PENDAHULUAN
1
saluran pernafasan. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang memungkinkan
seseorang tertular kuman TB Paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Sehingga bila dalam satu rumah
ada satu anggota keluarga dengan BTA Positif maka kemungkinan untuk
tertular makin besar (Depkes RI, 2008)
Bronchitis
1. Pengertian Bronchitis
Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan
atau hambatan jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid,
menyebabkan ketidak cocokan ventilasi- perfusi dan menyebabkan sianosis
(FKUI, 2007). Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari
hidung dan tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa sempit
yang berawal pada trakhea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas,
hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan
batuk pilek, akan tetapi infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga
menjadikan batuk akan bertambah parah dan berubah sifatnya (Hidayat,
2011).
2. Etiologi Bronchitis
Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par
influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada
bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus,
bakteri, maupun parasit.Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada
mukosa bronkus berserta cabang–cabangnya yang disertai dengan gejala
2
batuk dengan atau tanpa sputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu.
Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada
bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran
pernapasan lainnya (Gonzales R, Sande M,2008). Bronkitis akut dapat
disebabkan oleh:
a. Infeksi virus: influenza virus, parainfluenza virus, respiratory
syncytialvirus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
b. Infeksi bakteri: Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,
Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik
(Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).
c. Jamur
d. Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain. Penyebab bronkitis akut
yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan
infeksi bakteri hanya sekitar < 10% (Jonssonet al, 2008).
3. Tanda dan gejala penderita bronchitis
a. Sesak nafas / atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan
gejala yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif
yang dapat di amati dari sesak nafas adalah nafas yang cepat, terengah-
engah, bernafas dengan bibir tertarik kedalam (pursed lip), hiperkapnia
(berkurangnya oksigen dalam darah), hiperkapnia atau meningkatnya
kadar karbondioksida dalam darah (Diarly, 2008).
b. Nafas berbunyi (weezing) adalah suara pernafasan yang di sebabkan
oleh mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat
kontriksi atau ekskresi mucus yang berlebihan ( Ikhawati, 2011).
c. Batuk dan sputum
Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali
pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari
serta pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut
dalam satu tahun dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000).
3
d. Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada
inflamasi pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di
rasakan dengan tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009).
Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan dengan kadar hemoglobin, hematokrit dan
sel darah merah yang lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari
defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial yang dapat
memengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2010). Anemia adalah
sebagai suatu kondisi tidak mencukupinya cadangan zat besi sehingga
berkurangnya penyaluran zat besi ke jaringan tubuh. Tingkat kekurangan zat
besi yang lebih parah dihubungkan dengan anemia yang secara klinis
ditentukan dengan turunnya kadar hemoglobin sampai kurang dari 11,5
gr/gl (Miller, 2008).
2. Gejala anemia
Defisiensi besi dibagi menjadi dua, yaitu tanda dan gejala anemia
defisiensi besi tidak khas serta tanda dan gejala anemia defisiensi besi yang
khas. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi tidak khas hampir sama
dengan anemia pada umumnya yaitu: cepat lelah atau kelelahan, hal ini
terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga
metabolisme otot terganggu; nyeri kepala dan pusing merupakan
kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut
hemoglobin berkurang; kesulitan bernapas, terkadang sesak napas
merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen
dengan cara kompensasi pernapasan lebih dipercepat; palpitasi, dimana
jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut nadi; dan
pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan
konjungtiva (Tarwoto, 2007).
4
B. Terapi Diet
Penatalaksanaan pasien TB Paru melibatkan beberapa hal yaitu istirahat
yang cukup, terapi obat TB Paru dan asupan makanan yang adekuat. Kesatuan
penatalaksanaan tersebut saling mendukung satu sama lain untuk mencapai
kesembuhan pasien TB Paru. Gizi yang seimbang dapat terpenuhi dengan menu
makanan yang padat gizi. Gizi seimbang mencakup makanan yang adekuat yang
harus dikonsumsi oleh tubuh yaitu makanan yang mengandung unsur
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Herlina, 2012).
a. Energi tinggi diberikan sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai berat
badan normal ( 40 – 45 kkal/kg BB ).
5
b. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak, meningkatkan
kadar albumin serum yang rendah yaitu 2,0 – 2,5 g/kg BB ( 75 – 100 g ).
c. Lemak cukup 15 – 25 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal.
f. Makanan diberikan yang mudah cerna.
g. Cara Pemberian: Oral
6
Buah-buahan: semua jenis buah segar,
buah kaleng, buah kering dan jus Tidak ada
buah.
Lemak dan minyak: minyak goreng, Lemak dan minyak: santan kental.
mentega, margarin, santan encer.
Minuman: soft drink, madu, sirup, teh Minumam: minuman rendah energi.
dan kopi encer.
Bumbu: bumbu tidak tajam, seperti Bumbu: bumbu yang tajam seperti
bawang merah, bawang putih laos, cabe dan merica
salam, dan kecap.
