Anda di halaman 1dari 20

Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.

Genap/2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dalam bidang agrobisnis. Salah
satu sumber daya alam yang potensial adalah jeruk purut. Jeruk purut termasuk suku
Rutaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang banyak ditanam di beberapa negara
termasuk Indonesia. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Minyak
atsiri yang berasal dari daun jeruk purut disebut combava petitgrain (dalam bahasa
Afrika) yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor,
parfum, pewarna dan lain-lain. Misalnya dalam industri pangan banyak digunakan
sebagai pemberi cita rasa dalam produk) produk olahan. Minyak daun jeruk purut dalam
perdagangan internasional disebut kaffir lime oil. Minyak atsiri daun jeruk purut banyak
diproduksi di Indonesia dengan output beberapa ton per tahun. Harga kaffir lime oil asal
Indonesia yaitu sebesar USD 65,00-75,00 per kilogram (Feryanto, 2007).
Daun jeruk purut mengandung sabinena dan limonena yang berguna untuk
kosmetik, aromaterapi, pencuci rambut, antelmintik, obat sakit kepala, nyeri lambung dan
biopestisida. Daunnya juga sering digunakan sebagai rempah yang berfungsi untuk
memberi aroma yang khas pada masakan (Kastianti,2008). Pada mulanya istilah “minyak
atsiri” adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang bersifat mudah menguap, yang
terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang
berbeda-beda. Minyak atsiri yang combava petitgrain (dalam bahasa Afrika) mudah
menguap terdapat di dalam kelenjar minyak yang harus dibebaskan sebelum disuling
yaitu dengan merajang/memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak
sebanyak mungkin, sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan (Suryaningrum,
2009).
Dikarenakan potensi alam jeruk purut yang melimpah di Indonesia serta manfaat
yang digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna dan
lain-lain. Maka pada percobaan ini dilakukan ekstraksi untuk memperoleh minyak atsiri
dari daun jeruk purut.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari proses destilasi air langsung.

Made by: Checked by: Approved by:


Widia Fitri Novita Sari Yuni Aulia

1
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018

Menghitung rendemen minyak atsiriBAB II


TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Jeruk Purut
Jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan
terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan
internasional jeruk purut dikenal sebagai kaffir lime. Citrus hystrix temasuk ke dalam
suku jeruk-jerukan (Rutaceae). Klasifikasi Citrus hystrix menurut Dalimartha (2006)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Spesies : Citrus hystrix D.C.

Gambar 1.1 Daun Jeruk Purut (Dalimartha, 2006)

