Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

MANFAAT AIR PERASAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUSAURANTIFOLIA S.)


SEBAGAI PENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
AUREUS SECARA IN VITRO

Disusun oleh :
Nama

: Yova Andela Sari

NPM

: A1F013075

Dosen Pengampuh

: Drs. Hermansya Amir

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan sangatlah penting bagi kesehatan tubuh. Terutama menjaga kesehatan tubuh
harusnya memang kita ketahui lebih dalam. Soalnya buah jeruk nipis tidak hanya segar, namun
juga mengandung berbagai zat gizi yang sangat banyak dan tentunya bermanfaat bagi kesehatan
tubuh kita. Diantara tanaman adalah pohon atau tanaman jeruk.
Jeruk nipis adalah adalah tumbuhan perdu yang menghasilkan buah dengan nama sama.
Tumbuhan ini dimanfaatkan buahnya, yang biasanya bulat,

berwarna hijau atau kuning,

memiliki diameter 3-6 cm, umumnya mengandung daging buah masam, agak serupa rasanya
dengan lemon. Jeruk nipis, yang sering dinamakan secara salah kaprah sebagai jeruk limau,
dipakai perasan isi buahnya untuk memasamkan makanan, seperti pada soto. Fungsinya sama
dengan cuka. Sebagai bahan obat tradisional, perasan langsung buah jeruk nipis dipakai sebagai
obat batuk, diberikan bersama dengan kapur

untuk menurunkan demam. Perasannya juga

dipakai sebagai obat batuk.


Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran
pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk
yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan
benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.
Dengan latar belakang ini maka dari itu, maka melakukan penelitian dengan judul
MANFAAT AIR PERASAN BUAH JERUK NIPIS (CITRUSAURANTIFOLIA S.) SEBAGAI
PENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN
VITRO untuk memperoleh gambaran mengenai daya hambat air perasan buah jeruk nipis
(Citrusaurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus secara in vitro
dan bagaimana cara penggunaannya agar dapat daya hambat air perasan buah jeruk nipis
(Citrusaurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.
1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang terdapat khasiatnya dalam jeruk nipis ?


2. Adakah kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman jeruk nipis ?
3. Bagaimana air perasan buah jeruk nipis (Citrusaurantifolia S.) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro?

1.3. Tujuan
1.

Dapat mengetahui khasiatnya dalam jeruk nipis

2.

Dapat mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman jeruk nipis

3.

Dapat mengetahui air perasan buah jeruk nipis (Citrusaurantifolia S.) dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro

1.4. Manfaat

1. Bagi pengguna dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk tampil di depan publik
dengan tanpa adanya rasa enggan, disebabkan bau mulut segar dan tubuh sehat bugar.
2. Bagi kesehatan, baik untuk digunakan setiap saat dalam mengobati batuk tanpa adanya
efek samping yang memberatkan si pemakai. Disebabkan adanya kandungan jeruk nipis
yang baik untuk digunakan pada pengobatan batuk.
3. Bagi lingkungan, ramah lingkungan dalam pemakaiannya juga dapat mengurangi limbah
kulit jeruk yang ada di sekitar lingkungan karena kulitnya dapat digunakan untuk
memutih dan membersihkan kulit.
4. Bagi Penulis, Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan mengenai
kesehatan dan juga dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari maupun lingkungan
masyarakat.
1.5. Batasan Masalah
1. Membahas tentang khasiatnya dalam jeruk nipis
2. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman jeruk nipis
3. Mengetahui air perasan buah jeruk nipis (Citrusaurantifolia S.) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia)
Tanaman Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle dikenal di pulau Sumatra dengan
nama Kelangsa (Aceh), di pulau Jawa dikenal dengan nama jeruk nipis (Sunda) dan jeruk
pecel (Jawa), di pulau Kalimantan dikenal dengan nama lemau nepi, di pulau Sulawesi
dengan nama lemo ape, lemo kapasa (Bugis) dan lemo kadasa (Makasar), di Maluku dengan
naman puhat em nepi (Buru), ahusi hisni, aupfisis (Seram), inta, lemonepis, ausinepsis,
usinepese (Ambon) dan Wanabeudu (Halmahera) sedangkan di Nusa tenggara disebut jeruk
alit, kapulungan, lemo (Bali), dangaceta (Bima), mudutelong (Flores), mudakenelo (Solor)
dan delomakii (Rote). Sinonim : Limonia aurantifolia Christm., Limon spinosum Mill.,
Citrus limonia Osbeck, Citrus lima Luman, Citrus spinosissima G.F.W. Meyer, Citrus acida
Roxb., Citrus aurantium.
Jeruk nipis termasuk salah satu jenis citrus Geruk. Jeruk nipis termasuk jenis
tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan ranting. Tingginya sekitar 0,5-3,5 m.
Batang pohonnya berkayu ulet, berduri, dan keras. Sedang permukaan kulit luarnya berwarna
tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk ellips dengan pangkal membulat, ujung
tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunyya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm.
Bunganya berukuran majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di ujung batang
dengan diameter 1,5-2,5 cm. kelopak bungan berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5 dengan
diameter 0,4-0,7 cm berwama putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan.
Daun mahkota berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-1,25 cm
dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih. Tanaman jeruk nipis pada umur 2 1/2 tahun sudah
mulai berbuah. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diameter 3,5-5 cm
berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan.
Minyak atsiri adalah sejenis minyak nabati yang dapat berubah mengental jika diletakkan
pada suhu ruangan. Minyak ini mengeluarkan aroma yang sangat khas yang biasa digunakan
sebagai bahan pembuat minyak gosok alami yang digunakan untuk pengobatan. Hasil
penyulingan minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk biasa digunakan sebagai bibit
parfum. Dalam kaitannya dalam bidang kesehatan minyak atsiri berguna untuk menstabilkan
sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi pemakainya.

Senyawa limonen yang terkandung pada minyak atsiri juga dapat memperlancar
peredaran darah, meringankan rasa sakit akibat radang tenggorokan dan batuk, serta dapat
juga menghalangi berkembang biaknya sel kanker dalam tubuh.
Efek air perasan buah jeruk nipis sebagai antibakteri dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Eschericia colli, Streptococcus haemolyticus, dan Staphylococcus aureus. Salah satu
bakteri yaitu Staphylococcus aureus, merupakan bakteri jenis gram positif yang diperkirakan
20-75% ditemukan pada saluran pernapasan atas, muka, tangan, rambut dan vagina. Infeksi
bakteri ini dapat menimbulkan penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan,
nekrosis, tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut, dan pembentukan abses. Diantara
organ yang sering diserang oleh bakteri Staphylococcus aureus adalah kulit yang mengalami
luka dan dapat menyebar ke orang lain yang juga mengalami luka.
Lesi yang ditimbulkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada abses
lesi ataupun jerawat. Bakteri menginvasi dan berkembang biak dalam folikel rambut yang
menyebabkan kematian sel atau nekrosis pada jaringan setempat. Selanjutnya diikuti dengan
penumpukan sel radang dalam rongga tersebut. Sehinggga terjadi akumulasi penumpukan
pus dalam rongga. Penumpukan pus ini mengakibatkan terjadinya dorongan terhadap
jaringan sekitar dan terbentuklah dinding-dinding oleh sel-sel sehat sehingga terbentuklah
abses. Bakteri ini juga akan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain lewat pembuluh getah
bening dan pembuluh darah, sehingga terdapat juga peradangan dari vena dan trombosis.
Pengobatan akibat infeksi Staphylococcus aureus dapat diberi antibiotik berupa
Penisilin G atau derivat penisilin lainnya, namun pada infeksi yang berat diduga sudah ada
beberapa yang telah resisten terhadap penisilin. Akibat timbulnya resistensi dari antibiotik,
maka saat ini telah dilakukan pengujian efek tanaman obat antaranya jeruk nipis sebagai
antibakteri. Hasil penelitian menunjukan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai
aktivitas hambatan terhadap pertumbuhan Staphyloccus aureus pada kadar 20%, 40% dan
80% serta Escherichia coli pada kadar 40% dan 80%. (7,8)
Berdasarkan hasil penelitian, minyak atsiri pada daun jeruk nipis yang menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, juga terdapat pada air perasan buah jeruk nipis.
Selain itu juga, dengan mengetahui adanya kebiasaan ditengah masyarakat, mengenai
penggunaan air perasan buah jeruk nipis dalam upaya menghilangkan jerawat serta

