Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman cengkeh ( syzigium Aromaticum L ) merupakan jenis tanaman
penghasil minyak atsiri yang tumbuh subur di indonesia. Minyak atsiri merupakan
salah satu produk yang dibutuhkan pada berbagai industri seperti industri
kosmetik, obat-obatan, makanan dan minuman. Minyak atsiri juga dapat
digunakan sebagai aroma terapi (Nurdjannah, 2004). Tanaman cengkeh
mengandung minyak cengkeh yang dapat diperoleh dari bagian-bagian tertentu
tanaman yaitu bunga, gagang bunga dan daunnya. Diantara ketiga bagian tersebut
yang mempunyai nilai ekonomis untuk diambil minyaknya adalah daun cengkeh,
sebab daun cengkeh tidak dijualbelikan sebagaimana bunga dan gagang cengkeh.
Daun cengkeh bemilai komersial bila diolah menjadi minyak cengkeh.
Penyulingan minyak atsiri daun cengkeh bisa menjadi alternatif hasil samping dari
perkebunan cengkeh di Indonesia mengingat perkebunan cengkeh di Indonesia
sangat luas.
Daun cengkeh merupakan hasil dari pohon cengkeh yang belum banyak
dimanfaatkan oleh petani dibandingkan dengan bunga atau tangkai cengkeh yang
banyak digunakan untuk industri rokok dan makanan. Menurut Guenther tanaman
cengkeh yang berumur lebih dari 20 tahun, setiap minggunya dapat terkumpul
daun kering sebanyak rata-rata 0,96 kg/pohon, sedangkan tanaman yang berumur
kurang dari 20 tahun dapat terkumpul sebanyak 0,46 kg/pohon (Supriatna dkk.,
2004). Daun cengkeh yang mengandung minyak 1-4 %, sehingga dapat
diekstraksi menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomis tinggi.
Isolasi minyak atsiri dari daun cengkeh dapat menggunakan beberapa
metode yaitu ekstraksi, penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan
penyulingan uap dan air yang masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kelemahannya. Isolasi minyak atsiri dapat menggunakan penyulingan dengan air.
Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih.
Penyulingan dengan air sering disebut penyulingan langsung. Minyak atsiri juga

1
dapat diperoleh menggunakan metode penyulingan dengan uap. Kelebihan model
ini dapat menggunakan beberapa ketel yang dipasang seri dalam satu boiler,
sehingga produksi yang dihasilkan akan lebih besar. kelemahan dari proses ini
adalah membutuhkan dana yang cukup besar karena adanya penambahan
konstruksi boiler. Metode lain adalah penyulingan uap dan air. Ciri khas model ini
yaitu uap selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan
tanaman yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air
panas. Menurut Nurdjannah (2004) pohon cengkeh memiliki bau yang khas
berasal dari minyak atsiri yang terdapat pada bunga (10-20%), tangkai (5-10%)
dan daun (1-4%).
Komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh adalah terpena
dan turunannya. Terpena penting dalam kegiatan industri seperti parfum, flavour,
obat-obatan, cat plastik dsb. Jenis terpena yang terpenting dalam minyak cengkeh
adalah eugenol (EuOH) dalam minyak cengkeh 70-90%. Senyawa lain yang
penting adalah eugenol asetat (EuAc) > 8% dan sejumlah kecil -caryofilen dan
-caryofilen ( sekitar 2% ) serta senyawa yang jumlahnya kecil terdiri dari 15
komponen. Ketiga komponen merupakan penyusun utama minyak cengkeh dan
kadar total bisa mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya. Besarnya
rendemen minyak hasil penyulingan tergantung dari keadaan bahan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis minyak cengkeh
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan kandungan daun cengkeh
3. Untuk mengetahui alat-alat destilasi minyak cengkeh
4. Untuk mengetahui tehnik penyulingan/isolasi minyak cengkeh
5. Untuk mengetahui standar mutu minyak cengkeh
6. Untuk mengetahui khasiat minyak daun cengkeh