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia

2
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 3

Jeruk purut dapat tumbuh hingga 2-12 meter, batangnya kecil, bengkok, dan bercabang
rendah. Batang yang sudah tua bentuknya bulat, hijau tua, polos atau berbintik. Daunnya
majemuk, menyirip, beranak daun satu. Tangkai daun melebar menyerupai anak daun.
Anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau tumpul, ujung
tumpul sampai meruncing, tepi beringgit, panjang 8-15 cm, lebar 2-6 cm, kedua
permukaan licin dengan bintik-bintik kecil berwarna jernih, permukaan atas warnanya
hijau tua agak mengkilap, permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuningan, buram,
apabila diremas berbau harum. Bunga berbentuk bintang, berwarna putih kemerahan
atauputih kekuningan. Buah berbentuk bulat telur, keras, kulitnya tebal dan berkerut,
warna kulit hijau, berbenjol-benjol, rasanya sangat masam dan agak pahit. Buah matang
berwarna sedikit kuning (Dalimartha, 2006).
Jeruk purut juga merupakan salah satu tanaman hortikultura yang lazim digunakan
sebagai cita rasa alami pada berbagai produk makanan dan minuman di Indonesia dan
negara-negara Asia lainnya. Cita rasa dari daun jeruk purut berasal dari minyak atsiri
yang dikandungnya yang komponen utamanya yaitu sitronellal. Kandungan sitronellal
yang tinggi menjadi salah satu kelebihan minyak daun jeruk purut di bidang industri,
khususnya industri parfum dan kosmetik.
Daun jeruk purut merupakan daun mejemuk yang menyirip beranak daun satu.
Tangkai daun sebagian melebar menyerupai daun sebagian melebar menyerupai anak
daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal membundar atau
tumpul, ujung tumpul sampai runcing, permukaan kecil dengan bintik-bintik kecil
berwarna jernih, permukaan atas warnanya hijau muda atau hijau kekuningan, buram, jika
diremas baunya harum. Ciri khas daun jeruk purut adalah terdiri dari dua bagian, dengan
lekukan ditengahnya, hingga sepintas daun jeruk purut tampak seperti dari dua daun. Di
atas daun pertama tumbuh daun kedua yang berada dibagian atasnya. Warna daun jeruk
purut hijau tua, dengan aroma harum dan tajam.
Daun jeruk purut mengandung tanin 1,8 %, steroid, triterpenoid, dan minyak atsiri
1 – 1,5 %. Kulit jeruk purut mengandung saponin, tanin dan minyak atsiri 2 – 2,5 %.
Daun jeruk purut juga digunakan sebagai bahan utama dalam obat-obatan tradisional.
Daun jeruk purut mengandung alkaloid, polifenol, minyak atsiri, tanin, flavonoid. Jeruk
purut memiliki efek farmakologis sebagai antiseptik dan antioksidan. Senyawa yang
terdapat dalam daun jeruk purut yang berfungsi sebagai antibakteri adalah alkaloid,
flavonoid, dan tannin (Suryaningrum, 2009).

2.2 Ekstraksi Minyak Atsiri

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 4

Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian
terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan
ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi.  Bahan ekstraksi
yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu
bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian
dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan
dengan larutan di luar bahan (Sudjadi, 1988).
Bahan yang ingin diekstrak sebaiknya diberi perlakuan terlebih dahulu agar proses
untuk mendapatakan minyak semakin cepat. Perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang
mengandung minyak umumnya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan cara
pengecilan ukuran bahan dan pengeringan atau pelayuan (Ketaren, 1985).
Proses pengecilan ukuran dan pengeringan bahan berminyak yang bersifat
permiabel (mudah ditembus zat cair dan uap) kadang-kadang dilakukan dengan tujuan
untuk mengekstraksi minyak dalam waktu yang relatif lebih singkat. Sebelum bahan olah
tersebut diekstraksi sebaiknya dirajang terlebih dahulu menjadi potongan-potongan lebih
kecil. Proses perajangan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak
mungkin sehingga pada proses ekstraksi laju penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi
cukup cepat. Selama proses perajangan, akan terjadi penguapan komponen minyak
bertitik didih rendah. Oleh karena itu, jika diinginkan rendemen dan mutu minyak yang
baik, maka hasil rajangan harus segera diekstraksi. Perlakuan pendahuluan dengan cara
pengeringan bahan akan mempercepat proses ekstraksi, memperbaiki mutu minyak dan
mengurangi kadar air yang terkandung dalam bahan, akan tetapi selama pengeringan
kemungkinan sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan oksidasi oleh oksigen
udara (Ketaren, 1985).
2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak
karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah:
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini
cocok untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 5

tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, Pelarut yang
digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu,
beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil
(Agoes, 2007).

b. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut
ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah. Kelebihan dari metode adalah sampel terus dialiri oleh pelarut baru tanpa
dipanaskan sehingga minyak yang dihasilkan lebih baik. Sedangkan kerugiannya adalah
jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh
area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak
waktu (Guenther, 1987).
Maserasi dan perkolasi termasuk kedalam ekstraksi menggunakan pelarut yang
sesuai. Vogel (1984) menyatakan bahwa ekstraksi dengan pelarut merupakan proses
pemisahan komponen zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang
tidak saling melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan, senyawa yang
diinginkan dapat dipisahkan secara selektif.
Ekstraksi pelarut dinilai cocok untuk pengambilan minyak nabati dari biji – bijian.
Pada proses ekstraksi minyak dari bahan dengan pelarut, perpindahan massa solute
(minyak) dari dalam padatan ke pelarut (n-heksana) melalui difusi dari dalam padatan
(biji) ke permukaan padatan (biji) dan perpindahan massa minyak dari permukaan
padatan (biji) ke cairan (Sediawan dan Prasetya, 1997).
Pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi. Pemilihan pelarut pada umumnya
dipengaruhi oleh faktor – faktor antara lain (Guenther, 1987) :
a. Pelarut harus dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan cepat dan
sempurna.
b. Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d. Pelarut harus bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain.

