KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
1
2
LAPORAN KASUS
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
PRAKATA
Nurisi pada Typhus Abdominalis di Ruang Seruni Rumah Sakit Umum Daerah
adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk
perbaikan penulisan laporan kasus pada masa mendatang sangat penulis harapkan.
7
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PENGESAHAN v
PRAKATA vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 4
C. Manfaat 5
1. Pengkajian 37
3. Diagnosa 44
4. Intervensi 46
5. Evaluasi 50
A. Metode Penulisan 51
4. Sampel 52
7. Analisis data 53
A. Hasil 55
1. Biodata Klien 55
2. Pengkajian (Assesment) 56
4. Perencanaan Keperawatan 64
6. Evaluasi 73
9
B. Pembahasan 77
1. Typhus Abdominalis 77
2. Diagnosa Keperawatan 78
A. Simpulan 97
1. Pengkajian 97
2. Diagnosa Keperawatan 98
3. Rencana Keperawatan 99
5. Evaluasi 100
6. Kesenjangan 101
B. Saran 101
LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Asuhan Keperawatan
2 Lembar Bimbingan
4 Lembar DDST
5 Berita Acara
7 Leaflet
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
ini adalah Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
makanan dan minuman dengan rute fekal-oral. Penyakit ini banyak tejadi di
masyarakat yang kumuh, lingkungan padat, penyediaan air bersih yang tidak
kurang memadai dan tidak memenuhi syarat kesehatan (Marni, 2016, p.14).
tuntutan tubuh yaitu melalui perawatan dengan tirah baring pada penderita dan
14
terapi diet yang tepat. Diet menjadi hal yang penting dalam proses
15
yang mengalami nyeri hebat dapat juga mengalami syok neurogenik. Komplikasi
per tahunya dengan 600.000 orang meninggal karena Typhus abdominalis dan
Penelitian yang dilakukan oleh Khan, dkk (2013) dalam buku Marni
Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan dan Amerika Tengah disebabkan oleh
pasokan air bersih yang tidak adekuat. Pakistan merupakan negara endemik
yang sebagian besar meyerang anak usia pra sekolah (1-5 tahun), sedangkan di
NAD sebesar 2,96%, Bengkulu sebesar 2,58%, Jawa Barat sebesar 2,14%, Banten
sebesar 2,24%, Nusa Tenggara Barat sebes 1,93%, Nusa Tenggara Timur sebesar
Sulawesi Selatan sebesar 1,80%, Gorontalo sebesar 2,25%, Papua Barat sebesar
2,39%, Papua sebesar 2,11%, dan Jawa Tengah sebsar 1,61%. Di 18 provinsi,
abdominalis dan paratyphus yang dirawat inap di Rumah Sakit sebanyak 41.081
kasus dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 237.641.326 (0,017%) dan 279
Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung pada tahun 2015
dengan presentase 28,3%, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sebanyak 162 kasus
sebanyak 10 kasus dengan presentase 0,5%, dan sisanya penyakit yang lain
mencapai 449 kasus dengan presentase 25,85%. Pada bulan Januari sampai
September 2016, jumlah keseleruhan penyakit anak adalah 1278 kasus.
dengan presentase 4,42%, dan sisanya penyakit yang lain mencapai 449 kasus
Temanggung.
Temanggung”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Penulis dapat:
Typhus abdominalis.
7
8
abdominalis.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
penulis.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Typhus abdominalis.
b. Perawat
c. Perpustakaan
d. Pembaca
proposal selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi
p.240).
p.42)
p.2)
dengan higiene yang buruk yang memiliki gejala demam selama satu
2. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa, kuman ini memiliki
a. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak
berspora.
tersebut.
di jaringan limfatik usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi.
Kuman ini berupa gram negatif yang akan nyaman hidup di dalam suhu tubuh
manusia. Kuman ini akan mati pada suhu 70°C dan dengan pemberian
antiseptik. Masa inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang
memiliki masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu
12
3. Manifetasi Klinis
anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari.
Yang tersingakat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
deitemukan gejala, prodormal, yakni perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Gambaran klinis
a. Demam. Pada kasus yang khas demam terjadi selama 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun oada pagi hari
dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua klien terus
dalam keadaan demam; pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan
b. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat napas bau tidak
putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai
perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau
normal.
13
dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
a. Mulut
Mulut (oris) merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang meluas
dari bibir sampai ke istimus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan
faring.
1) Bibir
2) Pipi
Kelengkapan mulut bagian luar dilapisi oleh kulit dan bagian dalam
mukosa).
3) Gigi (dentis)
4) Lidah
Kerja sama otot pengnyah dengan otot lidah dan pipi sangat
b. Faring
pencernaan makanan.
Dalam hal ini terjadi penyilangan antara jalan makanan dan jalan pernapasan
c. Esofagus (kerongkong)
Saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Pada peralian dari esofagus ke
lambung terdapat sfingter kardiak yang dbentuk oleh lapisan otot sirkuler
esofagus. Sfingter ini terbuka secara refleks pada akhir peristiwa menelan.
Fungsi utama sfingter esofagus yaitu mencegah isi lambung naik lagi ke
esofagus.
16
d. Lambung (ventrikulus)
Sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esofagus dan usus halus,
Fungsi lambung:
dalam hati.
Bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan
pencernaan yang palong panjang dari tempat proses pencernaan dan absorbsi
pencernaan.
intestium.
17
3) Ileum: usus halus yang terletak sebelah kanan bawah berhubungan dengan
sekum.
Usus halus dan kelenjarnya merupakan bagian yang sangat penting dari
3) Mencerna makanan.
4) Mengabsorbsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino,
dengan panjang kira-kira 1,5 - 1,7 meter dan penampang 5 cm. Lanjutan dari
usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik meneglilingi usus halus.
5. Patofisiologi
dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
Masuk ke lambung
Dimusnahkan asam lambung
Bakteri yang hidup masuk ke usus
halus
Pembuluh limfe
Peredaran darah (Bakteremia primer)
MK. Ketidakseimbangan
MK. Kekurangan MK. Hipertermi
nutrisi kurang dari
volume cairan
kebutuhan tubuh
MK. Intoleran
aktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang
dan trombositopenia.
tulang.
c. Biakan empedu: terdapat basil Salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika
Salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka klien dinyatakan betul
belum sembuh.
yang dipakai pada pemeriksaan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada
Salmonella serogroup D
7. Penatalaksanaan
kemali (istirahat total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh
d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
e. Obat pilihan ialah seftriakson, Sefiksim diberikan dengan dosis 7,5 mg/kg
diberikan dua kali sehari selama 14 hari, seftriakson 50-70 mg/kg satu kali
sehari selama 5 hari, dan aztreonam 50-70 mg/kg tiga kali sehari selama 7
hari.
