Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Shampoo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan
sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau.  Dan merupakan
produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu,
serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut. Shampoo adalah suatu zat yang
terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan sebagainya yang
berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada rambut seperti sebum,
keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata. 
Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus
yang dapat meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta
dapat memperbaiki struktur rambut secara keseluruhan.
Preparat shampoo harus meninggalkan kesan harum pada rambut, lembut
dan mudah diatur, memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang
baik) harga yang murah dan terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus:
1. Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan
2. Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak
dari kulit kepala
3. Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
4. Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika
kontak dengan mata
5. Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa
6. Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala
7. Memiliki performa yang baik.
Jeruk nipis adalah salah satu buah yang dipercaya bisa menghilangkan
keberadaan ketombe. Tanaman ini diduga berasal dari daerah India sebelah utara.
Begitu pula masyarakat di Amerika Serikat. Mereka mulai mengenal manfaat
jeruk nipis sejak zaman Indian kuno. Ohio State Biotechnology Centre di kota

1
Columbus, Ohio, Amerika Serikat, dan nyaman terutama bagi kepala berketombe
yang kerap

2
2

dihinggapi rasa gatal. Buah yang kaya dengan kandungan vitamin C ini juga bisa
membuat rambut tampak sehat dan cantik berkilau. Buahnya mengandung banyak
air dan vitamin C yang cukup tinggi. Daun, buah, dan bunganya mengandung
minyak terbang. Biasanya jeruk nipis tumbuh dengan baik di daerah dataran
rendah yang banyak terkena sinar matahari. Jeruk nipis mengandung asam sitrat,
asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon
kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linalilasetat, aktilaldehid, nildehid) damar,
glikosida, asam sitrun, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1dan C. Secara
empiris, jeruk nipis digunakan untuk menghilangkan ketombe dengan cara
menggosok kulit kepala dengan buah jeruk nipis secara merata. Namun dengan
cara seperti ini, dapat menimbulkan efek samping seperti rasa perih dikulit kepala
hingga dapat menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian
tentang pembuatan sediaan farmaseutik yaitu formulasi shampo cair transparan
dari sari buah jeruk nipis (Citrus aurantfolia S.) demi kenyamanan pemakaian
konsumen untuk menghilangkan ketombe.Konsentrasi buah jeruk nipis yang
digunakan untuk menghilangkan minyak pada kulit kepala sebesar 1 %
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah sari buah jeruk nipis dapat dijadikan sediaan shampo cair
transparan?
2. Berapakah konsentrasi karbopol yang baik untuk sediaan shampo cair
transparan?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahuai sari buah jeruk nipis dapat dijadikan sediaan shampoo
cair transparan
2. Untuk mengetahui konsentrasi karbopol yang baik untuk sediaan shampoo
cair transparan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Jeruk Nipis


2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
Klasifikasi jeruk nipis menurut (Sarwono, 2001) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia Swingle

Gambar 2.1 Tanaman Jeruk nipis (Sarwono, 2011)


2.1.2 Morfologi Tanaman Jeruk Nipis
Morfologi tanaman dan buah jeruk nipis dari (Rukmana 1996 dan Steenis
dkk; 2006) adalah sebagai berikut:
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) termasuk salah satu jenis citrus
geruk. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Jeruk nipis termasuk jenis
tumbuhan perdu yang memiliki dahan dan ranting. Batang pohonnya berkayu ulet
dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya
majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi
beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Tulang
daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hiaju dan lebar 5-25 mm (Rukmana,
1996).

