Anda di halaman 1dari 17

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Taksonomi Nilam (Pogostemon cablin Benth)


Tanaman nilam termasuk suku Labiate yang memiliki sekitar 200

genus. Menurut Rukmana (2003) berdasarkan taksonominya, kedudukan

tanaman nilam diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae
Divisi : Sprematophyta
Subdivisi : Angiospermae
Ordo : Labiatales
Famili : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin Benth.

(a) (b)
Gambar 1. a. Tanamannilam Aceh b.(b1) daun, (b2) tangkai daun, (b3)
batang (DokumentasiPribadi, 2014; China National Knowledge,
2014).

Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman

tahunan (perennial). Berdasarkan Gambar 1, tanaman nilam berupa semak

tropis perdu yang tumbuh tegak, memiliki banyak percabangan, dan

bertingkat-tingkat. Secara alami tanaman nilam dapat mencapai ketinggian

antara 0,5 - 1,0 m. Daun tanaman nilam berbentuk bulat telur sampai bulat

panjang (lonjong). Daun nilam memiliki panjang antara 5 - 11 cm,

8
9

berwarna hijau, tipis, tidak kaku, dan berbulu pada permukan bagian atas.

Kedudukan daun saling berhadapan, permukaan daun kasar dengan tepi

bergerigi, ujung daun tumpul, daun urat daun menonjol keluar. Tanaman

nilam jarang berbunga. Bunga tumbuh di ujung tangkai, bergerombol, dan

memiliki karateristik warna ungu kemerahan. Tangkai bunga memiliki

panjang antara 2 - 8 cm dengan diameter antara 1 - 1,5 cm. Mahkota bunga

berukuran 8 mm (Rukmana, 2003).

Nilam yang tumbuh di dataran rendah hingga sedang (0 - 700 m

dpl) kadar minyaknya lebih tinggi dibandingkan nilam yang tumbuh di

dataran tinggi (> 700 m dpl). Karakter lahan, topografi, dan iklim yang

berbeda akan menyebabkan perbedaan sifat fisik dan kimia minyak nilam

(Syafruddin, 2000). Nilam sangat peka terhadap kekeringan, sehingga

kemarau panjang setelah panen dapat menyebabkan kematian tanaman.

Nilam dapat tumbuh di berbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol,

podsolik, dan kambisol), tetapi tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur

dan banyak mengandung humus (Nuryani dan Emmyzar, 2007).

Tanaman nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama

Indonesia, Filipina, dan India (Grieve, 2002; Irawan dan Jos, 2010). Di

Indonesia terdapat tiga jenis nilam yaitu Pogostemon cablin Benth. (nilam

Aceh), Pogostemon hortensis Backer. (nilam Jawa), dan Pogostemon

heyneanus Benth. (nilam sabun). Nilam Aceh berasal dari Filipina, mula-

mula ditanam di Jawa pada tahun 1895 dan mulai ditanam di Aceh pada

tahun 1909. Nilam sabun berasal dari India, tumbuh liar di Sumatera dan
10

Jawa. Nilam ini jarang dibudidayakan karena kadar minyak yang rendah

dan komposisi minyak yang jelek (Guenther, 1952; Santoso, 1990 ).

Nilam Aceh (P. cablin Benth) merupakan tanaman yang memiliki

aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi yaitu 2,5 - 5%

dibandingkan dengan jenis lain. Nilam Aceh dikenal pertama kali dan

ditanam secara meluas hampir diseluruh wilayah Aceh (Mangun, 2002).

Nilam Jawa (P.heyneatus Benth.) disebut juga nilam hutan. Nilam

ini berasal dari India dan masuk ke Indonesia serta tumbuh liar di beberapa

hutan di wilayah pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan

minyak sekitar 0,5 - 1,5%. Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-

bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing (Mangun, 2002).

Nilam sabun (P. hortensis Backer.) sering dipergunakan untuk

mencuci pakaian terutama kain jenis batik. Jenis nilam ini hanya memiliki

kandungan minyak sekitar 0,5 - 1,5%. Selain itu komposisi kandungan

minyak yang dimiliki tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak

disukai (Mangun, 2002).

Diantara ketiga jenis nilam tersebut, nilam Aceh dan nilam sabun

tidak berbunga. Nilam Aceh merupakan tanaman yang memiliki

penyebaran terluas dan telah banyak dibudidayakan. Nilam Aceh memiliki

kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari kedua jenis yang

lainnya. Nilam Aceh berkadar minyak tinggi (> 2%) sedangkan nilam

Jawa rendah (< 2%) (Nuryani, 2006).


11

B. Kandungan Kimia Nilam

Daun nilam memiliki kandungan minyak atsiri, flavonoida,

saponin, tanin, glikosida, terpenoid dan steroid. Kandungan kimia dari

minyak nilam adalah δ–elemen, α-patchoulen, β-patchoulen, cis-tujopsen,

trans-kariofillen, α-guaien, γ-patchoulen, α-humulen, seychellen,

valencen, germacren D, α-salinen, β-salinen, viridifloren, germacren A, α-

bulnasen, 7-epi-α-selinen, longipinalol, globulol, patchouli alcohol, 1-

okten-3ol (Bunrathep dkk., 2006). Kandungan alkohol seperti patchouli

alcohol beserta turunannya, fenol, dan golongan terpenoid seperti

seychellen pada minyak nilam memiliki aktivitas antibakteri (Yenshu dkk.,

1982; Oyen dan Dung, 1999).

1. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme

dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai

persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut disintesis

dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk

dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus.

Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari

hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintesis

(Ketaren,1985; Bulan, 2004).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran

persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen

(H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang


12

mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Umumnya

komponen kimia dalam minyak atsiri terdiri dari campuran

hidrokarbon dan turunannya yang mengandung oksigen yang disebut

dengan terpen atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan

hidrokarbon tidak jenuh dan satuan terkecil dalam molekulnya disebut

isopren (C5H8). Senyawa terpen mempunyai rangka karbon yang

terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen

didasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya

yaitu monoterpen, seskuiterpen, diterpen, triterpen, tetraterpen, dan

politerpen yang masing-masing terdiri dari 2, 3, 4, 6, 8 dan n satuan

isopren (Finar, 1959).

Minyak nilam mengandung senyawa patchouli alcohol yang

merupakan penyusun utama dalam minyak nilam dan kadarnya

mencapai 50 - 60%. Patchouli alcohol merupakan senyawa

seskuiterpen alkohol tersier trisiklik, tidak larut dalam air, larut dalam

alkohol, eter atau pelarut organik yang lain, mempunyai titik didih

280,37oC dan kristal yang terbentuk memiliki titik lebur 56ºC. Pada

umumnya senyawa penyusun minyak atsiri bersifat asam dan netral,

begitu pula dengan minyak nilam, tersusun atas senyawa-senyawa

yang bersifat asam dan netral misalnya senyawa asam 2-

naftalenkarboksilat yang merupakan salah satu komponen minor

penyusun minyak nilam (Guenther, 1987). Persyaratan mutu minyak


13

nilam menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Nilam


No. Jenis Uji Persyaratan
1 Bobot jenis 20˚C 0,943 - 0,983
2 Indeks bias 25˚C 1,504 - 1,520
3 Putaran optik -47 sd -66
4 Bilangan asam Maksimal 5
5 Bilangan ester Maksimal 10
6 Kelarutan dalam alkohol 90% Larut jernih dalam segala
pembanding
7 Minyak lemak Negatif
8 Minyak keruing Negatif
9 Warna Kuning muda-coklat tua
Sumber : (SNI, 1998; Irawan dan Jos, 2010)

2. Terpenoid

Minyak atsiri tersusun atas senyawa terpenoid. Terpenoid tersusun

dari rantai panjang hidrokarbon C30 yang menyebabkan sifatnya non-

polar sehingga mudah terekstrak dalam pelarut yang bersifat non-

polar. Ada beberapa senyawa terpenoid memiliki struktur siklik yang

berupa alkohol (Gambar 5). Senyawa terpenoid juga dapat terikat

dengan gugus gula sehingga akan dapat tertarik oleh pelarut yang

bersifat semi polar bahkan pelarut polar (Kristanti dkk., 2008).

Gambar 2. Terpenoid (Sumber: Biswas dkk., 2009)


14

Terpenoid dapat bereaksi dengan porin (proteintransmembran)

pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer

yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin

yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi

permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri

akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau

mati (Cowan, 1999).

C. Kegunaan Nilam

Bentuk akhir yang sering dimanfaatkan dari nilam adalah minyak

atsiri nilam yang dapat diperoleh pada bagian daun, tangkai daun dan

batang. Kandungan minyak pada daun dan tangkai daun lebih besar

daripada batang (Sunardi dkk., 2008). Minyak nilam biasanya digunakan

sebagai fiksatif (zat pengikat) dalam industri parfum dan merupakan salah

satu campuran pembuatan produk kosmetika seperti sabun, pasta gigi,

sampo, losion, deodoran dan tonik rambut. Minyak nilam juga terbukti

dapat mencerahkan kulit dan mengobati jerawat (Rusli, 2010).

Senyawa patchouli oil yang merupakan komponen yang paling

banyak ditemukan dalam minyak nilam bersama dengan α-patchoulene

diketahui potensial sebagai aktivitas antifungal (Sonwa,2001). Senyawa α-

bulnesene diketahui mempunyai aktivitas anti inflamasi terhadap PAF

(Platelet Activiting Factor) sebuah fosfolipid mediator yang dihasilkan

berbagai sel pada saat terkena penyakit alergi, inflamasi, asma, dan lain-

lain (Tsai, 2005). Tanaman nilam telah banyak dimanfaatkan sebagai obat
15

tradisional. Akar dari tanaman ini digunakan untuk pencahar, bagian daun

sebagai deodoran, obat luka, bawasir, disentri, stomakikum, penyakit

empedu, sielagogum, stemutatori, ganguan haid dan obat peluruh haid.

Semua bagian dari tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai

karminatif, obat sakit kepala, emetik, obat diare, dan insektisida (Kasahara

dan Hemmi, 1995).

D. Distilasi

Distilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap

tersebut didinginkan kembali menjadi cairan. Metode distilasi digunakan

untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

larutan atau campuran serta tergantung pada distribusi komponen-

komponen tersebut antara fase uap dan fase air. Fase uap terbentuk dari

fase cair melalui penguapan pada titik didihnya (Mustika, 2008).

Distilasi merupakan salah satu cara isolasi minyak atsiri yang

paling sering digunakan. Proses penyulingan dibagi menjadi 3 yaitu

penyulingan dengan uap (steam distillation), penyulingan dengan air

(water distillation), dan penyulingan dengan air dan uap (water and steam

distillation) (Taufiq, 2009). Isolasi minyak nilam lebih efektif dengan cara

penyulingan uap dan penyulingan uap air. Penyulingan uap atau distilasi

uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap

(esensial) dari sampel tanaman. Isolasi minyak nilam dengan distilasi uap

lebih mudah menghasilkan minyak atsiri. Rendemen minyak yang

dihasilkan dari metode distilasi uap lebih besar dibandingkan rendemen


16

minyak dari metode distilasi uap air. Tekanan uap tinggi dan rendah pada

metode ini harus diatur untuk memberi kesempatan hidrodifusi.

Hidrodifusi akan berlangsung dengan cepat karena uap panas dihasilkan

dari alat penghasil uap atau boiler. Pada distilasi uap sumber uap tidak

berada dalam ketel yang sama dengan simplisia (Sastrohamidjojo, 2004;

Rahayoe, 2007).

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia

yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia

yang mempunyai titik didih >200˚C pada tekanan udara normal.

Keunggulan metode ini adalah kualitas minyak atsiri yang diperoleh lebih

baik dibanding penyulingan dengan air (Guenther,1987). Isolasi minyak

nilam dengan penyulingan uap air akan menghasilkan proses dekomposisi

minyak lebih kecil serta mutu minyak dapat dikendalikan (Nasruddin dkk.,

2009).

E. Kromatografi Gas dan Spektrometri massa

Metode Kromatografi gas dan spektrometri massa (KG-SM)

merupakan metode yang umum digunakan dalam penentuan komponen

kimia penyusun minyak atsiri. Prinsip KG-SM adalah pemisahan

komponen volatil oleh kromatografi gas dan komponen yang terpisah akan

dikuantifikasi dan diidentifikasi berdasarkan massanya oleh spektrometri

massa. Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen

campuran kimia dalam suatu bahan berdasarkan perbedaan polaritas.

Setiap komponen yang terdapat dalam campuran berinteraksi dengan


17

kecepatan yang berbeda yaitu interaksi komponen dengan fase diam

dengan waktu yang paling cepat akan keluar pertama dari kolom (Eaton,

1989). Bagian utama kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem

injeksi, kolom, fase diam, suhu, dan detektor (Agusta, 2000).

Spektrometri massa adalah teknik analisis yang didasarkan pada

pemisahan berkas-berkas ion yang sesuai dengan perbandingan massa

dengan muatan dan pengukuran intensitas dari berkas-berkas ion tersebut

(Sastrohamidjojo, 1985). Spektrometer massa terdiri dari sistem

pemasukan cuplikan, ruang pengion, dan percepat, tabung analisis,

pengumpul ion dan penguat, dan pencatat. Keuntungan utama metode

analisis ini adalah tingkat sensitifitas dan spesifik pada senyawa yang

belum diketahui (Silverstein dkk., 1986).

F. Antibakteri

Antibakteri adalah senyawa yang bersifat menghambat

pertumbuhan bakteri dan digunakan secara khusus untuk mengobati

infeksi (Pelczar dan Chan, 1986). Berdasarkan cara kerjanya antibakteri

dibedakan menjadi tiga yaitu bakteriostatik, bakterisida, dan bakteriolitik.

Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat perbanyakan

populasi bakteri dan tidak mematikan. Bakteriolitik adalah kemampuan

dalam memecah atau melisiskan sel mikrobia, sedangkan bakterisida

bekerja membunuh bakteri. Bakteriostatik dapat bertindak sebagai

bakterisida dalam konsenterasi yang tinggi (Schunack dkk., 1990).


18

Antibiotik merupakan suatu substansi kimia yang dihasilkan oleh

suatu mikrobia yang diproduksi seluruh atau sebagian secara sintesis kimia

yang dalam konsentrasi kecil dapat menghambat pertumbuhan mikroba

lain (Pathania dan Brown, 2008). Antibiotik memiliki toksisitas selektif

karena kelompok obat ini diproduksi oleh satu jenis mikroorganisme dan

mempunyai derajat toksisitas yang berbeda terhadap mikroorganisme lain.

Banyak antibiotik yang digunakan saat ini merupakan bentuk modifikasi

dari produk biosintetik mikroorganisme (Harmita dan Radji, 2006).

Menurut Volk dan Wheeler (1993), antibiotik termasuk dalam

kelompok kemoterapeutik. Antibiotik dapat dikelompokkan berdasarkan

mikrobia targetnya yaitu :

1. Broad spectrum antibiotik, berefek pada Gram negatif dan positif.

2. Narrow spectrum antibiotik, berefek pada mikrobia tertentu.

Pada bakteri target yang penting dari aksi antibiotik adalah dinding sel,

membran sitoplasmik dan proses biosintetik dari protein dan asam nukleat.

Antibiotik yang mengandung beta-laktam adalah antibiotik yang sangat

penting di bidang klinis. Antibiotik ini spesifik untuk enzim pesintesis

dinding sel bakteri dan mempunyai aktivitas broad spectrum yang

digolongkan pada senyawa kemoterapeutik kerena targetnya adalah

dinding sel yang dipunyai oleh bakteri.

Menurut Tenover (2006), mekanisme penghambatan bakteri dapat

dikelompokkan menjadi lima, yaitu menghambat sintesis dinding sel

mikrobia seperti yang dilakukan penisilin, merusak keutuhan dinding sel


19

mikrobia, menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis

asam nukleat, yaitu sintesis DNA dan RNA, dan merusak asam nukleat sel

mikrobia.

Ampisilin adalah derivat penisilin semi sintetik yang bersifat

bakterisida yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel

bakteri. Ampisilin aktif terhadap bakteri Gram-positif (Streptococcus

faecalis, Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus haemolyticus) dan

bakteri Gram-negatif (Haemophilus influenzae, Salmonella sp., Neisseria

gonorrhoeae, Proteus mirabillis). Mekanisme kerja antibiotik ampisilin

hanya bekerja pada bakteri yang sedang tumbuh dengan aktif (Pelczar dan

Chan, 1988).

G. Jenis Bakteri Uji

Pada penelitian ini digunakan 2 bakteri uji yaitu Staphylococcus

epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus epidermidis

merupakan bakteri yang bersifat aerobik, Gram positif, berbentuk bulat,

koagulase negatif, katalase positif, non-motil, tumbuh pada suhu 37˚C,

toleran terhadap garam, terdapat pada kulit bagian epidermis, dan tahan

terhadap penisilin (Rowlinson dkk., 2006; Breed dkk., 1957).

Staphylococcus epidermidis memiliki peran penting sebagai penyebab bau

badan karena menghasilkan asam isovaleric (3-methyl butanoic acid) (Ara

dkk., 2006). Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang

menyebabkan pernanahan tapi lebih bersifat parasit daripada patogen.

Infeksi yang disebabkan bakteri ini menyebabkan subakut endokarditis


20

dan penyebab dari infeksi hati dan kardiovaskuler, membran perifer

vaskuler, pembuluh intravena dan saluran kemih (Juanda, 1987; Nikham,

2006).

Pseudomonas aeruginosa termasuk famili Pseudomonadaceae,

tergolong bakteri Gram negatif, berbentuk batang, kecil, dapat bergerak,

umumnya berflagella polar tunggal, tumbuh pada gelatin, dan memiliki

tipe metabolisme yang bersifat oksidatif (Breed dkk., 1957). Bakteri ini

dapat hidup secara aerobik, merupakan flora normal pada tanah dan air,

tumbuh pada suhu 37 - 42˚C (Fardiaz, 1989). Bakteri ini merupakan

penyebab berbagai jenis kerusakan bahan pangan yang sebagian besar

berhubungan dengan kemampuan spesies ini dalam memproduksi enzim

yang dapat memecah komponen lemak maupun protein dalam bahan

pangan (Buckle,1985). Bakteri ini dapat menginfeksi manusia dan dapat

menimbulkan infeksi kulit berupa nanah dibagian telinga (Schlegel dan

Schmidt, 1994) dan bau badan. Bau badan muncul karena penguraian

lemak sebum menjadi lemak bebas (Thomas, 1993; Endarti dkk., 2004).

H. Parameter Aktivitas Mikrobia

1. Luas Zona Hambat

Menurut Cappuccino dan Sherman (2011) metode standar dalam

mengetahui kerentanan mikrobia penyebab penyakit terhadap obat

disebut dengan metode Kirby-Bauer. Metode ini menggunakan

prosedur difusi standar menggunakan disc dari kertas saring yang

diletakkan di atas agar. Metode ini memungkinkan penentuan


21

keampuhan atau kemanjuran dari senyawa obat secara cepat, dengan

melihat dan mengukur diameter dari zona hambat yang merupakan

hasil dari difusi senyawa obat ke medium di sekitar disc.

2. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) merupakan konsentrasi

terendah dari agen atau senyawa antimikrobia yang dapat menghambat

pertumbuhan dari mikrobia yang diuji (Cappuccino dan Sherman,

2011). Penentuan konsentrasi hambat minimum dapat dilakukan

dengan cara cair dan padat. Cara cair dapat dilakukan dengan membuat

seri pengenceran dari zat antibakteri dengan konsentrasi yang berbeda

disiapkan di dalam medium cair pada tabung raksi, kemudian diujikan

pada bakteri uji dan diinkubasi. Tabung reaksi dianalisis dengan

melihat pertumbuhan mikrobia yang ditandai dengan kekeruhan pada

medium, terdapatnya sedimen atau adanya film atau lapisan pada

permukaan medium (Quinto dan Santos, 2005; Caburian dan Osi,

2010; Khudry, 2014).

I. Deodoran

Deodoran merupakan sediaan topikal yang digunakan pada kulit.

Deodoran memiliki berbagai macam bentuk seperti batang, cair, aerosol,

spray, serbuk, dan gel (Laden, 1999). Umumnya deodoran mengandung

antiseptik pada konsenterasi tertentu untuk membunuh atau menghambat

pertumbuhan bakteri. Zat antiseptik ini biasanya terdiri dari senyawa

alkohol dan triklosan. Food Drug Administration (FDA) menggolongkan


22

deodoran sebagai kosmetik OTC (Over The Counter) (Badan POM RI,

2009).

Deodoran memiliki perbedaan dengan antirespiran. Mekanisme

kerja deodoran adalah menghambat pertumbuhan mikroorganisme

sedangkan antirespiran bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi

kelenjar keringat yang ada di permukaan kulit melalaui pembentukan

halangan atau sumbatan pada saluran keringat (Badan POM RI, 2009).

Deodoraan cair memiliki bentuk konsistensi cair hingga kental.

Deodoran cair tidak mengalami fase pemadatan atau pembekuan.

Deodoran cair biasanya dikemas menggunakan botol khusus seperti botol

plastik atau kaca. Cara penggunaan deodoran cair adalah dengan

mengoleskannya pada bagian aksila. Deodoran cair dapat juga digunakan

pada daerah lain seperti kaki (Badan POM RI, 2009).

J. Keamanan Sediaan

Suatu sediaan farmasi atau sediaan kosmetik sebelum dijual ke

masyarakat harus melalui tahap pengujian keamanan. Pengujian keamanan

ini dapat dilakukan pada hewan, manusia, dan praktik klinis. Menurut

Tranggono dan Latifah (2007), uji keamanan dapat dilakukan dengan

metode patch test, usage test, dan efficacy test. Patch test merupakan uji

keamanan bahan baku sebelum dimasukkan ke dalam suatu produk. Usage

test merupakan uji keamanan produk akhir sebelum dipasarkan. Efficacy

test dilakukan dengan cara pemeriksaan, wawancara, dan kuesioner


23

dengan para pengguna produk. Patch test dan usage test dapat dilakukan

pada hewan coba atau manusia.

Pengujian keamanan suatu sediaan kosmetik berguna untuk

mengetahui reaksi iritasi. Reaksi iritasi menurut Depkes RI dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat

setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder

yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah pelekatan pada kulit

(Musfiroh dan Sriwidodo, 2008).

Pengujian keamanan suatu sediaan kosmetik juga dapat dilakukan

dengan Draize test, Open test, dan phototoxicity. Draize test digunakan

untuk mengevaluasi potensi iritasi bahan kimia dalam suatu sediaan pada

binatang dengan memakai kelinci albino. Tes dilakukan dengan teknik

patch test pada kulit kelinci yang dicukur dengan ukuran tertentu. Open

test dilakukan dengan mengaplikasikan sediaan pada kulit, seperti lengan

bawah. Sediaan diaplikasikan 2 - 3 kali sehari ke area yang sama pada

lengan bawah selama 2 hari, reaksi yang terjadi diamati. Phototoxicity

merupakan uji iritasi non imunologis yang berhubungan langsung dengan

cahaya dan terjadi setelah kulit dikenai cukup cahaya. Phototoxicity dapat

dilakukan pada hewan dan manusia dengan wood light (320 nm)

digunakan sebagai sumber cahaya (Tranggono dan Latifah, 2007).


24

K. Hipotesis

1. Jenis distilasi uap akan menghasilkan minyak terbaik dalam

memperlihatkan aktivitas antibakteri paling tinggi terhadap

Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa.

2. Minyak nilam memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar

dibandingkan dengan deodoran cairminyak nilam.

3. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari minyak nilam adalah 10%.

4. Deodoran cair minyak nilam tidak memberikan dampak iritasi pada

kulit hewan uji.

Anda mungkin juga menyukai