Shampoo
NIM : 189299
2020
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
1. LANDASAN TEORI
Bunga Alamanda adalah tumbuhan dari Brazil yang sering digunakan sebagai
tanaman hias karena bentuk bunganya yang menarik seperti terompet. Tumbuhan.
Nama latin / ilmiah bunga Alamanda adalah Allamanda cathartica L.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:
a. Bahan utama Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang
biasanya dapat membentuk busa, dan bersifat membersihkan.
b. Bahan Tambahan Penambahan zat-zat ini dimaksudkan untuk
mempertinggi daya kerja shampo supaya dapat bekerja secara aman pada
kulit kepala, tidak menimbulkan kerontokan, memiliki viskositas yang
baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan dapat mengoptimalkan kerja
deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga menjadi sediaan
shampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai dengan keinginan
konsumen.
Bahan-bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan
shampo diantaranya:
1) Opacifying Agent
Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada pembuatan
shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya merupakan ester alkohol
tinggi dan asam lemak tinggi beserta garam- garamnya. Contoh : setil
alkohol, stearil alkohol, glikol mono dan distearat, magnesium stearat.
2) Clarifying Agent
Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada shampo terutama
untuk shampo yang dibuat dengan sabun. Sangat diperlukan pada
pembuatan shampo cair atau shampo cair jernih. Contoh : butil alkohol,
isopropil alkohol, etil alkohol, metilen glikol, dan EDTA.
3) Finishing Agent
Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak yang hilang
pada waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak menjadi kering dan
rapuh. Contoh : lanolin, minyak mineral.
4) Conditioning agent
Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut mudah disisir.
Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan polipeptida.
5) Zat pendispersi
Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg yang
terbentuk dari air sadah. Contoh : tween 80.
6) Zat pengental
Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo cair jernih
dan shampo krim cair supaya sediaan shampo dapat dituang dengan
baik. Penggunaanya dalam rentang 2– 4%, contoh: gom, tragakan, metil
selulosa, dan karboksi metil selulosa (CMC).
7) Zat pembusa
Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak, walaupun busa
bukan merupakan suatu ukuran dari shampo, namun adanya busa akan
membuat sediaan shampo menjadi menarik dan sangat disukai oleh para
konsumen. Persyaratan tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara
1,3 – 22 cm. Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.
8) Zat pengawet
Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari pengaruh
mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan, seperti misalnya
hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau timbulnya bau. Digunakan
dalam rentang 1–2 %, contoh: formaldehida, hidroksi benzoat, metyl
paraben, propil paraben.
9) Zat aktif, untuk shampo dengan fungsi tertentu atau zat yang
ditambahkan ke dalam shampo dengan maksud untuk membunuh bakteri
atau mikroorganisme lainnya. Contoh: Heksaklorofen, Asam salisilat.
10) Zat pewangi, berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan shampo
supaya mempunyai bau yang menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%,
contoh: Minyak jeruk, minyak mawar, dan minyak lavender, minyak
bunga tanjung.
11) Pewarna
Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik pada
sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh : untuk pewarna
hijau biasanya digunakan senyawa klorofil atau ultra marin hijau.
12) Zat tambahan lain
Merupakan zat pada formula shampo yang mempunyai fungsi atau
maksud tertentu, seperti shampo anti ketombe, shampoo bayi, shampo
antikerontokan, dan sebagainya. Zat tambahan dapat berupa zat aktif anti
ketombe, ekstrak tumbuhan, vitamin, protein, dan lain-lain
(Wikipedia,2011).
Macam – macam shampo berdasarkan kegunaanya antara lain :
a. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting. Shampo ada yang dibuat
khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena
rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga ke akar
rambut dan hal ini bisa mempengaruhi kondisi kesehatan rambut.
b. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh. Shampo untuk
membersihkan secara menyeluruh yang biasanya mengandung acid atau
asam yang didapat dari apel, lemon atau cuka yang berfungsi untuk
menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath,
busa untuk rambut, hairspray, lilin rambut, jelly rambut, dan produk
lainnya yang tertinggal di kulit kepala. Jenis shampo ini sangat cocok
digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut dan kulit
kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan
pada pengeritingan atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena
unsur asam mengurangi minyak maka jenis shampo ini dapat membuat
rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering dan disarankan untuk
menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu.
c. Shampo penambah volume rambut. Jenis shampo ini mengandung protein
yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai terlalu
sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa shampo sehingga
mengakibatkan rambut terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis
rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang, tipis maka bisa
digunakan jenis shampo ini. Tetapi sebaiknya dihindari penggunaan yang
terlalu sering.
d. Shampo anti ketombe. Shampo anti ketombe ini mengandung selenium,
zinc atau asam salisilat yang telah terbukti cukup berhasil membantu
menghilangkan lapisan ketombe, namun dapat menyebabkan kulit kepala
menjadi kering (Hendrawan, 1991).
2. MONOGRAFI BAHAN
Sodium lauryl sulfat
Sinonim : Natrium lauril sulfat
Rumus Molekul : C12H25NaO4S / CH3(CH₂)10CH₂OSO₃Na
Pemerian : hablur kecil berwarna putih atau kuning muda, agak
berbau khas
Kelarutan : mudah larut dalam air
Stabilitas : Natrium lauryl sulfat stabil dalam kondisi
penyimpanan normal. Namun dalam larutan dibawah
kondisi ekstrim yaitu pada pH 2,5 atau dibawahnya. Hal
itu dapat menyebabkan hidrolisis pada lauryl alcohol
dan sodium bisulfat. Bahan harus disimpan dalam
wadah tertutup , jauh dari pengoksidasi yang kuat,
dalam tempat yang dingin, tempat kering.
OTT : kationik surfaktan, garan alkaloid, garam potassium
Titik Lebur : 206℃
Konsentrasi : 2%
Kegunaan : detergen, surfaktan anionik
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Cocamide DEA
Sinonim :Coco DEA
Rumus Molekul :CH3(CH2)nC(=O)N(CH2CH2OH)2
Pemerian :Cairan kental dan lunak
Titik Lebur : 32℉
Kegunaan :Digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming (busa
yang terbentuk) serta menstabilkan busa, membantu
mengentalkan produk seperti shampo, handsoap, serta
sediaan kosmetik yang lain. Sebagai surfaktan skunder
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik
Na cmc
Sinonim : Natrium karboksimetilselulosa, n carboxy methyl
cellulose sodium
Pemerian : Serbuk atau granul putih sampai krem; higroskopis
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloidal; tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut organik lain.
Stabilitas : stabil, meskipun higroskopis. Dalam kondisi yang
tingkat kelembaban tinggi, NaCMC dapat mengabsorbsi
air dalam jumlah yang besar (50%). Larutan NaCMC
stabil pada pH 2-10, pengendapan dapat terjadi pada pH
dibawah 2 dan pengurangan viskositas secara cepat
terjadi dibawah pH 10. Harus disimpan dalam wadah
tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering
Titik Lebur : 2.52℃
Konsentrasi : 0,5% - 2,0%
Kegunaan : suspending agent, meningkatkan viskositas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Propil paraben
Sinonim : Nipasol
Rumus Molekul : C 10 H 12 O 3
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
95% P, 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P,
dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam
larutan alkali hidroksida
Stabilitas : Propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
otoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu
kamar selama empat tahun
OTT : Aktvitas antimikroba berkurang dengan adanya
surfaktan nonionis
Titik Lebur : 95℃-98℃
Konsentrasi : 0,005% - 0,2%
Kegunaan : Antimikroba, pengawet
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Menthol
Sinonim : Mentholum
Rumus Molekul : CH 6 CH 20O
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna;
bau tajam seperti minyak permen; rasa panas dan
aromatic diikuti rasa dingin
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
(95%) dalam kloroform, dan dalam eter; mudah larut
dalam paraffin cair dan dalam minyak atsiri.
Stabilitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal
OTT : Meleleh dalam larutan spiritus kalau tercampur dengan
air atau jika kadar alkoholnya rendah menthol akan
memisah
Titik Lebur : 37-38℃
Konsentrasi : Untuk formula topical 0,05-1%
Kegunaan : Korrigen, antiiritan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk
Aquadest
Sinonim : Aqua dsestillata, air suling
Rumus Molekul : H 2O
Pemerian : Jernih tidak berwarna, tidak berasa
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Stabilitas : Stabil diudara
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainnya yang mudah terhidrolisis
Titik Lebur : 180℃
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III
METODE
1. ALAT
- Beaker glas
- Gelas ukur
- Stemper dan mortar
- Batang pengaduk
2. BAHAN
- Ekstrak daun alamanda
- Sodium lauryl sulfat
- NaCl
- PEG-400
- Propyl paraben
- Metil paraben
- Mentol
- Aquadest
3. FORMULASI
4. PERHITUNGAN BAHAN
Ekstrak Daun Alamanda = 45/100 x 100g = 45 gram
Sodium Lauryl Sulfate = 10/100 x 100g = 10 gram
Cocamide DEA = 4/100 x 100g = 4 gram
Na CMC = 3/100 x 100g = 3 gram
Propil Paraben = 0,2/100 x 100g = 0,2 gram
Menthol = 0,25/100 x 100g = 0,25 gram
Aquadest = 100ml – 77,45g = 22,55 gram
5. PENIMBANGAN BAHAN
Na CMC = 3 gram
6. CARA KERJA
1. Pembuatan Simplisia
Daun alamanda
- Diambil daun alamanda, dibersihkan, dirajang, dikeringkan,
dibersihkan dari bahan yang tidak dipakai, dibuat serbuk
- Ditimbang untuk mengetahui berat yang dihasilkan
2. Pembuatan Ekstrak
Simplisia daun alamanda
Dimasukan sebanyak 450 g serbuk simplisia daun alamanda ke dalam
Bejana
Direndam dengan larutan etanol 96% 2250ml
Ditutup dengan aluminium foil
Dibiarkan selama 5 hari sambil sesekali diaduk
Disaring menggunakan kertas saring yang menghasilkan filtrat 1 dan
ampas 1
Ditambah ampas yang ada dengan larutan metanol sebanyak 1350 ml
Ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 2 hari
Disaring menghasilkan filtrat 2 dan ampas 2
Dicampur filtrate 1 dan 2 menjadi satu lalu dievaporasi menggunakan
rotary evaporator
Dibiarkan pada suhu ruangan hingga seluruh pelarut metanol menguap .
