Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran umum penyakit


Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru
1. Definisi TB Paru
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman
tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kuman ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai BTA, kuman TB
Paru cepat mati bila kena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam tubuh kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2008:5).
2. Gejala Tuberkulosis
Menurut Depkes RI 2008, TB Paru memberikan gejala berupa batuk
terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih. Gejala lain yang
sering dijumpai adalah :
1. Dahak bercampur darah
2. Batuk darah
3. Sesak nafas dan nyeri dada
4. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan.
3. Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis BTA positif, Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (Droplet Nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup dalam

1
saluran pernafasan. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang memungkinkan
seseorang tertular kuman TB Paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Sehingga bila dalam satu rumah
ada satu anggota keluarga dengan BTA Positif maka kemungkinan untuk
tertular makin besar (Depkes RI, 2008)
Bronchitis
1. Pengertian Bronchitis
Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan
atau hambatan jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid,
menyebabkan ketidak cocokan ventilasi- perfusi dan menyebabkan sianosis
(FKUI, 2007). Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari
hidung dan tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa sempit
yang berawal pada trakhea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas,
hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan
batuk pilek, akan tetapi infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga
menjadikan batuk akan bertambah parah dan berubah sifatnya (Hidayat,
2011).
2. Etiologi Bronchitis
Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par
influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada
bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus,
bakteri, maupun parasit.Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada
mukosa bronkus berserta cabang–cabangnya yang disertai dengan gejala

2
batuk dengan atau tanpa sputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu.
Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada
bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran
pernapasan lainnya (Gonzales R, Sande M,2008). Bronkitis akut dapat
disebabkan oleh:
a. Infeksi virus: influenza virus, parainfluenza virus, respiratory
syncytialvirus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
b. Infeksi bakteri: Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,
Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik
(Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).
c. Jamur
d. Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain. Penyebab bronkitis akut
yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan
infeksi bakteri hanya sekitar < 10% (Jonssonet al, 2008).
3. Tanda dan gejala penderita bronchitis
a. Sesak nafas / atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan
gejala yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif
yang dapat di amati dari sesak nafas adalah nafas yang cepat, terengah-
engah, bernafas dengan bibir tertarik kedalam (pursed lip), hiperkapnia
(berkurangnya oksigen dalam darah), hiperkapnia atau meningkatnya
kadar karbondioksida dalam darah (Diarly, 2008).
b. Nafas berbunyi (weezing) adalah suara pernafasan yang di sebabkan
oleh mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat
kontriksi atau ekskresi mucus yang berlebihan ( Ikhawati, 2011).
c. Batuk dan sputum
Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali
pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari
serta pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut
dalam satu tahun dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000).

3
d. Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada
inflamasi pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di
rasakan dengan tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009).

Anemia

1. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan
sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari
defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat
memengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2010). Anemia adalah
sebagai suatu kondisi tidak mencukupinya cadangan zat besi sehingga
berkurangnya penyaluran zat besi ke jaringan tubuh. Tingkat kekurangan zat
besi yang lebih parah dihubungkan dengan anemia yang secara klinis
ditentukan dengan turunnya kadar hemoglobin sampai kurang dari 11,5
gr/gl (Miller, 2008).
2. Gejala anemia
Defisiensi besi dibagi menjadi dua, yaitu tanda dan gejala anemia
defisiensi besi tidak khas serta tanda dan gejala anemia defisiensi besi yang
khas. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi tidak khas hampir sama
dengan anemia pada umumnya yaitu: cepat lelah atau kelelahan, hal ini
terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga
metabolisme otot terganggu; nyeri kepala dan pusing merupakan
kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut
hemoglobin berkurang; kesulitan bernapas, terkadang sesak napas
merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen
dengan cara kompensasi pernapasan lebih dipercepat; palpitasi, dimana
jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi; dan
pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan
konjungtiva (Tarwoto, 2007).

4
B. Terapi Diet
Penatalaksanaan pasien TB Paru melibatkan beberapa hal yaitu istirahat
yang cukup, terapi obat TB Paru dan asupan makanan yang adekuat. Kesatuan
penatalaksanaan tersebut saling mendukung satu sama lain untuk mencapai
kesembuhan pasien TB Paru. Gizi yang seimbang dapat terpenuhi dengan menu
makanan yang padat gizi. Gizi seimbang mencakup makanan yang adekuat yang
harus dikonsumsi oleh tubuh yaitu makanan yang mengandung unsur
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Herlina, 2012).

Pengobatan suportif diberikan melalui asupan nutrisi yang adekuat.


Prinsip pemberian nutrisi adalah melalui makanan yang bersifat tinggi kalori dan
protein, dengan protein hewani lebih diutamakan. Mikronutrien yang diperlukan
antara lain zink, vitamin A, vitamin D, vitamin C dan zat besi. Peningkatan
pemakaian energi dan penguraian jaringan akibat infeksi dapat meningkatkan
kebutuhan mikronutrien seperti vitamin A, vitamin E, vitaminB6, vitamin C,
vitamin D dan Folat. Pada pasien yang demam, dapat diberikan obat penurun
panas, begitu pula dengan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak nafas dan
keluhan lainnya (Almatsier, 2004).

Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) adalah pengaturan makan


yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet dapat
diberikan dalam bentuk makanan biasa atau lunak sesuai keadaan umum pasien
dengan ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur,
daging atau dalam bentuk minuman enteral tinggi energi tinggi protein. Terapi
diet TETP bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta
memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal
(Almatsier, 2010). Syarat terapi diet Tinggi Energi Tinggi Protein adalah :

a. Energi tinggi diberikan sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai berat
badan normal ( 40 – 45 kkal/kg BB ).

5
b. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak, meningkatkan
kadar albumin serum yang rendah yaitu 2,0 – 2,5 g/kg BB ( 75 – 100 g ).
c. Lemak cukup 15 – 25 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal.
f. Makanan diberikan yang mudah cerna.
g. Cara Pemberian: Oral

Bahan makanan yang dianjurkan Bahan makanan yang tidak


dianjurkan

Sumber karbohidrat: nasi, mie,


makaroni, hasil olah tepung-tepungan
lain, seperti cake, tarcis, puding, dan Tidak ada
pastri, dodol, ubi. Karbohidrat
sederhana seperti gula pasir.

Sumber protein: daging sapi, ayam, Sumber protein: dimasak dengan


ikan, telur, susu, dan hasil olahannya banyak minyak atau kelapa/santan
seperti keju dan yoghurt custard dan kental.
es krim.

Sumber protein nabati: semua jenis Sumber protein nabati: dimasak


kacang-kacangan dan hasil olahannya dengan banyak minyak atau
seperti tempe dan tahu. kelapa/santan kental.

Sayuran: semua jenis sayuran, Sayuran: dimasak dengan banyak


terutama jenis B, seperi bayam, minyak atau kelapa/santan kental
buncis, daun singkong, kacang
panjang, labu siam dan wortel
direbus, dikukus dan ditumis.

6
Buah-buahan: semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah kering dan jus Tidak ada
buah.

Lemak dan minyak: minyak goreng, Lemak dan minyak: santan kental.
mentega, margarin, santan encer.

Minuman: soft drink, madu, sirup, teh Minumam: minuman rendah energi.
dan kopi encer.

Bumbu: bumbu tidak tajam, seperti Bumbu: bumbu yang tajam seperti
bawang merah, bawang putih laos, cabe dan merica
salam, dan kecap.

7
BAB II

ASSESMENT

A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : TN. M
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : swasta ( tenaga kerja di pabrik karet )
Pendidikan : SMP
RMK : 1.40.69.XO
Ruang : Paru Kam 2/5
Tanggal masuk : 16-11-2018
Tanggal kasus : 17-11-2018
Alamat : Jln.kampung melayu darat kel. Melayu kec. Banjar timur
Diagnosa medis : Tb Paru + bronchitis + anemia
2. Riwayat Penyakit

Keluhan utama Sesak berat.

Riwayat penyakit sekarang Pasien mengalami batuk yang tidak


kunjung sembuh, sesak nafas berat.

Riwayat penyakit dahulu Gastritis/ radang lambung. Pasien dalam


4 bulan terakhir dengan batuk dan sesak
nafas yang tidak kunjung sembuh.

Riwayat penyakit keluarga Tidak ada.

8
3. Riwayat Gizi

Data Sosial Ekonomi Penghasilan ± Rp. 3.500.000/ bulan.


Kelas menengah.

Jumlah anggota kelurga 4 anggota keluarga terdiri dari anak 1, istri


1, Tn. M sendiri dan ibu Tn. M.

Suku Banjar

Aktifitas fisik Lama waktu kerja ibu SK ± 8 jam.


Jumlah jam tidur ibu SK 8 jam.
Aktifisik fisik ( Tn. M tidak pernah berolah
raga ).

Masalah gastrointestinal Tidak ada masalah.

Penyakit kronik Tidak ada penyakit kronik.

Kesehatan mulut Keadaan mulut pasien diketahui sehat dan


gigi masih lengkap, tidak ada kesulitan
mengunyah maupun menelan.

Suplemen/ vitamin Tn. M sebelum masuk RS tidak


mengonsumsi suplemen maupun vitamin.