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang
bisa diukur dengan berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
dalam pola teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak
pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990,
Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. (Depkes RI, 2014)
a. Faktor Herediter
dimodifkasi, ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari
proses tmbang anak. Misalnya, anak keturunan Eropa akan lebih tinggi dan
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Internal
perkembangan seks.
ibu, saudara, teman sebaya, guru, dan sebagainya akan berpengaruh besar
2) Lingkungan Eksternal
Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak (Ridha, 2014, hal. 89-94)
Tabel 2.1
Tumbuh kembang infant/bayi, umur 0-12 tahun
Umur Fisik Motorik Sensoris Sosialisasi
Umur Berat badan akan bayi berusaha untuk Mata Bayi sudah
1 meningkat 150-200 mengangkat kepala mengikuti mulai
bulan gr/mg, tinggi badan dengan dibantu oleh sinar ke tersenyum
meningkat 2,5 cm/bulan, orang tua, tubuh tengah pada orang
lingkar kepala meningkat ditengkurapkan, kepala yang ada
1,5 cm/bulan. Besarnya menoleh ke kiri kanan, disekitarnya
kenaikan seperti ini akan reflek menghisap,
berlangsung sampai bayi menelan, menggenggam
umur 6 bulan sudah mulai positif
22
Tabel 2.2
Tumbuh kembang Toddler (BATITA); umur 1-3 tahun
Umur Motorik kasar Motorik halus
Umur 15 bulan Sudah bisa berjalan sendiri Sudah bisa memegangi
tanpa bantuan orang lain cangkir, memasukkan jari ke
lubang, membuka kotak,
melempar benda
Umur 18 bulan Mulai berlari tetapi masih Sudah bisa makan dengan
sering jatuh, menarik-narik menggunakan sendok, bisa
mainan, mulai senang naik membuka halaman buku,
tangga tetapi masih dengan belajar menyusun balok-
bantuan balok.
Umur 24 bulan Berlari sudah baik, dapat naik Sudah bisa membuka pintu,
tangga sendiri dengan kedua membuka kunci,
kaki tiap tahap menggunting sederhana,
minum dengan menggunakan
gelas atau cangkir, sudah
dapat menggunakan sendok
dengan baik
Umur 36 tahun Sudah bisa naik turun tangga Bisa menggambar lingkaran,
tanpa bantuan, memakai baju mencuci tangannya sendiri,
dengan bantuan, mulai bisa menggosok gigi.
naik sepeda roda tiga.
(Sumber: Ridha, 2014)
Tabel 2.3
Tumbuh kembang pra sekolah
Umur Motorik kasar Motorik halus Sosial Pertumbuhan
emosional fisik
Usia 4 Berjalan berjinjit, Sudah bisa - -
tahun melompat, menggunakan
melompat dengan gunting dengan
satu kaki, lancar, sudah
menangkap bola bisa
dan menggambar
melemparkannya kotak,
dari atas kepala. menggambar
garis vertical
maupun
horizontal,
belajar
membuka dan
memasang
kancung baju.
25
Tabel 2.5
Tumbuh kembang remaja (Adolescent)
Pertumbuhan fisik Sosial emosional
Merupakan tahap pertumbuhan yang Kemampuan akan sosialisasi
sangat pesat, tinggi badan 25%, berat meningkat, relasi dengan teman
badan 50%, semua system tubuh wanita/pria akan tetapi lebih
berubah dan yang paling banyak penting dengan teman yang sejenis,
adalah sistem endokrin, bagian-bagian penampilan fisik remaja sangat
tubuh tertentu memanjang, misalnya penting karena mereka supaya
tangan,kaki, proporsi tubuh diterima oleh kawan dan disamping
memanjang. itu pula persepsi terhadap
badannya akan mempengaruhi
konsep dirinya, peranan orang
tua/keluarga sudah tidak begitu
penting tetapi sudah mulai beralih
pada teman sebaya.
(Sumber: Ridha, 2014)
menyatakan istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berati nutrisi.
Oleh para ahli istilah tersebut diubah menjadi gizi. Gizi adalah substansi
zat penting yang dkenal dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi berfungsi
dalam tubuh sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit.
27
Dalam konsep dasar nutrisi kita mengenal sebuah istilah yang disebut
dengan nutrien. Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang
terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya.
kurangnya saat fungsi khusus pada saat dicerna dan diserap oleh tubuh. Asupan
makanan yang adekuat teridiri atas enam zat nutrisi esensial (kelompok nutrien)
b. Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot
Energi yang dihasilkan oleh nutrien atau makanan disebut sebagai “nilai kalori”.
a. Jumlah kalori yang dihasilkan nutrien menurut Suitor & Hunter (1980) dalam
1 g lemak : 9 kkal
b. Rata-rata pemasukan energi menurut Guyton (1980) dalam buku Mubarak dan
40 energi lemak
Dalam buku Potter and Perry (2012), jenis –jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh, yankni:
a. Karbohidrat
b. Protein
sederhana adalah asam amino. Asam amino esensial adalah yang tidak
Protein yang lengkap terdiri dari semua asam amino esensial dalam
daging, hewan ternak, telur dan susu. Contoh makanan yang mengandung
buncis), dan sayur – sayuran. Kombinasi dari satu protein yang tidak lengkap
dengan protein lain yang tidak lengkap menyediakan asam amino esensial
c. Lipid
menyediakan 9 kkal per gram. Lipid termasuk lemak yang padat pada suhu
ruangan dan minyak yang cair pada suhu ruangan. Lipid tersusun dari karbon,
hidrogen dan oksigen, tapi propoesi setiap elemen berbeda dari karbohidrat.
Kebanyakan lemak hewan memiliki proporsi asam lemak jenuh yang tinggi,
sedangkan lemak sayuran memiliki jumlah yang tinggi akan asam lemak tidak
d. Air
Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel bergantung
pada lingkungan cair. Air menyusun 60% samapai 70% dari seluruh berat
badan. Persentase seluruh air dalam tubuh lebih banyak untuk orang kurus
daripada orang gemuk karena otot terdiri dari banyak air daripada jaringan lain
kecuali darah.
e. Vitamin
Vitamin merupakan subtansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang
dalam jumlah yang dibutuhkan dan bergantung pada asupan diet. Walaupun
makanan segar yang digunakan dengan cepat setelah terpapar panas, udara
f. Mineral
a. Bayi
menambah berat badannya menjadi dua kali lipat pada saat berusia 1
hingga 5 bulan dan tiga kali lipat pada usia tiga tahun. Asupan energi kira-
kira 108 kkal/kg berat badan yang diperlukan pada satu setengah masa
pertumbuhan dan 98 kkal/kg pada dua setengah. Bayi baru lahir dapat
lemak yang dielmusi. Amilase, enzim pemecah zat tepung tidak ada
hingga kira-kira berusia 2,5 atau 3,5 bulan. Bayi memerlukan kira-kira 100
hingga 150 ml/kg/hari dari cairan karena porsi besar dari total berat badan
adalah air.
31
akan kalori lebih rendah tetapi terdapat oeningkatan jumlah protein dalam
hari untuk memberikan protein, kalsium, riboflavin, dan vitamin A dan B12.
Keseluruhan susu harus digunakan sampai todler mencapa usia 2 tahun untuk
asupan protein todler harus mengandung nilai protein biologi tinggi. Todler
yang mengonsumsi lebih dari 720 g susu sehari daropada makanan lain dapat
roti asalah sumber yang baik akan zat besi dengan tambahan pada daging.
Ketika daging diberikan pada todler, maka makanan harus dipotong kecil
permen, kacang, anggur, dan popcorn merupakan makanan yang lebih dering
diimplikasikan pada kematian karena tersedak dan hal itu harus dihindari.
