METODOLOGI PENELITIAN
Oleh
WINDY ANTARI NURHUDA
NIM : 13.178
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada banyak sekali jenis penyakit yang ada di masyarakat. Salah satu penyakit
yang
diderita oleh masyarakat yaitu demam tifoid atau banyak dikenal dengan
penyakit typhus. Penyakit typus ini di dunia medis disebut dengan salmonellosis.
Salmonellosis disebabkan oleh sejenis bakteri yaitu salmonella typhi (S.typhi) yang
dapat menyebabkan infeksi akut pada usus halus. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia. Angka kejadian akan meningkat
pada musim kemarau panjang dan di awal musim penghujan. Masyarakat Indonesia
diperkirakan antara 800-100.000 orang terkena tifus atau demam tifoid sepanjang
tahun dan 91% dari kasus tersebut terjadi pada usia 3-19 tahun. (Andriani, 2010)
Pengobatan penyakit typhus yang tidak tuntas akan memberikan efek infeksi
sistemik pada organ tubuh dan bahkan akan mengakibatkan kematian. Penyakit
typhus selain menyerang usus juga dapat menyerang kantong empedu, limfa dan hati.
Penyakit ini bisa diobati dengan pemberian antibiotik. Namun masih banyak sekali
hambatan dalam penggunaan antibiotika untuk menangani salmonellosis. Hambatan
utamanya yaitu terbatasnya jenis antibiotic yang efektif untuk menangani penyakit
tersebut. Hambatan lainnya yaitu terkadang pemberian antibiotic kurang terkontrol
sehingga menimbukan terjadinya resistensi bakteri (bakteri akan kebal terhadap
antibiotic yang diberikan). Kendala lain yang masih menjadi masalah yaitu biaya
perawatan dan pemulihan infeksi cukup lama, sehingga membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Hal tersebut yang mendasari pemikiran untuk mencari upaya alternatif
agar bisa menangani salmonellosis namun lebih mudah, efektif dan juga murah. Salah
satu upaya alternative tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan sistem imun.
Banyak sekali tanaman yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber
pengobatan alternative. Salah satu tanaman yang bisa dipergunakan untuk pengobatan
alternative adalah Pohon kemiri (Alleurites moluccana). Pohon kemiri banyak
diketahui masyarakat sebagai bahan bumbu masakan. Buah kemiri juga merupakan
hasil bumi yang melimpah di Indonesia sehingga sangat mudah untuk didapatkan.
Kemiri sangat kaya akan senyawa penting bagi tubuh seperti asam minyak, protein,
vitamin B1, dan zat lemak. Manfaat kemiri yang paling popular terdapat pada minyak
kemiri, yang berguna sebagai penyubur rambut.
Pohon kemiri (Alleurites Moluccana) terutama pada bagian kulit batang
kemirinya berpotensi sebagai antibakteria karena mengandung senyawa tanin
sehingga bisa digunakan sebagai obat alternative untuk mencegah penyakit typhus.
Tanin dapat menjadi imunostimulan yaitu suatu senyawa tertentu yang dapat
meningkatkan pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik.
Peningkatan pertahanan tubuh dilakukan dengan cara meningkatkan poliferasi sel
yang berperan pada imunitas. Sel yang dijadikan sebagai tujuan yaitu makrofag,
granulosit, limfosit T dan limfosit B.
Selama ini, masyarakat belum begitu paham dengan berbagai macam khasiat dan
manfaat yang yang terkandung dalam tanamanan, sehingga perlu dilakukan pengujian
aktivitas antibakteri senyawa tanin yang terkandung dalam kulit batang kemiri dalam
menghambat pertumbuhan Salmonella typhi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini :
1. Bagaimana aktivitas kulit batang kemiri sebagai antibakteri terhadap Salmonella
typhi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini:
1. Untuk mengetahui aktivitas kulit batang kemiri sebagai antibakteri terhadap
Salmonella typhi.