Perubahan berat badan Dalam 4 bulan terakhir berat badan Tn. M


terus menurun.

Riwayat/ pola makan Sebelum MRS :

1. Frekuensi makan pasien di rumah yaitu


3 x, dengan makanan pokok yaitu nasi
sebanyak 2-3 centong plastik rice cooker
( 300 gr ).

9
2. Lauk hewani yang sering dikonsumsi
dan yang di sukai yaitu ikan laut
misalnya ikan tongkol dan ikan peda.
Telur ayam ras, ayam dan ikan asin
dengan porsi setiap kali makan 1 – 1 ½
porsi ( 40 - 60 gr ).
3. Lauk nabati yang sering dikonsumsi
yaitu tahu 4 x/ minggu. Setiap kali
makan 1 porsi ( 50 gram ).
4. Sayuran yang sering dikonsumsi pasien
yaitu kacang panjang, wortel,
bayam,baluh kuning, buncis dan
kecambah.. Setiap kali makan 1 sendok
sayur ( 50 gr ).
5. Buah yang disukai pasien yaitu pisang
dan semangka. Pasien mengkonsumsi
buah 2 x/ minggu dengan setiap kali
makan 1- 2.
6. pasien mengonsumsi kue/jajanan dalam
1 hari 1 kali dalam setiap kali makan
pasien mengonsumsi 1- 2 buah kue. (
kue pais pisang, pais waluh, roti kukus,
dan pisang goreng ). Air putih yang
dikonsumsi oleh pasien sebanyak 1200
ml / 2 botol air mineral tanggung / hari
di tambah dengan kebiasaan pasien
setiap pagi dan sore hari mengonsumsi
1 gelas ukuran besar teh manis hangat.
7. Pasien senang mengonsumsi makanan di
goreng, di tumis dan direbus.

10
Riwayat nutrisi pasien di rumah 1 hari
sebelum masuk Rumah sakit dengan menu:
Nasi biasa 2 centong (600 gr) 3× makan.
Telur rebus 1 buah ( 55 gr ).
Ikan tongkol masak kuning 2 potong sedang
(100 gr) 2 x makan.
Teh manis 2 gelas besar ( gula 2 sendok
makan dalam 1 gelas besar ).
Pais pisang 1 buah ukuran sedang ( 50 gr )
Dengan nilai gizi:
Energi : 1270 kkal ( 48% dari AKG)
Protein : 46,4 gr ( 71% dari AKG )
Lemak : 9,4 gr ( 13 % dari AKG )
KH : 244,1 gr ( 62% dari AKG ).
Diketahui asupan pasien dalam 1 hari
sebelum masuk rumah sakit menurun
dikarenakan pasien mengalami sesak berat.

Kesimpulan :
Diketahui pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 37 tahun datang ke
Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas serta dada dan batuk tidak kunjung
sembuh, sebelumnya ada demam dan berat badan terus turun. Dalam Pusat
Data dan Informasi Kemenrian kesehatan RI, 2018 gejala utama pasien TBC
paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Diketahui Tn. M mengalami gejala yang sama diantaranya batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih, sesak nafas, dan berat badan menurun.

11
Riwayat penyakit keluarga tidak ada tetapi riwayat penyakit pasien yaitu
gastritis/ radang lambung dan selama 4 bulan Pasien tidak memiliki alergi
terhadap jenis makanan apapun. Pasien tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi suplemen/ vitamin gizi tertentu.
Terdapat penurunan berat badan Tn. M dalam 4 bulan terakhir sebelum
masuk Rumah sakit. Riwayat pola makan pasien dengan frekuensi makan
3x/ hari. Dilihat dari jenis bahan makanan yang dikonsumsi pasien cukup
bervariasi. Tidak ada perubahan nafsu makan pada pasien dalam beberapa
bulan terakhir, nafsu makan dan asupan makan pasien normal/ baik tetapi 2
hari sebelum masuk RS nafsu makan pasien menurun dikarenakan pasien
mengalami sesak nafas berat. Riwayat nutrisi pasien di rumah 1 hari sebelum
masuk Rumah sakit dengan metode FFQ dan menggunakan nutrisurvei
asupan yaitu Energi : 1270 kkal ( 48% dari AKG), Protein : 46,4 gr ( 71%
dari AKG ), Lemak : 9,4 gr ( 13 % dari AKG ) dan KH : 244,1 gr ( 62% dari
AKG ).
B. Antropometri
Berat Badan : 50 kg
Tinggi badan : 168 cm
LILA : 24,1 cm
ULNA : 23 cm
BBI : ( TB – 100 cm ), 168 cm – 100 cm = 68 kg
IMT : BB/TB ( m2 ) = 50 kg/ 2,82 = 18 kg/m2 status gizi pasien underweight.
Kesimpulan dan pembahasan :
Berat badan pasien 50 kg, Tinggi badan 168 cm pengukuran LILA 24,1 cm,
BBI pasien 68 kg dan Status Gizi berdasarkan IMT pasien 18 kg/m2 dengan
status gizi underweight. Untuk pengukuran berat badan menggunakan
timbangan injak langsung karena pasien masih mampu berdiri dari tempat tidur.
Untuk tinggi badan berdasarkan pernyataan pasien sendiri, karena pasien
mengaku peernah melakukan pengukuran tinggi badan sebelumnya.

12
C. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan Satuan/ nilai normal Awal masuk Kategori


17/11/18
Hemoglobin 14 – 18 gr/dL 11.3 gr/dL Rendah

Trombosit 150 – 450 rb/uL 18 rb/ uL Rendah

Hematokrit 42 – 52 % 50 % Normal

Eritrosit 4.10 – 6.00 rb/uL 325 rb/uL Rendah

Leukosit 4.0 – 10.5 rb/uL 7.3 rb/uL Normal

Kesimpulan dan pembahasan :

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada Hb, trombosit dan


eritrosit pasien awal kasus menunjukan nilai rendah. Pemeriksaan laboratorium
hanya dilakukan 1 kali saja sampai dengan kasus selesai. Penyakit TB paru
merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang dalam perjalanan patogenesisnya
dapat mengakibatkan berkurangnya persediaan zat besi dalam tubuh. Anemia
penyakit kronik sering bersamaan dengan anemia defisiensi besi dan keduanya
memberikan gambaran penurunan besi serum ( Sianipar O, 2005 ).

Penyakit TB paru merupakan infeksi multi sistemik yang dapat


menyebabkan manifestasi di berbagai organ, salah satunya adalah berupa
kelainan hematologi ( Turgut M, 2002 ). Anemia merupakan abnormalitas
hematologi yang biasa terjadi pada pasien TB paru ( Lee SW, 2006 ). Seluruh
infeksi kronik termasuk TB dapat menyebabkan anemia. Keadaan ini diduga
akibat adanya respon dari sitem imun, dimana sel-selnya melepaskan sitokin
yang akan membantu dalam hal pemulihan atau mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Akan tetapi, produksi dari sitokin ini juga dapat memengaruhi
fungsi normal dari tubuh. Pada anemia penyakit kronik, sitokin dapat

13
mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap dan menggunakan zat besi.20
Selain itu, produksi dari sitokin yang berlebihan ini juga dapat mengganggu
produksi dan aktivitas eritropoietin, hormon yang menstimulasi sumsum tulang
untuk memproduksi sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia.21.

D. Pemeriksaan Fisik & Klinis

Vital Sign Nilai normal Awal Kasus


17/11/ 2018 18/11/ 2018 19/11/2018

Tekanan darah 120/80 120/70 110/ 90 120/80


( mmhg ) ( Normal ) ( Rendah ) ( Normal )

Respirasi ( x/m ) 12 – 20 24 22 20
( Tinggi ) ( Tinggi ) ( Normal )

Nadi ( x/m ) 60-80 85 77 70


( Tinggi ) ( Normal ) ( Normal )

Suhu ( C0 ) 36,5 – 37,5 36,5 36,7 37


( Normal ) ( Normal ) ( Normal )

Fisik Pasien lemas Pasien lemas Lemas


Batuk Batuk Batuk
Sesak berat Sesak Sesak
berkurang

Kesimpulan dan pembahasan :

Saat hari pertam kasus untuk nilai tekanan darah pasien masih dalam
kategori normal, hari kedua kasus nilai tekanan darah pasien rendah dan untuk
hari ketiga kasus tekanan darah pasien kembali normal. Respirasi hari pertama

14
dan kedua tiggi dan hari ketiga normal. Nadi hari pertma tinggi dan untuk hari
kedua dan kettiga normal. Serta suhu badan pasien normal dengan nilai hari
pertama sampai dengan akhir kasus. Pasien tampak lemas dikarenakan sesak
yang semakin berat dan batuk tidak kunjung sembuh.