3
4

Buah jeruk nipis diameternya berukuran 1,5-2,5 cm, daun mahkotanya


berwarna putih kuning. Kelopak berjumlah 4-5, bersatu atau lepas. Mahkotanya
berjumlah 4-5, berdaun lepas-lepas. Benang sari 4-5 atau 8-10, kepala ruang sari
beruang. Tonjolan dasar bunga beringgit atau berlekuk. Bunga beraturan,
berkelamin 2, bentuk aak payung, tandan atau malai (Steenis dkk, 2006).
Tanaman jeruk nipis pada umur 2,5 tahun sudah mulai berbuah. Buahnya
berbentuk bulat sebesar bola pingpong dengan diamter 3,5-5 cm. Kulitnya
berwarna hijau atau kekuning-kuningan dengan tebal 0,2-0,5 cm. Daging buahnya
berwarna kuning kehijauan (Rukmana, 1996 dan Steenis dkk., 2006).
2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman Jeruk Nipis
Jeruk nipis juga mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang
bermanfaat, seperti asam sitrat, asam amino (triftopan, lisin), minyak atsiri (sitral,
limonen, flandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-asetat, linali-asetat, aktiladehid,
nonildehid), damar, glikosida, asam situn, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang,
vitamin B1 dan C (Alicce, 2010).
2.1.4 Kegunaan Tanaman Jeruk Nipis
Bauh jeruk nipis selain kaya vitamin dan mineral juga mengandung zat
bioflavonoid yang berguan untuk mencegah terjadinya pendarahan pada
pembuluh nadi, kemunduran metal dan fisik, serta mengurangi luka memar.
Disamping itu sari buah jeruk nipis mengandung asam sitrat 7% dan minyak atsiri
“limone” (Rukmana, 1996).
Manfaat lain jeruk nipis adalah sebagai obat tradisional seperti obat batuk,
penghilang rasa lelah, panas dalam, anti mabuk dan lain sebagainya. Jeruk nipis
juga berguna untuk miuman seperti juice, sirup, perawatan kecantikan dan
penyedap bumbu masakan (Yusmeiarti dkk., 1998).
2.2 Uraian Kulit

Gambar 2.2 Struktur Kulit (Anief, 1993)


5

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki


fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
permukaan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel
yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai perasa dan peraba, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin
yang besar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg
jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan
utama, yaitu:
1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam
menjadi 5 lapisan, yakni:
1. Lapisan tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas.
2. Lapisan jernih (Stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier”.
3. Lapisan berbutir-butir (Stratum granulosum).
4. Lapisan malphigi (Stratum spinosum) yang selnya seperti berduri.
5. Lapisan basal (Sratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu
lapisan sel-sel basal.
2.3 Definisi Shampoo
Harry (3) mendefinisikan shampoo sebagai “sediaan dari surfaktan”
(bahan aktif permukaan) dalam bentuk yang sesuai-cair, padat, atau serbuk,
dimana jika digunakan dibawah kondisi khusus dapat menghilangkan lemak,
kotoran, dan kulit terkelupas pada permukaan dari rambut dan kulit kepala tanpa
menimbulkan efek merupakan bagi rambut, kulit kepala atau kesehatan dari yang
menggunakan.
Menurut Balasam II:75 fungsi utama dari shampoo adalah membersihkan
rambut dan kulit kepala, kotoran rambut termasuk sekresi alami dari kulit, kulit
kepala yang terkelupas, penumpukan kotoran dari lingkungan dan sisa dari produk
6

perawatan rambut yang digunakan oleh konsumen. Setelah aksi pembersihan


sempurna dapat memberikan kepuasan bagi pemakai. Shampoo akan
menghasilkan rambut yang lembut, berkilau, dan mudah diatur. Formulasi dari
shampoo dapat pula berupa campuran yang ditekankan untuk beberapa
kemampuan khusus seperti meminimalkan rasa perih pada mata, mengontrol
ketombe atau memberikan keharuman yang menarik untuk bau wangi yang dapat
diterima.
Tipe-tipe shampoo menurut (Balsam II : 75) :
1. Shampo cair jernih (Jellineck : 247)
Produk ini pada dasarnya mengandung larutan berair dari deterjen, yang
memiliki konsentrasi surfaktan bervariasi antara 10% dan 30%. Selain dari
persyaratan umum yang harus ditemui pada semua shampoo; dua atau lebih
ditambahkan disini.
Sediaan harus memiliki konsistensinya yang sesuai. Jika sediaan terlalu
mudah mengalir dari kulit kepala menuju ke wajah dan turun ke leher. Jika
sediaannya terlalu kental, sediaan itu sangat lambat (susah dituang dari botol) dan
tidak akan mudah tercampur dengan air pada rambut sehigga sediaan tersebut
kehilangan keefektifan penuhnya. Sediaan harus tetap jernih pada kondisi
penyimpanan normal. Titik kabutnya harus berada dibawah 5ºC.
2. Shampo krim
Shampo krim dipertimbangkan, sebuah kesalahan estetika yang serius jika
cairan shampoo emulsi mengkabut setelah penyimpanan jangka panjang atau
pendinginan yang kuat. Ahli kimia kosmetika membatasi formula ini dengan
persyaratan sisa produk jelas dibawah keadaan sekitar yang normal. Beberapa
deterjen dapat ditambahkan hanya dalam konsentrasi yang terbatas, sebagai
contoh: beberapa kelas dari lemak alkohol sulfat dengan kandungan tinggi garam
sulfat (yang mana kristalisasi pada temperatur rendah). Pengabutan dapat lebih
kuat dicegah dengan penambahan lemak lebih dari 5%.
3. Sabun shampo
Shampo sabun cair yang biasa adalah larutan berair garam kalium dari
minyak kelapa mudah larut dan dikembangkan cukup berbusa yang berhubungan
dengan asam laurat yang dikandung cukup besar oleh minyak. Minyak kelapa
7

dapat keseluruhan atau sebagian digantikan oleh minyak palm yang juga tinggi
kadar asam lauratnya tetapi mengandung sedikit asam kaprilat dan asam kaproat.
Penambahan minyak zaitun (mengandung kebanyakan rioleine) memberi tekstur
yang halus, busa lebih stabil dan aksi meredakan iritasi kulit dari sabun minyak
kelapa.
2.4 Maserasi
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah
maseration  berasal dari bahasa latin macere, yang artinya merendam. Jadi
maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana simplisia yang sudah halus
dapat memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan
melunakan susunansel, sehingga zat-zat yang mudahlarutakan terlarut (ansel,
1989).
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstraksi dilakukan biasanya setelah bahan
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu .
Penarikan zat aktif dari bahan asal (simplisia) dilakukan dengan pelarut
yang sesuai. Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau
memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan. Zat
aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes RI, 1985).
2.6 Studi Pra Formulasi
2.6.1 Gliserin (FI IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6
hal 283)
Rumus Molekul C3H8O3
Berat Molekul 92,09
Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak
berwarna; rasa manis; hanya boleh
berbau khas lemah (tajam atau tidak
enak). Higroskopis, netral terhadap
lakmus.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan
dengan etanol; tidak larut dalam
8

kloroform, dalam eter, dalam minyak


lemak, dan dalam minyak menguap.
Titik Beku 1,60 C
Khasiat Pelarut
Konsentrasi <50%
BJ Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3
pada suhu 250 C
OTT Gliserin bisa meledak jika bercampur
dengan oksidator kuat seperti kromium
trioksida, potasium klorat atau
potasium permanganat. Adanya
kontaminan besi bisa menggelapkan
warna dari campuran yang terdiri dari
fenol, salisilat dan tanin. Gliserin
membentuk kompleks asam borat,
asam gliseroborat yang merupakan
asam yang lebih kuat dari asam borat.
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Dapat
terurai dengan pemanasan yang bisa
menghasilkan akrolein yang beracun.
Campuran gliserin dengan air, etanol 95
% dan propilena glikol secara kimiawi
stabil. Gliserin bisa mengkristal jika
disimpan pada suhu rendah yang perlu
dihangatkan sampai suhu 200 C untuk
mencairkannya.
Penyimpanan Wadah tertutup rapat.

2.6.2 Propilenglikol (Farmakope Indonesia IV hal.712, HOPE edisi 6 hal.592)


Rumus Molekul CH3CH(OH)CH2OH
Berat Molekul 76, 09
Pemerian Cairan kental, jernih,tidak berwarna
,rasa khas, praktis tidak
berbau,     menyerap air pada udara
lembab.
9

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan


aseton dan dengan kloroform, larut
dalam eter dan beberapa minyak
essensial tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.
BJ 1,038 g/cm3.
OTT Dengan zat pengoksidasi seperti
Pottasium Permanganat.
Konsentrasi 10-25%.
Stabilitas Higroskopis dan harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat, lindungi dari
cahaya, ditempat dingin dan kering.
Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi
menjadi propionaldehid asam laktat,
asam piruvat& asam asetat. Stabil jika
dicampur dengan etanol, gliserin, atau
air.
Khasiat Bersifat antimikroba, desinfektan,
pelembab, plastisazer,
pelarut,        stabilitas   untuk vitamin.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup  rapat,
terlindung dari cahaya , sejuk dan
kering.

2.6.3 Metil Paraben (FI IV, hal: 551)


Nama Resmi Methyl Hydroxybenzoate
Nama Lain Metil Paraben, nipagin, Methyl-4-
hydroxybenzoate.
RM/BM C8H8O3 / 152.15
Pemerian Serbuk hablur putih, hampir tidak
berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa
tebal.
Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian
air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol
10

(95%) P dan dalam 3 bagian aseton


P, mudah larut dalam eter P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan Sebagai pengawet.
Inkompatibilas Aktivitas antimikroba metil paraben
dan paraben lainnya sangat berkurang
dengan adanya surfaktan nonionik,
seperti polisorbat 80, sebagai akibat
dari miselisasi. Namun propilen glikol
(10%) telah terbukti mempotensiasi
aktivitas antimikroba dari paraben
dengan adanya surfaktan nonionik dan
mencegah interaksi antara metil
paraben dan polisorbat.

2.6.4 Carbomer (Carbopol)


Pemerian Serbuk putih, sedikit berbau khas,
asam, Higroskopik.
Kelarutan Larut dalam air dan setelah netralisasi
larut dalam etanol (95 %) dan gliserin.
pH Tingkat viskositas yang lebih tinggi
pada pH 6-11 dan viskositas akan
menurun pada pH di bawah 3 atau di
atas 12.
Stabilitas Bahan yang stabil dan higroskopis,
dapat dopanaskan pada suhu 104oC
selama 2 jam.
Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara.

2.6.5 Trietanolamin (TEA) (HOPE 6 th, hal: 663)


Pemerian Berwarna sampai kuning pucat, cairan
kental.
Kelarutan Bercampur dengan aseton, dalam
benzene 1 : 24, larut dalam kloroform,
bercampur dengan etanol.
11

Konsentrasi 2-4%.
Kegunaan Zat pengemulsi.
OTT Akan bereaksi dengan asam mineral
menjadi bentuk garam kristal dan ester
dengan adanya asam lemak tinggi.
Stabilitas TEA dapat berubah menjadi warna
coklat dengan paparan udara dan
cahaya.

2.6.6 Aquadest (HOPE, 802)


RM/BM 18,02, H2O
Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa.
Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar
lainnya.
TD/TB 0ͦC
Titik Didih 100 ͦ C
Stabilitas Stabil disemua keadaan fisik (padat,
cair, gas).
Inkompatibiltas Air dapat bereaksi dengan obat dan
berbagai eksipien yang rentan akan
hidrolisis (terjadi dekomposisi jika
terdapat air atau kelembapan) pada
peningkatan temperatur. Air bereaksi
secara kuat dengan logam alkali dan
bereaksi cepat dengan logam alkali
tanah dan oksidanya seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga
bisa bereaksi dengan garam anhidrat
menjadi bentuk hidrat.
Penyimpanan Wadah yang dapat membatasi
pertumbuhan mikroorganisme dan
12

mencegah kontaminasi.
Kegunaan Pelarut.

2.6.7 Dinatrium Edetat (Handbook of Pharmaceutical Excipient hal. 178)


Nama Resmi DISODIUM EDETAT
Sinonim Disodium edathamil, tetracemate
disodium
RM/BM C10H14N2Na2O8/336,21
Pemerian Serbuk kristal putih, dengan sedikit rasa
asam.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter, sedikit larut dalam etanol (95%),
larut 1 dalam 11 bagian air.
Kegunaan Pengawet dan pengkhelat.
Sterilisasi Otoklaf.
Inkompaktibel Incomp dengan bahan pengoksidasi
kuat, basa kuat, ion logam polivalen
seperti besi, nikel.
Stabilitas Sedikit stabil dalam bentuk padat, lebih
stabil dalam bentuk basa bebas,
mengalami dekarboksilasi jika
dipanaskan di atas suhu 150 0C.
Kehilangan air kristalisasi ketika
dipanaskan sampai 120 0C. Sedikit
higroskopis, maka harus dilindungi dari
kelembaban.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan
kering.

2.7 Evaluasi Fisik Shampoo


2.7.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptis dilakukan dengan melihat warna, mencium bau, dan
tekstur dari sediaan shampoo yang dibuat (Anief, 1997).
2.7.2 Uji Pengukuran Busa
Pengujian ini dilakukan untuk melihat kekuatan pembusaan dari shampoo
cair transparan dari sediaan shampoo yang dibuat (Anief, 1997).
13

2.7.3 Uji pH
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai pH dalam sediaan
shampoo menggunakan kertas pH universal supaya tidak berbahaya saat
digunakan. Nilai pH yang baik pada sediaan shampoo yaitu 5-9 (Anief, 1997).
2.7.4 Uji Viskositas
Pengujian viskositas dengan menggunakan viscometer Brookfield,
dilakukan dengan menempatkan sejumlah sampel dalam viskometer. Viskositas
sediaan shampoo diatur menggunakan spindel no. 64 dengan kecepatan 50 rpm
sebanyak tiga kali (Anief, 1997).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT :
- Batang pengaduk
- Gelas kimia 250 dan 500 ml
- Gelas ukur 10;25;50 ml
- Lumpang dan alu
- Penangas air
- Pot plastik
- Sendok tanduk
- Stopwatch
- Cutter
- Timbangan analitik
- Viskometer brookfield

3.2 BAHAN :
- Air suling
- Aluminium foil
- Sari buah jeruk nipis
- Carbopol
- Kertas timbang
- Kertas saring
- Natrium lauril sulfat
- Gliserin
- Natrium edetat
- Parfum
- pH universal
- propilenglikol
- TEA
- Tissu

13
14

3.3 PROSEDUR PENELITIAN :


3.3.1 Pembuatan sari buah jeruk nipis

Buah jeruk nipis

- Dipotong menjadi 4 bagian


- Diperas buah jeruk nipis
- Disaring menggunakan kertas saring
- Diukur hasil perasan yaitu sebanyak 1700 mL
- Di Frezze dryer

Sampel sebanyak 97,9 gr

3.3.2 Pembuatan shampoo cair transparan

Natrium lauryl sulfat


- Dimasukkan kedalam 30 mL aquadest
- Dipanaskan diatas penangas air
- Diaduk
- Ditambahkan sisa air bersama Na-EDTA dan metil paraben lalu diaduk
perlahan hingga jernih
- Diturunkan larutan dari penangas air
- Dipanaskan 30 mL aquadest
- Dimasukkan carbopol dan diaduk hingga larut dan menjadi jernih
- Diturunkan dari penangas air
- Ditambahkan 10 tetes TEA sambil diaduk menggunakan mixer
- Ditambahkan carbopol yang telah mengembang dengan campuran
larutan natrium lauryl sulfat, metil paraben dan natrium EDTA
- Diaduk dengan menggunakan mixer hingga homogen
- Ditambahkan gliserin dan propilenglikol dan diaduk perlahan
- Ditambahkan sari buah jeruk nipis
- Diaduk perlahan hingga homogen
- Diberi parfum secukupnya
- Didiamkan shampoo kurang lebih 24 jam
Shampoo sari buah jeruk nipis

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


Evaluasi kestabilan dari formula shampo cair transparan dari sari buah
jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan
peningkat viskositas memberikan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Rancangan Formula Shampo Cair Transparan Sari Buah Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia S.) dengan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas
Kosentrasi
No Nama Bahan A B C
1 Sari buah jeruk nipis 1 1 1
2 Na lauril sulfat 5 5 5
3 Gliserin 10 10 10
4 Karbopol 0,5 0,6 0,7
5 Na-EDTA 0,1 0,1 0,1
6 Metil paraben 0,2 0,2 0,2
7 Parfum (mengandung alkohol q.s q.s q.s
Denaturasi 50% dan air)
8 TEA q.s q.s q.s
9 Propilenglikol 15 15 15
10 Aquadest ad 100 ad 100 ad 100

Tabel 2. Data Pengamatan Organoleptis Sebelum dan Sesudah Penyimpanan


Dipercepat
Formula Jenis Pemeriksaan Kondisi
Sebelum Sesudah
A Bau Harum Harum
Warna Bening Bening
Konsistensi Kental Kental

15
16

B Bau Harum Harum


Warna Bening Bening
Konsistensi Kental Kental
C Bau Harum Harum
Warna Bening Bening
Konsistensi Kental Kental

Tabel 3. Data Pengukuran Busa Sebelum dan Sesudah Penyimpanan Dipercepat


Kondisi Formula Durasi (Menit) Volume (mL)
Sebelum A 1 200
3 190
5 170
B 1 250
3 230
5 220
C 1 250
3 240
5 230
Sesudah A 1 220
3 205
5 179
B 1 220
3 200
5 180
C 1 250
3 240
5 230

Tabel 4. Data Pengukuran Busa Sediaan Pembanding


Sampel Durasi (Menit) Volume (mL)
D 1 250
17

3 235
5 220

Tabel 5. Data Pengukuran Stabilitas pH Sebelum dan sesudah Penyimpanan


Dipercepat
Kondisi Nilai pH
Formula A Formula B Formula C
Sebelum 5 5 5
Sesudah 5 5 5

Tabel 6. Hasil Pengukuran Viskositas Sebelum dan Sesudah Penyimpanan


Dipercepat
Kondisi Formula A Fomula B Formula C
(Poise) (Poise) (Poise)
Sesudah 8,2 8,7 9,566667
Sebelum 8,2 8,666667 9,566667

4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil literatur yang didapat menyatakan bahwa pada
penelitian ini menggunakan zat aktif dari jeruk nipis yang merupakan salah satu
buah yang secara empiris dipercaya bisa menghilangkan keberadaan ketombe.
Sediaan yang dibuat pada formulasi kali ini ialah sediaan shampoo sebagai
antiketombe. Jeruk nipis yang digunakan sebagai zat aktif merupakan buah yang
banyak mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Secara empiris jeruk nipis
digunakan untuk menghilangkan ketombe dengan cara memotong sebuah jeruk
nipis menjadi 2-4 bagian. Gunakan untuk menggosok kulit kepala secara merata.
Dibiarkan kering beberapa lama, baru dibilas. Untuk memudahkan
pengaplikasiannya didalam kehidupan sehari-hari maka perlu dilakukan suatu
formulasi shampoo cair transparan dari sari buah jeruk nipis (Citrus aurantfolia
S.).
Formulasi yang dirancang untuk membuat sediaan shampoo cair
transparan divariasikan konsentrasi thickening agent (zat peningkat viskositas)
untuk mendapatkan sediaan shampoo cair transparan yang stabil. Thickening
agent yang digunakan didalam formulasi ialah karbopol dengan masing-masing
18

konsentrasi 0,5%, 0,6%, dan 0,7%. Karbopol bersifat hidrofil sehingga mudah
terdispersi dalam air dan dapat menghasilkan larutan yang jernih. Dalam
pembuatan karbopol dilakukan dengan menetralkan karbopol dengan TEA yang
bersifat basa, karena sifat dari karbopol yang asam jadi dinetralkan dengan TEA
yang bersifat basa agar menjadi netral. Semakin tinggi konsentrasi karbopol yang
akan dibuat, maka akan semakin banyak TEA yang dicampurkan kedalam
karbopol yang cenderung kembali asam.
 Ilustrasi Penetralan Karbopol oleh TEA