Kepulauan Pasifik sejak jaman dahulu. Di Indonesia, kemiri telah lama ditanam,
baik untuk tujuan komersial maupun subsisten untuk menunjang kehidupan
masyarakat sehari-hari, terutama bagi masyarakat Indonesia bagian timur.
Morfologi tanaman kemiri yaitu pohon dengan tinggi 25-30 m, batang tegak,
berkayu, permukaan banyak lentisel, percabangan simpodial, cokelat. Daun
tunggal, berseling, lonjong, tepi rata, bergelombang, ujung runcing, pangkal
tumpul, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, bawah halus, panjang 18-25
cm, lebar 7-11 cm, tangkai silindris, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai,
berkelamin dua, di ujung cabang, putih. Buah bulat telur, beruas-ruas, masih
muda hijau setelah tua cokelat, berkeriput. Biji bulat, berkulit keras, beralur,
diameter 3,5 cm, berdaging, berminyak, putih kecokelatan. Akar tunggang,
cokelat. (Sarmoko,2014)
Pohon kemiri dalam sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Aleurites
Jenis
Nama daerah
Nama Asing
2.1.1
dan bahkan di tempat yang basah seperti di Jawa Barat (Ginoga dkk. 1989).
Kandungan Sifat Kimia dan Fisik Kemiri (Aleurites moluccana)
Kandungan kimia yang terdapat dalam kemiri adalah gliserida, asam
linoleat, palmitat, stearat, miristat, asam minyak, protein, vitamin B1 dan zat
lemak. Bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah biji, kulit dan daun.
Tabel 1. Komposisi kandungan gizi inti kemiri
Komponen
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalium
Fosfor
Besi
Vitamin B1
Air
Jumlah
636 kal
19 gram
63 gram
8 gram
80 miligram
200 miligram
2 miligram
0,06 miligram
7 gram
mengurangi resiko pnyakit jantung dan pembuluh darah serta kanker. Terdapat
penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat mengurangi resiko penyakit
alzaimer. Flavonoid juga termasuk dalam kelompok polifenol sedangkan saponin
merupakan senyawa anti-mikroba (Rahmah et al, 2010)
2.1.3 Manfaat Tanaman kemiri
Bagian tanaman yang telah terbukti sebagai antikanker secara
etnofitomedis adalah korteksnya yang utamanya mengandung tanin,
Tanindiketahui dapat digunakan sebagaiantivirus, antibakteri, dan antitumor.
Tanintertentudapatmenghambat selektivitas replikasi HIVdan juga digunakan
sebagai diuretik (Heslem, 1989). Tanaman yang mengandung tannin telah diakui
memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semaksemak sulit untuk dihinggapi /dimakan oleh banyak ulat (Heslem,1989).
2.2 Tanin
Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada
tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul
biasanya berkisar 1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994, Kraus dll., 2003).
Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat
pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya (Zucker, 1983).
Tanin merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah
gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin.Pada mikroskop, tanin
biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat.
Tanin dapat ditemukan didaun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan. Sebagai
contoh dari lokasi taninndalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan di
daerah pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem dan lapisan antara
korteks dan epidermis. Tanin dapat membantu mengatur pertumbuhan jaringan ini.
Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari
larutan.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam
industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah
kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya
menyambung silang protein.
Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat:jika dilarutkan kedalam air akan
membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan alkaloid
dan gelatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal dan dapat mengendapkan
protein dari larutannya dan bersenyawa denganprotein tersebut sehingga tidak
dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat diantaranya: merupakan senyawa
kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar
mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dan senyawa fenol
dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna (Najebb,
2009).
2.3 Penyarian Simplisia
Penyarian simplisia merupakan penarikan zat aktif yang
diinginkan dari bahan mentah obat menggunakan pelarut yang
dipilih sehingga zat yang diinginkan akan larut. Ada beberapa
metode yang dilakukan untuk penyarian simplisia yaitu maserasi,
perkolasi, dan sokhletasi. Metode yang digunakan tergantung dari
wujud dan kandungan bahan yang akan disari. Pada penelitian ini
metode penyarian simplisia yang digunakan adalah metode
maserasi.