E. Asupan Zat Gizi


Hasil recall 24 jam diet RS
Tanggal : 17/11/2018
Diet RS : NB (berdasarkan pernyataan keluarga pasien, pasien tidak
mengonsumsi makanan lain/ makanan dari luar rumah sakit).
Tabel.2.1 Hasil recall 24 jam diet RS
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Asupan makan 1635 kkal 65 gr 37 gr 304 gr

Makanan RS 2180,3 kkal 86,6 gr 49 gr 405,8 gr

% Asupan 75 % 75 % 75 % 75 %

Kategori Defisit berat Defisit berat Defisit berat Defisit berat

Kesimpulan :

Berdasarkan hsil recall 24 jam di RS, asupan energi pasien defisit sedang
1635 kkal (75 %). Asupan protein defisit sedang 65 gr (75 %), asupan
karbohidrat defisit sedang 304 gr (75 %) dan asupan lemak defisit sedang 37 gr
(75 %). Asupan pasien belum dapat memenuhi kebutuhan yang seharusnya
dikarenakan pasien belum dapat menghabiskan makanan yang diberikan karena
keadaan pasien yang sesak. Untuk asupan cairan Tn. M mengonsumsi 660 ml/ 3
gelas air mineral. Berdasarkan standar Departemen Kesehatan RI ( 2002 ) :

a. Di atas kebutuhan > 120 % kebutuhan


b. Normal 90 – 119 % kebutuhan

15
c. Defisit ringan 80 – 89 % kebutuhan
d. Defisit sedang 70 – 79 % kebutuhan
e. Defisit berat < 70 % kebutuhan

F. Terapi Medis

Jenis Obat/ Fungsi Interaksi dengan zat gizi


Tindakan
Levofioxacin Levofloxacin adalah obat untuk Kadar glukosa dalam tubuh
mengobati berbagai macam dapat terpengaruhi jika
infeksi bakteri. Levofloxacin digunakan bersama dengan
termasuk antibiotik quinolone obat antidiabetes, seperti
yang digunakan untuk insulin dan glibenclamide.
mengobati sinusitis, pneumonia,
tuberkulosis, bronkitis.
Levofloxacin bekerja dengan
cara membunuh bakteri dan
mencegahnya tumbuh kembali.
Ranitidin Ranitidin adalah obat untuk Makanan yang mengandung
mengurangi jumlah asam alkohol (anggur, tape dan
lambung dalam perut. durian).
Fungsinya untuk mengatasi dan
mencegah rasa panas perut
(heartburn), maag, dan sakit
perut yang disebabkan oleh
tukak lambung. Ranitidin juga
digunakan untuk mengobati dan
mencegah berbagai penyakit
perut dan kerongkongan yang
disebabkan oleh terlalu banyak

16
asam lambung, misalnya
erosive esophagitis dan refluks
asam lambung
(gastroesophageal reflux
disease, GERD).
Antrain Obat anti nyeri dan anti demam. Tidak dianjurkan pemberian
mkanan yang mengandung
alkohol seperti anggur,
nangka, durian, dan tape
karena dapat menimbulkan
rasa lelah.

Sodium Mengembalikan keseimbangan Tidak ada


chloride elektrolit pada dehidrasi dan
0,9%. atau mengganti cairan tubuh
yang hilang.

Kesimpulan Assesment :

Diketahui pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 37 tahun tanggal


MRS 16/ 11/ 2018 dengan Diagnosa medis : Tb Paru + bronchitis + anemia.
Riwayat nutrisi pasien di rumah 1 hari sebelum masuk rumah sakit asupan
Energi : 1270 kkal ( 48% dari AKG), Protein : 46,4 gr ( 71% dari AKG ),
Lemak : 9,4 gr ( 13 % dari AKG ) dan KH : 244,1 gr ( 62% dari AKG ).
Berdasarkan hsil recall 24 jam di RS, asupan energi pasien defisit sedang
1635 kkal (75 %). Asupan protein defisit sedang 65 gr (75 %), asupan
karbohidrat defisit sedang 304 gr (75 %) dan asupan lemak defisit sedang 37 gr
(75 %) asupan pasien belum dapat memenuhi kebutuhan yang seharusnya
dikarenakan pasien tidak mampu menghabiskan makanannya disebabkan pasien
dengan keluhan sesak yang berat padahal pasien dengan nafsu makan yang baik.

17
untuk asupan cairan Tn. M mengonsumsi 660 ml/ 3 air mineral. Status Gizi
pasien berdasarakn IMT = 18 kg/m2 dengan berat badan kurang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium nilai Hb, trombosit dan
eritrositt pasien rendah. Nilai tekanan darah pasien masih dalam kategori
normal, hari kedua kasus nilai tekanan darah pasien rendah dan untuk hari ketiga
kasus tekanan darah pasien kembali normal. Respirasi hari pertama dan kedua
tiggi dan hari ketiga normal. Nadi hari pertma tinggi dan untuk hari kedua dan
kettiga normal. Serta suhu badan pasien normal dengan nilai hari pertama
sampai dengan akhir kasus. Pasien tampak lemas dikarenakan sesak yang
semakin berat dan batuk tidak kunjung sembuh.

18
BAB III
DIAGNOSA GIZI

A. Problem Gizi
1. Intake makanan kurang ( defisit ). Berdasarkan hsil recall 24 jam di RS, asupan
energi pasien defisit sedang 1635 kkal (75 %). Asupan protein defisit sedang
65 gr (75 %), asupan karbohidrat defisit sedang 304 gr (75 %) dan asupan
lemak defisit sedang 37 gr (75 %).
2. Status gizi berdasarkan IMT : BB/TB ( m2 ) = 50 kg/ 2,82 = 18 kg/m2 status
gizi pasien underweight/ berat badan kurang.
3. Hasil pemeriksaan biokimia :
Berdasarkan hasil laboratorium nilai Hb pasien menunjukan rendah yaitu 11.3
gr/dL menandakan pasien mengalami anemia gizi.
4. Fisik & klinis; pasien dalam kedaan lemas, batuk dan sesak.
B. Penentuan Diagnosa Gizi
1. NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan pasien nafas sesak ditandai
dengan intake makanan kurang defisit sedang yaitu energi 1635 kkal (75 %),
protein 65 gr (75 %), karbohidrat 304 gr (75 %) dan asupan lemak 37 gr (75
%).
2. NI.5.1 Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan status gizi
pasien underweight/ berat badan kurang ditandai dengan IMT = 18 kg/m2.
3. NC.2.2 perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan keadaan patologis
pasien yang ditandai dengan nilai Hb pasien rendah yaitu 11,3 gr/dL.
4. NC.3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi
pasien dengan Tb paru ditandai dengan IMT pasien 18 kg/m2.

19
BAB IV

INTERVENSI GIZI

A. Planing
1. Terapi Diet :
a. Jenis diet : TKTP/ ETPT
b. Bentuk makanan : Bubur
c. Cara pemberian : oral
d. Frekuensi : 3 x makanan utama, 1 x selingan.
2. Tujuan Diet
a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b. Meningkatkan secara bertahap asupan makanan oral meliputi energi,
protein, lemak dan karbohidrat sebanyak 80% dari kebutuhan total klien
serta pemberian cairan cukup.
c. Mencapai berat badan ideal/ status gizi normal.
3. Syarat diet
a. Energi di berikan sebesar 2.434 kkal yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Pemberrian sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya
b. Protein tinggi, yaitu 2 kg/BB/hari (122,4 gr) untuk memenuhi kebutuhan
pasien, mencegah, mengurangi kerusakan serta menggantikan jaringan
tubuh yang rusak selama sakit dan melawan infeksi Tuberculosis pasien. .
Pemberrian sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya
c. Lemak cukup yaitu 20% ( 54 gr ) dari total kebutuhan energi yang berguna
sebagai sumber energi dan penyerapan vitamin larut lemak yaitu A, D, E
dan K.
d. Karbohidrat di berikan sebesark 60 % ( 365 gr ) dari total kebutuhan yang
berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Pemberrian sesuai
kemampuan pasien untuk menerimanya

20
e. Cairan sebesar 2,378 ml/ 3 botol air mineral ukuran sedang berfungsi
untuk menjaga suhu tubuh, mencegah terjadinya dehidrasi dan mengantar
nutrisi ke seluruh tubuh darah
f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, misalkan
merica atau rasa pedas.
4. Prinsip diet
a. Energi tinggi
b. Protein tinggi
c. Lemak cukup
d. Karbohidrat cukup
e. Cairan cukup
f. Diberikan secara bertahap yaitu 80%
5. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Umur = 37 tahun
BB = 50 kg
TB = 168 cm
BBI = 168 – 100 x 0,90
= 61,2 kg
Perhitungan kebutuhan menggunakan ventilator :
AMB laki-laki :
= 1925 – 10 ( A ) + 5 ( W ) + 281 ( S ) + 292 ( I ) + 851 ( B )
= 1925 – 10 ( 37 ) + 5 ( 61,2 ) + 281 ( 1 ) + 292 ( 1 ) + 851 ( 0 )
= 1555 + 306 + 281 + 292
= 2434 kkal ( Total energi ).
Protein = 2,0 gr/kg BB
= 2 x 61,2 kg
122,4 × 4
= 122,4 gr = 2434 𝑘𝑘𝑎𝑙 × 100 % = 20 %

20 % × 2434 𝑘𝑘𝑎𝑙
Lemak = = 54 gr
9

60 % × 2434 𝑘𝑘𝑎𝑙
Karbohidrat = = 365 gr
4

21
Diberikan secara bertahap :

Total energi = 80% x 2434 kkal = 1947,2 kkal

± 10% = 195 ( 1752,2 – 2142,2 kkal )

Total protein = 80% x 122,4 gr = 98 gr

± 10% = 10 ( 88 – 108 gr )

Total lemak = 80% x 54 gr = 43 gr

± 10% = 4,3 ( 39 – 47 gr )

Total KH = 80% x 365 gr = 292 gr

± 10% = 29 ( 263 – 321 gr )

Perhitungan Cairan, berdasarkan kebutuhan Energi1 ml cairan per kall:

Kebutuhan cairan : 1 mL/ kal × 2434 kkal = 2.434 mL 3


botol air mineral tanggung.

a. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan:


Bahan makanan yang dianjurkan Bahan makanan yang tidak
dianjurkan

Sumber karbohidrat: nasi, mie,


makaroni, hasil olah tepung-tepungan
lain, seperti cake, tarcis, puding, dan Tidak ada
pastri, dodol, ubi. Karbohidrat
sederhana seperti gula pasir.

