NAMA KELOMPOK : 4B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul LAPORAN FORMULASI
DAN UJI EFEKTIFITAS SEDIAAN GEL EKSTRA MINYAK ATSIRI KULIT BUAH
JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) SEBAGAI ANTISEPTIK TANGAN ini
dapat kami selesaikan. Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk memenuhi
tugas.
Dengan membuat tugas ini, kami diharapkan mampu untuk membuat produk
kesehatan yang terbuat dari bahan alam. Dalam kesempatan ini, saya menghaturkan
terima kasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan
ide dan pikiran demi terwujudnya makalah ini. Akhir kata saran dan kritik pembaca
yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini sangat kami hargai.
Hormat kami,
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keanekaragaman tumbuhan di alam Indonesia mendorong masyarakat
lebih memilih memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisinal
dibandingkan obat sintetik. Salah satu pemanfaatannya adalah digunakan
sebagai antiseptik. Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di
permukaan tubuh (Retno, 2005). Tangan memiliki struktur permukaan yang
kompleks sehingga merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai antiseptik
alami adalah buah jeruk nipis. Buah jeruk nipis mengandung unsur-unsur
senyawa kimia yang bermanfaat, misalnya senyawa saponin, flavonoid
(hesperidin, tangeridin), nerol, asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin),
minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, geranilasetat), damar, glikosida, asat sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin B
dan C (Del Leo dan Del Bosco, 2005). Salah satu unsur dari jeruk nipis adalah
minyak atsiri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Limonen
merupakan senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri. Kandungan nerol di
dalam jeruk nipis juga mempunyai efek sinergis yang dapat menguatkan
aktivitas antibakteri dari jeruk nipis (Borgou et al., 2012).
Pada penelitian terdahulu, telah dibuktikan adanya efek daya hambat
minyak atsiri kulit buah jeruk nipis terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 10% hingga 80% sedangkan untuk
Escherichia coli pada konsentrasi 40% hingga 80% (Akbarini, 1995). Pada
percobaan ini, dilakukan untuk membuat formulasi gel antiseptik dari minyak
atsiri dari kulit buah jeruk nipis yang diambil dengan cara destilasi uap air.
Pemilihan bentuk sediaan perlu mempertimbangkan berbagai hal antara
lain kepraktisan dan kemudahan maupun efektivitas bentuk sediaan. Dari segi
aseptabilitas, bentuk sediaan gel lebih menarik karena warna yang transparan
atau bening dan lebih mudah dituang. Dibandingkan sediaan krim, gel lebih
terkesan tidak berminyak, tidak lengket dan mudah dicuci dengan air (Ansel,
1999) sehingga lebih disukai oleh pengguna. Sediaan gel banyak dipilih antara
lain lebih mudah digunakan, memberikan rasa dingin saat digunakan dan lebih
mudah tersebar pada kulit pada saat digunakan karena pelepasan yang baik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Tentang Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia Swingle)
2.1.1 Klasifikasi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
Dalam sistematika tumbuhan (taksotomi), jeruk nipis termasuk dalam :
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
Familia
Genus
Species
: Rutales
: Rutaceae
: Citrus
: Citrus aurantifolia Swingle (Rukmana, 1996)
buah ini tidak pecah bila masak, disebut buah sejati karena buah ini terjadi dari satu
bunga dengan satu bakal buah saja. Buah jeruk dikenal sebagai suatu variasi dari
buah buni. Dinding buahnya mempunyai lapisan kulit luar yang tipis, sedangkan
lapisan dalam tebal, lunak dan berair. Biji terdapat dalam bagian yang lunak. Kulit
buah jeruk nipis mempunyai tiga lapisan, yaitu :
1). Lapisan luar yang kaku menjangat dan mengandung banyak kelenjar minyak
atsiri. Mula-mula berwarna hijau, tapi setelah buah masak warnanya
berubah menjadi kuning atau jingga. Lapisan kulit buah jeruk ini disebut
flavedo.
2). Lapisan tengah bersifat seperti spon, terdiri atas jaringan bunga karang yang
biasanya berwarna putih. Lapisan ini disebut albedo.
3). Lapisan lebih dalam bentuknya bersekat-sekat, sehingga terbentuk beberapa
ruangan. Dalam ruangan terdapat gelembung-gelembung yang berair, dan
biji-bijinya terdapat diantara gelembung-gelembung tersebut (Sarwono,
1995).
2.1.4
dikenal dengan nama Citrus limonia Osheck, Citrus limonellus Miq, Citrus medica
Linn, Citrus acida Roxb, Citrus aurantium L, Citrus javanica Blume Ccitus
notissima Blanco (Dalmartha, 2000).