Ditimbang dan dihitung ekstrak yang telah didapat rendemennya.
2. Uji Homogenitas
Sediaan sampo yang dikatakan homogen bila terdapat persamaan warna yang
merata dan tidak adanya partakel atau bahan kasar yang dapat diraba.
Sampo Ekstrak daun alamanda
- Diambil sedikit sediaan sampo ekstrak buah pedada
- Dioleskan pada kaca transparan
- Diamati apakah terdapat partikel-partikel atau tidak dan catat hasil
yang didapatkan
3. Uji pH
Persyaratan pH sampo yaitu 5,0-8,0 (Badan Standardisasi Standar Nasional
Indonesia, 1992).
Hasil evaluasi pH
4. Uji Viskositas
Standar viskositas sediaan sampo yakni pada rentang 400-4000 cP.
- Diukur volume busa dalam gelas ukur dalam beberapa kurun waktu
Kelompok :1A
NIM : 189299
Hasil Praktikum :
Shampoo Homogenitas
Replikasi I Homogen
Replikasi II Homogen
Pembahasan :
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan Sampo. Sampo merupakan sediaan kosmetik
yang digunakan sebagai pembersih rambut dan kulit kepala dari segala kotoran diantaranya
minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan sebagainya. Pada praktikum ini bahan dasar atau
zat aktif tumbuhan yang digunakan adalah daun alamanda, yang mana diketahui secara
empiris dapat mengatasi masalah ketombe.
Ekstrak daun Allamanda cathartica diperoleh dengan cara ekstraksi metode maserasi
dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Metode maserasi dipilih karena merupakan metode
ekstraksi yang sederhana dan dapat menyari senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Pelarut etanol 96% merupakan pelarut polar yang digunakan untuk menyari zat aktif dari
sampel yang bersifat polar. Kandungan senyawa dalam daun Allamanda cathartica yang
berkhasiat sebagai antijamur seperti alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid dan
triterpenoid (Pratiwi, 2008). Senyawa-senyawa tersebut umumnya merupakan senyawa polar
yang tidak tahan terhadap pemanasan. Maserat yang diperoleh, disaring untuk memisahkan
residu dan filtrat. Kemudian filtrat dilakukan pemekatan dengan rotatory evaporator pada
suhu 60oC dan dimasukkan kedalam oven untuk menguapkan pelarut hingga menjadi ekstrak
kental. Pemekatan bertujuan untuk mengetahui persen rendemen sekaligus mencegah
kemungkinan terjadinya kerusakan komponen yang terkandung dalam ekstrak dan
mempermudah dalam hal penyimpanannya bila dibandingkan dalam keadaan ekstrak yang
masih terkandung pelarut (Yulia, 2006).
Meskipun demikian nilai pH kedua formulasi sampo antiketombe yang didapat antara
5,39–5,42 memenuhi persyaratan SNI karena masih berada pada rentang pH sesuai
persyaratan. Hasil pengukuran tinggi busa menunjukkan kemampuan surfaktan membentuk
busa. Busa dari sampo merupakan hal yang sangat penting. Hal ini karena busa menjaga
sampo tetap berada pada rambut, membuat rambut mudah dicuci, serta mencegah batangan-
batangan rambut menyatu sehingga menyebabkan kusut (Mitsui, 1997). Tinggi busa yang
dihasilkan dari kedua formulasi sampo berkisar 3,40-3,70cm memenuhi persyaratan tinggi
busa menurut Wilkinson (1982) yaitu 1,3-22cm. Dari hasil pengukuran tinggi busa
menunjukan bahwa adanya peningkatan daya pembusa antara sampo tanpa ekstrak
Allamanda cathartica dengan sampo dengan penambahan ekstrak, hal ini dikarenakan ekstrak
Allamanda cathartica mengandung saponin. Menurut Harbone (1996) saponin bersifat sabun.
Kadar air sampo menurut persyaratan SNI No. 06-2692-1992 yaitu maksimum 95%. Nilai
kadar air sangat penting untuk diketahui dalam sebuah produk sampo, karena kadar air terkait
dengan fisik sampo serta mempengaruhi daya simpan suatu produk sampo. Berdasarkan hasil
pengukuran kadar air, sampo antiketombe dengan berbagai konsentrasi ekstrak Allamanda
cathartica yaitu berkisar 54,86-73,73% memenuhi persyaratan SNI.
Zona hambat yang terbentuk terus meningkat dengan adanya penambahan konsentrasi
ekstrak Allamanda cathartica. Di antara kedua konsentrasi ekstrak Allamanda cathartica
dalam formula sampo antiketombe, zona hambat terbesar terdapat pada sampo antiketombe
yang mengandung ekstrak Allamanda cathartica dengan konsentrasi 30% (F2), sedangkan
zona hambat terendah terdapat pada sampo antiketombe yang mengandung ekstrak
Allamanda cathartica dengan konsentrasi 15% (F1). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
Allamanda cathartica dalam formula sampo maka semakin tinggi pula kandungan zat aktif
didalamnya sehingga semakin besar aktivitas antijamur. Kontrol negatif yang digunakan
yaitu formula sampo antiketombe tanpa ekstrak Allamanda cathartica dapat memberikan zona
hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, hal ini menunjukkan bahwa ada
bahan dalam formula sampo yang berfungsi sebagai antijamur.
Bahan yang diduga ialah metil paraben karena metil paraben merupakan bahan
tambahan yang digunakan sebagai pengawet sehingga mempunyai kemampuan untuk
menghambat tumbuhnya kontaminan seperti bakteri maupun jamur. Aktivitas antijamur
sampo antiketombe ekstrak Allamanda cathartica dengan konsentrasi 15% (F1), 30% (F2)
memiliki respon hambatan pertumbuhan mikroba yang kuat dilihat dari kategori
penghambatan antimikroba menurut Pan et al (2009).
BAB V
KESIMPULAN
1. Ekstrak etanol daun Allamanda cathartica dapat diformulasikan sebagai sediaan sampo
antiketombe yang memenuhi persyaratan seperti organoleptik, pH, tinggi busa dan kadar air.
2. Peningkatan konsentrasi ekstrak etanol daun Allamanda cathartica 15% dan 30% pada
formulasi sediaan sampo antiketombe diikuti dengan penambahan diameter zona hambat
pada setiap variasi konsentrasi yang menunjukkan peningkatan aktivitasnya terhadap jamur
Candida albicans. Sampo antiketombe ekstrak daun Allamanda cathartica dengan konsentrasi
30% (F2) mempunyai aktivitas antijamur paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 15%
(F1).
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sujono, T. A., & Sintowati, R. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Daun Pandan
Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai Antibakteri. University
Research Colloquium.
Badan Standardisasi Standar Nasional Indonesia. (1992). SNI Sampoo (06- 2692-1992).
Mutiara, R., Djangi, M. J., & Herawati, N. (2016). Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Kulit Buah Mangrove
Pidada ( Sonneratia caseolaris ) Isolation and Antioxidant Activity Test
of Secondary Metabolites Compound Methanol Extract of Mangrove
Pidada Rind ’ s (. Jurnal Chemica, 17, 52–62.
Nurdiansyah. (2007). Efek Lama Maserasi Bubuk Kopra Terhadap Rendemen , Densitas ,
dan Bilangan Asam Biodiesel yang Dihasilkan dengan Metode
Transesterifikasi In Situ. Jurnal Belian, 60(2), 218–224.
Pan, X., Chen, F., Wu, T., Tang, H., & Zhao, Z. (2009). The acid, bile tolerance and
antimicrobial property of Lactobacillus acidophilus NIT. Food Control.
https://doi.org/10.1016/j.foodcont.200 8.08.019
Rieger, M. (2003). Harry’s cosmeticology (8th ed New). New York: Chemical Publishin
Company.
Sambodo, D. K., & Arlesia, N. (2019). Aktivitas antioksidan krim kombinasi ekstrak
Eucheuma Cottonii Sumbawa dan ekstrak Citrus lemon L. impor
dengan metode DPPH. Health Sciences and Pharmacy Journal.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i1.95
Wilkinson, J. B., & Moore, R. J. (1982). Harry’s Cosmeticology (7th ed.). London:
George Godwin.
LAMPIRAN
1. Gambar Sediaan Sampo
ALMAND
Aquadest
ALMAND Diproduksi Oleh :
PT. LUPAFARMA
Sampo Anti Ketombe
Sampo Anti Ketombe Pontianak-Indonesia