Baru Penyakit Tidak menular di Kabupaten Jepara, 2016
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

Proporsi kasus baru PTM di Kabupaten Jepara tersebut menyerupai data proporsi kasus baru
Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah. Berdasar hasil rekapitulasi data kasus baru PTM,
jumlah kasus baru PTM yang dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2018 adalah 2.412.297
kasus. Penyakit Hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan,
yaitu sebesar 57,10 persen, sedangkan urutan kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar
20,57 persen. Dua penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah.
Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan PTM
lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dan sebagainya.

29
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 2.20 Proporsi Kasus Baru Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Jawa Tengah 2018

2.1.2.3. SDM Kesehatan


Total SDMK di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 sebanyak 144.879 orang yang terdiri dari
104.076 orang tenaga kesehatan (71,8%) dan 40.803 orang tenaga penunjang kesehatan (28,2%).
Proporsi tenaga kesehatan terbanyak yaitu tenaga keperawatan sebesar 42,4% dari total tenaga
kesehatan, sedangkan proporsi tenaga kesehatan yang paling sedikit yaitu tenaga keterapian fisik
sebesar 1,2% dari total tenaga kesehatan.

Gambar 2.21 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Jenis di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018

Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator untuk mengukur ketersediaan
tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025, target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio dokter spesialis 11 per 100.000 penduduk, rasio dokter
umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per 100.000 penduduk, rasio perawat 180 per
100.000 penduduk, rasio bidan 120 per 100.000 penduduk, rasio sanitarian 18 per 100.000 penduduk

30
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

dan rasio tenaga gizi 14 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.12 Rasio tenaga kesehatan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2018
No Jenis Tenaga Kesehatan Rasio Per 100.000 penduduk
1 Dokter spesialis 16,66
2 Dokter umum 17,52
3 Dokter gigi 3,73
4 Dokter gigi spesialis 0,79
5 Perawat 127,90
6 Bidan 67,93
7 Farmasi 22,72
8 Kesehatan Masyarakat 4,84
9 Kesehatan lingkungan 3,93
10 Tenaga gizi 5,65
11 Keterapian fisik 3,52
12 Tenaga tenik biomedika 15,70
13 Tenaga keteknisian medi 11,05
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018

Berdasarkan data tersebut, rasio tenaga kesehatan yang telah memenuhi target hanya dokter
spesialis, sedangkan untuk kategori tenaga kesehatan yang lain masih di bawah target pencapaian.
Hal ini menunjukkan masih diperlukannya tambahan tenaga kesehatan di Provinsi JawaTengah.

Di Kabupaten Jepara sendiri juga mengalami kendala yang sama di bidang ketersediaan tenaga
kesehatan. Berdasarkan data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten jepara 2017 – 2022, hanya tenaga kefarmasian yang telah mencapai standard yang
dipersyaratkan oleh WHO. Sedangkan tenaga kesehatan lainnya, baik medis maupun paramedic,
masih jauh dari target standar WHO. Rincian kondisi tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel
2.13.

Tabel 2.13 Indikator Tenaga Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

No Indikator Satuan Capaian Kinerja Tahunan Standar


2012 2013 2014 2015 2016 WHO
1 Rasio dokter spesialis Per 100.000 tad 3,53 3,33 3,62 3,57 6,00
Penduduk
2 Rasio Dokter Umum Per 100.000 11,56 15,69 13,24 13,38 13,27 40,00
Penduduk
3 Rasio dokter gigi Per 100.000 1,31 2,07 1,54 2,36 1,91 11,00
Penduduk
4 Rasio Perawat Per 100.000 47,94 61,46 55,00 73,80 67,51 117,50
Penduduk
5 Rasio Bidan Per 100.000 35,58 38,01 35,45 40,39 36,24 120,00*
Penduduk
6 Jumlah perawat gigi orang tad Tad Tad Tad 29 217*
7 Rasio Tenaga Per 100.000 14,37 15,08 14,52 15,06 13,60 10,00
Kefarmasian Penduduk
8 Rasio Tenaga Kesmas Per 100.000 Tad Tad Tad Tad 1,16 40,00
Penduduk
9 Rasio Tenaga Kesling Per 100.000 Tad Tad Tad 2,69 2,24 40,00
Penduduk
10 Rasio Ahli Gizi Per 100.000 3,5 4,57 3,42 3,52 3,15 22,00
Penduduk
Sumber: RPJMD Kabupaten Jepara 2017-2020

31
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

* Berdasarkan Target Ratio Kebutuhan SDMK Tahun 2014, 2019, dqn 2025 (Kepmenko Bidang
Kesra No.54 Tahun 2013)

2.1.2.4 Fasilitas Kesehatan

Rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2014-2018 mengalami peningkatan. Pada tahun
2014 jumlah rumah sakit sebanyak 284 meningkat menjadi 289 tahun 2018, terdiri dari 244
Rumah Sakit Umum (RSU) dan 45 Rumah Sakit Khusus (RSK). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 56/Menkes/PER/I/2014 (yang diperbaharui dengan Permenkes Nomor 3 Tahun 2020)
mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Bila
dibandingkan dengan tahun 2017, jumlah rumah sakit umum mengalami peningkatan sementara
rumah sakit khusus jumlahnya menurun.

Gambar 2.22 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus di Provinsi
Jawa Tengah, 2014-2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018

Berdasarkan penyelengaranya, yang mengalami pertambahan pada tahun 2017-2018 adalah


rumah sakit swasta dari 204 unit menjadi 213 unit, sementara rumah sakit pemerintah pada kurun
waktu yang sama jumlahnya tetap.

32
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.14 Perkembangan Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Penyelenggara di Provinsi Jawa
Tengah, 2014-2018

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018

Selain berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit juga dikelompokkan berdasarkan fasilitas dan
kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada tahun 2018
terdapat 8 RS Kelas A (2,77%), 34 RS Kelas B (11,76%), 126 RS Kelas C (43,6%), dan 121 RS
Kelas D (41,87%).

Gambar 2.23 Persentase Rumah Sakit Menurut Kelas di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018

Sampai tahun 2018, rumah sakit yang terakreditasi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 70,03% (201
RS) meningkat dibanding tahun 2017 yang sebesar 63,57% (178 RS).

33
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 2.24 Persentase Rumah Sakit Menurut Akreditasi di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2018

Salah satu aspek dasar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia adalah pelayanan kesehatan.
Sebagai sarana dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, pemerintah dan swasta membangun
rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, maupun tempat praktik dokter yang tersebar di
berbagai wilayah di Kabupaten Jepara. Pada tahun 2018., terdapat 7 rumah sakit yang terdiri dari
5 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, dan 1 rumah sakit ibu dan anak. Selain itu juga
terdapat puskesmas, praktik dokter, balai pengobatan, dan posyandu yang tersebar di setiap
kecamatan.

Tabel 2.15 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kabupaten Jepara, 2017-2018

Sumber: BPS Kabupaten Jepara

Sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara lebih memilih petugas kesehatan seperti praktik
dokter/bidan sebagai rujukan untuk berobat jalan. Hal ini karena petugas kesehatan tersebut
bertempat tinggal di tengah-tengah masyarakat sehingga akses untuk berobat lebih mudah.
Persentasenya mencapai 48,57 persen di tahun 2018. Nilai ini menurun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang sebesar 62,33 persen. Selain ke tempat praktik dokter/bidan, fasilitas

34
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

kesehatan lain yang menjadi rujukan berobat jalan yaitu puskesmas/pustu dan klinik/praktik dokter
bersama. Persentasenya masingmasing sebesar 21,35 persen dan 18,29 persen.

Tabel 2.16 Tempat Berobat di Kabupaten Jepara (%), 2017-2018

Sumber: BPS Kabupaten Jepara

2.1.2.5 Perilaku Pasien

Menurut Gilson, dkk (1994) yang menjadi elemen penting dalam menentukan harapan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan:
a. Kemanjuran obat, keterjangkauan biaya, tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses
perawatan.
b. Memperoleh obat merupakan faktor yang terpenting yang mendasari pola pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
c. Pandangan yang menyeluruh mengenai penampilan, seperti sikap petugas yang baik,
kecakapan petugas, dan hubungan petugas dengan pasien.
d. Persepsi masyarakat terhadap kualitas sarana dan prasarana yang meliputi jarak yang dapat
dicapai, keadaan gedung, ruangtunggu, privasi, dan kelengkapan peralatan medis.
e. Persepsi masyarakat terhadap kualitas proses yang meliputi keterampilan petugas,
kecukupan staf, biaya perawatan, danpenjelasan pengobatan.

Dalam konsep model kualitas yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal dan Berry (1990)
yang dikenal dengan servqual model menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhipersepsi
dan harapan pasien terhadap jasa pelayanan, yaitu:
a. Pengalaman dari teman (word of mouth)
b. Kebutuhan atau keinginan (personal need)
c. Pengalaman masa lalu saat menerima jasa pelayanan (past experience)
d. Komunikasi melalui iklan/ pemasaran (external communications to customer)

Berdasarkan riset oleh salah satu lembaga konsultan yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap
rumah sakit swasta se DKI Jakarta dapat diambil persepsi konsumen dalam memilih rumah sakit
antara lain :
a. Lokasi atau kedekatan jarak dengan tempat tinggal
b. Dokter dan kualitas keahliannya
c. Kelengkapan fasilitas dan pelayanan yang baik
d. Rujukan, referensi dan brand image

35
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 2.17 Analisa Perilaku Konsumen Rumah Sakit


No Pertanyaan Kunci Jawaban Kunci
1 Produk apa yang diinginkan konsumen - Pelayanan medis yang terjangkau dan bermutu
- Pelayanan yang ramah, dokter datang tepat
waktu
2 Apa sebetulnya kebutuhan utama - Dilayani dengan baik dan memuaskan
konsumen - Cepat sembuh

3 Bagaimana produk anda bisa memuaskan - Pelayanan yang lengkap


konsumen - Pelayanan yang ramah
- SDM yang profesional dan sistem informasi RS
yang cepat.
- Sistem pembayaran yang tepat, akurat cepat
dan mudah.
- Fisik RS yang baik, fasillitas penunjang yang
lengkap dan akurat
- Kamar perawatan yang sejuk dan nyaman
4 Siapa yang berpengaruh terhadap - Petugas pendaftaran
pembelian produk anda. - Perawat, dokter.
- Petugas fasilitas penunjang
- Tukang parkir, security, petugas cleaning
service
- Semua SDM RS
5 Siapa yang mengambil keputusan dalam - Keluarga pasien dan pasien
proses pembelian produk anda - Asuransi / perusahaan
- Teman dan tetangga
6 Siapa yang bertanggung jawab terhadap - Semua bagian rumah sakit
penjualan produk anda

7 Bagaimana dukungan pemerintah terhadap - Positif


produk yang anda hasilkan

Tabel 2.18Trend Konsumen Rumah Sakit dan Strategi Menghadapinya


Trend yang diminati pasar berkaitan Strategi yang perlu dirancang untuk
No
dengan pelayanan produk anda mengambil Keuntungan dari trend ini
1. Tarif terjangkau - Melakukan analisa tarif

2. Pelayanan Poli Spesialis yang lengkap - Merekrut dokter spesialis dari semua bidang
pelayanan spesialistik.
- Menyediakan pelayanan spesialistik pada
hari minggu.
- Menyiapkan fasilitas penunjang dignostik.

3. Pelayanan cepat,tepat dan akurat - Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM


sesuai dengan kompetensinya.

4 Ruangan pelayanan yang nyaman - Menjaga kebersihan dan kenyamanan

5 Petugas yang ramah dan cekatan - Melaksanakan pelatihan customer service

36
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Trend yang diminati pasar berkaitan Strategi yang perlu dirancang untuk
No
dengan pelayanan produk anda mengambil Keuntungan dari trend ini
dengan pelayanan prima.

6 Peralatan medis yang lengkap - Melengkapi peralatan yang ada.

2.2. Kondisi Internal

a. Sejarah Singkat Organisasi


Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong) didirikan pada tanggal 23
Agustus 2018 yang dinyatakan dalam Akta Pendirian Yayasan No. 18 oleh Notaris Chaidzar
Muhammad, S.H., M.KN, Notaris di Jepara, Akta pendirian tersebut telah mendapatkan Pengesahan
Badan Hukum Yayasan, yaitu melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik
Indonesia No. AHU-0011633.AH.01.04.Tahun 2018, pada tanggal 29 Agustus 2018.

b. Maksud dan Tujuan Pendirian Badan Hukum


Berdasarkan Akta Pendirian Yayasan No. 18, dikeluarkan oleh Notaris Chaidzar Muhammad, S.H.,
M.KN, Notaris di Jepara, pada tanggal 23 Agustus 2018, pasal 3, maksud dan tujuan Yayasan adalah
Sosial, Keagamaan dan Kemanusiaan. Kegiatan Yayasan yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan terdapat pada aktivitas Sosial, yang salah satu kegiatannya adalah Mendirikan
Rumah Sakit, Poliklinik, dan Laboratorium

STRUKTUR PERMODALAN

Berdasarkan Akta Pendirian Yayasan No. 18, dikeluarkan oleh Notaris Chaidzar Muhammad, S.H., M.KN, pada
tanggal 23 Agustus 2018, pada pasal 4 menyebutkan bahwa Kekayaan Awal Yayasan adalah Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah).

PENDIRI DAN PENGURUS YAYASAN


Berdasarkan Berdasarkan Akta Pendirian Yayasan No. 18, dikeluarkan oleh Notaris Notaris Chaidzar
Muhammad, S.H., M.KN, Notaris di Jepara, pada tanggal 23 Agustus 2018, susunan pendiri dan Organ
Yayasan adalah sebagai berikut :

PENDIRI
1. Abdullah Alhinduan
2. Karsono
3. Mughis Nailufar

ORGAN YAYASAN

A. PEMBINA
Ketua : Abdullah Alhinduan
Anggota : H. Noor Sidiq
Anggota : Karsono

37
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

B. PENGURUS
Ketua Umum : Mughis Nailufar
Ketua : Abdullah Alkaf
Ketua : Roziqin
Sekretaris Umum : Arif Jauhari
Sekretaris : Suhari
Bendahara Umum : H. Maslichan, SE
Bendahara : Abdi Munif
Wakil Ketua : Fa’zun Naharil Ehwan
Waki Sekretaris : Nurus Soim
Wakil Bendahara : Suhada’ Sholikhin

C. PENGAWAS
Ketua : Samsul Ma’arif
Anggota : Abdul Kholiq
Anggota : Abdul Latif
Anggota : Arif Suharto
Anggota : H. Ahmad Zainuri
Anggota : H. Japar, SE
Anggota : Haryanto
Anggota : HM Maslam, S.Ag
Anggota : Mudhoffir

LOKASI USAHA
Perseroan dalam menjalankan aktivitasnya YAKISNU Mayong berkantor di lokasi yang sama dengan lokasi
Proyek Pembangunan RSI NU Mayong, yaitu:

Jalan Mayong-Jebol, RT. 01/RW 02, Singorojo,


Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah

AKTA, LEGALITAS DAN PERIJINAN


Dalam menjalankan operasionalnya legalitas dan perijinan yang telah kami terima adalah sebagai berikut :

 Akta Pendirian Yayasan Kesehatan Islam Nahdlotul Ulama Mayong (YAKISNU Mayong) No. 18, yang
dilakukan oleh Notaris Chaidzar Muhammad, S.H., M.KN, Notaris di Jepara, pada tanggal 23 Agustus 2018.
 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-0011633.AH.01.04.Tahun
2018, pada tanggal 29 Agustus 2018.
 Nomor Induk Berusaha (NIB) nomor 0220103280454 oleh OSS
 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Yayasan No. 93.886.598.7-516.000.
 Izin Usaha (Izin Mendirikan Rumah Sakit) tanggal 5 Februari 2020 oleh OSS.
 Izin Lokasi, berlaku efektif tanggal 5 Februari 2020. oleh Bupati Kabupaten Jepara (OSS)
 Izin Lingkungan, tanggal 5 Februari 2020, oleh OSS

38
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB III
ANALISIS PASAR & PEMASARAN

Rencana pemasaran didasarkan pada hasil analisis situasi dan analisis SWOT. Berdasarkan analisis tersebut
disusun segmentation, targeting dan positioning kemudian diturunkan kedalam rencana pemasaran strategis dan
teknis. Tahapan pelaksanaan program marketing kemudian diimplementasikan paralel dengan tahapan business
plan setiap tahun untuk mendukung pencapaian visi, misi dan target yang telah ditetapkan.

Analisis Pesaing/
Analisis Situasi Identifying Value Creation
Internal Customer Analysis
Rencana
Analisis SWOT Pemasaran
Visi
Strategis
Misi
Strategi
Analisis Situasi SEGMENTATION POSITIONING
Eksternal TARGETING
(STP) Rencana
Pemasaran
Taktis

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Perencanaan Pemasaran

3.1. Analisis Pasar


Dalam melaksanakan maksud dan tujuan Yayasan Kesehatan Islam Nadhlotul Ulama Mayong (YAKISNU
Mayong), yaitu kegiatan sosial, pihak YAKISNU Mayong berniat untuk mendirikan sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan berupa Rumah Sakit. Untuk itu, perlu dipertimbangkan dan dikaji bagaimana
kesinambungannya secara ekonomi maupun operasional. Salah satu langkah penting adalah mengkaji
ketersediaan pasar, dimana ketersediaan pasar akan menunjukan apakah rumah sakit dapat
mempertahankan eksistensinya melalui pemenuhan target-target anggaran dan biaya yang diperlukan
untuk menjalankan operasional rumah sakit. Tujuan dari analisis pasar adalah untuk menentukan daya tarik
pasar, memahami peluang yang berkembang dan ancaman yang berhubungan dengan kekuatan dan
kelemahan perusahaan.Menurut David A. Aaker analisis pasar dapat diukur dengan menggunakan elemen-
elemen sebagai berikut :
 Ukuran pasar (Market Size)
 Trend dan tingkat pertumbuhan pasar (Market Trend and Growth)
 Profitabilitas pasar (Market Profitability)
 Struktur biaya industri (Cost Structure)
 Saluran distribusi (Distribution Channel)
 Faktor kunci keberhasilan (Key Success Factor)

Feasibility Study 39
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3.1.1 Ukuran Pasar


Ukuran pasar dapat dikatakan sebagai informasi ketersediaan pelanggan atau calon pelanggan
(berupa besarnya demand/permintaan) terhadap produk atau pelayanan jasa, tingkat pertumbuhan
pasar (berkaitan dengan fluktuasi pertumbuhan demand) dan profitabilitas pasar (terkait dengan
informasi daya beli masyarakat), kondisi supplier dan kondisi persaingan (kompetisi).
Dalam bidang kesehatan, konsep demand menurut Laksono Trisnantoro dibedakan menjadi demand
for health dan demand for healthcare. Kebutuhan pelayanan rumah sakit merupakan demand for
healthcare. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi demand terhadap pelayanan rumah
sakit:
 Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis (epidemiologi),
 Penilaian pribadi akan status kesehatannya (budaya/ kebiasaan, norma)
 Variabel-variabel ekonomi seperti tarif,
 Tingkat penghasilan masyarakat dan ada tidaknya sistem asuransi,
 Variabel demografis dan organisasi,
 Pengiklanan (Marketing Strategy),
 Jumlah dokter dan fasilitas,
 Pengaruh inflasi.
Berikut adalah analis market base dari data yang tersedia :
Domestic Market Base Data
 Total Population
Total jumlah penduduk Kabupaten Jepara menurut BPS pada tahun 2018 adalah 1.240.600 jiwa,
dengan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2021 mencapai 1.296.179 jiwa. Sedangkan untuk
lokasi proyek Rumah Sakit yaitu Kecamatan Mayong memiliki jumlah penduduk 93.011 jiwa atau
peringkat tertinggi ke-3 di Kabupaten Jepara pada tahun 2018.
 Potential Market (Those in the total population who have interest in acquiring the product)
Potential market untuk RSI NU Mayong dapat dikatakan adalah penduduk Kecamatan Mayong
dan sekitarnya secara umum, dimana wilayah lain yang termasuk sebagai potential market adalah
Kecamatan Kalinyamatan, Kecamatan Nalumsari, Kecamatan Batealit, Kecamatan Pecangaan,
dan Kecamatan Welahan, serta Kecamatan Mijen di Kabupaten Demak, dimana letak kecamatan-
kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan Kecamatan Mayong dan jarak ke lokasi RSI NU
Mayong tidak terlalu jauh. Adapun proyeksi jumlah penduduk ketujuh kecamatan tersebut pada
tahun 2021 mencapai 603.365 jiwa, atau sekitar 43,45% dari total penduduk Kabupaten Jepara
ditambah Kecamatan Mijen.
 Available Market (Those in the potential market who have enough money to buy the product)
Available market atau pasar yang memiliki kemampuan membeli atau membayar untuk jasa
pelayanan kesehatan/ rumah sakit, termasuk penduduk yang mampu membayar jasa pelayanan
kesehatan secara mandiri / out-of-pocket, peserta asuransi kesehatan swasta, maupun peserta
asuransi kesehatan pemerintah.

Feasibility Study 40
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

 Qualified Available Market (Those in the available market who legally are permitted to buy the
product)
Masyarakat yang masuk kategori asumsi angka kesakitan dan pasien yang diproyeksi
menggunakan pelayanan unggulan dikategorikan qualified available market untuk dapat
menggunakan pelayanan kesehatan di RSI NU Mayong.
 Target Market ( the segment of the qualified available market that the firm has decided to serve/
the served market)
Target market RSI NU Mayong adalah penduduk Kecamatan Mayong dan sekitarnya, dan
Kabupaten Jepara secara umum. Selain itu, anggota organisasi Nadhlotul Ulama dapat
dikategorikan sebagai target market maupun captive market RSI NU Mayong.
 Penetrated Market (those in the target market who have purchased the product)
Penetrated market atau konsumen yang sudah menggunakan jasa dan pelayanan RSI NU
Mayong hampir sama dengan target market, yaitu penduduk Kecamatan Mayong dan sekitarnya,
penduduk Kabupaten Jepara secara umum, serta anggota organisasi Nadhlotul Ulama.
Berikut gambaran analisis kuantitas dari penjelasan yang telah dibahas di atas, dengan asumsi
proyeksi yang digunakan untuk tahun 2021, sebagai target awal dimulainya pelayanan RSI NU
Mayong:

Target Market 603.365

Qualified Market 603.365


Available

Available
Market/ 603.365
Potential Market

Total Population 1.296.179

Gambar 3.2. Market base dan target pasien RSI NU Mayong

3.2. Analisis SWOT


3.2.1 Kajian SWOT
Untuk melakukan strategi pemasaran yang tepat, maka perlu dilakukan analisis SWOT yang
difokuskan kepada internal pemilik atau manajemen Rumah Sakit. YAKISNU akan melakukan
pembangunan rumah sakit baru di daerah kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Untuk mengetahui
positioning dan bagaimana implementasi strategi pemasaran Rumah Sakit di kemudian hari, maka
dilakukan analisis SWOT.