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif
akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara zat
aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan pekat terdesak
ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. Keuntungan
cara penyarian dengan metode maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah dilakukan
(Ansel, 1989).
dilakukan
yang
dengan
telah
cara
merendam
dihaluskan
dalam
bahan-bahan
pelarut
terpilih.
penyari
juga
dapat
penyarian
simplisia
Farmakope
Indonesia
menetapkan
gentamisin,
klortetrasiklin,
doksisiklin, minoksiklin.
e. Maklorida dan antibiotik yang berdekatan terdiri dari eritromisisn,
klindamisin, sinegistin
f. Rifampisin
g. Polipeptida siklik
h. Antibiotik polien
2. Berdasarkan mekanisme kerja
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dikelompokkan dalam lima
kelompok yaitu :
a. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghilangkan
kemampuan berkembang biak dan menimbulkan lisis. Contoh : Penisilin
dan sefalosporin
b. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas
sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa. Contoh :
Nistatin.
c. Menghambat sintesis protein sel bakteri. Contoh : tetrasiklin, kloramfenikol
dan eritromisin
d. Menghambat metabolism sel bakteri. Contoh : Sulfonamid
e. Menghambat sintesis asam nukleat. Contoh : Rifampisin dangolongan
kuinolon.
3. Berdasarkan Daya Kerja
Berdasarkan daya kerjanya, antibiotik dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri
b. Bakterisid, yaitu membunuh bakteri secara langsung
4. Berdasarkan spktrum kerja
Penentuan
kepekaan
mikroba
terhadap
suatu
antibiotika
atau
2.4.2
Metode dilusi
Metode ini menggunakan antibakteri yang turun secara bertahap, baik
dengan media cair atau padat kemudian media diinokulasi bakteri uji dan
dieramkan. Dasar pengamatannya adalah dengan melihat tumbuh atau tidaknya
bakteri.
1. Cara pengenceran tabung (Metode Kirby-Bauer)
Pada metode ini zat yang akan diuji kepekaan antibakterinya diencerkan
secar serial dengan pengenceran kelipatan dua dalam medium cair,
kemudian diinokulasikan dengan bakteri uji, inkubasi pada suhu 37C
selama 18-21 jm ( untuk bakteri) dan 1-2 minggu (untuk jamur). Aktivitas
antibakteri ditentukan sebagai konsentrasi terendah yang masih dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.
2. Cara penapisan lempeng
Pada metode ini zat yang akan diuji antibakterinya diencerkan secara
serial dengan pengenceran kelipatan dua dalam medium agar pada suhu 4050C, kemudian dituang dalam cawan petri. Setelah lempeng agar membeku
ditanam inokulum bakteri dan diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang
sesuai dengan pertumbuhan bakteri uji. Kadar hambat minimum zat
antibakteri yang diuji, ditentukan sebagai konsentrasi terendah yang masih
dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Turbiditas
Pada metode ini pengamatann aktivitas didasarkan atas kekeruhan yang
2.5.3
terjadi pada medium pembenihan. Pertumbuhan bakteri juga dapat ditentukan dari
perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah inkubasi, yang dilakukan dengan
mengukur serapannya secara spektrofotometer. Adanya pertumbuhan bakteri
ditandai
dengan
peningkatan
jumlah
sel
bakteri,
yang
mengakibatkan
m.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bakteri adalah makhluk
hidup bersel tunggal yang berukuran sangat kecil.
Ciri-ciri bakteri menurut (Bagod,2003) adalah :
1. Makhluk hidup uniseluler (bersel satu)
2. Tidak mempunyai klorofil
3. Dapat ditemukan dibeberapa lingkungan (tanah, debu, air, udara)
4. Sel bakteri berbentuk bulat dengan diameter sekitar 0,5 mikron
5. Bersifat prokariotik yaitu sel yang tidak memiliki dinding sel
2.6.1
Bentuk Bakteri
Secara umum bakteri mempunyai 4 (empat) macam bentuk, yaitu :
Bentuk Cocus (kokus) : bentuknya bulat seperti peluru, sehubungan dengan cara
pembelahannya dan susunan setelah pembelahannya dibagi dalam:
1. Diplococcus
Yaitu coccus yang membelah dirikesatu arah dan setelah pembelahannya
tetap berkumpul dua-dua.