7
BAB II
ASSESMENT
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : TN. M
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : swasta ( tenaga kerja di pabrik karet )
Pendidikan : SMP
RMK : 1.40.69.XO
Ruang : Paru Kam 2/5
Tanggal masuk : 16-11-2018
Tanggal kasus : 17-11-2018
Alamat : Jln.kampung melayu darat kel. Melayu kec. Banjar timur
Diagnosa medis : Tb Paru + bronchitis + anemia
2. Riwayat Penyakit
8
3. Riwayat Gizi
Suku Banjar
9
2. Lauk hewani yang sering dikonsumsi
dan yang di sukai yaitu ikan laut
misalnya ikan tongkol dan ikan peda.
Telur ayam ras, ayam dan ikan asin
dengan porsi setiap kali makan 1 – 1 ½
porsi ( 40 - 60 gr ).
3. Lauk nabati yang sering dikonsumsi
yaitu tahu 4 x/ minggu. Setiap kali
makan 1 porsi ( 50 gram ).
4. Sayuran yang sering dikonsumsi pasien
yaitu kacang panjang, wortel,
bayam,baluh kuning, buncis dan
kecambah.. Setiap kali makan 1 sendok
sayur ( 50 gr ).
5. Buah yang disukai pasien yaitu pisang
dan semangka. Pasien mengkonsumsi
buah 2 x/ minggu dengan setiap kali
makan 1- 2.
6. pasien mengonsumsi kue/jajanan dalam
1 hari 1 kali dalam setiap kali makan
pasien mengonsumsi 1- 2 buah kue. (
kue pais pisang, pais waluh, roti kukus,
dan pisang goreng ). Air putih yang
dikonsumsi oleh pasien sebanyak 1200
ml / 2 botol air mineral tanggung / hari
di tambah dengan kebiasaan pasien
setiap pagi dan sore hari mengonsumsi
1 gelas ukuran besar teh manis hangat.
7. Pasien senang mengonsumsi makanan di
goreng, di tumis dan direbus.
10
Riwayat nutrisi pasien di rumah 1 hari
sebelum masuk Rumah sakit dengan menu:
Nasi biasa 2 centong (600 gr) 3× makan.
Telur rebus 1 buah ( 55 gr ).
Ikan tongkol masak kuning 2 potong sedang
(100 gr) 2 x makan.
Teh manis 2 gelas besar ( gula 2 sendok
makan dalam 1 gelas besar ).
Pais pisang 1 buah ukuran sedang ( 50 gr )
Dengan nilai gizi:
Energi : 1270 kkal ( 48% dari AKG)
Protein : 46,4 gr ( 71% dari AKG )
Lemak : 9,4 gr ( 13 % dari AKG )
KH : 244,1 gr ( 62% dari AKG ).
Diketahui asupan pasien dalam 1 hari
sebelum masuk rumah sakit menurun
dikarenakan pasien mengalami sesak berat.
Kesimpulan :
Diketahui pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 37 tahun datang ke
Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas serta dada dan batuk tidak kunjung
sembuh, sebelumnya ada demam dan berat badan terus turun. Dalam Pusat
Data dan Informasi Kemenrian kesehatan RI, 2018 gejala utama pasien TBC
paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Diketahui Tn. M mengalami gejala yang sama diantaranya batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih, sesak nafas, dan berat badan menurun.
11
Riwayat penyakit keluarga tidak ada tetapi riwayat penyakit pasien yaitu
gastritis/ radang lambung dan selama 4 bulan Pasien tidak memiliki alergi
terhadap jenis makanan apapun. Pasien tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi suplemen/ vitamin gizi tertentu.
Terdapat penurunan berat badan Tn. M dalam 4 bulan terakhir sebelum
masuk Rumah sakit. Riwayat pola makan pasien dengan frekuensi makan
3x/ hari. Dilihat dari jenis bahan makanan yang dikonsumsi pasien cukup
bervariasi. Tidak ada perubahan nafsu makan pada pasien dalam beberapa
bulan terakhir, nafsu makan dan asupan makan pasien normal/ baik tetapi 2
hari sebelum masuk RS nafsu makan pasien menurun dikarenakan pasien
mengalami sesak nafas berat. Riwayat nutrisi pasien di rumah 1 hari sebelum
masuk Rumah sakit dengan metode FFQ dan menggunakan nutrisurvei
asupan yaitu Energi : 1270 kkal ( 48% dari AKG), Protein : 46,4 gr ( 71%
dari AKG ), Lemak : 9,4 gr ( 13 % dari AKG ) dan KH : 244,1 gr ( 62% dari
AKG ).
B. Antropometri
Berat Badan : 50 kg
Tinggi badan : 168 cm
LILA : 24,1 cm
ULNA : 23 cm
BBI : ( TB – 100 cm ), 168 cm – 100 cm = 68 kg
IMT : BB/TB ( m2 ) = 50 kg/ 2,82 = 18 kg/m2 status gizi pasien underweight.
Kesimpulan dan pembahasan :
Berat badan pasien 50 kg, Tinggi badan 168 cm pengukuran LILA 24,1 cm,
BBI pasien 68 kg dan Status Gizi berdasarkan IMT pasien 18 kg/m2 dengan
status gizi underweight. Untuk pengukuran berat badan menggunakan
timbangan injak langsung karena pasien masih mampu berdiri dari tempat tidur.
Untuk tinggi badan berdasarkan pernyataan pasien sendiri, karena pasien
mengaku peernah melakukan pengukuran tinggi badan sebelumnya.
12
C. Pemeriksaan Biokimia
Hematokrit 42 – 52 % 50 % Normal
13
mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap dan menggunakan zat besi.20
Selain itu, produksi dari sitokin yang berlebihan ini juga dapat mengganggu
produksi dan aktivitas eritropoietin, hormon yang menstimulasi sumsum tulang
untuk memproduksi sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia.21.
Respirasi ( x/m ) 12 – 20 24 22 20
( Tinggi ) ( Tinggi ) ( Normal )
Saat hari pertam kasus untuk nilai tekanan darah pasien masih dalam
kategori normal, hari kedua kasus nilai tekanan darah pasien rendah dan untuk
hari ketiga kasus tekanan darah pasien kembali normal. Respirasi hari pertama
14
dan kedua tiggi dan hari ketiga normal. Nadi hari pertma tinggi dan untuk hari
kedua dan kettiga normal. Serta suhu badan pasien normal dengan nilai hari
pertama sampai dengan akhir kasus. Pasien tampak lemas dikarenakan sesak
yang semakin berat dan batuk tidak kunjung sembuh.
% Asupan 75 % 75 % 75 % 75 %
Kesimpulan :
Berdasarkan hsil recall 24 jam di RS, asupan energi pasien defisit sedang
1635 kkal (75 %). Asupan protein defisit sedang 65 gr (75 %), asupan
karbohidrat defisit sedang 304 gr (75 %) dan asupan lemak defisit sedang 37 gr
(75 %). Asupan pasien belum dapat memenuhi kebutuhan yang seharusnya
dikarenakan pasien belum dapat menghabiskan makanan yang diberikan karena
keadaan pasien yang sesak. Untuk asupan cairan Tn. M mengonsumsi 660 ml/ 3
gelas air mineral. Berdasarkan standar Departemen Kesehatan RI ( 2002 ) :
15
c. Defisit ringan 80 – 89 % kebutuhan
d. Defisit sedang 70 – 79 % kebutuhan
e. Defisit berat < 70 % kebutuhan
F. Terapi Medis
16
asam lambung, misalnya
erosive esophagitis dan refluks
asam lambung
(gastroesophageal reflux
disease, GERD).
Antrain Obat anti nyeri dan anti demam. Tidak dianjurkan pemberian
mkanan yang mengandung
alkohol seperti anggur,
nangka, durian, dan tape
karena dapat menimbulkan
rasa lelah.
Kesimpulan Assesment :
17
untuk asupan cairan Tn. M mengonsumsi 660 ml/ 3 air mineral. Status Gizi
pasien berdasarakn IMT = 18 kg/m2 dengan berat badan kurang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium nilai Hb, trombosit dan
eritrositt pasien rendah. Nilai tekanan darah pasien masih dalam kategori
normal, hari kedua kasus nilai tekanan darah pasien rendah dan untuk hari ketiga
kasus tekanan darah pasien kembali normal. Respirasi hari pertama dan kedua
tiggi dan hari ketiga normal. Nadi hari pertma tinggi dan untuk hari kedua dan
kettiga normal. Serta suhu badan pasien normal dengan nilai hari pertama
sampai dengan akhir kasus. Pasien tampak lemas dikarenakan sesak yang
semakin berat dan batuk tidak kunjung sembuh.
18
BAB III
DIAGNOSA GIZI
A. Problem Gizi
1. Intake makanan kurang ( defisit ). Berdasarkan hsil recall 24 jam di RS, asupan
energi pasien defisit sedang 1635 kkal (75 %). Asupan protein defisit sedang
65 gr (75 %), asupan karbohidrat defisit sedang 304 gr (75 %) dan asupan
lemak defisit sedang 37 gr (75 %).
2. Status gizi berdasarkan IMT : BB/TB ( m2 ) = 50 kg/ 2,82 = 18 kg/m2 status
gizi pasien underweight/ berat badan kurang.
3. Hasil pemeriksaan biokimia :
Berdasarkan hasil laboratorium nilai Hb pasien menunjukan rendah yaitu 11.3
gr/dL menandakan pasien mengalami anemia gizi.
4. Fisik & klinis; pasien dalam kedaan lemas, batuk dan sesak.
B. Penentuan Diagnosa Gizi
1. NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan pasien nafas sesak ditandai
dengan intake makanan kurang defisit sedang yaitu energi 1635 kkal (75 %),
protein 65 gr (75 %), karbohidrat 304 gr (75 %) dan asupan lemak 37 gr (75
%).
2. NI.5.1 Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan status gizi
pasien underweight/ berat badan kurang ditandai dengan IMT = 18 kg/m2.
3. NC.2.2 perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan keadaan patologis
pasien yang ditandai dengan nilai Hb pasien rendah yaitu 11,3 gr/dL.
4. NC.3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi
pasien dengan Tb paru ditandai dengan IMT pasien 18 kg/m2.
19
BAB IV
INTERVENSI GIZI
A. Planing
1. Terapi Diet :
a. Jenis diet : TKTP/ ETPT
b. Bentuk makanan : Bubur
c. Cara pemberian : oral
d. Frekuensi : 3 x makanan utama, 1 x selingan.