2
BAB II

URAIAN DAN PEMBAHASAN

2.1 Definisi Minyak Atsiri


Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasil penyulingan dengan uap
dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan
atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan
campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab
karakteristik aroma dan rasanya. Kata essential oil diambil dari kata quintessence,
yang berarti bagian penting atau perwujudan murni dari suatu material, dan pada
konteks ini ditujukan pada aroma atau essence yang dikeluarkan oleh beberapa
tumbuhan, misalnya rempah - rempah, daun-daunan dan bunga (Mac Tavish dan
D.Haris, 2002).
Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara
teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile
oil yang secara harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat
dilepaskan dari bahannya dengan bantuan dididihkan dalam air atau dengan
mentransmisikan uap melalui minyak yang terdapat di dalam bahan bakunya
(Green, 2002).
Eteris yang dikenal dengan nama minyak terbang (volatile oil) atau Eteris
adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Eteris merupakan salah
satu hasil proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi
berbagai senyawa kimia dan air. Sifat dari Eteris yang lain adalah mempunyai rasa
getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya,
umumnya larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, petroleum, benzene,
dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1983). Kebanyakan Eteris terbentuk bebas atau
sebagai glukosa, karena adanya air dan enzim-enzim sehingga mengalami
penguraian menjadi eteris (Sandler, 1952).

3
2.2 Daun Cengkeh
Tanaman cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan
tinggi 10-20 m. Tanaman ini (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan
perlu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras cengkeh mampu
bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai
20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan
cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil
yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh
berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur
memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya menyudut. Daun cengkeh tidak
termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun
(lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun. Daunnya berbentuk lonjong
dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu
ibu tangkai ada lebih dari satu daun. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada
ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan.

Gambar daun Cengkeh Segar

4
Gambar Daun Cengkeh Kering

2.2.1 Klasifikasi dan Kandungan Daun Cengkeh


Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium aromaticum (L.)Merr.& Perry
Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan jumlah yang
cukup besar, baik dalam bunga, tangkai maupun daun (1-4%). Daun cengkeh
diketahui sebagai salah satu penghasil senyawa metabolik sekunder, senyawa
yang penting yang terkandung dalam daun cengkeh adalah eugenol (70-90%),
eugenol asetat (EuAc) > 8% dan sejumlah kecil -caryofilen dan -caryofilen
(sekitar 2% ).
2.3 Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.
Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,

5
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Membedakan perbedaan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang
lebih besar.
Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi kimia, dimana pelarut
melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan
memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi
agar dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut menggunakan prinsip like
dissolve like, dimana reaktan yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar
sedangkan reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar. Pelarut juga bertindak
sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan
partikel sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk
menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.
Umumnya pelarut yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut :

Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi.


Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.
Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat
Pelarut harus mudah dihilangkan pada saat akhir dari reaksi.
2.4 Minyak Atsiri Daun cengkeh
Gambar Minyak Cengkeh

Perdagangan internasional, membedakan minyak cengkeh menjadi 3


macam berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leaf oil),
minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil).
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan daun
dan ranting tanaman cengkeh. Minyak daun cengkeh hasil penyulingan rakyat