Feasibility Study 41
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Untuk mengetahui posisi rumah sakit berdasarkan analisa SWOT dapat dilihat pada bagan sebagai
berikut :

Gambar 3.3 Kuadran Analisis SWOT

Anatomi Kuadran
Analisa SWOT akan digambarkan dalam bentuk kuadran seperti tercantum dalam Gambar 3.3 yang
terdiri dari :
a. Kuadran I (Pengembangan dan Pertumbuhan)
Dalam kuadran ini kekuatan lebih dominan dari kelemahannya, disamping itu peluang untuk
tumbuh sangat bagus, maka perlu memupuk dana yang lebih besar untuk investasi /
pengembangan dalam mengejar pertumbuhan. Organisasi dalam kondisi prima dan mantap
sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secara maksimal
b. Kuadran II (Diversifikasi Kegiatan)
Posisi Rumah Sakit dalam kuadran ini berada dalam pasar yang sangat kecil dan tingkat
pertumbuhannya rendah,atau kondisi internal organisasi kuat namun menghadapi tantangan
yang besar,sehingga perlu dilakukan diversifikasi usaha. Artinya organisasi dalam kondisi
mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya
c. Kuadran III (Perubahan Strategi / Turnaround)
Peluang untuk tumbuh masih ada dengan terlebih dahulu harus mengadakan stabilisasi dan
konsolidasi internal, karena masih ada kelemahan faktor internal baik dibidang pelayanan,
keuangan, organisasi dan SDM serta sarana prasarana / alat. Organisasi disarankan untuk

Feasibility Study 42
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi
d. Kuadran IV (Stabilisasi dan Konsolidasi Internal)
Dalam kuadran ini Rumah Sakit menghadapi tantangan yang cukup berat karena tidak
mempunyai peluang untuk tumbuh, pasarnya mulai menurun dan kondisi internal lemah, maka
perlu penciutan kegiatan usaha. organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri

Pembobotan
Pembobotan faktor internal dan eksternal untuk setiap bidang didasarkan pada besarnya pengaruh
bidang – bidang tersebut terhadap kinerja RS yang diukur dari kontribusi yang dihasilkan dan
besarnya usaha yang dilakukan.
Berdasarkan pengamatan dan evaluasi Tim atas kinerja rumah sakit selama ini, maka pembobotan
untuk tiap – tiap bidang adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan = 30 %
2) SDM dan Organisasi = 30%
3) Keuangan = 25%
4) Sarana dan Prasarana = 15%
Bidang pelayanan mempunyai bobot 30% karena kegiatan utama sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi RS.
Bidang SDM dan Organisasi mempunyai bobot 30% karena keberhasilan dari RS yang bergerak
dibidang jasa sangat melekat dan ditentukan pada profesionalisme SDM RS itu sendiri. Oleh
karenanya SDM mempunyai peranan yang cukup penting untuk menentukan keberhasilan RS dalam
bidang pelayanan kesehatan.
Bidang Keuangan mempunyai bobot 25% karena RS sebagai organisasi yang mengutamakan
keuntungan harus didukung oleh fungsional keuangan yang dapat menunjang kegiatan pelayanan
utama rumah sakit.
Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai bobot 15% karena kontribusinya terhadap pelaksanaan
kegiatan Rumah Sakit lebih rendah dari ketiga bidang diatas.

Skala (Rating)
Pengukuran nilai rating masing – masing faktor dalam bidang – bidang tersebut diatas dilakukan
dengan skala sebagai berikut :
 Sangat Kuat = 5
 Kuat = 4
 Cukup = 3
 Lemah = 2
 Sangat Lemah = 1

Feasibility Study 43
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Untuk Kekuatan dan Peluang bernilai positif, sedangkan untuk Kelemahan dan Ancaman bernilai
negatif.
Tabel 3.1. Analisa Internal (Strength – Weakness) RSI NU Mayong
No Faktor Kekuatan Kelemahan
(Strength) (Weaknesses)
1 Pelayanan a. Pelayanan Spesialis yang lengkap. a. Belum cukup berpengalaman
b. Jumlah Ruang Rawat Jalan dan rawat inap dalam pelayanan kesehatan
yang memadai.
2 SDM dan a. Adanya komitmen yang kuat dari pemilik a. Sistem pembinaan SDM belum
Organisasi dan manajemen. optimal.
b. Perlu penyesuaian SDM baru
dengan sistem dan budaya
organisasi
3 Keuangan a. Cost Recovery meningkat. a. Billing system belum optimal
b. Dukungan dana yang mencukupi untuk
pembangunan dan operasional
4 Sarana dan a. Letak RS strategis.- dekat dengan a. Lahan parkir terbatas.
Prasarana pemukiman dan industri
b. Sarana dan prasarana RS yang baru
c. Tersedianya ruang dan area untuk
pengembangan tahap berikutnya.

Tabel 3.2. Perhitungan Nilai Faktor Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness)
RSI NU Mayong
Bobot Rating Nilai
No Objek yang Dianalisa
(A) (B) (C = AxB)
Strength
1 a. Pelayanan Spesialis yang lengkap 30% 4 1,20
b. Jumlah Ruang Rawat Jalan dan rawat inap yang memadai 30% 4 1,20
2 a. Adanya komitmen yang kuat dari pemilik dan manajemen 30% 4 1,20
3 a. Cost recovery meningkat 25% 3 0,75
b. Dukungan dana yang mencukupi untuk operasional 25% 3 0,75
a. Letak RS yang strategis - dekat dengan pemukiman dan
4 industri 15% 4 0,60
c. Sarana dan prasarana RS yang baru 15% 3 0,45
d. Tersedianya ruang dan area untuk pengembangan tahap
berikutnya 15% 3 0,45
TOTAL 6,60
Weakness
1 a. Belum cukup berpengalaman dalam pelayanan kesehatan 30% 3 0,9
2 a. Sistem pembinaan SDM belum optimal 30% 3 0,9

b. Penyesuaian SDM baru dengan sistem dan budaya organisasi 30% 3 0,9
3 a. Billing system belum optimal 25% 2 0,5
4 a. Lahan parkir terbatas 15% 3 0,45
TOTAL 3,65
Selisih Total Kekuatan - Kelemahan (Strength - Weakness) 2,95

Feasibility Study 44
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 3.3 Analisa Eksternal (Opportunity – Threat) RSI NU Mayong


No Faktor Peluang Ancaman
(Opportunities) (Threats)
1 Pelayanan a. Mempunyai kesempatan untuk a. Beberapa RS swasta sekitar
mengembangkan pelayanan baru. radius 5 km.
b. Mempunyai kesempatan b. Beberapa RS sekitar mempunyai
mengembangkan Sistem Informasi fasilitas dan pelayanan yang
RS secara computerize. sama.
c. Potensi pelayanan occupational c. RS di sekitar yang menawarkan
health dan trauma center dari pasar tariff lebih murah
pekerja di industri d. Terjadinya pandemic / wabah
penyakit
2 SDM dan Organisasi a. Tersedianya tenaga professional di a. Dokter RSI NU Mayong juga
Kabupaten Jepara maupun wilayah berpraktek di RS sekitar.
sekitar. b. SDM yang telah terlatih di RSI NU
b. Peluang kerjasama supplai SDM Mayong mendapat tawaran untuk
medis dan paramedic dari institusi pindah ke RS sekitar.
pendidikan di Kabupaten Jepara
dan sekitarnya
c. Mempunyai kesempatan untuk
bekerjasama dengan pihak ketiga.
3 Keuangan a. Kemungkinan mencari sumber a. Pembayaran dari pihak kedua
dana dari pihak ketiga. tidak lancar.

4 Sarana dan Prasarana a. Perkembangan teknologi a. Tuntutan masyarakat akan fasilitas


kedokteran. yang lebih baik sesuai dengan
b. Peningkatan kapasitas tempat tidur kemajuan zaman.
dan jenis layanan b. Munculnya RS baru dengan
c. Peluang perluasan lahan parkir fasilitas yang lebih baik
dengan sistem sewa / kerjasama
dengan pemilik lahan di sebelah
lokasi Rumah Sakit

Tabel 3.4. Perhitungan Nilai Faktor Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) RSI NU Mayong
Bobot Rating Nilai
No Objek yang Dianalisa
(A) (B) (C = AxB)
Opportunity
1 a. Kesempatan mengembangkan pelayanan baru 30% 4 1,2
b. Kesempatan pengembangan Sistem Informasi RS secara
computerize 30% 4 1,2
c. Potensi pelayanan occupational health dan trauma center
dari pasar pekerja di industri 30% 3 0,9
d. Peluang menjadi market leader di wilayah kecamatan
Mayong dan Sekitarnya 30% 3 0,9

e. Potensi pasien dari wilayah perbatasan Kabupaten Kudus 30% 3 0,9


2 a. Tersedianya SDM 45aramedic45al di Kab. Jepara maupun
wilayah sekitar 30% 3 0,9

Feasibility Study 45
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Bobot Rating Nilai


No Objek yang Dianalisa
(A) (B) (C = AxB)
b. Peluang kerjasama supplai SDM medis & 46aramedic dari
institusi pendidikan di Kab. Jepara dan sekitar 30% 3 0,9
c. Kesempatan bekerjasama dengan pihak ketiga 30% 3 0,9
3 a. Kemungkinan mencari sumber dana dari pihak ketiga 25% 3 0,75
4 a. Perkembangan teknologi kedokteran 15% 3 0,45

b. Peningkatan kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan 15% 3 0,45

c. Peluang Perluasan lahan parker 15% 3 0,45


TOTAL 9,9
Threat
1 a. Kompetisi dari RS swasta lain dalam radius 5 km 30% 3 0,9
b. Beberapa RS sekitar mempunyai fasilitas dan pelayanan yang
sama 30% 3 0,9
c. RS di sekitar yang menawarkan tarif lebih murah 30% 3 0,9
d. Terjadinya pandemi / wabah penyakit 30% 3 0,9
2 a. Dokter di RSI NU Mayong juga praktek di faskes lain / RS
sekitar 30% 3 0,9
b. SDM yang telah terlatih di RSI NU Mayong mendapat
tawaran untuk pindah ke RS sekitar 30% 2 0,6
3 a. Pembayaran dari pihak kedua tidak lancar 25% 3 0,75
4 a. Tuntutan masyarakat akan fasilitas yang lebih baik 15% 2 0,3
TOTAL 6,15
Selisih Total Kekuatan - Kelemahan (Strength - Weakness) 3,75

Opportunity
5
2,95 ; 3,75
4

1
Strength
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
Weakness
-1

-2

-3

-4

-5
Threat
Gambar 3.4 Kuadran Hasil Analisis SWOT RSI NU Mayong

Feasibility Study 46
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Penjelasan Hasil Analisa SWOT:

Secara umum kekuatan lebih besar dari kelemahan (6,60: 3,65) dan juga lingkungan eksternal
menunjukkan adanya peluang yang lebih besar daripada ancaman (9,9 : 6,15).

Selanjutnya dapat dilihat pada Grafik SWOT bahwa posisi RSI NU Mayong berada pada kuadran I,
daerah “Aggressive Strategy”. RSI NU Mayong memiliki peluang dan kekuatan yang baik sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

3.2.2 Rekomendasi Kajian SWOT


Beberapa strategi yang dapat dilaksanakan antara lain:

 Memberikan pelayanan berkualitas dan bermutu melalui penerapan standar pelayanan yang
dilengkapi dengan Standar Prosedur Operasional bagi semua unit pelayanan.
 Bekerjasama dengan puskesmas, klinik, praktek dokter, maupun rumah sakit lain di sekitar
agar RSI NU Mayong menjadi rujukan.
 Kerjasama dengan pelayanan laboratorium klinik di sekitar.
 Kerjasama dengan fakultas kedokteran di beberapa perguruan tinggi maupun sekolah-
sekolah keperawatan dan kesehatan di Kabupaten Jepara dan sekitarnya, sebagai penyedia
tenaga kesehatan untuk rumah sakit maupun praktek pendidikan kesehatan.
 Membangun networking dengan beberapa perusahaan atau industri di sekitar lokasi Rumah
Sakit untuk rujukan pelayanan kesehatan karyawannya, maupun kerjasama pembukaan in-
house clinic di lokasi perusahaan atau industri tersebut.
 Mengedepankan informasi dan teknologi dalam menjangkau pasien, dengan pelayanan tele-
health, termasuk tele-konsultasi, untuk lebih mempermudah pasien mengakses layanan yang
diberikan RSI NU Mayong.
 Membangun networking dengan jejaring rumah sakit, baik nasional maupun internasional,
yang memiliki reputasi, sistem teruji, serta berpengalaman dalam pelayanan kesehatan
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan maupun branding rumah sakit.
 Mengadakan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, baik medis maupun non
medis, secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan teknis dan non teknis SDM,
terutama terkait dengan service excellence.
 Bekerjasama dengan pihak ketiga, dalam penyediaan peralatan kesehatan teknologi canggih
(contoh: Cath Lab, Hemodialisa, Laparoskopi, dll) sehingga dapat tetap mengembangkan
pelayanan dengan meminimalkan biaya investasi.
 Menempuh akreditasi tingkat nasional (KARS) untuk jangka pendek, maupun internasional
(JCI) untuk jangka panjang, berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan kepercayaan pasien terhadap RSI NU Mayong.
 Membangun kepercayaan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang paripurna
maupun kajian dan analisa terkait (kajian kepuasan pelanggan, penyesuaian tariff, dll).
 Menjalin hubungan strategis dan harmonis dengan organisasi maupun individu tenaga
medis, yang memegang kunci strategis dalam pelayanan medis di Rumah Sakit.

Feasibility Study 47
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3.3. Segmentation, Targeting, Positioning


Segmentation adalah suatu proses membagi pasar ke dalam sekelompok pelangan yang memiliki perilaku
yang sama atau memiliki kebutuhan yang serupa. Targeting adalah suatu kegiatan dalam mengevaluasi
dan membandingkan kelompok yang sudah teridentifikasi untuk kemudian dipilih satu atau beberapa yang
memiliki potensi tertinggi. Positioning adalah penanaman suatu produk atau jasa di benak konsumen.
Gambar di bawah merupakan metodologi dalam menentukan segmentation, targeting, dan positioning
(STP) secara lengkap yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam Marketing Plan. Pada pembahasan studi
kelayakan ini, STP akan dikaji secara umum.

Gambar 3.5 Tahapan Segmentation, Targeting, Positioning

3.3.1 Segmentation
Target pasar RSI NU Mayong dibedakan berdasarkan 4 segmentasi yaitu segmentasi geografi,
demografi, behavior & psikografis, dan asuransi untuk masing-masing layanan umum dan layanan
unggulan RSI NU Mayong. Pemilihan segmen tersebut berdasarkan hasil kajian di analisis situasional
untuk melihat karakter lingkungan, pola masyarakat, dan pelayanan kesehatan yang ada untuk
kemudian ditentukan target yang akan dituju. Segmentasi berdasarkan geografi merupakan segmen
pasar berdasarkan kondisi geografis wilayah sasaran yang dilihat berdasarkan jarak, waktu tempuh,
dan persebaran industri. Segmentasi berdasarkan demografi merupakan segmen pasar yang dilihat
berdasarkan umur penduduk, pekerjaan penduduk, epidemiologi penyakit, pendapatan penduduk,
serta jumlah penduduk. Sementara segmentasi berdasarkan behavior dilihat berdasarkan kelas
sosial, gaya hidup, manfaat yang dicari, frekuensi penggunaan pelayanan kesehatan, serta
awareness terhadap pelayanan kesehatan.
Parameter jarak dapat digunakan sebagai acuan cakupan wilayah pelayanan dan aksesibilitas
penggunaan pelayanan. Berdasarkan jarak, klasifikasi pasar dibedakan menjadi 3 yaitu:
 Lingkungan dekat (Kawasan pemukiman dan industri di sekitar lokasi RS khususnya dan
Kecamatan Mayong umumnya)
 Lingkungan sedang (Pasien yang berdomisili sekitar Kecamatan Mayong)
 Lingkungan Jauh (Pasien dari Kabupaten Jepara dan wilayah sekitar)
Parameter waktu tempuh juga digunakan sebagai acuan aksesibilitas pelayanan dari lokasi target
pasar. Berdasarkan rata-rata waktu tempuh untuk mencapai pelayanan kesehatan, diukur dari titik
lokasi pendirian RSI NU Mayong. Semakin sedikit waktu yang ditempuh untuk dapat mencapai

Feasibility Study 48
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

pelayanan, maka semakin tinggi value (nilai) pelayanan di mata pengguna pelayanan. Parameter
waktu tempuh dibedakan berdasarkan klasifikasi:
 < 15 menit
 15 – 45 menit
 > 45 menit
Radius jangkauan pasar RSI NU Mayong berdasarkan waktu tempuh ±15 menit adalah diperkirakan
dengan jarak 5 km sehingga setiap ring digunakan diameter radius 5 km untuk jangkauan pasar,
untuk pasar dekat di bagi kedalam 3 ring yaitu ring I 5 km pertama, ring II 10 km (5 km kedua) dan
ring III 15 km (5 km ketiga) dengan total estimasi ±45 menit, sedangkan selanjutnya ring IV adalah
diluar Kabupaten Jepara..
Sesuai dengan demografi, parameter dibagi menjadi dua yaitu epidemiologi dan usia. Epidemiologi
terdiri dari infeksius dan degeneratif. Sedangkan usia dibagi berdasarkan:
 Pra Produktif (<15 tahun)
 Produktif (15-55 tahun)
 Pasca Produktif (>55 tahun)
Sesuai dengan segmentasi berdasarkan behaviour dan psikografi, maka parameter dibagi menjadi 5
(lima) yaitu: kelas sosial dan pendapatannya, manfaat yang dicari, frekwensi ke pelayanan kesehatan,
peduli terhadap kesehatan, dan jenis psikografi manusia.
 Kelas sosial dan pendapatan: Menengah bawah (<3 juta), menengah (3-5 juta), menengah
atas (>5 juta)
 Manfaat yang dicari: Harga dan kualitas
 Frekwensi ke pelayanan kesehatan: Jarang, sedang, dan sering
 Peduli terhadap kesehatan: Kurang peduli, peduli, dan antusias
Berdasarkan segmentasi asuransi, parameter dibagi menjadi dua yatu kepersertaan dan cakupan.
Kepersertaan terdiri dari sosial dan komersial, sedangkan cakupan terdiri dari biaya medis dan
suplemen.

3.3.2 Targeting
Tabel 3.5 Targeting Pasien RSI NU Mayong

SEGMENTASI PARAMETER KLASIFIKASI


Lingkungan dekat Lingkungan sedang Lingkungan jauh
(kawasan pemukiman
(pasien di sekitar (pasien Kab. Jepara
dan
Jarak
Industri di sekitar lokasi
Kecamatan Mayong) Dan Sekitarnya
RS)
Geografi
≤ 15 menit 15 - 45menit ≥ 45 menit

Waktu tempuh

Feasibility Study 49
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

SEGMENTASI PARAMETER KLASIFIKASI


Infeksius Degeneratif

Epidemiologi

Demografi
Usia Pra Produktif Usia Produktif Usia Pasca Produktif
(<15 tahun) (15-55 tahun) (> 55 tahun)
Usia

menengah-bawah menengah menegah-atas

Kelas Sosial dan < 3 juta 3-5 juta > 5 juta


Pendapatan

Harga Kualitas

Manfaat Yang
Dicari

Behaviour&
psikografi Jarang Sedang Sering
Frekuansi ke
pelayanan
kesehatan

Kurang peduli Peduli Antusias

Peduli terhadap
kesehatan

Sosial Komersial
BPJS Swasta
Kepersertaan

Asuransi
Biaya medis Suplemen
(khusus penyakit tertentu, seperti
Cakupan
TB, Ashma, Cardiac, dll)

Keterangan Warna :
Kesehatan Ibu Cardiac
General Hospital Trauma Center
dan Anak Center

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa targeting dari layanan umum dan layanan
unggulan RSI NU Mayong adalah sebagai berikut:

Feasibility Study 50
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3.3.2.1 General Hospital / Pelayanan Umum


Secara geografi pasien tinggal dalam lokasi yang berdekatan dengan rumah sakit, dengan
waktu tempuh antara 15-45 menit, dan jangkauan kawasan pemukiman maupun industri di
Kecamatan Mayong dan sekitarnya. Menangani penyakit infeksius dan degeneratif untuk
seluruh rentang umur manusia.Sasaran pasien dengan berbagai kelas sosial, dengan
pertimbangan harga dan kualitas, serta memiliki frekwensi akses pelayanan kesehatan secara
rutin dan sering. Pasien yang dituju memiliki kepedulian terhadap kesehatan yang standar.
Rumah sakit umum mengakomodasi pasien kedua jenis asuransi, baik sosial maupun
komersial, tindakan medis dan suplemen

3.3.2.2 Layanan Unggulan – Ibu dan Anak


Sasaran pasien Woman and Children Center (Kesehatan Ibu dan Anak) adalah kawasan
pemukiman sekitar rumah sakit dengan jarak tempuh transportasi hingga 45 menit. Menangani
pasien lokal di sekitar rumah sakit dengan rentang umur pra produktif (<15 tahun) dan usia
produktif (15-55 tahun). Pasien yang dituju merupakan kelas sosial menengah ke bawah dan
atas yang peduli terhadap kesehatan, mempertimbangkan kualitas pelayanan, dan sering
menggunakan layanan kesehatan. Layanan ini mengakomodasi penyakit infeksius dan
degeneratif serta menerima pasien asuransi sosial dan komersial.Cakupan asuransi menerima
biaya medis dan suplemen.

3.3.2.3 Layanan Unggulan – Trauma Center


Cakupan pasien meliputi pasien lokal di pemukiman (kecelakaan harian) dan area industri
(kecelakaan kerja), termasuk kasus kecelakaan transportasi di sekitar lokasi RS. Layanan ini
menerima pasien dari segala usia untuk kejadian trauma. Layanan ini mengakomodir seluruh
kelas sosial, dari segi pertimbangan harga dan kualitas.Karakter pasien yang datang adalah
pasien yang jarang ke rumah sakit, namun cukup peduli dengan kesehatan mereka untuk
pemeriksaan rutin ataupun karena sebab kecelakaan.Layanan ini mengakomodasi pasien
kedua jenis asuransi, baik sosial maupun komersial.Cakupan asuransi menerima biaya medis
dan suplemen.

3.3.2.4 Layanan Unggulan Pusat Kardiovaskular (Cardiac Center)


Pusat Kardiovaskular merupakan layanan unggulan RSI NU Mayong. Pasien Pusat
Kardiovaskular menjangkau dari pasien lokal hingga pasien luar Kabupaten Jepara. Sasaran
layanan ini merupakan rentang usia produktif dan pasca produktif dengan kelas sosial
menengah ke atas khusus penyakit degeneratif. Target pasien tersebut lebih memprioritaskan
kualitas juga sering mengakses layanan kesehatan untuk pemeriksaan rutin. Layanan ini
mengakomodasi pasien kedua jenis asuransi, baik sosial maupun komersial. Cakupan
asuransi menerima biaya medis dan suplemen.

3.3.3 Positioning

Feasibility Study 51
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

STEP 1. Identifying Possible Competitive Advantages:Competitive Differentiation.


Semakin banyaknya rumah sakit yang berdiri, mengakibatkan semakin kompetitifnya jasa
pelayanan kesehatan. Terutama produk pelayanan kesehatan yang sifatnya asimetri
informasi dimana masyarakat cenderung awam tentang produk/jasa yang mereka gunakan.
Rumah sakit baru memerlukan strategi khusus eksploitasi pelayanan yang dimiliki agar
mudah diterima masyarakat. Apalagi jika produk/jasa tersebut tidak memiliki kompetitor
dipasaran. Berdasarkan konsep RSI NU Mayong, analisis situasional, dan hasil kajian
segmen hingga target pasien dapat ditarik beberapa hal yang menjadi kelebihan rumah sakit
yaitu:
 Konsep terintegrasi pelayanan kesehatan dengan Service Exellence dalam satu
wilayah strategis.
 Layanan unggulan yang dirancang sesuai dengan profil pasar yang ada di sekitar
rumah sakit dan konsep awal rumah sakit. Hasil analisis situasional menunjukkan
bahwa potensi pasien sangat besar dan mayoritas belum terakomodasi dengan baik
karena infrastruktur pelayanan kesehatan yang belum memadahi.
 RSI NU Mayong berorientasi menjadi new center of services excellence. Selain faktor
pelayanan, infrastruktur juga berpengaruh dalam memberikan pelayanan yang prima.
Rumah sakit yang akan didirikan dirancang dari awal sehingga memberikan
kemudahan dalam menentukan grand desain agar tahapan pengembangan rumah
sakit dapat optimal, efektif, dan efisien.

STEP 2.Selecting the Right Competitive Advantage: Unique Selling Proposition


Setelah mengidentifikasi beberapa diferensiasi RSI NU Mayong yang dapat dikemas untuk
positioning, selanjutnya dipilih kombinasi keunggulan tersebut. Pemilihan kombinasi yang
paling sesuai mempertimbangkan hal-hal berikut: belum ada kompetitor lain yang
menggunakan branding serupa, positioning tersebut mudah dikenali dan diingat,
menunjukkan sebuah pencapaian yang ingin diperoleh oleh rumah sakit, memudahkan
menjadi top in mind, serta menunjukkan sebuah kualitas terbaik pelayanan kesehatan yang
terintegrasi. Maka dipilih positioning RSI NU Mayong sebagai:

Rumah Sakit Umum


Bernuansa Islami
Dengan layanan unggulan:
“Kesehatan Ibu dan Anak, Pusat Trauma, dan Pusat Kardiovaskular”

STEP 3. Communicating and Delivering the Chosen Position.


