TINJAUAN PUSTAKA
2. Nama Daerah
Tanaman jeruk purut (Citrus hystrixD. C) merupakan salah satu dari suku
rutaceae.Citrus hystrixyang disebut 'limau purut' di Malaysia, 'jeruk purut' di Indonesia
dan 'som makrut' di Thailand. Tanaman ini berasal dari Asia dan dibudidayakan di
seluruh bagian dunia yang lebih hangat (Burkill dalam Nor,1999).
1. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur inti C6-
C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C, biasanya dengan
ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik. Senyawa ini dapat dimasukkan
sebagai senyawa polifenol karena mengandung dua atau lebih gugus hidroksil, bersifat
agak asam sehingga dapat larut dalam basa (Hanani, 2014).
3. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida atau glikosida steroida yang
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah
(Harborne, 1996 dalam meylisa, 2019).
Gambar II.4 Struktur Kimia Saponin
(sumber : Harborne, 1996 dalam meylisa, 2019)
Menurut Robinson (1995) senyawa saponin dapat digunakan sebagai agen
antimikroba. Mekanisme kerjanya dengan cara mendenaturasi protein, dimana tegangan
permukaan dinding sel bakteri akan diturunkan dan permeabilitas membran bakteri
dirusak (Sani, 2013). Kelangsungan hidup bakteri terganggu akibat rusaknya membran
sel, maka saponin akan berdifusi melalui membran sitoplasma dan kestabilan membran
terganggu sehingga menyebabkan sitoplasma mengalami kebocoran dan keluar dari sel
yang dapat mengakibatkan kematian sel (Pleczar dan Reid, 1972).
4. Steroid
Steroid adalah senyawa golongan lipida yang mengalami penyatuan cincin
karbon. Steroid tidak mengandung asam lemak ataupun gliserol sehingga tidak
mengalami penyabunan (Hart, 1990 dalam meylisa, 2019). Senyawa steroid mengandung
gugus OH-, sering disebut sterol dengan sifat yang cenderung lebih polar.
6. Tanin
Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara kimia tanin
dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin
terhidrolisis (Robinson, 1995). Tanin terkondensasi terdapat salam paku-pakuan,
gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Tanin
terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
D Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)
KLT merupakan suatu teknik pemisahan dengan menggunakan adsorben (fase
stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang disalutkan pada permukaan bidang datar
berupa lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik. Pengembangan kromatografi
terjadi ketika fase gerak tertapis melewati adsorben. Keuntungan dari penggunaan KLT
adalah memerlukan waktu analisis yang cepat, penggunaan alat–alatnya sedikit,
sederhana, harga murah, serta memiliki daya analisa yang baik. Faktor retardasi
(Retardation Factor = Rf) adalah parameter yang digunakan untuk menggambarkan
migrasi senyawa dalam KLT. Nilai Rf merupakan parameter yang menyatakan posisi
noda pada fase diam setelah dielusi. Penentuan harga Rf analit, yaitu membandingkan
jarak migrasi noda analit dengan jarak migrasi fase gerak/eluen. Retardasi faktor dapat
dihitung sebagai rasio :
jarak migrasi analit Zs
Rf = =
jarak migrasi eluen Zf
Nilai Rf berkisar antara 0 dan 1 dan nilai Rf terbaik antara 0,2- 0,8 untuk deteksi UV dan
0,2-0,9 untuk deteksi visibel serta 20-80 untuk Rf relatif pada deteksi UV. Pada Rf
kurang 0,2 belum terjadi kesetimbangan antara komponen senyawa dengan fase diam
dan fase gerak sehingga bentuk noda biasanya kurang simetris. Sedangkan pada Rf diatas
0,8 noda analit akan diganggu oleh absorbansi pengotor lempeng fase diam yang
teramati pada visualisasi dengan lampu UV. Sedangkan pada deteksi visibel Rf dapat
lebih tinggi dari deteksi UV, hal ini disebabkan pengotor fase diam tidak bereaksi dengan
penampak noda sehingga noda yang berada pada Rf 0,2-0,9 masih dapat diamati dengan
baik. Dengan mengontrol kondisi pengembangan seperti kejenuhan chamber, komposisi
campuran pelarut yang konstan, temperatur konstan dan lain-lain akan didapat nilai Rf
yang reprodusibel (Wulandari, 2011).
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwama
hitam kecoklatan, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki
sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Tubuh dan
tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian punggung
(dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkimg vertikal di bagian kiri dan kanan yang
menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah
rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran
dan wama nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi
lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk seiama perkembangan.