Disusun oleh :
Mengetahui,
Bandawati, S. Gz.,M.Gizi, RD
NIP.19710501 199203 2 005
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan besar Bidang Penyelenggaraan Makanan
Institusi (BPMI) ini telah terselesaikan dengan baik dan dalam waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Bandawati, S, Gz, M.Gizi, RD selaku Kepala Instalasi Gizi.
2. Ibu Amida Herniyati, S.Gz, RD selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan (PKL).
3. Ahli Gizi RSUD Ulin Banjarmasin yang telah memberikan masukan dan saran.
4. Semua teman-teman mahasiswa PKL DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan besar ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyelesaian
laporan besar ini, maka untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan laporan besar ini.
Akhir kata, semoga laporan besar ini dapat berguna bagi yang memerlukan dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II. GAMBARAN UMUM INSTITUSI 4
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 10
A. Perencanaan Anggaran Belanja 10
B. Sistem Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan 12
C. Sistem Penerimaan, Penyaluran, dan Penyimpanan Bahan Makanan 16
D. Sistem Persiapan dan Pengolahan Makanan 20
E. Sistem Distribusi dan Penyajian Makanan 27
F. Dapur dan Peralatan 31
G. Analisis Quality Control Makanan 37
H. Analisis Siklus Menu dan Modifikasi Resep 49
I. Penelitian dan Diklitbang Gizi 52
BAB IV. PENUTUP 56
A. Kesimpulan 56
B. Saran 57
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui sistem penyelenggaraan makanan institusi dalam Instalasi Gizi
RSUD Ulin Banjarmasin
2. Tujuan khusus (Kesimpulan)
a. Mengidentifikasi perencanaan anggaran belanja dalam penyelenggaraan
makanan
b. Mengidentifikasi sistem pemesanan dan pembelian bahan makanan dalam
penyelenggaraan makanan
c. Mengidentifikasi sistem penerimaan, penyaluran dan penyimpanan bahan
makanan dalam penyelenggaraan makanan
d. Mengidentifikasi sistem persiapan dan pengolahan makanan dalam
penyelenggaraan makanan
e. Mengidentifikasi distribusi dan penyajian makanan dalam penyelenggaraan
makanan
f. Mengidentifikasi letak dapur dan peralatan dalam penyelenggaraan makanan
g. Mengidentifikasi analisis Quality Control makanan dalam penyelenggaraan
makanan
h. Mengidentifikasi analisis siklus menu dan modifikasi resep dalam
penyelenggaraan makanan
i. Mengidentifikasi penelitian dan diklitbang gizi dalam penyelenggaraan
makanan
BAB II
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin adalah rumah sakit kelas A Pendidikan
yang berada di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan dan merupakan rumah sakit
rujukan di Kalimantan Selatan. RSUD Ulin Banjarmasin beridiri tahun 1943
diatas lahan seluas 0,3 ha dengan konstruksi utama terdiri dari bahan kayu Ulin.
Ulin adalah kayu yang kokoh, kuat tidak lapuk oleh panas dan hujan yang
mungkin hanya berada di pulau Kalimantan. Renovasi rumah sakit ini pertama
kali pada tahun 1985, bangunan kayu ulin diganti dengan konstruksi beton. Tahun
1997 dibangun Ruang Paviliun Aster, kemudian direnovasi lagi dan dibangun
bersama Poliklinik Rawat Jalan dan Ruang Rawat Inap Aster tahun 2002. Sejak
itu RSUD Ulin terus mengalami berbagai kemajuan fisik secara bertahap sampai
pada kondisi seperti sekarang.
1. Pelayanan Traumatologi
2. Pelayanan Kanker Terpadu
3. Pelayanan Ginjal & Hemodialisa
4. Pelayanan Mata Terpadu
5. Pelayanan Lansia Terpadu
6. Pelayanan Gastrohepatobilizer terpadu
7. Pelayanan Kosmetik & Rekonstruksi
8. Pelayanan Jantung
9. Pelayanan Kesuburan
Sasaran pelaksanaan dari Pelayanan Gizi ini adalah semua pasien rumah
sakit rawat jalan dan pasien rawat inap (VIP, kelas I, kelas II dan kelas III), Kaum
Mesjid, Karyawan Rumah Sakit, Co as (dokter muda), dokter residen dan
masyarakat umum yang memerlukan pelayanan makanan.
Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin beralamat di Jalan Jendral A.Yani Km.
1 No. 43 Banjarmasin. RSUD Ulin berdiri di atas lahan seluas 63.920 m2 dan luas
bangunan 55.000 m2, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Adapun ruang lingkup dari kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit
terdiri dari : 1) Asuhan gizi pasien rawat jalan, 2) Asuhan gizi pasien rawat
inap, 3) Penyelenggaraan makanan, 4) Penelitian dan pengembangan gizi.
Proses pelayanan gizi rawat inap dan rawat jalan teridri atas 4 tahap
yaitu :
a. Tugas
Adapun uraian tugas Instalasi Gizi (sesuai SK Gubernur Kalsel No.079
Tahun 2003) sebagai berikut :
1) Menghimpun dan mengolah data tenaga, sarana dan prasarana pada
instalasi gizi.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana yang dibutuhkan
Instalasi Gizi dalam pelayanan gizi.
3) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan pengolahan makanan untuk pasien
rawat inap.
4) Melaksanakan penyuluhan , terapi dan konsultasi gizi bagi pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
5) Melaksanakan hubungan kerja sama fungsional dengan sekretaris, bidang
Instalasi, SMF dan unit kerja lainnya.
6) Melaksanakan pembinaan tenaga paramedik non perawatan dan medis
pada Instalasi Gizi.
7) Melaksanakan pengawasan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pelayanan
Instalasi Gizi.
8) Melaksanakan penelitian dan pelaporan seluruh kegiatan Instalasi Gizi.
9) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh direktur sesuai bidang tugas.
b. Fungsi
1) Menyelenggarakan kegiatan administrasi di unit kerja instalasi gizi dan
melaksanakan perencanaan kebutuhan bahan makanan sesuai dengan
permintaan standar menu dari pelayanan gizi.
2) Menyelenggarakan pengolahan dan penyaluran makanan untuk pasien dan
dokter muda serta pegawai khusus.
3) Menyelenggarakan pengolahan perbekalan bahan makanan dan
perlengkapan pelayanan gizi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Menyelenggarakan peningkatan dan pengembangan pelayanan gizi.
5) Menyelenggarakan penyuluhan dan konsultasi gizi serta bimbingan latihan
kerja untuk para siswa, mahasiswa dan pegawai dari instalasi gizi.
(Terlampir 1)
Menghitung Taksiran
Kebutuhan Bahan Makanan
Tim swakelola
Rekanan
Tim Pemeriksa
Pemeriksaan Bahan Makanan
Bahan Makanan
Diganti
Pengolahan
Rekanan dengan
Bahan
Makanan
Distribusi
Sesuai
Spesifikasi
b. Sayur
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada persiapa sayuran di
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses persiapan
sayur sesuai dengan langkah yang ditetapkan oleh pihak instalasi gizi RSUD
Ulin Banjarmasin. Sayur yang diantar oleh petugas penerimaan gudang basah
ke unit persiapan menggunakan troli, kemudian langsung dilakukan sortasi
oleh petugas persiapan sesuai spesifikasi (terlampir 10). Lalu dilakukan
pembersihan, pemotongan bagian ujung sayur, pengupasan kulita sayur dan
buah sesuai dengan bentuk (korek api, serong, dadu, iris tipis, dll) dan jenis
masakan (tumisan dan berkuah), dan perendaman dalam keranjang sayur dan
penirisan.