RSI NU Mayong perlu merumuskan secara tepat strategi komunikasi eksternal agar
positioning yang dipilih dapat tercapai diterima oleh masyarakat. Langkah yang dapat
dilakukan adalah kerjasama dengan institusi lain yang memiliki reputasi baik. Sebagai
contoh mengadakan praktek bersama, seminar, dan pelatihan. Tahapan selanjutnya adalah
mengembangkan branding untuk layanan unggulan. Perlu dilakukan kerjasama sinergis

Feasibility Study 52
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

dengan institusi pelayanan kesehatan (partner strategis) yang telah berpengalaman di


bidangnya sehingga dapat di-capture oleh masyarakat umum. Langkah lain yang perlu
dimunculkan adalah expose media secara rutin. Tujuannya agar informasi setiap perubahan
positif dan kemajuan rumah sakit dapat diterima oleh masyarakat umum. Tentunya
diperlukan komitmen internal rumah sakit untuk menciptakan pencitraan yang diimbangi
dengan kualitas positioning yang telah dirancang. Pembahasan detail positioning rumah sakit
akan dikembangkan pada Business Plan.

3.4. Analisis Pesaing


Fasilitas kesehatan pada dasarnya adalah organisasi sosioekonomis yaitu bukanlah organisasi ekonomis
murni atau organisasi yang dibentuk hanya untuk mencetak laba, tapi fasilitas kesehatan tujuan utamanya
adalah untuk memberikan pengobatan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat, namun demikian
fungsi organisasi ekonomis tidak bisa di kesampingkan begitu saja karena fasilitas kesehatan merupakan
organisasi yang memerlukan dana operasional yang cukup tinggi, maka untuk menjaga kesinambungan
berjalannya organisasi dan berjalannya pelayanan kesehatan pada masyarakat fasilitas kesehatan juga
perlu memetakan dirinya dalam persaingan industri pelayanan kesehatan. Salah satu langkah awal untuk
melakukan pemetaan adalah dengan memetakan pesaing, kegiatan ini berfungsi untuk melihat potensi
kompetitif dari RSI NU Mayong untuk bisa menjaga kelangsungan bisnis/ kelangsungan operasionalnya
dan untuk melihat potensi kerjasama yang mungkin dapat dilakukan antar fasilitas kesehatan baik swasta
maupun pemerintah. Berdasarkan posisi geografis, kami membuat daftar pesaing yang diambil lokasi
terdekat dalam satu provinsi yaitu Kabupaten Jepara, maupun di Kabupaten Kudus yang berdekatan
dengan lokasi RSI NU Mayong (radius < 10 km). Berikut adalah daftar pesaing RSI NU Mayong.

Gambar 3.6 Peta Sebaran Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong

Feasibility Study 53
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 3.7 Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan di sekitar lokasi RSI NU Mayong
Berdasarkan pemetaan geografis tersebut, Rumah Sakit yang lokasinya berdekatan dan berpotensi
menjadi pesaing RSI NU Mayong adalah RS PKU Muhammadiyah Mayong, dan RSU Kumala Siwi di
Kabupaten Kudus.
Tabel 3.6 Daftar Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong
No Nama RS Lokasi Tipe Jml TT Pemilik Jarak dari RSI NU
Kab. Jepara
1 RSUD RA Kartini Jepara B 347 PemKab 21 km
2 RS Graha Husada Jepara D 87 Organisasi Sosial 24 km
3 RSI Sultan Hadlirin Jepara C 123 Organisasi Sosial 25 km
4 RSU PKU Muhammadiyah Mayong D 104 Organisasi Islam 1,1 km
5 RS Dr. Rehatta (RSUD Kelet) Keling C 197 PemProv 51 km
6 RSIA Kumalasiwi Pecangaan C Organisasi Sosial 11 km
7 RSB Restu Ibu Tahunan C 46 Organisasi Sosial 21 km
8 RS Kusta Donorojo Donorojo PemProv 59 km
9 RSIA Siti Khadijah Jepara C Organisasi Sosial 24 km
10 RS Aulia Medica Tahunan C Organisasi Sosial 15 km
11 RSB Fatma Medika Nalumsari Swasta 3,4 km
Kab. Jepara 904

Kab. Kudus
1 RSU Kumala Siwi Kudus D 97 Organisasi Sosial 6,7 km
2 RSI Sunan Kudus Kudus C 179 Organisasi Islam 10 km
3 RSIA Harapan Bunda Kudus Kudus Swasta 9,2 km

Dilihat dari daftar Rumah Sakit di Kabupaten Jepara, mayoritas lokasi rumah sakit berada di wilayah yang
cukup jauh dari RSI NU Mayong. Rumah Sakit yang lokasinya relative berdekatan dengan RSI NU Mayong
adalah RSU PKU Muhammadiyah Mayong dan RS Bersalin Fatma Medika, serta beberapa RS dari wilayah
Kabupaten Kudus, dikarenakan letak lokasi RSI NU Mayong yang cukup dekat dengan perbatasan
Kabupaten Jepara – Kudus.

Feasibility Study 54
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 3.7 Profil Rumah Sakit di sekitar lokasi RSI NU Mayong


No Pelayanan RSI PKU RS Aulia RS Graha RSI Sultan RSU RSI Sunan
Muhammadiyah Medica Husada Hadlirin Kumala Kudus
Mayong Siwi,
Kudus
1 IGD V V V V V V
2 Rawat Jalan
- Penyakit Dalam V V V V V V
- Bedah Umum V V V V V V
- Anak V V V V V V
- Obsgyn V V V V V V
- Gigi-Mulut V V V V V V
- Mata V V V V V
- THT V V V V V V
- Paru V V V V V
- Kardiovaskular V V
- Saraf V V V V V
- Rehabilitasi Medik V V V V V
- Ortopedi V V
- Kulit - kelamin V V V
- Kedokteran Jiwa V V V V V
- Lainnya : Urologi - Gizi Gizi Urologi
- Medical
Check Up
3 Rawat Inap
- VVIP V V V
- VIP V V V V V V
- Kelas 1 V V V V V V
- Kelas 2 V V V V V V
- Kelas 3 V V V V V V
4 Rawat Intensif
- ICU V V
- ICCU
- HCU V V V V
- PICU
- NICU
5 Kebidanan (VK) V V V V V V
6 Radiologi V V V V V V
7 Laboratorium V V V V V V
8 Farmasi V V V V V V
9 Kamar Operasi V V V V V V
10 Hemodialisa V V V
11 Rehabilitasi Medik V V V V V V
/ Fisioterapi
12 Layanan Unggulan 1. Fisioterapi 1. Trauma CT-Scan
2. Hemodialisa center
3. Dental Care 2. CT Scan

Feasibility Study 55
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3.5. Konsep & Strategi Pemasaran


3.5.1. Konsep Pemasaran
Agar perusahaan dapat mempertahankan usahanya, maka suatu perusahaan harus mempunyai
pemikiran untuk melakukan upaya perbaikan dan pembenahan secara terus menerus. Perbaikan
dan pembenahan harus dimulai dari hal-hal yang kecil, karena hal tersebut akan membawa dampak
yang sangat besar dan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha.
Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut adalah dengan adanya suatu formulasi
stratregi pemasaran yang tepat. Formulasi strategi antar suatu perusahaan tidak akan pernah sama
tergantung kepada Visi, Misi dan Tujuan dari perusahaan itu sendiri.
RSI NU Mayong, Jepara merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang jasa pelayanan
kesehatan. Dalam merumuskan suatu strategi pemasaran yang tepat dan membuat program
pelayanan kesehatannya, RSI NU Mayong, Jepara berorientasi kepada kepuasan pelanggan atau
pengguna jasa dengan memberikan pelayanan yang berkualitas didukung oleh tenaga profesional
tanpa melupakan unsur kesejahteraan. Karena tanpa adanya rasa memiliki dan tanggung jawab
bersama maka pelayanan yang optimal tidak akan pernah tercapai.
Dalam pemasaran rumah sakit di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mengeluarkan beberapa kebijakan yang harus diperhatikan :
a. Pemasaran rumah sakit dapat dilaksanakan agar utilisasi rumah sakit menjadi lebih tinggi
sehingga akhirnya dapat meningkatkan rujukan medik dan meluaskan cakupan yang
selanjutnya memberi kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan penduduk.
b. Pemasaran rumah sakit hendaknya tidak dilepaskan dari tujuan pembangunan kesehatan
yakni antara lain : meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan agar derajat kesehatan
penduduk menjadi lebih baik.
c. Pemasaran tidak boleh lepas juga dari dasar-dasar etik kedokteran dan etika rumah sakit serta
ketentuan hukum yang berlaku.
d. Promosi rumah sakit harus selalu penuh kejujuran. Konsumer dalam pelayanan rumah sakit
selalu mempunyai pilihan yang sangat sempit dan sangat tergantung kepada rumah sakit dan
dokter. Sifat hakiki ini harus dihayati.
e. Cara pemasaran yang diperbolehkan :
1. Internal
- Meningkatkan pelayanan kesehatan
- Kuesioner kepada masyarakat
- Mobilisasi dokter, perawat dan seluruh karyawan rumah sakit
- Brosur/leaflet/bulletin

2. Eksternal
- Informasi tentang pelayanan Rumah Sakit yang tidak melanggar kode etik
- Menggunakan media massa
- Informasi tarif harus jelas
- Meningkatkan hubungan dengan perusahaan/badan di luar Rumah Sakit

Feasibility Study 56
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

- Menyelenggarakan seminar seminar di rumah sakit


- Pengabdian masyarakat

3.5.2. Strategi Pemasaran


Dari data profile pasar yang ada dalam bab sebelumnya dapat kita petakan strategi pemasaran
dengan metode STP atau Segmentation Targeting dan Positioning. Kemudian hasil dari pemetaan
STP ini akan dirumuskan kembali dengan prinsip dasar dalam marketing yaitu bauran pemasaran
atau marketing mix yang dikenal dengan 4P yakni Product, Price, Place, dan Promotion. Rumah
Sakit sebagai bisnis yang memproduksi jasa atau jasa pelayanan kesehatan memiliki karakter
berbeda dengan bisnis yang lainnya sehingga marketing mixnya tidak terpaku pada 4P saja, namun
dikombinasikan dengan people, process dan Promotion akan lebih dititik beratkan pada customer
service/ service exellence.
Dalam upaya untuk mencapai pasar baru RSI NU Mayong, Jepara menetapkan strategi pemasaran
sebagai berikut :
1. Strategi Produk
 Memberikan pelayanan medis rawat jalan, rawat inap dan pelayanan gawat darurat,
dilengkapi dengan pelayanan penunjang medis seperti apotik, laboratorium dan radiologi
serta didukung oleh penggunaan peralatan medis dan penunjang medis yang mengikuti
perkembangan teknologi.
 Berusaha melengkapi pelayanan kesehatan dari staf dokter dengan sikap yang baik
terhadap konsumen dari staf di bagian lain, sehingga terbentuk hubungan yang baik antara
Rumah Sakit dengan konsumen. Dengan demikian diharapkan RSI NU Mayong, Jepara
dapat menumbuhkan dan menjaga loyalitas konsumen.

2. Strategi Promosi
 Direct Selling
Sebagai institusi kesehatan yang baru berdiri maka RSI NU Mayong, Jepara melakukan
pelayanan dengan teknik direct selling oleh setiap sumber daya manusia yang terlibat di dalam
aktivitas RSI NU Mayong, Jepara.
 Promosi kesehatan dan Penyuluhan (Personal Selling)
Mengemban tugas pengabdian masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
maka RSI NU Mayong, Jepara turut berperan aktif memanfaatkan setiap kesempatan untuk
melakukan presentasi ke kelompok masyarakat mampu sebagai segmen dari konsumen utama
RSI NU Mayong, Jepara.
 Exibisi / pameran
RSI NU Mayong, Jepara melakukan kegiatan promosi melalui event pameran pada
kesempatan - kesempatan yang memungkinkan, seperti pada event lomba dan kegiatan-
kegiatan olahraga yang terbuka untuk masyarakat.
 Media iklan (media cetak)

Feasibility Study 57
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Media cetak akan dimanfaatkan RSI NU Mayong, Jepara baik melalui tulisan ilmiah yang
bersifat informatif bagi masyarakat tentang jantung, maupun mengenai pelayanan yang ada di
RSI NU Mayong, Jepara.
 Advertising atau periklanan
Dilakukan melalui kegiatan pembuatan dan penyebaran brosur, leaflet, company profile yang
didukung oleh masing-masing departemen medik serta instalasi kerja.
 Public Relation
Public relation atau dikenal sebagai hubungan masyarakat dilakukan melalui sales presentation,
meeting marketing staf, pameran / ekshibisi.
 Sales promotion, memberikan discount pada perusahaan atau institusi-institusi pemerintah
discount untuk pemeriksaan diagnostic atau screening yang dilakukan secara kolektif.
 Entertainment, dilakukan dengan memberikan souvenir untuk pasien-pasien rawat inap.
 Melakukan program pemasaran dengan mengikutsertakan bagian pemasaran dan Public
Relation pada setiap aktivitas pelayanan dan kegiatan.

3. Tempat
 RSI NU Mayong, Jepara tidak mempunyai masalah dengan tempat karena memiliki akses
yang mudah dijangkau, namun demikian tetap akan disebarkan brosur rawat jalan di
perumahan sekitar Rumah Sakit .

4. Strategi Harga
 Menawarkan tarif yang kompetitif dengan para pesaing.

3.6. Proyeksi Pasar


Proyeksi Pasar merupakan rencana pasar yang dibuat berdasarkan analisis situasi seperti yang sudah
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Proyeksi pasar merupakan tahapan yang krusial dalam penentuan
kesimpulan analisis dan pengambilan asumsi. Dasar dari proyeksi pasar digunakan sebagai pondasi dalam
proyeksi keuangan dan investasi. Baik tidaknya hitungan proyeksi keuangan dan investasi ditentukan pada
kajian proyeksi pasar. Penentuan proyeksi pasar melalui beberapa tahapan draw down untuk mengetahui
jumlah populasi hingga menjadi target pasar. Tahap awal adalah identifikasi total populasi masing-masing
layanan rumah sakit. Tahap kedua adalah menentukan potensi pasar. Tahap ketiga adalah menentukan
pasar yang memiliki kemampuan beli jasa rumah sakit. Tahap terakhir adalah penentuan target pasien dari
RSI NU Mayong pada tahun pertama operasional untuk selanjutnya diproyeksikan selama 20 tahun
proyeksi.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2018, Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat
inap Rumah Sakit di Kabupaten Jepara adalah 365.911 kunjungan rawat jalan dan 55.850 kunjungan rawat
inap. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2018, yaitu 1.240.600 jiwa,
angka kunjungan rawat jalan terhadap jumlah penduduk adalah sebesar 29,49%. Sedangkan angka

Feasibility Study 58
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

kunjungan rawat inap terhadap jumlah penduduk adalah sebesar 4,5%, dan rasio kunjungan rawat inap
terhadap rawat jalan adalah 15,26%.
Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Rumah Sakit, Provinsi Jawa Tengah, 2018
Item Jumlah %

Jumlah Penduduk Kab. Jepara (2018) 1.240.600


Kunjungan Rawat Jalan RS 356.911 29,49%
Kunjungan Rawat Inap RS 55.850 4,50%

Dalam memperhitungkan proyeksi dan estimasi pasien, dimasukkan juga faktor asumsi market share RSI
NU Mayong terhadap competitor atau rumah sakit lain di sekitarnya. Dalam perhitungan estimasi pasien
dalam studi ini, diasumsikan market share RSI NU Mayong pada tahun pertama operasional sebesar 15%,
dengan mempertimbangkan posisi RSI NU Mayong sebagai rumah sakit baru dan dalam proses
mendapatkan trust dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Setiap tahunnya diasumsikan
market share akan bertumbuh 5% per tahun.
Berdasarkan data di atas, asumsi yang digunakan dalam proyeksi pasar dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Asumsi Proyeksi Pasar
Keterangan Asumsi
Target Pasar Masyarakat Kecamatan Mayong dan sekitarnya
(Kalinyamatan, Nalumsari, Welahan)
% Kunjungan Rawat Jalan Rumah Sakit 30% dari Target Market
Market Share 15% di tahun pertama, dan bertumbuh 5% per tahun
% Kunjungan Rawat Inap Rumah Sakit 15% dari kunjungan rawat jalan

3.7 Batas Jangkauan


Tabel pedoman jangkauan dan pasien RSI NU Mayong menjadi acuan dalam menentukan potensi pasar.
Acuan tersebut berdasarkan pada efektifitas rumah sakit dalam meraih pasien agar tepat sasaran.
Diharapkan potensi pasar bisa diperoleh dengan sistem kerja yang optimal. Potensi pasar tersebut dianalisis
sesuai dengan jangkauan pasien yang akan dituju.
Tabel 3.10 Pedoman Jangkauan dan Pasien RSI NU Mayong
LAYANAN JANGKAUAN PASIEN
General Hospital Pasien lokal di Kecamatan Mayong dan Sekitarnya Lokal
Trauma Center Kawasan industri dan pemukiman di sekitar lokasi Rumah Sakit serta Lokal
kasus kecelakaan lalu lintas
Woman & Children Kawasan Pemukiman di Kecamatan Mayong dan sekitarnya Lokal
Center
Cardiac Center Pasien lokal di Kabupaten Jepara maupun Kabupaten Kudus Lokal, Regional

Feasibility Study 59
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3.8. Proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR) dan Length of Stay (LOS)
Average Length of Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien.Sebuah indikator untuk
mengukur tingkat efisiensi dan gambaran mutu pelayanan rumah sakit. Jika dilihat dari sudut pandang
Kementerian Kesehatan, ALOS ideal berkisar pada kisaran 3-4 hari.Semakin rendah ALOS semakin besar
peluang untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit. Sehingga pada awal tahun operasional ALOS
berkisar 3 hari karena akan berpengaruh juga terhadap akreditasi rumah sakit..

Tabel 3.11. Proyeksi Average Length of Stay (ALOS) RSI NU Mayong


Tipe ALOS (hari)
Kelas Rawat 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Kelas VIP 3,5 3,5 3,5 3,25 3,25 3,25 3 3 3 3
Kelas I 3,5 3,5 3,5 3,25 3,25 3,25 3 3 3 3
Kelas II 3,5 3,5 3,5 3,25 3,25 3,25 3 3 3 3
Kelas III 3,5 3,5 3,5 3,25 3,25 3,25 3 3 3 3
ICU 7 7 7 6 6 6 5,5 5,5 5,5 5,5
NICU/PICU 7 7 7 6 6 6 5,5 5,5 5,5 5,5

Proyeksi jumlah pasien berdasarkan rawat inap dan Average Length Of Stay (ALOS) digunakan sebagai
dasar dalam menghitung proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR). Menurut Kemenkes RI (2005), BOR adalah
persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
75% sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

Tabel 3.12. Proyeksi Bed Occupancy Rate (BOR) RSI NU Mayong


Tipe BOR
Kelas Rawat 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Kelas VIP 35% 37,45% 40,07% 42,88% 45,88% 49,09% 52,53% 56,20% 60,14% 64,35%
Kelas I 35% 37,45% 40,07% 42,88% 45,88% 49,09% 52,53% 56,20% 60,14% 64,35%
Kelas II 35% 37,45% 40,07% 42,88% 45,88% 49,09% 52,53% 56,20% 60,14% 64,35%
Kelas III 45% 48,15% 51,52% 55,13% 58,99% 63,11% 67,53% 72,26% 72,26% 72,26%
ICU 40% 42,80% 45,80% 49,00% 52,43% 56,10% 60,03% 64,23% 68,73% 73,54%
NICU/PICU 40% 42,80% 45,80% 49,00% 52,43% 56,10% 60,03% 64,23% 68,73% 73,54%

Feasibility Study 60
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB IV
ANALISIS PELAYANAN

4.1. Rencana Program dan Layanan


4.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No.
1204/Menkes/SK/X/2004 adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Sedangkan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan
peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik,
sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk
menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Rumah sakit di Indonesia dapat dikategorikan menurut jenis maupun pengelolanya. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,
rumah sakit dapat dikategorikan sesuai jenisnya menjadi:
1. Rumah Sakit Umum (RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua
bidang dan jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
2. Rumah Sakit Khusus, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya, misalnya Rumah Sakit Mata, Rumah Sakit Kusta, Rumah
Sakit Ibu dan Anak, dan lain sebagainya.
Menurut pengelolanya, rumah sakit dapat dikategorikan sebagai rumah sakit milik pemerintah dan
rumah sakit swasta. Yang tergolong rumah sakit milik pemerintah adalah :
1. Rumah Sakit Vertikal (Kementerian Kesehatan)
2. Rumah Sakit Pemerintah Daerah Tingkat I (Propinsi)
3. Rumah Sakit Pemerintah Daerah Tingkat II (Kabupaten\ Kotamadya)
4. Rumah Sakit Tentara / Kepolisian
5. Rumah Sakit milik Kementerian
6. Rumah Sakit milik lembaga pemerintah non kementerian.
Adapun berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit umum dapat diklasifikasikan
menurut tingkat kemampuannya, yaitu:

61
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

1. Rumah Sakit Umum kelas A, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
2. Rumah Sakit Umum kelas B, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 200 (dua ratus) buah.
3. Rumah Sakit Umum kelas C, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 100 (seratus) buah; dan
4. Rumah Sakit Umum kelas D, yaitu rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling
sedikit 50 (lima puluh) buah.

4.1.2. Program Dasar


Produk utama rumah sakit adalah pelayanan kesehatan, yang didalamnya terdiri dari jenis
pelayanan dan tindakan medis dokter, keperawatan serta lainnya. Dimana jumlah dan jenisnya
disesuaikan dengan analisis epidemiologi dan mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu Undang-
undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 tahun 2020
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit.
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2020 paling sedikit terdiri atas:
a. Pelayanan medik dan penunjang medik
Terdiri atas pelayanan medik umum (medik dasar), pelayanan medik spesialis (spesialis dasar
dan spesialis lain), serta pelayanan medik subspesialis.
b. Pelayanan keperawatan dan kebidanan
Meliputi asuhan keperawatan generalis dan/atau asuhan keperawatan spesialis, dan asuhan
kebidanan
c. Pelayanan non medik
Terdiri atas pelayanan farmasi, pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi,
pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran
jenazah, dan pelayanan nonmedik lainnya.
Rumah sakit menjalankan; fungsi pelayanan umum, medis, dan sarana prasarana; fungsi
administrasi dan keuangan, serta fungsi peningkatan mutu. Untuk menjalankan fungsi-fungsi
tersebut, khususnya pada fungsi pelayanan medis, rumah sakit dilengkapi dengan instalasi-instalasi
sebagai berikut:
 Instalasi Gawat Darurat
 Instalasi Rawat Jalan
 Instalasi Rawat Inap
 Instalasi Penunjang
Rincian program kegiatan dan aktivitas dalam pelayanan umum dapat dilihat pada penjelasan di
bawah ini.

62
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.1.2.1 Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai merupakan pintu masuk utama pasien yang akan
dirawat dengan perawatan lebih dari rawat jalan. IGD dikembangkan dengan pelayanan
kegawat daruratan secara umum serta pelayanan di Trauma Center khususnya untuk
kecelakaan lalu lintas kerja dan kecelakaan untuk mengakomodasi kebutuhan sekitar
rumah sakit.
Trauma Center adalah sebuah fasilitas pelayanan kesehatan yang khusus menangani
pasien trauma di rumah sakit, pelayanan tersebut dilakukan oleh beberapa dokter ahli
seperti dokter ahli bedah, dokter anestesi serta perawat khusus dan menyediakan
peralatan pendukung hidup lanjut secara cepat yang siap dalam 24 jam. Penanganan
pasien trauma di Trauma Center didukung beberapa instalasi dan unit pelayanan yang
kegiatannya saling mendukung, instalasi dan unit pendukung Trauma Center antara lain:
Instalasi Gawat Darurat (IGD), ambulance, laboratorium, radiologi, kamar operasi, Intensive
Care Unit (ICU), rehabilitasi medik dan apotek
Tabel 4.1. Jenis Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat dan Traumatology
Jenis Pelayanan Fungsi Pelayanan Jenis Tindakan
Triase - Melakukan observasi awal saat pasien masuk, Konsultasi
- Melakukan assessment terhadap kegawatdaruratan Konsultasi Spesialis
pasien
- Merencanakan dan menentukan tindakan
selanjutnya terhadap pasien. Observasi
-
Tindakan Gawat Darurat dan Melakukan tindakan kepada pasien sesuai dengan Eksisi
Traumatologi kebutuhannya : Injeksi
- Resusitasi Insisi
- Tindakan non bedah Jahit Luka
- Tindakan bedah Rawat Luka
- Operasi Pemasangan Gips
- Perawatan
Pemasangan Spalk
Reposisi
Orthopedy hand surgery
Microhand surgery
Tindakan medis mata
Tindakan medis telinga
Rawat luka bakar
Tindakan pernafasan akibat
asap
Ambulance Mendukung pelayanan mobilisasi pasien baik dari Pelayanan dalam kota
dan ke rumah sakit Pelayanan luar kota
Penunjang Gawat Darurat Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan
kenyamanan petugas dengan menyediakan :
- Ruang administrasi
- Ruang tunggu dokter
- Ruang pos perawat
- Ruang alat kesehatan dan obat
- Ruang Linen dan alat kesehatan steril
- Ruang tunggu pasien dan pengantar
- Ruang lainnya sesuai kebutuhan

63
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.1.2.2 Instalasi Rawat Jalan


Pelayanan di instalasi rawat jalan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2020
tentang Klasisfikasi Rumah Sakit meliputi pelayanan medis umum, pelayanan medis
spesialis dasar, pelayanan medis spesialis lain, pelayanan medis spesialis gigi mulut, dan
pelayanan spesialis penunjang medis. Poliklinik yang memberikan pelayanan-pelayanan
tersebut terdiri dari:
Tabel 4.2. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan Medis Umum
1. Umum
Pelayanan Medis Spesialis Dasar
2. Penyakit Dalam 4. Bedah Umum
3. Kesehatan Anak 5. Obstetri & Ginekologi
Pelayanan Medis Spesialis Lain
6. Mata 13. Orthopedi
7. Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) 14. Urologi
8. Syaraf 15. Bedah Syaraf
9. Jantung dan Pembuluh Darah 16. Gzi
10. Kulit dan Kelamin
11. Kedokteran Jiwa
12. Paru
Pelayanan Medis Spesialis Gigi Mulut
17. Gigi – umum 18. Gigi - spesialis
Pelayanan Medis Spesialis Penunjang Medis
19. Anestesi
20. Radiologi
21. Patologi Anatomi

Tindakan di rawat jalan disusun berdasarkan tindakan yang sering terjadi pada pelayanan
rawat jalan di rumah sakit lainnya, khususnya rumah sakit sejenis dengan memperhatikan
standar pelayanan medis yang ada. Seperti dijelaskan pada analisis pesaing, seluruh
rumah sakit sekitar memiliki jenis pelayanan rawat jalan yang rata-rata hamper sama.
Pelayanan tersebut menjadi inti dari pelayanan rawat jalan RSI NU Mayong. Penambahan
layanan lain mengikuti hasil kajian segmentation, targeting, dan positioning yang sejalan
dengan strategi rumah sakit.

4.1.2.3 Instalasi Rawat Inap


Pelayanan di instalasi rawat inap dikelompokan dalam pelayanan paket rawat inap dan
pelayanan tindakan diluar paket rawat inap. Pelayanan paket rawat inap adalah
 Ruang VVIP
 Ruang VIP
 Kelas 1
 Kelas 2
 Kelas 3
 Penunjang Rawat Inap

64
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Selain paket pelayanan akomodasi rawat inap, Instalasi ini juga melakukan tindakan medis
di ruangan rawat inap di luar, baik dilakukan oleh dokter, dokter spesialis, atau perawat.
Pelayanan tindakan di luar paket adalah:
Tabel 4.3 Pelayanan di Luar Paket
Jenis Pelayanan Fungsi Jenis Tindakan
Tindakan di ruangan Rawat Melakukan tindakan kepada pasien Asuhan Keperawatan
Inap rawat inap baik tindakan invasif Visite Dokter Spesialis
maupun non invasif yang dapat
dilakukan di ruang rawat maupun
ruang tindakan khusus dalam
lingkungan ruangan rawat inap

Tabel 4.4 Rencana Komposisi Jumlah TT RSI NU Mayong


Kategori Jumlah Tempat Tidur
Kelas VIP 10
Kelas 1 16
Kelas II 24
Kelas III 50
ICU/NICU/PICU 8
Total 108

Fasilitas ruang pelayanan rawat inap terdiri dari:


a) Fasilitas Ruang VIP
- 1 bedroom dan Meja Samping (side table)
- 1 Set Meja dan Sofa
- Credenza
- 1 unit Televisi Colour 20”
- Kamar Mandi & WC serta Aksesorisnya
- Air Cinditioning
- Lemari Pakaian

b) Fasilitas Ruang Kelas 1


- AC
- 1 Ruangan terdiri 2 bed
- 1 Kamar mandi dilengkapi dengan air panas dan dingin
- 2 buah bed side kabinet
- Over bed table
- 2 kursi penunggu
- 2 unit televise

c) Fasilitas Ruang Kelas 2


- AC
- 1 Ruangan terdiri 3-4 bed
- 1 Kamar mandi dilengkapi dengan air panas dan dingin
- 4 buah bed side kabinet
- Over bed table
- kursi penunggu

65
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

d) Fasilitas Ruang Kelas 3


- AC
- 1 Ruangan terdiri 4-6 bed
- 2 Kamar mandi dilengkapi dengan air panas dan dingin
- 6 buah bed side kabinet
- Over bed table
- kursi penunggu

4.1.2.4 Instalasi Penunjang


Sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dalam memberikan pelayanan umum, serta
mendukung terselenggaranya pelayanan unggulan, maka rumah sakit dilengkapi dengan
instalasi-instalasi penunjang yaitu:

Tabel 4.5.Fasilitas Penunjang Rumah Sakit


PENUNJANG KLINIK PENUNJANG NON KLINIK
- Radiologi - Linen (laundry)
- Farmasi - Jasa boga (kitchen)
- Laboratorium - Pemeliharaan alat & fasililitas
- Haemodialisis - Pengelolaan Limbah RS
- Rekam Medik - Gudang
- Rehabilitasi Medik / Fisioterapi - Ambulance
- Perawatan Intensif (icu/iccu) - Komunikasi
- Bank Darah (blood bank) - Pemulasaraan jenazah
- Sterilisasi Instrumen (CSSD) - Sistem Pemadam Kebakaran
- Instalasi Gas medik
- Instalasi Air bersih

Tabel 4.6.Fungsi Fasilitas Penunjang Rumah Sakit


Instalasi
Fungsi
Penunjang
Radiologi Melakukan pemeriksaan radiologi penunjang diagnostik umum dan
canggih
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang konsultasi
 Ruang operator
 Ruang processing (digital processing)
 Ruang ganti
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Laboratorium Melakukan pemeriksaan patologi klinik dan patologi anatomi hingga
batas tertentu untuk pasien umum dan lainnya
Melakukan layanan medical checkup terintegrasi
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang administrasi
 Ruang penyimpanan
 Ruang tunggu

66
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Instalasi
Fungsi
Penunjang
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Rehabilitasi Medik Melakukan upaya pengembalian fungsi tubuh semaksimal mungkin
kepada penderita sesudah kehilangan/berkurangnya fungsi dan
kemampuan yang meliputi , upaya pencegahan/penanggulangan,
pengembalian fungsi dan mental pasien
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang administrasi
 Ruang konsultasi
 Ruang tindakan
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Perawatan Intensif Merawat pasien yang membutuhkan pemantauan khusus dan intensif
terus menerus selama 24 jam atau lebih tanpa isolasi khusus
Merawat pasien yang membutuhkan pemantauan khusus dan intensif
terus menerus selama 24 jam atau lebih dengan batasan yang jelas
dengan ruangan maupun pasien lainnya.
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang administrasi
 Ruang pos perawat
 Ruang dokter
 Ruang alat kesehatan dan obat-obatan
 Ruang Linen dan alat kesehatan steril
 Ruang linen dan alat kesehatan non steril
 Ruang ganti
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Pemulasaraan Melakukan pemandian dan pengeringan jenazah setelah dimandikan
Jenazah hingga menyimpan sementara jenazah sebelum diambil oleh keluarga
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang administrasi
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Farmasi Melakukan kegiatan penyimpanan, penerimaan resep, peracikan, dan
pemberian resep obat maupun alat kesehatan yang menjadi tanggung
jawab instalasi farmasi
Gizi Melakukan persiapan, pengolahan, penyajian, hingga distribusi
makanan kepada pasien
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang administrasi
 Ruang konsultasi
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan
Laundry Melakukan koleksi linen, pencucian, dan pengeringan hingga
penyetrikaan dan melipat linen
Mendukung penyelenggaraan pelayanan dan kenyamanan petugas
dengan menyediakan:
 Ruang administrasi
 Ruang lainnya sesuai kebutuhan

67
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.1.3. Layanan Unggulan


Pelayanan unggulan RSI NU Mayong terdiri dari Pusat Kesehatan Ibu dan Anak, Trauma Center,
dan Pusat Kardiovaskular. Masing-masing layanan unggulan memiliiki karakter, target market, dan
model pengembangan yang berbeda. Pada kajian layanan unggulan akan diberikan garis besar sifat
layanan yang berhubungan dengan tindakan medis yang dapat dilakukan, peralatan yang
digunakan untuk mendukung aktivitas medis, serta tenaga medis yang diperlukan.
4.1.3.1 Pusat Kesehatan Ibu dan Anak
Layanan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak ditujukan kepada ibu hamil, yang akan bersalin, ibu
menyusui yang berada di Kecamatan Mayong maupun kawasan lain yang menginginkan
service excellence, serta pelayanan bagi kesehatan dan tumbuh-kembang anak. Layanan ini
bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehibilatif yang merefleksikan kunci unggulan: cepat,
ramah, dan safety. Untuk meraih pasar pada awal operasional, diperlukan tenaga-tenaga
medis yang memiliki reputasi baik serta terpercaya sebagai brand generatorRumah Sakit,
sehingga berdampak pada trust masyarakat untuk layanan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak.
Gambaran pelayanan dan tindakan kepada pasien yang diberikan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.7 Pelayanan Pusat Kesehatan Ibu dan Anak
Sifat Pelayanan Jenis Tindakan
Promotif Konsultasi
Preventif Pertolongan Persalinan Fisiologi
Kuratif Pertolongan Persalinan Patologis
Rehabilitatif Tindakan Resusitasi Pada Ibu dan atau Anak
Tindakan Ginekologis
Tindakan Obstetri Lain
Resusitasi Anak
Tindakan Akut Pada Anak
Promotif & Preventif Anak
Terapi Pada Kelainan Anak
Rehabilitasi Pasca Terapi (Termasuk Preventif Rehabilitation)
Pendampingan dan konsultasi masa kehamilan
Pendampingan dan konsultasi masa tumbuh kembang anak

Untuk melakukan tindakan seperti direncanakan di atas, ketersediaan peralatan penunjang


sangat penting. Peralatan yang digunakan dalam rangka tindakan medis antara lain:
Peralatan Pelayanan Women Center:
- Vakum Ekstraktor - Oxygen Set and Flow Meter
- Fetal Monitor / Cardiotocography (CTG) - Sterilisator
- Suction Pump - Refrigerator khusus obat
- Infusion Pump - Ultrasonography (USG) 2D / 4D
- Syringe Pump - Doppler
- Timbangan Bayi - Electrocauter
- Tensi Meter - Bedsite Monitor
- Inkubator Bayi - Endoskopi dengan Video Monitor

68
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

- Examination Lamp - Central Gas Oxygen

Peralatan Pelayanan Children Center


- Blue Light (Unit Fototerapi) - Electro Cardiography (ECG)
- Suction Pump - Defibrilator Anak/ Bayi
- Inkubator Bayi - Refrigerator (Cold Chain)
- Infusion Pump - Oxygen Set dan Flowmeter
- Syringe Pump - Infant Warmer
- Timbangan Anak dan Dewasa - UV Sterilizer
- Pengukur Panjang Badan Bayi - Bed Site Monitor
- Pengukur TInggi Badan Anak - Central Gas Oxygen
- Tensimeter dengan Manset Bayi dan Anak - Infant Ventilator
- Strerilisator - Ultrasonic Nebulizer

Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan rumah sakit. Sesuai dengan layanan unggulan Pusat Kesehatan Ibu dan
Anak, diperlukan tenaga medis yang memiliki reputasi baik untuk membentuk trust
masyarakat. Tenaga medis dan non medis yang diperlukan diantaranya:
• Spesialis Anak
• Spesialis Kandungan dan Kebidanan
• Perawat dan Bidan
• Nutritionists
• Psychiatrists
• Psikolog

4.1.3.2. Trauma Center


Layanan Trauma Center ditujukan kepada kejadian kecelakaan kerja yang berada di
kawasan industri sekitar Kecamatan Mayong, maupun kecelakaan harian disekitar RSI NU
Mayong. Layanan ini bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Seperti sosialisasi
keselamatan kerja dan keselamatan transportasi, pelayanan medis untuk korban
kecelakaan tersebut, penanganan resusitasi, hingga layanan penyembuhan pasca operasi.
RSI NU Mayong akan menjalin kerjasama dengan jejaring layanan medis lainnya seperti
klinik, puskesmas, dan rumah sakit lainnya agar menjadi rujukan untuk Trauma Center.
Kerjasama ini yang membuka peluang RSI NU Mayong mendapatkan pasar pada tahun
awal operasional. Gambaran pelayanan dan tindakan kepada pasien yang diberikan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8. Pelayanan Trauma Center
Sifat Pelayanan Jenis Tindakan
Promotif Konsultasi
Preventif Penanganan Akut Trauma (Resusitasi Cardio Pulmoner)
Kuratif Pengaturan Keseimbangan Air & Elektrolit
Rehabilitatif Penanganan Definitif Trauma

69
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Untuk melakukan tindakan seperti direncanakan di atas, ketersediaan peralatan penunjang


sangat penting. Peralatan yang digunakan dalam rangka tindakan medis antara lain:
- Mesin Anestesi - UV Sterilizer - Strerilisator
- Ceiling Lamp - Unit Endoskopi - Pulse Oxymeter
- Elektro Kauter - Bed Site Monitor - Central Gas Medic
- Ventilator - CO2 Analyzer - Tensimeter
- Defibrilator - Operating Microscope - Mobile Operating Lamp
- Laser Surgical Unit - USG - Autoclaf

Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan rumah sakit. Sesuai dengan rekomendasi hasil analisis SWOT tentang
aliansi profesi, diperlukan tenaga ahli medis yang menguasai kasus trauma yang secara full
time berada di rumah sakit. Tenaga medis dan non medis yang diperlukan diantaranya:
 Bedah ortopedi
 Bedah Saraf
 Bedah Umum
 Spesialis Bedah Lain (Urologi, THT, Mata, dll)
 Psychiatrists & psikolog
 Paramedis bersertifikasi BTLS & BCLS

4.1.3.3 Pusat Kardiovaskular


Layanan Unggulan Pusat Kardiovaskular ini bersifat promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Selain skema bisnis yang bersifat business to customer, Pusat Kardiovaskular
juga menjalin kerjasama business to business dengan provider asuransi. Target market
pasien jantung dari rumah sakit lain juga menjadi potensi untuk diraih melalui service
excellence. Pelayanan Pusat Kardiovaskular antara lain:
 Medical Check Up kardiovaskular
 Pemeriksaan Klinis kardiovaskular
 Rekaman aktivitas listrik Jantung (EKG)
 Ekokardiografi (pemeriksaan jantung menggunakan sistem Ultrasonografi / USG)
 Treadmill Test (Uji Latih Jantung Beban/ULJB). Melalui metode ULJB penyakit jantung
koroner atau gangguan irama jantung dapat diketahui lebih dini
 Holter dan Blood Pressure Monitoring, yaitu pemantauan irama jantung dengan
rekaman 24 jam
 Foto Rontgen Toraks
 Duplex Scanning / Dopler Vascular, adalah pemeriksaan ultrasonografi untuk
pencitraan pembuluh darah, yang tujuannya adalah untuk mendeteksi penyakit-penyakit
pembuluh darah arteri dan vena selain di jantung. Lokasi lainnya adalah dileher (arteri
karotis dan vetebralis) terutama pada penderita penyakit stroke, tungkai (pada penderita

70
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

penyakit kaki diabetes atau luka), pembuluh darah ginjal, aorta abdominal, pembuluh
darah balik (vena) kaki atau tangan(penyakit trombosis vena dalam atau super fisial)
 Rehabilitasi Medik Jantung (cardiac rehabilitation) adalah aktivitas yang dibutuhkan
pada pasien penyakit jantung untuk mencapai kondisi fisik, mental, dan sosial, yang
terbaik. Pelayanan mencakup kasus pasca operatif dan non-operatif
Untuk melakukan tindakan seperti direncanakan di atas, ketersediaan peralatan penunjang
sangat penting. Peralatan yang digunakan dalam rangka tindakan medis antara lain:
- ECG 6 Channel - Infusion Pump
- USG dengan Probe Jantung - Doppler Vascular
- Tensimeter - Bed Side Monitor
- Autoklaf - Defribilator
- Infusion Pump - Suction Pump
- Syringe Pump - Treadmill Set
- Bed Side Monitor - Oxygen Set dan Flowmeter
- Suction Pump - Echocardiograph
- Ventilator - Cath Lab

Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan pelayanan unggulan.Pusat Kardiovaskular. Hal yang paling berpengaruh
terhadap kemajuan Pusat Kardiovaskular adalah tenaga ahli medis. Investasi yang terpenting
untuk rumah sakit adalah investasi sumber daya manusia. Diperlukan manajemen pelatihan
dan manajemen tenaga ahli agar tenaga medis rumah sakit dapat memberikan service
excellence. Pusat Kardiovaskular membutuhkan kolaborasi dari:
 Cardiologists (Dokter spesialis jantung)
a. Cardiologist umum: cardiologist umum yang diberi skill untuk dapat melakukan
pemeriksaan menggunakan alat ecocardiograph
b. Intevention Cardiologist: cardiologist yang dibimbing untuk menguasai tindakan-
tindakan di cath lab
 Cardiac Surgeon (dokter bedah jantung / thoraks & kardiovaskular): Apabila terdapat
pasien yang tidak bisa sembuhkan menggunakan cath lab, dapat lanjut untuk tindakan
oleh cardiac surgeon
 Cardiologist Anak
 Vascular and interventional radiologists
 Perawat dengan keahlian dan sertifikasi bidang kardiologi
 Nutritionists
 Psikolog

Selain ketiga layanan unggulan di atas, alternatif pengembangan layanan unggulan RSI NU Mayong
adalah Pusat Kesehatan Paru dan Pernafasan (Respiratory Center).

71
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.1.1.4 Pengembangan Layanan Unggulan Pusat Kesehatan Paru dan Pernafasan


Rencana pengembangan layanan unggulan Pusat Kesehatan Paru dan Pernafasan akan
memberikan pelayanan kesehatan rujukan untuk masalah kesehatan pernapasan
(respiratori), seperti asma, alergi pernapasan, bronchitis, dan lainnya. Pasien yang dituju
merupakan pasien lokal di Kabupaten Jepara dan sekitarnya. Layanan ini bersifat promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Rencana pelayanan Pusat Kesehatan Paru dan
Pernafasan antara lain:
 Pemeriksaan klinis pulmunologi
 Bronkoskopi
 Spirometri
 Klinik berhenti merokok
 Klinik Asma dan Alergi Pernafasan
Untuk melakukan tindakan seperti direncanakan di atas, ketersediaan peralatan penunjang
sangat penting. Peralatan yang digunakan dalam rangka tindakan medis antara lain:
- ECG 6 Channel - Spirometri
- USG - Bronkoskop
- Tensimeter - X-Ray
- Treadmill Set - Oxygen Set dan Flowmeter
- Infusion Pump - Suction Pump
- Syringe Pump - Ventilator
- Bed Side Monitor - Oxygen Set dan Flowmeter
- Laringoskop

Perencanaan sumber daya manusia pada pelayanan unggulan ini merupakan salah satu
faktor keberhasilan pelayanan unggulan. Pusat Kesehatan Paru dan Pernafasan
membutuhkan kolaborasi dari:
 Pulmunologist (Spesialis paru dan kesehatan pernapasan)
 Sub Spesialis Bedah Thorax
 Interventional radiologists
 Perawat
 Nutritionists
 Psychiatrists
 Psikolog

72
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.2. Analisis Sarana-Prasarana


Rencana fisik bangunan (blockplan) rumah sakit pada dasarnya menjelaskan segala hal yang terkait
dengan upaya penetapan lokasi setiap unit pekerjaan dalam bentuk blok bangunan termasuk kebutuhan
penunjangnya. Oleh karena itu, dalam menyusun blockplan rumah sakit menjadi komposisi massa,
dilakukan pengelompokan (zoning) kegiatan-kegiatan tertentu yang fungsinya sejenis dan mempunyai
kedekatan yang maksimal sesuai dengan tingkat hubungan fungsionalnya. Pengelompokan kegiatan yang
optimal ini ditujukan untuk:
- Meminimalkan adanya arus lalu-lintas yang saling bertabrakan, saling menghambat diantara arus
kegiatan unit rumah sakit, baik yang sifatnya umum dan khusus.
- Untuk mencapai kemudahan hubungan atau sirkulasi, instalasi, keamanan dan kenyamanan.
Desain perencaan ini tidak terlepas dari tipe rumah sakit yang akan didirikan. Penentuan tipe rumah sakit
(A/B/C/D) dan pelayanan (umum/khusus) berpengaruh terhadap kebutuhan ruangan di rumah sakit yang
akan di dirikan. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa RSI NU Mayong akan menjadi Rumah
Sakit Tipe C, sehingga desain sarana prasarana juga menyesuaikan dengan standar dan ketentuan
regulasi untuk Rumah Sakit Tipe C.
4.2.1 Lokasi Proyek
Lokasi proyek pembangunan RSI NU Mayong terletak di Jalan Mayong-Jebol, RT. 01/RW 02,
Singorojo, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Total luas lahan project
adalah 4.272 m2.