Basa

TEA

Carbopol Carbopol netral


bersif
Asam Aman pada pH kulit

Pada evaluasi pertama yaitu dilakukan uji organoleptis yang meliputi bau,
warna dan konsistensi dari sediaan shampoo cair transparan dari sari buah jeruk
nipis. Hasil organoleptis didapatkan bahwa sediaan shampoo berwarna bening
berbau harum dan kental sebelum dan sesudah penyimpanan. Hal ini berarti
sediaan shampo memiliki kestabilan yang baik karena tidak mengalami perubahan
signifikan secara fisik pada shampoo.
Pada evaluasi kedua yaitu dilakukan uji busa untuk melihat kekuatan
pembusaan dari shampoo cair transparan dari, sari buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.), karena shampo harus memiliki busa yang baik demi kenyamanan
pemakaian konsumen. Adapun hasil yang diperoleh dari uji busa shampoo
pembanding, yakni tidak terdapat perbedaan yang jauh dari busa sediaan shampoo
yang diformulasi pada tiap konsentrasi dengan sediaan pembanding. Hal ini
berarti dengan adanya variasi konsentrasi dari karbopol sebagai peningkatan
viskositas tidak memberikan pengaruh secara signifikan pada tinggi busa
shampoo.
19

Pada evaluasi ketiga yaitu dilakukan uji pH baik sebelum maupun setelah
kondisi dipercepat. Rentang pH yang dapat ditoleransi yaitu range 5-9. Dari hasil
uji pH yang didapatkan menunjukkan bahwa pada F1,F2, dan F3 sebesar 5. pH ini
tidak mengalami perubahan baik sebelum maupun sesudah penyimpanan
dipercepat pH sediaan tetap sama. Kemudian dilihat dari perbedaan konsentrasi
karbopol yang ditambahkan didalam formula juga tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pH sediaan shampoo.
Pada evaluasi keempat yaitu dilakukan uji viskositas untuk mengetahui
tingkat kekentalan shampoo. Hasil viskositas yang didapat pada F1-F3
menunjukkan adanya perbedaan dan perubahan baik sebelum maupun sesudah
kondisi penyimpanan dipercepat. Pada F1-F3 masing-masing memiliki nilai
viskositas sebelum penyimpanan dipercepat sebesar 8,2, 8,7, dan 9,5 poise dan
sesudah penyimpanan dipercepat sebesar 8,2, 8,6, dan 9,5 poise. Hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa dengan variasi konsentrasi karbopol memiliki
pengaruh terhadap kekentalan dan viskositas sediaan shampoo baik sebelum dan
sesudah penyimpanan, namun tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hasil
nilai viskositas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi karbopol semakin tinggi
juga nilai viskositas yang didapat.
4.3 KESIMPULAN
Hasil evaluasi dengan keempat parameter yang telah dilakukan maka
shampoo cair transparan sari buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) formula A
dengan konsentrasi karbopol 0,5% bahan peningkat viskositas pada sediaan
memiliki kestabilan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia S) (Online),


http://jeruknipis.files.wordpress.co m/2009/04/.pdf, diakses
tanggal 2 Oktober 2010.
2. Balsam MS. Cosmetics Science and Technology. John Wiley
Co; New York:1972.
3. Banker, Gilbert S. Modern Pharmaceutics Fourth edition,
Revised and Expanded. Marcel Dekker Inc; New York: 2002
4. Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid
2. Trubus Agriwidya. Jakarta, 2007.
5. Ernest W, Flick. Cosmetic and Toiletry Formulation. Noyes
Publication : USA, 1989.
6. Gennaro, Alfonso R. Remington: The Science and Practice
of Pharmacy 20th edition, Philadelphia College of Pharmacy
and Science: Philadelphia, 2000.
7. Jellineck, Stephan J. Formulation and Function of
Cosmetics. New York, 1970.
8. Keithler WM. The Formulation of Cosmetic and Cosmetic
Specialties. Drug and Cosmetic Industry : New York, 1997.
9. Rowe, Raymond C, Sheskey, Paul, Owen, Sian C. Handbook
of Pharmaceutical Excipients Ebook,. Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Association 2004:USA,2004

Anda mungkin juga menyukai