Sumber protein: daging sapi, ayam, Sumber protein: dimasak dengan


ikan, telur, susu, dan hasil olahannya banyak minyak atau kelapa/santan
seperti keju dan yoghurt custard dan kental
es krim.

22
Sumber protein nabati: semua jenis Sumber protein nabati: dimasak
kacang-kacangan dan hasil olahannya dengan banyak minyak atau
seperti tempe dan tahu. kelapa/santan kental

Sayuran: semua jenis sayuran, Sayuran: dimasak dengan banyak


terutama jenis B, seperi bayam, minyak atau kelapa/santan kental.
buncis, daun singkong, kacang
panjang, labu siam dan wortel
direbus, dikukus dan ditumis.

Buah-buahan: semua jenis buah segar,


buah kaleng, buah kering dan jus Tidak ada
buah.

Lemak dan minyak: minyak goreng, Lemak dan minyak: santan kental
mentega, margarin, santan encer.

Minuman: madu dan teh encer. Minumam: minuman rendah energi.

Bumbu: bumbu tidak tajam, seperti Bumbu: bumbu yang tajam seperti
bawang merah, bawang putih laos, cabe dan merica.
salam, dan kecap.

b. Pembahasan Preskripsi Diet

Pasien didiagnosa Tb Paru + bronchitis + anemia. Penatalaksanaan


pasien TB Paru melibatkan beberapa hal yaitu istirahat yang cukup, terapi obat
TB Paru dan asupan makanan yang adekuat. Kesatuan penatalaksanaan tersebut
saling mendukung satu sama lain untuk mencapai kesembuhan pasien TB Paru.
Gizi yang seimbang dapat terpenuhi dengan menu makanan yang padat gizi.

23
Gizi seimbang mencakup makanan yang adekuat yang harus dikonsumsi oleh
tubuh yaitu makanan yang mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air (Herlina, 2012).

Pengobatan suportif diberikan melalui asupan nutrisi yang adekuat.


Prinsip pemberian nutrisi adalah melalui makanan yang bersifat tinggi kalori dan
protein, dengan protein hewani lebih diutamakan. Mikronutrien yang diperlukan
antara lain zink, vitamin A, vitamin D, vitamin C dan zat besi. Peningkatan
pemakaian energi dan penguraian jaringan akibat infeksi dapat meningkatkan
kebutuhan mikronutrien seperti vitamin A, vitamin E, vitaminB6, vitamin C,
vitamin D dan Folat. Pada pasien yang demam, dapat diberikan obat penurun
panas, begitu pula dengan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak nafas dan
keluhan lainnya (Almatsier, 2004).

Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) adalah pengaturan makan


yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet dapat
diberikan dalam bentuk makanan biasa atau lunak sesuai keadaan umum pasien
dengan ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur,
daging atau dalam bentuk minuman enteral tinggi energi tinggi protein. Terapi
diet TETP bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta
memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal
(Almatsier, 2010). Syarat terapi diet Tinggi Energi Tinggi Protein adalah :

a. Energi tinggi diberikan sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai berat
badan normal ( 40 – 45 kkal/kg BB ).
b. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak, meningkatkan
kadar albumin serum yang rendah yaitu 2,0 – 2,5 g/kg BB ( 75 – 100 g ).
c. Lemak cukup 15 – 25 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal.
f. Makanan diberikan yang mudah cerna.

24
Pemberian Diet TKTP ini diberikan secara oral, bentuk makanan yang
diberikan dala bentuk NB dan frekuensi makan 3 x makanan utama dan 1 x
selingan. Kebutuhan zat gizi untuk pasien diberikan secara bertahap sebesear
80% karena setelah melihat recall 24 jam asupan pasien defisit sedang sehingga
kebutuhan zat gizi yang diberiakan energi 1947,2 kkal, protein 98 gr, lemak 43
gr dan karbohidrat 292 gr menyesuaikan kemampuan pasien.

6. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Pengamatan Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/Target

Asupan Zat Energi, protein, Setiap hari Intake makanan pasien


Gizi lemak, dan mencapai normal.
karbohidrat.
Edukasi Jumlah intake Wawancara Memahami dan
makanan klien menerapkan cara
yang masih pemberian makan
kurang. porsi kecil tapi sering.

7. Rencana konsultasi Gizi


Sasaran : Pasien dan keluarganya
Waktu : Minggu, 19 November 2018
Tempat : Ruang paru
Alat : Leaflet
Materi
Masalah Gizi Tujuan Konseling

- Asupan energi, - Memberikan motivasi dan Materi tentang


protein, lemak edukasi kepada pasien dan Diet TKTP,
dan karbohidrat keluarganya tentang cara makan bahan makan

25
saat recall 24 jam porsi kecil tapi sering sehingga yang dianjurkan
baik 1 hari pasien dapat memenuhi dan tidak
sebelum masuk kebutuhan nutrisinya tanpa dianjurkan.
RS dan di RS memperparah kondisi pasien
termasuk defisit yaitu sesak nafas.
sedang. Mengomsumsi air mineral
cukup agar tidak mengalami
dehidrasi.
- Memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarganya tentang
makanan yang baik/ makanan
yang dianjurkan dan yang tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi
pada pasien dengan Tb paru,
Bronchitis dan anemia.

B. Implementasi
1. Kajian Terapi Diet di Rumah Sakit
Jenis Diet : TKTP ( Diberikan secara bertahap yaitu 50 % ).
Bentuk Makanan : Nasi Biasa
Cara Pemberian : Oral
Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
Tabel 4.1 Kajian Terapi Diet Di RS
Implementasi Energi Protein (gr) Lemak Karbohidrat
(kkal) (gr) (gr)

Makanan RS 2180,3 86,6 49 405,8

Kebutuhan 1947,2 98 43 293

26
% Standar 72
89 113 87
RS/Kebutuhan

Pembahasan Diet RS:


Terapi diet yang diberikan dari rumah sakit sudah dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi pasien yaitu energi, protein,lemak dan karbohidrat.
Pemberian diet berdasarkan implementasi memang belum dapat memenuhi
kebutuhan pasien yang seharusnya dikarenakan pemberian dilakukan secara
bertahap hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
pasien dalam menghabiskan makanan sebelumnya. Pasien dengan keadaan
sesak.

27
2. Rekomendasi Diet
Tabel. 4.2 Rekomendasi Diet
Menu Standar Diet RS Rekomendasi
Diet

Makan Pagi:
Nasi biasa 200 gr 200 gr
Lauk hewani 25 gr 50 gr
Sayur 75 gr 75 gr
Buah - -

Snack :
Buah 100 gr
Biskuit 80 gr

Makan Siang:
Bubur 200 gr 200 gr

28
Lauk hewani 50 gr 75 gr
Lauk nabati 50 gr 125 gr
Sayur 75 gr 75 gr
Buah 50 -

Snack :
Kue 1 porsi -

Makan sore :
Bubur 200 gr 200 gr
Lauk hewani 50 gr 75 gr
Lauk nabati 50 gr 125 gr
Sayur 75 gr 75 gr
Buah - -

Total Energi 2180,3 kkal 1947,2 kkal

Protein 86,6 gr 98 gr

Lemak 49 gr 43 gr

Karbohidrat 405,8 gr 292 gr

29
Tabel.4.3 Menu Hari I ( Siklus Menu IX ) Tanggal 19 November 2018 ( Intake I )

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Nasi biasa - 100 130 2,4 - 28,6
Opor ayam Daging ayam 37,5 106,8 10,1 7,1 -
Kentang 6,3 5,9 0,1 - 5,4
Siang
Wortel 6,3 1,6 0,1 - 1,2
Sop oyong
Oyong 6,3 1,3 0,1 - 1,1

Kacang putih 62,5 209,4 14,4 1,6 75,3


Tumis kacang Minyak 5 43,1 - 5 -
putih
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2
Sore Ikan goreng Ikan nila 75 73,5 13,6 1,8 -
Minyak 5 43,1 - 5 -
SG. Tempe Tempe 125 296,4 13,5 18,8 22

Sayur labu Kcg.panjang 6,3 2,2 0,1 - 0,5

30
Tauge 6,3 3,8 0,4 - 0,3
Labu waluh 6,3 0,9 0,2 -
Jumlah 1178 60 39 193

Tabel.4.4 Menu Hari II ( Siklus Menu X ) Tanggal 20 November 2018 ( Intake II )