penyembuhan luka agar tidak terjadi abses, dimana salah satu penyebabnya Staphylococcus
aureus. Mengetahui adanya efek antibakteri air perasan buah jerk nipis yang telah diuji pada
beberapa kuman patogen, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan uji daya hambat
buah jeruk nipis terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara invitro. Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

B. Kandungan Jeruk Nipis


Jeruk nipis termasuk salah satu jenis tumbuhan perdu yang banyak memiliki dahan dan
ranting. Batang pohonnya bulat dan keras, permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam.
Tanaman jeruk nipis sudah mulai berbuah pada usia 2,5 tahun. Bunganya berukuran kecil
berwarna putih dan buahnya berbentuk bulat dengan diameter 3 sampai 6 cm dengan warna
kulit hijau atau kekuning-kuningan. Buah jeruk nipis yang sudah tua rasanya asam dan agak
pahit menyerupai buah lemon. Setiap 100 gram jeruk nipis mengandung:
Kalori : 51 kal
Protein : 0,9 gram
Lemak : 0,2 gram
Karbohidrat : 11,4 gram
Mineral : 0,5 gram
Kalsium : 33 mg
Fosfor : 23 mg
Besi : 0,4 mg
Jeruk nipis juga mengandung asam animo, lisin, vitamin B1, vitamin C dan lan-lain.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


3.1.1. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboraturium Kimia ruang 8 GB III Universitas Bengkulu
3.1.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2016.
3.2.

Alat dan Bahan

3.2.1. Alat
Cawan petri, tabung reaksi, kertas saring, pelubang kertas, lem, jarum ose, lampu spiritus,
pinset, gelas ukur, otoklaf, inkubator, spuiy dispossible, lidi kapas steril, mistar, pisau, dan
talenan
3.2.2. Bahan
Air perasan buah jeruk nipis, biakan murni Staphylococcus aureus, aquades steril, NaCl
0,9%, dan Alkohol 70%.

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1. Persiapan Sampel
Jeruk nipis diambil sebanyak 1 kg dari kebun jeruk nipis di Pajar Bulan kedurang
Bengkulu Selatan. Kemudian jeruk nipis di cuci bersih, lalu di belah dua.
3.3.2.

Uji Percobaan
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan desain Postest Only Control Group Design.
Variabel adalah air perasan buah jeruk nipis dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%,
75%, dan 100% dan bakteri Staphylococus aureus.. Jeruk nipis dipanaskan beberapa menit,
lalu peras air jeruk nipis, lalu disaring dan dimasukan ke dalam gelas ukur. Kemudian
buatlah

konsentrasi air perasan buah jeruk dengan

ditambahkan aqudes, sehingga

konsentrasi yang didapat, yaitu 25%,50%, 75%, dan 100%. Lalu celupkan ujung lidi kapas
steril ke dalam air perasaan buah jeruk nipis dengan konsentrasi 25%, lalu celupkan ke
dalam NaCl 0,9%, dan dicelupkan ke dalam alcohol 70 %. Kemudian dimasukan ke dalam
otoklaf dan di oven ke dalam incubator. Setelah itu dimasukan atau di suntikan bakteri

Staphylococus aureus dengan menggunakan spuiy dispossible. Prosedur ini juga dilakukan
pada air perasan buah jeruk nipis dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Data hasil
penelitian diolah secara statistik dengan metode Anova satu arah dengan derajat
kepercayaan 95% (=0,05) dan bila didapat perbedaan nyata antar perlakuan maka akan
dilanjutkan dengan Post Hoc Test dengan taraf kesalahan 1%.

Anda mungkin juga menyukai