Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK
DETEKSI GULA PEREDUKSI

OLEH:
NAMA

: ANINDITA DWI GEOVANI

NIM

: 08121006026

KELOMPOK

: 4 (EMPAT)

ASISTEN

: GITA ZAMANDORA

DOSEN PEMBIMBING

:1. Dr. Budi Untari, Msi, Apt


2. Dr. Rer.nat Mardiyanto, Msi, Apt

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014-2015

PRAKTIKUM 1
DETEKSI GULA PEREDUKSI
I.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu memahami prinsip deteksi gula pereduksi secara umum
yang merupakan keterampilan dasar dalam bidang keahlian biokimia klinik.

II.

PRINSIP KERJA
Mendeteksi gula pereduksi dengan pereksi bennedict dan fehling A fehling
B

III.

DASAR TEORI
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi
utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4
kalori. Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang
mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen, dan pada umumnya unsur
hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh
karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari
gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (Sumardjo, D. 2008 : 55).
Karbohidrat dapat di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya
adalah monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah
jenis karbohidrat yang paling sederhana menurut susunan unsurnya karena
hanya terdiri dari beberapa atom C. Monosakarida meliputi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa.

Sedangkan disakarida adalah jenis karbohidrat

yang terbentuk dari dua molekul monosakarida dan berikatan melalui gugus
OH dengan cara melepaskan molokul air. Disakarida meliputi sukrosa,
maltosa, dan laktosa. Ada pula gula alkohol terdapat di dalam alam dan
dapat pula dibuat secara sintesis. Ada empat jenis gula alkohol yaitu
sorbitol, manitol, dulsitol, dan inositol. Sorbitol, terdapat di dalam
beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Sorbitol
banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes,
seperti minuman ringan, selai dan kue-kue. Manitol dan Dulsitol adalah

alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa. Manitol


terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel. Secara komersialo
manitol diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak
digunakan dalam industri pangan. Inositol merupakan alkohol siklis yang
menyerupai glukosa. Inositol terdfapat dalam banyak bahan makanan,
terutama dalam sekam serealia. Polisakarida adalah karbohidrat yang
terbentuk dari banyak sakarida. Polisakarida meliputi amilum, selulosa, dan
glikogen (Poedjiadi, Anna. 1994: 67).
Uji gula pereduksi adalah suatu pemeriksaan kolorimetik yang
didasarkan pada prinsip bahwa suatu oksida selalu disetai dengan reduksi.
Apabila karbon nomerik pada suatu gula mengalami oksidasi senyawa lain
akan mengalami reduksi. Gula pereduksi merupakan golongan gula yang
dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah
glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang
mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida
(glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali
sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya
gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim,
dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang dihasilkan (Dawn, B. et all. 1996: 63)

IV.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Beaker glass

Bahan :
1. Glukosa

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

V.

Gelas ukur
Pipet tetes
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Penjepit
Bunsen
Kamera

2. Pereaksi Benedict
3. Pereaaksi fehling A dan B
5. NaOH
6. Aquadest

CARA KERJA
a. Uji Benedict
4 tabung reaksi
disiapkan

Tabung reaksi diberi label


tabung reaksi 1, 2, 3, dan 4
Glukosa 1 ml

Dimasukkan
Ke masing-masing
tabung reaksi

Ditambahkan
Aquadest
Tabung 1 : 0 ml
Tabung 2 : 1 ml
Tabung 3 : 2 ml
Tabung 4 : 4 ml
Ditetesi
1 ml Benedict pada
masing-masing tabung
Dipanaskan 20 detik
Di tambahkan
NaOH 1 tetes pada
masing-masing tabung
Dihitung
Dihitung
Waktu hingga berubah
warna
b. Uji Fehling A dan B
4 tabung reaksi
Disiapkan
Tabung reaksi diberi label
tabung reaksi 1, 2, 3, dan 4
Glukosa 1 ml
Dimasukkan
Ke masing-masing
tabung reaksi
Ditambahkan
Aquadest
Tabung 1 : 0 ml
Tabung 2 : 1 ml
Tabung 3 : 2 ml
Tabung 4 : 4 ml

Ditetesi
20 tetes Fehling dan B ke
masing-masing tabung
reaksi
Dipanaskan
Dihitung
Waktu hingga berubah
warna

VI.

DATA HASIL PERCOBAAN


a. Uji Benedict
Pemanasan 20 detik + 1 tetes
NaOH
Waktu
Hasil
Gambar
(detik)

Perbandingan
Glukosa

Penambaha
n Benedict

Normal
(1:0)

Biru toska
tua bening

Orange
tua

1:1

Biru toska
tua bening

Orange

15

1:2

Biru toska
bening

Kuning

23

Gambar

1:4

Hijau
di atas
kuning
di
bawah

Biru toska
bening

57

b. Uji Fehling A dan B


Perbandinga
n Glukosa

Normal
(1:0)

1:1

1:2
1:4

Penambaha
n Fehling A
dan B
Biru toska
tua dengan
banyak
endapan
hijau
Biru dengan
endapan
hijau sedang

Biru dengan
sedikit
endapan
hijau
Biru laut
bening

Pemanasan
Gambar

Hasil

Gambar

Waktu
(detik)

Merah
bata

19

Merah
bata
dengan
semburat
orange

21

Kuning

31

Orange
43

VII.

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pratikum mengenai deteksi


gula pereduksi menggunakan pereaksi bennedict serta Fehling A dan Fehling B.
Gula pereduksi yang dimaksud adalah golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan
fruktosa. Senyawa tersebut dapat menerima elektron karena ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa dan maltosa),
kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi.
Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas
enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula
pereduksi yang dihasilkan. Sedangkan gula reduksi itu sendiri adalah gula yang
mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus
aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa-senyawa
yang mampu mengoksidasi atau bersifat reduktor seperti logam-logam oksidator
contohnya Cu (II). Gula reduksi dapat mereduksi ion logam karena mempunyai
gugus aldehide dan keton yan dapat menarik kembali O2 dari logam basa,
sehingga logam basa akan tereduksi dan mengendap sebagai Cu2O.
Pada praktikum kali ini digunakan gula pereduksi glukosa. Perbandingan
glukosa yang digunakan pada tabung pertama menggunakan 1 ml glukosa tanpa

aquadest, ini digunakan sebagai kontrol dari hasil uji tabung perlakuan yaitu
tabung 2, 3, dan 4. Tabung kedua menggunakan 1 ml glukosa dengan 1 ml
aquadest, tabung ketiga menggunakan 1 ml glukosa dengan 2 ml aquadest, dan
pada tabung keempat menggunakan 1 ml glukosa yang dilarutkan di 4 ml
aquadest. Perbandingan tersebut dibuat untuk memudahkan mengamati degradasi
warna yang juga menunjukkan konsentrasi glukosa di dalam sampel. Konsentrasi
glukosa pada tabung pertama lebih pekat dari pada tabung kedua, konsentrasi
glukosa tabung kedua lebih pekat dari pada tabung ketiga, dan konsentrasi
glukosa tabung ketiga lebih pekat daripada tabung keempat.
Pereaksi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pereaksi
benedict. Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium
karbonat dan natriumsitrat. Pada percobaan ini digunakan benedict karena glukosa
mampu mereduksi ion Cu++ dari kuprinatrium menjadi ion Cu + yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O. Endapan dari hasil uji positif terhadap karbohidrat atau
glukosa tersebut dapat berwarna kuning, hijau, atau merah bata. Pereaksi benedict
bersifat basah lemah karena adanya natrium karbonat dan natrium sitrat.
Selain benedict juga digunakan pereaksi fehling. Pereaksi fehling terdiri
atas dua larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B. Larutan fehling A
adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan Fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat dalam air. Kedua larutan fehling
disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan, sehingga diperoleh
suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Ion Cu++ direduksi menjadi ion-ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Pada praktikum kali ini digunakan
pereaksi fehling karena pereaksi ini dapat direduksi oleh karbohidrat atau glukosa.
Selain itu pereaksi ini juga mempunyai sifat mereduksi dan direduksi oleh
reduktor lain. Uji positif pereaksi fehling dengan glukosa dapat menghasilkan
endapan berwarna merah bata atau hijau kekuningan.
Berdasarkan uji dengan pereaksi benedict yang telah dilakukan praktikan,
didapatkan hasil bahwa rata-rata sampel larutan glukosa yang ditetesi pereaksi
benedict menghasilkan warna biru toska yang cerah dan bening. Setelah
dipanaskan 20 detik warna pada masing-masing sampel tetap konstan. Namun
setelah di tetesi 1 tetes NaOH, terjadi perbedaan warna pada masing-masing
sampel sehingga terbentuk degradasi warna. Pada tabung reaksi pertama berisi
glukosa 1 ml terbentuk warna orange tua dengan waktu 9 detik. Hal tersebut
menujukkan bahwa rentang glukosa antara 1,5-2,5 g/dl. Pada tabung reaksi kedua
yang berisi 1 ml glukosa dan 1 ml air membentuk warna orange lebih muda
dengan waktu 15 detik. Hal tersebut menunjukkan bahwa rentang glukosa hampir
sama dengan tabung reaksi pertama namun kadar glukosa lebih banyak dalam
tabung reaksi pertama karena warna orange lebih pekat pada tabung reaksi

pertama. Pada tabung reaksi ketiga yaitu pencampuran antara 1 ml glukosa


dengan 2 ml air menghasilkan warna kuning dengan waktu 23 detik. Warna
kuning menunjukkan kadar glukosa dengan rentang 1,0-1,5 g/dl. Pada tabung
reaksi keempat dengan pencampuran 1 ml glukosa yang dilarutkan dalam 4 ml air
terbentuk 2 warna yaitu warna hijau di atas dan warna kuning di bawah dengan
waktu 57 detik. Dari data tersebut dapat diperkirakan rentang kadar glukosa 0,51,0 g/dl. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin cepat dan
semakin pekat warna yang terbentuk, menunjukkan semakin pekat konsentrasi
glukosa dalam larutan tersebut.
Hasil yang didapatkan pereaksi benedict tidak jauh berbeda dengan hasil
uji pereaksi fehling. Pada tabung reaksi pertama uji pereaksi fehling didapatkan
hasil bahwa setelah sampel ditetesi fehling A dan fehling B terbentuk warna
merah bata dengan waktu 19 detik. Warna merah bata menunjukkan kadar glukosa
pada rentang 2,5-4,0 g/dl. Pada tabung reaksi kedua, didapatkan warna merah bata
dengan semburat orange dengan waktu 21 detik. Data tersebut menunjukkan
bahwa kadar glukosa di dalam larutan masuk dalam rentang 2,5-4,0 g/dl, namun
kadar yang rendah. Pada tabung reaksi yang ketiga, terbentuk warna kuning dalam
waktu 31 detik, sehingga rentang glukosa dalam sampel antara 1,0-1,5 g/dl.
Sedangkan pada tabung reaksi keempat muncul warna orange dalam waktu 43
detik yang menunjukkan rentang 1,5-2,5 g/dl. Berdasarkan data tersebut, terdapat
ketidakcocokan dengan teori. Karena pada tabung reaksi ketiga kadarnya
seharusnya lebih pekat daripada tabung reaksi keempat, namun data yang
didapatkan tabung reaksi yang keempat yang lebih pekat. Hal tersebut dapat
disebabkan karena kesalahan praktikan dalam melakukan tahap-tahap uji, seperti
salah dalam memasukkan volume glukosa dalam tabung reaksi.
Terbentuknya warna-warna pada uji benedict atau pun uji fehling
disebabkan karena pereaksi-pereaksi tersebut bereaksi dengan gugus aldehide
pada glukosa. Gugus aldehide tersebut mampu mereduksi ion Cu++ dari
kuprinatrium menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Endapan
Cu2O itulah yang mempunyai warna, reaksinya adalah sebagai berikut:
2Cu+ + 2OH-

Cu2O + H2O

Pada percobaan terbentuk warna kuning dari bawah dan warna hijau di
bagian atas. Hal tersebut terjadi karena berat molekul Cu2O (yang berwarna
kuning), lebih berat daripada berat molekul glukosanya sehingga Cu2O bergerak
ke bawah larutan.
Berdasarkan dari data semua kelompok didapatkan bahwa semakin encer
konsentrasi glukosa maka warna yang muncul semakin muda dan waktu reaksi
semakin lama.

VIII.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa:
1. Uji positif pereaksi benedict terhadap glukosa dapat menghasilkan
endapan berwarna kuning, hijau, atau merah bata
2. Uji positif pereaksi fehling dengan glukosa dapat menghasilkan endapan
berwarna merah bata atau hijau kekuningan
3. Semakin cepat dan semakin pekat warna yang terbentuk, menunjukkan
semakin pekat konsentrasi glukosa dalam larutan tersebut.
4. Terbentuknya warna-warna pada uji benedict atau pun uji fehling
disebabkan karena pereaksi-pereaksi bereaksi dengan gugus aldehide
pada glukosa.

DAFTAR PUSTAKA

Dawn, B. et all. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC


Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Press
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai