Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum Kosmetik

Shampoo

Dosen Pembimbing : Apt,. Weni Puspita, M.Farm.

Tanggal & Tempat Praktikum : 23 Desember 2020 di Lab.Akfar Yarsi

Nama : Bagus Akbar Rulazi

NIM : 189299

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masalah yang masih merupakan penyebab kerpercayaan diri seseorang
berkurang dalam beraktivitas ialah rambut berketombe (Mahataranti, 2012).
Ketombe merupakan suatu keadaan anomali pada kulit kepala yang dikarakterisasi
dengan terjadinya pengelupasan lapisan tanduk secara berlebihan dari kulit kepala
membentuk sisik-sisik yang halus (Sukandar dkk, 2006). Gejala umumnya ialah
timbulnya sisik-sisik putih pada kulit kepala, gatal dan bisa juga disertai kerontokan
rambut. Berbagai kondisi memudahkan seseorang untuk terkena ketombe, antara lain
faktor genetik, pertumbuhan kulit yang cepat, keaktifan kelenjar sebasea, stres,
kelelahan, kelainan neurologi dan penderita HIV/AIDS. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Rafiq et.al (2014)
Mikroorganisme yang terdapat pada ketombe yang diambil dari 35 sampel
ialah Malassezia furfur, Candida albicans, Aspergillus niger Aspergillus flavus,
Aspergillus fumigatus, Penicillium, Microsporum dan Trichophyton. Candida
albicans dikulit kepala juga dapat menyebabkan rambut rontok sehingga terjadi
alopesia, kulit bersisik dan terasa gatal. Jamur ini sebenarnya merupakan flora
normal di kulit kepala, namun pada kondisi rambut dengan kelenjar minyak berlebih,
jamur ini dapat tumbuh dengan subur dan bersifat patogen (Figueras, 2000). Di
Indonesia, perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke sistem pengobatan
tradisional karena terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti
obat kimia (Mahataranti, 2012).
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya membuktikan bahwa ekstrak
etanol daun Allamanda cathartica dengan konsentrasi 50% ( ⁄ ) terbukti memiliki efek
daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans yang merupakan jamur
penyebab timbulnya ketombe pada rambut (Arundhina, 2014). Berdasarkan aktivitas
antijamur yang dimiliki daun Allamanda cathartica, peneliti tertarik membuat suatu
sediaan farmasi untuk mempermudah penggunaanya. Salah satu sediaan farmasi
yang sering digunakan untuk mengatasi masalah ketombe yaitu sampo.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM.
Mahasiswa mempelajari dan memahami seluruh aspek tentang sampo
khususnya sampo bentuk cair untuk rambut berminyak, formula, cara pembuatan dan
evaluasinya.
BAB II

DASAR TEORI

1. LANDASAN TEORI

Bunga Alamanda adalah tumbuhan dari Brazil yang sering digunakan sebagai
tanaman hias karena bentuk bunganya yang menarik seperti terompet. Tumbuhan.
Nama latin / ilmiah bunga Alamanda adalah Allamanda cathartica L.

Klasifikasi Tanaman Alamanda

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Allamanda

Spesies : Allamanda cathartica L.

Alamanda secara empiris digunakan oleh masyarakat Nigeria sebagai


pencegah kehamilan. Sedangkan di Indonesia sendiri, alamanda digunakan secara
empiris untuk pengobatan berbagai penyakit seperti obat penangkal keracunan,
mencegah muntah dan pencuci perut. Alamanda banyak tumbuh di daerah iklim tropis
dan tumbuh di sebagian besar lingkungan dengan laju pertumbuhan yang cukup cepat.
Senyawa plumieride memiliki aktivitas antispermatogenik pada tikus jantan.
Sedangkan, senyawa β-sitosterol dapat berikatan lebih mudah pada reseptor
progesteron dibandingkan hormon progesteron dan chaksine sehingga dapat
digunakan pada pria maupun wanita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia dari ekstrak


etanol daun alamanda yang memiliki aktivitas antifertilitas. Ekstraksi daun alamanda
menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak kemudian diuji kandungan fitokimia
dengan metode tabung dan kromatografi lapis tipis. Hasil dari uji skrining fitokimia
menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, fenol dan steroid.
Selain itu, ditemukan senyawa Plumieride dengan nilai Rf 0.52 yang diduga memiliki
aktivitas antifertilitas. Kesimpulan yang didapatkan adalah ekstrak etanol daun
alamanda memiliki aktivitas antifertilitas yang dapat dikembangkan menjadi alternatif
obat kontrasepsi sintetik.

2.1.1. Sediaan Sampo


Sampo merupakan sediaan kosmetik yang digunakan sebagai
pembersih rambut dan kulit kepala dari segala kotoran diantaranya minyak,
debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya. Sampo berdasarkan macamnya
dibagi menjadi empat yaitu sampo untuk rambut yang diwarnai dan keriting,
sampo untuk membersihkan secara menyeluruh, sampo untuk penambah
volume rambut dan sampo anti ketombe (Tranggono dan Latifah, 2007).
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala
dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang
sudah mati dan sebagainya (Latifah. F, 2007). Pengertian ilmiah shampo
adalah sediaan yang mengandung sufkatan dalam bentuk yang cocok dan
berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat pada rambut
dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan
si pemakai (Wikipedia,2011)
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan
air dengan tujuan sebagai berikut :
1) Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi
rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2) Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala
sehingga dapat meluruhkan kotoran.
Sediaan shampo yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Dapat mencuci rambut serta kulit kepala secara keseluruhan.
2) Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi.
3) Kandungan surfaktannya tidak membuat rambut dan kulit kepala
menjadi kering.
4) Memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat,
lembut, dan mudah dibilas dengan air.
5) Setelah pencucian rambut harus mudah dikeringkan.
6) Dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak
mudah patah, serta mudah diatur (Wikipedia,2011).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk shampo antiketombe adalah :


1) Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa
membuat rambut menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur.
2) Mengandung zat aktif heksaklorofen, asam salisilat, fungisida, atau zat
antiseptika yang dapat mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah
infeksi setelah pemakaian.
3) Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas
kulit kepala.
4) Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan
ketidaknyamanan.

Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:
a. Bahan utama Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang
biasanya dapat membentuk busa, dan bersifat membersihkan.
b. Bahan Tambahan Penambahan zat-zat ini dimaksudkan untuk
mempertinggi daya kerja shampo supaya dapat bekerja secara aman pada
kulit kepala, tidak menimbulkan kerontokan, memiliki viskositas yang
baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan dapat mengoptimalkan kerja
deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga menjadi sediaan
shampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai dengan keinginan
konsumen.
Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan
shampo diantaranya:
1) Opacifying Agent
Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada pembuatan
shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya merupakan ester alkohol
tinggi dan asam lemak tinggi beserta garam- garamnya. Contoh : setil
alkohol, stearil alkohol, glikol mono dan distearat, magnesium stearat.
2) Clarifying Agent
Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada shampo terutama
untuk shampo yang dibuat dengan sabun. Sangat diperlukan pada
pembuatan shampo cair atau shampo cair jernih. Contoh : butil alkohol,
isopropil alkohol, etil alkohol, metilen glikol, dan EDTA.
3) Finishing Agent
Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak yang hilang
pada waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak menjadi kering dan
rapuh. Contoh : lanolin, minyak mineral.
4) Conditioning agent
Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut mudah disisir.
Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan polipeptida.
5) Zat pendispersi
Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg yang
terbentuk dari air sadah. Contoh : tween 80.
6) Zat pengental
Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo cair jernih
dan shampo krim cair supaya sediaan shampo dapat dituang dengan
baik. Penggunaanya dalam rentang 2– 4%, contoh: gom, tragakan, metil
selulosa, dan karboksi metil selulosa (CMC).
7) Zat pembusa
Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak, walaupun busa
bukan merupakan suatu ukuran dari shampo, namun adanya busa akan
membuat sediaan shampo menjadi menarik dan sangat disukai oleh para
konsumen. Persyaratan tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara
1,3 – 22 cm. Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.
8) Zat pengawet
Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari pengaruh
mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan, seperti misalnya
hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau timbulnya bau. Digunakan
dalam rentang 1–2 %, contoh: formaldehida, hidroksi benzoat, metyl
paraben, propil paraben.
9) Zat aktif, untuk shampo dengan fungsi tertentu atau zat yang
ditambahkan ke dalam shampo dengan maksud untuk membunuh bakteri
atau mikroorganisme lainnya. Contoh: Heksaklorofen, Asam salisilat.
10) Zat pewangi, berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan shampo
supaya mempunyai bau yang menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%,
contoh: Minyak jeruk, minyak mawar, dan minyak lavender, minyak
bunga tanjung.
11) Pewarna
Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik pada
sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh : untuk pewarna
hijau biasanya digunakan senyawa klorofil atau ultra marin hijau.
12) Zat tambahan lain
Merupakan zat pada formula shampo yang mempunyai fungsi atau
maksud tertentu, seperti shampo anti ketombe, shampoo bayi, shampo
antikerontokan, dan sebagainya. Zat tambahan dapat berupa zat aktif anti
ketombe, ekstrak tumbuhan, vitamin, protein, dan lain-lain
(Wikipedia,2011).
Macam – macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain :
a. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting. Shampo ada yang dibuat
khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena
rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar
rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.
b. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh. Shampo untuk
membersihkan secara menyeluruh yang biasanya mengandung acid atau
asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk
menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath,
busa untuk rambut, hairspray, lilin rambut, jelly rambut, dan produk
lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini sangat cocok
digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit
kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan
pada pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena
unsur asam mengurangi minyak maka jenis shampo ini dapat membuat
rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering dan disarankan untuk
menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu.
c. Shampo penambah volume rambut. Jenis shampo ini mengandung protein
yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu
sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo sehingga
mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis
rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang, tipis maka bisa
digunakan jenis shampo ini. Tetapi sebaiknya dihindari penggunaan yang
terlalu sering.
d. Shampo anti ketombe. Shampo anti ketombe ini mengandung selenium,
zinc atau asam salisilat yang telah terbukti cukup berhasil membantu
menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala
menjadi kering (Hendrawan, 1991).

2. MONOGRAFI BAHAN
 Sodium lauryl sulfat
Sinonim : Natrium lauril sulfat
Rumus Molekul : C12H25NaO4S / CH3(CH₂)10CH₂OSO₃Na
Pemerian : hablur kecil berwarna putih atau kuning muda, agak
berbau khas
Kelarutan : mudah larut dalam air
Stabilitas : Natrium lauryl sulfat stabil dalam kondisi
penyimpanan normal. Namun dalam larutan dibawah
kondisi ekstrim yaitu pada pH 2,5 atau dibawahnya. Hal
itu dapat menyebabkan hidrolisis pada lauryl alcohol
dan sodium bisulfat. Bahan harus disimpan dalam
wadah tertutup , jauh dari pengoksidasi yang kuat,
dalam tempat yang dingin, tempat kering.
OTT : kationik surfaktan, garan alkaloid, garam potassium
Titik Lebur : 206℃
Konsentrasi : 2%
Kegunaan : detergen, surfaktan anionik
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

 Cocamide DEA
Sinonim :Coco DEA
Rumus Molekul :CH3(CH2)nC(=O)N(CH2CH2OH)2
Pemerian :Cairan kental dan lunak
Titik Lebur : 32℉
Kegunaan :Digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming (busa
yang terbentuk) serta menstabilkan busa, membantu
mengentalkan produk seperti shampo, handsoap, serta
sediaan kosmetik yang lain. Sebagai surfaktan skunder
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

 Na cmc
Sinonim : Natrium karboksimetilselulosa, n carboxy methyl
cellulose sodium
Pemerian : Serbuk atau granul putih sampai krem; higroskopis
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloidal; tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain.
Stabilitas : stabil, meskipun higroskopis. Dalam kondisi yang
tingkat kelembaban tinggi, NaCMC dapat mengabsorbsi
air dalam jumlah yang besar (50%). Larutan NaCMC
stabil pada pH 2-10, pengendapan dapat terjadi pada pH
dibawah 2 dan pengurangan viskositas secara cepat
terjadi dibawah pH 10. Harus disimpan dalam wadah
tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering
Titik Lebur : 2.52℃
Konsentrasi : 0,5% - 2,0%
Kegunaan : suspending agent, meningkatkan viskositas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

 Propil paraben
Sinonim : Nipasol
Rumus Molekul : C 10 H 12 O 3
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
95% P, 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P,
dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam
larutan alkali hidroksida
Stabilitas : Propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
otoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu
kamar selama empat tahun
OTT : Aktvitas antimikroba berkurang dengan adanya
surfaktan nonionis
Titik Lebur : 95℃-98℃
Konsentrasi : 0,005% - 0,2%
Kegunaan : Antimikroba, pengawet
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

 Menthol
Sinonim : Mentholum
Rumus Molekul : CH 6 CH 20O
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna;
bau tajam seperti minyak permen; rasa panas dan
aromatic diikuti rasa dingin
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
(95%) dalam kloroform, dan dalam eter; mudah larut
dalam paraffin cair dan dalam minyak atsiri.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal
OTT : Meleleh dalam larutan spiritus kalau tercampur dengan
air atau jika kadar alkoholnya rendah menthol akan
memisah
Titik Lebur : 37-38℃
Konsentrasi : Untuk formula topical 0,05-1%
Kegunaan : Korrigen, antiiritan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk
 Aquadest
Sinonim : Aqua dsestillata, air suling
Rumus Molekul : H 2O
Pemerian : Jernih tidak berwarna, tidak berasa
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Stabilitas : Stabil diudara
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainnya yang mudah terhidrolisis
Titik Lebur : 180℃
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III

METODE

1. ALAT
- Beaker glas
- Gelas ukur
- Stemper dan mortar
- Batang pengaduk

2. BAHAN
- Ekstrak daun alamanda
- Sodium lauryl sulfat
- NaCl
- PEG-400
- Propyl paraben
- Metil paraben
- Mentol
- Aquadest

3. FORMULASI

Bahan Konsentrasi Fungsi Jumlah


Ekstrak Daun 45% Zat aktif 45 gram
Alamanda
Sodium Lauryl 10% Surfaktan 10 gram
Sulfate
Cocamide DEA 4% Surfakta 4 gram
Na CMC 3% Meningkatkan 3 gram
Viskositas
(Pengental)
Propil Paraben 0,2% Pengawet 0,2 gram
Menthol 0,25% Corrigens 0,25 gram
Aquadest Ad 100% Pelarut 22,55 gram/ad 100 gram

4. PERHITUNGAN BAHAN
Ekstrak Daun Alamanda = 45/100 x 100g = 45 gram
Sodium Lauryl Sulfate = 10/100 x 100g = 10 gram
Cocamide DEA = 4/100 x 100g = 4 gram
Na CMC = 3/100 x 100g = 3 gram
Propil Paraben = 0,2/100 x 100g = 0,2 gram
Menthol = 0,25/100 x 100g = 0,25 gram
Aquadest = 100ml – 77,45g = 22,55 gram

5. PENIMBANGAN BAHAN

Ekstrak Daun Alamanda = 45 gram

Sodium Lauryl Sulfate = 10 gram

Cocamide DEA = 4 gram

Na CMC = 3 gram

Propil Paraben = 0,2 gram

Menthol = 0,25 gram

Aquadest = 22,55 gram

6. CARA KERJA
1. Pembuatan Simplisia

Daun alamanda
- Diambil daun alamanda, dibersihkan, dirajang, dikeringkan,
dibersihkan dari bahan yang tidak dipakai, dibuat serbuk
- Ditimbang untuk mengetahui berat yang dihasilkan

Simplisia daun alamanda

2. Pembuatan Ekstrak
Simplisia daun alamanda
Dimasukan sebanyak 450 g serbuk simplisia daun alamanda ke dalam
Bejana
Direndam dengan larutan etanol 96% 2250ml
Ditutup dengan aluminium foil
Dibiarkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk
Disaring menggunakan kertas saring yang menghasilkan filtrat 1 dan
ampas 1
Ditambah ampas yang ada dengan larutan metanol sebanyak 1350 ml
Ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 2 hari
Disaring menghasilkan filtrat 2 dan ampas 2
Dicampur filtrate 1 dan 2 menjadi satu lalu dievaporasi menggunakan
rotary evaporator
Dibiarkan pada suhu ruangan hingga seluruh pelarut metanol menguap .
Ditimbang dan dihitung ekstrak yang telah didapat rendemennya.

Ekstrak daun alamanda

7. CARA KERJA EVALUASI SEDIAAN BESERTA PERSYARATAN TIAP


EVALUASI
1. Uji Organoleptis
Sediaan sampo yang baik yaitu memiliki aroma, warna dan tekstur tidak berubah
dari warna bau dan rasa yang sebelumnya

Sampo Ekstrak daun alamanda


- Dilakukan pengamatan visual terhadap sampo meliputi aroma,warna
dan tekstur
- Dicium sediaan ditentukan aromanya
- Diliat warna sediaan dengan indera pengelihatan
- Dilihat tekstur sampo

Hasil uji organoleptis

2. Uji Homogenitas
Sediaan sampo yang dikatakan homogen bila terdapat persamaan warna yang
merata dan tidak adanya partakel atau bahan kasar yang dapat diraba.
Sampo Ekstrak daun alamanda
- Diambil sedikit sediaan sampo ekstrak buah pedada
- Dioleskan pada kaca transparan
- Diamati apakah terdapat partikel-partikel atau tidak dan catat hasil
yang didapatkan

Hasil evaluasi homogenitas

3. Uji pH
Persyaratan pH sampo yaitu 5,0-8,0 (Badan Standardisasi Standar Nasional
Indonesia, 1992).

Sampo Ekstrak daun alamanda


- Disiapkan kertas pH universal
- Dioleskan sampo ekstrak buah pedada pada kertas pH universal
- Didiamkan beberapa saat
- Dilihat pH pada kertas pH universal menunjukkan nomor berapa

Hasil evaluasi pH

4. Uji Viskositas
Standar viskositas sediaan sampo yakni pada rentang 400-4000 cP.

Sampo Ekstrak daun alamanda


- Dimasukkan 100 gram sampo dalam beaker gelas 100 ml kemudian
diukur kekentalannya menggunakan viskometer Brookfield.
Hasil evaluasi viskositas

5. Uji Tinggi Busa


Standar tinggi busa sampo pada umumnya dalam rentang tinggi 1,3-22 cm
(Wilkinson & Moore, 1982)
Sampo Ekstrak daun alamanda

- Dimasukkan sampo sebanyak 1 ml ke dalam gelas ukur 250 ml

- Ditambahkan air secara perlahan hingga mencukupi 100 ml

- Dilakukan pengocokan ke kanan dan kiri selama 10 kali.

- Dijalankan stopwatch ketika pengocokan dihentikan

- Diukur volume busa dalam gelas ukur dalam beberapa kurun waktu

Hasil evaluasi tinggi busa


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KERJA HASIL PRAKTIKUM KOSMETIK AKFAR YARSI PONTIANAK

Jl. Pangliam A’im No. 2 . Telp 0561 -745486

Judul praktikum : Pembuatan Sediaan Sampo

Dosen Pembimbing : Apt,. Weni puspita ,M.Farm.

Hari dan Tanggal Praktikum : 23 Desember 2020

Kelompok :1A

Nama Mahasiswa : Bagus Akbar Rulazi

NIM : 189299

Hasil Praktikum :

Table 1. Hasil Evaluasi Organoleptis Shampo

Shampoo Warna Aroma Tekstur


Replikasi I coklat Khas Cair
Replikasi II Coklat tua Khas Cair

Table 2. Hasil Evaluasi Homogenitas Shampo

Shampoo Homogenitas
Replikasi I Homogen
Replikasi II Homogen

Table 4. Hasil Evaluasi Shampoo


Evaluasi Replikasi I Replikasi II Rata-rata Syarat
pH 5,42 5,39 5,40 5,0-8,0
Viskositas 1250 cp 1400 cp 1316,6 cp 400-4000 cp
Tinggi Busa 3,40 cm 3,70 cm 3,55 cm 1,3-22 cm

Pembahasan :

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan Sampo. Sampo merupakan sediaan kosmetik
yang digunakan sebagai pembersih rambut dan kulit kepala dari segala kotoran diantaranya
minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya. Pada praktikum ini bahan dasar atau
zat aktif tumbuhan yang digunakan adalah daun alamanda, yang mana diketahui secara
empiris dapat mengatasi masalah ketombe.

Ekstrak daun Allamanda cathartica diperoleh dengan cara ekstraksi metode maserasi
dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Metode maserasi dipilih karena merupakan metode
ekstraksi yang sederhana dan dapat menyari senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Pelarut etanol 96% merupakan pelarut polar yang digunakan untuk menyari zat aktif dari
sampel yang bersifat polar. Kandungan senyawa dalam daun Allamanda cathartica yang
berkhasiat sebagai antijamur seperti alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid dan
triterpenoid (Pratiwi, 2008). Senyawa-senyawa tersebut umumnya merupakan senyawa polar
yang tidak tahan terhadap pemanasan. Maserat yang diperoleh, disaring untuk memisahkan
residu dan filtrat. Kemudian filtrat dilakukan pemekatan dengan rotatory evaporator pada
suhu 60oC dan dimasukkan kedalam oven untuk menguapkan pelarut hingga menjadi ekstrak
kental. Pemekatan bertujuan untuk mengetahui persen rendemen sekaligus mencegah
kemungkinan terjadinya kerusakan komponen yang terkandung dalam ekstrak dan
mempermudah dalam hal penyimpanannya bila dibandingkan dalam keadaan ekstrak yang
masih terkandung pelarut (Yulia, 2006).

Hasil pengamatan organoleptik sampo antiketombe ekstrak Allamanda cathartica


dengan berbagai konsentrasi menunjukkan bentuk cair dan tidak ada yang mengendap, warna
coklat pada F1 (15%), warna coklat tua pada F2 (30%), dengan bau menthol dan khas daun
Allamanda cathartica pada F1 (15%), serta bau khas daun Allamanda cathartica pada F2
(30%). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak Allamanda cathartica yang terkandung dalam
sediaan sampo antiketombe maka semakin kuat bau khas daun Allamanda cathartica sehingga
menutupi bau dari pewangi yang digunakan yaitu menthol serta semakin pekat warna coklat
pada sediaan sampo. Warna coklat pada sediaan sampo antiketombe yang dihasilkan
diperoleh dari warna coklat kehitaman ekstrak daun Allamanda cathartica. Nilai pH sampo
harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam SNI No. 06-2692-1992 yaitu
berkisar 5,0-9,0. pH sampo yang terlalu asam maupun terlalu basa akan mengiritasi kulit
kepala. Berdasarkan hasil pengukuran pH menggunakan pH meter digital, penambahan
ekstrak Allamanda cathartica menyebabkan penurunan pH yang disebabkan pengaruh zat
aktif (ekstrak Allamanda cathartica) yang memiliki pH asam.

Meskipun demikian nilai pH kedua formulasi sampo antiketombe yang didapat antara
5,39–5,42 memenuhi persyaratan SNI karena masih berada pada rentang pH sesuai
persyaratan. Hasil pengukuran tinggi busa menunjukkan kemampuan surfaktan membentuk
busa. Busa dari sampo merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena busa menjaga
sampo tetap berada pada rambut, membuat rambut mudah dicuci, serta mencegah batangan-
batangan rambut menyatu sehingga menyebabkan kusut (Mitsui, 1997). Tinggi busa yang
dihasilkan dari kedua formulasi sampo berkisar 3,40-3,70cm memenuhi persyaratan tinggi
busa menurut Wilkinson (1982) yaitu 1,3-22cm. Dari hasil pengukuran tinggi busa
menunjukan bahwa adanya peningkatan daya pembusa antara sampo tanpa ekstrak
Allamanda cathartica dengan sampo dengan penambahan ekstrak, hal ini dikarenakan ekstrak
Allamanda cathartica mengandung saponin. Menurut Harbone (1996) saponin bersifat sabun.
Kadar air sampo menurut persyaratan SNI No. 06-2692-1992 yaitu maksimum 95%. Nilai
kadar air sangat penting untuk diketahui dalam sebuah produk sampo, karena kadar air terkait
dengan fisik sampo serta mempengaruhi daya simpan suatu produk sampo. Berdasarkan hasil
pengukuran kadar air, sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak Allamanda
cathartica yaitu berkisar 54,86-73,73% memenuhi persyaratan SNI.

Sediaan sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi yang dibuat diuji


aktivitasnya terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dan menggunakan PDA sebagai
media pertumbuhan. Jamur yang digunakan berasal dari stock culture yang diperoleh dari
BPOM (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) Manado, Sulawesi Utara. Media PDA dipilih
karena dapat mendukung pertumbuhan jamur Candida albicans yang memiliki karakteristik
dapat tumbuh cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali
(Tjampakasari, 2006). Selain itu, PDA dapat menghindari kontaminasi bakteri dengan
keasaman pada media yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral (pH 7,0) (Cappuccino, 2014). Selain itu,
jamur dapat tumbuh baik pada media PDA karena mengandung nutrisi yang dapat memenuhi
syarat sebagai media pertumbuhan jamur salah satunya dari sumber karbohidrat (Atlas,
2004). Hasil pengujian aktivitas antijamur sampo antiketombe ekstrak Allamanda cathartica
dengan konsentrasi F1 (15%), F2 (30%), formula sampo antiketombe tanpa ekstrak
Allamanda cathartica sebagai kontrol negatif dan sampo Ketokonazol 2% sebagai kontrol
positif pada masing-masing perlakukan menunjukkan adanya zona hambat yang ditunjukkan
dengan daerah bening yang terbentuk disekitar sumuran.

Zona hambat yang terbentuk terus meningkat dengan adanya penambahan konsentrasi
ekstrak Allamanda cathartica. Di antara kedua konsentrasi ekstrak Allamanda cathartica
dalam formula sampo antiketombe, zona hambat terbesar terdapat pada sampo antiketombe
yang mengandung ekstrak Allamanda cathartica dengan konsentrasi 30% (F2), sedangkan
zona hambat terendah terdapat pada sampo antiketombe yang mengandung ekstrak
Allamanda cathartica dengan konsentrasi 15% (F1). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
Allamanda cathartica dalam formula sampo maka semakin tinggi pula kandungan zat aktif
didalamnya sehingga semakin besar aktivitas antijamur. Kontrol negatif yang digunakan
yaitu formula sampo antiketombe tanpa ekstrak Allamanda cathartica dapat memberikan zona
hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, hal ini menunjukkan bahwa ada
bahan dalam formula sampo yang berfungsi sebagai antijamur.