2. Streptococcus
Yaitu coccus yang membelah
diri
kesatu
araah,
dimana
setelah
batang kemiri diketahui mengandung senyawa tannin. (Sarmoko, 2013) Tahap awal
yang dilakukan adalah pengambilan ekstrak kulit batang kemiri dengan metode
maserasi untuk mendapatkan senyawa tannin. Senyawa tersebut dapat diekstrasi
menggunakan metode maserasi. Setelah dilakukan ekstrasi, ekstrak harus diisolasi
untuk mendapatkan isolat. Tahap akhir yang akan dilakukan adalah pengujian
aktivitas antibakterinya untuk menangani Salmonella typhi
2.9 Hipotesis
1. Ekstrak tannin kulit batang kemiri dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
antibakteri
terhadap
Salmonella
typhi
dilakukan
di
Laboratorium
Hasil Ukur
Skala Ukur
Ukur
Variabel Bebas:
Pengunnan pelarut Visual
Hasil
partisi
campuran air dan ndengan
pelarut
butanol pada proses
campuran air dan
partisi
n-butanol (1:1)
Variabel Terikat:
Aktivitas
antibakteri
senyawa
kulit
kemiri
S.typhi
tanin
batang
terhadap
Kemampuan
Visual
Hambatan
zona
satuan (mm)
Nominal
dalam
disekitar
media
tumbuh
bakteri
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain kaca arloji, autoklaf, spatel logam, jangka
sorong, timbangan analitik, cawan petri, pipet tetes, pipet volume, mikropipet,
pembakar Bunsen, tabung reaksi, pinset, gelas ukur, beaker glass, Erlenmeyer,
kawat ose, incubator, penangas air, batang pengaduk, alumunium foil, kapas non
lemak, vial dan tutup, thermometer dan alat-alat lain yang ada di Laboratorium
3.5.2
Mikrobiologi.
Bahan
Bahan yang digunakan antara lain kulit batang kemiri,biakan murni bakteri
Salmonella typhi, larutan etanol 95%, air suling steril, kertas saring, tetrasiklin
hidroklorida (antibiotik pembanding), dan media NA (Nutrien Agar), alcohol
90%, NaCl Fisiologis, n-heksana, methanol.
Untuk penapisan fitokimia senyawa tannin digunakan larutan gelatin 1%,
larutan besi (III) klorida 1 %
3.6.5
3.6.6
3.6.7
disterilisasi
Pembuatan Suspensi Bakteri
1. Bakteri ditanam pada media pertumbuhan Nutrien Agar (Na) miring
2. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam
3. Bakteri yang akan diuji disuspensikan dengan cara menumbuhkan bakteri
dalam media cair NaCl fisiologis
3.6.8
3.6.9
DAFTAR RUJUKAN
Andriani,
Evi.
2010.
Tifus
Penyakit
yang
Menyakitkan,
(Online)
(http://eviandrianimosy.blogspot.com/2010/04/tifus-penyakit-yang
menyakitkan.html) Diakses 11 Juni 2015
Anonim. 2013. Khasiat dan Kandungan Kemiri, (Online).
https://minyakkemiriasli.wordpress.com./khasiat-dan-kandungan-kemiri.
Diakses 5 Juni 2015.
Anonim. 2014. Makalah Farmakognosi Tanin. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi.
Azidiwi, Irwan dkk. 2007. UJI AKTIVITAS EKSTRAK SAPONON FRAKSI n-BUTANOL DARI
KULIT BATANG KEMIRI (Aleurites moluccana WILLD) PADA LARVA NYAMUK
Aedes aegypti. Kalimantan selatan : Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan