TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
(Sunda), Gosau ma dungi (Ternate) (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010).
4
2.1.3. Ekologi Penyebaran
antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh liar di tempat terbuka,
pada tanah gembur yang mengandung pasir, di ladang, di tepi sungai dan di pantai
Habitus berupa semak semusim setinggi 30-100 cm. Batang berupa batang
masif, bulat, licin, tak berambut, berdiameter ±3 mm, berwarna hijau (Gambar 1).
Daun majemuk dan saling berseling. Anak daun berjumlah 15-24, berbentuk bulat
telur, ujung daun tumpul dan pangkalnya membulat. Panjang daun ±1,5 cm, lebar ±7
mm, bertepi rata, dan berwarna hijau (Gambar 2). Bunga berupa bunga tunggal,
terletak di dekat tangkai anak daun, menggantung, berwarna putih. Daun kelopak
berbentuk bintang. Benang sari dan putik tidak tampak jelas. Mahkota kecil dan
berwarna putih (Gambar 3). Buah bulat, pipih, berdiameter ±2 mm dan berwarna
hijau keunguan. Biji kecil, keras, berbentuk ginjal, dan berwarna coklat (Gambar 4).
Akar tunggang berwarna putih kotor (Gambar 5). (Badan POM RI, 2008)
5
Gambar 1. Batang Gambar 2. Daun
6
2.2.2 Bentuk Mikroskopik Meniran (Phyllantus niruri L.)
2.2.2.1 Daun
Epidermis atas terdiri atas 1 lapis sel dan agak menonjol keluar, epidermis
bawah lebih menonjol dari epidermis atas, pada penampang tangensial sel epidermis
atas dan bawah mempunyai dinding samping yang bergelombang ; Kutikula jelas dan
berbintik. Stomata tipe anisositik , terdapat pada kedua permukaan, pada pemukaan
bawah lebih banyak. Jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel berbentuk silindrik, tebal
jaringan hampir setengah tebal mesofil daun. Pada jaringan palisade dari varietas β
15 μm; pada jaringan palisade dari varietas γ javanicus terdapat hablur kalsium
oksalat berbentuk roset berukuran lebih kurang 20 μm. Jaringan bunga karang terdiri
dari beberapa lapis sel. Berkas pembuluh tipe kolateral, tulang daun didalam mesofil
disertai hablur kalsium oksalat berbentuk roset, umumnya berukuran lebih kecil dari
7
1. Kutikula
2. Epidermis atas
4. Jaringan palisade
6. Epidermis bawah
7. Stomata
8. Berkas pembuluh
9. Jaringan parenkim
2.2.2.2 Batang
Epidermis terdiri pada satu lapis sel dengan bentuk memanjang. Korteks terdiri
dari jaringan kolenkim dan parenkim yang berisi butir hijau daun atau berisi hablur
kalsium oksalat berbentuk roset besar ; kelompok serabut perisikel, berlignin, dan
tersusun radial. Jari-jari xylem terdiri dari 1 sampai 2 deret sel yang agak terentang
2.2.2.3 Buah
Kulit buah terdiri dari satu lapis sel epidermis, bentuk pipih dengan dinding
parenkim jernih, 2 lapis sel-sel kecil dengan dinding radial agak menebal, selapis sel
8
serupa jaringan palisade yang jernih dengan dinding tangensial dalam dan luar lebih
2.2.2.4 Biji
Di dalam kulit biji terdapat 1 lapis sklerenkim yang terdiri dari sel batu yang
berbentuk segi empat atau segi panjang, dinding luar dan dinding radial lebih tebal
dari dinding dalam, berlignin, lumen berbentuk segi tiga, saluran noktah bercabang-
2.2.2.5 Serbuk
atas dan bawah serta hablur kalsium oksalat berbentuk prisma atau berbentuk roset
yang berasal dari jaringan palisade atau parenkim di sekitar berkas pembuluh ;
fragmen mesofil ; fragmen kulit buah dengan dinding tangensial serupa serabut
kesehatan, 1978).
9
1. Epidermis atas dengan hablur kalsium oksalat berbentuk roset
3. Fragmen mesofil
4. Epidermis bawah
Meniran secara tunggal atau diramu bersama tumbuhan obat lainnya secara
kuning, infeksi saluran kencing, serta untuk merangsang keluar air seni (diurectum),
untuk penyembuhan diare, penyakit yang disebabkan karena gangguan fungsi ginjal,
Bagalkotker, at al 2006). Buahnya digunakan untuk local dan kudis. Akar segar
penambah nafsu makan dan obat antidemam (Gunawan dan Sudarsono, 1988).
10
histopatologi hepar mencit Balb-C yang diinfeksi salmonella typhimurium (Sunarno,
2007).
Wibowo, 2009).
Penelitian ini mencoba untuk dapat mengetahui IFN-g (interferon gamma) pada
pasien tuberculosis paru dengan BTA (+), semua pasien mendapatkan OAT (obat
dan sesudah terapi 2 bulan pada penderita TB paru secara bermakna dapat
kemampuan meningkatkan kadar Hb dalam darah. Hal ini dapat dibuktikan dengan
setelah mengonsumsi infus herba meniran dalam waktu 2 bulan, ternyata terbukti
dapat meningkatkan kadar Hb dalam darah seseorang yang sedang mengalami kadar
11
2.3.4 Uji Toksikologi
Nilai LD50 (lethal dose) pada meniran adalah sebesar 2.129 lebih kurang 0,6
mg/kg bobot badan, nilai ini termasuk golongan tidak beracun bagi manusia
sehingga aman untuk dikonsumsi. Nilai LD50 (lethal dose) merupakan suatu dosis
tunggal dari suatu zat yang dapat menyebabkan kematian jika melebihi nilai yang
yang sudah memiliki bukti keamanan (LD50) dan manfaatnya terbukti secara
empiris.
3) Obat tradisional tidak boleh digunakan sebagai obat mata, intravaginal, dan
12
6) Alat merebus simplisia tidak boleh menggunakan logam, kecuali stainless
steel. Alat merebus simplisia sebaiknya terbuat dari kaca, keramik, atau
porselen.
8) Simplisia yang digunakan harus dicuci bersih sebelum diproses lebih lanjut.
10) Penyimpanan simplisia pada tempat yang kering, sejuk (8-150 0C) dan dalam
11) Saringan yang digunakan terbuat dari bahan plastik/nilon, stainless steel, atau
kassa.
12) Bahan yang digunakan dalam formularium ini, bila tidak dinyatakan lain,
13) Bila keluhan belum teratasi atau muncul keluhan lain dalam penggunaan,
13
memiliki pengetahuan pengobatan tradisional atau tenaga komplementer yang
14) Penggunaan ramuan obat tradisional di dalam FROTI yang bersamaan dengan
dokter.