Bahan yang diduga ialah metil paraben karena metil paraben merupakan bahan
tambahan yang digunakan sebagai pengawet sehingga mempunyai kemampuan untuk
menghambat tumbuhnya kontaminan seperti bakteri maupun jamur. Aktivitas antijamur
sampo antiketombe ekstrak Allamanda cathartica dengan konsentrasi 15% (F1), 30% (F2)
memiliki respon hambatan pertumbuhan mikroba yang kuat dilihat dari kategori
penghambatan antimikroba menurut Pan et al (2009).

BAB V

KESIMPULAN
1. Ekstrak etanol daun Allamanda cathartica dapat diformulasikan sebagai sediaan sampo
antiketombe yang memenuhi persyaratan seperti organoleptik, pH, tinggi busa dan kadar air.

2. Peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun Allamanda cathartica 15% dan 30% pada
formulasi sediaan sampo antiketombe diikuti dengan penambahan diameter zona hambat
pada setiap variasi konsentrasi yang menunjukkan peningkatan aktivitasnya terhadap jamur
Candida albicans. Sampo antiketombe ekstrak daun Allamanda cathartica dengan konsentrasi
30% (F2) mempunyai aktivitas antijamur paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 15%
(F1).

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sujono, T. A., & Sintowati, R. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai Antibakteri. University
Research Colloquium.

Atlas, R. (2004). Buku Pegangan Media Mikrobiologi. Jakarta: CRC Press.

Badan Standardisasi Standar Nasional Indonesia. (1992). SNI Sampoo (06- 2692-1992).

Mutiara, R., Djangi, M. J., & Herawati, N. (2016). Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Kulit Buah Mangrove
Pidada ( Sonneratia caseolaris ) Isolation and Antioxidant Activity Test
of Secondary Metabolites Compound Methanol Extract of Mangrove
Pidada Rind ’ s (. Jurnal Chemica, 17, 52–62.

Nurdiansyah. (2007). Efek Lama Maserasi Bubuk Kopra Terhadap Rendemen , Densitas ,
dan Bilangan Asam Biodiesel yang Dihasilkan dengan Metode
Transesterifikasi In Situ. Jurnal Belian, 60(2), 218–224.

Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., & Zhao, Z. (2009). The acid, bile tolerance and
antimicrobial property of Lactobacillus acidophilus NIT. Food Control.
https://doi.org/10.1016/j.foodcont.200 8.08.019

Rieger, M. (2003). Harry’s cosmeticology (8th ed New). New York: Chemical Publishin
Company.

Sambodo, D. K., & Arlesia, N. (2019). Aktivitas antioksidan krim kombinasi ekstrak
Eucheuma Cottonii Sumbawa dan ekstrak Citrus lemon L. impor
dengan metode DPPH. Health Sciences and Pharmacy Journal.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i1.95

Wilkinson, J. B., & Moore, R. J. (1982). Harry’s Cosmeticology (7th ed.). London:
George Godwin.

LAMPIRAN
1. Gambar Sediaan Sampo

2. Kemasan dari sediaan Sampo


Kemasan :

100 gram ALMAND adalah sampo dari Cara penggunaan :


100 gram
ekstrak daun alamanda yang Basahi rambut secara merata
dapat membantu mengurangi kemudian tuangkan sampo
ketombe yang parah, ALMAND secukupnya pada
menyegarkan kulit kepala telapak tangan kemudian
sekaligus menyuburkan digosok pada rambut dan kulit
rambut sebagai nutrisi untuk kepala
kepala dan kulit kepala Penyimpanan :
Komposis : Simpan ditempat ditempat yang
Ekstrak daun alamanda, terhindar dari cahaya matahari
Sodium Lauryl Sulphate, langsung dan jauh dari
Cocamide DEA, NaCMC, jangkauan anak-anak
100 gram
Propil Paraben, Menthol,

ALMAND
Aquadest
ALMAND Diproduksi Oleh :
PT. LUPAFARMA
Sampo Anti Ketombe
Sampo Anti Ketombe Pontianak-Indonesia

No. Reg : DTL2010010028A1


MFG : 231020
Exp. Date : 231040

Anda mungkin juga menyukai