Momota, 1991 ; Mustika et al., 1991). Nematoda dapat merusak fungsi akar,
merubah proses fisiologi tanaman serta mengurangi efisiensi fotosintesa sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat, produktivitas dan mutu rendah (Evans, 1982 ;
Melakeberhan et al., 1990). Serangan nematode (Pratylenchus brachyurus) pada
tanaman nilam dapat mengurangi berat bagian atas tanaman (batang, daun,
ranting) sampai 72% (Mustika dan Rostiana, 1992 ; Nuryani et al., 1999).
Penyakit layu bakteri menyebabkan kerugian sebesar 60-95% pada
pertanaman nilam di Sumatera (Sitepu dan Asman, 1991). Dewasa ini penyakit
tersebut sudah ditemukan pula di pertanaman nilam di Jawa Barat, Jawa Tengah
dan daerah lainnya, namun persentase serangan tidak sebesar di Sumatera.
Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena
kadar minyak (> 2%) dan kualitas minyaknya (PA > 30%) lebih tinggi dari pada
nilam Jawa (kadar minyak < 2%) (Nuryani dan Hadipoentyanti, 1994). Nilam
Aceh tidak berbunga, perbanyakannya dilakukan secara vegetatif (setek),
sehingga keragaman genetiknya rendah. Peningkatan keragaman genetik secara
alami diharapkan hanya dari mutasi alami yang frekuensinya biasanya rendah
(Simmonds, 1982). Keterbatasan sumber genetik merupakan salah satu factor
penentu dalam pemuliaan tanaman nilam. Untuk meningkatkan keragaman
genetik pada tahap awal dilakukan pengumpulan plasma nutfah nilam dari
berbagai daerah terutama dari sentra-sentra produksi.
Dari hasil eksplorasi telah terkumpul 28 nomor yang kadar minyaknya
bervariasi antara 1,60-3,59% (Nuryani et al., 1997). Hasil seleksi dari nomornomor tersebut, diperoleh 4 nomor harapan yang produktivitas, kadar dan mutu
minyaknya relatif tinggi, yaitu nomor 0003, 0007, 0012 dan 0013. Keempat
nomor tersebut telah diuji multilokasi di Ciamis, Cimanggu dan Sukamulya. Dari
hasil uji multilokasi diperoleh 3 varietas unggul baik produksi terna maupun kadar
dan mutu minyaknya, ketiga varietas tersebut adalah : Tapak Tuan, Lhokseumawe
dan Sidikalang (Nuryani et al., 1994).
Penggunaan varietas nilam yang tepat, disertai teknik budidaya yang baik,
panen dan pengolahan bahan yang sesuai akan menghasilkan produksi minyak
tinggi.
BAHAN TANAMAN
Nilam (Pogostemon sp.) termasuk famili Labiateae, ordo Lamiales, klas
Angiospermae dan devisi Spermatophyta. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam
yang dapat dibedakan antara lain dari karakter morfologi, kandungan dan kualitas
minyak dan ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam
tersebut adalah: 1) P.cablin Benth. Syn. P. patchouli Pellet var. Suavis Hook
disebut nilam Aceh, 2) P. heyneanus Benth. Disebut nilam jawa dan 3) P. hortensis
Becker disebut nilam sabun (Guenther, 1952). Diantara ketiga jenis nilam
tersebut, nilam Aceh dan nilam sabun tidak berbunga. Yang paling luas
penyebarannya dan banyak dibudidayakan yaitu nilam Aceh, karena kadar minyak
dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari kedua jenis yang lainnya.
Nilam Aceh merupakan tanaman introduksi, diperkirakan daerah asalnya
Filipina atau semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang
lalu. Setelah sekian lama berkembang di indonesia, tidak tertutup kemungkinan
terjadi perubahan-perubahan dari sifat-sifat asalnya. Dari hasil ekplorasi
ditemukan ber macam-macam tipe yang berbeda baik karakter morfologinya,
kandungan minyak, sifat fisika kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap
penyakit dan kekeringan. Nilam Aceh berkadar minyak tinggi (> 2,5%) sedangkan
nilam Jawa rendah (< 2%).
Disamping nilam Aceh, di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa
Timur petani mengusahakan juga nilam Jawa. Nilan Jawa berasal dari India,
disebut juga nilam kembang karena dapat berbunga. Ciri-ciri spesifik yang dapat
membedakan nilam Jawa dan nilam Aceh secara visual yaitu pada daunnya.