Todler harus menerima empat porsi sehari dari kelompok buah dan
sayuran. Satu porsi harus mengandung vitmin C yang baik. Sayuran berdaun
hijau dan buaah kuning harus sering disajikan. Todler menyukai sayuran
mentah tapi jangan memberikan wortel yang mentah karena bahaya tersedak.
32
Empat porsi todler mulai dari roti dan sereal harus termasuk seluruh
padi-padian atau roti yang dierkaya nilai gizinya, sereal dan pasta. Sereal bayi
dapat berlanjut digunakan karena kandungan besi yang tinggi. Todler sering
menyukai sereal kering tapi sereal yang mengandung gulu atau gula pada
sereal harus dihindari. Selan empat dasar kelompok makanan, anak harus
hingga 90 g dari kelompok daging, empat hingga lima porsi dari kelompok
buah dan sayuran (termasuk sumber vitamin C setiap hari dan porsi sayuran
dan buah-buahan berdaun hijau dan kuning tua), tiga porsi seluruh padi-padian
atau makanan yang diperkaya gizinya dari kelompok roti dan sereal, dan 3
yang rendah dan terus menerus, dengan penurunan bertahap dalam kebutuhan
energi per unit berat badan. Anak usia sekolah mendapat 3 hingga 5 kg dalam
berat badan dan 6 cm dalam tinggi badan per tahun hingga pubertas.
Nafsu makan anak-anak usia sekolah lebih besar daripada mereka yang
kelompok makanan daging, empat porsi atau lebih dari kelompok buah dan
sayuran (denagn sumber vitamin C sehari dan sumber vitamin A setiap hari
yang lain), tiga hingga empat porsi dari seluruh padi-padian dan roti yang
33
diperkaya gizinya dan sereal, dan 1 hingga 2 sendok teh margarin atau
mentega.
d. Remaja
Selama remaja umur fisiologis merupakan panduan yang lebih baik untuk
Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang yang cepat bagi remaja, dan anak
pada pengeluaran menstrual. Anak laki-laki juga memerlukan zat besi yang
tinggi.
34
Klien yang sakit atau lemah seringkali memiliki nafsu makan yang buruk.
lingkungan, konsultasi dengan ahli gizi, ketentuan diet khusus dan pilihan
a. Lingkungan
b. Ahli Gizi
asupan makanan. Pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi
respons terapi diet klien sangat menguntngkan perawat, ahli gizi, dan
klien.
35
makanan atau bumbu makanan. Terapi diet apapun hanya akan baik jika
ingesti makanan, dan yang tidak memiliki masalah dengan digesti atau
Hal ini termasuk kebutuhan untuk suplemen diet seperti susu kocok,
Nutrisi yang baik penting bagi kesehatan dan penyakit, tetapi pola asupan diet
Klien yang keluar dari rumah sakit dengan diresepkan diet seringkali
kebutuhan diet khusus atau umum. Sama halnya pada lingkungan kesehatan
lain, klien yang mengalami defisit nutrisi atau masalah obesitas membutuhkan
bantuan dala perencanaan menu makan dan kepatuhan dengan terapi diet yang
berdasarkan resep atau standar pedoman diet seperti kelompok dasar makanan.
Makanan juga harus menyediakan variasi dalam makanan dan warna yang
menggunakan pengganti.
Perawat yang mempunyai tugas untuk memberi makan kepada beberapa klien
sehingga semua klien dapat diberi makan tepat waktu, dan terencana dengan
baik.
5. Nutrisi Enteral
55
56
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan kesadaran.
Tabel 2.6
Tekanan Darah Anak Menurut Umur
Umur Sistotik Diastolik
3 – 5 tahun 104 – 116 mmHg 63 – 74 mmHg
6 – 9 tahun 108 – 121 mmHg 71 – 81 mmHg
10 – 12 tahun 114 – 127 mmHg 77 – 83 mmHg
2) Nadi
frekuensinya sangat tinggi (lebih dari 200 kali per menit). Brakardi
Tabel 2.7
Frekuensi nadi
Usia Frekuensi Nadi Rata – rata
Lahir 140
1 bulan 130
1 – 6 bulan 130
6 – 12 bulan 115
1 – 2 tahun 110
2 – 4 tahun 105
3) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang
Pada klien dengan Typhus abdominalis terdapat riwayat demam (> 38°C).
Demam muncul di sore hari, terus menetap hingga malam hari dan
40°C. Pada pagi hari anak masih dapat beraktivitas secara normal.
4) Pemeriksaan Pernapasan
Tabel 2.9
Pola Pernapasan
Pola Deskripsi
Pernapasan
Dispnea Susah napas yang ditunjukan dengan adanya retraksi dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat abnormal tapi iramnya teratur
Takipnea Pernapasan cepat dan dangkal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada napas
58
1) Pemeriksaan kepala
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian
akan bertambah sebesar ±0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi
±44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat di
lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai
usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ±10 cm. Pemeriksaan ubun
2) Pemeriksaan leher
d. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan ini untuk menilai visus atau ketajaman mata. Apabila ditemukan
lain.
e. Pemeriksaan Telinga
belebih pada telinga dapat menyebabkan telinga kotor dan mengganggu indra
pendengaran.
59
f. Pemeriksaan Mulut.
Anak dengan Typhus abdominalis ditemukan adanya lidah yang kotor (coated
g. Pemeriksaan hidung
juga untuk menentukan ada tidaknya epistaksis. Alat yang digunakan adalah
h. Pemeriksaan kulit
i. Pemeriksaan Dada
1) Paru – Paru
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular
2) Jantung
Auskultasi : Redup
3) Pemeriksaan Abdomen
Perkusi : Tympani
j. Pemeriksaan Genitalia
b. Pola metabolisme-nutrisi
metabolik, mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah
kotor (coated tongue) yang khas pada klien dengan Tyfus abdominalis, dan
1) Antropometri
BBI = (umur(bln)/2) + 4
BBI = (umur(thn) x 2) + 8
Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan di
Lingkar Kepala
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan
bertambah sebesar ±0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi ±44 cm.
bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar
otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk
Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan refleksi
energi.
62
2) Biokimia
Hemoglobin normal
Leukosit
b) Bayi/anak : 9000-12.000/mm3
Albumin normal
c. Pola eliminasi
Pada klien dengan Typhus abdominalis kadang terjadi diare namun dapat juga
d. Pola aktivitas-latihan
e. Pola istirhat-tidur
f. Pola kogitif-persepsi
pembuatan keputusan.
kesehatan.
3. Diagnosa
metabolik.
Batasan karakteristik:
1) Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
4) Diare
8) Kerapuhan kapiler
9) Kesalahan informasi
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
Batasan karakteristik:
2) Keletihan
2) Imobilitas
4) Tirah baring
4. Intervensi
Hasil NOC:
Hasil NIC
kebutuhan gizi.
kalori).
makan
badan.
b. Intoleran aktivitas
Hasil NOC:
Hasil NIC:
spesifik.
aktivitas harian.
adekuat.
membangun ketahanan.
c. Evaluasi
BAB III
METODE PENULISAN
A. Metode Penulisan
dokumentasi.
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumentasi
4. Sampel
Sampel yang dipilih penulis dalam laporan kasus tugas akhir adalah
salah satu klien anak dengan Typhus abdominalis yang memiliki gangguan
Kabupaten Temanggung.
72
Desember 2016.
7. Analisis Data
Tahapan analisis data menurut Miles dan Humberman dalam jurnal Arfalah S,
a. Pengumpulan data
b. Reduksi data
c. Penyajian data
Bentuk penyajian data dalam karya tulis ilmiah ini adalah asuhan
Typhus abdominalis.
73
reduksi data. Bentuk dari verifikasi dalam karya tulis ilmiah ini adalah evalusi
BAB IV
A. Hasil
Klien adalah anak berinisial An. D dengan usia 6 tahun (29 Juni
Typhus abdominalis.
jenjang SMP dan bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu klien berinisial
berpendidikan terakhir SMP, dan seorang ibu rumah tangga. Klien tinggal
Desember 2016, pukul 07.30 WIB di bangsal Seruni, Rumah Sakit Umum
2. Pengkajian (Assessment)
a. Riwayat Kesehatan
WIB dengan keluhan demam selama 7 hari dan meningkat pada sore
sampai pagi hari sebelum masuk rumah sakit, disertai dengan mual dan
dirasakan oleh An. D, ibu klien sudah mengajak An. D berobat ke dokter
terdekat dan diberikan obat namun setelah obat yang diberikan habis obat
terdekat dan diberikan obat kembali akan tetapi tidak terjadi penurunan
demam.
cuaca.
An. D merupakan anak kedua dari dua bersaudara, yang lahir pada
tanggal 29 Juli 2010. Saat mengandung An. D, ibu klien rutin melakukan
lahir pada usia kehamilan 36 minggu, jenis kelamin perempuan, lahir sehat serta
menangis keras, dan tidak ada sianosis. Berat badan lahir klien adalah 3000 gram,
Klien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) dari lahir sampai kllien berusia 24
bulan (2 tahun), pemberian susu formula dimulai pada usia 6 bulan, makanan
pendamping ASI dimulai pada usia 8 bulan. Klien mulai tengkurap pada usia 4
bulan, duduk pada usia 8 bulan, merangkak pada usia 9 bulan, berdiri pada usia 11
bulan, berjalan serta berbicara pada usia 13 bulan. Berat badan klien saat ini
adalah 18 kg dan tinggi badan klien adalah 105 cm, klien juga mampu menulis
namanya sendiri dan berhitung. Klien diasuh oleh kedua orangtuanya, apabila
klien ditinggal oleh kedua orangtuanya karena suatu urusan tertentu, klien di
titipkan di rumah neneknya bersama dengan kakaknya. Kedua orangtua dan kakak
klien sangat menyayangi dan mencintai klien. Ketika dirawat dirumah sakit,
sesekali klien bermain dengan kakaknya ketika menjenguk klien. Saat di rumah
maupun saat dirawat di rumah sakit, klien lebih dekat dengan ibunya. Klien
berespon saat dajak berkomunikasi, klien juag bersedia saat dilibatkan dalam
tahun mendapatkan imunisasi Hepatitis B I, II, II; Polio I,II; dan Difteri Pertusis
Tetanus (DPT) I, II; usia 4 tahun mendapatkan imunisasi Polio III dan DPT III,
usia 9 bulan mendapatkan imunisasi Polio IV dan Campak I, serta usia 6 tahun
berat badan 18 kg dan tinggi badan 105 cm. Kepala menunjukkan bentuk
mecocepal, tidak terdapat lesi, kulit kepala bersih, rambut bergelombang dan
pembesaran polip, tidak ada penumpukan sekret dan tidak terpasang O2.
Pemeriksaan mulut didapatkan bibir kering, lidah kotor (terdapat selaput putih
yang tebal pada bagian tengah lidah dan berwarna kemerahan dibagian ujung
dan tepi lidah), gigi bersih, tidak berlubang, tidak ada karies gigi. Bentuk
telinga tampak simetris antara kanan dan kiri, dan tidak ada penumpukan
serumen. Bentuk leher tampak normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
inspeksi: pergerakan dada simetris anatara kanan dan kiri, palpasi: vokal
fremitus teraba kanan dan kiri, perkusi: soonor, dan auskultasi: tidak ada suara
tidak tampak, palpasi: ictus cordis teraba, perkusi: redup dan auskultasi: S1
dan S2 reguler.
terdapat pembesaran hati maupun limpa dan tidak terdapat nyeri tekan.
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit elastis, saat dilakukan pitting
oedema < 2 detik, penyebaran rambut merata, kulit bersih dan tidak ada lesi.
Pada ekstremitas atas terpasang infus pada tangan kiri dan tidak ada
edema, ekstremitas bawah akral teraba hangat dan tidak ada edema. Kekuatan
otot berada pada skala 2 yaitu dapat menggerakan otot sesuai perintah.
keluraganya, maka ketika ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak mau makan karena mual dan
sakit adalah 20 kg dan berat badan selama sakit adalah 18 kg. Berat badan
ideal An. D adalah 20 kg. Tinggi badan adalah 105 cm, sedangkan tinggi
bibir kering, rambut sedikit rontok, konjungtiva anemis, keadaan umum lemah,
dan terjadi penurunan berat badan. Diet klien sebelum sakit, makan 3 kali sehari
dengan menu seimbang, selama sakit diet klien adalah bubur saring, namun terjadi
penurunan nafsu makan dan apabila diberi makan klien langsung muntah.
Pola eliminasi klien sebelum sakit adalah BAB (buang air besar) rutin
sebnayak 1 kali sehari dengan konsistensi feces lembek dan berwarna kekuningan.
Sedangkan selama klien sakit, klien sama sekali belum BAB. Untuk BAK (buang
air kecil) sebelum klien sakit yaitu 5 kali sehari dengan warna urin jernih dan bau
khas urin, selama klien sakit BAK 2 kali sehari dengan warna urin kekuningan
Pola aktivitas aktivitas dan latihan klien sebelum sakit klien aktif, dan
sering bermain dengan kakak dan teman-temannya. Selama sakit, klien tampak
klien juga terbatas karena terpasang infus, perawatan diri dibantu oleh orang
Pola istirahat tidur klien sebelum sakit adalah 10 jam setiap hari, tidur jam
20.00 WIB sampai jam 05.00 WIB, klien juga mempunyai kebiasaan tidur pada
siang hari, kualitas tidur klien baik dan jarang terbangun. Selama klien sakit
terjadi perubahan pola istirahat tidur, klien menjadi lebih banyak tidur dan sering
terbagun pada malam hari, tidur klien kurang lebih 15 jam setiap hari.
dengan perawat maupun tenaga medis yang lain, klien merasa takut dengan
tindakan medis, sedangkan orang tua klien merasa belum mengetahui dengan
rumah. Ibu klien juga tidak mampu menjawab pertanyaan seputar penyakit
adalah seorang anak dan seorang adik, klien mempunyai hubungan yang baik
apabila kedua orang tua menemani klien selama dirumah sakit, klien merasa
d. Data Penunjang
(normal: 35 – 45), jumlah leukosit 4,8 10^3/uL (normal: 5,0 – 13,0), jumlah
eritrosit 4,83 10^6/uL (normal: 4,0 – 5,30), jumlah trombosit 157 10^3/uL
(normal: 25,0 – 33,0), MCHC 34,0 g/dL (normal: 32,0 – 36,0), eosinofil
(normal: 32,0 – 52,0), limfosit 31,7 % (normal: 30,0 – 60,0), monosit 3,8
20), LED 2 jam 72 mm (normal: 8 – 20), hasil uji Widal: S Typhi O (+)
2,5ml
pukul 07.30 WIB dengan hasil pengkajian data subjektif: klien mengatakan
mual dan muntah apabila makan, dan klien merasa tidak nafsu makan. Data
82
adalah 20 kg dan berat badan selam sakit adalah 28 kg, tinggi badan klien
konjungtiva anemis, lidah kotor (terdapat selaput putih yang tebal di bagian
tengah lidah, berwarna merah di bagian ujung dan tepi lidah) dan keadaan
umum lemah; Diit: sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan menu
seimbang, selama sakit diit klien adalah bubur saring dan klien tidak pernah
tanggal 12 Desember 2016 pada pukul 07.30 WIB yaitu intoleran aktivitas
aktivitas, klien juga mengatakan badan mudah terasa lelah. Data objektif:
skala kekuatan otot berada pada pada skala 2 yaitu hanya dapat menggerakan
otot sesuai perintah namun tidak mampu menahan tahanan minimal, perwatan
klien mengatakan belum mengerti dan bingung dengan penyakit yang diderita
klien dan cara penanganannya. Data objektif: ibu klien tidak mapu menjawab
83
4. Perencanaan Keperawatan
data dari pengkajian yang telah dilakukan, maka dilakukan perencanaan yang
akan diberikan kepada klien sesuai dengan masalah yang terdapat pada klien.
(menghabiskan porsi diit dari rumah sakit), asupan cairan tidak menyimpang
dari rentang normal (1500-1800 ml/hari), dan rasio berat badan/tinggi badan
(NIC) yang direncanakan antara lain bantuan peningkatan berat badan dengan
untuk meredakan mual sebelum makan, bantu klien untuk makan atau suapi
favorit klien sementara klien berada di rumah sakit atau fasilitas perawatan yang
sesuai.
(NOC) antara lain frekuensi nadi ketika beraktivitas tidak terganggu (60-
x/menit), kekuatan tubuh bagian atas dan bawah tidak terganggu, dan kemampuan
dalam aktivitas spesifik, dan ciptakan lingkungan yang nyaman untuk dapat
penyakit, keluarga klien memahami tanda dan gejala, keluarga klien memahami
85
proses penyakit yang spesifik, kenali pengetahua keluarga klien mengenai kondisi
klien, jelaskan tanda-gejala yang umum dari penyakit, berikan informasi kepada
eksplorasi sumber-sumber dukungan yang ada, edukasi klien mengenai tanda dan
gejala yang harus dilaporkan kepada petugas kesehatan, dan review pengetahuan
kurang asupan makanan antara lain: menentukan status gizi klien dan
yaitu ibu klien mengatakan klien tidak mau makan diet dari sumah sakit, klien
hanya mau minum air putih , dan apabila disuapi klien merasa mual dan ingin
konjungtiva anemis, dan lidah kotor. Pukul 07.45 WIB penulis menciptakan
86
yaitu ibu klien mengatakan klien lebih suka makan di tempa yang bersih dan rapi.
Respon objektif didapatkan klien tampak senang. Pukul 08.00 WIB penulis
menimbang berat badan klien setiap hari dengan respon objektif BB 18kg. Pukul
klien sementara klien berada di rumah sakit yang sesuai dengan respon subjektif
ibu klien mengatakan bersedia, respon objektif klien diberi makanan bubur
sumsum yang dibawa dari rumah dan klien tampak mau makan walaupun hanya
sedikit. Pukul 11.00 WIB memberikan obat injeksi Ondacentron 0,5 ml dan
Dexamethasone 0,5 ml yaitu obat untuk mengatasi mual dan muntah didapatkan
respon subjektif klien mengatakan bersedia diberikan obat injeksi, respon objektif
didapatkan klien tampak menahan sakit saat obat injeksi diberikan. Pukul 12.00
dengan kelemahan yang penulis lakukan antara lain: pukul 08.15 mengkaji
klien mengatakan setiap kegiatan klien selalu dibantu oleh orangtuanya, respon
berbaring di tempat tidur dan skala kekuatan otot 2 yaitu hanya dapat
lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala
didapatkan respon subjektif ibu klien mengatakan ketika keadaan disekitar aman
87
didapatkan klien tampak lemah, dan klien lebih banyak tidur. Pukul 08.45 WIB
adekuat didapatkan respon subjektif ibu klien mengatakan klien belum mau
tampak lemah. Pukul 09.15 WIB penulis mengajarkan Range of Motion (ROM)
diberikan dan klien mampu mempraktekkan secara mandiri. Pukul 13.00 WIB
penulis menganjurkan klien untuk tidur siang didapatkan respon subjektif klien
kurang asupan makanan antara lain: menentukan status gizi klien dan
yaitu ibu klien mengatakan klien mau makan 3 sendok makan, minum teh,
menunjukkan klien tampak lemah, bibir kering, konjungtiva anemis, dan lidah
klien lebih suka makan di tempat yang bersih dan rapi. Respon objektif
didapatkan klien tampak senang. Pukul 08.00 WIB penulis menimbang berat
88
badan klien setiap hari dengan respon objektif BB 18 kg. Pukul 10.00 WIB
klien berada di rumah sakit yang sesuai dengan respon subjektif ibu klien
mengatakan bersedia, respon objektif klien diberi makanan agar-agar yang dibawa
dari rumah dan klien tampak mau makan. Pukul 11.00 WIB memberikan obat
injeksi Ondacentron 0,5 cc yaitu obat untuk mengatasi mual dan muntah
respon obyektf didapatkan klien tampak menahan sakit saat obat injeksi diberikan.
Pukul 12.00 WIB memberikan suplemen makanan Vitacur 2,5 cc dengan respon
dengan kelemahan yang penulis lakukan antara lain: pukul 08.15 mengkaji
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas didapatkan respon objektif ibu klien
mengatakan setiap kegiatan klien masih dibantu oleh orangtuanya, respon objektif
duduk dan skala kekuatan otot 3 yaitu hanya dapat menggerakan otot dan
menahan beban minimal. Pukul 08.30 WIB penulis menciptakan lingkungan yang
aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala didapatkan respon
subjektif ibu klien mengatakan ketika keadaan disekitar aman maka akan
tampak lemah, dan sudah mulai banyak duduk. Pukul 08.45 WIB penulis
didapatkan respon subjektif ibu klien mengatakan klien mau memakan diet yang
89
bersedia, respon objektif klien tampak memperhatikan arahan yang diberikan dan
menganjurkan klien untuk tidur siang didapatkan respon subjektif klien bersedia
mengikuti anjuran.