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (kkal) (gr) (gr) (gr)

Nasi biasa - 150 gr 195 3,6 - 42,9

Daging ayam 37,5 gr 106,8 10,1 7,1 -


Bistik ayam
Minyak 5 gr 43 - 5 -
Pagi
Wortel 18,6 gr 4,8 0,2 - 0,9

Sop buncis Buncis 18,6 gr 6,5 0,4 - 1,5

Kentang 18,6 gr 17,3 0,4 - 4

Selingan Biskuit Biskuit 80 gr 405,5 8,3 14 62,4

31
Pagi Buah Pisang 100 gr 92 1 - 23,4

Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

Patin 56 gr 54,9 10,1 1,3 -


Ikan goreng
Minyak 5 gr 43 - 5 -

Tempe bacem Tempe 62 147 6,7 9,3 10,9


Siang
Bayam 6,3 2,3 0,2 - 0,5

Tauge 6,3 3,8 0,4 - 0,3


Urap sayur

Kcg. panjang 6,3 2,2 0,1 - 0,5

Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2

Sore

Daging teriyaki Daging sapi 75 201,7 18,7 13,5 -

32
Tahu putih 125 95 10,1 6 2,4
Mendoan tahu
Minyak 10 86,2 - 10 -

Jagung 18,6 20 0,6 - 4,7

Sop jagung
Wortel 18,6 4,8 0,2 - 0,9

Kentang 18,6 17,3 0,4 - 4

JUMLAH 2069,1 81 71,2 283

33
Tabel.4.4 Menu Hari III ( Siklus Menu 1 ) Tanggal 21 November 2018 ( Intake III )

Bahan
Waktu Menu Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan

Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

Daging
50 gr 134,4 12,4 9 -
SG. Daging sapi

Minyak 5 gr 43 - 5 -
Pagi
Jagung
18,6 gr 11 0,3 - 2,6
muda
Tumis baby
corn Buncis 18,6 gr 6,5 0,4 - 1,5

Wortel 18,6 gr 4,8 0,2 - 0,9

Selingan Biskuit Biskuit 80 gr 405,5 8,3 14 62,4

Pagi Buah Pisang 100 gr 92 1 - 23,4

34
Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

Dging
56 gr 159,5 15,1 10,6 -
Ayam goreng ayam

Minyak 5 gr 21,6 - 2,5 -

Tahu 125 gr 56 5,4 2,2 4,8


Siang Tahu goreng
Minyak 5 gr 43 - 5 -

Kentang 25 23,2 0,5 - 5,4

Wortel 25 6,5 0,2 - 1,2


sayur sop
Kembang
25 6,3 0,3 - 1,4
kol

Sore Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

35
Ikan goreng Patin 75 gr 73,5 13,6 1,8 -

Oseng tempe Tempe 56 5 5,4 2,2 4,8

Wortel 37,5 9,7 0,4 - 1,8

Cah bayam
Bayam 37,5 14 1,4 - 2,7

1895,5
JUMLAH 79,3 gr 52,3 gr 341,5 gr
kkal

36
Tabel.4.4 Menu Hari IV ( Siklus Menu 2 ) Tanggal 22 November 2018 ( Intake IV)

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,8
Telur bb Telur ayam
50 77,6 6,3 5,3 -
tomat ras
Pagi
Tauge 25 15,2 1,6 - 1,2

Wortel 25 6,5 0,2 - 1,2


Cah tauge Jagung 25 27 0,8 - 6,3
kuning

Jumlah 386,3 13,7 5,3 66,5

37
3. Hasil Konseling Gizi
Penerima Konseling : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : Sabtu , 21 November 2018
Tempat : PDW (Bed 21)
Alat : Leaflet
Metode : Pemberian motivasi kepada pasien

Tabel 3.9 Hasil Konseling Gizi


Tujuan Materi Konseling Hasil

- Memberikan Materi konseling yaitu Pasien dapat mulai


edukasi kepada mengenai penyakit yang memperbaiki asupan
pasien dan dialami pasien yaitu Tb makan sesuai dengan
keluarganya tentang paru dan bronchitis diet yang diberikan
diet TKTPserta pengertian Diet TKTP, walaupun intake
pemberian makan tujuan diet, syarat diet, makanan masih
porsi kecil tapi bahan makan yang kurang dan dapat
sering. dianjurkan dan tidak menerapkan makan
- Memberikan dianjurkan dan contoh dengan porsi kecil
motivasi kepada menu dalam sehari tapi sering.
pasien dan keluarga
agar pasien dapat
menghabiskan
makanan yang
sudah diberikan
secara perlahan
yaitu porsi kecil tapi
sering.
- Memberikan
edukasi kepada
pasien dan

38
keluarganya tentang
makanan yang baik
untuk dikonsumsi
selama pasien sakit/
makanan yang
dianjurkan dan yang
tidak dianjurkan.

39
BAB IV

MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Tgl/hari Diagnosis Monitoring Asupan Gizi (ABCD) Monitoring Evaluasi dan


pengamatan medis Diagnosis Gizi Tindak Lanjut
(Terapi Diet dan
Konseling Gizi)

Antropometri Biokimia Fisik & klinis Asupan

19-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Hb: 11, 3 g/dl Pasien sesak Asupan energi NI.2.1 Asupan oral - Memberikan
bronchitis + TB: 168 cm (Rendah). berat. 1635 kkal (75%), tidak adekuat edukasi dan
anemia. LLA:24,1 cm asupan protein 65 berkaitan dengan motivasi
IMT:18kg/m2 gr (75%), asupan pasien sesak nafas berkaitan dengan
. karbohidrat 304 ditandai dengan diet dan asupan
gr (75%) dan intake makanan makan pasien
asupan lemak 37 kurang yaitu defisit untuk dapat
gr (75 %). sedang yaitu energi meningkatkan
1635 kkal (75 %), asupan makan
protein 65 gr (75 %), pasien.

40
karbohidrat 304 gr - Menghitung
(75 %) dan asupan kebutuhan
lemak 37 gr (75 %). pasien dan recall
pasien untuk
NI.5.1 Peningkatan
dilakukan
kebutuhan energi dan
tindakan
protein berkaitan
berikutnya.
dengan status gizi
pasien underweight/
berat badan kurang
ditandai dengan IMT
= 18 kg/m2.

20-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Hb: 11, 3 g/dl Pasien sesak. Asupan energi NI.kekurangan intake
bronchitis + TB: 168 cm (Rendah). 2049 kkal protein berkaitan
anemia. LLA:24,1 cm (105%), asupan dengan pasien sesak
IMT:18kg/m2 protein 84 gr (86 ditandai dengan -
. %), asupan intake asupan protein
karbohidrat 328 84 gr (85%) defisit
gr (112%) dan ringan.
asupan lemak 151
NI.5.6.2 kelebihan

41
gr (151 %). intake lemak
berkaitan dengan
makanan yang
mengandung lemak
lebih tinggi dari yang
telah ditetapkan
ditandai dengan
intake asupan lemak
151 gr (151% ) di
atas kebutuhan.

21-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Hb: 11, 3 g/dl Sesak Asupan energi NI.kekurangan intake
bronchitis + TB: 168 cm (Rendah). berkurang 2.155,4 kkal protein berkaitan
anemia. LLA:24,1 cm (110%), asupan dengan pasien sesak
IMT:18kg/m2 protein 84,3 gr ditandai dengan -
. (86%), asupan intake asupan protein
karbohidrat 286,6 84,3 gr (86%) defisit
gr (97%) dan ringan.
asupan lemak 73
NI.5.6.2 kelebihan
gr (170%).
intake lemak

42
berkaitan dengan
makanan yang
mengandung lemak
lebih tinggi dari yang
telah ditetapkan
ditandai dengan
intake asupan lemak
73 gr ( 170 % ) di
atas kebutuhan.

22-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Pemeriksaan Sesak Asupan energi Diagnosa : - Memberikan


bronchitis + TB: 168 cm laboratorium 1.324,6 kkal edukasi dan
NI.2.1 Asupan oral
anemia. LLA:24,1 cm hanya 1 kali (68%), asupan motivasi
tidak adekuat
IMT:18kg/m2 selama kasus. protein 93 gr berkaitan dengan
berkaitan dengan
(95%), asupan diet dan asupan
pasien sesak ditandai
karbohidrat 203 makan pasien
dengan asupan energi
gr (69%) dan untuk dapat
1324,6 kkal (68
asupan lemak meningkatkan
29,6 gr (69%). NI.5.8.Kekurangan asupan makan
intake karbohidrat pasien.
berkaitan dengan

43
pasien sesak ditandai
dengan intake
asupan karbohidrat
203 gr ( 69% ) defisit
ringan.

NI.5.6.1 kekurangan
intake lemak
berkaitan dengan
pasien sesak ditandai
dengan intake asupan
lemak 29,6 gr (69%)
di atas kebutuhan.