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 6

e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak
tertinggal dalam minyak.
f. Harga pelarut harus semurah mungkin.
g. Pelarut harus tidak mudah terbakar.
2.2.2 Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin.
Metodanya adalah:

a. Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke
dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak
3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Markopala,
2010).
b. Sokletasi
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa
(dapat digunakan kertas saring) dalam selonsong yang ditempatkan di atas labu dan di
bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam tabung soklet dan suhu
penangas diatur di bawah suhu refluks. Keuntungan dari metode ini adalah proses
ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga
tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya
adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh
terus-menerus berada pada titik didih (Markopala, 2010).
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan suatu senyawa dari bahan
padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu didih, ekstraktor dan
kondensor. Sampel yang akan diekstrak perlu dikeringkan dan dihaluskan sebelum
disokletasi. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk mengilangkan kandungan air
yang terdapat dalam sampel sedangkan dihaluskan adalah untuk mempermudah senyawa
terlarut dalam pelarut. Dalam sokletasi digunakan pelarut yang mudah menguap. Pelarut
itu bergantung pada tingkatannya, polar atau non polar. Prinsip sokletasi yaitu
penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 7

digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu
pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada
bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan (Tondra, 2011).
c. Isolasi
Salah satu cara untuk meng-isolasi minyak atsiri dari bahan tanaman penghasil
minyak atsiri adalah dengan penyulingan, yaitu pemisahan komponen yang berupa cairan
dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik didih. Proses tersebut
dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air.
Isolasi bahan alam dilakukan berdasarkan sifat bahan alam tersebut, dan dapat
digolongkan menjadi isolasi cara fisis dan isolasi cara kimia. Isolasi secara fisis
didasarkan pada sifat fisik bahan alam, seperti kelarutan dan tekanan uap. Isolasi
berdasarkan perbedaan kelarutan bahan alam dalam pelarut tertentu dapat dilakukan
dengan pelarut dingin atau pelarut panas. Isolasi dengan pelarut dingin digunakan untuk
mengisolasi bahan alam yang dapat larut dalam keadaan dingin. Tekniknya dapat
dilakukan dengan merendam sumber bahan alamnya dalam pelarut tertentu selama
beberapa lama (jam atau hari). Untuk bahan alam yang larut dalam keadaan panas
digunakan teknik isolasi secara kontinyu dengan alat Soxhlet. Isolasi berdasarkan
penurunan tekanan uap dilakukan dengan cara destilasi uap. Cara ini digunakan untuk
senyawa yang tidak larut dalarn air, bertitik didih tinggi, mudah terurai sebelum titik
didihnya dan mudah menguap (Tondra, 2011).
d. Destilasi
Proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam
campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dan proses ini dilakukan
terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Menurut Dita (2011), pengolahan
minyak atsiri telah dikenal 3 macam destilasi sebagai berikut :
1. Destilasi Air (Water distillation)
Metode penyulingan dengan air merupakan metode paling sederhana jika
dibandingkan dua metode penyulingan yang lain. Pada metode ini, bahan yang akan
disuling dimasukkan dalam ketel suling yang telah diisi air. Dengan begitu, bahan
bercampur langsung dengan air. Pada metode ini, perbandingan jumlah air perebus
dan bahan baku dibuat berimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah
mengalami proses pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan
dipadatkan. Selanjutnya, ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang
mengakibatkan uap keluar.Uap yang dihasilkan dari perebusan air dan bahan dialirkan