2. Tujuan Diet
a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
b. Meningkatkan secara bertahap asupan makanan oral meliputi energi,
protein, lemak dan karbohidrat sebanyak 80% dari kebutuhan total klien
serta pemberian cairan cukup.
c. Mencapai berat badan ideal/ status gizi normal.
3. Syarat diet
a. Energi di berikan sebesar 2.434 kkal yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Pemberrian sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya
b. Protein tinggi, yaitu 2 kg/BB/hari (122,4 gr) untuk memenuhi kebutuhan
pasien, mencegah, mengurangi kerusakan serta menggantikan jaringan
tubuh yang rusak selama sakit dan melawan infeksi Tuberculosis pasien. .
Pemberrian sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya
c. Lemak cukup yaitu 20% ( 54 gr ) dari total kebutuhan energi yang berguna
sebagai sumber energi dan penyerapan vitamin larut lemak yaitu A, D, E
dan K.
d. Karbohidrat di berikan sebesark 60 % ( 365 gr ) dari total kebutuhan yang
berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Pemberrian sesuai
kemampuan pasien untuk menerimanya
20
e. Cairan sebesar 2,378 ml/ 3 botol air mineral ukuran sedang berfungsi
untuk menjaga suhu tubuh, mencegah terjadinya dehidrasi dan mengantar
nutrisi ke seluruh tubuh darah
f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, misalkan
merica atau rasa pedas.
4. Prinsip diet
a. Energi tinggi
b. Protein tinggi
c. Lemak cukup
d. Karbohidrat cukup
e. Cairan cukup
f. Diberikan secara bertahap yaitu 80%
5. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Umur = 37 tahun
BB = 50 kg
TB = 168 cm
BBI = 168 – 100 x 0,90
= 61,2 kg
Perhitungan kebutuhan menggunakan ventilator :
AMB laki-laki :
= 1925 – 10 ( A ) + 5 ( W ) + 281 ( S ) + 292 ( I ) + 851 ( B )
= 1925 – 10 ( 37 ) + 5 ( 61,2 ) + 281 ( 1 ) + 292 ( 1 ) + 851 ( 0 )
= 1555 + 306 + 281 + 292
= 2434 kkal ( Total energi ).
Protein = 2,0 gr/kg BB
= 2 x 61,2 kg
122,4 × 4
= 122,4 gr = 2434 𝑘𝑘𝑎𝑙 × 100 % = 20 %
20 % × 2434 𝑘𝑘𝑎𝑙
Lemak = = 54 gr
9
60 % × 2434 𝑘𝑘𝑎𝑙
Karbohidrat = = 365 gr
4
21
Diberikan secara bertahap :
± 10% = 10 ( 88 – 108 gr )
± 10% = 4,3 ( 39 – 47 gr )
22
Sumber protein nabati: semua jenis Sumber protein nabati: dimasak
kacang-kacangan dan hasil olahannya dengan banyak minyak atau
seperti tempe dan tahu. kelapa/santan kental
Lemak dan minyak: minyak goreng, Lemak dan minyak: santan kental
mentega, margarin, santan encer.
Bumbu: bumbu tidak tajam, seperti Bumbu: bumbu yang tajam seperti
bawang merah, bawang putih laos, cabe dan merica.
salam, dan kecap.
23
Gizi seimbang mencakup makanan yang adekuat yang harus dikonsumsi oleh
tubuh yaitu makanan yang mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air (Herlina, 2012).
a. Energi tinggi diberikan sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai berat
badan normal ( 40 – 45 kkal/kg BB ).
b. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak, meningkatkan
kadar albumin serum yang rendah yaitu 2,0 – 2,5 g/kg BB ( 75 – 100 g ).
c. Lemak cukup 15 – 25 % dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal.
f. Makanan diberikan yang mudah cerna.
24
Pemberian Diet TKTP ini diberikan secara oral, bentuk makanan yang
diberikan dala bentuk NB dan frekuensi makan 3 x makanan utama dan 1 x
selingan. Kebutuhan zat gizi untuk pasien diberikan secara bertahap sebesear
80% karena setelah melihat recall 24 jam asupan pasien defisit sedang sehingga
kebutuhan zat gizi yang diberiakan energi 1947,2 kkal, protein 98 gr, lemak 43
gr dan karbohidrat 292 gr menyesuaikan kemampuan pasien.
25
saat recall 24 jam porsi kecil tapi sering sehingga yang dianjurkan
baik 1 hari pasien dapat memenuhi dan tidak
sebelum masuk kebutuhan nutrisinya tanpa dianjurkan.
RS dan di RS memperparah kondisi pasien
termasuk defisit yaitu sesak nafas.
sedang. Mengomsumsi air mineral
cukup agar tidak mengalami
dehidrasi.
- Memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarganya tentang
makanan yang baik/ makanan
yang dianjurkan dan yang tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi
pada pasien dengan Tb paru,
Bronchitis dan anemia.
B. Implementasi
1. Kajian Terapi Diet di Rumah Sakit
Jenis Diet : TKTP ( Diberikan secara bertahap yaitu 50 % ).