44
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Monitoring dan Evaluasi


1. Diagnosa Medis
Pasien laki-laki berusia 37 tahun beranam Tn. M datang dengan keluhan,
sesak nafas berat, selama 4 bulan batuk terus menerus dan berat badan terus
turun. Pasien menjalani rawat inap sudah 1 hari di RSUD Ulin banjarmasin
terhitung dari tanggal 16 November 2018. Pasien dengan diagnosa Tb Paru +
bronchitis + anemia.
2. Antropometri
Data perkembangan antropometri diperoleh dengan cara pengukuran
berat badan menggunakan timbangan injak langsung pasien masih mampu
berdiri dan status gizi dengan LILA menggunakan pita lita. Hasil antropometri
adalah sebagai berikut.

Tabel.5.1 Pemantauan Antropometri

Status Gizi
Tanggal Pengukuran Hasil Berdasarkan IMT

17/11/2018 BB BB = 50 kg IMT = 18 kg/m2


TB TB = 168 cm Underweight/ berat
LILA LILA = 24,1 cm badan kurang

22/11/2018 BB BB = 50 kg IMT = 18 kg/m2


TB estimasi TB = 168 cm Underweight/ berat
LILA LILA = 24,1 cm badan kurang

Berdasarkan hasil pemantauan dari awal sampai akhir kasus berat badan
pasien tidak mengalami perubahan dilakukan penimbangan berat badan
langsung menggunakan timbangan injak. Status gizi pasien berdasarkan IMT

45
dari awal sampai akhir kasus tetap sama yaitu masuk kategori underweight/
berat badan kurang.
3. Biokimia
Data perkembangan biokima didapat dari data hasil laboratorium yang
tercantum dibuku rekam medis pasien. Hasil laboratorium adalah sebagai
berikut.
Tabel.5.2 Pemantauan Biokimia
Pemeriksaan Satuan/ nilai normal Awal kasuk Kategori
17/11/18
Hemoglobin 14 – 18 gr/Dl 11.3 gr/dL Rendah

Trombosit 150 – 450 rb/uL 18 rb/ uL Rendah

Hematokrit 42 – 52 % 50 % Normal

Eritrosit 4.10 – 6.00 rb/uL 325 rb/uL Rendah

Leukosit 4.0 – 10.5 rb/uL 7.3 rb/uL Normal

Berdasarkan buku rekam medik pasien, 2018.

Pemeriksaan dilakukan hanya 1 kali selama kasus pada tanggal


16/11/2018 sehingga untuk melihat perubahan nilai laboratorium tidak dapat
dilakukan. . Penyakit TB paru merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang
dalam perjalanan patogenesisnya dapat mengakibatkan berkurangnya persediaan
zat besi dalam tubuh. Anemia penyakit kronik sering bersamaan dengan anemia
defisiensi besi dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum (
Sianipar O, 2005 ).

Penyakit TB paru merupakan infeksi multi sistemik yang dapat


menyebabkan manifestasi di berbagai organ, salah satunya adalah berupa
kelainan hematologi ( Turgut M, 2002 ). Anemia merupakan abnormalitas
hematologi yang biasa terjadi pada pasien TB paru ( Lee SW, 2006 ). Seluruh
infeksi kronik termasuk TB dapat menyebabkan anemia. Keadaan ini diduga

46
akibat adanya respon dari sitem imun, dimana sel-selnya melepaskan sitokin
yang akan membantu dalam hal pemulihan atau mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Akan tetapi, produksi dari sitokin ini juga dapat memengaruhi
fungsi normal dari tubuh. Pada anemia penyakit kronik, sitokin dapat
mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap dan menggunakan zat besi.20
Selain itu, produksi dari sitokin yang berlebihan ini juga dapat mengganggu
produksi dan aktivitas eritropoietin, hormon yang menstimulasi sumsum tulang
untuk memproduksi sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia.21.

4. Fisik & Klinis


Data perkembangan fisik dan klinis didapat dari data hasil fisik dan
klinis yang tercantum dibuku rekam medis pasien yang meliputi keadaan umum,
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Hasil fisik dan klinis adalah sebagai
berikut.
Tabel.5.3 Pemantauan Fisik & Klinis
Vital Sign Nilai normal Awal Kasus
17/11/ 2018 18/11/ 2018 19/11/2018

Tekanan darah 120/80 120/70 110/ 90 120/80


( mmhg ) (Normal) (Rendah) (Normal)

Respirasi ( x/m ) 12 – 20 24 22 20
(Tinggi) (Tinggi) (Normal)

Nadi ( x/m ) 60-80 85 77 70


(Tinggi) (Normal) (Normal)

Suhu ( C0 ) 36,5 – 37,5 36,5 36,7 37


(Normal) (Normal) (Normal)

Pasien lemas Pasien lemas Lemas


Fisik Batuk Batuk Batuk
Sesak berat. Sesak. Sesak

47
berkurang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis pada awal kasus tanggal
17/11/2018 keadaan pasien lemas dengan batuk dan sesak berat. Tekanan darah
normal, respirasi tinggi, nadi tinggi dan suhu tubuh normal. Tanggal 18/11/2018
tekanan darah Tn.M rendah, respirasi tinggi, nadi normal, dan suhu tubuh
normal, pasien dengan sesak. Tanggal 19/11/2018 tekanan darah Tn. M normal,
respirasi normal, nadi normal, suhu tubuh normal dan sesak berkurang.
5. Asupan
Perkembangan asupan makanan pasien didapat dari data hasil Comstock.
Hasil perkembangan asupan makanan adalah sebagai berikut.
Tabel.5.4 Pemantauan Asupan Selama Kasus
Zat gizi

Tanggal Keterangan Energi Protein Lemak KH


(kkal) (gr) (gr) (gr)

20/11/2018 Kebutuhan 1.947,2 98 43 293

Intake 2.049 84 151 328


Asupan
Pasien
%Asupan 105 86 151 112

21/11/2018 Kebutuhan 1947,2 98 43 293

Intake 2.155,4 84,3 73 286,6


Asupan
Pasien

%Asupan 110 86 170 97

48
22/11/2018 Kebutuhan 1947,2 98 43 293

Intake
Asupan 1324,6 93 29,6 203
Pasien
%Asupan 68 95 69 69

Rata-rata intake asupan 1.843 87 74 262

Kebutuhan 1.947,2 89 43 293

% asupan 95 85 172 89

Berdasarkan hasil pengamatan dari penyajian awal kasus tanggal 19


November 2018 sampai akhir kasus tanggal 22 November 2018 bahwa asupan
pasien semakin hari semakin membaik.

a. Asupan Energi
2500
2,155.40
2,049
2000
1947.2 1947.2 1947.2

1500 1324.6
kebutuhan
intake asupan
1000 % asupan

500

105 110 68
0
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018

Gambar.1. Asupan Energi

49
Asupan energi pasien sejak hari ke- I mengalami peningkatan dengan
kategori itake normal. Hari ke- II asupan energi kembali meningkat dengan
kategori intake normal dan pada hari III mengalami penurunan dengan
kategori defisit berat. Hal tersebut dikarenakan pasien tidak menghabiskan
makanan yang sudah disajikan, alasan pasien karena tidak sesuai dengan
seleranya.

Menurut Supariasa ( 2001), dukungan nutrisi dapat meningkatkan


status gizi pasien. Asupan gizi yang cukup dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi tubuh dan sebaliknya kekurangan zat gizi akan mempengaruhi proses
metabolisme tubuh. Keadaan nutrisi pasien yang dirawat merupakan faktor
penting keseluruhan penatalaksanaan pengobatan di rumah sakit. Keadaan
kesehatan gizi atau status gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat gizi.
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat digolongkan kedalam enam
macam yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Sementara energi yang diperlukan oleh tubuh dapat diperoleh dari hasil
pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein dalam tubuh (Suhardjo, 1996).

b. Asupan Protein
100

98 98 98
95
93 95

90
kebutuhan
intake asupan
85 84 86 84.3
86 % asupan

80

75
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018

Gambar.2. Asupan Protein

50
Asupan protein pasien pada hari ke- I mengalami peningkatan
dengan kategori itake normal. Hari ke-II asupan protein menurun dengan
kategori intake defisit ringan. Pada hari ke-III asupan protein kembali
menurun dengan kategori defisit ringan dengan alasan pasien tidak
menghabiskan lauk hewani dan nabati yang sudah diberikan dengan alasan
sudah merasa kenyang.
Pada masa dewasa dan manula protein dibutuhkan untuk
mempertahankan jaringan-jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang telah
rusak. Adriani, et al (2015) yang memaparkan bahwa asupan protein yang
dikonsumsi oleh pasien tuberkulosis berbeda dengan yang tidak tuberkulosis.
Rata-rata konsumsi protein lebih tinggi pada kelompok yang tidak
tuberkulosis daripada kelompok penderita tuberkulosis. Penelitian lain yang
telah dilakukan oleh Lazulfa (2013) di Rumah Sakit Paru Pamekasan
menyebutkan bahwa sebagian besar responden tuberkulosis memiliki tingkat
kecukupan protein kurang. Kondisi ini berbeda dengan penderita
tuberkulosis pada anak yang mayoritas mempunyai asupan protein berlebih
(Purnasari, 2011).
Garib dan Parveen (2011) mengungkapkan kecukupan protein yang
dianjurkan untuk seseorang umumnya berbeda-beda, tergantung pada berat
badan, usia dan jenis kelamin serta infeksi yang diderita. Selain sebagai zat
pembangun, protein juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan Hb
darah, sebagai alat transportasi hemoglobin yang mengangkut oksigen pada
otot (myoglobin) untuk diangkut kedalam plasma darah bersama dengan
transferin aktif dan disimpan di dalam hati (Adhi, et al., 2010).