Kegiatan persiapan sayur antara lain pengupasan, pemotongan, dan
pencucian. Sayuran dibagian persiapan disortasi terlebih dahulu, dikupas
kemudian dicuci menggunakan air mengalir kemudian dipotong-potong sesuai
dengan menu yang akan dimasak. Sayuran ada yang harus dikupas terlebih
dahulu da nada yang langsung diiris. Jenis sayuran yang harus dikupas
misalnya labu siam, wortel dan gambas. Sayuran yang langsung diiris
misalnya kangkung, bayam, kacang panjang, terong, daun bawang, buncis, dll.
Teknik pemotongan sayur sesuai dengan menu yang akan dimasak. Macam-
macam teknik pemotongan sayuran yaitu balok/dadu, korek api, dan iris
tipis/pipih (Aritonang, 2014).
Dalam hal ini sebenarnya petugas persiapan sayur sudah melakukan
langkah-langkah persiapan sesuai dengan teori, namun pada RSUD Ulin
Banjarmasin sayuran tidak dicuci kemudian dipotong namun dipotong terlebih
dahulu baru dicuci, hal ini dikarenakan untuk mempersingkat waktu persiapan
karena bahan yang digunakan dalam jumlah banyak padahal tujuan sayuran
dicuci terlebih dahulu baru dipotong agar seminimal mungkin zat-zat gizi
yang larut dalam air hilang bersama air sisa pencucian (Tarwotjo, 2007).
Untuk buah, setelah diterima kemudian disortir dan dicuci dibawah air
mengalir kemudian dikupas dan dipotong-potong sesuai ukuran yang telah
ditentukan dan dimasukkan ke dalam plastic bening, untuk buah pisang hanya
dipotong ujung nya saja, kemudian dimasukkan ke dalam plastic sesuai
ruangan/kelas. Menurut Aritonang (2014), untuk buah pisang dipotong ujung-
ujungnya, apabila pisang diperuntukan untuk pasien VIP dan kelas utama,
maka dibungkus menggunakan plastic wrap dalam hal ini, pettugas unit buah
sudah melakukan prosedur sesuai dengan teori.
c. Lauk Hewani
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada persiapan lauk hewani di
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses persiapan lauk
hewani sudah sesuai dengan spesifikasi bahan makanan basah yang ada di
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2017 yaitu (terlampir 11). Lauk
hewani yang diantar oleh petugas penerimaan gudang basah ke unit persiapan
menggunakan troli, kemudian dilakukan pembersihan yaitu pencucian
dibawah air mengalir sebanyak 2 kali untuk membersihkan darah dan kotoran
yang menempel lalu ditiriskan. Untuk bahan makanan telur, setelah diterima
dari gudang basah lalu dibersihkan dan dilakukan pengolahan.
Menurut Aritonang (2014), persiapan lauk hewani (daging, ayam, dan
ikan) sebelum disalurkan ke bagian pengolahan, lauk tersebut dipotong-potong
sesuai standar porsi, pemotongan dilakukan secara manual menggunakan
pisau, khusus ikan yang sudah dipotong-potong saat pembelian. Untuk
pemasakan menggunakan daging, daging dibeli dalam bentuk utuh kemudia
saat akan diolah daging tersebut dipotong-potong sesuai standar porsi, lauk
yang akan dimasak pada pagi hari disimpan dalam lemari es pada suhu
cooling. Dalam hal ini petugas persiapan lauk hewani tidak melakukan
pemotongan karena lauk hewani yang diterima sudah dipotong-potong saat
pembelian.
d. Lauk Nabati
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada persiapan lauk nabati di
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses persiapan lauk
nabati sudah sesuai dengan spesifikasi (terlampir 12) bahan makanan basah
yang ada di instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2017. Lauk nabati
yang diterima dari petugas persiapan berupa tempe dalam bentuk papan dan
tahu dalam bentuk bijian, untuk persiapan lauk nabati hanya dilakukan
pemotongan sesuai dengan kebutuhan dan standar porsi.
Menurut Aritonang 2014 persiapan lauk nabati misalnya tempe adalah
dipotong-potong sesuai dengan standar porsi dan jenis menu. Dalam hal ini
petugas persiapan lauk nabati sudah melakukan kegiatan sesuai prosedur.
e. Bumbu
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada persiapan bumbu di instalasi gizi
RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses persiapan bumbu dilakukan
sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh pihak instalasi gizi RSUD Ulin
Banjarmasin. Bumbu yang diantar oleh petugas penerimaan gudang basah ke
unit persiapan menggunakan troli sudah dalam keadaan bersih (dicuci bersih,
dikupas dan diiris), dilakukan sortasi oleh petugas persiapan bumbu sesuai
dengan spesifikasi (terlampir 13) dan mempersiapkan bumbu yang akan
digunakan sesuai menu pada hari itu sesuai dengan standar bumbu yang telah
ditetapkan di RSUD Ulin Banjarmasin diantara nya standar bumbu A (kalio,
masak habang, paniki, dll) standar bumbu B (opor, kareh, terik, dll) standar
bumbu C (sop, bistik, cap cay, dll), standar bumbu D (tumisan/oseng, bendan,
dll), standar bumbu E (bacem). Setelah itu bahan bumbu dihaluskan
menggunakan blender dengan perbandingan bahan bumbu dan air 1 : 1 (bahan
terendam air) kemudian hasil penghalusan di saring untuk mengurangi kadar
air dengan persamaan ukuran 1 sendok sayur bumbu halus = 150 gr bumbu
dan satu sendok sayur (bawang iris = 100 gr) standar bumbu yang dimiliki
oleh RSUD Ulin Banjarmasin diperuntukkan untuk setiap 300 porsi serta
penambahan bumbu pelengkap lainnya seperti lada, garam, gula, dll sesuai
dengan standar resep dilakukan proses pemesanan dan distribusi untuk
kebutuhan per menu hari itu dan untuk bumbu menu basah pagi di simpan di
chiller dalam keadaan tertutup. Untuk bumbu yang digunakan pada menu pagi
diolah pada siang hari setelah bahan dicuci bersih kemudian di blender setelah
itu dimasak dan dimasukan kedalam baskom plastik tranparan yang di tutup
menggunakan plastik wrapping. Setelah itu disimpan di lemari stainless yang
berada di ruang pengolahan.
Menurut Aritonang 2014 bumbu dibuat sesuai dengan standar bumbu
yang sudah ditetapkan. Pembuatan bumbu dilakukan dengan cara mengiris-iris
bumbu menggunkan pisau atau menghaluskan bumbu menggunakan blender.
Pembuatan bumbu dilakukan pada saat memulai pengolahan. Penyimpanan
bumbu yang akan digunakan untuk hari berikutnya disimpan dalam wadah
tertutup dan dismpan dalam lemari es. Dalam hal ini petugas persiapan bumbu
sudah melakukan kegiatan sesuai dngan prosedur hanya saja petugas tidak
melakukan langkah pengirisan menggunakan pisau, karena bumbu yang
diterima dalam keadaan sudah diiris.
2. Pengolahan
a. Makanan Pokok
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pengolahan makanan
pokok di instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses
pengolahan makanan pokok sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh pihak
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, beras yang sudah dicuci saat persiapan
dimasukkan kedalam tempat beras yang diisi dengan air bersih hingga batas
yang ditentukan untuk memasak nasi, nasi lembek, dan bubur. Kemudian
dimasak ke dalam rice cooker hingga matang. Waktu yang dibutuhkan untuk
memasak nasi biasa dan nasi lembek adalah ± 20 menit serta bubur 25-30
menit.
Menurut Aritonang (2014), pada pengolahan nasi, beras yang sudah
dicuci kemudian dimasukkan dalam penanak nasi berupa panci besar pada
pengolahan bubur, beras dimasukkan pada panci besar, kemudian dimasukkan
hingga matang. Bubur beras dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Bubur beras biasa: bubur dimasak dengan ditambahkan daun salam, santan
dan garam, agar cita rasa dapat meningkat. Bubur diberikan kepada pasien
tanpa diet khusus.
b) Bubur rendah garam : bubur dimasak tanpa penambahan garam, untuk
meningkatkan cita rasa ditambahkan daun salam dan santan. Bubur ini
diberikan pada pasien yang mengurangi/ menghindari konsumsi garam.
c) Bubur rendah lemak : bubur dimasak tanpa ditambah santan, untuk
meningkatkan cita rasa ditambahkan daun salam dan garam.
Proses pengolahan bubur beras dilakukan dengan beberapa tahap,
beras yang telah dicuci dimasak dalam panci besar. Setelah matang diambil
beberapa bagian kebaskom stenlistil, kemudian diolah menjadi bubur rendah
lemak dan ditambah garam. Setelah pengambilan kemudian dimasak kembali
dengan ditambahkan santan. Diambil secukupnya ke baskom stanlessis
sebagai bubur rendah garam. Sisa bubur yang masih dalam panci besar
kemudian diberi garam sehingga menjadi bubur biasa. Bubur saring dibuat
dengan tepung beras.
Proses pengolahan bubur saring yaitu tepung beras diencerkan, santan
encer dimasak hingga mendidih kemudian diberikan larutan tepung beras dan
ditambahkan garam, diaduk-aduk hingga matang. Dalam hal ini, pengolahan
bahan pokok yaitu nasi di RSUD Ulin Banjarmasin sudah melakukan
pengolahan sesuai dengan teori namun untuk pengolahan bubur di RSUD Ulin
Banjarmasin tidak menggunakan daun salam, santan, dan garam untuk bubur
biasa melainkan hanya beras dan air. Dan di RSUD Ulin Banjarmasin beras
juga tidak dibedakan untuk rendah lemak dan rendah garam, melainkan semua
diet menggunakan bubur biasa. Untuk pengolahan bubur saring dan bubur
sumsum sudah sesuai dengan teori.
b. Sayur
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pengolahan sayur di
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses pengolahan
sayur sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh pihak instalasi gizi RSUD Ulin
Banjarmasin. Sayur yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh tenaga persiapan
makanan kemudian diolah sesuai dengan menu hari itu sesuai dengan jumlah
pasien serta standar porsi yang telah ditetapkan RSUD Ulin Banjarmasin.
Pengolahan sayur dilakukan dengan cara menumis/ merebus banyak air (sayur
berkuah) untuk standar porsi sayuran ialah 75 gr/ porsi.
Menurut Aritonang (2014), pengolahan sayuran disesuaikan dengan
menu. Standar porsi untuk sayuran adalah 75 gr. Pengolahan sayuran
dilakukan dengan sayuran dengan cara menumis dengan sedikit air atau
merebus dengan banyak air. Dalam hal ini pengolahan sayuran di RSUD Ulin
Banjarmasin sudah di sesuaikan dengan teori. Hanya saja di RSUD Ulin
Banjarmasin dibedakan menjadi 2 yaitu sayur non-diet dan sayur diet (RG).
Untuk sayuran non-diet dimasak seperti biasa menggunakan bumbu yang telah
ditentukan, sedangkan untuk sayuran diet (RG) tidak menggunakan santan dan
garam.
c. Lauk Hewani
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pengelolahan lauk hewani
di instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa rproses pengolahan
lauk hewani sudah sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh pihak instalasi
gizi RSUD ulin Banjarmasin. Pengolahan lauk hewani disesuaikan dengan
menu dan standar resep pada hari itu.
Lauk hewani dibedakan menjadi 3 macam yaitu lauk non-diet, diet dan
permintaan khusus/alergi. Proses pengolahan lauk non-diet dengan
penambahan bumbu sesuai dengan standar bumbu yang telah ditetapkan.
Untuk pengolahan lauk diet (RG) lauk dimasak seperti biasa tanpa
penambahan garam sesuai dengan menu, sedangkan lauk variasi ialah lauk
yang disiapkan jika ada pemesanan dari pasien selain dari menu siklus hari itu.
Standar porsi untuk lauk hewani ialah 75 gr untuk ayam dan ikan, telur dan
daging sapi 60 gr.
Menurut Aritonang 2014 pengolahan lauk hewani disesuaikan dengan
menu dan standar resep pada hari itu. Standar porsi lauk hewani (ayam dan
ikan) untuk setiap kelas berbeda. Lauk hewani dibedakan menjadi 4 macam
yaitu :
a) Lauk non diet, yaitu lauk tanpa perlakuan khusus
b) Lauk diabetes mellitus, yaitu lauk yang diolah tanpa penambahan gula
c) Lauk rendah lemak, yaitu lauk yang dibuat tanpa digoreng dan santan
kental
d) Lauk rendah garam, yaitu lauk yang diolah tanpa penambahan garam,
kecap dan saos
e) Lauk untuk bubur saring yaitu telur rebus, daging cincang, dan hati ayam.
Proses pengolahan terutama lauk DM, lauk dimasak seperti biasa tanpa
penambahan gula sesuai dengan menu. Saat lauk dimasak, beberapa lauk
diambil dalam panci untuk lauk DM. sedangkan lauk di dalam panci masih
dimasak kemudian diberi gula kelapa maupun gula biasa.
Dalam hal ini, proses pengolahan di RSUD Ulin Banjarmasin hanya di
bedakan menurut standar diet adalah untuk lauk hewani (ayam, daging, dan
ikan) untuk setiap kelas sudah berbeda yaitu standar porsi lauk hewani kkelas I
dan utama lebih besar daripada kelas II/III. Pengolahan lauk hewani di RSUD
Ulin Banjarmasin hanya dibedakan menjadi 3 macam yaitu lauk diet, biasa,
dan variasi.
Hal ini berbeda dengan teori dari Aritonang, bahwa lauk hewani
dibedakan menjadi 4 macam yaitu lauk non diet, lauk DM, lauk rendah lemak,
dan lauk rendah garam. Di RSUD Ulin Banjarmasin menggunakan diet RG,
DH, RL, DJ, DM, TKTP, TP, RP, DL dan menu makanan biasa. Untuk lauk
bubur saring sudah sesuai dengan teori dari (Aritonang, 2014) yaitu
menggunakan telur rebus dan daging cincang.
d. Lauk Nabati
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pengolahan lauk nabati di
instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin, diketahui bahwa proses pengolahan
lauk nabati sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh pihak instalasi Gizi
RSUD Ulin Banjarmasin. Lauk nabati yang telah disiapkan sebelumnya
langsung diolah sesuai dengan menu dan standar porsi pada hari itu. Standar
porsi untuk lauk nabati setiap kelas yaitu tempe 25 gram dan tahu 50 gram.
Menurut Aritonang (2014), pengolahan lauk nabati disesuaikan dengan
menu dan standar porsi pada hari tersebut. Standar porsi lauk nabati tiap kelas
sama yaitu tempe 50 gram dan tahu 50 gram. Dalam hal ini pengolahan lauk
nabati di RSUD Ulin Banjarmasin sudah sesuai dengan teori. Hanya saja lauk
nabati di RSUD Ulin Banjarmasin dibedakan menjadi 2 yaitu lauk nabati
untuk non-diet dan lauk nabati untuk diet.
e. Pengolahan Makanan Cair/Formula
Pada unit pengolahan makanan saring dan cair, tenaga pengelola
terlebih dahulu mengecek pemesanan dan membuat pencatatan pemesanan
makanan cair petugas makanan cair bertugas : mencatat pesanan diet cair di
ruang rawat inap, mempersiapkan alat dan bahan cair sesuai kebutuhan ruang
rawat inap kemudian menyediakan makanan cair. Sedangkan makanan cair
yang disediakan oleh unit cair yaitu formula komersial (entramix, nutrican,
diabetasol, lactogen, registimil, hepatosol, produgen) dan ditakar sesuai
kebutuhan pasien. Formula rumah sakit yaitu F75, F100, F135 yang
membedakan antara ketiga formula rumah sakit tersebut adalah kalorinya,
tetapi fungsinya sama untuk pasien dengan keadaan malnutrisi). Makanan
khusus (Bubur saring diperuntukkan pasien pasca bedah, kesulitan menelan,
dan untuk anak-anak, sedangkan jus buah sebagai snack, dan putih telur
diperuntukkan pasien dengan diet tinggi energi tinggi protein) sedangkan
penyajian formula cair dalam bentuk serbuk yang di klip dalam plastik (untuk
formula cair khusus (bubur saring putih telur) dibungkus dalam gelas plastik,
semua makanan cair diberikan etiket diet yang isinya (waktu makan, nama
pasien, ruang/kamar/kls, bentuk diet, jenis diet dan keterangan makanan).
1. Makan pagi: pukul 07.00-07.30 WITA peralatan makan diambil pukul 08.00
WITA
2. Makan Siang: pukul 12.00-12.30 WITA , peralatan makan diambil pukul
14.00 WITA
3. Makan sore: pukul 16.00-16.30 WITA , peralatan makan diambil pukul 17.30
WITA
4. Snack pagi : pukul 09.00-10.00 WITA
5. Snack sore : pukul 15.00-15.30 WITA
Di Intalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin telah memenuhi persyaratan mulai dari
1 sampai dengan ponit 9. Terdapat 3 sistem distribusi makanan dirumah sakit
(PGRS,2013) yaitu :
2. Penyajian
Penyajian makanan di Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin untuk
pasien kelas II dan III menggunakan plato bulat tertutup dari stainless steel yang
bersekat, untuk nasi, sayur, lauk hewani dan lauk nabati. Sedangkan untuk pasien
kelas I/VIP penyajian makan menggunakan piring, mangkok, dan keramik dengan
penyusunan secara terpisah nasi, sayur, lauk hewani, lauk nabati. Untuk penyajian
makanan yang menggunakan kotak makanan yaitu petugas/resedent yang bertugas
diruangan masing-masing. Penyajian makanan dengan menggunakan kotak bento
yaitu ditujukan untuk pasien dengan penyakit menular seperti HIV dan TBC.
2. Ruang Penyimpanan
Penyimpanan gudang kering adalah penyimpanan bahan makanan yang
akan digunakan dalam jangka waktu panjang dan bahan makanan disusun rapi di
almari atau rak untuk mempermudah pengambilan barang saat ingin digunakan.
Berdasarkan SOP untuk jarak tempat penyimpanan bahan makanan dari lantai 15
cm, dinding 5 cm dan langit-langit 60 cm. Gudang kering juga tempat menakar
susu untuk pasien diet TKTP. Peralatan yang digunakan dalam penyimpanan
gudang kering telah sesuai dengan Pedoman PGRS (2013) yaitu terdapat
timbangan, rak bahan makanan, lemari penyimpanan, keranjang, box
penyimpanan, meja kerja stainless, toples dan baskom stainless. Menurut PGRS
(2013), dalam ruang penyimpanan kering harus ada timbangan 20-100 kg, rak
bahan makanan, lemari es dan freezer. Selain itu, tempat bahan makanan harus
dari plastik atau stainless steel.
Penyimpanan gudang basah adalah penyimpanan bahan makanan yang
akan digunakan dalam jangka waktu pendek. Peralatan yang digunakan dalam
penyimpanan gudang basah antara lain refrigerator, freezer, troli, timbangan,
container tertutup, chiler, kursi kerja, meja, tempat sampah, AC, cold storage dan
rak. Menurut Pedoman PGRS (2013), antara lain meja, kursi kerja, bangku,
timbangan digital, komputer + printer, lemari, timbangan, rak, refrigerator, tempat
sampah, chiller 4 pintu, troli, container tertutup, freezer, cold strorage dan
insectkiller. Namun komputer dan print tidak ada karena bahan makanan basah
tidak disimpan dalam waktu yang lama sehingga tidal memerlukan label tanggal
penerimaan. Selain itu, juga tidak terdapat insectkiller karena sudah terdapat di
ruang penerimaan.
4. Gudang Peralatan
Di instalasi gizi RSUD Ulin Banjarmasin terdapat 2 ruang gudang
peralatan yang terdapat pada lantai atas dan lantai bawah. Berdasarkan Pedoman
PGRS (2013), pada ruang penyimpanan alat harus terdapat rak alat dan lemari. Di
dalam gudang peralatan instalasi gizi RSUD ulin telah terdapat rak dan lemari
untuk menyimpan alat yang tidak digunakan. Alat yang disimpan di gudang
peralatan lantai atas adalah nampan stainless, baki, panci, plato, piring, mangkok,
sendok dan gelas. Sedangkan alat yang disimpan di gudang peralatan lantai bawah
adalah oven, panci, plato, baskom, nampan stainless, pisau, talenan, piring,
mangkok, sendok dan gelas.
6. Dapur Susu/Cair
Formula yang dibuat di dapur makanan cair terdiri dari formula rumah sakit
dan formula komersil. Formula rumah sakit antara lain bubur saring yang
diperuntukkan bagi dewasa dan anak (putih telur, haruan, ayam, wortel, tempe dan
jus buah) serta F75 dan F100 yang diperuntukkan bagi pasien anak yang
mengalami malnutrisi. Sedangkan formula komersil antara lain susu entramix,
diabetasol, neptisol, hepatosol, nutrican, apta glukofit, produgen dan nephrisol,
lactogen, dancow full cream dan pregistimil.
Adapun peralatan yang ada di ruang makanan cair di instalasi gizi RSUD
Ulin Banjarmasin, yaitu blender, timbangan, mixer, sendok plastik, sendok takar,
lemari es, pendingin ruangan, meja tulis, meja pembagi, tempat sampah dan
almari. Menurut Pedoman PGRS (2013), menyatakan bahwa fasilitas yang harus
dimiliki dalam dapur susu formula/cari komersial antara lain meja kerja, meja
pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci botol, mixer, blender, lemari es,
tungku dan meja pemanas. Namun tidak terdapat pencuci botol, sterelisator, meja
pemanas dan tungku. Alasannya tidak terdapat sterilisator, meja pemanans dan
tungku adalah karena tidak adanya proses pemanasan susu serta susu yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk bubuk. Sehingga tidak ada pencuci botol,
sterilisator, meja pemanas dan tungku di dapur cair.
Alur Desentralisasi
Mangut ikan gabus dengan konsumen pasien kelas I dan VIP Aster dengan
diet makanan biasa (non diet). Dimana keputusan penerapan CCP berdasarkan di
penerimaan, persiapan, penyimpanan, persiapan bumbu, pengolahan, pemorsian,
pendistribusian, dan penyajian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya seperti
cemaran seperti salmonella campylobacter Listeri, bakteri E.colli dan adanya
bahaya fisik yaitu busuk, rusak, maupun kadaluwarsa. Sehingga solusi untuk CCP
pada masakan mangut ikan gabus ini adalah apabila dalam proses pengolahan ikan
(menggoreng ikan) hendaknya menggunakan minyak yang baru dan menggunakan
api yang sedang agar ikan dapat masak merata hingga ke bagian dalam ikan.
Membersihkan ruang peralatan, ruang persiapan maupun ruang pendistribusian
sebelum dan sesudah digunakan, menggunakan APD lengkap dan benar agar
meminimalisir terjadinya kontaminasi terhadap makanan dan membersihkan alat
yang digunakan sebelum dan sesudah penggunaan serta menutup wadah
penyimpanan sementara.
2. Tempura Ikan Tenggiri
Nama masakan : Tempura ikan tenggiri
Konsumen : pasien kelas aster untuk non diet dan diet RG.
keputusan penetapan CCP berdasarkan:
Pengolahan (CCP)
Tempura ikan tenggiri diberikan untuk pasien ruang aster untuk jenis
makanan bias (non diet) dan untuk diet (diet RG). Keputusan CCPP ditetapkan
karena penggunaan minyak goreng yang secara berulang-ulang. Penggunaan
minyak goreng berulang dapat menyebabkan kanker. Penggunaan minyak goreng
secara berulang-ulang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Hal tersebut
dikarenakan pada saat pemanasan akan terjadi proses degradasi, oksidasi dan
dehidrasi dari minyak goreng. Proses tersebut dapat membentuk radikal bebas
dan senyawa toksik yang bersifat racun (Rukmini, 2007). Selain itu, tampilan
makanan yang disajikan mutu/kualitasnya menurun dan ampilan menjadi kurang
baik.
3. Ayam Asam Manis
Nama Masakan : Ayam Saos Asam Manis
Konsumen : Pasien kelas II dan III dengan makanan biasa (non diet)
Keputusan Penetapan CCP berdasarkan :
a. Penerimaan (CCP)
b. Pencucian Ayam (CCP)
c. Pemasakan/ Pengolahan (CCP)
d. Pendistribusian (CCP)
Ayam Saos Asam Manis dengan pasien kelas II dan III dengan makanan
biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan penerimaan,
pencucian, pemasakan/ pengolahan dan pendistribusian masih CCP karena adanya
jenis bahaya biologis cemaran seperti bakteri, salmonella, bakteri E. Coli dan
adanya bahaya fisik yaitu terdapat memar/ membiru pada daging serta adanya
cemaran bakteri (kontaminasi silang). Sehingga solusi untuk CCP pada masakan
ini adalah apabila terdapat daging ayam yang memar atau membiru, pucat dan
berbau amis (bau bukan ciri khas ayam segar) maka daging ayam tersebut tidak
layak atau tidak boleh untuk diolah. Membersihkan ruangan peralatan sebelum
dan sesudah pemasakan, tenaga pengolah menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri) yang lengkap seperti penutup kepala, sarung tangan, masker dan celemek
agar tidak terjadi kontaminasi cemaran.
Ikan Gabus masak kecap dengan konsumen pasien kelas I/VIP, II dan III
dengan diit dan non diit. Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan di
penerimaan, pencucian, penggorengan, pemasakan, penyimpanan sementara dan
pendistribusian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis cemaran,
seperti salmonella yaitu busuk dan rusak juga termasuk adanya cemaran bakteri
(kontaminasi silang). Membersihkan ruang peralatan sebelum dan sesudah
pemasakan, menggunakan APD dengan lengkap dan benar agar tidak
terkontaminasi pada cemaran. Dengan cara membersihkan alat sebelum dan
sesudah penggunaan dan juga menutup wadah penyimpanan sementara.
5. Daging Teriyaki
Nama Masakan : Daging Teriyaki
Konsumen : Pasien kelas I/VIP dan Pasien kelas II/III (Non Diet)
Keputusan penetapan CCP berdasarkan:
a. Penerimaan (CCP)
b. Persiapan (CCP)
c. Pencucian (CCP)
d. Pengolahan daging (CCP)
e. Pemorsian (CCP)
f. Penyimpanan Sementara (CCP)
g. Pendistribusian dan penyajian (CCP)
Daging Teriyaki dengan konsumen pasien Kelas I/VIP dan pasien kelas
II/III de gan diet makanan biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP
berdasarkan di penerimaan, pencucian, pengolahan daging, pemorsian,
pendistribusian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis cemaran
seperti salmonella campylobacter listeri, bakteri E.coli dan adanya bahaya fisik
yaitu busuk, rusak. Juga termasuk adanya cemaran bakteri (kontaminasi silang).
Sedangkan solusi CCP untuk masakan ini adalah dimana ditemukan daging yang
belum matang sempurna maka dilakukan pemasakan kembali. Membersihkan
ruang peralatan sebelum dan sesudah pemasakan, menggunakan APD dengan cara
membersihkan alat sebelum dan sesudah penggunaan dan juga menutup wadah
penyimpanan sementara.
Ikan peda goreng dengan konsumen pasien dengan menu diet dan non diet
(makanan biasa) pada keputusan penetapan CCP berdasarkan tahap penerimaan,
persiapan, pencampuran bumbu, pengolahan/penggorengan, penyajian dan
distribusi termasuk CCP (Critical Control Point) sehingga perlu pengendalian
jaminan mutu pada produk ikan peda goreng. Karena adanya jenis bahaya
cemaran biologis seperti Listeria monocytogenes dan bahaya fisik yaitu busuk
dan rusak. Solusi untuk CCP pada produk ikan peda goreng, jika menemukan
ikan peda yang tidak sesuai spesifikasi maka perlu dilakukan sortasi untuk ikan
peda yang segar untuk digunakan pada proses pengolahan agar tidak
menimbulkan risiko bahaya. Membersihkan peralatan pengolahan sebelum
digunakan dan menggunakan APD dengan lengkap dan benar agar tidak
terkontaminasi kembali. Selain itu, membersihkan alat penyajian dengan bersih
sebelum digunakan.
8. Ayam Semur
Nama masakan : Ayam semur
Konsumen : pasien diet dan non diet
Keputusan penetapan CCP berdasarkan;
a. Penerimaan ( CCP )
b. Persiapan ( CCP )
c. Tahap penyimpanan ( CCP )
d. Persiapan bumbu ( CCP )
e. Pengolahan ( CCP )
f. Pemorsian ( CCP )
g. Pendistribusian ( CCP )
9. Pepes Patin
Nama Masakan : Pepes Patin
Konsumen : Pasien Diet dan Non Diet
Kepurusan penetapan CCP berdasarkan :
1) Penerimaan (CCP)
2) Pencucian Ikan Patin (CCP)
3) Pemasakan Pepes Patin (CCP)
4) Pendistribusian (CCP)
Pepes Patin dengan konsumen pasien diet dan non diet. Dimana keputusan
penetapan CCP berdasarkan di penerimaan, pencucian ikan patin, pemasakan
pepes patin, dan pendistribusian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya
biologis seperti Bakteri E, Coli dan bahaya fisik seperti benda asing, dan rambut.
Juga termasuk adanya cemaran bakteri (kontaminasi silang). Sehingga solusi
untuk CCP masakan ini adalah bagaimana : apabila ditemukan peps ikan yang
belum matang sempurna, maka dilakukan pemasakan kembali, Membersihkan
ruang peralatan sebelum dan sesudah pemasakan, menggunakan APD lengkap
dan agar tidak terkontaminasi pada cemaran. Dengan cara membersihkan alat
sebelum dan sesudah penggunaan, dan juga meutup wadah penyimpanan
sementara.
Pu Yung Hai dengan konsumen pasien kelas I dengan diet makanan biasa
(non diet) dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan penerimaan, bahan telur,
pencucian telur terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis cemaran seperti
salmonella campylobacter Listei, Bakteri E Colli dan adanya bahaya fisik yaitu
busuk, rusak. Juga termasuk adanya cemaran baketri (kontaminasi silang).
Sehingga solusi untuk CCP masakan ini adalah bagaimana apabila ditemukan telur
yang masih ada kotorannya maka dilakukan pencucian pada telur tersebut,
menggunakan APD dengan lengkap dan benar agar tidak tekontaminasi pada
cemaran. Dengan cara membersihkan alat sebelum dan sesuda penggunaan dan juga
menutup wadah penyimpanan sementara.