Permukaan daun nilam Aceh halus sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam
Aceh bergerigi tumpul, pada nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun nilam
Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam jawa lebih toleran terhadap
nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan nilam Aceh (Nuryani et al.,
1997), karena antara lain disebabkan kandungan fenol dan ligninnya lebih tinggi
dari pada nilam Aceh (Nuryani et al., 2001).
Produksi Terna
Kadar Minyak
Produksi
Kering (ton/ha)
13.278
11.087
10.902
(%)
2,83
3,21
2,89
Minyak (Kg/ha)
375,76
355,89
315,06
Kadar Patch
Alkohol (%
33,31
32,63
32,95
Tapak
Lhokseuma
Sidikala
ng
Gamb
Warna
Bobot Jenis
Indeks Bias
Bilangan Asam
Bilangan Ester
Kelarutan dalam alcohol 90%
SOP Bagian I
Dibuat Oleh
Prosedur
I.
Pengadaan Bahan
Halaman :
Tanaman
6/10
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
SOP Bagian I
Pengadaan Bahan
Halaman :
Tanaman
7/10
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
6. Benih berupa setek baik setek batang maupun setek pucuk yang diambil dari
tanaman induk. Dianjurkan untuk menggunakan setek pucuk karena
pertumbuhannya lebih cepat daripada setek batang.
Setek Batang
Setek Pucuk
7. Setek cabang atau setek cabang dapat langsung ditanam di lapang,
namun cara ini kurang efisien karena seringkali banyak setek yang
tidak tumbuh sehingga harus banyak disulam dan pertumbuhan tidak
merata. Disamping itu, tanaman tumbuh lebih lambat dan gulma
tumbuh lebih cepat, sehingga biaya penyiangan lebih tinggi. Dengan
demikian, benih nilam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.
D. Alat
1. Polibag
2. Naungan
3. Cangkul
4. Gunting tanaman
E. Prosedur Kerja
a. Persiapan Rumah Atap, Media Semai dan Sungkup
1. Pilih areal yang sehat/tidak tercemar jamur patogen, dekat sumber
air.
Standar Operasional
Prosedur
SOP Bagian I
Pengadaan Bahan
Halaman :
Tanaman
8/10
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
Standar Operasional
Prosedur
SOP Bagian I
Pengadaan Bahan
Halaman :
Tanaman
9/10
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
Standar Operasional
Prosedur
SOP Bagian 1
Pengadaan Bahan
Halaman :
Tanaman
10/10
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
Standar Operasional
Prosedur
Persiapan Lahan
II.
SOP Bagian II
Halaman :
11/13
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
PERSIAPAN LAHAN
A. Definisi
Persiapan lahan adalah suatu kegiatan persiapan lokasi usaha tani yang
sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan tanaman budidaya guna
menghasilkan produksi bermutu yang optimal.
B. Tujuan
Tujuan dari persiapan lahan adalah mendapatkan lahan usaha tani yang
cocok untuk budidaya tanaman nilam.
C. Ruang Lingkup
1. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan secara intensif agar diperoleh
keadaan tanah yag gembur dan bebas dari gulma.
2. Lokasi penanaman hendaknya mempunyai aksesibilitas yang baik
sehingga lokasi mudah dijangkau.
10
SOP Bagian II
Halaman :
12/13
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
7. Tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75100 %. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat
tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada
tempat terbuka.
8. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun
lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah.
9. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman
kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal,
daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya
lebih tinggi, sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan,
karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan.
10. Jenis tanah yang paling sesuai adalah yang mempunyai tekstur remah,
seperti Andosol atau Latosol.
D. Alat
1.
2.
3.
4.
Traktor
Alat bajak tradisional
Cangkul
Meteran
11
E. Prosedur Kerja
1. Tanah dibersihkan dari segala jenis rumput-rumputan, kayu, dan semak
belukar.
2. Tanah dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata. Hal ini
bertujuan agar kadar oksigen meningkat dan tanah menjadi mudah
ditanami
3. Dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm (p x l x t).
Standar Operasional
Prosedur
Persiapan Lahan
SOP Bagian II
Halaman :
13/13
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
12
Standar Operasional
Prosedur
Halaman :
Penanaman
III.
14/17
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
PENANAMAN
A. Definisi
Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang
tanam yang telah disiapkan sesuai dengan kondisi penanaman yang sesuai.
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya penanaman adalah agar benih tanaman yang
dibudidaya
dapat
tumbuh
dengan
baik
dan
seragam
sehingga
13
Standar Operasional
Dibuat Oleh
Prosedur
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
Halaman :
Penanaman
15/17
7. Penanaman
yang
diperjarang
..
dimaksudkan
untuk
mengurangi
Standar Operasional
Prosedur
Penanaman
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
14
Standar Operasional
Prosedur
Penanaman
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
15
Standar Operasional
Prosedur
Pemeliharaan
IV.
SOP Bagian IV
Halaman :
18/20
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
PEMELIHARAAN
A. Definisi
Pemeliharaan adalah suatu proses yang mencakup kegiatan penyulaman,
penyiangan, penyiraman, pengairaan, pembumbunan, pemberian mulsa,
dan pemangkasan.
16
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pemeliharaan adalah agar tanaman yang dibudidaya
dapat tumbuh dengan baik sehinggga menghasilkan panen yang bermutu.
C. Ruang Lingkup
1. Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saaat tanaman mencapai
ketinggian 20 30 cm dan telah mempunyai cabang bertingkat dengan
radius 20 cm, areal pertanaman perlu disiangi.
2. Penyiangan ini berfungsi untuk membersihkan gulma pengganggu,
sehingga tidak terjadi persaingan pengambilan hara tanaman dan sinar
matahari. Penyiangan juga berfungsi untuk menghilanngkan gulma
sebagai sarang hama.
3. Penyiangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis dan
secara kimia.
4. Penyiraman dilakukan supaya tanaman yang dibudidaya mendapatkan
air agar tanaman tidak mati atau layu
5. Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang
pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman/benih yang baik.
Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih 2 - 4 minggu setelah tanam,
karena pada saat itu telah diketahui benih yang mati atau
pertumbuhannya kurang baik.
Standar Operasional
Prosedur
Pemeliharaan
SOP Bagian IV
Halaman :
19/20
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
17
3. Parang
4. Alat semprot herbisida
E. Prosedur Kerja
Penyiraman
1. Dilakukan pengecekan kadar air, apabila tanaman kering dilakukan
penyiraman secukupnya.
2. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat penyiram
tanaman pada pagi atau sore hari.
3. Tanaman disiram dari ujung ke ujung agar semua tanaman
mendapatkan air secara merata.
Penyulaman
1. Dilakukan pengecekan terhadap tanaman yang mati atau pun layu.
2. Tanaman yang mati diganti dengan benih tanaman baru yang
memiliki umur sama
Standar Operasional
Prosedur
SOP Bagian IV
Pemeliharaan
Halaman :
20/20
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara rutin, dengan selang waktu 2 - 3 bulan
tergantung pertumbuhan gulma dan dilakukan dengan cara :
a. Secara mekanis
1. Dilakukan pengecekan apakah terdapat gulma.
2. Gulma dibersihkan dengan menggunakan alat seperti cangkul,
parang, dan sebagainya.
3. Biasanya dilakukan pada saat musim penghujan.
b. Secara kimia
1. Dilakukan pengecekan apakah terdapat gulma.
2. Gulma dibersihkan dengan menyemprotkan herbisida sesuai
dengan dosis yang dianjurkan.
3. Penggunaan bahan herbisida ini harus dilakukan dengan hatihati agar tidak mengganggu pertumbuhan nilam.
4. Biasanya dilakukan pada saat musim kemarau dan saat
matahari sudah cukup tinggi, yakni antara pukul 9.00 10.00.
Pemberian mulsa
18
SOP Bagian IV
Halaman :
21/22
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
PEMUPUKAN
A. Definisi
Pemupukan adalah proses pemberian unsur hara tambahan berupa pupuk
organik dan pupuk anorganik ke tanaman yang sedang dibudidayakan.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pemupukan adalah agar tanah yang ditanamani tetap
subur sehingga dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan
tanaman yang sedang dibudidayakan.
C. Ruang Lingkup
Pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Karena hasil yang
diambil adalah bagian daunnya, maka pemupukan dilakukan dengan
tujuan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dicapai secara maksimal.
