Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI
KABUPATEN SIDOARJO

Dususun Oleh :
KELOMPOK 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN SURABAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SURABAYA
TAHUN 2022
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4 :

1. Aida Amaliya (P2782441902)


2. Ananti Devi Rantika Putri (P27824419005)
3. Aurina Dwi Febriani (P27824419007)
4. Elsa Viana Wati (P27824419013)
5. Ghaitsa Aisy Athalla (P27824419017)
6. Indah Sari Setyaningrum (P27824419023)
7. Nely Nilova Naluhlita (P27824419034)
8. Nike Hastuti Indriana (P27824419035)
9. Tiara Salsabila Wibowo (P27824419046)
10. Titin Nur Alfiana H (P27824419047)
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas dalam Keluarga disusun oleh :


Kelompok 4.
Laporan Asuhan Kebidanan Komunitas dalam keluarga di Desa Cemandi
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

Pembimbing Lapangan

Ulpiyah A.Md, Keb

NIP. 197407172007012016

Pembimbing Pendidikan

Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes Siti Mar’atus Sholikah,SST.,S.pd.,M.Kes

NIP. 196702061990032003 NIP. 197112251992032004

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes

NIP. 196702061990032003

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang
merupakan tugas bagi mahasiswa prodi sarjana terapan kebidanan, Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya semester 7 yang praktik di Desa
Cemandi, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo mulai tanggal 10
Oktober 2022 – 28 Oktober 2022.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pembimbing yang telah


memberi dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan


dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Drg. Bambang Hadi Sugito, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes


Surabaya.
2. Astuti Setyani, SST., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemekes Surabaya
3. Dwi Purwanti, S.Kp.,SST.,M.Kes, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya
4. Drg. Fauzi Basalamah, selaku Kepala Puskesmas Sedati Kecamatan
Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
5. Dra. Rusilah, selaku Kepala Desa Cemandi Kecamatan Sedati,
Kabupaten Sidoarjo.
6. Ulpiyah, Amd. Keb, selaku pembimbing lahan praktik asuhan kebidanan
komunitas di Desa Cemandi Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo
7. Siti Mar’atus Sholikah, SST., S.Pd.,M.Kes, selaku pembimbing I
akademik
8. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes, selaku pembimbing II
akademik

iii
Dan seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
krtitik dan saran diharapkan guna menyempurnakan laporan ini.
Sidoarjo, 28 Oktober 2022
Penulis

iv
v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 4
BAB I 6
PENDAHULUAN 6
1.1 11.2
21.3
31.3.1
31.3.2
31.4
3BAB 2
9
TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 42.1.1
42.2.1
42.3.1
52.4.1
102.5.1
112.6.1
132.7.1
152.2
172.2.1
212.2.3
242.2.3
292.2.4
30BAB III
34
TINJAUAN KASUS 34
3.1 353.1.1
353.1.2
363.1.3
373.1.4
373.2
413.3
413.4
423.5
443.6
44BAB IV
45
PENUTUP 45

vi
4.1 464.2
46DAFTAR PUSTAKA
46

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebidanan komunitas adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan
untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Kebidanan
komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkaun pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.

Pelaksanaan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama


dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat/lingkungan, kesehatan
dan pelayanan kebidanan yang mengacu ada konsep paradigma kebidanan dan
paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup
masyarakat.

Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan


keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiata dari upaya
kesehatan di masyarkaat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan
kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat,
bahagia, dan sejahtera sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak. Yang menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu
(prahamil, hamil, bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra
sekolah, remaja), keluarga (wanita dengan gangguan sistem reproduksi),
masyarakat. Yang menjadi sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga.

1
2

Keluarga Tn.T adalah salah satu keluarga yang memiliki masalah


kesehatan. Keluarga Tn.T adalah keluarga inti yang memiliki istri dengan
diagnosa masalah kesehatan G2A0 dengan riwayat SC dan Preeklampsia.
Pengkajian data dilakukan pada keluarga Tn.T untuk menemukan masalah lain
dalam keluarga, selanjutnya dilakukan analisis masalah untuk menentukan
priotitas masalah sehingga dapat ditindak lanjuti selama kegiatan Praktik Kerja
Lapangan.

Tindak lanjut yang dilakukan berupa asuhan kebidanan pada keluarga


dalam komunitas dengan memperhatikan priotitas masalah dalam keluarga.
Melalui asuhan kebidanan pada keluarga dalam komunitas diharapkan
keluarga mengerti pentingnya bahayanya pada ibu hamil dengan riwayat SC
dan preeklampsia untuk kehamilan dan persalinan selanjutnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana keadaan keluarga Tn.T ?
2) MaPelaksanaan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama
dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat/lingkungan,
kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu ada konsep paradigma
kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf
kesejahteraan hidup masyarakat.
3) Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan
keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiata dari upaya
kesehatan di masyarkaat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan
kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat,
bahagia, dan sejahtera sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak. Yang menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu
(prahamil, hamil, bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra
sekolah, remaja), keluarga (wanita dengan gangguan sistem reproduksi),
masyarakat. Yang menjadi sasaran utama adalah ibu dan anak dalam
keluarga.
3

4) salah apa yang terjadi pada keluargaa Tn.T?


5) Tindak lanjut atau intervensi apa yang dapat dilakukan pada masalah di keluarga
Tn.T?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan
pada keluarga dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
serta dapat melaksanakan asuhan kebidanan komunitas

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data umum dan data
khusus.
2. Mahasiswa mampu memberikan analisa data untuk menentukan
diagnosa.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa pada asuhan kebidanan
keluarga.
4. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana
yang dibuat.
6. Mahasiswa mampu menyusun POA asuhan kebidanan keluarga.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kumpulan asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,


pelaksanaan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan Teori

BAB 3 : Tinjauan Kasus

BAB 4 : Penutupan berisi kesimpulan dan saran


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan menurut
Depkes RI tahun 2016, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.
(Duval dan Logan 1986 dalam (Zakaria, 2017)) mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.
Dari hasil analisa (Walls, 1986 dalam (Zakaria, 2017)) keluarga
sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah
atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan
darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan
keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang
memiliki tujuan mempertahankan budaya meningkatkan pertumbuhan fisik,
mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai
suatu keluarga.
2.2.1 Tipe Keluarga
Menurut (Nadirawati, 2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional

4
5

a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri


dari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti
diantaranya :
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga
dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam
satu rumah.
2) The Childless Family yaitu keluarga tanpa anak dikarenakan
terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung
jawab secara sah dari orang tua kandung ke keluarga yang
menginginkan anak.
4) Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante,
kakek dan nenek.
5) Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family)
yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
6) Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja
di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul
dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau
pada waktu-waktu tertentu.
7) Multigeneration Family yaitu keluarga dengan beberapa
generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
6

8) Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal


dalam satu tumah atau berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti
kamar mandi, dapur, televisi dan lain-lain,
9) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda
(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
10) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living
Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti perceraian atau ditinggal mati.
11) Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana
anak ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika
orang tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan
baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya
jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat
12) Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana
anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua
rumah tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang
tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital
Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan. Gay and
7

Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan


seks hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
e. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama
diluar hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
f. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa
menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual
dan membesarkan anak
g. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilai-
nilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
h. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
i. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
j. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
2.3.1 Struktur Keluarga
Struktur keluarga didasarkan pada organisasi keluarga, yaitu
perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan
yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai
istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dan lain-lain, yang semua itu
mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan
itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur
8

keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari


keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.
Struktur keluarga terdiri dari sebagai berikut.
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Atrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga,
namun ada juga yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai
dimensi struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam
(Nadirawati, 2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam
keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk
9

a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang


tua terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua
adalah seseorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
cinta kasih, misalnya hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut :
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing
anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan
pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan
kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantung pada
peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak
adanya peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran
Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status
atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu
9

1) Peran-peran formal dalam keluarga (Dwi Wahyuni, 2018) Peran


formal dalam keluarga adalah posisi formal pada keluarga, seperti
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran
masing-masing.
a) Peranan ayah
Peranan ayah adalah sebagai suami dari ibu dan ayah untuk
anak-anak. Di samping itu, ayah juga berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dalam lingkungannya.
b) Peranan ibu
Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.
Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dalam lingkungannya.
c) Peranan anak
Anak dalam keluarga melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,
sosial, maupun spiritual.
Pembagian peranan ini tidak memang mutlak. Dalam
komunitas, bisa saja ayah yang mengurus rumah tangga dan ibu
pencari nafkah. Namun kondisi seperti ini masih dipandang oleh
kebanyakan orang sebagai hal yang tidak seharusnya. Kondisi ini
menunjukkan masih adanya gender stereotype, ibu hanya
dipandang sebagai orang kedua setelah ayah sehingga ketika
keduanya sama-sama bekerja, sekalipun penghasilan ibu lebih
besar, masih tetap dianggap sebagai pencari nafkah tambahan.
2) Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit,
tidak tampak ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi
10

kebutuhan emosional atau untuk menjaga keseimbangan


keluarga.4. Struktur Nilai Sistem nilai dalam keluarga sangat
memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai keluarga akan
membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah
yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-
stressor lain
2.4.1 Fungsi Keluarga
Apakah keluarga sudah menjalankan fungsinya dengan baik, atau
justru sebaliknya. Setidaknya ada lima fungsi keluarga yang dijelaskan
Berns. Kelima fungsi dasar ini harus bisa hadir dalam sebuah keluarga.
Apabila kelima fungsi ini tidak berjalan maka akan menimbulkan dampak
buruk, terutama pada anak sebagai bagian dari anggota keluarga.
1. Fungsi pertama dari sebuah keluarga adalah reproduksi. Artinya
keluarga berfungsi untuk mempertahankan populasi yang ada di
masyarakat
2. Fungsi keluarga yang selanjutnya adalah sosialisasi / edukasi. Dalam
hal ini keluarga mempunyai peranan penting sebagai sarana untuk
transmisi nilai, keyakinan, pengetahuan, dan sikao dalam menjalani
kehidupan. Transimisi nilai maupun keyakinan akan menjadi bekal
pada anak untuk bisa membaur dengan lingkungan sosialnya.
Sehingga anak akan mengetahui batasan–batasan perilaku yang boleh
dan tidak boleh.
3. Fungsi ketiga dari keluarga adalah penugasan peran soaial yang
ditanamkan dalam keluarga berupa identitas pada anggotannya secara
ras, religi, sosial ekonomi, dan peran gender. Peran ini penting,
mengingat kita hidup di negara yang majemuk, baik secara ras, religi,
dan sosial ekonomi. Pemahaman akan hal ini akan menimbulkan rasa
toleransi dan menghargai perbedaan.
4. Fungsi keempat adalah dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan
tempat berlindung, menyediakan makan dan jaminan kehidupan,
11

dengan demikian anggota keluarga lain terutama anak, akan terjamin


kehidupan dan penghidupannya. Dukungan ekonomi juga akan
menyebabkan seorang anak dapat tumbuh sesuai usia
perkembangannya.
5. Dan yang terakhir fungsi keluarga sebagai dukungan emosi /
pemeliharaan. Keluarga mengajarkan interaksi pertama pada anak,
bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga
memberikan rasa aman pada anak. Leh karena itu, adanya hambatan
dari keluarga tentu sangat berpengaruh pada kehidupana anak.
Ketika keluarga tidak berfungsi secara penuh, tidak memberika
kenyamanan dan tidak mampu mengayomi anggota keluarga, maka sudah
tentu anak yang mengalami penolakan dari orang tua sebagai figur yang
paling dekat dengan dirinya.
2.5.1 Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman ada 5 (Lima), yaitu:
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui masalah
kesehatan yang sedang diderita anggota keluarga, apakah keluarga
mengerti tentang arti dari tanda dan gejala penyakit yang diderita
anggota keluarga. Bagaimana persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan anggota keluarga, bagaimana persepsi keluarga terhadap
upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
Data yang dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga
mengambil keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit, apakah
diberikan tindakan sendiri di rumah atau dibawa ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Siapa yang mengambil keputusan untuk melakukan suatu
tindakan apabila anggota keluarga sakit, bagaimana proses
pengambilan keputusan dalam keluarga apabila ada anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan.
12

3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.


Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu melakukan
perawatan untuk anggota keluarganya yang mengalami masalah
kesehatan. Apakah keluarga mengetahui sumber-sumber makanan
bergizi, apakah diet keluarga yang mengalami masalah kesehatan sudah
memadai, siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan belanja
dan pengolahan makanan untuk anggota keluarga yang sakit, berapa
jumlah dan komposisi makanan yang dikonsumsi oleh keluarga yang
sakit sehari, bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jadwal
makan. Apakah jumlah jam tidur anggota keluarga sesuai dengan
perkembangan, apakah ada jadual tidur tertentu yang harus diikuti oleh
anggota keluarga, fasilitas tidur anggota keluarga. Bagaimana
kebiasaan olah raga anggota keluarga, persepsi keluarga terhadap
kebiasaan olah raga, bagaimana latihan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan. Apakah ada kebiasaan keluarga
mengkonsumsi kopi dan alkohol, bagaimana kebiasaan minum obat
pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apakah
keluarga secara teratur menggunakan obat-obatan tanpa resep, apakah
obat-obatan ditempatkan pada tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak. Apakah yang dilakukan keluarga untuk
memperbaiki status kesehatannya, apa yang dilakukan keluarga untuk
mencegah terjadinya suatu penyakit, apa yang dilakukan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit, apakah ada keyakinan,
sikap dan nilai-nilai dari keluarga dalam hubungannya dengan
perawatan di rumah.
Contoh: ketika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya
hipertensi, apakah keluarga sudah memberikan diet rendah garam,
mengingatkan minum obat secara teratur, mengingatkan untuk kontrol
ke pelayanan kesehatan, dan mengingatkan untuk olah raga.
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
13

Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan


memelihara lingkungan fisik dan psikologis bagi anggota keluarganya.
Lingkungan fisik, bagaimana keluarga mengatur perabot rumah tangga,
menjaga kebersihannya, mengatur ventilasi dan pencahayaan rumah.
Lingkungan psikologis, bagaimana keluarga menjaga keharmonisan
hubungan antaranggota keluarga, bagaimana keluarga memenuhi
privasi masing-masing anggota keluarga.
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dari tempat
tinggalnya, misalnya Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dan
Rumah Sakit terdekat dengan rumahnya. Sumber pembiayaan yang
digunakan oleh keluarga, bagaimana keluarga membayar pelayanan
yang diterima, apakah keluarga masuk asuransi kesehatan, apakah
keluarga mendapat pelayanan kesehatan gratis. Alat transportasi apa
yang digunakan untuk mencapai pelayanan kesehatan, masalah apa saja
yang ditemukan jika keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan umum.
2.6.1 Tahapan Keluarga Sejahtera
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yaitu:
1. Keluarga baru menikah atau pemula Tugas perkembangannya adalah:
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok social
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan
anak baru lahir. Tugas perkembangannya adalah:
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
14

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan


menambahkan peran- peran orang tua dan kakek nenek.
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah Tugas perkembangannya
adalah:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
2) Mensosialisasikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah tugas perkembangannya adalah:
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja tugas perkembangannya adalah:
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
6. Keluarga melepas anak usia dewasa muda tugas perkembangannya
adalah:
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan;
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri.
7. Keluarga dengan usia pertengahan tugas perkembangannya adalah:
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
15

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti


dengan para orang tua lansia dan anak-anak;
3) Memperkokoh hubungan perkawinan.
8. Keluarga dengan usia lanjut tugas perkembangannya adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan;
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).
2.7.1 Tahap Perkembangan Keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga
a. Keluarga baru menikah atau pemula. Tugas perkembangannya adalah:
1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2. Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga dengan anak baru lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek.
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan
2. Mensosialisasikan anak
16

3. Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi


kebutuhan anak yang lain
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
3. Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau
istri.
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Keluarga dengan usia lanjut
17

Tugas perkembangannya adalah:


1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan
hidup).
2.2 Keperawatan Keluarga
1. Definisi
Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang
menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2019).
Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik
keperawatan (Depkes RI, 2019).
Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area
pelayanan keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan
memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan
sumbersumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan
dan sektor lain di komunitas (Depkes RI, 2019).
2. Tujuan
Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan umum dan
khusus.
a. Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian
keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
18

b. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga mampu


melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan mampu
menangani masalah kesehatannya beikut ini:
1) Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
seluruh anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti
tentang pengertian dan gejala kencing manis yang diderita oleh
anggota keluarganya?
2) Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke
pelayanan kesehatan. Contoh, segera memutuskan untuk
memeriksakan anggota keluarga yang sakit kencing manis ke
pelayanan kesehatan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit. Contoh, keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang sakit kencing manis, yaitu memberikan
diet DM, memantau minum obat antidiabetik, mengingatkan
untuk senam, dan kontrol ke pelayanan kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemampuan keluarga
dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu mempertahankan
kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta perkembangan
setiap anggota keluarga. Contoh, keluarga menjaga kenyamanan
lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota keluarga
termasuk anggota keluarga yang sakit.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan. Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah
sakit, atau fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota
keluarganya yang sakit.
19

3. Sasaran keperawatan keluarga


1) Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak
mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi
terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
2) Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih anggota
keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk
menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan
keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan.
3) Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut
pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca
hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan
pembedahan, dan penyakit terminal.
4. Peran dan Fungsi Perawat Keluarga
Peran dan fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut.
1) Pelaksana
Peran dan fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi. Pelayanan diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat promotif,
preventif, kuratif, serta rehabilitative.
2) Pendidik
Peran dan fungsi perawat sebagai pendidik adalah
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan,
20

merencanakan, dan melaksanakan pendidikan kesehatan agar


keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
3) Konselor
Peran dan fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang
lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4) Kolaborator Peran dan fungsi perawat sebagai kolaborator adalah
melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dengan
penyelesaian masalah kesehatan di keluarga
Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat keluarga
dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut.
1) Pencegahan Primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara
hidup sehat.
2) Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini terjadinya
penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan penanganan segera
yang dapat dilakukan oleh perawat. Penemuan kasus baru merupakan
upaya pencegahan sekunder, sehingga segera dapat dilakukan
tindakan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan
perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Peran
perawat adalah merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan, dan mengkaji riwayat kesehatan.
3) Pencegahan tersier
Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga
dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau
memelihara fungsi tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
21

penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang
paling tinggi secara fisik, sosial, emosional.

2.2.1 Kesehatan Lingkungan


Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Himunan Ahli
Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinisikan kesehatan lingkungan
sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.(Purnama, 2017)
Kesehatan lingkungan merupakan kesehatan yang sangat penting
bagi kelancaran kehidupan pribumi, karena lingkungan adalah tempat
dimana pribadi tinggal. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah
memenuhi syarat-syarat lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan yaitu
bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang khusus menangani dan
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan
ekologi. Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan
masyarakat. Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut
WHO, yaitu :
22

a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah


air
b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk
masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat
e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia
f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan
biologis
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara 8
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
Tujuan Kesehatan Lingkungan, yaitu terciptanya keadaan yang serasi
sempurna dari semua faktor yang ada di lingkungan fisik manusia, sehingga
perkembangan fisik manusia dapat diuntungkan, kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia dapat dipelihara dan ditingkatkan. (Purnama,
2017)
Kesehatan lingkungan merupakan aspek penting yang mendukung
kesehatan personal. Baik atau buruknya kondisi kesehatan individu atau
masyarakat dapat dilihat dari kondisi sanitasi atau kesehatan lingkungan
tempat tinggalnya. Usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu,
masyarakat, atau negara untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya
masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor
23

lingkungan hidup eksternal manusia disebut sanitasi lingkungan atau


environmental sanitation. Menurut teori H.L Blum, derajat kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan genetika. Dari keempat faktor tersebut, faktor
lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kondisi
kesehatan.(Moerdjoko et al., 2021)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (N. E. Putri, 2014) dalam
(Plume, 2018) bahwa kesehatan masyarakat lingkungan merupakan disiplin
ilmu dalam perlindungan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan
lingkungan tersebut berupaya untuk memastikan adanya lingkungan yang
sehat dalam aspek seperti tempat tinggal, tempat kerja, makanan, serta
kualitas lingkungan. Dengan demikian, kualitas lingkungan haruslah
diperhatikan oleh ahli kesehatan lingkungan untuk membuat standar
kualitas lingkungan yang baik. (Agustin & Syiam, 2020)
Menurut Pirenaningtyas (2007) dalam penelitian (Geumala, 2018)
mengungkapkan bahwa kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat
kesehatan merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Lingkungan
memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. Maka dibutuhkan pengelolaan lingkungan ternasuk
pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, serta pemulihan
kualitas lingkungan dalam pelayanan kesehatan lingkungan. Tujuan atau
usaha kesehatan lingkungan ini adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar terwujudnya kesehatan
yang optimal bagi manusia di sekelilingnya.(Agustin & Syiam, 2020)
Menurut (A. M. Putri, 2018) bahwa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan adalah perumahan,
pembuangan kotoran (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (limbah) dan lain sebagainya. Maka dari itu
diperlukan konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, dan intervensi
kesehatan lingkungan. (Agustin & Syiam, 2020)
24