Tahu isi goreng dengan konsumen pasien kelas I/utama dengan diet
makanan biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan
penyimpanan termasuk CCP dikarenakan adanya bahaya fisik seperti debu,rambut
yang dapat terjadi pada proses penyimpanan. Solusi yang dapat dilakukan pada
masalah yang terjadi ialah tenaga penjamah/ petugas pengolahan harus lebih
memperhatikan bahaya yang dapat terjadi.solusi yang dapat dilakukan ialah
petugas lebih memperhatikan kebersihan alat makan yang digunakan dan lebih
rutin untuk membersihkannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Mendoan tahu dengan konsumen pasien kelas I/VIP, kelas II dan III
dengan diet makanan biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP
berdasarkan di penerimaan, pencucian tahu, penggorengan tahu, penyimpanan
sementara, dan pendistribusian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis
cemaran seperti salmonella, bakteri E.Colli dan adanya bahaya fisik yaitu busuk,
berlendir, dan bahaya kimia mengandung pengawet. Sehingga solusi untuk CCP
masakan ini adalah bagaimana apabila ditemukan thu yang belum matang
sempurna. Membersihkan ruang peralatan sebelum dan seduah pemsakan,
menggunakan APD dengan lengkap dan benar agar tidak terkontaminasi pada
cemaran. Dengan cara membersihkan alat sebelum dan sedudah penggunakan dan
juga menutup wadah penyimpanan sementara.
Sop mutiara dengan konsumen pasien kelas I/VIP dengan diet makanan
biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan di penerimaan,
pencucian, perebusan, pemasakan, penyimpanan sementara dan pendistribusian
terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis cemaran, seperti salmonella
yaitu busuk dan rusak juga termasuk adanya cemaran bakteri (kontaminasi silang).
Membersihkan ruang peralatan sebelum dan sesudah pemasakan, menggunakan
APD dengan lengkap dan benar agar tidak terkontaminasi pada cemaran. Dengan
cara membersihkan alat sebelum dan sesudah penggunaan dan juga menutup
wadah penyimpanan sementara.
a. Penerimaan (CCP)
b. Pencucian pentol mutiara (CCP)
c. Perebusan pentol mutiara (CCP)
d. Pemasakan (CCP)
e. Penyimpanan sementara (CCP)
f. Pendistribusian (CCP)
Sayur Asam Banjar dengan konsumen pasien kelas I,II & III dengan diet
makanan biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan di
penerimaan, pencucian, perebusan, pemasakan, penyimpanan sementara dan
pendistribusian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis cemaran,
seperti salmonella yaitu busuk dan rusak juga termasuk adanya cemaran bakteri
(kontaminasi silang). Membersihkan ruang peralatan sebelum dan sesudah
pemasakan, menggunakan APD dengan lengkap dan benar agar tidak
terkontaminasi pada cemaran. Dengan cara membersihkan alat sebelum dan
sesudah penggunaan dan juga menutup wadah penyimpanan sementara.
17. Urap Sayuran
Nama Masakan : Urap Sayuran
Konsumen : Pasien kelas VIP, I, II dan III dengan dieet makanan biasa (non diet)
Keputusan Penetapan CCP berdasarkan :
a. Penerimaan (CCP)
b. Pencucian Sayuran (CCP)
c. Perebusan Sayuran (CCP)
d. Pemasakan (CCP)
e. Penyimpanan Sementara (CCP)
f. Pendistribusian (CCP)
Urap sayuran dengan konsumen pasien kelas VIP, I, II dan III dengan diet
makanan biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan di
penerimaan, pencucian sayuran dan bumbu, perebusan, pencampuran bahan,
penyimpanan sementara, pendistribusian terdapat CCP karena adanya jenis
bahaya biologis cemaran seperti Pseudomonas syringae, E. Colli, Bacillus Cereus,
aspergillus niger dan jamur/kapang, Salmonella, Basillus sp, Halobacterium,
Staphilococcus, dan Colletotrichum sp dan adanya bahaya fisik yaitu busuk,
rusak. Juga termasuk adanya cemaran bakteri (kontaminasi silang). Sehingga
solusi untuk CCP masakan ini adalah bagaimana apabila ditemukan sayuran yang
dirasa kurang baik dalam hal mutu, maka perlu adanya pemilihan bahan (sortasi)
sebelum di proses dalam pemasakan. Membersihkan ruang peralatan sebelum dan
sesudah pemasakan, menggunakan APD dengan lngkap dan benar agar tidak
terkontaminasi pada cemaran. Dengan cara membersihkan alat sebelum dan
sesudah penggunaan, dan juga menutup wadah penyimpanan sementara.
Sop pangsit dengan konsumen pasien VIP (Aster) dengan diet makanan
biasa (non diet). Dimana keputusan penetapan CCP berdasarkan di penerimaan,
persiapan bahan makanan, pemasakan, penyimpanan sementara, pendistribusian,
dan penyajian terdapat CCP karena adanya jenis bahaya biologis cemaran seperti
bakteri salmonella, erwinia amylovora, l.monocytogeneses, dan bacillus cereus,
serta jamur stemphylium radicinum. Juga adanya bahaya fisik yaitu busuk, kerikil,
pasir, debu, dan berkarat, dan termasuk cemaran bakteri kontaminasi silang.
Sehingga solusi untuk CCP menu ini adalah menggunakan APD lengkap yaitu
celemek, tutup kepala, masker, sarung tangan, dan sandal karet agar tidak
terkontaminasi pada cemaran. Selain itu, membersihkan ruangan peralatan sebelum
dan sesudah pemasakan, mencuci alat sebelum dan sesudah digunakan, mencuci
bahan makanan sebelum dimasak, serta menutup wadah penyimpanan sementara.
H. Analisis Siklus Menu & Modifikasi Resep
1. Analisis Siklus Menu
Standar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang sudah
direncakan setiap kali makan untuk diet biasa, dengan menggunakan satuan
penukar sesuai standar makanan yang berlaku. Standar porsi yang digunakan di
RSUD Ulin Banjarmasin dapat dilihat pada data lampiran.
Siklus menu adalah perputaran menu atau hidangan yang akan disajikan
kepada pasien dalam jangka waktu tertentu (Aritonang, 2014). Dari pengamatan
yang telah dilakukan untuk siklus menu yang sada di Instalasi gizi RSUD Ulin
Banjarmasin menggunakan siklus menu 10+1 hari yang terdiri dari makanan
utama dan snack.
Siklus menu di Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin menggunakan satu
siklus menu yang sama untuk kelas Aster/Utama dan kelas II/III terdapat pada
lampiran, selain itu untuk siklus menu snack ada 2 jenis yaitu, kelas II/III dan
siklus menu snack untuk kelas Aster/Utama.
Adapun pemberian frekuensi makan pasien berdasarkan masing-masing
kelas sebagai berikut :
Tabel 3.1 Frekuensi Pemberian Makanan Pasien Kelas II Dan III
Menu bistik daging, tahu goreng dan sup jagung ini adalah siklus menu
ke 10 untuk Diet Anak dan dimodifikasi menjadi Beef nugget, Tamaka
Schotel dan Sup Matahari. Hasil secara keselurunan beef nugget masih keras
dan dari segi rasa masih terlalu asin, untuk tamaka schotel secara keseluruan
sesuai dengan yang seharusnya akan tetapi porsi yang diberikan terlalu banyak
untuk menu diet anak, dan untuk sup matahari menurut panelis tidak ada
variasi menu dari menu yang sebelumnya hanya saja bentuk potongan yang
berubah.