Bentuk Makanan : Nasi Biasa
Cara Pemberian : Oral
Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
Tabel 4.1 Kajian Terapi Diet Di RS
Implementasi Energi Protein (gr) Lemak Karbohidrat
(kkal) (gr) (gr)
26
% Standar 72
89 113 87
RS/Kebutuhan
27
2. Rekomendasi Diet
Tabel. 4.2 Rekomendasi Diet
Menu Standar Diet RS Rekomendasi
Diet
Makan Pagi:
Nasi biasa 200 gr 200 gr
Lauk hewani 25 gr 50 gr
Sayur 75 gr 75 gr
Buah - -
Snack :
Buah 100 gr
Biskuit 80 gr
Makan Siang:
Bubur 200 gr 200 gr
28
Lauk hewani 50 gr 75 gr
Lauk nabati 50 gr 125 gr
Sayur 75 gr 75 gr
Buah 50 -
Snack :
Kue 1 porsi -
Makan sore :
Bubur 200 gr 200 gr
Lauk hewani 50 gr 75 gr
Lauk nabati 50 gr 125 gr
Sayur 75 gr 75 gr
Buah - -
Protein 86,6 gr 98 gr
Lemak 49 gr 43 gr
29
Tabel.4.3 Menu Hari I ( Siklus Menu IX ) Tanggal 19 November 2018 ( Intake I )
30
Tauge 6,3 3,8 0,4 - 0,3
Labu waluh 6,3 0,9 0,2 -
Jumlah 1178 60 39 193
31
Pagi Buah Pisang 100 gr 92 1 - 23,4
Sore
32
Tahu putih 125 95 10,1 6 2,4
Mendoan tahu
Minyak 10 86,2 - 10 -
Sop jagung
Wortel 18,6 4,8 0,2 - 0,9
33
Tabel.4.4 Menu Hari III ( Siklus Menu 1 ) Tanggal 21 November 2018 ( Intake III )
Bahan
Waktu Menu Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan
Daging
50 gr 134,4 12,4 9 -
SG. Daging sapi
Minyak 5 gr 43 - 5 -
Pagi
Jagung
18,6 gr 11 0,3 - 2,6
muda
Tumis baby
corn Buncis 18,6 gr 6,5 0,4 - 1,5
34
Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2
Dging
56 gr 159,5 15,1 10,6 -
Ayam goreng ayam
35
Ikan goreng Patin 75 gr 73,5 13,6 1,8 -
Cah bayam
Bayam 37,5 14 1,4 - 2,7
1895,5
JUMLAH 79,3 gr 52,3 gr 341,5 gr
kkal
36
Tabel.4.4 Menu Hari IV ( Siklus Menu 2 ) Tanggal 22 November 2018 ( Intake IV)
37
3. Hasil Konseling Gizi
Penerima Konseling : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : Sabtu , 21 November 2018
Tempat : PDW (Bed 21)
Alat : Leaflet
Metode : Pemberian motivasi kepada pasien
38
keluarganya tentang
makanan yang baik
untuk dikonsumsi
selama pasien sakit/
makanan yang
dianjurkan dan yang
tidak dianjurkan.
39
BAB IV
19-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Hb: 11, 3 g/dl Pasien sesak Asupan energi NI.2.1 Asupan oral - Memberikan
bronchitis + TB: 168 cm (Rendah). berat. 1635 kkal (75%), tidak adekuat edukasi dan
anemia. LLA:24,1 cm asupan protein 65 berkaitan dengan motivasi
IMT:18kg/m2 gr (75%), asupan pasien sesak nafas berkaitan dengan
. karbohidrat 304 ditandai dengan diet dan asupan
gr (75%) dan intake makanan makan pasien
asupan lemak 37 kurang yaitu defisit untuk dapat
gr (75 %). sedang yaitu energi meningkatkan
1635 kkal (75 %), asupan makan
protein 65 gr (75 %), pasien.
40
karbohidrat 304 gr - Menghitung
(75 %) dan asupan kebutuhan
lemak 37 gr (75 %). pasien dan recall
pasien untuk
NI.5.1 Peningkatan
dilakukan
kebutuhan energi dan
tindakan
protein berkaitan
berikutnya.
dengan status gizi
pasien underweight/
berat badan kurang
ditandai dengan IMT
= 18 kg/m2.
20-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Hb: 11, 3 g/dl Pasien sesak. Asupan energi NI.kekurangan intake
bronchitis + TB: 168 cm (Rendah). 2049 kkal protein berkaitan
anemia. LLA:24,1 cm (105%), asupan dengan pasien sesak
IMT:18kg/m2 protein 84 gr (86 ditandai dengan -
. %), asupan intake asupan protein
karbohidrat 328 84 gr (85%) defisit
gr (112%) dan ringan.
asupan lemak 151
NI.5.6.2 kelebihan
41
gr (151 %). intake lemak
berkaitan dengan
makanan yang
mengandung lemak
lebih tinggi dari yang
telah ditetapkan
ditandai dengan
intake asupan lemak
151 gr (151% ) di
atas kebutuhan.
