UNMAS DENPASAR
Oleh:
kebersihannya. Pada rongga mulut terdapat berbagai jenis bakteri, mulai dari
bakteri yang normal berada di dalam rongga mulut dan bakteri yang masuk
terakumulasi pada jaringan keras maupun jaringan lunak yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada rongga mulut. Apabila terjadi gangguan pada area
untuk masalah gusi bengkak atau keluar bisul (abses) di Indonesia sebesar 14%
dengan proporsi terbesar pada Provinsi Gorontalo sebesar 19,6% dan proporsi
di dalam tubuh yang dapat terjadi secara akut maupun kronis (Risky dkk. 2019).
Akumulasi pus dalam rongga mulut dibentuk melalui proses infeksi oleh bakteri
berupa jaringan granulasi (Rante dkk. 2017). Manifestasi yang dapat ditimbulkan
oleh abses, yaitu pembengkakan, peradangan, nyeri tekan, dan kerusakan jaringan
rongga mulut yang sering dijumpai pada manusia. Abses ini dapat terjadi akibat
Agen bakteri yang terlibat dalam abses rongga mulut adalah bakteri
berikut:
diameter zona hambat yang lebih besar daripada konsentrasi 10% dalam
diameter zona hambat yang lebih besar daripada konsentrasi 10% dalam
diameter zona hambat yang lebih besar daripada konsentrasi 30% dalam
ekstrak daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) sebagai antibakteri
selanjutnya.
bahwa ekstrak daging buah asam jawa (Tamarindus indica L.) konsentrasi
Staphylococcus aureus
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Asam jawa merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika (Astawan
2009). Meskipun demikian, tanaman ini biasa dijumpai di beberapa negara yang
terletak di benua Amerika, seperti Meksiko dan Costa Rica. Selain itu, asam jawa
juga dapat dijumpai di benua Asia dan telah banyak dibudidayakan di Indonesia
(Makassar), asem (Sunda), acem (Madura), bage (Bima), dan asam jawa
Asam jawa merupakan sejenis buah yang memiliki rasa asam yang khas
dan biasa digunakan sebagai bumbu dalam berbagai masakan Indonesia. Buah ini
dapat digunakan sebagai perasa atau penambahn rasa asam dalam makanan,
Tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.) memiliki batang pohon yang
cukup keras, dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 25 m. Batang pohon asam
jawa berbentuk bulat dengan diameter hingga 1 m, berwarna coklat dan memiliki
pecah dan luruh seperti sisik ketika sudah tua. Daun asam jawa merupakan daun
majemuk dan menyempit, memiliki bentuk yang lonjong serta berwarna hijau
keputihan. Panjang tangkai dan rakis daun 5-16 cm, anak daun 10-20 pasang,
panjang daun 1-2,5 cm dan lebar 0,5-1 cm. Tepi daun rata, ujungnya tumpul dan
pangkalnya membulat (Gardjito 2013; Silalahi & Mustaqim 2020). Bunga asam
buah dan daun mahkota sebanyak 5 buah, berbau harum dengan mahkota
Biji asam jawa dilaporkan mampu menurunkan kadar gula darah sehingga
baik untuk menjaga dan mengobati penderita diabetes. Kulit batang asam jawa
yang dicampur dengan air digunakan untuk kumur-kumur pada penderita sariawan
dan dapat digunakan untuk mengobati luka. Daun muda asam jawa yang direbus
dapat digunakan sebagai obat batuk dan demam (Ulung 2014). Daging buah asam
darah, dan melancarkan buang air besar (Hariana 2013; Fattah 2016).
sedangkan pada kulit kayunya mengandung zat tanin. Buah asam jawa
mengandung berbagai macam senyawa organik seperti, gula invert, tartaric acid,
citric acid, serine, vitamin B3, geranial, limonene, peptin, proline, leusin, dan
pipecolic acid (Hariana 2013). Buah asam jawa memiliki total keasaman sebesar
12,3% sampai dengan 23,8% yang dinyatakan sebagai asam tartrat (Fadhilah dkk.