2. Diklat
a) Diklat I
Kegiatan Diklat ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : kelompok
pertama yang beranggotakan 9 orang telah melaksanakan kegiatan Diklat Gizi
pada 15 Oktober 2018 dengan sasaran yang dituju semua tenaga Pranata
Jamuan di RSUD Ulin Banjarmasin dan jumlah peserta yang mengikut diklat
ini adalah 10 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan diklat ini
yaitu ± 55 menit. Materi yang disampaikan Pentingnya Komunikasi Efektif
Tenaga Pranata Jamuan. Hasil diklat yang didapatkan terjadinya peningkatan
pengetahuan Pranata Jamuan tentang personal higiene, etika pada saat
mengantar makanan pasien dan menghadapi pasien yang sering mengeluh
tentang makanan yang diberikan.
b) Diklat II
Kegiatan Diklat Gizi kelompok II beranggotakan 9 orang telah
melaksanakan kegiatan diklat gizi pada hari kamis tanggal 18 Oktober 2018
dengan sasaran yang dituju adalah tenaga distribusi VIP, kelas I, II dan III.
Jumlah peserta yang mengikuti adalah 18 orang, waktu yang di butuhkan
untuk melaksanakan diklat ini yaitu 60 menit. Materi yang disampaikan Cara
Membuat Garnish dan Bentuk Makanan yang Bervariasi Untuk Pasien. Hasil
dari diklat di dapatkan terjadinya peningkatan pengetahuan tenaga distribusi
tentang membuat garnish dan bentuk makanan sehingga dapat diterapkan saat
melakukan distribusi kepada pasien rawat inap khususnya ruang VIP dan kelas
I.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan Anggaran di RSUD Ulin Banjarmasin menerapkan pola keuangan
badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) maka untuk melaksakanan kegiatan
operasionalnya RSUD Ulin Banjarmasin merencanakan anggaran kegiatan dalam
bentuk rencana bisnis anggaran (RAB), RAB disusun untuk masa 1 tahun
anggaran kegiatan dan merupakan perencanaan anggaran yang akan menjadi
pendapatan dan pengeluaran RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Sistem pemesanan dan pembelian bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin
menggunakan sistem pembelian langsung melalui tim swakelola.
3. Sistem penerimaan, penyaluran dan peyimpanan bahan makanan di RSUD Ulin
Banjarmasin menggunakan sistem konvensional dimana petugas penerimaan
menerima bahan makanan yang datang dan mencatat sesuai dengan jumlah yang
dipesan. Penyimpanan bahan makanan terdiri dari 2 unit penyimpanan yaitu
penyimpanan bahan makanan basah dan bahan makanan kering.
4. Persiapan dan pengolahan bahan makanan di RSUD Ulin Banjarmasin adalah
sebagai berikut.
a. Makanan pokok berupa beras dilakukan proses pencucian. Waktu untuk
memasak nasi biasa dan nasi lembek ±20 menit serta bubur 25-30 menit.
b. Sayur dilakukan pembersihan dan buah dipotong sesuai dengan bentuknya.
Pengolahan sayur dilakukan dengan cara menumis/merebus banyak.
c. Lauk hewani dilakukan pencucian dibawah air mengalir dan untuk telur
dibersihkan. Proses pengolahan lauk hewani dibedakan sesuai dengan jenis
dietnya yaitu lauk non-diet, diet dan permintaan khusus/alergi.
d. Lauk nabati dilakukan pemotongan sesuai dengan kebutuhan dan proses
pengolahan dibedakan menjadi 2 yaitu non-diet dan diet.
e. Bumbu sesuai menu pada hari itu dengan standar bumbu yang telah ditetapkan
di RSUD Ulin Banjarmasin diantaranya standar bumbu A, standar bumbu B,
standar bumbu C, standar bumbu D dan standar bumbu E.
f. Makanan cair/formula disediakan oleh unit cair yaitu formula komersial yang
ditakar sesuai kebutuhan pasien, formula rumah sakit, makanan khusus
sedangkan penyajian formula cair dalam bentuk serbuk yang di klip dalam
plastik untuk formula cair khusus.
5. Sistem distribusi yang digunakan di RSUD Ulin Banjarmasin menggunakan
sistem Sentralisasi untuk kelas II/III dan sisetm Desentralisasi untuk kelas
I/VIP/Aster.
6. Dapur dan peralatan di RSUD Ulin Banjarmasin yaitu alat yang digunakan
diruang penerimaan, peralatan yang digunakan dalam penyimpanan gudang kering
dan alat yang digunakan di ruang pengolahan makanan telah sesuai dengan
Pedoman PGRS (2013). Terdapat 2 ruang gudang peralatan yang terdapat pada
lantai atas dan lantai bawah serta terdapat 1 ruangan khusus untuk pegawai
pengolahan. Peralatan yang ada di ruang makanan cair yaitu blender, timbangan,
mixer, sendok plastik dan lain-lain. Peralatan dalam ruang distribusi
makanan/penyajian makanan antara lain plato untuk kelas II dan III sedangkan
piring untuk kelas I dan VIP.
7. Prinsip HACCP di RSUD Ulin Banjarmasin sudah ditetapkan, walaupun masih
beberapa titik risiko yang masih perlu dilakukan evaluasi guna peningkatan mutu
dan pengembangan lebih lanjut.
8. Siklus menu yang digunakan RSUD Ulin Banjarmasin adalah siklus menu 10 hari
+ 1 hari yang terdiri dari 3 kali makanan utama dan snack.
B. Saran
1. Petugas penjamah makanan di unit persiapan sampai dengan pengolahan secara
rutin diberikan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD dengan lengkap
dan benar untuk menjamin keamanan dari bahan makanan dan setiap proses
pengolahan yang dilakukan.
2. Memonitoring dan mencatat suhu lemari pendingin yang ada di gudang basah
untuk menjaga kesegaran bahan makanan serta menghamabat pertumbuhan bakteri.
3. Selalu menutup kembali pintu di gudang kering setelah di buka agar suhu di dalam
ruangan gudang kering sesuai dengan SOP yang telah di tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 2005 Tentang
Kesehatan. Fisioterapi Indonesia: Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktur Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak: Jakarta.
Mukrie, A. N. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta : Depkes RI.
Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng Bekas Dengan Arang Sekam Menekan
Kerusakan Organ Tubuh. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007). ISSN: 1978-
9777.
Tarwotjo, C.S. 2007. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: Grasindo.