Permenkes RI No. 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan


Kesehatan Lingkungan di Puskesmas, yaitu:
1) Menganalisa masalah kesehatan lingkungan di setiap desa terutama yang
berbasis lingkungan,
2) Mencegah dan mengurangi faktor penyakit yang berbasis lingkungan,
3) Sebagai upaya kuratif,
4) Untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan,
5) Meningkatkan pengetahuan kesadaran masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat. (Agustin & Syiam, 2020)
2.2.2. Fisik Rumah
Rumah sehat merupakan tempat berlindung dan bernaung guna
mendapatkan kenyamanan dan ketenangan agar terhindar dari masalah
kesehatan. Sehingga, keberadaan rumah yang sehat, aman dan teratur
diperlukan agar fungsi dan kegunaannya dapat terpenuhi. (Nurjayanti,
Maywati, & Gustaman, 2022)
Berdasarkan Permenkes RI No. 1077/MENKES/PER/V/2011
tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah, rumah dengan
kepadatan hunian yang tinggi memiliki sirkulasi udara yang lebih rendah
sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah terserang penyakit karena
penularan penyakit akan lebih cepat apabila terjadi pengumpulan massa.
Ditambah dengan luas ventilasi rumah yang juga tidak memenuhi syarat
rumah sehat sehingga menyebabkan peningkatan kelembaban maupun suhu
ruangan yang tidak optimal. Sehingga, kelembaban dan suhu ruangan yang
tidak optimal dapat menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan
bakteri penyebab penyakit . Begitu pula dengan pencahayaan dalam rumah,
karena cahaya yang masuk ke dalam rumah terutama cahaya matahari dapat
membunuh bakteri. Sedangkan untuk kondisi bangunan rumah seperti
lantai, dinding, atap, dan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat seperti
(berdebu, rusak, lembab) juga dapat menyebakan timbulnya ISPA pada
balita (Putri dan Mantu, 2019).
1. Kepadatan
25

Kepadatan hunian menjadi salah satu faktor penting dalam


penularan penyakit. Semakin padat penghuni rumah maka semakin
cepat juga penurunan kualitas udara dalam ruang akibat kadar oksigen
yang turun sedangkan karbon dioksida meningkat. Apabila
karbondioksida dalam ruangan meningkat dan kualitas udara dalam
ruangan menurun sehingga kuman menjadi lebih cepat berkembang
biak. Selain itu, jika dalam rumah tersebut ada orang yang sakit, proses
transmisi atau penularan penyakit semakin cepat. (Nurjayanti,
Maywati, & Gustaman, 2022)
Luas rumah yang sempit dengan jumlah anggota keluarga yang
banyak menyebabkan ketidak seimbangan antara jumlah penghuni dan
luas rumah. Interaksi dan frekuensi kontak antar penghuni rumah satu
sama lain tinggi yang menyebabkan suhu didalam rumah meningkat.
Pertukaran oksigen didalam ruangan yang padat penghuni menjadi
terbatas. Bakteri dan virus yang tersebar melalui udara masuk melalui
pernafasan dari penghuni rumah yang satu ke penghuni rumah yang
lain. (Nurjayanti, Maywati, & Gustaman, 2022)
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas ruang tidur minimal 8 m2, dan
tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang
tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun. (Wardani & Astuti, 2022)
Menurut Bawole dkk, 2014 Semakin padat jumlah manusia yang
berada dalam satu ruangan, kelembaban semakin tinggi disebabkan
oleh keringat manusia dan saat bernapas manusiamengeluarkan uap air.
Dalam ruangan tertutup yang terdapat banyak manusia,kelembaban
akan lebih tinggi jika dibandingkan diluar ruangan. Oleh karena
kelembaban memiliki peran bagi pertumbuhan mikroorganisme,
dengan kepadatan hunian yang terlalu padat secara tidak langsung juga
mengakibatkan penyakit . Untuk mengatasi masalah kepadatan hunian
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dapat dilakukan dengan cara
selalu membuka jendela setiap hari agar memperlancar sirkulasi udara
26

dalam rumah, selalu mengganti seprei serta menjemur kasur dan bantal
untuk mengurangi kelembaban akibat keringat penghuni kamar.
(Hidayatullah, Navianti, & Damanik, 2021)
2. Luas Ventilasi
Luas ventilasi yang kurang menyebabkan rumah menjadi lembab
dan pengap sehingga memudahkan perkembangan bakteri dan virus di
dalam ruangan. Ruangan yang lembab berasal dari uap air yang
dihasilkan oleh keringat dan pernafasan penghuni rumah. Keberadaan
ventilasi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen dalam
ruangan. Rumah dengan ventilasi yang buruk dapat menyebabkan
ketersediaan oksigen menurun sedangkan karbon dioksida meningkat
sehingga menimbulkan suhu udara dalam ruangan meningkat,
kelembaban bertambah dan ruangan terasa bau pengap. Kondisi
ruangan yang lembab, udara yang basah dan mengandung uap air
apabila dihirup akan berpengaruh terhadap kinerja paru. Kelembaban
ruangan menjadi media yang digunakan bakteri untuk berkembang
biak. (Nurjayanti, Maywati, & Gustaman, 2022)
Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang
memenuhi syarat kesehatan adalah ≥ 10% luas lantai rumah dan luas
ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah< 10% luas
lantai rumah. Luas ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai
(tidak memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan
berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi
karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninnya. Disamping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan
kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi
media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri
- bakteri patogen termasuk kuman (Hidayatullah et al., 2021)
3. Pencahayaan Rumah
27

Berdasarkan Permenkes RI No. 1077 tahun 2011, persyaratan


pencahayaan dalam rumah minimal 60 lux dengan syarat tidak
menyilaukan baik dari pencahayaan alami maupun buatan. Kurangnya
cahaya yang masuk kedalam rumah terutama cahaya matahari dapat
menyebabkan kenyamanan berkurang karena dapat menjadi media atau
tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit,
karena cahaya matahari dapat membunuh bakteri patogen misalnya
bakteri penyebab ISPA dan TBC (Wardani & Astuti, 2022)
Kuman dapat bertahan hidup bertahun-tahun lamanya, dan mati
bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api. Rumah
yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita penyakit
3-7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.
Oleh karena itu diharapkan rumah yang memiliki intensitas
pencahayaan yang tidak memenuhi syarat untuk selalu membuka
jendela setiap hari, agar sinar matahari pagi hari dapat menerangi
seluruh ruangan. Selain itu diharapkan masyarakat selalu
membersihkan lantai rumah menggunakan desinfektan seperti sabun,
lisol dan lainnya yang dapat membunuh berbagai kuman penyakit
seperti TBC dan lain-lain. (Hidayatullah et al., 2021)
4. Kelembaban Rumah
Berdasarkan Permenkes RI No. 1077 tahun 2011, kelembaban
yang sesuai dengan rumah sehat yaitu 40-60 % Rh. Sehingga, rumah
dengan kelembaban tidak memenuhi syarat dapat mempengaruhi
penurunan daya tahan tubuh seseorang serta meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit terutama terkait dengan saluran pernapasan karena
kelembaban merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan
mikroorganisme, terutama bakteri pathogen. (Wardani & Astuti, 2022)
5. Suhu
Menurut Gould dan Brooker, menyatakan bahwa ada rentang suhu
yang disukai bakteri yaitu pada rentang suhu terdapat suatu suhu
optimum yang memungkinkan bakteri tersebut tumbuh dengan cepat.
28