2020). Buah asam jawa yang matang di pohon, setiap 100 gram mengandung
protein 2,8 g, lemak 0,6 g, karbohidrat 62,5 g, kalsium 74 mg, fosfor 113 mg, zat
besi 0,6 mg, vitamin A 30 SI, vitamin B1 0,34 mg, dan vitamin C 2 mg. Bijinya
dan Koch, kemudian pada tahun 1880-an diteliti lebih lanjut oleh Ogston dan
diamati dengan mikroskop, bakteri ini terlihat seperti buah anggur. Nama spesies
aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan murni koloni bakteri ini
tidak bergerak, tidak berspora serta berdiameter antara 0,8-1,0 mikron. Pada
sediaan langsung yang berasal dari nanah, bakteri ini dapat terlihat sendiri,
berpasangan, bergerombol, dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Pada
sediaan yang dibuat dari perbenihan padat ditemukan susunan gerombolan yang
tidak teratur sedangkan dari perbenihan kaldu biasanya ditemukan tersendiri atau
medium padat berbentuk bulat, halus, meninggi, berkilau dan membentuk koloni
2018):
a. Protein invasi yang membantu invasi dan penyebaran bakteri ke dalam tubuh
protein A.
c. Zat-zat biokimia yang diproduksi untuk meningkatkan pertahanan terhadap
diperantarai oleh kapsul polisakarida dan protein reseptor pada permukaan sel
epitel. Dalam hal ini, protein tersebut berperan dalam proses perlekatan terhadap
protein host, seperti laminin dan fibronektin yang tampak pada permukaan
(Husna 2018):
perlekatan bakteri pada sel inang berupa laminin dan fibronektin yang membentuk
vitronektin.
b. Invasi
lemak.
pada jaringan periodontal yang dapat memicu kerusakan ligamen periodontal dan
disebut juga dengan abses lateral atau abses parietal. Abses periodontal
merupakan lesi yang dapat merusak jaringan periodontal dalam waktu yang
singkat dan mudah diketahui tanda-tanda serta gejala klinisnya, seperti adanya
akumulasi pus (nanah) yang terlokalisir di dalam poket (Newman dkk. 2018).
a. Perluasan infeksi dari poket periodontal jauh ke dalam jaringan periodontal dan
b. Perluasan lateral dari inflamasi yang dimulai dari permukaan bagian dalam
perlahan dan berlangsung lama (Singh & Saxena 2015). Abses ini
akumulasi kalkulus maupun adanya benda asing, seperti benang gigi atau serpihan
tusuk gigi. Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan sulkus gingiva sehingga
dengan perluasan infeksi dari poket periodontal, timbul setelah skeling atau
setelah oral profilaksis rutin, skeling yang tidak adekuat, lumen sekitar poket yang
pada berbagai tahap, yaitu eksaserbasi periodontitis akut yang tidak diobati dan
periodontitis adalah kista lateral yang terinfeksi, perforasi gigi oleh karena
instrumen endodontik, impaksi benda asing, seperti bulu sikat gigi, tulang ikan,
jaringan lunak ke dalam poket periodontal kemudian proses radang akan terus
berlanjut melalui faktor-faktor kemotaktik yang dilepaskan oleh bakteri yang akan
yang menyebabkan penghancuran jaringan ikat dan produksi pus (nanah) (Herrera
dkk. 2018).
12
BAB III
berbagai cara, seperti adanya sumbatan pada poket periodontal yang disebabkan
yang dapat ditimbulkan oleh abses periodontal adalah adanya akumulasi pus
(nanah) yang terlokalisir di dalam poket. Salah satu bakteri yang memiliki
sehingga dapat mengurangi efek samping dari penggunaan yang tidak rasional,
yaitu seperti penggunaan tanaman herbal sebagai bahan dasar terapi pada obat
tradisional.
Tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai bahan dasar terapi untuk obat
tradisional adalah asam jawa (Tamarindus indica L.). Bagian dari tanaman asam
jawa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat tradisional adalah bagian
daging buahnya. Kandungan dari esktrak daging buah asam jawa yang
1. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 30% memiliki diameter zona
2. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 50% memiliki diameter zona
3. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 50% memiliki diameter zona
BAB IV
METODE PENELITIAN
K1 O0
K2 O1
Ra
P S P1 O2
P2 O3
P3 O4
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
Ra = Random alokasi
10%
30%
50%
15
O0 = Pengamatan hasil pada kelompok K1
4.2 Populasi
ATCC 29213 yang diperoleh dari UPTD. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Bali.