Gambar 4.1 Lokasi Rencana Pembangunan RSI NU Mayong


Lahan tersebut tersebut memiliki batas-batas sebagai berikut:
 Utara : Jalan Datuk Gunardi
 Barat : Jalan Mayong – Jebol
 Selatan : Fasilitas Umu (Perumahan Mayong Raya Indah)
 Timur : Tanah kosong.
Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan potensial yang sangat baik jika dikembangkan. Jika
dilihat dari keberadaan lokasi peruntukan rumah sakit sangat berpotensi dan strategis untuk

73
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

dikembangkan, karena terletak tidak jauh dari pusat kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara yang
dapat meningkatkan kawasan tersebut menjadi lebih hidup dan memberikan fasilitas bagi masyarakat
setempat dan masyarakat luas akan kebutuhan kesehatan. Dilihat dari kondisi eksisting di sekitar
lokasi peruntukan rumah sakit bahwa penggunaan lahan sekitar sudah terbangun beberapa macam
aktivitas/kegiatan dalam bidang Industri perdagangan dan jasa, serta diperuntukkan sebagai
permukiman penduduk.
Hal lain yang menjadi pertimbangan pengembangan suatu lahan adalah aspirasi
masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap daya
serap dan daya tarik terhadap masyarakat, juga memperhatikan kemungkinan masalah-masalah
yang akan muncul dan berdampak negatif terhadap perkembangan penduduk di masa yang akan
datang, serta keberadaan lokasi objek tersebut khususnya. Akan tetapi yang perlu dicermati, bahwa
perencanaan diciptakan untuk menjadikan suatu kawasan menjadi lebih baik, berdaya guna dan
berhasil guna yang dapat dimanfaatkan bagi daerah setempat dan masyarakat luas pada umumnya

4.2.2 Rencana Zonasi


Konsep zonasi RSI NU Mayong iakan meliputi pendaerahan fungsi tapak, sirkulasi dan aksesibilitas,
orientasi dan tata letak massa. Dalam penentuan konsep perencanaan tapak ini mempertimbangkan
beberapa potensi dan kendala yang dimiliki tapak, regulasi tapak dan kawasan yang telah ditentukan
oleh Pemda setempat serta fungsi dan kegiatan dalam tapak.
Pengelompokan kegiatan di dalam tapak rumah sakit akan terbagi atas tingkat kebutuhan aktifitas
yang berkaitan dengan privasi masing-masing bangunan dan ruang terhadap kegiatan di dalam
maupun di luar tapak. Pengelompokan kegiatan tersebut akan dibagi menjadi beberapa area
kelompok kegiatan sebagai berikut :
a. Zona Publik
Area yang mewadahi kegiatan dalam tapak yang mempunyai tingkat intensitas kegiatan/interaksi
dengan pihak luar relatif tinggi. Kelompok kegiatan publik ini meliputi :
 Instalasi Gawat Darurat
 Instalasi Rawat Jalan dan general check-up
 Diagnostic Center
 Fasilitas Umum
 Farmasi/Apotek
 Administrasi
b. Zona Privat
Merupakan area yang mewadahi kegiatan intern dalam tapak dengan tingkat intensitas
kegiatan/interkasi yang terbatas terhadap pihak luar. Kelompok kegiatan ini meliputi :
 Instalasi Bedah Sentral
 Kebidanan dan Anak (Instalasi Maternal – Perinatal)
 Unit Pelayanan Khusus (Jantung, Pembuluh Darah dan lain-lain)
 Instalasi Rawat Inap&Instalasi Perawatan Intensif
c. Zona Servis
Merupakan area yang mewadahi kegiatan pelayanan terhadap area publik maupun privat.
Kelompok kegiatan ini meliputi :
 Instalasi Gizi/Dapur

74
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

 Instalasi Linen/Laundry
 Instalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS)
 Workshop/Gudang
 Instalasi Farmasi
 Mortuary/ Kamar jenazah
 Instalasi gas medis
d. Zona Penunjang
Merupakan area penunjang terhadap kegiatan rumah sakit serta yang dapat menjembatani
interaksi sosial antara kegiatan di dalam tapak dengan lingkungan di sekitar tapak. Kelompok
kegiatan ini meliputi :
 Ruang serbaguna/ Auditorium
 Tempat peribadatan (Musholla)

4.2.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas


Akses menuju tapak RSI NU Mayong dapat dijangkau dari jalan Mayong-Jebol. Pintu masuk utama
berada pada Jl. Mayong-Jebol yang merupakan jalur yang cukup ramai dengan mempertimbangkan
beberapa faktor seperti posisi RS, posisi ambulan dan IGD, kemudahan, keamanan dan kenyamanan
pencapaian bagi pengguna.
Sirkulasi yang direncanakan dalam tapak dibuat pintu masuk/ entrance dan pintu keluar (exit) menjadi
yang memiliki satu pintu masuk dan satu pintu keluar

4.2.4 Kebutuhan Luas Lantai


Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit umum (non pendidikan) saat ini disarankan 80 m 2 sampai
dengan 110 m2 setiap tempat tidur (Kementerian Kesehatan, 2012).Untuk rencana RSI NU Mayong
sebagai RS Tipe C dengan 100 – 120 Tempat Tidur (TT), serta layanan unggulan Kesehatan Ibu dan
Anak, Trauma Center, dan Pusat Kardiovaskular, estimasi kebutuhan luas lantai adalah 85 m2 per
Tempat Tidur untuk mengakomodasi Pelayanan Penunjang dan Fasilitas yang dibutuhkan.
Asumsi yang digunakan, kebutuhan luas lantai per Tempat Tidur adalah 85 m2. Dengan rencana total
± 108 bed rawat inap maka kebutuhan luas lantai RSI NU Mayong adalah ± 8.967 m2.

4.2.5 Kebutuhan Ruang dan Tempat Tidur


a) Instalasi Gawat Darurat
 Ruang Triase
 Ruang Resusitasi
 Ruang Tindakan
 Ruang Isolasi– Negative Pressure Room
 Ruang Observasi

b) Poliklinik Rawat Jalan


1) Pelayanan Spesialis Dasar
 Klinik Penyakit Dalam
 Klinik Bedah

75
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

 Klinik Anak
 Klinik Kebidanan dan Kandungan
2) Pelayanan Gigi-Mulut
 Klinik Gigi (Umum)
 Klinik Gigi – Spesialis
3) Pelayanan Spesialis
 Klinik Mata
 Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)
 Klinik Jantung dan Pembuluh Darah
 Klinik Paru
 Klinik Orthopedi
 Klinik Kulit dan Kelamin
 Klinik Syaraf
 Klinik Bedah Syaraf
 Klinik Rehabilitasi Medik
 Klinik Gizi
 Klinik Kesehatan Jiwa
 Klinik Urologi

4) Medical Check Up
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Gigi-Mulut
 Pemeriksaan Mata
 Pemeriksaan Spirometri
 Pemeriksaan Audiometri
 Ruang Treadmill & EKG
 Ruang Sampling
 Ruang Tunggu

c) Rawat Inap
1) Rawat Inap VIP
2) Rawat Inap Kelas I
3) Rawat Inap Kelas II
4) Rawat Inap Kelas III
5) Rawat Intensif

d) Kamar Operasi (Bedah Sentral)


e) Kebidanan & Persalinan (VK)
f) Penunjang Medis
1) Radiologi/ Pencitraan
 X-Ray
 CT Scan
 USG (2D & 4D)
 Dental X-Ray & Panoramic
2) Laboratorium
 Patologi Klinik
 Bank Darah

76
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

3) CSSD
4) Endoskopi
5) Rehabilitasi Medik
6) Depo Farmasi
7) Apotik

g) Penunjang non Medis


1) Rekam Medik
2) Kitchen/ Gizi
3) Laundry
4) Kamar Jenazah

h) Lain-lain
1) Lobi &Office (admin, kasir, BPJS dll)
2) Aula
3) Komersial area
4) Parking area
5) Pengelolaan Limbah
6) Gardu Listrik & Genset
7) Rumah Ibadah
8) Gudang & Workshop

4.2.6 Kebutuhan Peralatan Medis


RSI NU Mayong akan dilengkapi dengan peralatan medik dan penunjang medik yang lengkap berupa
peralatan, antara lain :
 Tempat tidur pasien
 Cardiology Equipment
 O & G Surgery & Other Equipment
 Urology equipment
 Pediatric Equipment (including incubator)
 Pulmonology instruments
 Anasthesi equipment
 Gastroenterology equipment
 Surgery equipment
 Rehab medic equipment
 Pharmacy equipment
 Laboratory equipment
 Ear, Norse and Throat (ENT) Equipment
 Neurosurgery Equipment
 Orthopedic Surgery Equipment
 Ultrasonography (USG)
 Diagnostic imaging equipment (CT-Scan)
 Cath-Lab
 Dan sebagainya.

77
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.2.7 Peralatan Penunjang Non Medik


Selain peralatan medik dan penunjang medik, peralatan non medik juga memegang peranan penting
dalam menunjang kegiatan rumah sakit. Peralatan non medik yang direncanakan di RSI NU Mayong
antara lain :
- Peralatan dapur, seperti dispenser, berbagai meja, peralatan masak, troli, dan storage.
- Peralatan laundry, seperti washer extractor, drying tumbler, roll iron, dan lain-lain.
- Perlengkapan housekeeping, seperti alat-alat pembersih ruangan dan lain-lain.

4.2.8 Peralatan Penunjang Lainnya


 Energi Listrik
Untuk melaksanakan kegiatannya RSI NU Mayong direncanakan memiliki kapasitas listrik cukup
untuk operasional rumah sakit. Untuk mengatasi keadaan apabila terjadi pemadaman/pemutusan
aliran listrik dari pihak PLN pihak rumah sakit telah mempersiapkan Genset (generator set).
 Jaringan Komunikasi
Sarana komunikasi rencananya akan diperoleh dari PT Telkom dengan beberapa saluran telepon
serta beberapa saluran facsimile. Untuk komunikasi internal antara pasien dengan perawat
digunakan peralatan nurse call yang dapat menjangkau seluruh ruang perawatan.
 Jaringan Transportasi
Untuk mendukung transportasi pasien rujukan, RSI NU Mayong menyediakan kendaraan
ambulance lengkap dengan sarana dan prasarananya.
 Sarana Pembayaran
Untuk mendukung dan mempermudah pembayaran para pasien maupun keluarga pasien RSI NU
Mayong, akan menyediakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan kantor perbankan dari berbagai
Bank, baik Bank Swasta maupun Bank Pemerintah.
 Transportasi Vertikal
Terdapat beberapa lift untuk pasien dan pengunjung.
 Peralatan Pemadam Kebakaran
Alat pemadam kebakaran yang dimiliki oleh RSI NU Mayong akan dipasang sesuai dengan
ketentuan teknis bangunan.
 Tata Udara
Menggunakan kombinasi AC Sentral dan AC Split. Selain itu, untuk mencegah dan mengedalikan
penyakit menular juga dilakukan pengoptimalan sirkulasi udara dan sinar matahari yang masuk
area publik, kamar rawat inap non-infeksius, dan area kerja karyawan rumah sakit, serta
penggunaan hepa-filter / tekanan negative pada ruang rawat isolasi.
 Pengelolaan Limbah Cair
Menggunakan sistem pengelolaan air limbah (IPAL).
 Penunjang Lainnya
RSI NU Mayong juga dilengkapi sarana penunjang tujuan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan
pasien maupun keluarga pasien antara lain:
- Kelompok Retail.
- Food Court

78
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4.2.9 Visualisasi Pengembangan Gedung

Gambar 4.2 Gambar Tampak RSI NU Mayong

Gambar 4,3 Gambar Perspektif 1 RSI NU Mayong

79
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 4.4 Gambar Perspektif 2 RSI NU Mayong

Gambar 4.5 Gambar Perspektif 3 RSI NU Mayong

80
Feasibility Study – Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 4.6 Denah Site Plan RSI NU Mayong

81
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB V
ANALISIS MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA MANUSIA

5.1. Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia


Rumah Sakit adalah organisasi yang kompleks dan membutuhkan perencanaan detail, hal ini perlu
dilakukan untuk memperoleh manajemen yang efektif dan operasional rumah sakit yang efisien. Oleh
karena itu disarankan pimpinan/pengelola rumah sakit melengkapi organisasinya sekurang-kurangnya
dengan posisi-posisi yang mendukung terlaksananya aspek-aspek manajemen di atas agar terbentuk
sebuah budaya organisasi yang efektif. Budaya organisasi dibentuk, dikembangkan dan dipertahankan
atau dihapus oleh manajemen puncak dan struktur hierarki dibawahnya. Keberhasilan membentuk
budaya organisasi yang menunjang tercapainya visi ditentukan oleh kemampuan kepemimpinan
(leadership dan entrepreneurship) dan mengelola serta memimpin perubahan (change manager –
agent, change management). Ini juga harus dibangun bersamaan dengan pembangunan fisik serta
pembangunan sumber daya manusia.

5.1.1. Struktur Organisasi


Sebuah organisasi akan dapat berjalan efisien dan efektif apabila dikelola dengan sebaik-
baiknya, para pengelola organisasi dipandang sebagai satu kelompok utuh disebut manajemen,
Manajemen tidaklah melakukan sendiri strategi - strategi yang telah mereka tetapkan untuk
mencapai tujuan organisasi, melainkan melalui orang-orang lain yang digerakkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Manajemen dalam sebuah organisasi mempunyai jenjang yang berbeda-beda. Perbedaan
jenjang menunjukkan perbedaan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 77 tahun 2015, tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit pada pasal 6 menyebutkan bahwa Organisasi Rumah Sakit paling
sedikit terdiri atas : Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, Unsur Pelayanan Medis,
Unsur Keperawatan, Unsur Penunjang Medis, Unsur administrasi umum dan keuangan, Komite
medis dan Satuan Pemeriksaan Internal.
Yang di maksud dengan organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang di bangun oleh
suatu elemen perusahaan atau dari rumah sakit tersebut yang memiliki tingkatan-tingkatan dan
juga memiliki tugas masing-masing dan mereka saling membutuhkan satu sama lain. organisasi
tersebut berdiri di bawah naungan perusahaan swasta yang memiliki rumah sakit tersebut
Sebagai ilustrasi dapat dilihat usulan struktur organisasi RSI NU Mayong seperti dibawah ini :

Feasibility Study 82
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Gambar 5.1 Usulan Struktur Organisasi RSI NU Mayong


Secara lebih detail, perencanaan SDM rumah sakit baru baik untuk SDM medis maupun non
medis termasuk strategi recruitment-retain-release dari setiap kebutuhan SDM tersebut perlu
dibuat dalam penyusunan Master Plan.

5.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab


1. Direktur Rumah Sakit
Direktur Rumah Sakit mempunyai Tugas Pokok: Membantu dalam pengelolaan Rumah Sakit
dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai berikut ;

- Perumusan kebijakan rumah sakit.


- Penyusunan Rencana Strategik Rumah Sakit.
- Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang kesehatan

2. Keuangan
Dalam menjalankan kegiatan sehari hari bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit
dalam menjalankan jabatannya dengan para bawahannya bertugas sebagai berikut:

 Menyusun rencana dan program kerja sub bagian keuangan dan penyusunan program
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
 Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidangnya;
 Memberi petunjuk kepada bawahan dalam melaksanakan tugas agar terjalin kerja sama
yang baik;
 Menyeleksi pelaksanaan tugas bawahan agar hasil yang di capai sesuai dengan sasaran
yang telah di tetapkan;
 Menilai prestasi kerja bawahan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan karir;
 Mengumpulkan dan mempelajari serta menelaah peraturan dan perundang-undangan di
bidang keuangan;

Feasibility Study 83
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

 Mengumpulkan bahan penyusunan saran strategis dan alternatif bidang perencanaan


keuangan dan menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja rutin/pembangunan
sesuai dengan rencana dan program kerja sebagai bahan masukan atasan;
 Mengkoordinasikan program dan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, pengeluaran,
pertangungjawaban dan pembukuan keuangan;
 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran rutin/pembangunan berdasarkan data
dan informasi keuangan di lingkungan Rumah Sakit.
 Melaksanakan bimbingan dan pembinaan bendaharawan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
 Mengkordinasikan pelaksanaan penyelesaian pertanggung jawaban perbendaharaan
termasuk pembayaran dan pelaporan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
 Menyusun laporan pelaksanaan anggaran rutin dan pembangunan berdasarkan data
dan informasi sebagai pertanggung jawaban ;
 Pengkoordinasian dan sinkronisasi laporan keuangan dari sumber dana dan sumber dana
lainnya di lingkungan Rumah Sakit;
 Memberi layanan teknis di bidang keuangan diantaranya adalah Membuat konsep
pedoman dan petunjuk teknis serta Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh
Pimpinan

3. Keperawatan
Keperawatan dalam menjalankan kegiatan sehari hari bertanggung jawab penuh kepada
Direktur Rumah Sakit dalam menjalankan jabatannya dengan para bawahannya bertugas
sebagai berikut :

o Merencanakan dan menetapkan kebijakan/tata tertib pelayanan keperawatan sesuai


dengan kebijakan Direktur;
o Menyusun falsafah keperawatan yang disesuaikan dengan falsafah rumah sakit;
o Merencanakan usulan kebutuhan tenaga keperawatan dan pembinaan serta
pengembangan karier tenaga keperawatan melalui pendidikan/latihan berjenjang
dengan institusi lain untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mutu
asuhan keperawatan;
o Menyusun usulan kebutuhan sarana, prasarana dan logistik unit perawatan;
o Memberikan bimbingan kepada tenaga keperawatan yang ada di bawah bidang
keperawatan untuk melaksanakan program kesehatan terpadu di Rumah Sakit;
o Melaksanakan program orientasi bagi tenaga baru yang akan bekerja di Rumah Sakit;
o Mengadakan rapat koordinasi dengan sub bidang dalam bidang keperawatan, kepala
instalasi, kepala ruangan rawat secara berkala atau sewaktu-waktu bila diperlukan;
o Mengumpulkan, mengelola serta menganalisa data tentang prosedur asuhan
keperawatan, ketenagaan dan peralatan untuk pengembangan pelayanan keperawatan;
o Membuat laporan secara berkala tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
keperawatan, upaya perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan yang telah
dilakukan untuk disampaikan kepada Direktur.
o Mengadakan kerjasama yang baik dengan institusi pendidikan keperawatan dan
kebidanan untuk menunjang kelancaran program pendidikan, dimana Rumah Sakit
sebagai lahan praktek;
o Mengendalikan pelaksanaan kebijakan, tata tertib dan peraturan pelayanan
keperawatan yang berlaku, pendayagunaan tenaga dan peralatan keperawatan secara

Feasibility Study 84
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

berkala ke ruang perawatan agar tujuan asuhan keperawatan yang ingin dicapai tetap
terjamin.
o Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Pimpinan.
o Melaksanakan kegiatan di bidang perencanaan pelayanan, melaksanakan Pengendalian
pelayanan keperawatan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan
keperawatan
o Menyiapkan usulan pengembangan/ pembinaan mutu asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan pelayanan;
o Menyiapkan program upaya peningkatan mutu asuhan Keperawatan, koordinasi dengan
tim keperawatan/komite keperawatan rumah sakit;
o Berperan serta menyusun SOP pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan dan memberikan bimbingan dalam pembinaan asuhan keperawatan sesuai
standar;
o Memberikan bimbingan pendokumentasian asuhan keperawatan dan melaksanakan
evaluasi secara berkala dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi
pelayanan keperawatan di rumah sakit;
o Menyiapkan usulan penetapan/distribusi tenaga keperawatan sesuai kebutuhan
pelayanan.
o Merencanakan pengembangan staf sesuai kebutuhan pelayanan, koordinasi dengan
Kepala Instalasi serta mengumpulkan berkas kepegawaian tenaga keperawatan
o Menghadiri rapat pertemuan berkala dengan Kepala Bidang Perawatan, Kepala
Instalasi, Kepala Ruangan terkait untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan
keperawatan;
o Memberikan saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan pada atasan dan
mewakili tugas dan wewenang Kepala Bidang Keperawatan atas persetujuan Direktur
sesuai dengan kebutuhan;
o Menjelaskan kebijakan rumah sakit kepada Staf Keperawatan Berkoordinasi dengan
Kepala Ruangan /Kepala Instalasi;
o Mengawasi kegiatan tenaga keperawatan di seluruh unit pelayanan keperawatan.
o Menyiapkan rencana kebutuhan peralatan perawatan baik jumlah maupun kualitas alat
serta pendistribusian peralatan keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan;
o Menyusun Protap/SOP pendayagunaan dan pemeliharaan peralatan berdasarkan
kebijakan rumah sakit;
o Menganalisa dan mengkaji usulan kebutuhan peralatan dan Kepala ruangan /Kepala
Instalasi.
o Sebagai Koordinator Supervisor jaga.
o Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

4. Operasional Dan Medis


Bagian Medis dalam menjalankan kegiatan sehari hari bertanggung jawab penuh kepada
Direktur Rumah Sakit dalam menjalankan jabatannya dengan para bawahannya bertugas
sebagai berikut :

 Menyelenggarakan pencatatan data medik sesuai dengan ketentuan dan prosedur (SOP) di
bidang Rekam Medik
 Melakukan penerbitan laporan rumah sakit, dokumen dan informasi untuk kepentingan
pasien, keluarga maupun pihak berwajib
 Melaksanakan ketentuan penerimaan dan pelepasan pasien rawat inap dan rawat jalan.

Feasibility Study 85
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

 Melakukan pencatatan dan penyimpanan data medic secara tertib administrasi.


 Menyusun system dan prosedur permintaan dan penggunaan data dari urusan pencatatan
medic
 Memberikan laporan medik per bagian (Rawat Inap, Rawat Jalan, dan Sarana Penunjang
Umum) secara berkala (setiap minggunya), dengan akurat dan tepat waktu kepada Kepala
Bagian Medik
 Memberikan bantuan jasa informasi medik Rumah Sakit
 Menyiapkan semua kebutuhan dan perangkat yang diperlukan untuk menunjang kelancaran
kerja urusan pencatatan medik
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan di urusan pencatatan data medic
sebagai usulan kepada Kepala Bagian Medik.
 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SDM di bidang keperawatan, medik.
 Meningkatkan pendapatan dan pengendalian biaya di Rumah Sakit, dengan melaksanakan
program-program Rumah Sakit.
 Bertanggung jawab dalam pembuatan SOP dan sistem yang akan menggerakan semua
bagian medis di Rumah Sakit dibantu oleh Kepala Bagian administrasi dan pengembangan.
 Memiliki wewenang penuh dalam mengendalikan, memerintah dan mengkoordinir divisi-
divisi yang menjadi bawahannya, agar bekerja sesuai aturan dan SOP yang ada.
 Bertanggung jawab terhadap kualitas produk dan pelayanan baik terhadap Kepala Bagia
pelayanan maupun terhadap konsumen langsung.
 Bertanggung jawab terhadap kinerja, hasil kerja dan kualitas kerja yang menjadi
bawahannya.
 Melakukan fungsi pengawasan (supervise) terhadap system, kebijakan dan SOP yang ada
pada wilayah kerjanya sehingga dapat tetap berjalan dengan baik atau melakukan
perombakan dan perubahan (fungsi inovasi) jika kebijakan, SOP sistem yang ada sudah
tidak berfungsi maksimal melalui rapat direksi.
 Membuat laporan secara periodik.

5.1.3 Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)


Penyatuan dan pengkoordinasian sumber daya manusia dalam rumah sakit membutuhkan
sumber daya manusia dengan kemampuan dan penguasaan mencakup aspek manajemen,
aspek hukum, serta budaya organisasi. Kekomprehensifan aspek sumber daya manusia ini perlu
dikaji dan dikembangkan bersamaan dengan pembangunan fisik rumah sakit.
Berdasarkan kerangka pikir mengenai kelayakan medik/epidemiologis proyek pendirian RSI NU
Mayong, maka kebutuhan SDM dapat diutarakan dalam beberapa bagian sebagai berikut :
1) Kebutuhan SDM bagi pelayanan umum di rumah sakit .
2) Kebutuhan SDM bagi pelayanan unggulan rumah sakit sesuai dengan yang direncanakan.
Walaupun nantinya dengan lebih detail perencanaan SDM rumah sakit baru baik untuk SDM
medis maupun non medis termasuk strategi rekruitmen-retain-release dari setiap kebutuhan SDM
tersebut dibuat dalam penyusunan Master Plan, berikut adalah gambaran rincian keahlian yang
dibutuhkan sesuai rencana pengembangan pelayanan :
- Sumber daya manusia dengan latar belakang medis

Feasibility Study 86
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

1. Pelayanan Umum, membutuhkan :


a. Dokter Umum, terutama dengan keahlian kedaruratan medik.
b. Dokter Spesialis
1) Penyakit Dalam
2) Kesehatan Anak
3) Bedah
4) Obstetri dan Ginekologi
5) Jantung dan Pembuluh Darah
6) Bedah Syaraf
7) Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
8) Bedah Ortopedi
9) Kesehatan Jiwa
10) Syaraf
11) Mata
12) Kulit dan Kelamin
13) Paru
14) Rehabilitasi Medik
15) Radiologi
16) Patologi Klinik/Patologi Anatomi
c. Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis
d. Perawat, terutama dengan keahlian kedaruratan medik
e. Analis kesehatan sesuai kebutuhan

2. Pelayanan Unggulan :
a. Pusat Kesehatan Ibu dan Anak, membutuhkan :
- Dokter Spesialis dengan salah satu atau lebih keahlian : Dokter Spesialis Anak,
Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi, Dokter Spesialis Bedah Anak, Dokter
Spesialis Dermatologi, Dokter Spesialis Bedah Plastik Kecantikan, Dokter Spesialis
Gigi Anak
- Nurse practitioners
- Bidan
- Nutritionist
b. Trauma Center, membutuhkan :
- Dokter Spesialis dengan salah satu atau lebih keahlian : Dokter Spesialis Bedah
ortopedi, dokter spesialis bedah syaraf, dokter spesialis bedah thoraks, dan
berbagai spesialisasi bedah lain (THT, mata, urologi, dll)
- Dokter spesialis rehabilitasi medik
- Nurse practitioners
- Psychiatrists
- Psikolog

c. Pusat Kardiovaskular, membutuhkan


- Dokter Spesialis dengan salah satu atau lebih keahlian : dokter spesialis Jantung
dan pembuluh darah (cardiologist), (baik cardiologist umum maupun intervention

Feasibility Study 87
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

cardiologist), dokter spesialis bedah jantung, dokter spesialis jantung anak, dokter
spesialis radiologi intervensi, dll)
- Nurse practicioners
- Psychiatrists

3. Sumber daya manusia dengan latar belakang non medis, dengan latar belakang :
a. Manajemen Administrasi dan Keuangan
b. Teknik, terutama dengan keahlian pada medical engineer
c. Umum, untuk aktifitas yang tidak membutuhkan keahlian tertentu.

Tabel 5.1. Tahapan Jumlah Tenaga Medis


No Posisi 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
1 Dokter Umum Fulltime 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
2 Dokter Gigi Umum Fulltime 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Dokter Spesialis Full time
- Penyakit Dalam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Bedah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Kebidanan & Kandungan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Anak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Anaestesi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Radiologi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
- Patologi Klinik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TOTAL 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

Tabel 5.2. Tahapan Total Jumlah SDM Rumah Sakit


No Posisi 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
1 Direksi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Pelayanan dan Penunjang 68 68 68 69 69 69 69 69 69 69
Medis
3 Keperawatan 103 108 113 119 122 132 135 139 144 150
4 Keuangan & Akuntansi 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
5 Pemasaran & Humas 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 HR & GA 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
7 Penunjang Operasional 55 55 57 57 59 59 59 59 59 59
(Security, kebersihan, teknisi,
dll)
TOTAL 263 268 275 282 287 297 300 304 309 315

Feasibility Study 88
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 5.3. Rencana Kebutuhan SDM RSI NU Mayong Tahap Awal


No Posisi Jumlah Personil
1 Direktur 1
2 Sekretaris Direktur 1
3 Manajer Pelayanan Medis & Penunjang Medis 1
4 Manajer Keperawatan 1
5 Manajer HR & GA 1
6 Manajer Pemasaran & Humas 1
7 Manajer Keuangan & Akuntansi 1
Pelayanan dan Penunjang Medis
8 Koordinator Dokter 1
9 Dokter Umum Fulltime 8
10 Dokter Gigi Umum Fulltime 2
11 Dokter Spesialis Full time
Penyakit Dalam 1
Bedah 1
Kebidanan & Kandungan 1
Anak 1
Anaestesi 1
Radiologi 1
Patologi Klinik 1
12 Koordinator Mutu 1
13 Koordinator Radiologi 1
14 Radiografer 4
15 Koordinator Laboratorium 1
16 Analis 6
21 Koordinator Gizi / Ahli Gizi 1
22 Pelaksana Gizi 2
23 Koordinator Rekam Medik 1
24 Pelaksana Rekam Medik 4
25 Koordinator Fisioterapi 1
26 Terapist 3
27 Koordinator Pemulasaraan Jenazah 1
28 Pelaksana 2
29 Koordinator Farmasi 1
30 Apoteker 4
31 Asisten Apoteker 8
32 Kamar Obat 1
33 Penerimaan & Distribusi 1
Keperawatan
34 Koordinator IPCN 1
35 Koordinator IGD 1
36 Perawat IGD 4
37 Koordinator Poliklinik 1
38 Perawat Poliklinik 9
39 Koordinator Kamar Bedah 1
40 Perawat Kamar Bedah 11
41 Koordinator Kamar VIP 1
42 Perawat 5
43 Koordinator Kelas I 1

Feasibility Study 89
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

No Posisi Jumlah Personil


44 Perawat 3
45 Koordinator Kelas II 1
46 Perawat 7
47 Koordinator Kelas III 1
48 Perawat 32
49 Koordinator Perawat ICU/ICCU 1
50 Perawat Kls ICU/ICCU 8
51 Koordinator Kebidanan 1
52 Perawat Kamar Kebidanan 4
53 Koordinator Perinatologi 1
54 Perawat Perinatologi 5
55 Perawat MCU 3
Marketing & Humas
56 Koordinator Humas / Customer Care 1
57 Koordinator Pemasaran 1
Accounting & Finance
60 Koordinator Accounting 1
61 Staf Accounting - Pembukuan 1
62 Staf Accounting - Pajak 1
63 Staf Verifikasi 1
64 Koordinator Kasir & Admission 1
65 Kasir - Rawat Jalan 5
66 Kasir - Rawat Inap 5
67 Koordinator Finance 1
68 Staf Penerimaan 1
69 Staf Pengeluaran 1
70 Staf BPJS & Klaim 1
HR
71 Koordinator SDM & Remunerasi 1
72 Staf Legal & Ind. Relation 1
GA
73 Koordinator GA 1
74 Staf Pemeliharaan Medis 1
75 Staf K3RS & Kesehatan Lingkungan 1
76 Staf Procurement 1
77 Staf Logistik 1
IT
78 Koordinator IT 1
79 Staf IT 1
Total 208
Penunjang Operasional
80 Kepala Unit Security 1
81 Pelaksana Security 16
82 Kepala Unit Teknisi 1
83 Driver - Operasional 4
84 Driver - Ambulance 2
86 Pengendalian Hama 2
87 Kurir & Office Boy 2
88 Cleaning Service 18

Feasibility Study 90
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

No Posisi Jumlah Personil


89 Staff Teknisi 4
Total 55
TOTAL KARYAWAN 263

Rincian dari perencanaan tahapan jumlah SDM pertahun dalam jangka panjang ini akan di
detailkan lebih lanjut dalam lampiran.

5.2. Aspek Hukum dan Legalitas


5.2.1. Hukum
Dengan berlakunya Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan UU
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. maka persyaratan pendirian rumah sakit menjadi
lebih rinci dan ketat. Disebutkan dalam UU No 44 Tahun 2009 Pasal 7 bahwa rumah sakit
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
keselamatan dan peralatan. Kemudian dalam pasal 17 dinyatakan bahwa rumah sakit yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak
diperpanjang izin operasional rumah sakit.
Secara garis besar, proses perijinan mendirikan rumah sakit dapat dilihat melalui diagram alir
berikut :

Gambar 5.2. Alur proses pendirian rumah sakit


Menurut UU No. 44 Tahun 2009 Pasal 25, disebutkan bahwa setiap penyelenggara rumah sakit
wajib memiliki ijin. Dari sudut pemenuhan persyaratan seperti diisyaratkan dalam undang-
undang, kesulitan untuk mendapatkan ijin rumah sakit umum tidak terlalu besar.
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2020, izin
rumah sakit meliputi:

a. Izin Mendirikan Rumah Sakit


merupakan izin yang diajukan oleh pemilik Rumah Sakit untuk mendirikan bangunan
atau mengubah fungsi bangunan yang telah ada menjadi Rumah Sakit. Izin Mendirikan
untuk Rumah Sakit kelas C diberikan oleh Kepala Daerah setempat setelah
mendapatkan notifikasi dari Kepala Dinas Kesehatan setempat. Izin mendirikan berlaku
selama Rumah Sakit memberikan pelayanan kesehatan.

Feasibility Study 91
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

b. Izin Operasional Rumah Sakit


merupakan izin yang diajukan oleh pimpinan Rumah Sakit untuk melakukan kegiatan
pelayanan kesehatan termasuk penetapan kelas Rumah Sakit dengan memenuhi
persyaratan dan/atau komitmen. Izin Operasional berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan dan klasifikasi Rumah Sakit.

Pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memperhatikan ketentuan tentang
perizinan saja. Akan tetapi juga ketentuan lain yang terkait dengan rumah sakit juga harus
diperhatikan dan ditaati.

Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dan ditaati beberapa hal
tersebut, diantaranya sebagai berikut :

 Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RumahSakit
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik;
 Peraturan Menteri Kesehatan No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2020.
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit

5.2.2 Hospital Bylaws dan Medical Staff Bylaws


Rumah sakit merupakan sebuah institusi yang padat modal, padat teknologi dan padat
tenaga. Sebagai sebuah lembaga, pengelolaan rumah sakit tidak bisa semata-mata sebagai
unit sosial saja. Rumah sakit perlu dipandang sebagai sebuah unit sosio-ekonomi yang
memiliki tanggung jawab sosial tetapi dalam pengelolaan keuangannya menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi. Perubahan rumah sakit dari unit sosial menjadi unit sosio-ekonomi
berdampak semakin kompleksnya rumah sakit dan potensial menimbulkan konflik apabila
hubungan antara pemilik, pengelola dan staf medis tidak diatur dengan baik. Oleh karena
itu, rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal yang mengatur hubungan ketiga unsur
tersebut yang disebut peraturan internal rumah sakit.
Dalam pendirian rumah sakit baru, demi meningkatkan kesadaran hukum serta kepekaan
terhadap tuntutan secara hukum yang sering terjadi akhir-akhir ini maka peraturan internal
rumah sakit tersebut menjadi acuan yang penting bagi rumah sakit. Dasar hukum
penyusunan peraturan internal ini adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By
Laws). Dalam pedoman tersebut diuraikan bahwa Hospital By Laws terdiri dari Corporate
By Laws dan Medical Staff By Laws. Fungsi Peraturan Internal Rumah Sakit yaitu :

Feasibility Study 92
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

1) Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah
sakitnya.
2) Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan menyusun
kebijakan yang bersifat teknis operasional.
3) Sarana untuk menjamin efektivitas, efisiensi, dan mutu.
4) Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.
5) Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik antara
pemilik, direktur rumah sakit dan staf medis.
6) Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.

5.3. Aspek Lain


Selain aspek manajemen dan aspek hukum, perlu dipertimbangkan juga aspek lainnya seperti:
1) Budaya organisasi
Budaya organisasi dibentuk, dikembangkan dan dipertahankan atau dihapus oleh manajemen
puncak dan struktur hierarki dibawahnya. Keberhasilan membentuk budaya organisasi yang
menunjang tercapainya visi ditentukan oleh kemampuan kepemimpinan (leadership dan
entrepreneurship) dan mengelola serta memimpin perubahan (change manager – agent, change
management). Ini juga harus dibangun bersamaan dengan pembangunan fisik serta pembangunan
sumber daya manusia.

2) Lingkungan
Masalah lingkungan ini perlu pengkajian tersendiri dalam kajian lingkungan berupa dokumen UPL-
UKL atau AMDAL.

3) Kemitraan
Kajian kelayakan pendirian rumah sakit juga mengisyaratkan perlunya menjalin kemitraan dengan
perorangan, badan, lembaga yang berkaitan dengan permodalan dan penyelenggaraan rumah sakit.
Kemitraan dengan pemilik modal (investor) dapat dicari baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kemitraan dengan investor bisa dalam bentuk BOT (build, operate,transfer) maupun Joint Venture
(Kerja sama Operasional). Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugiannya, dan faktor isi
negosiasi merupakan faktor penentu kemitraan mana yang akan dipilih.
Kemitraan dengan lembaga yang mempunyai kemampuan di bidang penyelenggaraan rumah sakit.
Lembaga dapat berasal dari luar negeri, bisa berasal dari dalam negeri. Kemitraan dengan lembaga
penyelenggara luar negeri seyogyanya dengan lembaga / rumah sakit yang sudah terbukti mampu
menyerap banyak pasien dari Indonesia. Kemitraan bisa dalam bentuk kerjasama sewaktu (sampai
waktu yang diperkirakan telah terjadi transfer of technology di bidang manajemen rumah sakit, bisa
selama masa Kerja Sama Operasional (KSO) atau Joint Venture. Masing-masing ada keuntungan
dan kerugiannya dan tergantung pada isi perjanjian kerjasama.
Kemitraan dengan pemilik sekaligus penyelenggara rumah sakit yang merupakan kemitraan dalam
membentuk satu perusahaan juga dapat dipertimbangkan.

Feasibility Study 93
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4) Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)


Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) tidak hanya terkait dengan kepemilikan
perangkat lunak (software) manajemen yang mengelola seluruh data yang ada di rumah sakit. Akan
tetapi jauh lebih penting adalah pedoman manual sistem informasi manajemen itu sendiri. Dengan
memiliki pedoman manual yang sesuai dengan kondisi rumah sakit tersebut, akan memberikan
kemudahan dalam mengembangkan sistem informasi terkomputerisasi apapun dan pengembang
software juga dapat mengembangkan sistem informasi terkomputerisasi dengan lebih mudah sesuai
keinginan pengelola rumah sakit.
Sesuai kaidah utama dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang didesain khusus untuk
mengkomunikasikan seluruh data yang diperoleh, disimpan, kemudian di analisis dan dirumuskan
hasilnya, lalu dilaporkan kepada pemilik data atau pemimpin rumah sakit. Dengan menggunakan
SIM RS maka rumah sakit akan lebih mudah melakukan identifikasi apabila terjadi masalah, dapat
meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan,
meningkatkan fungsi perencanaan hingga monitoring, mengukur efisiensi dan efektifitas sumber
daya, alat komunikasi internal dan eksternal, hingga dapat dimanfaatkan untuk riset pengembangan.
Dengan adanya banyak penyedia perangkat lunak untuk SIM-RS, rumah sakit baru ini harus benar-
benar selektif terutama dalam memilih perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan.
Implementasi SIM-RS secara langsung, berdasarkan pengamatan empirik, memakan waktu dan
biaya yang tidak sedikit sehingga efisiensi sumber daya dan waktu benar-benar mutlak menjadi
pertimbangan.

5.4. Analisa Risiko


Dalam menjalankan kegiatan usaha rumah sakit menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil
usahanya yang apabila tidak diantisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Adapaun
risiko yang dihadapi oleh Rumah Sakit pada umumnya antara lain:

a. Risiko Perekonomian
Faktor risiko yang berasal dari luar rumah sakit antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi,
sosial dan politik baik nasional maupun internasional dapat berakibat kurang baik terhadap dunia
usaha pada umumnya. Memburuknya kondisi perekonomian akan mengakibatkan daya beli
masyarakat menurun, akibatnya akan dapat mempengaruhi jumlah dana yang dialokasikan
masyarakat untuk kesehatan mereka.

b. Risiko Perkembangan Teknologi


Kemajuan teknologi yang pesat dapat membantu rumah sakit dalam hal peningkatan keakuratan
diagnosa, perkembangan penyakit, perkembangan peralatan dan kecepatan pelayanan bagi
konsumen pada tiap unit operasional. Apabila tidak mengikuti perkembangan tersebut, maka
secara langsung akan dapat mempengaruhi mutu pelayanan yang dapat diberikannya. Sehingga
akan mengakibatkan berkurangnya pasien.

c. Risiko Persaingan
Dengan semakin meningkatnya pembangunan rumah sakit, poliklinik atau usaha dalam bidang
kesehatan lainnya akan mempengaruhi terhadap rumah sakit yang telah ada.

Feasibility Study 94
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

d. Risiko Malpraktek
Kemungkinan terjadinya diagnosis yang kurang tepat, kesalahan maupun kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga medis dapat menimbulkan risiko berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
rumah sakit selain menimbulkan risiko dimana Perusahaan dapat dikenakan tuntutan ganti rugi
yang akhirnya dapat mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan yang dan dapat menurunkan
pendapatan.

e. Risiko Perubahan Peraturan dan Kebijakan Pemerintah


Perubahan peraturan dan kebijakan Pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dangan masalah pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat mempengaruhi
kegiatan usaha yang akhirnya akan mempengaruhi pendapatan. Misalnya kemudahan dalam
pendirian rumah sakit oleh pemodal asing maupun penggunaan dokter asing dalam lingkungan
rumah sakit swasta.

f. Risiko Tidak Tercapainya Proyeksi


Bila proyeksi yang dibuat tidak tercapai, maka akan berakibat kepada kemampuan organisasi
dalam memberikan return (pengembalian) kepada investor maupun pemegang saham serta
keterlambatan dalam melunasi kewajiban sesuai dengan skedul yang telah ditentukan.

Feasibility Study 95
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB VI
ANALISIS KEUANGAN

Kajian Aspek Keuangan dalam FS RSI NU Mayong ini berupa analisis finansial untuk mengetahui berapa
besarnya investasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan fisik, pengadaan peralatan, maupun
dana operasional yang diperlukan selama masa awal beroperasi. Selain dari besarnya investasi yang dibutuhkan
dalam program pengembangan RSI NU Mayong, juga dikaji mengenai sumber pendanaan/permodalan, proyeksi
pendapatan, proyeksi biaya dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam kalkulasi keuangan.
Sumber dana pengembangan RSI NU Mayong ini berasal dari pendanaan yayasan dengan dukungan dari pihak
rekanan investor. Analisis keuangan ini dititik beratkan pada hasil analisis finansial, berupa :
1. Keputusan investasi; yaitu untuk melihat apakah investasi yang dipilih akan memberikan keuntungan
atau tidak;
2. Keputusan pendanaan; berkaitan dengan upaya memperoleh dana (rising fund) yang paling
memungkinkan untuk mendanai investasi yang telah ditentukan.

6.1 Kebutuhan Investasi


Kebutuhan investasi baru RSI NU Mayong adalah untuk pembangunan bangunan rumah sakit, sarana
maupun prasarana penunjangnya dengan mengacu pada pentahapan pembangunan dan penyediaan
tempat tidurnya, serta pengadaan peralatan baik medis maupun non medis.
Adapun rencana kapasitas adalah ±100 tempat tidur (TT) rawat inap dengan total kebutuhan dana
sebesar Rp 242.896.000.000,- (Dua Ratus Empat Puluh Dua Milyar Delapan Ratus Sembilan Puluh enam
Juta Rupiah). Adapun rincian kebutuhan investasi tersebut disajikan pada tabel berikut:

Feasibility Study 96
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 6.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan RSI NU Mayong


Total Biaya
No Uraian Satuan Qty
(Rp 000)
A BIAYA INVESTASI
1 Tanah m2 4.361 6.408.000
Sub Total 6.408.000

2 Bangunan m2 8.966,8 107.246.000


3 Pra-operasi 14.500.000
Biaya Konsultan (FS, MP, UPL/UKL, dll) 200.000
Biaya Perizinan 2.300.000
Biaya Pra-Operasi 12.000.000
4 Budget Design 3.742.000
5 Medical Equipment 102.000.000
6 Non Medical Equipment 9.000.000
Non Medis 2.000.000
IT 7.000.000
Sub Total 236.488.000
TOTAL 242.896.000

B RENCANA SUMBER DANA


Dana Sendiri (Yayasan; incl tanah) 2,82% 6.844.085
Dana Investor 97,18% 236.051.915

6.2 Sumber Pembiayaan


Sumber pembiayaan untuk pendirian RSI NU Mayong berasal dari internal Yayasan, dengan dukungan dana
oleh pihak investor melalui skema bagi hasil jangka panjang. Adapun ketentuan bagi hasilnya adalah sebagai
berikut:
 Laba selama operasional RS belum mencapai Break Even Point (BEP), 60% akan digunakan untuk
pengembalian dana investasi, dan 40% akan dibagi ke masing-masing pihak dengan pembagian
24% untuk pihak Investor, dan 16% untuk pihak owner (Yayasan).
 Setelah operasional RS mencapai BEP, pembagiannya menjadi 50% untuk Investor dan 50% untuk
owner, dalam jangka waktu 10 tahun.
 Setelah memasuki 10 tahun berikutnya, pembagian laba operasional menjadi 30% untuk Investor
dan 70% untuk owner, dalam jangka waktu 10 tahun.
 Setelah itu, 100% laba operasional Rumah Sakit menjadi milik owner.

6.3 Asumsi-Asumsi Dasar


Dalam penyusunan Dokumen Studi Kelayakan ini diasumsikan bahwa keadaan perekonomian di Indonesia
secara berangsur akan membaik, seperti yang tercermin dalam variabel-variabel yang diasumsikan
sebagai berikut:
a. Pemulihan ekonomi dapat terus membaik dengan pertumbuhan ekonomi yang positif.
b. Perkembangan stabilisasi ekonomi dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik dan kondusif dari
tahun ke tahun.

Feasibility Study 97
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

c. Kondisi politik dan keamanan yang diharapkan lebih stabil.


Tidak ada perubahan peraturan dan kebijakan dari pemerintah yang dapat mempengaruhi secara negatif
terhadap usaha dalam bidang kesehatan khususnya dalam sektor rumah sakit
Dalam perhitungan proyeksi beberapa asumsi yang digunakan adalah :
1. Diproyeksikan pembangunan fisik bangunan RSI NU Mayong akan dimulai pada awal 2021 dan
selesai Triwulan I tahun 2022. Sehingga tahun 2022 menjadi tahun ke-1 dalam tabel proyeksi.
2. Sejalan dengan pembangunan fisik, persiapan SDM, manajemen dan lain-lain juga dilaksanakan,
sehingga RSI NU Mayong siap beroperasi pada awal tahun 2022 dan sudah dapat digunakan untuk
operasional rumah sakit berupa Jasa Pelayanan Kesehatan Masyarakat, baik berupa Rawat Inap,
Rawat Jalan, Rawat Darurat, Operasi, maupun pelayanan penunjang lainnya.
3. Dalam proyeksi demand pelayanan RSI NU Mayong dimulai pada tahun 2022 dan terus meningkat
sesuai dengan trend yang terjadi selama 10 tahun. Beberapa aspek eksternal dan kebijakan internal
turut berpengaruh di dalam perhitungan perkiraan jumlah pelayanan yang diberikan.
4. Dengan perkiraan rata-rata laju inflasi sebesar 3%-5%, maka diperkirakan akan turut mempengaruhi
kenaikan harga-harga yang berakibat pada peningkatan tarif. Penyesuaian tarif selama ini dilakukan
setiap tahun dengan penetapan untuk tarif kelas II ditentukan sebagai dasar penentuan tarif kelas
lainnya dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit berdasarkan analisis biaya pemakaian alat dan
bahan serta tarif rumah sakit sekitar yang sekelas.
5. Tahapan pengembangan pelayanan rumah sakit akan berpengaruh pada proyeksi pendapatan dan
beban, di mana terjadi peningkatan jumlah pasien baik pasien rawat jalan, Instalasi Rawat Darurat,
rawat inap, maupun pasien penunjang (seperti Laboratorium, Radiologi, Rehabilitasi Medik)
6. Di dalam kalkulasi cash flow, pendapatan dan pengeluaran diasumsikan dapat terealisasi pada
periode yang bersangkutan, sehingga adanya utang dan piutang perusahaan diabaikan dalam
proyeksi ini.

6.3.1 Asumsi Pendapatan


1. Pendapatan Rawat Inap
a. Rumah Sakit mulai beroperasi pada triwulan I tahun 2022.
b. Jumlah kamar rumah sakit keseluruhan mencapai 108 bed dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 6.2 Asumsi Jumlah Tempat Tidur
Kategori Jumlah Tempat Tidur
Kelas VIP 10
Kelas 1 16
Kelas II 24
Kelas III 50
ICU/NICU/PICU 8
Total 108

c. Jumlah hari dalam 1 tahun diasumsikan 365 hari yang digunakan sebagai jangka waktu
operasional dalam 1 periode.
d. Jumlah hari disesuaikan dengan umur masing-masing bulan.
e. Tingkat pertumbuhan tingkat hunian kamar diasumsikan 5,00% pada setiap tahunnya,

Feasibility Study 98
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

f. Tingkat pertumbuhan harga kamar diasumsikan 5,00% per tahun mulai tahun ke-3.

g. Harga kamar untuk masing-masing jenis kamar adalah sebagai berikut :

Tabel 6.3 Asumsi Tarif Kamar


Harga
Uraian
(Rp./hari)
HARGA SEWA BED :
Kelas VIP 400.000
Kelas 1 300.000
Kelas 2 220.000
Kelas 3 150.000
ICU 350.000
Ruang Isolasi 300.000
Ruang Perinatologi 350,000

2. Pendapatan Rawat Jalan

a. Jumlah hari operasional poliklinik / rawat jalan dalam 1 tahun adalah 286 hari, dengan
operasional 6 hari per minggu, dan memperhitungkan hari libur nasional maupun
keagamaan.
b. Jumlah hari operasional untuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam 1 tahun adalah 365 hari.
c. Jumlah tempat tidur untuk IGD sebanyak 5 bed, sedangkan untuk jumlah poliklinik sebanyak
13 klinik.
d. Jam pelayanan poliklinik per hari adalah 10 jam/hari, sedangkan IGD melayani pasien
selama 24 jam/hari dalam 1 minggu.
e. Tingkat kedatangan pasien untuk pasien UGD adalah 30% di tahun pertama, sedangkan
tingkat kedatangan pasien poliklinik di tahun pertama adalah 20%. Pertumbuhan tingkat
kedatangan pasien diasumsikan 5% per tahun
f. Harga jasa pemeriksaan dokter pasien rawat jalan untuk Instalasi Gawat Darurat disumsikan
Rp.150.000,- per pasien, pada Klinik Umum Rawat Jalan diasumsikan Rp. 80.000,- per
pasien dan untuk polilinik spesialis Rawat Jalan Rp.105.000,- per pasien.