6
seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor, sehingga untuk meningkatkan
nilai jual dari minyak tersebut, perlu dilakukan pemurnian. Dari beberapa hasil
pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan dengan metoda
adsorpsi dan pengkelatan. Komponen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan eugenol
sebagai komponen terbesar. Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat yaitu -
kariofeilen, -kubeben, -kopaen, humulen, - kadien, dan kadina 1,3,5 trien
dengan -kariofeilen sebagai komponen terbesar. Eugenol mempunyai flavour
yang kuat dengan rasa yang sangat pedas dan panas (Sastrohamidjojo, 2002).
Pada proses pemurnian minyak daun cengkeh dengan bentonit 1 sampai 10
% diketahui bahwa dengan peningkatan konsentrasi bentonit terjadi peningkatan
kejernihan, kecerahan dan warna minyak. Peningkatan kejernihan terjadi karena
bentonit sifatnya mudah menyerap air dan logam, sehingga dengan berkurangnya
air dan logam yang terikat dalam minyak menyebabkan minyak menjadi jernih.
Pemurnian secara pengkelatan dengan asam sitrat 0,6 % juga menunjukkan hasil
yang sama, yaitu peningkatan kejernihan dan kualitas minyak (Marwati et al.,
2005). Produk akhir berupa minyak cengkeh, di apotek dilihat juga sudah mulai
ada yang memasarkan produk ini, termasuk salah satu produsen minyak-minyakan
yang biasanya menjadi ikon minyak angin dan minyak telon.
2.5 Bahan baku ( Raw Material )
Pilih bahan baku yang jelas mempunyai randemen minyak tinggi.
Pengukuran rendemen minyak dilakukan di laboratorium atau bisa juga dilakukan
sendiri dengan alat Stahl Distillation. Sebelum disuling bahan baku harus dirajang
dahulu untuk mempermudah keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel
dalam jaringan tanaman. Tentukan juga perlakuan awal raw material, apakah
bahan basah, layu atau kering. Ini sangat penting karena setiap bahan baku
memerlukan penanganan yang berbeda. Bahan baku utama yang digunakan pada
minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh kering yang sudah gugur. Ini
menyebabkan usaha minyak daun cengkeh bersifat musiman karena sangat
tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan
bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan

7
suplai bahan baku. Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh
mengantisipasinya dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual
pada saat mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih
baik atau dapat juga diantisipasi dengan menyimpan daun dalam bentuk simplisia
daun kering. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam
satu tahun.
2.6 Alat-Alat Destilasi
Untuk mendapatkan produk minyak atsiri yang berkualitas, gunakan alat
yang tidak bereaksi/menimbulkan kontaminasi terhadap produk minyak. Material
yang baik adalah dengan glass/pyrex dan stainless steel. Untuk material glass
hanya mampu untuk skala laboratorium, sedang skala industri biasa digunakan
stainless steel.
Jenis material stainlees steel mulai dari yang paling bagus antara lain :
1. Material Pharmaceutical Grade (SUS 316)
2. Material Food Grade (SUS 314)
3. Material Mild Steel Galvanized
4. Material Mild Steel
Untuk keperluan destilasi minyak atsiri biasa digunakan material food
grade. Perlu diperhatikan juga penggunaan jacket ketel atau sekat kalor jika proses
penyulingan berada didaerah dingin seperti di pengunungan, ini dimaksudkan agar
mengurangi kehilangan kalor panas. Jangan lupa dipasang juga accessories
control dan safety device yang minimal berupa thermometer, manometer tekanan
(pressure gauge) dan safety valve untuk alat destilasi yang menggunakan boiler.
a. Condensor (Pendingin)
Alat ini digunakan untuk kondensasi (mengembunkan) uap yang
keluar dari ketel. Prinsip kerja alat adalah merubah fase uap menjadi fase cair
karena pertukaran kalor pada pipa pendingin. Pada alat berskala laboratorium
bisa menggunakan condensor lurus (liebig), sedang untuk skala industri harus
menggunakan kondensor yang lebih besar. Kondensor untuk skala produksi
berbahan stainless dalam bentuk pipa spiral agar kontak dengan air pendingin
lebih lama dan area perpindahan kalor juga lebih panjang.