4.3 Sampel
(n-1)(t-1) ≥ 15
Keterangan
n : banyak pengulangan
t : perlakuan
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
berikut:
a. Daging buah asam jawa didapatkan dari pohon asam jawa (celagi) di
daerah Ubud.
b. Ekstrak daging buah asam jawa adalah ekstrak yang diperoleh dengan
c. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 10% adalah ekstrak yang
etanol 96%.
17
d. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 30% adalah ekstrak yang
etanol 96%.
e. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 50% adalah ekstrak yang
etanol 96%.
anaerob dan merupakan salah satu flora normal pada kulit dan selaput
dengan
18
lebar diameter zona hambat. Diameter zona hambat diukur dalam
kekuatan daya
b. Pembuatan ekstrak daging buah asam jawa dan uji fitokimia dilakukan di
selama 14 hari.
1. Blender
2. Sonicator Elmasonic
3. Penyaring buchner
4. Ayakan
5. Pisau
6. Timbangan
19
9. Batang pengaduk
17. Label
19. Inkubator
22. Lap
23. Timer
24. Autoklaf
2. Etanol 96%
6. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 10%, 30%, dan 50%
7. Clindamycin
8. KOH
9. NaCl
10. HCL
11. FeCl3
12. Handscoon
13. Masker
Sampel daging buah asam jawa dibersihkan dengan cara dicuci di bawah
air mengalir sampai bersih. Kemudian, buah asam jawa dikeringkan dengan cara
dijemur. Apabila sudah setengah kering, pisahkan daging buah dan bijinya
kemudian daging buah asam jawa dipotong kecil-kecil. Setelah itu, daging buah
asam jawa dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dengan
ditutupi kain atau plastik hitam selama 14 hari. Sampel yang sudah kering
daging buah asam jawa dimasukkan ke dalam botol kaca dan ditambahkan 500 ml
pelarut etanol 96% dan dimaserasi selama 3x24 jam. Selanjutnya, hasil ekstraksi
pelarut. Setelah proses maserasi, serbuk yang masih tersisa digunakan kembali
Uji fitokimia pada ekstrak daging buah asam jawa meliputi pemeriksaan
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan terpenoid, yaitu sebagai berikut
a. Uji Alkaloid
menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi dengan pereaksi Mayer
endapan putih.
b. Uji Flavonoid
c. Uji Saponin
dalam aquades pada tabung reaksi ditambah 10 tetes KOH dan dipanaskan
o
dalam penangas air dengan suhu 50 C selama 5 menit. Kemudian, tabung
senyawa saponin.
d. Uji Tanin
e. Uji Fenol
menit dan disaring. Filtrat yang terbentuk ditambahkan 5 tetes FeCl3 5%.
Adanya senyawa fenol ditandai dengan terbentuknya warna biru tua atau
hijau kehitaman.
f. Uji Terpenoid
Larutan uji dibuat dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% menggunakan
pelarut etanol 96%. Larutan 10% artinya larutan tersebut terdiri dari 1 ml ekstrak
daging buah asam jawa dan 9 ml etanol 96%. Larutan 30% artinya larutan tersebut
terdiri dari 3 ml ekstrak daging buah asam jawa dan 7 ml etanol 96%. Begitu juga
dengan larutan 50% artinya larutan tersebut terdiri dari 5 ml ekstrak daging buah
Ditimbang Mueller Hinton Agar sebanyak 3,4 gram dilarutkan dalam 100
o
sempurna. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C dan
tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Media MHA yang masih cair dituang ke dalam
cawan petri sebanyak 20 ml dan ditunggu hingga memadat (Ervina dkk. 2018;
bakteri Staphylococcus aureus yang setara dengan larutan Mc. Farland 0,5%,
diambil dengan menggunakan cotton swab steril. Kemudian pada media yang
telah memadat usapkan cotton swab yang telah berisi suspensi bakteri
Staphylococcus aureus hingga merata (Sari dkk. 2018). Kemudian kertas cakram
24
yang telah berisi larutan uji ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 10%,
30%, dan 50%, kontrol positif berupa clindamycin, dan kontrol negatif berupa
etanol 96% ditempatkan diatas permukaan media sesuai dengan posisi yang
o
diinginkan. Selanjutnya, media diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Setelah
itu, dilakukan pengukuran diameter zona hambat dengan jangka sorong yang
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Daerah bening tersebut dinyatakan
dengan lebar diameter zona hambat. Diameter zona hambat diukur dalam satuan
maksimum.