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 8

melalui pipa pendingin sehingga terjadi pengembunan (kondensasi). Selanjutnya air


dan minyak ditampung dalam tangki pemisah. Pemisahan air dan minyak dilakukan
berdasarkan perbedaan berat jenis.
2. Destilasi Air dan Uap (Water and Steam Distillation)
Metode ini disebut juga dengan system kukus. Pada metode pengukusan ini,
bahan diletakkan di atas piringan atau plat besi berlubang seperti ayakan (sarangan
yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air. Saat air direbus dan
mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat lubang-lubang kecil dan
melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap
panas tersebut melalui pipa menuju ketel kondensator (pendingin).
Selanjutnya, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki
pemisah. Pemisahan air dan minyak atsiri dilakukan berdasarkan berat
jenis.Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam
jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100 0C. Lama penyulingan
relative lebih singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika
dibandingkan dengan minyak hasil dari sistem penyulingan dengan air.
3. Destilasi Uap (Steam Distillation)
Pada sistem ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang
letaknya terpisah dari ketel penyulingan. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan
lebih tinggi dari tekanan udara luar. Proses penyulingan dengan uap ini baik jika
digunakan untuk menyuling bahan baku minyak atsiri berupa kayu, kulit batang,
maupun biji-bijan yang relatif keras.

Metode lain yang bisa digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan
adalah dengan cara pengepresan. Mechanical expression atau pengepresan mekanis
merupakan suatu cara pengambilan minyak atau lemak terutama untuk bahan yang
berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang
berkadar minyak tinggi (30 – 70%). Pada cara ini diperlukan perlakuan pendahuluan
sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya yang mencakup pembuatan serpihan,
perajangan, dan penggilingan atau pemasakan (Ketaren, 1985).

2.3 Produk Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut


Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral
(mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak
atsiri (essential oil). Minyak atsiri yang disebut juga minyak minyak eteris, minyak
terbang atau essential oil, dipergunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri
Made by: Checked by: Approved by:
David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 9

misalnya pada industri parfum, kosmetik, industri farmasi dan flavoring agent. Dalam
pembuatan parfum dan wangi-wangian minyak atsiri tersebut berfungsi sebagai zat
pewangi terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga yang berasal dari jenis tertentu,
minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga dibuat secara sintesis (Ketaren,
1985).
Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap dari
bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan
bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan campuran yang tidak mudah
menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya1.
Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian penting atau
perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini ditujukan pada aroma atau
essence yang dikeluarkan oleh beberapa tumbuhan (misalnya rempah-rempah, daun-
daunan dan bunga). Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara
teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil yang
secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat dilepaskan dari
bahannya dengan bantuan dididihkan dalam air atau dengan mentransmisikan uap melalui
minyak yang terdapat di dalam bahan bakunya.
Komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi 2 golongan yaitu hidrokarbon dan
hidrokarbon beroksigen (oxygented hidrocarbon). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam
minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3
unitisoterpen), diterpen (4 unit isoterpen), dan politerpen, sertaparafin, olefin dan
hidrokarbon aromatik. Di samping itu minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam
jumlah kecil. Resin dan lilin merupakan komponen yang tidak mudah menguap (Ketaren,
1985). Beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia dan
bagian  tanaman yang mengandung minyak atsiri:
Tabel 2.1 Bagian Tanaman yang Mengandung Minyak Atsiri
Nama Bagian Tanaman Nama Tanaman

Akar Akar wangi, Kemuning

Daun Nilam, Cengkeh, Sereh lemon, Sereh Wangi,


Sirih, Mentha, Kayu Putih
Biji Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga,
Klausena, Kasturi, Kosambi.
Buah Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.

Bunga Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap


malam, Cemopaka

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 10

Kulit kemangi, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi,


Selasihan, Sintok.
Rimpang Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur,
Lengkuas, Lempuyang sari,Temu hitam,
Temulawak, Temu putrid
(Sumber : Dita, 2011)
Pada mulanya istilah “minyak atsiri” adalah istilah yang digunakan untuk minyak
yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap,
dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Minyak atsiri yang mudah menguap
terdapat di dalam kelenjar minyak yang harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan
merajang/memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak
mungkin, sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan (Suryaningrum, 2009). Minyak
atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari
minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya.
Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut disebut combava petitgrain (dalam
bahasa afrika) yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi,
flavor, parfum, pewarna dan lain-lain. Misalnya dalam industri pangan banyak digunakan
sebagai pemberi cita rasa dalam produk-produk olahan. Minyak daun jeruk purut dalam
perdagangan internasional disebut kaffir lime oil. Minyak atisiri ini banyak diproduksi di
Indonesia dengan output beberapa ton per tahun. Harga kaffir lime oil asal Indonesia yaitu
sebesar USD 65,00-75,00 per kilogram (Feryanto, 2007).
Daun jeruk purut memiliki beberapa komponen kimia yaitu sitronellal, sitronelol,
linalol, geraniol dan kompenen lain. Berikut komponen minyak daun jeruk purut.
Tabel 2.2 Komponen Minyak Daun Jeruk Perut
Komponen Persentase
Sistronellal 81,49 %
Sistronelol 4,22 %
Linalol 3,69 %
Geraniol 0,31 %
Komponen Lain 6,29 %
(Sumber: Koswara, 2009)
1.3.1 Sifat Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut
Beberapa sifat minyak atsiri daun jeruk purut sebagai berikut :
a. Mudah menguap bila dibiarkan pada udara terbuka
b. Tidak larut dalam air
c. Larut dalam pelarut organik
d. Tidak berwarna, tetapi semakin lama menjadi gelap karena mengalami oksidasi
e. Memiliki bau yang khas seperti pada tumbuhan aslinya

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 11

Sifat fisika minyak atsiri meliputi tidak larut dalam air, larut dalam eter, alkohol,
dan pelarut organik lain, bau karakteristik, bersifat optis aktif (indeks refraksi). Dalam
tumbuhan, minyak atsiri terdistribusi terutama dalam bunga dan daun. Berdasarkan
sukunya atau familinya minyak atsiri terakumulasi dalam sel sekret khusus, seperti sisik
kelenjar (Lamiaceae), sel parenkim yang telah berubah (Piperaceae), sel minyak (Vittae)
pada Apiaceae. Selain itu terdapat juga dalam bagian dalam lysigen atau sizogen pada
Pinaceae dan Rutaceae. Kandungan kimia minyak atsiri secara umum terbagi dalam dua
golongan besar yaitu:
1. Terpenoid hidrokarbon, melalui biosintesis asetat mevalonat,
2. Senyawa aromatis, berasal dari biosintesis sikimat fenil propanoat.
Sifat fisik minyak atsiri berbeda dengan minyak lemak. Minyak atsiri dapat
disuling dari sumber alaminya, sedangkan minyak lemak tidak, karena minyak lemak
tersusun atas ester gliserol asam lemak. Minyak atsiri tidak meninggalkan noda lemak
permanen pada kertas, tidak seperti minyak lemak yang meninggalkan noda lemak.
Minyak atsiri tidak menjadi tengik dalam penyimpanan, namun jika terkena cahaya dan
udara akan teroksidasi menjadi resin.
Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang dituangkan dalam
standar mutu. Dicantumkan sifat yang umum terdapat dalam minyak atsiri tersebut, sifat-
sifat tersebut bukan merupakan hal yang dipaksakan akan tetapi sifat yang seharusnya
dimiliki oleh setiap jenis minyak tersebut. Dari sifat fisik dapat diketahui secara umum
komponen kimia yang terdapat didalamnya. Menurut Ketaren (1985), faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu minyak atsiri adalah sebagai berikut:
1. Jenis tanaman dan umur panen
2. Perlakuan bahan sebelum ekstraksi
3. Jenis peralatan dan kondisi proses ekstraksi minyak
4. Pengemasan dan penyimpanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari minyak atsiri (Ketaren, 1985):
1. Suhu
Semakin tinggi suhu dari air maka semakin cepat dan banyak uap yang dihasilkan, jika
semakin tinggi uap yang dihasilkan maka uap tersebut akan menyentuh jahe secara
merata.
2. Luas permukaan sampel
Semakin besar luas permukan suatu sampel, maka uap akan mudah mengekstrak
minyak dari jahe. Karena jika dibandingkan dengan jahe yang memiliki luas
penampang kecil uap akan sulit menyentuh sampel tersebut.

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 12

3.  Waktu
Semakin lama waktu untuk destilasi uap-air maka uap akan lebih banyak mengektrak
minyak tersebut karena proses ekstraksi terjadi berulang-ulang.
4. Uap yang diberikan
Jika tekanan yang diberikan sangat kurang, maka uap susah untuk menembus semua
sampel sehingga semua sampel tidak dapat kontak dengan uap secara langsung.

2.3.3 Kegunaan Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut


Minyak atsiri daun jeruk purut biasanya digunakan dalam industri makanan,
minuman, farmasi, flavor, parfum, pewarna dan lain-lain. Misalnya dalam industri
pangan banyak digunakan sebagai pemberi cita rasa dalam produk) produk olahan. Selain
itu, minyak atsiri daun jeruk purut biasanya digunakan sebagai salah satu campuran pada
bahan baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi, produk makanan dan
minuman dan masih banyak produk lainnya. Minyak atsiri digunakan sebagai pengikat
aroma pada industri kosmetik dan farmasi serta sebagai pemberi rasa pada industri
makanan. Walaupun minyak atsiri mengandung banyak bahan kimia yang berbeda, akan
tetapi rasa atau aroma intinya masih dapat ditambahkan oleh satu sampai lima bahan
campuran lain yang berbeda. Untuk alasan inilah bahan sintetik atau nature-identical
dapat mengancam keberlanjutan produksi dari beberapa jenis minyak atsiri. Meskipun
demikian, karena alasan kontribusi minyak atsiri pada setiap produk hanya sedikit,
banyak perusahaan produk makanan yang memerlukan jenis minyak atsiri sebagai salah
satu bagian kecil dalam kebutuhan bahan bakunya berusaha terus mendapatkan suplai
yang kontinu dengan keseragaman mutu yang baik untuk menjaga tidak terjadinya
perubahan rasa pada produk yang dihasilkan (Ketaren, 1985).

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 13

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Yuni Aulia
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang digunakan
1. Satu unit alat destilator air langsung
2. Unit clavenger
3. Timbangan
4. Termometer
5. Kondensor
6. Botol kaca
7. Labu didih
8. Penangas air
9. Statif
10. Klem

3.2 Bahan-bahan yang digunakan


1. Daun jeruk purut 45 gram
2. Air
3. Batu didih
4. Minyak goreng
5. Vaseline

3.3 Prosedur Praktikum


1. Sampel dipotong – potong sesuai dengan instruksi asisten.
2. Timbang sampel yang telah dikeringkan sebanyak 45 gram.
3. Unit alat dirangkai dengan benar, sambungkan juga labu didih kepala tiga dan
kondensor. Periksa jangan sampai ada kebocoran.
4. Alirkan air pendingin dalam kondensor dan hidupkan alat pemanas.
5. Destilasi air dilakukan selama waktu yang telah ditentukan asisten.
6. Minyak dan air yang ada dalam clavenger dimasukkan ke dalam corong pemisah
untuk didinginkan dan memisahkan air dan minyak atsiri.
7. Minyak yang dihasilkan diukur volumenya, ditentukan berat jenisnya dengan
piknometer dan dihitung rendemennya.