LAMPIRAN
Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GIZI RSUD ULIN BANJARMASIN
SUPERVISOR
LASMI ARIYANTI, SST, RD
No Pendidikan Jumlah
1 S2 2 orang
2 S1 10 orang
3 D4 2 orang
4 D3 9 orang
5 D1 7 orang
6 SMEA 1 orang
7 SMK 31 orang
8 SMA 20 orang
9 MA 1 orang
10 SMP 2 orang
11 SD 2 orang
Jumlah 87 orang
KUALIFIKASI PENDIDIKAN TAHUN 2018
(Sumber: Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin, 2018)
TENAGA INSTALASI GZI RSUD ULIN BANJARMASIN BERDASARKAN
KUALIFIKASI JABATAN TAHUN 2018
No Jabatan Jumlah
1 Kepala Instalasi Gizi 1 orang
2 Supervisor Gizi 1 orang
3 Kepala Ruangan Gizi 3 orang
4 Dietesien Poli Rawat Jalan 1 orang
5 Dietesien Rawat Jalan 1 orang
6 Pengadministrasian Umum/Adminitrasi Pasien 2 orang
7 Penanggung Jawab Gudang Kering 1 orang
8 Staf Gudang Kering 1 orang
9 Penanggung Jawab Gudang Basah 1 orang
10 Pengolahan Makanan 28 orang
11 Pengolahan Makanan Cair/Formula 3 orang
12 Pranata Jamuan 29 orang
Jumlah 87orang
(Sumber: Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin, 2018)
TENAGA INSTALASI GZI RSUD ULIN BANJARMASIN BERDASARKAN
KUALIFIKASI JABATAN DAN PENDIDIKAN TAHUN 2018
Madinah D3 Gizi
Hannah D3 Gizi
Mawarti SMA
Asnani SMA
Kasmirah SD
Rafikah SMK
Normasari SMK
Dahliana SMA/Sederajad
Fitriyani SMA
Gunawati SMA
Mujiatul Hasanah SMA/Sederajad
Rahmawati AR SMA
Suratman SD
Fakhrianti SMK
Nurcahyati SMA
Arrahman SMA
Faisal SMA
Zukipli SMA
Zakiah SMK
Herlina SMK
Mulyani SMA
Maulida SMK
Dahliana SMK
Hurniawati SMP
Zubaidah SMK
Rencana Anggaran Biaya Bahan Makanan Makanan Pokok Aster, Kelas I,II,III Dalam 1 Bulan Berdasarkan 10 Hari Siklus
Rencana Anggaran Biaya Bahan Makanan Lauk Nabati Aster, Kelas I,II,III Dalam 1 Bulan Berdasarkan 10 Hari Siklus
Rata-rata
Hari/ Berat Total
Bahan jumlah Berat +10%
No siklus 1 Frekuensi Total Harga satuan RAB
makanan pasien Bahan RAB
bulan (kg) (Rupiah)
No Bahan Hari/ Rata-rata Frekuensi Berat Berat +10% RAB Harga Total
makanan siklus 1 jumlah Bahan Total (Kg) satuan RAB
bulan pasien (Kg) (Rupiah)
1 Baby corn 3 564 4 25 169,2 186,12 35.525 6.611.913
2 Wortel 3 564 39 25 1649,7 1814,67 25.375 46.047.251,3
3 Buncis 3 564 14 25 592,2 651,42 25.375 16.529.782,5
4 Jagung 3 564 15 25 634,5 697,95 17.255 12.022.188,8
5 Kacang 3 564 10 25 423 465,3 13.195 6.139.633,5
Panjang
6 Tauge 3 564 6 25 253,8 279,18 12.180 3.400.412,4
7 Kecambah 3 564 3 10 50,76 55,84 12.180 680.131,2
8 Timun 3 564 6 25 253,8 279,18 10.150 2.833.677
9 Kembang kol 3 564 6 25 253,8 279,18 45.675 12.751.546,5
10 Sawi putih 3 564 2 25 84,6 93,06 18.270 1.700.206,2
11 Sawi 3 564 7 35 414,54 455,99 30.450 13.884.895,5
12 Bayam 3 564 3 25 126,9 139,6 30.450 4.250.820
13 Labu siam 3 564 4 20 135,36 148,9 18.270 2.720.403
14 Labu merah 3 564 1 25 42,3 46,53 10.150 472.279,5
15 Kol 3 564 8 25 25 338,4 14.210 4.808.664
16 Tomat 3 564 3 20 101,52 111,7 20.300 2.267.510
17 Biji melinjo 3 564 1 5 8,46 9,306 71.050 661.191.3
18 Daun melinjo 3 564 1 5 8,46 9,306 121.800 1.133.470,8
19 Oyong 3 564 2 20 67,68 74,448 15.225 1.133.470,8
20 Kentang 3 564 8 25 338,4 372,24 22.330 8.312.119,2
21 Selada 3 564 1 25 42,3 46,53 20.300 944.559
22 Jamur 3 564 2 5 16,92 18,61 156.200 2.906.882
23 Sedap malam 3 564 2 5 16,92 18,61 139.375 2.593.768,75
Total RP.154.806.775,5
Lampiran 7
Rencana Anggaran Biaya Buah Aster, Kelas I,II,III Dalam 1 Bulan Berdasarkan 10 Hari Siklus
Total
Hari/ Rata-rata Berat
Bahan Berat +10% RAB
No siklus 1 jumlah Frekuensi Total Harga satuan
makanan Bahan RAB (Rp)
bulan pasien (kg)
Keadaan
Tahun
No Nama Barang Jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
baik
1 Rak 2017 11 11 - -
2 Lemari penyimpanan 2003 1 1 - -
3 Keranjang 2015 15 15 - -
4 Box Penyimpanan 2015 9 9 - -
5 Meja Kerja stanless 2017 1 1 - -
6 Toples - 5 5 - -
7 Timbangan - 2 2 - -
8 Baskom stanless - 2 2 - -
Keadaan
Tahun
No Nama Barang Jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
Baik
1 Lemari Penyimpanan 2017 2 1 - -
2 Kulkas 2015 1 - - 1
3 Meja Kerja 2017 2 2 - -
4 Washtapel 2017 1 1 - -
5 Blender 2017 2 2 - -
Keadaan
Tahun
No Nama Barang jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
Baik
1 Meja 2017 2 2 - -
2 Washtafel 2017 1 1 - -
4. Ruang Persiapan Sayur & Buah
Keadaan
Tahun
No Nama Barang Jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
Baik
1 Lemari stanless 2017 1 1 - -
2 Kulkas buah & sayur 2017 1 1 - -
3 Meja 2017 4 4 - -
4 Kursi panjang 2017 4 4 - -
5 Washtafel 2017 1 1 - -
5. Ruang Produksi
Keadaan
Tahun
No Nama Barang Jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
baik
1 Kompor 2017 8 8 - -
2 Pemanggang 2017 3 3 - -
3 Meja 2017 6 6 - -
4 Rak 2017 3 3 - -
5 Lemari 2017 2 2 - -
6 Washtafel 2017 2 2 - -
6. Ruang Penerimaan
Keadaan
Tahun
No Nama Barang Jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
Baik
1 Rak 2017 1 1 - -
2 Meja 2017 2 2 - -
3 Washtafel 2017 1 1 - -
4 Timbangan Digital 2017 2 2 - -
5 Keranjang 2017 5 5 - -
6 Baskom Stanless 2017 9 9 - -
7 Tong Sampah 207 1 1 - -
8 Lampu 2017 2 2 - -
Keadaan
Tahun
No Nama Barang Jumlah Kurang
Pembuatan Baik Rusak
Baik
1 Frezzer pintu 2 2016 1 - - 1
2 Rak stenlis 2018 2 2 - -
3 Troli 2016 1 - 1 -
4 Frezzer 2016 1 1 - -
5 Papan tulis 2011 2 2 - -
(Sumber: Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin, 2018)
FORM. JADWAL PENGECEKAN SUHU PENYIMPANAN MAKANAN KERING
Bulan :
Bulan :
Bulan :
(KEAMANAN PANGAN)
Bulan :
Bulan :
Nama Nama
Hari/tanggal Rasa Tekstur Warna Aroma Penampilan Keterangan Paraf
snack Penguji
FORM. PEMANTAUAN MUTU SNACK PASIEN KELAS II DAN III
Bulan :
Nama Nama
Hari/tanggal Rasa Tekstur Warna Aroma Penampilan Keterangan Paraf
snack Penguji
FORM. PEMANTAUAN MUTU SNACK PASIEN KELAS I
Bulan :
Nama Nama
Hari/tanggal Rasa Tekstur Warna Aroma Penampilan Keterangan Paraf
snack Penguji
FORM. PEMANTAUAN SDM UNIT PRODUKSI RSUD ULIN BANJARMASIN
Bulan :
Unit Penyelenggaraan
Unit Penerimaan, Penyimpanan, Persiapan, Produksi, Penyajian, dan Pendistribusian
Cold storage
Ruang Persiapan Bahan Makanan Sayur, Buah, Lauk Hewani, dan Bumbu
Ruang Penyajian
Ruang Pendistribusian