Jeruk nipis (Mursito, 2000), juga dikenal dengan nama lain berdasarkan
daerah asal yang terdapat di Indonesia, yaitu: Sumatera: kelangsa (Aceh). Jawa:
jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa). Nusa Tenggara: jeruk alit, kaputungan,
lemo (Bali), dongaceta (Bima), mudutelong (Flores), jeru (Sawu), mudakenelo
(Solor), delomakii (Roti). Kalimantan: lemau nepis. Sulawesi: lemo ape, lemo
kapasa (Bugis), lemo kadasa (Makasar). Maluku: punhat em nepi (Buru), ahusi
hinsi, aupsifis (Seram), inta, lemonepis, ausinepis, usinepese (Ambon), wanabeudu
(Halmahera) (Dalimartha, 2002).
Di Inggris jeruk nipis dikenal dengan nama Lime, di Spanyol dengan nama
Lima, di Arab dikenal dengan nama Limah (Muhlisah, 2000).
2.1.5
Kandungan
Kulit buah jeruk nipis (segar) mengandung sekitar 1,25% minyak atsiri
pH Sediaan
Penentuan pH sediaan gel dilakukan dengan menggunakan pH meter yaitu pH
indicator strips. Kertas pH meter dicelupkan secara langsung ke dalam sediaan gel.
Kemudian dilihat perubahan warna pada kertas pH meter. Warna pada kertas pH yang
sama dengan pH meter menunjukkan nilai pH sediaan.
1.5.3 Daya Sebar
Pada uji daya sebar dikakukan dengan meletakkan sediaan gel sebanyak 0,5
gram pada kaca transparan ang beralaskan kertas grafik, sediaan dibiarkan melebar
pada diameter tertentu, kemudian ditutup dengan plastik transparan dan diberi beban
tertentu (1, 3, 5, 7 gram) selama 15 detik. Pertambahan diameter diukur setelah
diberikan beban ( Voigt, 1994).
1.5.4 Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 1 gram sediaan gel di atas gelas
objek yang telah diketahui luasnya. Gelas objek kedua diletakkan diatas sediaan gel
sebagai penutup, kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Beban seberat
80 gram dilepaskan dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek terlepas.
1.5.5 Uji Stabilitas Fisika Sediaan Selama Penyimpanan
Sediaan yang diuji dibiarkan selama 2 minggu pada suhu kamar. Pada setiap
harinya dilakukan pengujian yang meliputi homogenitas, organoleptis dan juga uji
stabilitas terhadap pendinginan. Pemeriksaan sediaan terhadap stabilitas pendinginan
dilakukan dengan cara sediaan disimpan dalam wadah yang sesuai lalu disimpan
dalam lemari es dengan suhu 0-4C, dibiarkan selama 24 jam dan dikeluarkan.
Setelah itu diamati apakah terjadi perubahan fisik pada sediaan. (Lachman et al, 1994)
1.6 Kajian Tentang Pemerian Bahan
1.6.1 Hidroksipropil metilselulosa (HPMC)
Hidroksipropil metilselulosa adalah eter propilen glikol dari metilselulosa,
mengembang dalam air menjadi koloid kental bening sampai buram, tidak berbau
(Depkes RI, 1997). Koloid tersebut stabil pada pH 3-11 dengan titik gel pada suhu 5090C, tergantung pada tingkat konsentrasi bahan yang digunakan. Larut dalam air
dingin dan polietilen glikol namun tidak larut dalam alkohol (Ofner dan KlechGelotte, 2007). Jika digunakan sebagai basis gel aqueous, maka akan mudah rusak
karena ditumbuhi mikroba, sehingga dibutuhkan bahan tambahan yaitu antimikroba
(Wade dan Weller, 1994).
1.6.2 Metil paraben
Metil paraben memiliki aktivitas antibakteri pada formula farmasetika dan akan
lebih efektif bla penggunaannya dikombinasikan engan antibakteri lain seperti
propilen glikol (Wade dan Waller, 1999). Dalam konsetik, metil paraben lebih banyak
digunakan sebagai pengawet antibakteri (Johnson dan Steer, 2006).
1.6.3 Propil paraben
Propil praben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau, dan tidak berasa
serta berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi propil paraben yang digunakan pada
sediaan topikal adalh 0,01-0,6%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada
rentang
pH
4-8,
peningkatan
pH
dapat
menyebbkn
penurunan
aktivitas
antimikrobanya. Propil paraben sangat larut di dalam aseton, 1 bagian dalam etanol,
larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dlam air. Larutan propil paraben
dalam air dengan pH 3-6, tabil dalam penyimpanan selama 4 tahun pada suhu kamar,
sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis. Propil paraben inkompatibel
dengan surfaktan nonionik, plastik, magnesium silikat, magnesium trisilikat, dan
pewarna ultramarine blue dapat mengabsorbsi propil paraben sehingga mengurangi
efek antimikrobanya. Propil paraben akan berubah warna apabila terjadi kontak denga
besi dan hidrolisis terjadi apabila ada basa lemah dan asam kuat ( Rowe, 2009).