3. Pendapatan Laboratorium

a. Pendapatan Laboratorium terdiri dari pasien yang berasal dari pasien rawat jalan maupun
pasien rawat inap
b. Tingkat pemeriksaan ke laboratorium untuk pasien rawat inap diasumsikan 90,00% dan
untuk pasien rawat jalan diasumsikan sebesar 50,00%.
c. Harga rata-rata untuk pemeriksaan ke laboratorium untk pasien rawat inap sebesar Rp.
450.000,- per pasien dan untuk pasien rawat jalan diasumsikan sebesar Rp.200.000,-, tarif
diasumsikan naik 5,00% per tahun mulai tahun ke-3.

Feasibility Study 99
Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

4. Pendapatan Radiologi
a. Pendapatan radiologi diasumsikan terdiri dari USG, X Ray dan CT-Scan dan sebagainya.
b. Tingkat pemeriksaan ke Radiologi untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut :
Tabel 6.4 Asumsi Tingkat Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Rawat Inap Rawat Jalan
X-Ray 40% 10%
CT-Scan 5% 3%
USG 10% 10%

c. Harga rata-rata untuk pemeriksaan X-Ray diasumsikan, Rp. 350.000,- per pasien. CT-Scan
Rp 2.500.000,- per pasien, sedangkan tindakan USG diasumsikan Rp. 250.000,- per pasien
dengan tarif diasumsikan naik 5,00% per 2 tahun.

5. Pendapatan Operasi

d. Pelayanan Operasi terdiri dari operasi besar, operasi sedang, operasi kecil, terhadap pasien
rawat inap maupun rawat jalan dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 6.5 Asumsi Tingkat Tindakan Operasi

Jumlah
Uraian
Pasien (%)
Operasi Besar 1,50%
Operasi Sedang 2,50%
Operasi Kecil 4,00%

e. Harga tindakan operasi diasumsikan sebagai berikut :


Tabel 6.6 Asumsi Harga Tindakan Operasi
Harga
Uraian
(Rp.)
Operasi Besar 15.000.000
Operasi Sedang 7.000.000
Operasi Kecil 3.500.000

f. Tingkat pertumbuhan tindakan operasi maupun persalinan diasumsikan 5% per tahun

6. Pendapatan Farmasi
a. Pendapatan Farmasi terdiri dari pasien yang berasal dari pasien rawat jalan maupun pasien
rawat inap.
b. Tingkat pembelian obat di farmasi diasumsikan untuk pasien rawat inap diasumsikan 80,00%
dan untuk pasien rawat jalan diasumsikan 70,00%.

Feasibility Study 100


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

c. Harga obat rata-rata per pasien per hari untuk pasien rawat inap adalah Rp. 500.000,-,
sedangkan pasien rawat jalan diasumsikan Rp. 250.000,- dengan tarif diasumsikan naik
5,00% per tahun mulai tahun ke-3.
d. Pendapatan berupa Bahan Langsung Laborat, Bahan Langsung Operasi, Bahan Langsung
Radiologi dan Bahan Langsung Fisioterapi & Gizi merupakan pendapatan farmasi adalah
merupakan pendapatan yang sifatnya transaksi internal antar departemen saja dengan harga
sebesar nilai harga pokok pembelian terhadap barang bahan langsung tersebut, sehingga
farmasi tidak mendapatkan keuntungan

7. Pendapatan Persalinan
a. Pendapatan Persalinan diasumsikan terdiri atas Persalinan Normal dan Persalinan Sectio
Caesaria, dengan tingkat tindakan terhadap pasien rawat inap
Tabel 6.7 Asumsi Tingkat Tindakan Persalinan
Jumlah
Uraian
Pasien (%)
Persalinan Normal 5%
Persalinan SectionCaesaria 3%

b. Harga tindakan persalinan sebagai berikut:


Tabel 6.8 Asumsi Tarif Tindakan Persalinan
Harga
Uraian
(Rp)
Persalinan Normal 3.000.000
Persalinan SectionCaesaria 10.000.000

8. Pendapatan Medis Lain


a. Jumlah Pasien Phisiotherapi diasumsikan 10,00% dari jumlah pasien baik rawat inap
maupun rawat jalan, jumlah pasien Medical Check Up diasumsikan 5,00% dari dari jumlah
pasien rawat inap dan 10% dari pasien rawat jalan.
b. Harga untuk masing-masing tindakan sebagai berikut :
Tabel 6.9 Asumsi Harga Pelayanan Medis Lain

Uraian Harga

HARGA :
Phisiotherapi 150,000
Medical Check Up 350,000
c. Pertumbuhan harga pendapatan lain-lain diasumsikan 5,00% per tahun mulai tahun ke-3.

9. Pendapatan lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan atas kerjasama pengelolaan parkir Rumah Sakit
yang diasumsikan sebesar 5% dari jumlah pendapatan sewa kamar.

Feasibility Study 101


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

6.3.2 Asumsi Tarif


Besaran tarif Rawat Inap yang digunakan berdasarkan masukan dari hasil survei dan kemampuan
masyarakat yang berada di lingkungan RSI NU Mayong, di mana dari penetapan tarif akomodasi
rawat inap dan pelayanan RSI NU Mayong mengacu pada besaran tarif rumah sakit sekitar yang
sekelas.
Tingkat pengguna jasa dihitung berdasarkan frekuensi dan tingkat fasilitas pelayanan kesehatan serta
berat ringannya kasus. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya pelayanan kesehatan dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat.

6.3.3 Asumsi Biaya


A. Harga Pokok Penjualan
a. Beban bahan langsung diasumsikan dari % tase dari pendapatan masing-masing unit
tindakan, adalah sebagai berikut :
Tabel 6.10 Asumsi Biaya Pokok Penjualan
(%)Pendapatan
Uraian
Unit Tindakan
Sewa Kamar 10%
Laborat 30%
Operasi 30%
Radiologi 25%
Harga Pokok Pembelian Apotik 70%
Fisioterapi 10%
Persalinan 30%
Medical Check Up 30%

b. Persediaan merupakan persediaan obat-obatan dan perlengakapan kesehatan lainnya yang


diasumsikan 15 hari dari perputaran pembelian obat dan perlengkapan lainnya.
c. Pembelian bahan langsung merupakan Persediaan Akhir bahan langusng ditambah penggunaan
bahan langsung dikurangi persediaan Awal.
d. Pertumbuhan biaya upah dan gaji diasumsikan sebesar 8,50% per tahun.
e. Besarnya gaji dan upah per bulan diasumsikan bahwa besarnya gaji per bulan sudah termasuk
gaji ke 13 berikut :

B. Biaya Usaha
Biaya Usaha terdiri dai Biaya Gaji, Biaya Administrasi dan Umum, Biaya Penyusutan dan
Amortisasi.
1. Biaya Upah dan Gaji

Feasibility Study 102


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

a. Pertumbuhan biaya upah dan gaji diasumsikan sebesar 8,50% per tahun.
b. Besarnya gaji dan upah per diasumsikan bahwa besarnya gaji per bulan sudah
termasuk gaji ke 13.

2. Biaya Administrasi dan Umum


Biaya umum dan administrasi diasumsikan dari jumlah penjualan pada periode yang sama
dengan asumsi masing-masing sebagai berikut :
Tabel 6.11 Asumsi Biaya Administrasi dan Umum
(%) tase
Uraian
Thd Pendapatan
Biaya Listrik, Genarator & Air 2.00%
Biaya Pemeliharaan Gedung 1.25%
Biaya Pemeliharaan Peralatan 1.25%
Biaya Administrasi 1.00%
Biaya Pajak PBB 0.50%
Biaya Asuransi 0.75%
Biaya Lain-lain 0.30%

3. Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan terdiri dari Penyusutan Bangunan dan Sarana Pelengkap, Mesin dan
Peralatan, Peralatan Medis, Peralatan Non Medis diasumsikan sebagai berikut :
Tabel 6.12 Asumsi Biaya Penyusutan
Uraian Tahun
Tanah
Bangunan 20
Peralatan Medis 7
Peralatan Non Medis 7

4. Biaya Amortisasi
Biaya Penyusutan diasumsikan terdiri dari Biaya Pra-operasi dengan amortisasi selama 7
tahun.

C. Biaya Pajak Penghasilan


Biaya pajak penghasilan badan diasumsikan 25,00% dari Laba Sebelum Pajak.

6.4 Proyeksi Laporan Laba/Rugi


Laporan Laba Rugi terdiri dari Pendapatan, Beban Pokok Penjualan, Biaya Usaha dan Biaya Pajak
Penghasilan, proyeksi ini diasumsikan mengalami pertumbuhan dari mulainya operasi rumah sakit sampai
dengan tahun ke 20.

Feasibility Study 103


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 6.13 Poyeksi Laporan Laba/Rugi


0 FY 1 FY 2 FY 3 FY 4 FY 5 FY 6 FY 7 FY 8 FY 9 FY 10
No Keterangan 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031

1 Penerimaan :
- Penerimaan 77.612.510 82.271.574 91.640.669 102.052.828 113.648.491 126.576.119 140.911.695 156.985.032 171.661.651 187.918.388
Jumlah Penerimaan 77.612.510 82.271.574 91.640.669 102.052.828 113.648.491 126.576.119 140.911.695 156.985.032 171.661.651 187.918.388

2 Harga Pokok Penerimaan :


- Harga Pokok Penerimaan 35.174.894 37.120.337 41.293.052 46.095.124 51.477.805 57.339.615 63.991.655 71.436.146 78.247.675 85.658.899
Jumlah Harga Pokok Penerimaan 35.174.894 37.120.337 41.293.052 46.095.124 51.477.805 57.339.615 63.991.655 71.436.146 78.247.675 85.658.899
Prosentase Sales 45,32% 45,12% 45,06% 45,17% 45,30% 45,30% 45,41% 45,51% 45,58% 45,58%
Laba Kotor 42.437.616 45.151.237 50.347.617 55.957.703 62.170.687 69.236.504 76.920.040 85.548.885 93.413.976 102.259.490
(Persentase terhadap Pendapatan) 54,68% 54,88% 54,94% 54,83% 54,70% 54,70% 54,59% 54,49% 54,42% 54,42%
3 Beban Usaha :
o Beban Umum dan Administrasi 7,05% 11.858.192 12.186.657 13.463.467 14.880.557 16.437.362 18.116.279 19.963.956 21.949.485 23.974.462 26.129.518
o Beban Penyusutan 23.477.971 23.477.971 23.477.971 23.477.971 23.477.971 23.477.971 23.477.971 5.549.400 5.549.400 5.549.400
Jumlah Beban Usaha 35.336.163 35.664.628 36.941.438 38.358.528 39.915.333 41.594.250 43.441.927 27.498.885 29.523.862 31.678.918
45,53% 43,35% 40,31% 37,59% 35,12% 32,86% 30,83% 17,52% 17,20% 16,86%
Laba/Rugi Sbl. Bunga & Pajak (EBIT) 7.101.452 9.486.609 13.406.179 17.599.175 22.255.353 27.642.253 33.478.113 58.050.000 63.890.114 70.580.572
(Persentase terhadap Pendapatan) 9,15% 11,53% 14,63% 17,25% 19,58% 21,84% 23,76% 36,98% 37,22% 37,56%
4 Pendapatan/Beban Lain-lain
o Pendapatan Lain-Lain
o Bunga Bank & Administrasi Bank
o Provisi
o Beban lain-lain
Jumlah Pendapatan/Beban Lain-lain - - - - - - - - - -
9,15% 11,53% 14,63% 17,25% 19,58% 21,84% 23,76% 36,98% 37,22% 37,56%
5 Laba/Rugi Sebelum Pajak (EBT) 7.101.452 9.486.609 13.406.179 17.599.175 22.255.353 27.642.253 33.478.113 58.050.000 63.890.114 70.580.572
o Taksiran Pajak (T) 25% (1.775.363) (2.371.652) (3.351.545) (4.399.794) (5.563.838) (6.910.563) (8.369.528) (14.512.500) (15.972.529) (17.645.143)

6 Laba/Rugi Bersih Sth. Pajak (EAT) 5.326.089 7.114.956 10.054.634 13.199.381 16.691.515 20.731.690 25.108.585 43.537.500 47.917.586 52.935.429
6,86% 8,65% 10,97% 12,93% 14,69% 16,38% 17,82% 27,73% 27,91% 28,17%

7 Pembagian Deviden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
Investor 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 50%
Owner / Rumah Sakit 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714

Feasibility Study 104


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

FY 11 FY 12 FY 13 FY 14 FY 15 FY 16 FY 17 FY 18 FY 19 FY 20
No Keterangan 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041

1 Penerimaan :
- Penerimaan 205.807.638 224.883.008 245.868.296 264.314.287 284.316.511 305.989.268 329.566.455 355.077.031 382.837.975 413.007.708
Jumlah Penerimaan 205.807.638 224.883.008 245.868.296 264.314.287 284.316.511 305.989.268 329.566.455 355.077.031 382.837.975 413.007.708

2 Harga Pokok Penerimaan :


- Harga Pokok Penerimaan 94.011.817 102.752.961 112.524.662 121.203.224 130.518.453 140.603.567 151.577.025 163.575.878 176.508.091 190.547.318
Jumlah Harga Pokok Penerimaan 94.011.817 102.752.961 112.524.662 121.203.224 130.518.453 140.603.567 151.577.025 163.575.878 176.508.091 190.547.318
Prosentase Sales 45,68% 45,69% 45,77% 45,86% 45,91% 45,95% 45,99% 46,07% 46,11% 46,14%
Laba Kotor 111.795.821 122.130.047 133.343.634 143.111.064 153.798.058 165.385.701 177.989.431 191.501.154 206.329.883 222.460.389
(Persentase terhadap Pendapatan) 54,32% 54,31% 54,23% 54,14% 54,09% 54,05% 54,01% 53,93% 53,89% 53,86%
3 Beban Usaha :
o Beban Umum dan Administrasi 7,05% 28.485.178 31.017.544 33.785.397 36.484.614 39.412.000 42.586.081 46.034.212 49.770.774 53.830.931 58.239.253
o Beban Penyusutan 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400 5.549.400
Jumlah Beban Usaha 34.034.578 36.566.944 39.334.797 42.034.014 44.961.400 48.135.481 51.583.612 55.320.174 59.380.331 63.788.653
16,54% 16,26% 16,00% 15,90% 15,81% 15,73% 15,65% 15,58% 15,51% 15,44%
Laba/Rugi Sbl. Bunga & Pajak (EBIT) 77.761.243 85.563.103 94.008.837 101.077.050 108.836.658 117.250.220 126.405.819 136.180.980 146.949.552 158.671.736
(Persentase terhadap Pendapatan) 37,78% 38,05% 38,24% 38,24% 38,28% 38,32% 38,36% 38,35% 38,38% 38,42%
4 Pendapatan/Beban Lain-lain
o Pendapatan Lain-Lain
o Bunga Bank & Administrasi Bank
o Provisi
o Beban lain-lain
Jumlah Pendapatan/Beban Lain-lain - - - - - - - - - -
37,78% 38,05% 38,24% 38,24% 38,28% 38,32% 38,36% 38,35% 38,38% 38,42%
5 Laba/Rugi Sebelum Pajak (EBT) 77.761.243 85.563.103 94.008.837 101.077.050 108.836.658 117.250.220 126.405.819 136.180.980 146.949.552 158.671.736
o Taksiran Pajak (T) 25% (19.440.311) (21.390.776) (23.502.209) (25.269.262) (27.209.164) (29.312.555) (31.601.455) (34.045.245) (36.737.388) (39.667.934)

6 Laba/Rugi Bersih Sth. Pajak (EAT) 58.320.933 64.172.327 70.506.628 75.807.787 81.627.493 87.937.665 94.804.364 102.135.735 110.212.164 119.003.802
28,34% 28,54% 28,68% 28,68% 28,71% 28,74% 28,77% 28,76% 28,79% 28,81%

7 Pembagian Deviden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30%
Investor 17.496.280 19.251.698 21.151.988 22.742.336 24.488.248 26.381.300 28.441.309 30.640.720 33.063.649 35.701.141
70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70%
Owner / Rumah Sakit 40.824.653 44.920.629 49.354.640 53.065.451 57.139.245 61.556.366 66.363.055 71.495.014 77.148.515 83.302.662

Feasibility Study 105


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

6.5 Proyeksi Laporan Neraca


Aset Lancar
Aset lancar terdiri dari, Kas dan Setara Kas dan Piutang Usaha, Piutang Lain-lain dan Persediaan,
dengan asumsi sebagai berikut :
1. Kas dan Setara Kas diasumsikan sebagai berikut :
Saldo kas akhir diasumsikan bahwa saldo Kas kelebihan dialokasikan ke pembagian deviden.
Sisa aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar dengan rinian sebagai berikut :
Saldo Awal Kas

I. ALIRAN KAS OPERASIONAL :


1. Aliran Kas Masuk :
Penerimaan Pendapatan
Penerimaan Piutang

2. Aliran Kas Keluar :


Membayar Hutang
Biaya Gaji & Upah Tidak Langsung
Beban Operasional
Biaya Bunga Investasi
Biaya Bunga Bunga Masa Konstruksi
Biaya Bunga Hutang Modal Kerja
Biaya Pajak PPh

II. ALIRAN KAS NON OPERASIONAL :


1. Aliran Kas Masuk :
Hutang Bank untuk Investasi Aktiva tetap
Hutang Bank untuk Investasi Modal Kerja
Setoran Perusahaan & Setoran Modal Kerja
Setoran IDC

2. Aliran Kas keluar :


Pra-Operasi
Budget Design
Pekerjaan Sipil
Pekerjaan Finishing Sipil
Pekerjaan Mekanikal Elektrikal
Medical Equipment
Non Medical Equipment
Pembayaran Bunga Masa Konstruksi
Angsuran Hutang Bank untuk Investasi Aktiva Tetap
Angsuran Bunga Masa Konstruksi
Angsuran Hutang Bank untuk Investasi Modal Kerja
Pembagian Deviden

Feasibility Study 106


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

2. Piutang Usaha, Pendapatan rumah sakit terdiri dari pendapatan yang diterima secara tunai dan
pendapatan yang diterima secara kredit, penerimaan pendapatan secara tunai diasumsikan
sebesar 75,00% dari jumlah pendapatan, sedangkan sisanya pendapatan diterima secara kredit/
bukan secara tunai, saldo piutang diasumsikan 20 hari dari perputaran pendapatan yang diterima
secara kredit dan Saldo Piutang Lain-lain diasumsikan sebesar 10 hari dari perputaran pendapatan
yang diterima secara kredit.
3. Persediaan terdiri dari persediaan obat-obatan di apotik, perlengkapan operasional rumah sakit
dan sebagainya yang diasumsikan sebesar 20 hari dari jumlah harga pokok pendapatan rumah
sakit.

Aset Tetap
Aset tetap terdiri dari tanah, Bangunan dan Sarana Pelengkap, Mesin dan Peralatan, Peralatan
Medis, Perabot dan Peralatan dan Kendaraan dimana pada setiap tahunnya aktiva tersebut
dilakukan penyusutan yang diakumulasikan ke dalam akumulasi penyusutan.

Aset Lain-lain
Aset lain-lain terdiri dari aktiva dalam masa konstruksi dan Pra-operasi, untuk aktiva dalam masa
konstruksi setelah bangunan tersebut selesai dimasukkan kedalam aktiva Lain-lain, kemudian
dilakukan amortisasi pada setiap tahunnya diakumulasikan kedalam akumulasi amortisasi.

Kewajiban Lancar
Hutang usaha diasumsikan sebesar 10 hari dari jumlah harga pokok penjualan.

Kewajiban Lainnya
Kewajiban Lainnya terdiri hutang untuk investasi aktiva tetap dan hutang pemegang saham.

Ekuitas
Ekuitas terdiri Setoran modal berupa tanah, Setoran modal untuk Investasi Aktiva Tetap, Pembagian
Deviden, Laba/Rugi Ditahan, Laba/Rugi Periode Berjalan.

Dari asumsi-asumsi tersebut diatas maka proyeksi laporan Neraca Perseroan adalah sebagai berikut :

Feasibility Study 107


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 6.14 Proyeksi Laporan Neraca


0 0 FY 1 FY 2 FY 3 FY 4 FY 5 FY 6 FY 7 FY 8 FY 9 FY 10
No Keterangan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
I AKTIVA
1 Aktiva Lancar :
o Kas dan Setara Kas 6.518.000 (14.036.060) (8.211.626) 17.948.155 44.046.397 71.445.938 100.276.836 130.784.448 163.123.638 186.300.034 212.053.021 239.904.786
o Piutang Usaha - - 6.379.110 6.762.047 7.532.110 8.387.904 9.340.972 10.403.517 11.581.783 12.902.879 14.109.177 15.445.347
o Persediaan - - 1.378.431 1.461.401 1.628.175 1.812.948 2.019.646 2.250.055 2.504.951 2.790.756 3.050.507 3.337.397
Jumlah Aktiva Lancar 6.518.000 (14.036.060) (454.085) 26.171.603 53.206.682 81.646.790 111.637.454 143.438.020 177.210.372 201.993.670 229.212.705 258.687.530

2 Aktiva Tetap :
o Tanah - - - - - - - - - -
o Nilai Perolehan Aktiva - 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000
o Akumulasi Penyusutan - - (23.477.971) (46.955.943) (70.433.914) (93.911.886) (117.389.857) (140.867.829) (164.345.800) (169.895.200) (175.444.600) (180.994.000)
Nilai Buku - 236.488.000 213.010.029 189.532.057 166.054.086 142.576.114 119.098.143 95.620.171 72.142.200 66.592.800 61.043.400 55.494.000

TOTAL ASSETS 6.518.000 222.451.940 212.555.944 215.703.660 219.260.767 224.222.904 230.735.596 239.058.192 249.352.572 268.586.470 290.256.105 314.181.530

II PASSIVA
1 Hutang Lancar :
o Hutang Usaha - - (12.559.041) (12.968.803) (14.439.013) (16.076.566) (17.909.631) (19.952.881) (22.212.793) (24.747.646) (27.036.803) (29.579.092)
o Hutang Bank KMK
o Hutang Pajak - - - - - - - - - - - -
o Biaya Yang Masih Harus Dibayar - - - - - - - - - - - -
Jumlah Hutang Lancar - - (12.559.041) (12.968.803) (14.439.013) (16.076.566) (17.909.631) (19.952.881) (22.212.793) (24.747.646) (27.036.803) (29.579.092)

2 Hutang Jangka Panjang :


o Hutang Pemegang Saham
o Hutang Bank KI
Jumlah Hutang Jangka Panjang - - - - - - - - - - - -
Total Hutang - - (12.559.041) (12.968.803) (14.439.013) (16.076.566) (17.909.631) (19.952.881) (22.212.793) (24.747.646) (27.036.803) (29.579.092)

3 Ekuitas :
o Modal Disetor 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855
o Sharing Dana Sendiri 6.518.000 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085
o Laba (Rugi) Ditahan - - - 2.663.045 6.220.523 11.247.840 17.847.530 26.193.288 36.559.133 49.113.425 70.882.175 94.840.968
o Laba (Rugi) Tahun Berjalan - - 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
Jumlah Ekuitas 6.518.000 222.451.940 225.114.985 228.672.463 233.699.780 240.299.470 248.645.228 259.011.073 271.565.365 293.334.115 317.292.908 343.760.623

TOTAL PASSIVA 6.518.000 222.451.940 212.555.944 215.703.660 219.260.767 224.222.904 230.735.596 239.058.192 249.352.572 268.586.470 290.256.105 314.181.530

Feasibility Study 108


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

FY 11 FY 12 FY 13 FY 14 FY 15 FY 16 FY 17 FY 18 FY 19 FY 20
No Keterangan 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041
I AKTIVA
1 Aktiva Lancar :
o Kas dan Setara Kas 281.691.402 327.266.064 376.784.310 430.675.742 488.224.694 549.764.523 615.620.889 686.121.301 761.683.571 842.793.964
o Piutang Usaha 16.915.696 18.483.535 20.208.353 21.724.462 23.368.480 25.149.803 27.087.654 29.184.414 31.466.135 33.945.839
o Persediaan 3.653.388 3.990.967 4.362.123 4.689.295 5.043.967 5.427.814 5.845.431 6.296.489 6.788.673 7.322.308
Jumlah Aktiva Lancar 302.260.487 349.740.566 401.354.786 457.089.499 516.637.141 580.342.140 648.553.973 721.602.203 799.938.378 884.062.111

2 Aktiva Tetap :
o Tanah - - - - - - - - - -
o Nilai Perolehan Aktiva 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000 236.488.000
o Akumulasi Penyusutan (186.543.400) (192.092.800) (197.642.200) (203.191.600) (208.741.000) (214.290.400) (219.839.800) (225.389.200) (230.938.600) (236.488.000)
Nilai Buku 49.944.600 44.395.200 38.845.800 33.296.400 27.747.000 22.197.600 16.648.200 11.098.800 5.549.400 -

TOTAL ASSETS 352.205.087 394.135.766 440.200.586 490.385.899 544.384.141 602.539.740 665.202.173 732.701.003 805.487.778 884.062.111

II PASSIVA
1 Hutang Lancar :
o Hutang Usaha (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412) (64.868.740)
o Hutang Bank KMK
o Hutang Pajak - - - - - - - - - -
o Biaya Yang Masih Harus Dibayar - - - - - - - - - -
Jumlah Hutang Lancar (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412) (64.868.740)

2 Hutang Jangka Panjang :


o Hutang Pemegang Saham
o Hutang Bank KI
Jumlah Hutang Jangka Panjang - - - - - - - - - -
Total Hutang (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412) (64.868.740)

3 Ekuitas :
o Modal Disetor 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855 215.607.855
o Sharing Dana Sendiri 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085 6.844.085
o Laba (Rugi) Ditahan 121.308.683 162.133.335 207.053.964 256.408.604 309.474.055 366.613.300 428.169.666 494.532.721 566.027.735 643.176.250
o Laba (Rugi) Tahun Berjalan 40.824.653 44.920.629 49.354.640 53.065.451 57.139.245 61.556.366 66.363.055 71.495.014 77.148.515 83.302.662
Jumlah Ekuitas 384.585.275 429.505.904 478.860.544 531.925.995 589.065.240 650.621.606 716.984.661 788.479.675 865.628.190 948.930.851

TOTAL PASSIVA 352.205.087 394.135.766 440.200.586 490.385.899 544.384.141 602.539.740 665.202.173 732.701.003 805.487.778 884.062.111

Feasibility Study 109


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

6.6 Proyeksi Arus Kas


Tabel 6.15 Poyeksi Laporan Arus Kas
FY 1 FY 2 FY 3 FY 4 FY 5 FY 6 FY 7 FY 8 FY 9 FY 10
No Keterangan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Saldo Kas dan Setara Kas Awal 6.518.000 (14.036.060) (8.211.626) 17.948.155 44.046.397 71.445.938 100.276.836 130.784.448 163.123.638 186.300.034 212.053.021
Arus Kas Masuk - operasional :
o Pendapatan Bersih - - 77.612.510 82.271.574 91.640.669 102.052.828 113.648.491 126.576.119 140.911.695 156.985.032 171.661.651 187.918.388
o Piutang Usaha & Lain-Lain: Awal - - 6.379.110 6.762.047 7.532.110 8.387.904 9.340.972 10.403.517 11.581.783 12.902.879 14.109.177
Akhir 30 - (6.379.110) (6.762.047) (7.532.110) (8.387.904) (9.340.972) (10.403.517) (11.581.783) (12.902.879) (14.109.177) (15.445.347)
o Persediaan Awal - - 1.378.431 1.461.401 1.628.175 1.812.948 2.019.646 2.250.055 2.504.951 2.790.756 3.050.507
Akhir (1.378.431) (1.461.401) (1.628.175) (1.812.948) (2.019.646) (2.250.055) (2.504.951) (2.790.756) (3.050.507) (3.337.397)
Jumlah Arus Kas Masuk - operasional - - 69.854.968 81.805.668 90.703.832 101.012.260 112.488.726 125.283.165 139.478.533 155.378.130 170.195.603 186.295.328
Arus Kas Keluar - operasional :
o Hutang Usaha: Awal - (12.559.041) (12.968.803) (14.439.013) (16.076.566) (17.909.631) (19.952.881) (22.212.793) (24.747.646) (27.036.803)
Akhir 12.559.041 12.968.803 14.439.013 16.076.566 17.909.631 19.952.881 22.212.793 24.747.646 27.036.803 29.579.092
o Beban Operasional (excl.Penyusutan & Amortisasi) 35.174.894 37.120.337 41.293.052 46.095.124 51.477.805 57.339.615 63.991.655 71.436.146 78.247.675 85.658.899
o Beban Usaha (excl.Penyusutan & Amortisasi) 11.858.192 12.186.657 13.463.467 14.880.557 16.437.362 18.116.279 19.963.956 21.949.485 23.974.462 26.129.518
o Provisi
o Pajak 1.775.363 2.371.652 3.351.545 4.399.794 5.563.838 6.910.563 8.369.528 14.512.500 15.972.529 17.645.143
Jumlah Arus Kas Keluar - operasional - - 61.367.490 52.088.408 59.578.273 67.013.029 75.312.070 84.409.707 94.585.051 110.432.983 120.483.823 131.975.848
Surplus (defisit) - operasional - - 8.487.478 29.717.260 31.125.559 33.999.232 37.176.655 40.873.458 44.893.482 44.945.147 49.711.780 54.319.479
Arus Kas Masuk - non operasional
o Pendapatan Lain-lain
o Uang Muka Pembelian Awal
o Uang Muka Pembelian Akhir
o Kredit Modal Kerja (Baru)
o Penyertaan Modal 20.444.060 215.607.855
o Dana Sendiri Investasi + Modal Kerja 6.518.000 326.085
Jumlah Arus Kas Masuk - non operasional 26.962.060 215.933.940 - - - - - - - - - -
Arus Kas Keluar - non operasional
o Aktiva Tetap (Investasi) 20.444.060 236.488.000 - - - - - - - - - -
o Pembayaran Hutang Bank Lainnya
o Bunga
o Biaya Lain-lain
o Angsuran KMK - Baru
o Angsuran KI - Baru
o Angsuran Hutang Pemegang Saham
o Angsuran Deviden 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
Jumlah Arus Kas Keluar - non operasional 20.444.060 236.488.000 2.663.045 3.557.478 5.027.317 6.599.691 8.345.757 10.365.845 12.554.292 21.768.750 23.958.793 26.467.714
Surplus (defisit) - non operasional 6.518.000 (20.554.060) (2.663.045) (3.557.478) (5.027.317) (6.599.691) (8.345.757) (10.365.845) (12.554.292) (21.768.750) (23.958.793) (26.467.714)
Surplus (Defisit) 6.518.000 (20.554.060) 5.824.434 26.159.781 26.098.242 27.399.541 28.830.898 30.507.613 32.339.189 23.176.397 25.752.987 27.851.765
Saldo Kas dan Setara Kas Akhir 6.518.000 (14.036.060) (8.211.626) 17.948.155 44.046.397 71.445.938 100.276.836 130.784.448 163.123.638 186.300.034 212.053.021 239.904.786

Feasibility Study 110


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

FY 11 FY 12 FY 13 FY 14 FY 15 FY 16 FY 17 FY 18 FY 19 FY 20
No Keterangan 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041
Saldo Kas dan Setara Kas Awal 239.904.786 281.691.402 327.266.064 376.784.310 430.675.742 488.224.694 549.764.523 615.620.889 686.121.301 761.683.571
Arus Kas Masuk - operasional :
o Pendapatan Bersih 205.807.638 224.883.008 245.868.296 264.314.287 284.316.511 305.989.268 329.566.455 355.077.031 382.837.975 413.007.708
o Piutang Usaha & Lain-Lain: Awal 15.445.347 16.915.696 18.483.535 20.208.353 21.724.462 23.368.480 25.149.803 27.087.654 29.184.414 31.466.135
Akhir 30 (16.915.696) (18.483.535) (20.208.353) (21.724.462) (23.368.480) (25.149.803) (27.087.654) (29.184.414) (31.466.135) (33.945.839)
o Persediaan Awal 3.337.397 3.653.388 3.990.967 4.362.123 4.689.295 5.043.967 5.427.814 5.845.431 6.296.489 6.788.673
Akhir (3.653.388) (3.990.967) (4.362.123) (4.689.295) (5.043.967) (5.427.814) (5.845.431) (6.296.489) (6.788.673) (7.322.308)
Jumlah Arus Kas Masuk - operasional 204.021.297 222.977.591 243.772.321 262.471.007 282.317.821 303.824.098 327.210.988 352.529.214 380.064.069 409.994.368
Arus Kas Keluar - operasional :
o Hutang Usaha: Awal (29.579.092) (32.380.188) (35.370.139) (38.659.958) (41.540.096) (44.681.099) (48.081.866) (51.782.488) (55.778.672) (60.140.412)
Akhir 32.380.188 35.370.139 38.659.958 41.540.096 44.681.099 48.081.866 51.782.488 55.778.672 60.140.412 64.868.740
o Beban Operasional (excl.Penyusutan & Amortisasi) 94.011.817 102.752.961 112.524.662 121.203.224 130.518.453 140.603.567 151.577.025 163.575.878 176.508.091 190.547.318
o Beban Usaha (excl.Penyusutan & Amortisasi) 28.485.178 31.017.544 33.785.397 36.484.614 39.412.000 42.586.081 46.034.212 49.770.774 53.830.931 58.239.253
o Provisi
o Pajak 19.440.311 21.390.776 23.502.209 25.269.262 27.209.164 29.312.555 31.601.455 34.045.245 36.737.388 39.667.934
Jumlah Arus Kas Keluar - operasional 144.738.401 158.151.231 173.102.087 185.837.238 200.280.621 215.902.969 232.913.313 251.388.081 271.438.150 293.182.834
Surplus (defisit) - operasional 59.282.896 64.826.360 70.670.234 76.633.768 82.037.200 87.921.129 94.297.674 101.141.133 108.625.919 116.811.534
Arus Kas Masuk - non operasional
o Pendapatan Lain-lain
o Uang Muka Pembelian Awal
o Uang Muka Pembelian Akhir
o Kredit Modal Kerja (Baru)
o Penyertaan Modal
o Dana Sendiri Investasi + Modal Kerja
Jumlah Arus Kas Masuk - non operasional - - - - - - - - - -
Arus Kas Keluar - non operasional
o Aktiva Tetap (Investasi) - - - - - - - - - -
o Pembayaran Hutang Bank Lainnya
o Bunga
o Biaya Lain-lain
o Angsuran KMK - Baru
o Angsuran KI - Baru
o Angsuran Hutang Pemegang Saham
o Angsuran Deviden 17.496.280 19.251.698 21.151.988 22.742.336 24.488.248 26.381.300 28.441.309 30.640.720 33.063.649 35.701.141
Jumlah Arus Kas Keluar - non operasional 17.496.280 19.251.698 21.151.988 22.742.336 24.488.248 26.381.300 28.441.309 30.640.720 33.063.649 35.701.141
Surplus (defisit) - non operasional (17.496.280) (19.251.698) (21.151.988) (22.742.336) (24.488.248) (26.381.300) (28.441.309) (30.640.720) (33.063.649) (35.701.141)
Surplus (Defisit) 41.786.616 45.574.661 49.518.246 53.891.432 57.548.952 61.539.829 65.856.365 70.500.412 75.562.270 81.110.393
Saldo Kas dan Setara Kas Akhir 281.691.402 327.266.064 376.784.310 430.675.742 488.224.694 549.764.523 615.620.889 686.121.301 761.683.571 842.793.964

Feasibility Study 111


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

6.7 Analisis Kelayakan Investasi


Analis kelayakan investasi ini adalah untuk menilai apakah investasi yang ditanamkan dalam pengembangan
RSI NU Mayong dapat menghasilkan return yang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam menilai kelayakan
investasi ini dapat digunakan beberapa metode penilaian investasi, yaitu:
1. Net Present Value
2. Payback Period
3. Benefit/Cost Ratio
4. Internal Rate of Return

6.7.1 Net Present Value


Metode ini merupakan selisih antara present value proceed dengan present value initial investment,
present value proceed adalah berasal dari Laba Bersih Setelah Pajak (Earning After Taxes),
Penyusutan dan Amortisasi (Depresiation and Amortization) dan Bunga Setelah Pajak (1-T),
sedangkan present value initial investment berasal dari sejumlah aset tetap dan dana operasional
perusahaan (modal kerja dan perubahan modal kerja) atau NPV dapat dicari dengan menggunakan
rumus seperti berikut ini:

N t=n
CFt
NPV = - CF0 + 
(1 + r )t
t=1
n=0

Keterangan:
NPV : Net Present Value
CF0 : present value initial investment
CFt : present value proceed
r : Tingkat diskonto
Apabila Net Present Value (NPV) yang dihasilkan perusahaan adalah positif, maka investasi tersebut
layak diberikan, karena bila NPV=0, investasi tersebut telah mendapatkan keuntungan sebesar
Required Rate of Return.
Net Present Value yang merupakan selisih antara present value proceed dengan present value initial
investment.Present value proceed berasal dari Laba Bersih Setelah Pajak (Earning After Taxes),
Penyusutan dan Amortisasi (Depresiation and Amortization) dan Bunga Setelah Pajak (1-T),
sedangkan present value initial investment berasal dari dana operasional perusahaan (modal kerja
dan perubahan modal kerja).
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang dilakukan terhadap rencana pembangunan proyek ini
ternyata NPV pada discount Rate (i) sebesar 9,64% menunjukkan nilai positif sebesar Rp.
115.056.716.889 dengan demikian proyek ini layak dan menguntungkan

Feasibility Study 112


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

6.7.2 Payback Period


Metode ini menunjukan berapa lama jangka waktu pengembalian initial cash investment yang akan
dilakukan tanpa melihat time value of money.
Secara normatif tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum, di
dalam praktek digunakan payback yang umum berlaku dalam usaha sejenis. Dan akan lebih baik jika
digunakan indikator pembandingnya adalah umur ekonomis investasi itu sendiri. Namun perlu
dipertimbangkan bahwa metode sederhana ini memiliki beberapa kelemahan, tidak diperhitungkannya
“time value of money” dan tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback.
Metode ini menggunakan arus kas masuk yang diperoleh dari suatu investasi baru yang akan
dianggap sebagai pembayaran dari nilai investasi awal. Metode penilaian ini menggunakan ukuran
waktu atau lamanya pembayaran kembali investasi awal tersebut. Semakin pendek waktu
pengembalian berarti investasi itu semakin baik untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisa,
perusahaan sudah mampu mengembalikan seluruh investasi selama 10 tahun 3 bulan. Dengan
demikian secara finansial proyek ini layak untuk dilakukan.

6.7.3 Benefit/Cost Ratio


Metode Benefit cost ratio atau sering juga disebut Profitability Index, yaitu merupakan rasio antara
present value aliran kas bersih dengan investasi yang dapat dilihat pada formula tersebut di bawah :

t=n t=n
CFt It
BCR =  / 
(1 + r )t (1 + r )t
t=1 t=1

BCR : Benefit Cost Ratio


CFt : present value proceed
CFt : present value Investment
r : Tingkat diskonto
Menurut pengujian yang dilakukan pada indikator BCR ternyata proyek ini menunjukkan nilai 1,53
pada discount Rate sebesar 9,64% atau lebih besar daripada 1 (satu). Dengan demikian proyek ini
layak dan menguntungkan

6.7.4 Internal Rate of Return


Internal Rate of Return (IRR) adalah discount rate yang menyamakan present value arus kas bersih
dengan present value investasi neto. Metode ini hendak mencari rate of return yang akan digunakan
agar discounted net cash flow yang dihasilkan sama dengan nilai investasi atau dari dana yang
dikeluarkan untuk investasi pada tingkat pengembalian berapakah net cash flow yang didiskon tadi
akan sama dengan nilai investasi atau mengahasilkan net return sama dengan nol atau suatu
prosentase atas pengembalian investasi. Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang membuat
NPV investasi sama dengan nol.

Feasibility Study 113


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Internal Rate of Return adalah tingkat balikan suatu investasi dimana pada saat itu Net Present Value
adalah 0. Suatu investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan apabila IRR lebih
besar dari tingkat bunga bank yang diasumsikan.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan ternyata IRR proyek ini adalah 16,32% lebih besar dari
Discount Rate yang diproyeksikan yaitu sebesar 9,64%. Dengan demikian proyek ini layak dan
menguntungkan

Feasibility Study 114


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil analisis kelayakan RSI NU Mayong Jepara dari berbagai aspek adalah sebagai berikut :

7.1.1 Tipe Rumah Sakit, Program Layanan, dan Program Unggulan

Tipe Rumah Sakit yang akan dibangun adalah Rumah Sakit Umum Tipe C dengan pelayanan
unggulan Women & Children center, Trauma center dan Cardiac Center. Jumlah tempat tidur rawat
inap sebanyak 100 unit dan jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 8 unit, sehingga
jumlah total 108 tempat tidur.

7.1.2 Manajemen Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan rencana pelayanan yang telah dibahas sebelumnya, kebutuhan SDM untuk
pendirian RSI NU Mayong total sebesar 263 orang yang terdiri dari 18 dokter umum dan dokter
spesialis fulltime, ±100 perawat dan tenaga non medis lainnya.

Struktur Organisasi RSI NU Mayong seperti gambar di bawah ini:

Gambar 7.1 Struktur Organisasi RSI NU Mayong

Feasibility Study 115


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

7.1.3 Investasi dan Proyeksi Keuangan

Kebutuhan investasi RSI NU Mayong sebesar Rp 242.896.000.000,- (Dua Ratus Empat Puluh Dua
Milyar Delapan Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Rupiah). Sumber pembiayaan untuk pendirian RSI
NU Mayong berasal dari internal Yayasan, dengan dukungan dana oleh pihak investor melalui
skema bagi hasil jangka panjang. Adapun rincian kebutuhan investasi tersebut disajikan pada tabel
berikut :

Tabel 7.1. Rencana Anggaran Biaya/RAB (Rp. 000)


Total Biaya
No Uraian Satuan Qty
(Rp 000)
A BIAYA INVESTASI
1 Tanah m2 4.361 6.408.000
Sub Total 6.408.000

2 Bangunan m2 8.966,8 107.246.000


3 Pra-operasi 14.500.000
Biaya Konsultan (FS, MP, UPL/UKL, dll) 200.000
Biaya Perizinan 2.300.000
Biaya Pra-Operasi 12.000.000
4 Budget Design 3.742.000
5 Medical Equipment 102.000.000
6 Non Medical Equipment 9.000.000
Non Medis 2.000.000
IT 7.000.000
Sub Total 236.488.000
TOTAL 242.896.000

B RENCANA SUMBER DANA


Dana Sendiri (Yayasan; incl tanah) 2,82% 6.844.085
Dana Investor 97,18% 236.051.915

Berdasarkan hasil analisis keuangan yang dihasilkan melalui analisis kelayakan investasi atas
proyeksi cash flow dengan metode langsung dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan dan
pengembangan RSI NU Mayong secara finansial dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Hal ini
didukung dengan hasil analisa keuangan sesuai kajian dalam aspek keuangan program
pembangunan dan pengembangan RSI NU Mayong sebagai berikut :

1. Investasi untuk program pembangunan dan pengembangan RSI NU Mayong ini dinyatakan
layak, didasarkan pada nilai NPV yang positif sebesar Rp. 115.056.716.889,- oleh karena itu
NPV lebih besar dari nol.

2. Investasi tersebut layak dengan jangka waktu pengembalian 10 tahun 3 bulan.

3. Investasi tersebut juga layak karena dapat menghasilkan IRR sebesar 16,32 % dimana tingkat
bunga tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan discount rate sebesar 9,46 %.

Feasibility Study 116


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

Tabel 7.2. Parameter Kelayakan RSI NU Mayong

No. Jenis Penilaian Investasi Nilai


1 Payback Period 10 tahun 3 bulan
2 Net Present Value (Df = 12,00%) Rp. 115.056.716.889,-
3 Internal Rate of Return 16,32%
4 Benefit Cost Rasio / P.I 1, 53

7.2 Rekomendasi

Feasibility Study ini merupakan awal dari kegiatan persiapan pengembangan/ pendirian rumah sakit,
setelah kegiatan ini harus diikuti dengan rencana penyusunan dan Master Plan kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan DED, kajian lingkungan (UPL/UKL atau Amdal), dan persiapan pra-operasional
manajemen Rumah Sakit. Ilustrasi tersebut dapat diperjelas dengan gambar berikut ini :

Gambar 7.2. Langkah kompreherensif dalam pembangunan rumah sakit

Dokumen Feasibility Study RSI NU Mayong ini merupakan panduan bagi pemilik dan manajemen rumah
sakit dalam merencanakan pendirian dan operasional Rumah Sakit, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengambil langkah – langkah strategis dalam pengembangan Rumah Sakit ke depan. Untuk dapat
merealisasikan rencana operasional dan pengembangan sesuai dalam dokumen Feasibility Study ini,
beberapa strategi yang dapat ditempuh diantaranya :

i. RSI NU Mayong perlu mengembangkan keunggulan masing-masing unit usahanya melalui


peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan dan mendukung Program JKN/BPJS Pemerintah di
wilayah Kabupaten Jepara dan sekitarnya sehingga bisa menjadi rujukan regional di wilayah
Kabupaten Jepara dan sekitarnya.

ii. Optimalisasi sistem informasi RS untuk meningkatkan efisiensi, operasional, dan penyeragaman
dokumentasi serta pelaporan kinerja setiap unit di RSI NU Mayong. Dengan dengan penggunaan
sistem IT yang terintegrasi dan penyederhanaan business process yang sesuai kode etik.

Feasibility Study 117


Rumah Sakit Islam Nahdlotul Ulama Mayong (RSI NU Mayong)
Kabupaten Jepara

iii. Peningkatan kemampuan dan Kompetensi SDM baik Medis maupun Non Medis sesuai
profesionalisme standard nasional dan internasional sehingga SDM yang ada mempunyai daya
saing.

iv. Pentingnya menjalin kemitraan dengan berbagai institusi terkait dalam bidang keilmuan Teknologi
Kedokteran, Perumahsakitan, pengembangan sumber daya manusia, maupun
Pendanaan/Pembiayaan.

v. Pengembangan Program Telehealth dan Telemedicine dalam skala regional dan nasional.

vi. Pengelolaan operasional secara professional dengan pemenuhan SDM dari level top management
hingga pelaksana yang sesuai dengan kriteria dan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

vii. Ketersediaan tenaga dan tim dokter yang berkompeten dan lengkap sesuai dengan bidang keilmuan
/ spesialisasinya dan regulasi terkait.

viii. Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang paripurna, dengan pemenuhan standard akreditasi
nasional (KARS) maupun internasional (akreditasi Joint Commission International / JCI.

ix. Pemberian sistem remunerasi karyawan berdasarkan merit system agar terdapat sistem
pengupahan yang adil sekaligus mendorong produktifitas kerja, karena di rumah sakit sebagai
institusi pelayanan publik, kinerja karyawan merupakan faktor yang sangat penting.

x. Melakukan kombinasi strategi cost leadership dan focus pada segmen pasar utama. Strategi cost
leadership diambil untuk merebut pasar yang baru dirambah dan pada saat yang sama harus
melakukan efisiensi biaya dalam rangka mencapai target-target keuangan dan investasi. Sementara
strategi Focus pada segmen pasar utama adalah dengan melakukan maintain pada captive market
dan menarik captive market yang selama ini dirujuk ke rumah sakit lain.

xi. Pengelolaan dan pengembangan pasar baik di kawasan Kabupaten Jepara dan sekitarnya, maupun
target pasar hingga regional Jawa Tengah.

xii. Penyusunan pola tariff berdasarkan unit cost untuk efisiensi operasional di RS dan meningkatkan
revenue.

xiii. Optimalisasi fasilitas peralatan kesehatan melalui kerjasama strategis dengan industri peralatan
kesehatan / investor dan tim dokter rumah sakit, dengan penyediaan peralatan medis teknologi
terbaru di RSI NU Mayong, baik melalui sistem Kerjasama Operasional (KSO) ataupun investasi
asset rumah sakit.

Feasibility Study 118

Anda mungkin juga menyukai