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh


cepat dalam rentang 250C-400C, tetapi bakteri akan tumbuh secara
optimal pada suhu 31OC-370C. Berdasarkan Permenkes 1077 (2011)
menyatakan bahwa kadar suhu dalam ruangan rumah yang
dipersyaratkan adalah 18-30ºC. (Hidayatullah et al., 2021)
6. Jenis Atap Rumah
Salah satu fungsi atap yaitu melindungi masuknya debu kedalam
rumah. Atap sebaiknya diberi langit-langit atau plafon supaya debu
tidak langsung masuk ke dalam rumah. Syarat penutup atap yang baik
seperti: kedap air dan padat, letaknya tidak mudah bergeser, tidak
mudah terbakar, bobotnya ringan dan tahan lama. Atap seng atau asbes
tidak cocok untuk rumah karena dapat menimbulkan suhu panas di
dalam rumah dan kurang baik bagi kesehatan.(Wardani & Astuti, 2022)
7. Jenis Lantai
Lantai yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti tanah,
kayu/bambu atau bahan yang tidak kedap air memiliki yang risiko lebih
besar dalam penularan berbagai penyakit pernafasan khususnya
pneumonia. Jenis lantai ini dapat meningkatkan kelembaban di dalam
ruangan. Selain itu, lantai rentan berdebu dan sulit untuk dibersihkan.
Udara yang lembab, debu dari lantai yang bercampur di udara
meningkatkan risiko penyebab pneumonia pada balita. (Nurjayanti,
Maywati, & Gustaman, 2022)
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, lantai yang baik
adalah lantai dengan kondisi kering dan tidak lembab, bahan lantai
harus kedap air dan mudah dibersihkan, sehingga paling tidak lantai
perlu di diplester seperti terbuat dari semen, tegel, teraso, ubin, keramik,
marmer serta kondisinya tidak rusak. Menurut Notoatmodjo (2011),
syarat penting disini yakni lantai tidak berdebu saat musim kemarau dan
tidak basah saat musim hujan karena lantai yang basah dan berdebu
dapat menimbulkan sarang penyakit. (Wardani & Astuti, 2022)
8. Jenis Dinding Rumah
29

Dinding rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat seperti


kayu papan atau bilik bambu dapat berpengaruh terhadap kelembaban
atau temperatur ruangan yang dapat meningkatkan perkembangan
bakteri dan virus penyebab pneumonia. Jenis dinding rumah yang
terbuat dari kayu papan atau bilik bambu cenderung lebih mudah debu
dan kotoran menempel dan menjadi media hidup bakteri dan virus
penyebab pneumonia untuk terhirup oleh penghuni rumah.
a. Masyarakat dapat menyeimbangkan antara luas rumah dengan
jumlah penghuninya untuk mengurangi kepadatan hunian rumah.
b. Masyarakat membuat ventilasi dengan luas yang cukup yaitu 10%
dari luas ruangan serta rutin membuka jendela di pagi hari agar
sirkulasi udara dalam ruangan baik.
c. Masyarakat dapat mengganti jenis lantai yang memenuhi syarat
rumah sehat (keramik, ubin, semen) dan kondisi lantai senantiasa
tetap bersih serta terbebas dari debu.
Masyarakat memperhatikan penggunaan jenis dinding yang
rapat, kokoh dan kedap air dari bahan yang permanen (tembok)
agar kondisi dinding rumah tidak lembab. (Nurjayanti, Maywati,
& Gustaman, 2022)
2.2.3 Saluran
1) Pengertian saluran
Saluran air merupakan salah satu infrastruktur yang penting bagi suatu
kota dalam mencegah terjadinya banjir. Saluran air banyak diubah
tanpa mengindahkan analisis mengenai dampak ligkungan. Hal tersebut
banyak terjadi di daerah perkotaan. Daerah hutan atau rawa seharusnya
juga dapat berguna untuk mengatasi banjir. Namun pada realitanya,
banyak lahan yang telah dialih
2) Jenis saluran
a. Saluran Terbuka
30

Pada semua titik disepanjang saluran, tekanan dipermukaan air


adalah sama. Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran
alam)..
b. Saluran Tertutup
Adalah sistem saluran yang permukaan airnya tidak terpengaruh
dengan udara luar (atmosfir). Saluran drainase tertutup sering
digunakan untuk mengalirkan air limbah atau air kotor yang
menggangu kesehatan lingkungan dan menggangu keindahan
2.2.4 Jamban keluarga
1. Pengertian jamban keluarga
Jamban keluarga merupakan suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu
keluarga yang lazim disebut kakus (Hayana, Raviola dan Aryani,
2020).
2. Syarat jamban keluarga
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 m)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun dan alat pembersih.
3. Pemeliharaan jamban keluarga
a. Lantai jamban hendaknya selalu kering dan bersih.
b. Tidak ada sampah berserakan dan tersedia alat pembersih.
c. Tidak ada genangan air di lantai jamban.
d. Tempat duduk dalam keadaan bersih.
e. Tidak ada serangga dan hewan pada rumah jamban.
31

f. Tersedia air bersih pada rumah jamban


g. Hindarkan pemasukan sampah padat yang sulit diuraikan (kain
bekas, pembalut, logam, gelas, dan sebagainya) serta bahan kimia
beracun bagi bakteri kedalam lubang jamban.

2.2.5. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Saluran air limbah sangat penting untuk direncanakan dalam utilitas
Tempat tinggal. Bukan hanya karena perannya yang vital dalam
menyalurkan benda atau zat yang tidak dibutuhkan oleh pengguna Tempat
tinggal, serta bahkan bahan-bahan yang beracun, saluran limbah sering
merupakan saluran yang pertama harus dibuat secara fisik ketika bangunan
mulai didirikan. Pengaruhnya sangat nampak jelas, misalnya pada
perletakannya yang tidak boleh berdekatan atau saling mengganggu dengan
saluran air minum/air bersih lainnya. Bila hal ini sampai terjadi, perbaikan
biasanya merupakan tindakan yang rumit serta membutuhkan biaya yang
tidak sedikit.
Adapun Pengertian SPAL serta Fungsi SPAL Adalah :
1. Pengertian SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah
perlengkapan pengelolaan air limbah bisa berupa pipa atau pun
selainnya yang dipergunakan untuk membantu air buangan dari
sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke tempat pembuangan.
2. Fungsi SPAL Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan
sarana berupa tanah galian atau pipa dari semen atau pralon yang
berfungsi untuk membuang air cucian, air bekas mandi, air kotor/bekas
lainnya.

2.2.6. Pembuangan Sampah


Upaya pengelolaan sampah atau limbah diterapkan demi mengurangi
dampak negatif dari material sisa tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk
menjaga kelangsungan sumber daya alam.
32

Pengelolaan sampah mencakup proses pengumpulan, pengangkutan,


pemrosesan, daur ulang, hingga pembuangan kembali material sisa dari
proses tersebut.
1. Metode System Open Dumping
Metode system open dumping merupakan bentuk upaya
pengelolaan sampah yang paling banyak diterapkan di Indonesia. Pada
metode ini material sisa dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.
Hanya saja kebijakan pemerintah sudah melarang metode ini sejak tahun
2013 lalu, meski pada kenyataannya masih banyak dilakukan.
Kekurangan dari metode ini adalah sampah akan bertumpuk di
TPA yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Selain itu
peluang untuk terjadinya perembesan air pada saluran sampah juga besar
yang bisa berujung pencemaran jangka panjang. Pemulihan juga tidak bisa
dilakukan dengan singkat jika menggunakan metode ini.
2. Metode Sanitary Landfill
Metode sanitary landfill atau semi sanitary landfilladalah metode
yang diizinkan untuk diterapkan pada TPA. Pasalnya pada metode ini
tanah terlebih dahulu dilapisi geotekstil anti karat sebelum dijadikan
tempat pembuangan sampah.
Dengan begitu rembesan air yang dihasilkan dari penimbunan sampah
dapat dialirkan oleh lapisan tersebut menuju penampungan, sehingga tanah
tidak tercemar. Hanya saja metode ini memang membutuhkan biaya besar
dan resiko kebocoran zat beracun juga ada.
3. Metode Gas Metana
Sampah sebenarnya juga bisa dikelola untuk menghasilkan energi
dengan menerapkan metode gas metana dengan memanfaatkan fermentasi
anaerobik. Pada metode ini sampah dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi anorganik dan organik.
Hanya sampah organik yang dapat diolah menjadi energi pada metode ini.
sampah tersebut dimasukkan di dalam wadah kedap udara dan dicampur
33

dengan air selama dua pekan. Hasil dari proses tersebut adalah gasa metana
(CH4) yang bisa dijadikan energi listrik.
4. Metode 3R
Selain beberapa metode yang sudah disebutkan tadi, pengelolaan
sampah di Indonesia juga menggalakkan metode 3R, yaitu reduce atau
pengurangan penggunaan, reuse atau penggunaan kembali, dan recycle
atau daur ulang. Contoh penerapan metode ini telah diterapkan oleh
pemerintah Kota Semarangpada tahun 2008 lalu.
1) Reduce
Reduce merupakan upaya pengelolaan sampah dengan cara
mengurangi dan menghentikan penggunaan barang-barang yang
berpotensi untuk menghasilkan material sisa setelah dipakai. Saat ini
metode reduce sudah mulai banyak digalakkan oleh masyarakat
Indonesia khususnya dalam penggunaan barang plastik.
Contoh reduce adalah memakai produk yang kemasannya bisa didaur
ulang, mengurangi pemakaian produk sekali pakai, meminimalisir
kegiatan belanja barang yang tidak dibutuhkan, dan meningkatkan
penggunaan produk isi ulang.
2) Reuse
Reuse adalah usaha untuk mengurangi material sampah dengan cara
menggunakan kembali barang yang sudah tidak dipakai, selama barang
tersebut masih bisa difungsikan baik sesuai fungsi aslinya ataupun
tidak.
Contoh upaya ini adalah memakai kembali botol plastik atau kaca air
mineral sebagai wadah air minum atau minyak goreng, menggunakan
kantong plastik secara berulang-ulang, dan memanfaatkan kertas
kosong tidak terpakai untuk menulis.
3) Recycle
Recycle atau disebut juga daur ulang artinya mengolah material sisa
menjadi produk baru yang mempunyai nilai manfaat. Kegiatan ini tidak
34

hanya mampu menyelamatkan lingkungan, tetapi juga bisa


meningkatkan nilai ekonomi karena produk akhis bisa dijual kembali.
Contoh recycle yaitu membuat kompos sebagai pupuk tanaman yang
terbuat dari sampah organik, membuat kerajinan dari sampah anorganik
seperti rak buku dari kartin ataupun keranjang dari anyaman plastik,
serta mengolah kertas menjadi karton
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Umum
a. Daftar nama anggota rumah tangga
Nama Hubungan
No Sex Umur Pendidikan Pekerjaan
ART ART
1 Tn. T Suami L 36 th SMA Kuli
2 Ny. U Istri P 34 th SMP IRT
3 An. B Anak L 10 th SD -

b. Genogram

Tn.T Ny. U

An. A

Keterangan :

Laki –laki Klien P Pisah

Perempuan Mati Tinggal dalam


satu rumah

35
36

Klien Laki Menikah

a. Tipe Keluarga
✔ Keluarga inti
☐ Keluarga besar
☐ Single adult
☐ Ayah+ibu tanpa menikah
☐ keluarga Dyad (suami+isti tanpa anak)
☐ Single parent
☐ Keluarga lansia
☐ Community family (tanpa pertaliandarah)
c. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan acuan Rp 20.000/hari/keluarga)
✔ Miskin (penghasilan < Rp 1.500.000)/ bulan
☐ Menengah (penghasilan Rp 1.500.000 – Rp 3.500.000)/ bulan
☐ Kaya (penghasilan > Rp 3.500.000)/ bulan
d. Aktifitas Rekreasi Keluarga (nonton TV, mendengarkan radi, wisata,
dll
☐ Tidak pernah
✔ Pernah
3.1.2 Data Khusus
a. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
☐ Pasangan baru (keluarga baru)
☐ Keluarga dengan kelahiran anak pertama (Child bearding)
☐ Keluarga dengan anak balita
☐ Kelurga dengan anak prasekolah
☐ Keluarga dengan anak sekolah
☐ Keluarga dengan anak remaja (reproduksi remaja)
☐ Keluarga dengan lansia (Menopuse)
37

✔ Keluarga dengan ibu hamil


☐ Keluarga dengan nifas
b. Riwayat Kesehatan saat ini
☐ Keluarga dengan Riwayat penyakit kronik
☐ Keluarga dengan penyakit menular
☐ Keluarga dengan penyakit khusus (RM, kusta, HIV/AIDS)
☐ Keluarga dengan penyakit keturunan
3.1.3 Sanitasi Lingkungan
a. Karakteristik Rumah : kebersihan, Penerangan, air minum, SPAL,
sampah ?
✔ Permanen, bersih, cukup
☐ Permanen, tidak bersih, tidak cukup
☐ Tidak permanen, bersih, cukup
☐ Tidak permanen, tidak bersih, tidak cukup
b. Karakteristik tetangga yang diasuh
✔ Pedesaan dan teratur
☐ Pedesaan dan kumuh
☐ Perkotaan dan teratur
☐ Perkotaan dan kumuh
c. Interkasi keluarga dengan tetangga dekat
✔ Harmonis
☐ Tidak harmonis
3.1.4 Fungsi Keluarga
a. Stuktur peran masing-masing ART (anggota rumah tangga)
✔ Sesuai
☐ Tidak sesuai
b. Pola komunikasi keluarga untuk masing-masing ART
✔ Terbuka
☐ Tertutup
c. Pola keputusan dalam keluarga (ART) tergantung pada :
38

✔Suami/Bapak
☐ Istri/Ibu
☐ Orang tua/Mertua/ dari Bapak?Ibuk
☐ Anak
d. Fungsi reproduksi berkaitan dengan pernah melahirkan (paritas)
✔ Jumlah anak 1 (P-1)
☐ Jumlah anak 2 (P-2)
☐ Jumlah anak lebih dari 2 (P>2)
e. Family Planning (Perencanaan Keluarga Berencana)
☐ Ya,sekarang menggunakan alat kontrasepsi
✔ Pernah, sekarang tidak menggunakan alat kontrasepsi
☐ Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
f. Jenis alat kontrasepsi (diisi bila sekarang menjadi peserta KB)
☐ Berkala
☐ PIL
☐ Suntik
☐ MOW
☐ Implant
☐ AKDR
☐ Kondom
☐ MOP
g. Straategi Koping yang dipakai keluarga bila ada masalah/ Krisis
☐ Konfrontasi ; menyangkal dan marah
☐ Mencari dukungan sosial
✔ Problem solving ; mengatasi masalah dengan diskusi keluarga
☐ Control diri ; bicara seperlunya, penyelesaian lama/perlu waktu
☐ Bikin jarak ; komunikasi terputus
☐ Menghindar ; tidak merasa ada masalah
☐ Bertangung jawab ; merasa ada masalah dan berusaha
mengatasinya
39

✔ Bersikap positif ; selalu menerima masalah dan mengatasinya


h. Stress dan koping keluarga, yang dipilih keluarga sesuai point (Q)
✔ Adaptif
☐ Maladaptif
i. Pemeriksaan Fisik
1) TFU : 31 cm
2) Letak janin : Presentasi kepala
3) Keadaan HIS; + atau – :–
Bila +; apakah HIS
a. Kuat/ adekuat
b. Jarang/ lemah
4) DJJ : 145x/menit
5) TBJ : 2.945 gram
6) Keadaan vagina (inspeksi)
− Flour : -
− Lendir : -
− Darah : -
7) Ukuran panggul luar
● Distansia spinarum: 23 cm
● Distansia kristarum: 26 cm
● Kesan panggul :
✔ Normal
☐ Sempit
☐ Boderlaine
8) Presentasi : Kepala
9) Diagnose : G2P1A0
10) Kadar Haemogblobin : 11,2 g/dL
11) TD Sekarang : 100/70 mmHg
12) LILA : 26 cm
13) Apakah ibu termasuk sasaran program P4K (Program Perencanaan
40

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi).


✔ Ya, lanjutan isi pertanyaan 14
☐ Tidak
14) Isian stiker yang tidak lengkap / tidak diisi oleh petugas :
a. Taksiran persalinan : 02 November 2022
b. Penolong persalinan : Dokter
c. Tempat persalinan : Rumah Sakit Bunda
d. Pendamping persalinan : Tn. T
e. Transportasi : Mobil
f. Donor darah : Saudara
15) Apakah ibu sudah mendapatkan imunisasi TT
✔ Ya
☐ Tidak
16) Apakah ibu mendapatkan tablet Fe/besi
✔ Ya
☐ Tidak
17) Apakah tablet Fe diminum secara teratur
✔ Ya
☐ Tidak
18) Kira-kira usia berapa bulan ibu periksa pertama kehamilannya ke
petugas kesehatan/bidan (K-1)= 2 bulan
19) Apakah ibu sudah diperiksa air seninya (mengetahui kadar
glukosa/ protein dalam urin)
✔ Ya
☐ Tidak
20) Apakah ibu mampu menyebutkan tanda-tanda bahaya penyakit
kehamilan
✔ Ya, bila mampu menyebutkan 1 diantara tanda berikut :
Perdarahan, mules hebat, kejang-kejang, demam tinggi.
☐ Tidak
41

3.2 ANALISA DATA


1) Data mayor :
Ibu hamil G2P1A0 UK 36 minggu dengan riwayat BSC dan riwayat PE
pada kehamilan sebelumnya, rutin kontrol kehamilan ke Bidan Desa.
Ibu saat ini mengeluh mules – mules dan pusing, rutin minum obat yang
diberikan bidan, pola makan baik, pola istirahat baik, dengan riwayat
kehamilan anak pertama ibu maka ibu disarankan untuk melakukan
persalinan di Rumah Sakit
2) Data minor :
Status ekonomi miskin, anggota keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit kronik/menular/khusus/turunan, pola keputusan tergantung
pada suami (kepala keluarga), jumlah anak 1, menyikapi masalah dalam
keluarga dengan sikap positif dan mencari penyelesaian bersama.

3.3 DIAGNOSA KEBIDANAN KELUARGA


Ibu hamil dengan riwayat BSC dan riwayat PE serta Diabetes pada
kehamilan sebelumnya
Prioritas diagnose kebidanan keluarga ditetapkan berdasarkan kriteria :
Sifat masalah :
☐ Actual (terjadi gangguan/ deficit kesehatan)
✔ Resiko Tinggi (sudah ada ancaman kesehatan)
☐ Resiko (kemungkinan adanya ancaman kesehatan)
Kemungkinan masalah dapat diubah ;
☐ Mudah
☐ Sebagaian saja
✔ Tidak dapat
Kemungkinan masalah tersebut dapat dicegah ;
☐ Tinggi
☐ Cukup
✔ Rendah
Keberadaan masalah dalam keluarga :
42

✔ Masalah dirasakan berat, perlu penanganan segera


☐ Ada masalah tetapi tidak perlu penanganan segera
☐ Keluarga tidak merasakan adanya masalah

Data Mayor
Data Minor
(dari tugas perkembangan dan
(dari data lainnya)
pemeriksaan fisik)
Ibu hamil G2P1A0 UK 36 minggu Status ekonomi miskin, anggota
dengan riwayat BSC dan riwayat PE keluarga memiliki asuransi BPJS,
pada kehamilan sebelumnya, rutin anggota keluarga tidak memiliki
kontrol kehamilan ke Bidan Desa. Ibu riwayat penyakit kronik /menular
saat ini mengeluh mules – mules dan /khusus /turunan, pola keputusan
pusing, rutin minum obat yang tergantung pada suami (kepala
diberikan bidan, pola makan baik, keluarga), jumlah anak 1, menyikapi
pola istirahat baik, dengan riwayat masalah dalam keluarga dengan sikap
kehamilan anak pertama ibu maka ibu positif dan mencari penyelesaian
disarankan untuk melakukan bersama.
persalinan di Rumah Sakit

3.4 PERENCANAAN
Indikator
No. Perencanaan Sasaran Waktu
Keberhasilan
Menjelaskan Tn. T dan Minggu, 16 Keluarga
kepada keluarga Ny. U Oktober mengetahui dan
1
hasil pemeriksaan 2022 memahami hasil
pemeriksaan.
Memberikan KIE Tn. T dan Minggu, 16 Keluarga memahami
2 mengenai Ny. U Oktober dan menerapkan
permasalahan 2022 KIE yang diberikan
43

yang dialami
keluarga :
● Menyarankan
kepada ibu
untuk lebih
memperhatika
n pola makan
ibu.
● Menganjurkan
ibu untuk
disiplin
minum obat
dan vitamin
yang
diberikan
bidan