1.6.4 Gliserin
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian FORMULASI DAN
UJI
EFEKTIFITAS
SEDIAAN
GEL
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian pembuatan sediaan hand sanitizer dari minyak atsiri kulit buah
jeruk nipis, dilakukan dengan proses esktraksi untuk mendapatkan minyak atsiri
dari kulit buah jeruk nipis. Proses ekstraksi tersebut dilakukan dengan
menggunakan metode penyulingan uap air dengan bahan pelarut air. Dari
penyulingan ini, didapatkan minyaka atsiri sebesar mL. Pada formulasi pebuatan
sediaan hand sanitiser digunakan basis HPMC (Hidroksipropil Metil Selulosa).
Pemilihan basis ini, dilakukan karena basis ini menghasilkan warna gel yang lebih
baik dengan konsistensi yang stabil.
Uji organoleptik adalah cara menilai mutu suatu produk dengan menggunakan
kepekaan alat indera manusia. Semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri yang
ditambahkan ke dalam gel, bentuk gel akan semakin encer, warna akan semakin
menguning dan aroma khas buah jeruk nipis akan semakin jelas.
Pada uji pH, dilakukan menggunakan alat berupa indicator strips, uji ini
dilakukan selama 2 minggu dengan pengujian 3 hari sekali. Dari uji ini didapatkan
hasil yang dijelaskan dalam grafik berikut
UJI pH
7.2
7
6.8
6.6
nilai pH
UJI pH
6.4
6.2
6
5.8
5.6
5.4
1
12
15
konsistensi sediaan gel hand sanitizer diketahui dengan perbedaan hasil pengujian
yang tidak signifikan. Berikut tabel hasil uji daya lekat sediaan gel hand sanitizer
Uji daya lekat sediaan
Replikasi
Waktu (detik)
1
2
3
4
5
Tabel 2. Uji daya sebar sediaan gel hand sanitizer
Pada uji stabilias sediaan gel, dilakukan dengan melakukan penyimpanan pada
suhu ruang (28C) dan suhu lemari es (2-8C) selama 14 hari. Pengujian ini,
meliputi stabilitas fisik gel terhadap penyimpanan, dengan pengamatan perubahan
berupa ada tidaknya pemisahan gel, perubahan warna, pertumbuhan jamur dan
kekeruhan. Berikut ini, tabel hasil uji stabilitas fisik sediaan gel hand sanitizer:
Pemisahan gel
Ada/tidak
jamur
-
kekeruhan
Perubahan
warna
-
1
2
10
11
12
13
14
Keterangan : tanda (-) : tidak ada perubahan, tanda (+) terjadi perubahan
Pemisahan gel
Ada/tidak
jamur
-
kekeruhan
Perubahan
warna
-
1
2
10
11
12
13
14
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, minyak atiri dari kulit buah
jeruk nipis setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan gel hand sanitizer
memiliki stabilitas yang cukup baik, sedangkan basis gel HPMC mempunyai
viskositas yang stabil.
4.2. Usul dan Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan konsentrasi yang berbeda, sehingga
didapatkan data yang lebih akurat tentang efektivias dan kemampuan sediaan
gel hand sanitizer dari kulit buah jeruk nipis, perlu dilakukan uji mikrobiologis
dari sediaan gel, sehingga diketaui efektivitasnya terhadap membunuh bakteri,
dan perlu adanya perbaikan formulasi dan metode dalam pembuatan sediaan
gel sehingga didapatkan sediaan gel yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Borgou, S, Rahali, F.Z, Ourghemmi, I & Tounsi, M.S., 2012, Changes of Peel Essential
Oil Composition of Four Tunisian Citrus during Fruit Maturation, The Scientific World
Journal, 10(1), 1100-1110.
Chao,S., Yung, G., Ober, C & Nakaoka, K., 2008, Ihibition of Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) by Essential Oils, Flavour and Fragrance Journal,
23(10), 444-449.
Dyer, D.L., Gerenraich, K.B., & Wadhams, P.S., 1998, Testing a New Alcohol Free
Hand Sanitizer to Combat Infection, AORN Journal, 68(2), 239-251.
Guenther, E., 1990, Minyak Arsiri, Jilid IIIA, diterjemahkan oleh Ketaren, S., 104,
Jakarta, Universitas Indonesia Press.
Hernandes, S.E.D., Mello, A.C., Anna.J.J.S., Soares, V.S., Cassiolato, V., Garcia, L.B,
et al., 2004, The Effectiveness of Alcohol Gel and Other Hand-Cleansing Agents
Againts Important Nosocomial Pathogens, Brazilian Journal of Microbiology, 35(1),3339.
Sari, R. & Isadiartuti, D., 006, Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak
Daun Sirih (Piper betle Linn), Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 163-169.
Suardi, M., Armenia & Anita, M., 2008, Formulasi dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat
Benzoil Peoksida-HPMC, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Udayana.