2.5.1 Karbohidrat
Karbohidrat atau gula merupakan senyawa polihidroksi alifatik, bersifat optik aktif,
tidak berwarna, mudah mengalami isomerasi (baik secara enzimatis atau reaksi lain),
dan biasanya larut dalam air. Sebagaian besar kabohidrat dalam tumbuhan terdapat
dalam bentuk glikosida yang terikat dengan berbagai aglikon. Karbohidrat dapat
diidentifikasi dengan : larutan fehling, reaksi molish (sering disebut juga pereaksi
naftol), pembentukan osazon, tes resorsinol (untuk keton), tes furfural (untuk
pentosa), tes keller-killiani (untuk gula deoksi), reaksi anisaldehida, dan reaksi
2.5.2 Tanin
tumbuhan, dan pada beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu seperti
kulit batang, dan jaringan lain, yaitu daun dan buah. Tanin berbentuk amorf yang
14
mengakibatkan terjadinya koloid dalam air, memiliki rasa sepat, dengan protein
tanin dapat dilakukan dengan reaksi warna, larutan tanin akan mengendap dengan
2.5.3 Flavonoid
C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C, biasanya
dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik. Umumnya flavonoid
ini lebih mudah larut dalam pelarut polar. Identifikasi senyawa flavonoid dapat
dilakukan dengan reaksi warna menggunakan uji Shinoda, penambahan larutan besi
2.5.4 Alkaloid
(N) biasanya pada cincin heterosiklis dan bersifat basa. Senyawa alkaloid kebanyakan
berbentuk padatan dan berwarna putih, tetapi ada yang berupa cairan. Alkaloid dalam
yang terdapat dalam tumbuhan, dan bersifat larut dalam pelarut polar. Identifikasi
15
Pereaksi yang sering digunakan adalah pereaksi Dragendorff (larutan
2.5.5 Antrakuinon
kromofor. Golongan antrakuinon memiliki warna yang beragam mulai dari kuning
dilakukan dengan reaksi warna seperti senyawa kuinon ditambah dengan natrium
borohidrida, warna akan hilang, dan jika dibiarkan di udara, warna akan timbul
2.5.6 Terpenoid
secara biosintesis, yaitu berasal dari senyawa isoprene (C 5H8). Umumya senyawa
nonpolar, sedangkan dalam bentuk glikosida kelarutannya lebih besar dalam pelarut
memiliki sifat mudah menguap, bau yang spesifik pada banyak tumbuhan, rasa yang
getir, kadang-kadang berasa tajam dan hangat. Dalam keadaan murni, minyak atsiri
diteteskan pada kertas tidak menimbulkan noda sehingga sering disebut dengan
minyak terbang (volatile oil) atau essential oil, indeks bias minyak atsiri umumnya
16
tinggi, bersifat optis aktif, tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan (misalnya udara
dan sinar matahari), tidak dapat disabunkan dan larut dalam pelarut organik.
2.5.8 Saponin
Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau
molekul gula yang terikat dengan aglikon triterpen atau steroid. Saponin larut dalam
air, tidak larut dalam eter dan jika dihidrolisis akan menghasilkan aglikon.
2.5.9 Steroid
siklopentana perhidrofenstren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin
siklopentana. Sebagian besar dari steroid mengandung gugus fungsi oksigen (O atau
OH) pada C3, mengandung gugus samping pada C17 dan banyak yang mengandung
ikatan rangkap C4-C5 atau C5-C6. Identifikasi steroid dapat dilakukan dengan cara
reaksi warna yaitu melihat lapisan kloroform yang diperoleh pada plat tetes lalu
dikeringkan. Dan dilihat dari terbentuknya warna biru pada dinding plat tetes
(Hanani, 2017).
17
2.6 Analisi Kuantitatif Meniran
2.6.1 Karbohidrat
Dalam satu ekstrak tumbuhan terdapat berbagai jenis karbohidrat, baik dalam
bentuk bebas ataupun terikat sebagai glikosida yang harus dilakukan hidrolisis
a. Spektrofotometer
sesuai ; untuk glukosa pada 397 nm dan ramnosa pada 375 nm.
pada identifikasi.