Untuk itu jenis pupuk yang dianjurkan tidak saja pupuk buatan, yaitu
Urea, SP-36 dan KCl, tetapi diperlukan juga pupuk kandang, kompos atau
pupuk hijau. Pupuk kandang dan kompos yang digunakan sebaiknya sudah
matang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Dosis pupuk anjuran untuk nilam adalah 10 ton pupuk kandang,
250 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Pupuk SP-36 dan KCl
19
SOP Bagian IV
Halaman :
22/22
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
..
E. Prosedur Kerja
1. Pupuk ditebarkan pada tanah disekitar pangkal batang tanaman.
2. Digunakan pupuk organik untuk varisi jenis pemupukan karena
memiliki mutu yang baik
3. Dengan cara yang sama, berikan pupuk anorganik sesuai dosis
penggunaan.
4. Pupuk kandang atau kompos diberikan seminggu sebelum tanam agar
pupuk tersebut dapat bercampur dalam tanah dengan baik.
5. Pupuk urea diberikan 1/3 bagian pada saat tanaman berumur 1 bulan
setelah tanam, 2/3 bagian diberikan pada umur 3 bulan.
20
Standar Operasional
Prosedur
Pengendalian Penyakit
VI.
SOP Bagian
Dibuat Oleh
VI
Halaman :
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
23/27
..
PENGENDALIAN PENYAKIT
A. Definisi
Pengendalian penyakit adalah suatu proses dimana penyakit yang
merugikan pada tanaman dicegah dan dihilangkan dengan cara
memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dipadukan dalam
satu kesatuan.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya pengendalian penyakit adalah mendapatkan tanaman
budidaya yang bermutu serta bebas dari OPT (organisme pengganggu
tanaman).
C. Ruang Lingkup
a. Penyakit Layu Bakteri
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia
solanacearum (Nasrun et al., 2003), merupakan salah satu penyakit
yang menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam. Gejala
serangan yang ditimbulkan berupa kelayunan pada tanaman muda
maupun tua, dan dalam waktu singkat menimbulkan kematian tanaman
(Sitepu dan Asman, 1998). Penyakit ini menyebabkan kerugian sebesar
60 - 95% pada pertanaman nilam di Sumatera (Asman et al., 1998).
Selain di Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Bengkulu), ditemukan juga pada pertanaman nilam di
Jawa Barat, Jawa Tengah. Untuk menanggulangi penyakit tersebut
telah dilakukan berbagai upaya antara lain secara kimiawi namun
belum memberikan yang memuaskan.
Standar Operasional
SOP Bagian
Dibuat Oleh
21
Prosedur
Pengendalian Penyakit
VI
Halaman :
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
24/27
..
nilam
terhadap
penyakit
layu
bakteri
Standar Operasional
Prosedur
Pengendalian Penyakit
SOP Bagian
Dibuat Oleh
VI
Halaman :
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
24/27
..
22
nilam Aceh
yang
lebih
toleran
terhadap
nematoda
SOP Bagian
Dibuat Oleh
VI
Halaman :
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
26/27
..
23
Standar Operasional
Prosedur
Pengendalian Penyakit
SOP Bagian
Dibuat Oleh
VI
Halaman :
..........................
Direvisi Oleh
Disetujui Oleh
27/27
..
24
Standar Operasional
Prosedur
Pengendalian Hama
VII.
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh Disetujui Oleh
..
25
Standar Operasional
Prosedur
Pengendalian Hama
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh Disetujui Oleh
..
26
3. Alat semprot
E. Prosedur kerja
1. Menjaga kebersihan kebun dari gulma.
2. Apabila tanaman telah terserang hama, lakukan pengikisan serta
memangkas tanaman yang terserang hama kemudian dikumpulkan lalu
dibakar.
3. Dilakukan pengendalian hama dengan insektisida, fungisida, dan
pestisida
Standar Operasional
Prosedur
Pemanenan
VIII.
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh Disetujui Oleh
..
PEMANENAN
A. Definisi
Pemanenan adalah kegiatan di bidang pertanian, yakni kegiatan akhir dari
masa produksi atau masa pemeliharaan komoditas, ditandai dengan
kegiatan memungut hasil.
B. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya pemanenan adalah mengumpulkan hasil
budidaya untuk dilanjutkan ke proses pengolahan selanjutnya.