makanan antara lain: menentukan status gizi klien dan kempuan [klien] untuk
memenuhi kebutuhan gizi, didapatkan respon subjektif yaitu ibu klien mengatakan
klien sudah mau makan diet dari rumah sakit dan mual berkurang. Respon
objektif menunjukkan klien tampak lemah, bibir kering, konjungtiva anemis, dan
mengatakan klien lebih suka makan di tempa yang bersih dan rapi. Respon
objektif didapatkan klien tampak senang. Pukul 08.00 WIB penulis menimbang
berat badan klien setiap hari dengan respon objektif BB 18,1 kg. Pukul 10.00 WIB
klien berada di rumah sakit dengan respon subjektif ibu klien mengatakan
bersedia, respon objektif klien diberi makanan bubur sumsum yang dibawa dari
rumah dan klien tampak mau makan walaupun hanya sedikit. Pukul 11.00 WIB
90
memberikan obat injeksi Ondacentron 0,5 cc yaitu obat untuk mengatasi mual dan
injeksi, respon obyektf didapatkan klien tampak menahan sakit saat obat injeksi
diberikan. Pukul 11.30 membantu klien makan dengan menyuapi klien dengan
respon subjektif klien mengatakan mau makan, respon objektif didapatkan klien
klien menghabiskan porsi diet yang diberikan rumh sakit yang terdisi dari bubur
kasar, sepotong tempe, sup dan minum teh setengah gelas. Pukul 12.00
dengan kelemahan yang penulis lakukan antara lain: pukul 08.15 mengkaji
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas didapatkan respon objektif ibu klien
mengatakan setiap kegiatan klien masih dibantu oleh orangtuanya, respon objektif
berjalan kekamar mandi sendiri, makan sendiri dan skala kekuatan otot 4 yaitu
hanya dapat menggerakan otot dan menahan beban maksimal. Pukul 08.30 WIB
otot secara berkala didapatkan respon subjektif ibu klien mengatakan ketika
keadaan disekitar aman maka akan mempermudah melakukan aktivitas bagi klien,
respon objektif didapatkan klien tampak lemah. Pukul 08.45 WIB penulis
didapatkan respon subjektif ibu klien mengatakan klien mau memakan diet yang
bersedia, respon objektif klien tampak memperhatikan arahan yang diberikan dan
klien mampu mempraktekkan secara mandiri melakukan ROM. Pukul 13.00 WIB
penulis menganjurkan klien untuk tidur siang didapatkan respon subjektif klien
berhubungan dengan kurang sumber informasi anatara lain: pukul 13.00 WIB
pertanyaan seputar penyakit dan kondisi anaknya. Pukul 13.15 WIB penulis
mereview ulang pengetahuan ibu klien mengenai penyakit dan kondisi klien
penyakit dan kondisi anaknya sekarang ini, respon objektif didapatkan ibu klien
penanganan penyakit.
92
6. Evaluasi
makanan yaitu data subjektif (S) didapatkan ibu klien mengatakan klien tidak
mau makan, minum air putih, namun masih mual saat terdapat asupan
lidah kotor (terdapat selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna
merah di bagian ujung dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit: klien
makan 3 sendok, satu gelas teh, dan minum air putih. Assesment (A): masalah
untuk membawa makanan favorit klien sementara klien berada di rumah sakit,
subjektif (S) didapatkan ibu klien mengatakan klien mau makan 3 sendok
93
makan, minum teh, namun masih mual saat terdapat asupan makanan. Data
bibir kering, rambut sedikit rontok, konjungtiva anemis, lidah kotor (terdapat
selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna merah di bagian ujung
dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diet: klien makan 3 sendok, satu gelas
badan klien setiap hari, anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit klien
sementara klien berada di rumah sakit, dan bantu klien makan dengan menyuapi
klien.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu data subjektif
(S) didapatkan ibu klien mengatakan klien mau makan, minum teh, dan sudah
tidak mual. Data objektif (O) didapatkan Antropometri: berat badan 18,1 kg;
kotor (terdapat selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna merah di
94
bagian ujung dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit: klien menghabiskan
diet yang diberikan rumahsakit, satu gelas teh, dan minum air putih. Assesment
didapakan klien mengatakan badan masih terasa lemas, data objektif (O)
otot 3 yaitu dapat menggerakan otot dan menahan beban minimal, dan perawatan
lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala,
ajarkan Range of Motion (ROM) aktif untuk menghilangkan ketegangan otot, dan
didapakan klien mengatakan badan masih terasa lemas, data objektif (O)
otot 3 yaitu dapat menggerakan otot dan menahan beban minimal, dan perawatan
lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala,
didapakan klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas, data objektif (O)
kekuatan otot 4 yaitu dapat menggerakan otot dan menahan beban maksimal,
hentikan intervensi.
dan penanagan klien. Data objektif (O) didapatkan ibu klien mampu
hentikan intervensi.
96
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
1. Pengkajian
demam naik pada sore sampa malam hari dan menurun pada pagi hari,
lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), bibir kering dan pecah-
saat dilakukan pengkajian didapatkan data ibu klien mengatakan mual dan
muntah apabila makan, dan klien merasa tidak nafsu makan. Data objektif
20 kg dan berat badan selam sakit adalah 18 kg, tinggi badan klien adalah
97
lidah kotor (terdapat selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna
merah di bagian ujung dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit:
sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan menu seimbang, selama sakit
diit klien adalah bubur saring dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet
yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan
karakteristiknya yaitu berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat
badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang setelah makan, diare,
makanan adekuat, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun. (NANDA, 2015)
kurang dari kebutuhan tubuh karena hasil pengkajian didapatkan data subjektif:
klien mengatakan mual dan muntah apabila makan, dan klien merasa tidak nafsu
sebelum sakit adalah 20 kg dan berat badan selam sakit adalah 28 kg, tinggi badan
anemis, lidah kotor (terdapat selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah,
berwarna merah di bagian ujung dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit:
sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan menu seimbang, selama sakit diit
klien adalah bubur saring dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet yang
makanan dan cairan yang berhubungan dengan kebutuhan metabolik, mual dan
muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor (coated tongue) yang
khas pada klien dengan Typhus abdominalis, dan rasa pahit waktu makan. (Potter
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh karena nutrisi menjadi hal yang penting
makanan kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita sehingga
99
proses penyembuhan akan semakin lama. (Umah, Anisah Khoirul & Wirjatmadi,
Kuman ini masuk atau menginvasi di jaringan limfoid mesenterika. Disini akan
terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman yang berada pada jaringan limfoid
tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Disini klien terkadang
merasakan nyeri. Kuman terebut akan keluar dari hati dan limpa. Kemudian
terganggu yaitu sistem pencernaan, khususnya usus halus. Jika klien tidak sadar,
maka dapat diberikan makanan cair dengan menggunakan sonde lambung. Jika
klien sadar, maka pemberian makanan bisa dimulai dengan bubur saring,. Jika
kondisi sudah membaik, maka ditingkatkan menjadi bubur kasar, dan jika sudah
normal, maka dapat diberikan nasi biasa. Susu diberikan 2 gelas sehari. Pemberian
makanan padat secara dini lebih menguntungkan karena dapat mengurangi resiko
penurunan berat badan yang berlebihan (berat badan stabil), masa perwatan lebih
pendek karena klien lebih cepat sembuh, menekan penurunan albumin, dan dapat
adalah mkanan yang tidak begitu merangsang, misalnya terlalu pedas atau asam.