21-Nov-2018 Tb paru + BB: 50 kg Hb: 11, 3 g/dl Sesak Asupan energi NI.kekurangan intake
bronchitis + TB: 168 cm (Rendah). berkurang 2.155,4 kkal protein berkaitan
anemia. LLA:24,1 cm (110%), asupan dengan pasien sesak
IMT:18kg/m2 protein 84,3 gr ditandai dengan -
. (86%), asupan intake asupan protein
karbohidrat 286,6 84,3 gr (86%) defisit
gr (97%) dan ringan.
asupan lemak 73
NI.5.6.2 kelebihan
gr (170%).
intake lemak
42
berkaitan dengan
makanan yang
mengandung lemak
lebih tinggi dari yang
telah ditetapkan
ditandai dengan
intake asupan lemak
73 gr ( 170 % ) di
atas kebutuhan.
43
pasien sesak ditandai
dengan intake
asupan karbohidrat
203 gr ( 69% ) defisit
ringan.
NI.5.6.1 kekurangan
intake lemak
berkaitan dengan
pasien sesak ditandai
dengan intake asupan
lemak 29,6 gr (69%)
di atas kebutuhan.
44
BAB VI
PEMBAHASAN
Status Gizi
Tanggal Pengukuran Hasil Berdasarkan IMT
Berdasarkan hasil pemantauan dari awal sampai akhir kasus berat badan
pasien tidak mengalami perubahan dilakukan penimbangan berat badan
langsung menggunakan timbangan injak. Status gizi pasien berdasarkan IMT
45
dari awal sampai akhir kasus tetap sama yaitu masuk kategori underweight/
berat badan kurang.
3. Biokimia
Data perkembangan biokima didapat dari data hasil laboratorium yang
tercantum dibuku rekam medis pasien. Hasil laboratorium adalah sebagai
berikut.
Tabel.5.2 Pemantauan Biokimia
Pemeriksaan Satuan/ nilai normal Awal kasuk Kategori
17/11/18
Hemoglobin 14 – 18 gr/Dl 11.3 gr/dL Rendah
Hematokrit 42 – 52 % 50 % Normal
46
akibat adanya respon dari sitem imun, dimana sel-selnya melepaskan sitokin
yang akan membantu dalam hal pemulihan atau mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Akan tetapi, produksi dari sitokin ini juga dapat memengaruhi
fungsi normal dari tubuh. Pada anemia penyakit kronik, sitokin dapat
mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap dan menggunakan zat besi.20
Selain itu, produksi dari sitokin yang berlebihan ini juga dapat mengganggu
produksi dan aktivitas eritropoietin, hormon yang menstimulasi sumsum tulang
untuk memproduksi sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia.21.
Respirasi ( x/m ) 12 – 20 24 22 20
(Tinggi) (Tinggi) (Normal)
47
berkurang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis pada awal kasus tanggal
17/11/2018 keadaan pasien lemas dengan batuk dan sesak berat. Tekanan darah
normal, respirasi tinggi, nadi tinggi dan suhu tubuh normal. Tanggal 18/11/2018
tekanan darah Tn.M rendah, respirasi tinggi, nadi normal, dan suhu tubuh
normal, pasien dengan sesak. Tanggal 19/11/2018 tekanan darah Tn. M normal,
respirasi normal, nadi normal, suhu tubuh normal dan sesak berkurang.
5. Asupan
Perkembangan asupan makanan pasien didapat dari data hasil Comstock.
Hasil perkembangan asupan makanan adalah sebagai berikut.
Tabel.5.4 Pemantauan Asupan Selama Kasus
Zat gizi
48
22/11/2018 Kebutuhan 1947,2 98 43 293
Intake
Asupan 1324,6 93 29,6 203
Pasien
%Asupan 68 95 69 69
% asupan 95 85 172 89
a. Asupan Energi
2500
2,155.40
2,049
2000
1947.2 1947.2 1947.2
1500 1324.6
kebutuhan
intake asupan
1000 % asupan
500
105 110 68
0
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018
49
Asupan energi pasien sejak hari ke- I mengalami peningkatan dengan
kategori itake normal. Hari ke- II asupan energi kembali meningkat dengan
kategori intake normal dan pada hari III mengalami penurunan dengan
kategori defisit berat. Hal tersebut dikarenakan pasien tidak menghabiskan
makanan yang sudah disajikan, alasan pasien karena tidak sesuai dengan
seleranya.
b. Asupan Protein
100
98 98 98
95
93 95
90
kebutuhan
intake asupan
85 84 86 84.3
86 % asupan
80
75
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018
50
Asupan protein pasien pada hari ke- I mengalami peningkatan
dengan kategori itake normal. Hari ke-II asupan protein menurun dengan
kategori intake defisit ringan. Pada hari ke-III asupan protein kembali
menurun dengan kategori defisit ringan dengan alasan pasien tidak
menghabiskan lauk hewani dan nabati yang sudah diberikan dengan alasan
sudah merasa kenyang.
Pada masa dewasa dan manula protein dibutuhkan untuk
mempertahankan jaringan-jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang telah
rusak. Adriani, et al (2015) yang memaparkan bahwa asupan protein yang
dikonsumsi oleh pasien tuberkulosis berbeda dengan yang tidak tuberkulosis.