fase diam, kemudian dielusi dengan campuran asetonitril air dalam berbagai
(Hanani, 2015)
18
2.6.2 Alkaloid
(meskipun cara ini sudah jarang gunakan), titrimetri, spektrometri, dan kromatografi
cair kinerja tinggi. Alkaloid yang bersifat basa cukup kuat dapat ditentukan dengan
titrasi asam basa, sedangkan yang bersifat basa lemah lebih baik ditentukan secara
2.6.3 Fenol
pereaksi Folin Ciocalteu yang menghasilkan kadar fenol total. Sebagai pembanding
dapat digunakan asam galat sehingga kadar fenol total dinyatakan setara dengan asam
galat. Absorbs diukur pada panjang gelombang 760 nm. Metode lain dapat dilakukan
yang memiliki absorbs maksimum pada panjang gelombang 505 nm (Hanani, 2015)
2.6.4 Tanin
Pada analisi kuantitatif harus diperhatikan adanya senyawa fenol lain yang
dapat mengganggu penetapan kadar tannin. Cara titrimetri dapat digunakan untuk
menentukan kadar tannin total dalam simplisia, serta cara lain dengan menggunakan
spektrofotometer. Ekstrak dilakukan dengan methanol, etanol , air atau campuran dari
keduanya. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai cara penetapan kadar tanin :
19
a. Kadar setara asam tanat
b. Kadar elagitanin
Ekstrak air tanin 10 ml dimasukan dalam labu ukur 100 ml, lalu volume di
vanillin dalam asam, 95% etanol, dan 1 ml asam klorida pekat, lalu
20
95% hingga tanda batas. Serapan diukur pada panjang gelombang 530 nm,
Penetapan kadar ini dibuat dengan berbagai konsentrasi dari ekstrak yang
Na2CO3 jenuh. Biarkan reaksi berlangsung selama 25-30 menit dan serapan
diukur pada panjang gelombang 660 nm. Larutan asam tanat (asam galat)
f. Gravimetri
Kadar tanin diketahui dengan menghitung bobot filtrat sebelum dan sesudah
g. Titrimetri
Penentuan kadar tanin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana,
yaitu cara titrasi terhadap sari air tanin menggunakan larutan KMnO4 dan
21
2.6.5 Flavonoid
pereaksi larutan aluminium klorida. Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditimbang seksama 200 mg atau ekstrak yang setara dengan 200 mg
serbuk simplisia, lalu dimasukkan kedalam labu alas bulat. Sebanyak 1 ml larutan
ditambahkan, kemudian direfluks selama 30 menit, lalu saring dan filtrat dicampur
dalam labu ukur. Volume dicukupkan dengan aseton hingga tanda batas. Sebanyak 20
ml larutan dipipet dan dimasukkan kedalam corong pisah, ditambah 20 ml air dan di
dimasukkan dalam labu ukur 50 ml, lalu dicelupkan hingga tanda batas dengan etil
asetat P. larutan diebut sebagai larutan uji, dan buat larutan uji dengan larutan
Kadar minyak atsiri dalam suatu simplisia ditetapkan dengan menggunakan alat
destilasi yang memang diperuntukkan sebagai alat penetapan kadar minyak atrsiri,
terdiri dari labu bulat, kolom pendingin dan buret. Simplisia (yang diperkirakan
mengandung 0,3 ml minyak atsiri) ditempatkan dalam labu bulat yang diisi dengan
larutan penyuling hingga sekitar setengah bagian labu. Bagian buret sisi penuh
dengan air, dan penyulingan dilakukan pada suhu hingga 250 0C. Setelah penyulingan
22
selesai, alat dibiarkan dingin (sekitar 15 menit) dan volume minyak atsiri dapat
dibaca pada buret. Modifikasi dapat dilakukan dengan mengisi bagian buret dengan
0,2 ml xilen P. volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang
dibaca dengan volume xilen. Kadar minyak atsiri yang diperoleh dinyatakan dalam %
2.6.7. Saponin
95% hingga penyaringan sempurna. Semua filtrat dimasukkan kedalam labu ukur 50
ml, kertas saring dibilas dengan etanol 95%. Larutan dipipet 2 ml dimasukkan
kedalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan etanol 95% hingga tanda batas. Larutan
ditotolkan pada lempeng KLT. Larutan standar abrusosida dibuat dengan 4 macam
konsentrasi berbeda, ditotolkan pada lempeng KLT, kemudian dielusi dengan fase
pada panjang gelombang 318 nm. Luas area yang diperoleh pada pengukuran larutan
uji dibandingkan dengan kurva baku standar sehingga diperoleh kadar abrusosida
2.6.8 Terpenoid
cara membuat larutan uji dari ekstrak dan blanko. Lalu diukur absorbannya pada
23
maksimum dapat dilakukan dengan mengetahui pembuatan spektrum serapan.
2.6.9 Steroid
membuat larutan uji dari ekstrak dan larutan blanko. Lalu diukur absorbannya pada
24