8
b. Separator (Pemisah Minyak)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak atsiri dengan air
berdasarkan perbedaan berat jenis. Separator untuk alat suling sistem kukus
kohobasi tersedia 2 macam yaitu untuk minyak dengan density (massa jenis)
rendah dan minyak density tinggi.
c. Receiver Tank (Tangki Penampung)
Digunakan untuk menampung minyak atsiri, bisa dari bahan glass atau
stainless steel. Untuk bahan glass, gunakan botol gelap agar minyak terhindar
dari masuknya sinar matahari langsung sehingga tidak menurunkan grade
minyak.
d. Manometer (pressure gauge)/ pengukur tekanan
e. Termometer/ penunjuk suhu
f. Safety valve/Pengaman
g. Ketel uap
h. Ketel penyulingan
i. Keranjang bahan
j. Alat pendingin
k. Dan assesories lainnya

2.7 Tehnik Penyulingan Minyak Cengkeh


Untuk pengambilan minyak atsiri seperti minyak daun cengkeh , dapat
digunakan cara penyulingan. Beberapa cara penyulingan yang digunakan:
1). Penyulingan dengan air ( penyulingan langsung)
Daun cengkeh dimasukkan dalam ketel berisi air kemudian dididihkan. Air
menguap sambil membawa minyak cengkeh. Uap campuran uap air dan
uap minyak diembunkan dengan mengalirkan uap melalui pipa yang
dibenamkan pada sebuah kolam pendingin. Cairan akan mengembun dan
memisah menjadi 2 lapisan. Cairan kemudian dipisahkan antara air dan
minyaknya menggunakan pemisah. Cara ini mudah, sederhana dan tidak
memerlukan biaya yang besar. Akan tetapi minyak atsiri yang diperoleh

9
kadarnya rendah, kadar minyaknya sedikit dan kadang-kadang terjadi
hidrolisis ester.
2). Penyulingan dengan air dan uap
Penyulingan dilakukan menggunakan ketel yang terbagi menjadi 2 bagian
yang dibatasi saringan pembatas. Bagian bawah tempat air yang akan
diuapkan dan bagian atas tempat meletakkan daun cengkeh. Daun
dimasukkan diatas saringan pembatas, dan air diisikan sampai pembatas
saringan. Dengan demikian, daun tidak langsung terendam air. Air
kemudian dididihkan, sehingga uap yang terbentuk melewati daun dan
membawa serta partikel-partikel minyak. Uap diembunkan pada pipa yang
direndam dalam kolam pendingin kemudian dipisahkan pada pemisah.
Hasil yang diperoleh kualitasnya cukup baik. Cara ini dikenal sebagai
destilasi tidak langsung.
3). Penyulingan dengan uap
Cara ini akan menghasilkan minyak atsiri yang baik. Proses ini hampir
sama dengan proses tidak langsung hanya produksi uapnya terpisah.
Diperlukan 2 buah ketel, ketel pertama berfungsi untuk membuat uap air
dan ketel kedua diisi dengan daun cengkeh yang akan didestilasi. Ketel
pertama diisi air kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dialirkan
ke ketel no 2 melalui bagian bawah ketel ke-2. Seperti pada destilasi tak
langsung, uap air akan membawa minyak cengkeh kemudian setelah
didinginkan dalam pendingin dapat dipisahkan dari airnya.
Cara ketiga yaitu penyulingan dengan uap adalah cara yang terbaik, karena
dengan cara ini dapat dilakukan kontrol terhadap suhu dan tekanan
sehingga efisiensi penyulingan tinggi. Bahan yang digunakan adalah mild
steel untuk ketel I (pembangkit uap) dan stainless steel untuk ketel II (ketel
destilasi). Stainless steel diperlukan karena kalau minyak kontak dengan
besi akan menyebabkan minyak berwarna hitam keunguan sehingga mutu
menjadi rendah. Warna hitam tersebut disebabkan oleh hasil reaksi antara
besi dengan eugenol. Meskipun jumlahnya sedikit, senyawa tersebut akan
menyebabkan hasil minyak menjadi hitam.

10
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Operasi Kolom Distilasi antara lain:
1. Kondisi umpan
2. Komposisi umpan
3. Elemenelemen kecil yang dapat mempengaruhi kesetimbangan cairan -
uap dari campuran cairan
4. Kondisi cairan internal dan aliran fluida
5. Keadaan Trays (packing)
6. Kondisi cuaca
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Minyak Atsiri
Tanaman : umur, varietas, kondisi tempat tumbuh
Penanganan bahan olah : pengeringan, perajangan, penyimpanan
Pengolahan : metode proses, kondisi operasi, macam
alat, jenis pelarut.
Penanganan hasil olah pemurnian, pencampuran, pengemasan,
penyimpanan, pengawetan
2.8 Proses Produksi Minyak Cengkeh
Proses Pembuatan Minyak Atsiri Cengkeh
a. Persiapan Ketel Suling
Sebelum ketel digunakan, sisa air bekas penyulingan sebelumnya
harusdibuang, karena air tersebut mengandung garam dan komponen
hasil degradasi yang dapat mencemari mutu minyak yang dihasilkan.
b. Pengisian Daun ke dalam Ketel Suling
Daun kering tidak perlu dirajang, dapat langsung dimasukkan ke dalam
ketel suling. Pengisian dilakukan secara bertahap dan diinjak-
injak/ditekan untuk meningkatkan kepadatan daun dalam ketel. Kepadatan
optimum daun cengkeh kering didalam ketel sekitar 70-80 gram/liter.
c. Proses Penyulingan
Lama penyulingan daun cengkeh basah sekitar 7-8 jam, dan penyulingan daun kering
sekitar 6-7 jam. Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar sampai 2
bar, dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4-5 jam. Rendemen
minyak daun cengkeh yang dihasilkan sekitar 2,0-2,5%. Pendinginan

11
(Kondensasi) Uap dilakukan dengan unit pendingin (kondensor) berupa
pipa pendingin model multi tubular atau spiral yang dipasang dalam tabung atau
direndam dalam bak air pendingin. Aliran air pendingin dibuat
berlawanan arah (counter flow) dengan arah aliran uap di dalam pipa.
Tujuannya adalah agar destilat pada saat akan keluar dari pipa pendingin,
telah terkondensasi sempurna.
d. Pemisahan minyak dari air destilat
Suhu destilat yang mengalir keluar tabung kondensor diusahakan
sama/mendekati suhu air pendingin yang masuk (maks 30oC). Pemisahan
minyak dilakukan pada prinsipnya berdasarkan perbedaan BJ (Berat
Jenis) antara air dengan minyak Jika BJ minyak <1, maka minyak akan
berada diatas permukaan air, sementara untuk BJ>1, minyak akan
mengendap di bagian bawah unit pemisah minyak, dan air berada
diatasnya.
e. Penyaringan Minyak
Minyak yang dihasilkan masih terlihat keruh karena masih mengandung sejumlah
kecil air dan kotoran yang terdispersi dalam minyak. Air tersebut perlu
dipisahkan dengan menyaring minyak menggunakan kain teflon/sablon
atau dapat dilakukan dengan menambahkan Natrium Sulfat Anhidrida
(Na2SO4) sebagai pengikat air sebanyak 1%, selanjutnya diaduk dan
disaring.
f. Pemucatan Minyak Cengkeh
Jika minyak yang dihasilkan masih berwarna kuning coklat/coklat
gelap, biasanya mengandung logam besi yang berasal dari ketel suling
dan alat penampung minyak yang terbuat dari besi. Jika diinginkan minyak
cengkeh berwarna kuning pucat, dan bebas dari logam besi, dapat
dilakukan dengan beberapa cara pemucatan, antara lain yaitu :
1) Redestilasi minyak daun cengkeh pada kondisi vakum;
2) Pemucatan dengan penambahan chelating agent (bahan pengkelat) /
flokulasi seperti asam sitrat dan asam tartrat.
3). Adsorbsi

12
4). Destilasi fraksinasi, dilakukan untuk memisahkan komponen-
komponen minyak cengkeh, pemisahan berdasarkan perbedaan
tekanan uap dari senyawa-senyawa yang ada dalam campuran,
pemisahan cairan dimana perbedaan titik didihnya < 50-70C.
5). Desitilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi
sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki
titik didih sangat tinggi (di atas 150C) dengan menurunkan tekanan
permukaan lebih rendah dari 1atm, sehingga titik didihnya menjadi
sangat rendah. Suhu dalam proses, yang digunakan untuk
mendestilasinya tidak perlu terlalu tinggi. Mengurangi tekanan
digunakan pompa vacuum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
penurun tekanan pada sistem destilasi ini. Metode destilasi ini tidak
dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika
kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang
menguap tidak dapat dikondensasi oleh air.
2.9 Standar Mutu
Standar merupakan dokumen yang sangat penting dalam menentukan
kualitas suatu bahan dengan persyaratan tertentu, yang meliputi persyaratan
spesifikasi, prosedur dan aturan yang bersifat dinamis, sehingga perlu dikelola
secara profesional dengan memperhatikan kebutuhan pengguna serta
perkembangan teknologinya. Bila tidak memenuhi aturan tersebut, maka dapat
menimbulkan masalah sosial seperti menurunkan persaingan akibat adanya
hambatan dalam menembus pasar serta tidak cukupnya proteksi terhadap
pengguna dan perlindungan lingkungan. Sebaliknya, apabila standar dirumuskan
berdasarkan acuan ke standar-standar nasional yang telah diakui serta ke standar
internasional yang merefleksikan persyaratan pasar dunia dan tidak sekedar pada
kondisi khusus untuk pasar dalam negeri, maka standar dapat membantu proses
perencanaan, mendukung pembuatan dan penjualan barang dengan lebih mudah,
baik di pasar domestik maupun pasar bebas.

13
Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteria-
kriteria tertentu. Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas
minyak atsiri sesuai dengan bahan asalnya atau karakteristik ilmiah dari masing-
masing minyak tersebut. Dari sifat fisika kita akan mengetahui keasliannya,
sedangkan sifat kimia, meliputi komponen kimia pendukung minyak secara umum
bisa diketahui, terutama komponen utamanya. Adanya bahan-bahan asing yang
tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut. Oleh karena
itu, cara-cara sederhana tetapi teliti sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya
bahan-bahan asing, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif. Bahkan persyaratan
tertentu seperti komponen utama minyak atsiri perlu dicantumkan dalam upaya
menghindari pemalsuan (Pardede, 2003). Untuk mengetahui kualitas minyak atsiri
cengkeh dapat dilakukan dengan melihat berat jenis dan indeks bias minyak
tersebut.

Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya. Masa jenis rata-rata setiap benda
merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Berat Jenis = (berat piknometer isi berat piknometer kosong)
Volume piknometer
Indeks bias adalah nilai yang menunjukkan kemampuan pembiasan suatu
media bila dibandingkan dengan udara. Pembiasan itu sendiri terjadi akibat
perubahan kecepatan cahaya ketika melewati 2 media yang berbeda.

Standar Mutu Minyak Cengkeh (Clove Oil) SNI : 06-4267-1996


Parameter Mutu Minyak Cengkeh Karakteristik

Warna Tak berwarna/ kuning muda


Berat Jenis ( 25C) 1,030 1,060 g/ml
Indek Bias 1,527-1,535
Putaran Optik 0-135
Kelarutan dalam Etanol 1:2
Eugenol Total (b/b) 80-95 %