Made by: Checked by: Approved by:


Widia Fitri Novita Sari Samsinar Sriningsih

13
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 15

10
KETERANGAN
1. Penangas air
9 2. Minyak goreng
3. Sampel
4. Labu didih kepala tiga
8 5. Klem
6. Statif
7. Unit clavenger
clavenger
8. Air masuk
9. Kondensor
10.Air keluar

5 6
4

3
2

1
Gambar 3.1 Rangkaian alat destilasi air

Made by: Checked by: Approved by:


Samsinar Sriningsih Widia Fitri Novita Sari
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat sampel : 45 gram
Suhu pemanasan : 120-150˚C
Waktu pemanasan : 120 menit
Volume minyak : 0,4 ml
Berat minyak : 0,5 gram
Rendemen : 1,1 %
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ekstraksi minyak atsiri dengan destilasi air ini, sampel yang
digunakan adalah daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) sebanyak 45 gram. Variabel tetap
pada metoda ini adalah berat sampel, ukuran sampel, jenis pelarut, dan waktu pemanasan.
Sedangkan variabel bebasnya adalah suhu pemanasan dan jumlah pelarut. Pada praktikum
ini sampel daun jeruk purut seberat 45 gram tanpa dipotong-potong terlebih dahulu. Jenis
pelarut yang digunakan adalah akuades karena mudah didapat dan Menurut Hardjono
(2004), minyak atsiri dibawa ke permukaan tanaman dengan air atau kelembaban air
untuk melepaskan minyak atsiri dan penguapan minyak atsiri melalui dinding-dinding
jaringan tanaman cepat berlangsung. Sampel dipanaskan dengan suhu 120-150˚C. Suhu
yang digunakan diatas titik didih air yaitu 100˚C agar penguapan cepat berlangsung,
sesuai pernyataan Treyball (1981) bahwa suhu tinggi akan menyebabkan gerakan molekul
air sebagai pelarut semakin cepat dan menyebabkan pori-pori padatan mengembang
sehingga memudahkan air untuk masuk ke dalam pori-pori padatan bahan. Suhu tidak
melebihi 150˚C karena akan merusak kandungan kimiawi daun jeruk purut. Jumlah
pelarut yang kontak langsung dengan sampel semakin berkurang karena menguap dan
tertahan pada clavenger. Berikut perbandingan ekstraksi minyak atsiri daun jeruk purut:
No Nama Jurnal Hasil Percobaan
.
1 Lestari, S. Jayuska, A. dan Indrayani -Metode eskstraksi : Destilasi uap
Y. (2015). Bioaktivitas Minyak Atsiri -Massa sampel : 2000 gram
Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix) -Jenis pelarut : Akuades
Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes -Suhu pemanasan : 100˚C
Sp.). JKK. Volume 4(4), 83-88. -Waktu : 4 jam
-Rendemen : 0,92%

No Nama Jurnal Hasil Percobaan

Made by: Checked by: Approved by:


Samsinar Sriningsih David Ali Hermawan

15
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018

.
2 Nurcahyo, H. (2016). Formulasi -Metode eskstraksi : Destilasi air
Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut -Massa sampel : 400 gram
(Citrus Hystrix D.C.) Sebagai Sediaan -Jenis pelarut : Akuades
Aromaterapi. Pancasakti Science -Suhu pemanasan : 100˚C
Education Journal 1 (1), hal 7 – 11. -Waktu : 4 jam
-Rendemen : 0,75 %
3 Percobaan Kelompok 5 -Metode eskstraksi : Destilasi air
Praktikum Kimia Organik 2018 -Massa sampel : 40 gram
-Jenis pelarut : Akuades
-Suhu pemanasan : 120-150˚C
-Waktu : 2 jam
-Rendemen : 1.1 %

Berdasarkan data perbandingan pada tabel diatas, perbedaan rendemen yang


dihasilkan dosebabkan oleh perbedaan variabel dalam percobaan. Karisma Yuda (2015)
menyatakan bahwa metode dan waktu yang berbeda dari ekstraksi daun jeruk purut
berpengaruh berbeda terhadap hasil rendemen. Metode destilasi uap menghasilkan
rendemen lebih tinggi daripada destilasi air dengan waktu yang sama dengan jurnal kedua
dengan suhu pelarut yang sama. Perbedaan waktu ekstraksi pada percobaan ini
menyebabkan rendemen yang dihasilkan lebih banyak daripada rendemen dengan waktu
ekstraksi jurnal 1 dan 2 meskipun suhu yang digunakan lebih tinggi. Hal ini disebabkan
oleh tidak maksimalnya minyak atsiri yang menguap bersama pelarut.
Percobaan ini menghasilkan minyak atsiri sebanyak 0,4 ml, berat 0,5 gram, dan
rendemen 1,1%. Rendemen yang dihasilkan tinggi dikarenakan adanyapelarut yang
terikut saat penyimpanan minyak yang diperoleh sehingga minyak yang ditingbang masih
bercampur dengan pelarut yang ikut menguap saat pemanasan. Hal ini menunjukkan
bahwa ekstraksi minyak atsiri daun jeruk purut dapat dilakukan dengan metode destilasi
air tetapi kurang cocok karena hanya mengekstrak minyak dengan jumlah kecil dan
minyak yang didapat sulit dipisahkan dengan pelarut karena proses isolasi minyak
menggunakan suhu diatas titik didih air sehingga jika dilakukan isolasi minyak atsiri akan
ikut menguap juga.

Made by: Checked by: Approved by:


Samsinar Sriningsih David Ali Hermawan

15
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 18

Beberapa grafik perbandingan variabel yang mempengaruhi rendemen minyak atsiri :

Grafik 4.1 Perbandingan waktu destilasi terhadap rendemen minyak atsiri

Grafik 4.2 Perbandingan massa sampel terhadap rendemen minyak atsiri

Grafik 4.3 Perbandingan suhu pemanasan terhadap rendemen minyak atsiri

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Samsinar Sriningsih
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018 19

Gambar 4.4 Perbandingan variabel dari beberapa jurnal dan hasil praktikum

Made by: Checked by: Approved by:


David Ali Hermawan Samsinar Sriningsih
Praktikum Kimia Organik/Kelompok V/S.Genap/2018

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Minyak atsiri daun jeruk purut dapat diekstraksi menggunakan metode destilasi air
dengan variabel tetap diantaranya berat sampel yaitu 40 gram, jenis pelarut yang
digunakan yaitu akuades, dan waktu pemanasan selama 2 jam. Sedangkan variabel
bebasnya adalah suhu pemanasan 120-150˚C agar penguapan cepat berlangsung serta
kandungan kimiawi daun jeruk purut tidak rusak dan jumlah pelarut yang semakin
berkurang karena terjadi penguapan air yang mengikat minyak atsiri. Rendemen pada
percobaan ini lebih rendah dibanding percobaan pada jurnal penelitian disebabkan oleh
perbedaan variabel yaitu metode ekstraksi, massa sampel, suhu pemanasan, dan waktu
yang digunakan. Rendemen yang dihasilkan sangat rendah yaitu 1,1% dibandingkan
dengan destilasi air penelitian sebelumnya yaitu 0,75% dengan waktu 4 jam dan dengan
metode destilasi uap yaitu 0,92% dengan waktu 4 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
destilasi air cocok untuk mengekstraksi minyak atsiri daun jeruk purut daripada dengan
metode destilasi uap.

5.2 Saran
1. Bahan sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu dan segera dilakukan proses
ekstraksi karena bahan yang tidak segera digunakan akan membuat jaringan-
jaringan dalam daun jeruk purut terbuka sehingga membuat komponen-
komponen dalam minyak atsiri menjadi menguap.
2. Sebaiknya ekstraksi minyak atsiri dengan metode distilasi air dilakukan dengan
waktu pemanasan yang lama agar didapatkan rendemen yang besar dan minyak
atsiri terekstrak sempurna.

Made by: Checked by: Approved by:


Samsinar Sriningsih David Ali Hermawan

19

Anda mungkin juga menyukai