Rata-rata konsumsi protein lebih tinggi pada kelompok yang tidak
tuberkulosis daripada kelompok penderita tuberkulosis. Penelitian lain yang
telah dilakukan oleh Lazulfa (2013) di Rumah Sakit Paru Pamekasan
menyebutkan bahwa sebagian besar responden tuberkulosis memiliki tingkat
kecukupan protein kurang. Kondisi ini berbeda dengan penderita
tuberkulosis pada anak yang mayoritas mempunyai asupan protein berlebih
(Purnasari, 2011).
Garib dan Parveen (2011) mengungkapkan kecukupan protein yang
dianjurkan untuk seseorang umumnya berbeda-beda, tergantung pada berat
badan, usia dan jenis kelamin serta infeksi yang diderita. Selain sebagai zat
pembangun, protein juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan Hb
darah, sebagai alat transportasi hemoglobin yang mengangkut oksigen pada
otot (myoglobin) untuk diangkut kedalam plasma darah bersama dengan
transferin aktif dan disimpan di dalam hati (Adhi, et al., 2010).
51
c. Asupan Lemak
180
140 151
120
100 kebutuhan
80 73 intake asupan
% asupan
60 69
40 29.6
43 43 43
20
0
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018
52
d. Asupan Karbohidrat
350 328
300 286.6
293 293 293
250
203
200 kebutuhan
intake asupan
150
% asupan
100 112
97
50 69
0
11/20/2018 11/21/2018 11/22/2018
53
malaise ini semakin lama akan semakin berat dan gejalanya dapat hilang
dan timbul secara tidak teratur (Sudoyo, et al., 2009).
54
e. Asupan Rata-rata 3 Hari
2500
2000
1947.2
1843
1500
1000
500
55
Pasien dan keluarga sudah diberikan edukasi tentang cara pemberian
makan dengan porsi kecil tapi sering yaitu tidak memaksakan Tn. M harus
menghabiskan makanannya dalam waktu sekali makan tetapi dapat di ulangi
2-3 sendok tiap mencoba untuk makan di jeda 15-20 menit setelah
pemberian. Hal tersebut dapat memberi perubahan terhadap konsumsi
makanan pasien, keluarga pasien dan pasien menerima baik edukasi yang
diberikan.
Tambahan lain makanan yang sudah dilakukan yaitu pemberian buah
dan biskuit, pasien mau mengonsumsi dan dapat menghabiskan semua
biskuit/buah yang sudah diberi.
6. Diagnosa Gizi
pasien mengalami masalah gizi berupa status gizi pasien adalah
berdasarkan IMT = 18 lg/m2 dengan kategori underweight/ berat badan kurang.
Hb pasien rendah yaitu 11,3 g/dl ( anemia ). Pasien dalam keadaan lemah, batuk
dan sesak. Nafsu makan pasien baik. Tekanan darah pasien normal, nadi dan
respirasi pasien normal, serta suhu tubuh pasien normal. Hasil asupan rata-rata
saat recall makanan dari RS dari hari ke- I, II dan III yaitu energi 1.843 kkal (
95%) normal, protein 87 gr (85%) defisit ringan, lemak 74 gr (172%) diatas
kebutuhan dan karbohidrat 262 gr ( 89% ) defisit ringan. Dari data tersebut maka
didapatkan diagnosa gizi sebagai berikut :
1. NI.kekurangan intake protein berkaitan dengan pasien sesak ditandai
dengan intake asupan protein 87 gr (85%) defisit ringan.
2. NI.5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat berkaitan dengan pasien sesak
ditandai dengan intake asupan karbohidrat 262 gr ( 89% ) defisit ringan.
3. NI.5.6.2 kelebihan intake lemak berkaitan dengan makanan yang
mengandung lemak lebih tinggi dari yang telah ditetapkan ditandai
dengan intake asupan lemak 74 gr ( 172 % ) di atas kebutuhan.
4. NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
penyakit TB paru ditandai dengan IMT = 18 kg/m2 ( underweight/ berat
badaan kurang ).
56
7. Tindak Lanjut
1. Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhannya.
2. Dilanjutkan dengan memotivasi pasien untuk tetap meningkatkan asupan
makannya.
3. Mengontrol berat badan pasien.
4. Mengontrol nilai Hb, trombosit dan hemotokrit pasien.
5. Terapi dilanjutkan dengan memotivasi pasien untuk mempertahankan
asupan dan memperbaiki pola makan dirumah serta mengatur ketepatan
waktu makan pasien.
6. Memberikan konsultasi gizi mengenai diet yang diberikan, tujuan diet,
syarat diet, bahan makan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
57
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pasien laki-laki berusia 37 tahun bernama Tn. M dengan diagnosa medis Tb
paru + bronchitis + anemia.
2. Status gizi pasien adalah baik berdasarkan berdasarkan IMT = 18 kg/m2
diketahui dengan underweight/ berat badan kurang.
3. Hasil pemeriksaan biokimia terakhir yaitu Hb 11,3 gr/dL (rendah), trombosit 18
rb/uL (rendah), hematokrit 50% (normal), eritrosit 325 rb/uL (rendah) dan
leukosit 7.3 rb/uL ( normal).
4. Hasil pemeriksan fisik & klinis terakhir yaitu pasien dalam keadaan lemah,
batuk dan sesak berkurang. Tekanan darah, nadi ,respirasi serta suhu dalam
keadaan normal.
5. Hasil riwayat makan (recall 24 jam) bahwa rata-rata intake asupan yaitu energi
1.843 kkal ( 95%), protein 87 gr (85%), lemak 74 gr (172%) diatas kebutuhan
dan karbohidrat 262 gr ( 89% ). Untuk asupan protein dan karbohidrat pasien
belum dapat mencapai intake normal tetapi mendekati normal dan asupan terus
meningkat setiap harinya.
6. Diagnosa gizi:
a. NI.kekurangan intake protein berkaitan dengan pasien sesak ditandai
dengan intake asupan protein 87 gr (85%) defisit ringan.
b. NI.5.8.1 Kekurangan intake karbohidrat berkaitan dengan pasien sesak
ditandai dengan intake asupan karbohidrat 262 gr ( 89% ) defisit ringan.
c. NI.5.6.2 kelebihan intake lemak berkaitan dengan makanan yang
mengandung lemak lebih tinggi dari yang telah ditetapkan ditandai dengan
intake asupan lemak 74 gr ( 172 % ) di atas kebutuhan.
d. NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
penyakit TB paru ditandai dengan IMT = 18 kg/m2 ( underweight/ berat
badaan kurang ).
58
7. Diet yang diberikan adalah Diet TKTP.
8. Peningkatan kebutuhan diberikan secara bertahap sebesar 80% yaitu energi
1947,2 kkal, protein 98 gr, lemak 43 gr dan KH 292 gr.
9. Setelah diberikan konseling gizi pasien dapat menerima dengan baik anjuran
diet dengan baik sesuai dengan kebutuhannya.
B. Saran
1. Pasien dianjurkan tetap menjalankan diet yang diberikan untuk mempercepat
proses penyembuhan.
2. Menghindari makanan yang tidak dianjurkan karena dapat menghambat proses
penyembuhan.
3. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi setiap hari untuk
mempercepat proses penyembuhan dan menjaga kesehatan selanjutnya.
4. Pasien rutin memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, klinik maupun Rumah sakit.
5. Melakukan gaya hidup sehat yaitu, mengonsumsi buah dan sayur, mengurangi
makanan yang berlemak, cukup minum air putih, melakukan aktifitas fisik, tepat
waktu makan, serta istirahat cukup.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., Yoanita, IK., Eva, IF., Bambang, W. (2015). Level of zinc, retinol, blood
macrophages, t-lymphocytes and Immunoglobulin-G in children with
tuberculosis and non tuberculosis. J Nutr Disorders, 10(4172), 2161 - 0509. doi:
10.4172/2161- 0509.S1-003
Adhi, KT., Wirjatmadi, B., Adriani, M. (2010). Perbedaan kadar seng serum dan kadar
c-reactive protein pada anak balita dengan kadar serum retinol normal dan tidak
normal. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 7(2), 58-63.
Gandy, JW., Madden, A., Holdsworth, M. (2014). Gizi dan dietetika. Ed 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Lee SW, Kang YA, Yoon YS, Um SW, Lee SM,Yoo CG, et al., The prevalence and
evolution of anemia associated with tuberculosis. Journal of Korean Medical
Sciences. 2006: 21: 1028-32
Lazulfa, RWA. (2013). Hubungan tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, lemak
dan vitamin B6 terhadap status gizi pasien TBC paru rawat inap di Rumah Sakit
Paru Pamekasan–Madura. (Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan). STIKES Karya
Husada Kediri, Kediri
Sudoyo,WA., Setyohadi, B., Alwi, I. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Interna Publishing
Tarwoto. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Transinfo Medika : Jakarta
60
Turgut M, Uzun O, Kelk E and Okay Ozer. Pulmonary tubercolosis associated with
autoimmune hemolytic anemia: an unusual presentation. Turkey Journal
Haematology. 2002; 19(4): 477-80.
61
LAMPIRAN
62
Minyak 5 43,1 - 5 -
63
Buncis 25 8,7 0,5 - 2
64
Nasi biasa - 200 260 4,8 - 57,2
Sop jagung
Wortel 25 6,5 0,2 - 1,2
65
Tabel.4.4 Menu Hari III ( Siklus Menu 1 ) Tanggal 21 November 2018
Daging
50 gr 134,4 12,4 9 -
SG. Daging sapi
Minyak 5 gr 43 - 5 -
Pagi
Jagung
25 gr 14,8 0,4 - 3,5
muda
Tumis baby
corn Buncis 25 gr 8,7 0,5 - 2
66
Nasi biasa - 200 gr 260 4,8 - 57,2
Dging
75 gr 159,5 15,1 10,6 -
Ayam goreng ayam
Minyak 5 gr 43 - 5 -
67
Ikan goreng Patin 75 gr 73,5 13,6 1,8 -
Cah bayam
Bayam 37,5 gr 13,9 1,4 - 2,7
68
Tabel.4.4 Menu Hari IV ( Siklus Menu 2 ) Tanggal 22 November 2018
69
70