Selain itu dapat pula diberikan makanan yang rendah selulosa serta tidak
Adapun fungsi umum dari nutrisi diantaranya adalah sebagai sumber energi,
memelihara jaringan tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam memenuhi
dengan tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan Nursing Outcomes Classification
status nutrisi adekuat dengan indikator; asupan gizi tidak menyimpang dari
rentang normal (menghabiskan porsi diit dari rumah sakit), asupan cairan tidak
yang direncanakan antara lain bantuan peningkatan berat badan dengan aktivitas-
aktivitas: timbang klien pada jam yang sama, berikan obat-obatan untuk
meredakan mual sebelum makan, bantu klien untuk makan atau suapi klien,
tentukan status gizi klien dan kempuan [klien] untuk memenuhi kebutuhan gizi,
dan anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit klien sementara klien
namun umumnya kebutuhan tersebut tidak tercukupi karena indikasi medis dan
101
manifestasi klinis. (Umah, Anisa Khoirul & Wirjatmadi, R. Bambang) Salah satu
pasien yang dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu mengevaluasi kondisi fisik
nilai anthropometric, dan mengkaji riwayat nutrisi klien. (Tjahyono dkk, 2012).
malnutrisi, eksaserbasi, cachexia dan kematian dini klien (Tjahyono dkk, 2012).
menyenangkan dan menenangkan. Selera makan yang baik pada bayi akan
berubah mejadi kurang baik pada saat mereka menginjak usia prasekolah sehingga
dapat membuat kuatir orangtua. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola dan selera
makan anak berupa lingkungan, keluarga, tren sosial, media massa, teman sebaya,
yang sama. Menimbang berat badan setiap hari pada pada waktu yang sama, dan
dengan skala yanga sama, untuk memantau adanya penurunan atau peningkatan
berat badan anak. (Suriadi & Rita Yuliani, 2010). Berat badan ideal merupakan
dambaan dari setiap manusia baik tua maupun muda, karena baik dari segi
penampilan fisik maupun dari segi kesehatan. Terutama kaum muda lebih banyak
yang mendambakan karena dengan berat yang ideal penampilan fisik akan
menjadi lebih menarik. Berbagai cara dilakukan agar dapat mencapai berat badan
102
yang ideal baik dari mengatur pola makan, diet ketat, berolahraga yang teratur
untuk membawa makanan favorit klien sementara klien berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan yang sesuai. Anjurkan orang terdekat klien untuk membawa
& Chayatin, N, 2008). Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan
tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran klien
menurun diberian makanan cair, melaui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu
makan anak baik, dapat juga diberikan makanan lunak (Ngastiyah, 2014).
(Tiara, 2013)
dan Dexamethasone 0,5 ml. Pada kasus pasien Typhus abdominalis mengalami
gejala mual dan muntah yang menyebabkan berkurangnya cairan dalam tubuh,
oleh sebab itu diberikan terapi simptomatik berupa antiemetik. Antiemetik yang
makanan Vitacur 2,5 cc. Suplemen makanan adalah produk jadi yang dikonsumsi
atau lebih bahan sebagai berikut: vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang
berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan
makanan yaitu data subjektif (S) didapatkan ibu klien mengatakan klien mau
makan 3 sendok makan, minum teh, namun masih mual saat terdapat asupan
makanan. Data objektif (O) didapatkan Antropometri: berat badan 18kg; Biokimia:
bibir kering, rambut sedikit rontok, konjungtiva anemis, lidah kotor (terdapat
selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna merah di bagian ujung
dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit: klien makan 3 sendok, satu gelas
badan klien setiap hari, anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit klien
sementara klien berada di rumah sakit, dan bantu klien makan dengan menyuapi
klien.
menimbang klien pada jam yang sama. menganjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit klien sementara klien berada di rumah sakit atau fasilitas
memeberikan obat injeksi Ondancentron 0,5 ml dan Dexamethasone 0,5 ml, dan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu data subjektif
(S) didapatkan ibu klien mengatakan klien mau makan 3 sendok makan, minum
teh, namun masih mual saat terdapat asupan makanan. Data objektif (O)
sedikit rontok, konjungtiva anemis, lidah kotor (terdapat selaput putih yang tebal
di bagian tengah lidah, berwarna merah di bagian ujung dan tepi lidah) dan
keadaan umum lemah; Diit: klien makan 3 sendok, satu gelas teh, dan minum air
anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit klien sementara klien berada
menimbang klien pada jam yang sama. menganjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit klien sementara klien berada di rumah sakit atau fasilitas
memeberikan obat injeksi Ondancentron 0,5 ml dan Dexamethasone 0,5 ml, dan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yaitu data subjektif
(S) didapatkan ibu klien mengatakan klien mau makan, minum teh, dan sudah
tidak mual. Data objektif (O) didapatkan Antropometri: berat badan 18kg;
kotor (terdapat selaput putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna merah di
bagian ujung dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit: klien menghabiskan
106
diet yang diberikan rumahsakit, satu gelas teh, dan minum air putih.
sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. (NANDA, 2015). Batasan
melakukan aktivitas, klien juga mengatakan badan mudah terasa lelah. Data
objektif: skala kekuatan otot berada pada pada skala 2 yaitu hanya dapat
minimal, perawatan diri dibantu oleh orangtuanya dan klien lebih banyak
tertidur.
yang kurang dari mobilisasi normal. Dampak fisiologis dari imobilisasi dan
penurunan kekuatan otot. (Safa’ah, 2013) Aturan ataupun rutinitas rumah sakit,
prosedur medis yang dijalani seperti kelemahan, pemasangan infus dan lain
dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005 dalam Utami, 2014). Banyak
tidur, penggunaan kursi roda atau brankar dapat menyebabkan ancaman dan
kehilangan kendali pada anak. Akan tetapi jika anak-anak tersebut diizinkan
memungkinkan, mereka akan berespon dengan sangat baik terhadap prosedur apa
Desember 2016 dengan tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan Nursing Outcomes
antara lain antara lain frekuensi nadi ketika beraktivitas tidak terganggu (80-100
kekuatan tubuh bagian atas dan bawah tidak terganggu, dan kemampuan dalam
melakukan ADL. Rencana tindakan yang penulis susun sesuai dengan Nursing
lingkungan yang nyaman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara berkala
intake/asupan nutrisi untuk mngetahui sumber energi yang adekuat, lakukan ROM
aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot, dan njurkan tidur siang bila
diperlukan.
otot merupakan suatu alat prediksi yang baik untuk mengetahui kemandirian dan
untuk mengumpulkan data baik data objektif maupun data subjektif yang
berkaitan baik dari sumber primer (klien) maupun dari sumber sekunder
(keluarga, data rekam medis sebelumnya, dan pemeriksaan penunjang) (Potter &
melakukan aktivitas. Rasa aman berarti lingkungan fisik membuat anak merasa
terlindungi, tidak takut atau tegang ketika melakukan kegiatan. (Sari, 2004 dalam
sumber energi yang adekuat. Asupan makanan yang tidak cukup pada penderita
baik aktif maupun pasif setidaknya 4 kali sehari dapat meningkatkan kekuatan
otot (Craven & Hiller, 2009 dalam Anggraeni, 2015). Klien perlu untuk diajarkan
meningkat pula. Aktivitas ini akan dapat dilakukan secara informal dan lebih
efektif apabila dirancang dalam program latihan fisik yang terstruktur (Nicholson,
untuk menghailkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot polos ekstremitas sebagai
energy untuk kontraksi dan meningkatkan tonus otot polos ekstremitas. Oleh
sebab itu dengan latihan Range of Motion (ROM) secara teratur dengan langkah-
langkah yang benar yaitu dengan menggerakkan sendi-sendi dan juga otot, maka
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia khususnya usia anak.