51
c. Asupan Lemak

180

160 151 170

140 151

120

100 kebutuhan

80 73 intake asupan
% asupan
60 69

40 29.6
43 43 43
20

0
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018

Gambar.3. Asupan Lemak


Asupan lemak pasien sejak hari ke- I mengalami peningkatan dengan
kategori itake diatas kebutuhan. Hari ke-II asupan lemak kembali meningkat
dengan kategori intake diatas kebutuhan. Pada hari ke- III intake asupan
pasien menurun dengan kategori defisit berat dengan alasan pasien tidak
menghabiskan lauk hewani dan nabati yang sudah diberikan dengan alasan
sudah merasa kenyang.
Pada dasarnya lemak berfungsi sebagai pelarut bagi vitamin A, D, E,
K dan juga berfungsi sebagai sumber energi dan mampu menyediakan kalori
2,25 kali lebih banyak daripada yang diberikan oleh karbohidrat atau protein.
Lemak lebih banyak disimpan sebagai cadangan energi, sehingga meskipun
lemak menghasilkan energi yang terbesar, tapi lemak bukanlah sebagai
penghasil energi yang utama (Riandari, 2007).

52
d. Asupan Karbohidrat

350 328

300 286.6
293 293 293
250
203
200 kebutuhan
intake asupan
150
% asupan

100 112
97
50 69

0
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018

Gambar.4. Asupan Karbohidrat

Asupan karbohidrat pasien sejak tanggal hari ke-I mengalami


peningkatan dengan kategori itake normal. Hari ke-II asupan karbohidrat
menurun tetapi masih dalam kategori intake normal. Hari ke- III asupan
karbohidrat kembali menurun dengan kategori defisit berat. Penurunan
intake asupan dikarenakan pasien menyatakan tidak berselera dengan menu
yang sudah disajikan sehingga pasien tidak menghabiskan baik nasi biasa,
lauk hewani dan nabati yang sudah diberikan. Adriani, et al. (2015) bahwa
asupan karbohidrat yang dikonsumsi oleh pasien tuberkulosis berbeda
dengan yang tidak menderita tuberkulosis. Rata-rata konsumsi karbohidrat
pada kelompok yang tidak tuberkulosis lebih tinggi daripada yang kelompok
tuberkulosis. Penelitian yang dilakukan oleh Lazulfa (2013) menyatakan
bahwa seluruh responden penderita tuberkulosis memiliki asupan
karbohidrat rendah dan tingkat kecukupan karbohidratnya berada pada
kategori kurang/ defi sit (100%). Gejala malaise sering ditemukan pada
penderita tuberkulosis berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), gejala

53
malaise ini semakin lama akan semakin berat dan gejalanya dapat hilang
dan timbul secara tidak teratur (Sudoyo, et al., 2009).

Muchtadi (2014) mengemukakan bahwa karbohidrat sebagai sumber


energi utama yang paling murah karena glukosa yang dihasilkan merupakan
sumber energi utama bagi jaringan syaraf dan paru-paru. Hubungan antara
karbohidrat dan lemak dalam diet bersifat timbal-balik, karena diet yang
kaya akan lemak memiliki kadar karbohidrat yang rendah, begitu juga
sebaliknya (Gandy, et al., 2014). Seseorang yang memiliki kelainan
pernafasan atau gejala klinis berupa sesak adalah akibat dari adanya
penurunan fungsi alveoli paru dalam melakukan pertukaran antara O2 dan
CO2, akibatnya perfusi O2 pada seluruh jaringan tubuh juga berkurang.
Pembatasan pemberian karbohidrat dapat diterapkan karena karbohidrat
memproduksi CO2 lebih banyak (Hartono, 2012). Almatsier (2009) fungsi
karbohidrat disebutkan sebagai berikut :

1. Menyediakan keperluan energi bagi tubuh (yang merupakan fungsi


utamanya).
2. Melaksanakan dan melangsungkan proses metabolisme lemak.
Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna,
sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetonasetat,
aseton dan asam beta-hidroksi-butirat.
3. Melangsungkan aksi penghematan terhadap protein. Bila karbohidrat
makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan
mencukupi, protein digunakan sebagai zat pembangun.
4. Menyiapkan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu diperlukan,
dalam bentuk glikogen (glikogenesis) yang disimpan di hati dan otot.

54
e. Asupan Rata-rata 3 Hari

2500

2000
1947.2
1843
1500

1000

500

95 87 98 85 74 43 172 262 293 89


0
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Asupan 1843 87 74 262
Kebutuhan 1947.2 98 43 293
%Asupan 95 85 172 89

Gambar.5. Asupan Rata-rata pasien 3 Hari


Berdasarkan grafik diatas intake rata–rata selama 3 hari selama
penyajian makanan baik energi, protein, lemak dan karbohidrat semakin hari
semakin meningkat persentasenya walaupun asupan protein dan KH masih
dalam kategori defisit ringan. Energi 1.843 kkal ( 95%) normal, protein 87 gr
(85%) defisit ringan, lemak 74 gr (172%) diatas kebutuhan dan karbohidrat
262 gr ( 89% ) defisit ringan.
Untuk nilai gizi rata-rata selama 3 hari dari makanan yang disajikan
adalah energi 2.135,5 kkal, protein 93,4 gr, lemak 65 gr dah karbohidrat 288
gr sehingga perbandingan intake dengan penyajian yaitu untuk energi 86%
dalam kategori defisit ringan, protein 93% dalam kategori normal, lemak
113% dalam kategori normal dan karbohidrat 91% dalam kategori normal.
Asupan yang diberikan secara bertahap yaitu 80 % dari kebutuhan
total hal ini diberikan karena mempertimbangkan hasil recall sebelumnya/
pasien tidak dapat menghabiskan makanan yang diberikan berkaitan dengan
pasien sesak.

55
Pasien dan keluarga sudah diberikan edukasi tentang cara pemberian
makan dengan porsi kecil tapi sering yaitu tidak memaksakan Tn. M harus
menghabiskan makanannya dalam waktu sekali makan tetapi dapat di ulangi
2-3 sendok tiap mencoba untuk makan di jeda 15-20 menit setelah
pemberian. Hal tersebut dapat memberi perubahan terhadap konsumsi
makanan pasien, keluarga pasien dan pasien menerima baik edukasi yang
diberikan.
Tambahan lain makanan yang sudah dilakukan yaitu pemberian buah
dan biskuit, pasien mau mengonsumsi dan dapat menghabiskan semua
biskuit/buah yang sudah diberi.
6. Diagnosa Gizi
pasien mengalami masalah gizi berupa status gizi pasien adalah
berdasarkan IMT = 18 lg/m2 dengan kategori underweight/ berat badan kurang.
Hb pasien rendah yaitu 11,3 g/dl ( anemia ). Pasien dalam keadaan lemah, batuk
dan sesak. Nafsu makan pasien baik. Tekanan darah pasien normal, nadi dan
respirasi pasien normal, serta suhu tubuh pasien normal. Hasil asupan rata-rata
saat recall makanan dari RS dari hari ke- I, II dan III yaitu energi 1.843 kkal (
95%) normal, protein 87 gr (85%) defisit ringan, lemak 74 gr (172%) diatas
kebutuhan dan karbohidrat 262 gr ( 89% ) defisit ringan. Dari data tersebut maka
didapatkan diagnosa gizi sebagai berikut :
1. NI.kekurangan intake protein berkaitan dengan pasien sesak ditandai
dengan intake asupan protein 87 gr (85%) defisit ringan.
2. NI.5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat berkaitan dengan pasien sesak
ditandai dengan intake asupan karbohidrat 262 gr ( 89% ) defisit ringan.
3. NI.5.6.2 kelebihan intake lemak berkaitan dengan makanan yang
mengandung lemak lebih tinggi dari yang telah ditetapkan ditandai
dengan intake asupan lemak 74 gr ( 172 % ) di atas kebutuhan.
4. NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
penyakit TB paru ditandai dengan IMT = 18 kg/m2 ( underweight/ berat
badaan kurang ).

56
7. Tindak Lanjut
1. Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhannya.
2. Dilanjutkan dengan memotivasi pasien untuk tetap meningkatkan asupan
makannya.
3. Mengontrol berat badan pasien.
4. Mengontrol nilai Hb, trombosit dan hemotokrit pasien.
5. Terapi dilanjutkan dengan memotivasi pasien untuk mempertahankan
asupan dan memperbaiki pola makan dirumah serta mengatur ketepatan
waktu makan pasien.
6. Memberikan konsultasi gizi mengenai diet yang diberikan, tujuan diet,
syarat diet, bahan makan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.