Memberikan Tn. T dan Minggu, 16 Tn. T bersedia


Kepercayaan Ny. U Oktober menemani istri saat
kepada suami 2022 kontrol untuk
3
untuk bersama konsultasi masalah
istrinya konsultasi kesehatan
ke bidan
Memberikan Tn. T dan Minggu, 16 Bapak dan ibu
dukungan dan Ny. U Oktober termotivasi
4 motivasi pada 2022 menyelesaikan
keluiarga masalah yang
dialami
44

3.5 PELAKSANAAN
Status
Waktu Hasil Tindakan
Perkembangan
Ny. U mengatakan terakhir memeriksakan
kehamilannya pada hari ini, minggu 16
Oktober 2022 lalu di Bidan Desa, ibu
Subjek (S)
dianjurkan kembali lagi pada hari selasa,
25 Oktober 2022, ibu mengeluh mules
mules dan pusing.
Ny U dengan keadaan ibu mengeluh
mules-mules dan pusing, tensi 100/70
Objek (O)
mmHg, Hb 9,4 g/dL, TFU 31 cm, Lila
Minggu, 16
26cm
Oktober
Ny. U, G2P1A0, UK 36 Minggu, ibu
2022
Assesment (A) dengan resiko tinggi , riwayat BSC dan
riwayat PE
1. Menganjurkan ibu untuk menjaga
pola makan
2. Menganjurkan ibu untuk disiplin
Planning (P) minum vitamin
3. Mengajurkan ibu untuk segera datang
ke bidan desa apabila terjadi tanda-
tanda persalinan

3.6 POA
Hari ke-
No Kegiatan Hasil
1 2 3 4 5 6 7
1 Menyampaikan hasil ● Keluarga mengerti
pengkajian dan dengan hasil
bersama menetapkan pemeriksaan
45

masalah (diagnosa ● Masalah yang akan


kebidanan keluarga) diselesaikan telah
dan merencanakan disepakati
kegiatan ● Penyelesaian masalah
bersama telah
direncanakan
2 Kunjungan rumah ● Ibu menikmati dietnya
untuk mengetahui dan tidak mengalami
perkembangan diet kesulitan
TKTP ibu ● Ibu tidak mempunyai
keluhan
3 Kunjungan rumah ● Ibu tidak ada keluhan
untuk cek kondisi ● Hb ibu 9,4 g/dL
ibu dan melihat hasil ● Hasil pemeriksaan dari
kontrol ANC ke Bidan Desa normal
Puskesmas
● IMT ibu normal yaitu
35,1
4 Evaluasi terhadap ● Ibu mengalami
capaian perubahan IMT dan Hb
semenjak melakukan diet
TKTP
● Keluarga turut membantu
mensukseskan diet ibu
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada keluarga Tn. T oleh
mahasiswa semester 7 Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Surabaya, yang merupakan saran untuk meningkatkan kualitas dan derajat
kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Dalam
pelaksanaanya berjalan lancar walaupun terdapat beberapa faktor yang
menghambat, namun warga cukup antusias dan kooperatif.

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada keluaraga yaitu bagian dari


pelaksanaan program Praktik Kerja Lapangan semester 8 Prodi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya yang dilakukan pada
tanggal 10 – 28 Oktober 2022 di Desa Cemandi, Kecamatan Sedati, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur.

4.2 SARAN
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dibutuhkan
kerjasama yang baik antara petugas kesehatan wilayah puskesmas setempat,
tokoh masyarakat dan masyarakat. Petugas kesehatan sebaiknya lebih banyak
memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada masyarakat
sehingga masyarakat lebih aktif serta antusias dalam kegiatan yang dilakukan
oleh puskesmas setempat.

46
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Wahyuni, E. (2018). ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS. In S. Utami
(Ed.), KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Nadirawati. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga (Anna (ed.); 1st ed.).
PT. Refika Aditama.
Zakaria, A. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Pendekatan Teori dan Konsep.
CV : IRDH.
Saefudin, W. (2019). Mengembalikan Fungsi Keluarga. Ide Publishing. Diakses
melaluli
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=USuhDwAAQBAJ&oi=fnd&pg
=PR3&dq=fungsi+keluarga+komunitas&ots=1F_OxLUEmP&sig=rvWFoYnr4Q
6He-
l7KwglLSWv0nk&redir_esc=y#v=onepage&q=fungsi%20keluarga%20komunita
s&f=false pada hari Selasa, 04 Oktober 2022.
Widagdo, Wahyu. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Modul Bahan ajar
cetak keperawatan. Kementerian Ksehatan Republik Indonesia.
Nur, Siti. (2017). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta: Bahan Ajar Cetak
Keperawatan:
Yulianingrum, H. (2021). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia
Hipertensi Di Era Pandemi COVID-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati
1. Diploma Thesis, April, 5–24.
Agustin, N. A., & Syiam, N. (2020). Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research and Development,
4(2), 267–279.
Hidayatullah, A., Navianti, D., & Damanik, H. D. L. (2021). PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KOTA PALEMBANG THE PHYSICAL
CONDITION OF THE HOUSE TO THE EVENT OF PULMONARY
TUBERCULOSIS IN THE WORK AREA OF PALEMBANG CITY
HEALTH CENTER , Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Palembang. Jurnal Sanitasi Lingkungan, 1(2).

47
Moerdjoko, S., Widyatmoko, H., Hadisoebroto, R., Aphirta, S., Besila, Q. ‘Aini,
Trihidayanti, H., & Salim, M. Y. (2021). Pengelolaan dan Kesehatan
Lingkungan di Sekolah Bersama SMAN Cahaya Madani Banten Boarding
School, Kabupaten Pandeglang, Banten. ADI Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 26–35. https://doi.org/10.34306/adimas.v2i1.514
Purnama, G. S. (2017). Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, 1–161.
Nurjayanti,N., Maywati, S., & Gustaman,R., (2022). Jurnal Kesehatan komunitas
Indonesia Vol 18 no 1 Maret 2022. 18(1), 368–379.
Wardani, I. A., & Astuti, D. (2022). Kajian Literatur Tentang Faktor Lingkungan
Fisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita.
Environmental Occupational Health and Safety Journal, 2(2), 175–194.
Retrieved from https://jurnal.umj.ac.id/index.php/EOHSJ%0APages : 175-
194%0AISSN : 2745-3863 ISSN : -%0AKAJIAN

Hayana, H., Raviola, R. dan Aryani, E. (2020) ‘Hubungan Cakupan Kepemilikan


Jamban di Kelurahan Kampung Baru Kota Pekanbaru’, Jurnal
Kesehatan Global , 3(1), p. 9. doi: 10.33085/jkg.v3i1.4536
Kanigara Vol. I No. 1 (2021) ‘PENINGGIAN SALURAN AIR SEBAGAI SOLUSI
MENGURANGI BANJIR DI PERUMAHAN BUKIT KENCANA,
BEKASI, JAWA BARAT’. Kanigoro : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat

48

Anda mungkin juga menyukai