Wilk karena jumlah sampel <30. Data yang diuji, yaitu diameter zona
25
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, A., Sari, I. & Nursanty, R., 2017, ‘Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil
Asetat Daun Sembung (Blumen balsamifera (L.) DC.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA)’, Prosiding Seminar Nasional Biotik, hlm. 387-391.
Ariyani, H., Nazemi, M., Hamidah & Kurniati, M., 2018, ‘Uji Efektivitas Ekstrak
Kulit Limau Kuit (Cytrus hystrix DC) Terhadap Beberapa Bakteri’,
Journal of Current Pharmaceutical Sciences 2(1), 136-141.
Astawan, M., 2009, ’Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian’, Niaga
Swadaya, hlm. 82.
Ervina, R., Istiqomah, N. & Shofi, M., 2018, ‘Ekstrak Metanol Daun Turi Merah
(Sesbania grandiflora L. Pers) Sebagai Aktivitas Antibakteri
Staphylococcus aureus’, Prosiding Seminar Nasional Sains, Teknologi dan
Analisis ke-1, hlm. 142-145.
Fattah, M. H. A., 2016, ‘Mukjizat Herbal dalam Al Quran’, Vol. 2, Mirqat, hlm.
31-34, 38.
Hariana, A., 2013, ‘262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya’, Penebar Swadaya,
hlm. 40-41.
Herrera, D.,Valdes, B. R., Alonso, B. & Feres, M., 2018, ‘Acute Periodontal
Lesions (Periodontal Abscess and Necrotizing Periodontal Disease) and
Endo-periodontal Lesions’, Journal of Periodontology 89(1), 85-102,
diakses tanggal 14 Juni 2021, dari
https://aap.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/JPER.16-0642
Kemenkes RI, 2014, ‘Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi’, Kementerian
Kesehatan RI, hlm. 80.
27
Mahalakshmi, K. &Chandrasekaran, S.C., 2017, ‘Frequency of Staphylococcus
aureus in Periodontal Abscess – A Pilot Study’, IOSR Journal of
Pharmacy and Biological Sciences 12(5), 27-28, diakses tanggal 31 Mei
2021, dari
https://www.researchgate.net/publication/320878019_Frequency_of_Staph
ylococcus_aureus_in_periodontal_abscess_-a_pilot_study
Mardiyantoro, F., Munika, K., Sutanti, V., Cahyati, M. & Pratiwi, A. R., 2018,
‘Penyembuhan Luka Rongga Mulut’, Universitas Brawijaya Press,
Rante, B. K., Assa, Y. A. & Gunawan, P. N., 2017, ‘Uji Daya Hambat Getah
Buah Pisang Goroho (Musa acuminafe L.) Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus’, Jurnal e-Gigi 5(2), diakses tanggal 1 Juni 2021,
dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/17127
Riedel, S., Morse, S. A., Mietzner, T. & Miler, S., 2019, ‘Jawetz, Melnick &
th
Adelberg’s Medical Microbiology’, 28 Edition. New York: Mc Graw
Hill, hlm. 206, 208.
Risky, Y. T., Agrijanti & Inayanti, N., 2019, ‘ Uji Screening Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) Menggunakan Antibiotika Cefoxitin (fox)
30 µg Pada Pasien Penderita Abses Gigi di Klinik BPJS Mataram’, Jurnal
Analis Medika Bio Sains 6(2), 98-104, diakses tanggal 31 Mei 2021, dari
https://www.researchgate.net/publication/336895331_Uji_Screening_Meth
icillin-
resistant_Staphylococcus_Aureus_MRSA_Menggunakan_Antibiotik_Cefo
xitin_fox_30_g_Pada_Pasien_Penderita_Abses_Gigi_di_Klinik_BPJS_Ma
taram
Sari, R., Muhani, M. & Fajriaty, I., 2017, ‘Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Proteus mirabilis’, Pharm Sci Res, 4(3): 143-
154
Sari, N., Apridamayanti, P & Sari, R., 2018, ‘Penentuan Nilai MIC Ekstrak Etanol
Kulit Lidah Buaya (Aloe vera Linn.) Terhadap Isolat Bakteri Pseudomonas
aeruginosa Resisten Antibiotik', 7(2): 219-232.