57
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pasien laki-laki berusia 37 tahun bernama Tn. M dengan diagnosa medis Tb
paru + bronchitis + anemia.
2. Status gizi pasien adalah baik berdasarkan berdasarkan IMT = 18 kg/m2
diketahui dengan underweight/ berat badan kurang.
3. Hasil pemeriksaan biokimia terakhir yaitu Hb 11,3 gr/dL (rendah), trombosit 18
rb/uL (rendah), hematokrit 50% (normal), eritrosit 325 rb/uL (rendah) dan
leukosit 7.3 rb/uL ( normal).
4. Hasil pemeriksan fisik & klinis terakhir yaitu pasien dalam keadaan lemah,
batuk dan sesak berkurang. Tekanan darah, nadi ,respirasi serta suhu dalam
keadaan normal.
5. Hasil riwayat makan (recall 24 jam) bahwa rata-rata intake asupan yaitu energi
1.843 kkal ( 95%), protein 87 gr (85%), lemak 74 gr (172%) diatas kebutuhan
dan karbohidrat 262 gr ( 89% ). Untuk asupan protein dan karbohidrat pasien
belum dapat mencapai intake normal tetapi mendekati normal dan asupan terus
meningkat setiap harinya.
6. Diagnosa gizi:
a. NI.kekurangan intake protein berkaitan dengan pasien sesak ditandai
dengan intake asupan protein 87 gr (85%) defisit ringan.
b. NI.5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat berkaitan dengan pasien sesak
ditandai dengan intake asupan karbohidrat 262 gr ( 89% ) defisit ringan.
c. NI.5.6.2 kelebihan intake lemak berkaitan dengan makanan yang
mengandung lemak lebih tinggi dari yang telah ditetapkan ditandai dengan
intake asupan lemak 74 gr ( 172 % ) di atas kebutuhan.
d. NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
penyakit TB paru ditandai dengan IMT = 18 kg/m2 ( underweight/ berat
badaan kurang ).

58
7. Diet yang diberikan adalah Diet TKTP.
8. Peningkatan kebutuhan diberikan secara bertahap sebesar 80% yaitu energi
1947,2 kkal, protein 98 gr, lemak 43 gr dan KH 292 gr.
9. Setelah diberikan konseling gizi pasien dapat menerima dengan baik anjuran
diet dengan baik sesuai dengan kebutuhannya.

B. Saran
1. Pasien dianjurkan tetap menjalankan diet yang diberikan untuk mempercepat
proses penyembuhan.
2. Menghindari makanan yang tidak dianjurkan karena dapat menghambat proses
penyembuhan.
3. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi setiap hari untuk
mempercepat proses penyembuhan dan menjaga kesehatan selanjutnya.
4. Pasien rutin memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, klinik maupun Rumah sakit.
5. Melakukan gaya hidup sehat yaitu, mengonsumsi buah dan sayur, mengurangi
makanan yang berlemak, cukup minum air putih, melakukan aktifitas fisik, tepat
waktu makan, serta istirahat cukup.

59
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama

Almatsier, S.(2010).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Arisman, MB. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Adriani, M., Yoanita, IK., Eva, IF., Bambang, W. (2015). Level of zinc, retinol, blood
macrophages, t-lymphocytes and Immunoglobulin-G in children with
tuberculosis and non tuberculosis. J Nutr Disorders, 10(4172), 2161 - 0509. doi:
10.4172/2161- 0509.S1-003

Adhi, KT., Wirjatmadi, B., Adriani, M. (2010). Perbedaan kadar seng serum dan kadar
c-reactive protein pada anak balita dengan kadar serum retinol normal dan tidak
normal. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7(2), 58-63.

Depkes RI., 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas


TB. Edisi 2 hal. 4-6

Gonzales R, Sande M. Uncomplicated Acute Bronchitis . Ann Intern Med 2008;


133;981-991

Gandy, JW., Madden, A., Holdsworth, M. (2014). Gizi dan dietetika. Ed 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC

Hidayat,A.Aziz Alimul.2011.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.Salemba Medika:Jakarta

Ikawati, Z. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya. Yogyakarta:


Bursa Ilmu.

Lee SW, Kang YA, Yoon YS, Um SW, Lee SM,Yoo CG, et al., The prevalence and
evolution of anemia associated with tuberculosis. Journal of Korean Medical
Sciences. 2006: 21: 1028-32

Lazulfa, RWA. (2013). Hubungan tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, lemak
dan vitamin B6 terhadap status gizi pasien TBC paru rawat inap di Rumah Sakit
Paru Pamekasan–Madura. (Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan). STIKES Karya
Husada Kediri, Kediri

Sudoyo,WA., Setyohadi, B., Alwi, I. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Interna Publishing

Tarwoto. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Transinfo Medika : Jakarta

60
Turgut M, Uzun O, Kelk E and Okay Ozer. Pulmonary tubercolosis associated with
autoimmune hemolytic anemia: an unusual presentation. Turkey Journal
Haematology. 2002; 19(4): 477-80.

Yaranal PJ, Umashankar T, Harish GS. Hematological Profile in Pulmonary


Tuberculosis. India. International Journal of Health and Rehabilitation Sciences.
2013; 2(1): 50-5

61
LAMPIRAN

Nilai gizi untuk menu yang disajikan

Tabel.4.3 Menu Hari I ( Siklus Menu IX ) Tanggal 19 November 2018

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2
Opor ayam Daging ayam 75 213,7 20,2 14,2 -
Kentang 25 23,2 0,5 - 5,4
Siang
Wortel 25 6,5 0,2 - 1,2
Sop oyong
Oyong 25 5 0,2 - 1,1

Kacang putih 125 418,9 28,8 1,6 75,3


Tumis kacang Minyak 5 43,1 - 5 -
putih
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2
Sore
Ikan goreng Ikan nila 75 73,5 13,6 1 -

62
Minyak 5 43,1 - 5 -

SG. Tempe Tempe 125 296.,4 13,5 18,8 22

Sayur labu Kcg.panjang 25 8,7 0,5 - 2


Tauge 25 15,2 1,6 - 1,2
Labu waluh 25 3,8 1,6 - 0,5
Jumlah 1671,1 90 45,6 223

Tabel.4.4 Menu Hari II ( Siklus Menu X ) Tanggal 20 November 2018

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)

Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2

Daging ayam 50 142,4 13,4 9,4 -


Pagi Bistik ayam
Minyak 5 gr 43 - 5 -

Sop buncis Wortel 25 gr 6,5 0,2 - 1,2

63
Buncis 25 8,7 0,5 - 2

Kentang 25 23,2 0,5 - 5,4

Selingan Biskuit Biskuit 80 405,5 8,3 14 62,4

Pagi Buah Pisang 100 92 1 - 23,4

Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2

Patin 75 73,5 13,6 1,8 -


Ikan goreng
Minyak 5 43 - 5 -

Tempe bacem Tempe 75 177,8 8,1 11,3 13,2


Siang
Bayam 25 9,3 0,9 - 1,8

Tauge 25 15,2 1,6 - 1,2


Urap sayur

Kcg. panjang 25 8,7 0,5 - 2

64
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2

Daging teriyaki Daging sapi 75 201,7 18,7 13,5 -

Tahu putih 125 95 10,1 6 2,4


Sore Mendoan tahu
Minyak 10 86,2 - 10 -

Jagung 25 27 0,8 - 6,3

Sop jagung
Wortel 25 6,5 0,2 - 1,2

Kentang 25 23,2 0,5 - 5,4

JUMLAH 2268,4 93,3 76 299,5

65
Tabel.4.4 Menu Hari III ( Siklus Menu 1 ) Tanggal 21 November 2018

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)

Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

Daging
50 gr 134,4 12,4 9 -
SG. Daging sapi

Minyak 5 gr 43 - 5 -
Pagi
Jagung
25 gr 14,8 0,4 - 3,5
muda
Tumis baby
corn Buncis 25 gr 8,7 0,5 - 2

Wortel 25 gr 6,5 0,2 - 1,2

Selingan Biskuit Biskuit 80 gr 398,9 5 20,5 47,7

Pagi Buah Pisang 100 gr 92 1 - 23,4

66
Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

Dging
75 gr 159,5 15,1 10,6 -
Ayam goreng ayam

Minyak 5 gr 43 - 5 -

Tempe 75 gr 55,9 5,4 2,2 4,8


Siang Tahu goreng
Minyak 5 gr 43 - 5 -

Kentang 25 gr 23,2 0,5 - 5,4

Wortel 25 gr 6,5 0,2 - 1,2


sayur sop
Kembang
25 gr 6,3 0,3 - 1,4
kol

Sore Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2

67
Ikan goreng Patin 75 gr 73,5 13,6 1,8 -

Tempe 125 gr 124,9 12 4,9 4,8


Oseng tempe
Minyak 5 gr 43 - 5 -

Wortel 37,5 gr 9,7 0,4 - 1,8

Cah bayam
Bayam 37,5 gr 13,9 1,4 - 2,7

JUMLAH 2080,7 82,8 69 270,3

68
Tabel.4.4 Menu Hari IV ( Siklus Menu 2 ) Tanggal 22 November 2018

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu
Makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,8
Telur Bb Telur ayam
50 77,6 6,3 5,3 -
tomat ras
Pagi
Tauge 25 15,2 1,6 - 1,2

Wortel 25 6,5 0,2 - 1,2


Cah tauge Jagung 25 27 0,8 - 6,3
kuning

Jumlah 386,3 13,7 5,3 66,5

69
70

Anda mungkin juga menyukai