14
Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas minyak yang disuling adalah
waktu penyulingan, suhu, dan tekanan uap, serta kualitas mesin yang digunakan. Minyak atsiri
merupakan produk yang sangat komplek. Minyak atsiri dapat diproduksi sangat
banyak dari tanaman maupun akar-akaran, ratusan ikatan kimia yang ada pada
minyak atsiri dapat membawa aroma dan dapat digunakan sebagai obat-obatan.
Beberapa molekul yang terkandung pada minyak atsiri dapat rusak karena kondisi
lingkungan maupun proses pengolahan dengan suhu yang sangat tinggi. Suhu dan tekanan
yang tinggi sering digunakan untuk produksi minyak atsiri dengan skala besar,
yang membutuhkan waktu yang pendek, biasanya minyak yang diproduksi
digunakan sebagai industri kosmetik, maupun bahan tambahan makanan, namun
kadang ada yang dijual dalam bentuk minyak atsiri, dengan harga yang cukup murah jika
dibandingkan dengan minyak atsiri yang diolah menjadi produk lain seperti parfum
(Cech 2007).
2.10 Khasiat Minyak Daun Cengkeh
Kandungan terbesar dalam minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol
memegang peranan penting sebagai bahan dasar pembuatan produk dalam industri
farmasi. Proses lebih lanjut dari eugenol dapat menghasilkan isoeugenol, eugenol
asetat, dan vanilin yang merupakan bahan baku industri parfum, dan makanan.
Industri kesehatan gigi (obat kumur, pasta dan formulasi bahan penambal gigi)
menggunakan bahan baku eugenol dalam minyak cengkeh karena mempunyai
daya antiseptik. Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), eugenol banyak
diproduksi sebagai zat analgetik, stimulansia, korigen odoris, obat mulas, serta
menghilangkan rasa mual dan muntah.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa minyak cengkeh dapat
mengurangi peradangan dalam tubuh, meningkatkan sistem kekebalan tubuh
secara alami, memperlancar sirkulasi darah, meningkatkan metabolisme serta
membantu mengatasi stres dan depresi.
Beberapa cara penggunaan minyak cengkeh agar bermanfaat bagi
kesehatan, seperti diberitakan dari eHow, yaitu:
1. Minyak cengkeh bermanfaat untuk memperbaiki kondisi pernapasan bagi
orang yang menderita pilek, hidung tersumbat, infeksi virus, asma, TBC

15
atau bronchitis bisa menggunakan minyak cengkeh. Minumlah campuran
10-15 tetes minyak cengkeh dalam segelas air matang. Ini juga efektif
untuk mengatasi gejala sakit tenggorokan.
2. Minyak cengkeh bisa mengobati sakit gigi. Zat eugenol yang terkandung
dalam minyak cengkeh bisa menjadi anti sakit sekaligus antibakteri dan
antijamur secara alami. Teteskan minyak cengkeh dan minyak zaitun ke
bola kapas, lalu tempelkan pada gigi yang berlubang atau sakit. Teknik ini
juga bisa mengurangi peradangan.
3. Minyak cengkeh untuk mengurangi nyeri otot dan sendi. Di dalam
minyak cengkeh terdapat kalsium, minyak omega 3 dan zat besi yang
semuanya dapat berkontribusi dalam menguatkan sendi dan tulang di
tubuh.
4. Minyak cengkeh untuk merawat kondisi kulit, mengobati bekas gigitan
serangga dan mengurangi kemungkinan infeksi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang dibuat dapat disimpulkan bahwa :
1. Minyak cengkeh dibagi menjadi 3 macam berdasarkan sumbernya, yaitu
minyak daun cengkeh (clove leaf oil), minyak tangkai cengkeh (clove
stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil).
2. Senyawa yang penting yang terkandung dalam daun cengkeh adalah
eugenol (70-90%), eugenol asetat (EuAc) > 8% dan sejumlah kecil -
caryofilen dan -caryofilen ( sekitar 2% ).
3. Material stainlees steel mulai dari yang paling bagus antara lain :
Material Pharmaceutical Grade (SUS 316), Material Food Grade (SUS
314), Material Mild Steel Galvanized, Material Mild Steel
4. Untuk pengambilan minyak atsiri minyak daun cengkeh, dapat digunakan
beberapa cara penyulingan antara lain: Penyulingan dengan air (
penyulingan langsung), Penyulingan dengan air dan uap, Penyulingan
dengan uap
5. Standar Mutu Minyak Cengkeh menurut SNI : 06-4267-1996 : Warna:
Tak bewarna/kuning muda, Bj(25C) 1,030 1,060 g/mL, Indek bias:
1,527 1,535, Putaran Optik: 0-135, Kelarutan dalam etanol: 1: 2,
Eugenol total(b/b) 80-95%

17

Anda mungkin juga menyukai