Ulung, G., 2014, ‘Sehat Alami dengan Herbal: 250 Tanaman Berkhasiat Obat’,
Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 34-35.
Wahyuni & Karim, S. F., 2020, ‘Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Kacapiring (Gardenia jasminoides Ellis) Terhadap Bakteri Streptococcus
mutans’, Jurnal Sains dan Kesehatan 2(4), 399-404, diakses tanggal 30
Oktober 2021, dari
https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/jsk/article/view/191
29
30
31
2
3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Asam jawa merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika (Astawan
2009). Meskipun demikian, tanaman ini biasa dijumpai di beberapa negara yang
terletak di benua Amerika, seperti Meksiko dan Costa Rica. Selain itu, asam jawa
juga dapat dijumpai di benua Asia dan telah banyak dibudidayakan di Indonesia
(Makassar), asem (Sunda), acem (Madura), bage (Bima), dan asam jawa
Asam jawa merupakan sejenis buah yang memiliki rasa asam yang khas
dan biasa digunakan sebagai bumbu dalam berbagai masakan Indonesia. Buah ini
dapat digunakan sebagai perasa atau penambahn rasa asam dalam makanan,
Tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.) memiliki batang pohon yang
cukup keras, dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 25 m. Batang pohon asam
jawa berbentuk bulat dengan diameter hingga 1 m, berwarna coklat dan memiliki
pecah dan luruh seperti sisik ketika sudah tua. Daun asam jawa merupakan daun
majemuk dan menyempit, memiliki bentuk yang lonjong serta berwarna hijau
keputihan. Panjang tangkai dan rakis daun 5-16 cm, anak daun 10-20 pasang,
panjang daun 1-2,5 cm dan lebar 0,5-1 cm. Tepi daun rata, ujungnya tumpul dan
4
pangkalnya membulat (Gardjito 2013; Silalahi & Mustaqim 2020). Bunga asam
buah dan daun mahkota sebanyak 5 buah, berbau harum dengan mahkota
Biji asam jawa dilaporkan mampu menurunkan kadar gula darah sehingga
baik untuk menjaga dan mengobati penderita diabetes. Kulit batang asam jawa
yang dicampur dengan air digunakan untuk kumur-kumur pada penderita sariawan
dan dapat digunakan untuk mengobati luka. Daun muda asam jawa yang direbus
dapat digunakan sebagai obat batuk dan demam (Ulung 2014). Daging buah asam
darah, dan melancarkan buang air besar (Hariana 2013; Fattah 2016).
sedangkan pada kulit kayunya mengandung zat tanin. Buah asam jawa
mengandung berbagai macam senyawa organik seperti, gula invert, tartaric acid,
citric acid, serine, vitamin B3, geranial, limonene, peptin, proline, leusin, dan
pipecolic acid (Hariana 2013). Buah asam jawa memiliki total keasaman sebesar
12,3% sampai dengan 23,8% yang dinyatakan sebagai asam tartrat (Fadhilah dkk.
2020). Buah asam jawa yang matang di pohon, setiap 100 gram mengandung
protein 2,8 g, lemak 0,6 g, karbohidrat 62,5 g, kalsium 74 mg, fosfor 113 mg, zat
besi 0,6 mg, vitamin A 30 SI, vitamin B1 0,34 mg, dan vitamin C 2 mg. Bijinya
dan Koch, kemudian pada tahun 1880-an diteliti lebih lanjut oleh Ogston dan
diamati dengan mikroskop, bakteri ini terlihat seperti buah anggur. Nama spesies
aureus diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan murni koloni bakteri ini
tidak bergerak, tidak berspora serta berdiameter antara 0,8-1,0 mikron. Pada
sediaan langsung yang berasal dari nanah, bakteri ini dapat terlihat sendiri,
berpasangan, bergerombol, dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Pada
sediaan yang dibuat dari perbenihan padat ditemukan susunan gerombolan yang
tidak teratur sedangkan dari perbenihan kaldu biasanya ditemukan tersendiri atau
medium padat berbentuk bulat, halus, meninggi, berkilau dan membentuk koloni
2018):
a. Protein invasi yang membantu invasi dan penyebaran bakteri ke dalam tubuh
protein A.
6
c. Zat-zat biokimia yang diproduksi untuk meningkatkan pertahanan terhadap
diperantarai oleh kapsul polisakarida dan protein reseptor pada permukaan sel
epitel. Dalam hal ini, protein tersebut berperan dalam proses perlekatan terhadap
protein host, seperti laminin dan fibronektin yang tampak pada permukaan
(Husna 2018):
perlekatan bakteri pada sel inang berupa laminin dan fibronektin yang membentuk
vitronektin.
b. Invasi
lemak.
pada jaringan periodontal yang dapat memicu kerusakan ligamen periodontal dan
disebut juga dengan abses lateral atau abses parietal. Abses periodontal
merupakan lesi yang dapat merusak jaringan periodontal dalam waktu yang
singkat dan mudah diketahui tanda-tanda serta gejala klinisnya, seperti adanya
akumulasi pus (nanah) yang terlokalisir di dalam poket (Newman dkk. 2018).
a. Perluasan infeksi dari poket periodontal jauh ke dalam jaringan periodontal dan
b. Perluasan lateral dari inflamasi yang dimulai dari permukaan bagian dalam
perlahan dan berlangsung lama (Singh & Saxena 2015). Abses ini
akumulasi kalkulus maupun adanya benda asing, seperti benang gigi atau serpihan
tusuk gigi. Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan sulkus gingiva sehingga
dengan perluasan infeksi dari poket periodontal, timbul setelah skeling atau
setelah oral profilaksis rutin, skeling yang tidak adekuat, lumen sekitar poket yang
pada berbagai tahap, yaitu eksaserbasi periodontitis akut yang tidak diobati dan
periodontitis adalah kista lateral yang terinfeksi, perforasi gigi oleh karena
9
instrumen endodontik, impaksi benda asing, seperti bulu sikat gigi, tulang ikan,
jaringan lunak ke dalam poket periodontal kemudian proses radang akan terus
berlanjut melalui faktor-faktor kemotaktik yang dilepaskan oleh bakteri yang akan
yang menyebabkan penghancuran jaringan ikat dan produksi pus (nanah) (Herrera
dkk. 2018).
10
BAB III
berbagai cara, seperti adanya sumbatan pada poket periodontal yang disebabkan
yang dapat ditimbulkan oleh abses periodontal adalah adanya akumulasi pus
(nanah) yang terlokalisir di dalam poket. Salah satu bakteri yang memiliki
sehingga dapat mengurangi efek samping dari penggunaan yang tidak rasional,
yaitu seperti penggunaan tanaman herbal sebagai bahan dasar terapi pada obat
tradisional.
Tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai bahan dasar terapi untuk obat
tradisional adalah asam jawa (Tamarindus indica L.). Bagian dari tanaman asam
jawa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat tradisional adalah bagian
daging buahnya. Kandungan dari esktrak daging buah asam jawa yang
1. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 30% memiliki diameter zona
2. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 50% memiliki diameter zona
3. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 50% memiliki diameter zona
BAB IV
METODE PENELITIAN
K1 O0
K2 O1
Ra
P S P1 O2
P2 O3
P3 O4
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
Ra = Random alokasi
10%
30%
50%
13
O0 = Pengamatan hasil pada kelompok K1
4.2 Populasi
ATCC 29213 yang diperoleh dari UPTD. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Bali.
4.3 Sampel
(n-1)(t-1) ≥ 15
Keterangan
n : banyak pengulangan
t : perlakuan
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
berikut:
a. Daging buah asam jawa didapatkan dari pohon asam jawa (celagi) di
daerah Ubud.
b. Ekstrak daging buah asam jawa adalah ekstrak yang diperoleh dengan
c. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 10% adalah ekstrak yang
etanol 96%.
15
d. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 30% adalah ekstrak yang
etanol 96%.
e. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 50% adalah ekstrak yang
etanol 96%.
anaerob dan merupakan salah satu flora normal pada kulit dan selaput
dengan
16
lebar diameter zona hambat. Diameter zona hambat diukur dalam
kekuatan daya
b. Pembuatan ekstrak daging buah asam jawa dan uji fitokimia dilakukan di
selama 14 hari.
1. Blender
2. Sonicator Elmasonic
3. Penyaring buchner
4. Ayakan
5. Pisau
6. Timbangan
17
9. Batang pengaduk
17. Label
19. Inkubator
22. Lap
23. Timer
24. Autoklaf
2. Etanol 96%
6. Ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 10%, 30%, dan 50%
7. Clindamycin
8. KOH
9. NaCl
10. HCL
11. FeCl3
12. Handscoon
13. Masker
Sampel daging buah asam jawa dibersihkan dengan cara dicuci di bawah
air mengalir sampai bersih. Kemudian, buah asam jawa dikeringkan dengan cara
dijemur. Apabila sudah setengah kering, pisahkan daging buah dan bijinya
kemudian daging buah asam jawa dipotong kecil-kecil. Setelah itu, daging buah
asam jawa dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dengan
ditutupi kain atau plastik hitam selama 14 hari. Sampel yang sudah kering
daging buah asam jawa dimasukkan ke dalam botol kaca dan ditambahkan 500 ml
pelarut etanol 96% dan dimaserasi selama 3x24 jam. Selanjutnya, hasil ekstraksi
pelarut. Setelah proses maserasi, serbuk yang masih tersisa digunakan kembali
Uji fitokimia pada ekstrak daging buah asam jawa meliputi pemeriksaan
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol, dan terpenoid, yaitu sebagai berikut
a. Uji Alkaloid
menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi dengan pereaksi Mayer
endapan putih.
b. Uji Flavonoid
c. Uji Saponin
dalam aquades pada tabung reaksi ditambah 10 tetes KOH dan dipanaskan
o
dalam penangas air dengan suhu 50 C selama 5 menit. Kemudian, tabung
senyawa saponin.
d. Uji Tanin
e. Uji Fenol
menit dan disaring. Filtrat yang terbentuk ditambahkan 5 tetes FeCl3 5%.
Adanya senyawa fenol ditandai dengan terbentuknya warna biru tua atau
hijau kehitaman.
f. Uji Terpenoid
Larutan uji dibuat dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% menggunakan
pelarut etanol 96%. Larutan 10% artinya larutan tersebut terdiri dari 1 ml ekstrak
daging buah asam jawa dan 9 ml etanol 96%. Larutan 30% artinya larutan tersebut
terdiri dari 3 ml ekstrak daging buah asam jawa dan 7 ml etanol 96%. Begitu juga
dengan larutan 50% artinya larutan tersebut terdiri dari 5 ml ekstrak daging buah
Ditimbang Mueller Hinton Agar sebanyak 3,4 gram dilarutkan dalam 100
o
sempurna. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C dan
tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Media MHA yang masih cair dituang ke dalam
cawan petri sebanyak 20 ml dan ditunggu hingga memadat (Ervina dkk. 2018;
bakteri Staphylococcus aureus yang setara dengan larutan Mc. Farland 0,5%,
diambil dengan menggunakan cotton swab steril. Kemudian pada media yang
telah memadat usapkan cotton swab yang telah berisi suspensi bakteri
Staphylococcus aureus hingga merata (Sari dkk. 2018). Kemudian kertas cakram
22
yang telah berisi larutan uji ekstrak daging buah asam jawa konsentrasi 10%,
30%, dan 50%, kontrol positif berupa clindamycin, dan kontrol negatif berupa
etanol 96% ditempatkan diatas permukaan media sesuai dengan posisi yang
o
diinginkan. Selanjutnya, media diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Setelah
itu, dilakukan pengukuran diameter zona hambat dengan jangka sorong yang
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Daerah bening tersebut dinyatakan
dengan lebar diameter zona hambat. Diameter zona hambat diukur dalam satuan
maksimum.
Wilk karena jumlah sampel <30. Data yang diuji, yaitu diameter zona
23