C. Ruang Lingkup
27
Standar Operasional
Prosedur
Pemanenan
Dibuat Oleh
..........................
Direvisi Oleh Disetujui Oleh
..
E. Prosedur Kerja
1. Memotong tiga pasang daun teratas beserta batangnya.
2. Setiap kali panen ditinggalkan satu cabang tanaman untuk merangsang
pertumbuhan berikutnya.
28
29
Apabila B/C > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari satuan biaya
yang dikeluarkan. Jika B/C, 1 biaya yang dikeluarkan lebih besar dari
penerimaannya dan disebut merugi.
Tabel 5. Analisis Ushatani Nilam
No.
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
IX.
11.
12.
Uraian
Tenaga Kerja
Tebe Semak Belukar
Penebangan Pohon
Pembersihan Tunggal
Persiapan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Pemupukan
Pembuatan Saluran Air
Penyiangan
Pengendalian H/P
Panen
Prosesing/Penyulingan
JUMLAH
Satuan
Volume
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK
28
30
20
150
25
8
30
60
140
30
70
56
Biaya
Total Biaya
Satuan
(Rp)
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
20.000
HOK
560.000
600.000
400.000
3.000.000
500.000
160.000
600.000
1.200.000
2.800.000
600.000
1.400.000
1.120.000
12.940.000
Tabel 5. Lanjutan
No.
II
1.
2.
Uraian
Bahan-Bahan
Bibit
Pupuk : - Kandang
- Urea
- SP 36
- KCl
3.
Obat-obatan
4.
Karung
5.
Tali Rafia
6.
Bahan Pembantu Lain
JUMLAH
III. Alat-Alat
Cangkul
Sabit/Golok
Sprayer
JUMLAH
TOTAL Biaya (I+II+III)
V. Produksi minyak
VI.
Harga minyak nilam per kg
Satuan
Polibag
Kg
Kg
Kg
Polibag
Paket
Bh
Gulung
Paket
Volume
Total Biaya
Biaya Satuan
(Rp)
22.000
10.000
250
100
100
100
10
1
300
250
1.200
1.200
1.600
500.000
5.000
25.000
500.000
6.600.000
2.500.000
300.000
120.000
160.000
500.000
500.000
250.000
500.000
11.430.000
5
5
2
50.000
50.000
300.000
250.000
250.000
600.000
1.100.000
25.470.000
Buah
Buah
Buah
: 357,93 kg
: Rp. 150.000,-
30
VII.
VIII.
IX.
X.
Penerimaan (V x VII)
: Rp. 53.689.500,Pendapatan usahatani (VII IV)
: Rp. 28.219.500,-/hektar
B/C rasio ((VII : IV)
: 2,1
Kesimpulan :
a. Layak diusahakan karena memenuhi indikator kelayakan (B/C >1)
b. Menguntungkan dengan pendapatan bersih sebesar Rp.219.500/hektar
Dalam analisis usahatani nilam jika petani atau pengusaha menggunakan
standar prosedur operasional dengan baik dan benar akan diperoleh pendapatan
usahatni sebesar Rp. 28.219.500,- per hektar per musim dan B/C rasio sebesar 2,1.
DAFTAR PUSTAKA
31
32
Plasma
Nutfah
Pertanian.
Badan
Penelitian
dan
33
Supriadi, Karden Mulya dan Djiman Sitepu, 2000. Strategy For Controlling Wilt
Diseases Of Ginger Caused By Pseudomonas Solanacearum. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19 (3) : 106-111.
Tasma, I.M., dan P. Wahid, 1988. Pengaruh Mulsa Dan Pemupukan Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Nilam. Pembr. Littri. XV (1-2) : 34-40.
Trifilief, E., 1980. Isolation Of The Postulated Precurser Of Nor Patchoulenol In
Patchouli Leaves. Phytochemistry 19. 2464.
Trisawa, I. M., dan Siswanto, 1994. Pengaruh Ekstrak Biji Nimbi Terhadap Ulat
Penggulung Daun Dan Tungau Merah Pada Tanaman Nilam. Laporan
Hasil Penelitian. 11 hal.
Valette, C., C. Andary, J.P. Geiger, J.L. Sarah and M.Nicole, 1998. Histochemical
And Cytochemical Investigations Of Phenols In Roots Of Banana
Infected
By
The
Burrowing
Nematode
Radopholus
Similis.
34