Bila dicermati tampaknya gangguan tidur pada anak adalah keluhan yang cukup
110
sering dikeluhkan oleh orangtua pada dokter, namun seringkali keluhan ini tidak
ditangani secara baik dan benar. Gangguan tidur pada anak bisa merupakan
gangguan tidur primer atau sebagai konsekuensi sekunder dari gangguan medis
atau kejiwaan yang mendasari, dan bisa berakibat pada fungsi sosial, akademik,
aktivitas berhubungan dengan kelemahan yaitu data subjektif (S) didapakan klien
mengatakan badan masih terasa lemas, data objektif (O) didapatkan klien tampak
menggerakan otot dan menahan beban minimal, dan perawatan diri masih dibantu
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, ajarkan Range of Motion
(ROM) aktif untuk menghilangkan ketegangan otot, dan anjurkan klien untuk
tidur siang.
kelemahan yaitu data subjektif (S) didapakan klien mengatakan badan masih
terasa lemas, data objektif (O) didapatkan klien tampak lemah, RR 12 x/menit,
nadi 88x/menit, skala kekuatan otot 3 yaitu dapat menggerakan otot dan menahan
beban minimal, dan perawatan diri masih dibantu oleh keluarganya. Assesment
sumber energi yang adekuat, ajarkan Range of Motion (ROM) aktif untuk
kelemahan yaitu data subjektif (S) didapakan klien mengatakan sudah bisa
x/menit, nadi 88x/menit, skala kekuatan otot 4 yaitu dapat menggerakan otot dan
menahan beban maksimal, dan perawatan diri sudah mandiri namun harus dengan
112
dengan kondisi dan penyakit yang diderita klien dan cara penanganannya.
Data objektif: ibu klien tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat.
Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis
pekerjaannya. (Prabu, 2008 dalam Fitriani 2013). Dalam hal pencegahan tertular
Typhus abdominalis pada anak sangat dibutuhkan partisipasi orang tua dalam
menjaga perilaku dan kebiasaan anak terkait dengan faktor resiko untuk terjangkit
perilaku orang tua menjadi contoh bagi anak mereka sehingga mereka
diturunkan kepada mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perilaku positif
orang tua untuk menjaga anak mereka dari kebiasaan buruk seperti jajan
defisiensi pengetahuan tidak muncul pada teori tetapi muncul pada keluarga klien
berdasarkan hasil pengkajian keluarga klien belum tahu tentang penyakit yang
Desember 2016 dengan tujuan dan kriteria hasil setelah setelah dilakukan
penyakit, keluarga klien memahami tanda dan gejala, keluarga klien memahami
manfaat manajemen penyakit, dan keluarga klien memahami tanda dan gejala
97
98
penyakit yang spesif, kenali pengetahua keluarga klien mengenai kondisi klien,
eksplorasi sumber-sumber dukungan yang ada, edukasi klien mengenai tanda dan
gejala yang harus dilaporkan kepada petugas kesehatan, dan review pengetahuan
adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingat, atau pengenal
tingkat kemampuan dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat memiliki berbagai
jenis pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan yang banyak penting kita miliki,
Penyebab dan cara penularan Typhus abdoinalis serta bahaya yang dapat terjadi,
99
dengan kurang sumber informasi yaitu data subjektif (S) didapatkan ibu klien
mengatakan sudah mengerti dengan penyakit, kondisi dan penanagan klien. Data
objektif (O) didapatkan ibu klien mampu menjelaskan tentang penyakit, kondisi
BAB V
A. Simpulan
1. Pengkajian
didapatkan data klien mengatakan mual dan muntah apabila makan, dan
sebelum sakit adalah 20 kg dan berat badan selam sakit adalah 28 kg,
putih yang tebal di bagian tengah lidah, berwarna merah di bagian ujung
dan tepi lidah) dan keadaan umum lemah; Diit: sebelum sakit klien makan
3 kali sehari dengan menu seimbang, selama sakit diit klien adalah bubur
saring dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet yang diberikan.
lelah. Ibu klien mengatakan belum mengerti tentang kondisi, penyakit dan
lemah, kesadaran compos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 15 (Eye:
antropometri dengan berat badan 18 kg dan tinggi badan 105 cm. Pemeriksaan
mulut didapatkan bibir kering, lidah kotor (terdapat selaput putih yang tebal
pada bagian tengah lidah dan berwarna kemerahan dibagian ujung dan tepi
lidah). Pada ekstremitas atas terpasang infus pada tangan kiri dan tidak ada
edema, ekstremitas bawah akral teraba hangat dan tidak ada edema. Kekuatan
otot berada pada skala 2 yaitu dapat menggerakan otot sesuai perintah. Hasil
leukosit 4,8 10^3/uL (normal: 5,0 – 13,0), eosinofil 0,0 % (normal: 2 – 4),
basofil 0,1 % (normal: 0 – 2), netrofil 58,7 % (normal: 32,0 – 52,0), limfosit
31,7 % (normal: 30,0 – 60,0), monosit 3,8 % (normal: 2,0 – 8,0), Laju Endap
20), hasil uji Widal: S Typhi O (+) 1/320 (normal: negatif), S Typhi H (+) 1/80
(normal: negatif).
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
badan dengan aktivitas-aktivitas: timbang klien pada jam yang sama, berikan
obat-obatan untuk meredakan mual sebelum makan, bantu klien untuk makan
favorit klien sementara klien berada di rumah sakit atau fasilitas perawatan
yang sesuai.
sumber dukungan yang ada, edukasi klien mengenai tanda dan gejala yang
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
keperawatan teratasi dikarenakan kondisi klien yang semakin stabil dan belum
ditandai dengan peningkatan berat badan, asupan nutrisi adekuat, dan asupan
cairan terpenuhi. Masalah intoleran aktivitas sudah teratasi ditandai
penyakit.
6. Kesenjangan
B. Saran
Parang Seling RS. Orthopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta. KTI tidak
Berita Terkini. (2013). Nutrisi Parenteral Dini vs Nutrisi Parenteral Lambat pada
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, Joanne M., & Wagner,
Cita, Yatnita Parama. (2011). Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Tifoid.
Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Intannia, Difa., Amini, Rismaya., & Meta S, Valentina. (2015). Pola Pengobatan
Anak dan Remaja dengan Diagnosis Demam Tifoid di Ruang Rawat Inap
Erlangga.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Mass, Meridean K., & Swanson, Elizabeth.
Elsevier.
Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar: Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017
Republik Indonesia.
Seran, Eunike Risani., Palandeng, Henry., & Kallo, Vandry D. (2015). Hubungan
10 (1). 38.
Thomas, Jhohan K., & Henhy. (2008). Sistem Pengukur Berat Dan Tinggi Badan
Umah, Anisah K., & Wirjatmada, R. Bambang. (2014). Asupan Protein, Lemak,
Karbohidrat Dan Lama Hari Rawat Pasien Demam Tifoid Di RSUD Dr.
Pertumbuhan Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Kota Semarang. Skripsi tidak