Anda di halaman 1dari 21

ANINDITA DWI GEOVANI

ANZAH BERIAL
ARIMIA
DINY ASYIFAH
DWI SEFTRIANTY
VICKY ANDREAN

FASE GERAK

BAW
(4:1:5)
ETIL ASETAT
(5% ATAU
10%)

ANALIT

SEMAKIN
BERKURANG
KEPOLARANNY
A

FASE DIAM

SILICA GEL
ALUMINA
SELULOSA
POLIAMIDA
MAGNESIUM SILICAT (FLORISIL)
MAGNESIUM OXIDE
SERBUK KACA
KIESELGUHR

SILICA GEL

Dapat bersifat polar dan non polar


Fase polar
silika yang dibebaskan dari air, bersifat
sedikit asam
Fase non polar
silika yang termodifikasi dengan
ditambah senyawa non polar misalnya : lemak,
parafin, minyak silikon, raber. Contoh : ODS pada KCKT
Silika perlu ditambah gips/gipsum (kalsium sulfat)
untuk memperkuat pelapisannya pada pendukung
Beberapa silika ditambahkan senyawa berfluoresensi
sehingga dikenal dgn Silika Gel GF254
Penggunaan silika pada Flavonoid harus hati-hati
karena kemungkinan terjerap sehingga agak sulit
dielusi dibandingkan senyawa lain

Struktur Silika Gel

SELULOSA

Polaritasnya tinggi dapat digunakan sebagai


pemisah secara partisi, baik dengan bentuk kertas
maupun bentuk lempeng
Digunakan untuk pemisahan flavonoid ukuran
partikel 50 m
Fase diam ini sekarang telah diganti dengan bubuk
selulosa yang dapat dilapisakan pada kaca seperti
halnya fase diam lain sehingga lebih efisien dan
lebih banyak digunakan untuk pemisahan senyawa
polar atau isomer
Proses elusinya lebih lambat karena ukuran partikel
besar

POLIAMIDA

Bersifat polar
Terdiri dari gugus amina dan karboksilat
Jenis poliamida : nylon C
Dapat digunakan untuk pemisahan senyawa
flavonid, hidrofil, gula dengan polaritas tinggi
dapat digunakan sebagai pemisahan secara
partisi, baik dalam bentuk kertas atau lempeng
Waktu elusi lama
Harga relatif mahal
The best for Flavonoid

MAGNESIUM SILIKAT
(Florisil)

Adsorben hasil pengendapan silika dan magnesium


Biasa digunakan dalam KLT dan KCKT
Komposisi : MgO, SiO2, Na2SO4
Dibandingkan alumina, magnesium silikat cenderung
mengurangi beberapa reaksi katalis (pembentukan
khelat) pada flavonoid
Magnesium dapat membentuk khelat dengan tanin
dan oksalat
Bersifat polar karena sebagian besar terdiri dari silika
Dapat digunakan untuk flavonoid polihidroksi karena
tidak membentuk khelat

MAGNESIUM OKSIDA

Jarang digunakan dalam KLT


Bersifat polar
Komposisi : MgO, CaSO4 (9:1)
Lebih sering digunakan untuk pemisahan senyawa
karotenoid
Biasanya dalam penggunaannya ditambahkan
silika gel sebagai campuran
Memiliki sifat yang lebih lunak daripada alumina
Seperti halnya magnesium silikat, magnesium
oksida tidak membentuk khelat seperti alumunium
oksida (alumina)

SERBUK KACA

Absorben yang paling sederhana sehingga digunakan


dalam laboratorium
Tidak perlu menentukan faktor lus permukaan dan
ukuran pori karena tekstur kaca sudah terbentuk
Keuntungan serbuk kaca dapat diregenerasi setelah
digunakan dengan mencuci menggunakan larutan
jenuh kalium kromat dalam asam sulfat dan dibilas
dengan air suling hingga filtrat bersifat netral
Komposisi : 96% bagian terdiri dari silika
Dalam pemisahan Flavonoid, seperti halnya silika gel
harus hati-hati karena kemungkinan analit terjerap
sehingga sulit dielusi dibanding senyawa lain

KISELGUHR

Merupakan senyawa kimia yang mempunyai


daya adsorbsi lebih lemah dibandingkan alumina
dan silika
Bersifat polar (daya absorbsinya lemah ini juga
akan mempengaruhi nilai Rf)
Contoh jenis: Silgur-25 UV 245, Nano Silgur 20
UV 245, Gur N, Gur Sil-Mix (campuran kiselguhr
dan silika)
Baik digunakan untuk identifikasi dan preparatif
dari senyawa asam lemah, lipid, asam amino,
dan kurang tepat untuk preparatif flavonoid.

PREDIKSI KROMATOGRAM SILICA GEL, MAGNESIUM


(SILIKAT DAN OKSIDA), SERBUK KACA, SELULOSA,
POLIAMIDA, KIESELGUHR
BAW
(4:1:5)

ETIL ASETAT
5%

FASE
NORMAL

FASE
TERBALIK

A = APIIN
B=
APIGENIN
C = FLAVON

ALUMINA (Alumunium
Oksida)

Bersifat polar sedikit basa


Dalam penggunaan perlu pengaktifkan plat
dengan pemanasan untuk menghilangkan
air (plat bebas air) sehingga memiliki
aktivitas penyerap lebih tinggi
Lebih jarang digunakan
Penggunaan alumina pada Flavonoid :
Polihidroksi
terbentuknya khelat
Polimetoksi
tidak terbentuk khelat

Reaksi Kelat Pada


Alumunium

PREDIKSI KROMATOGRAM ALUMINA


BAW
(4:1:5)

ETIL ASETAT
5%

FASE
NORMAL

FASE
TERBALIK

A = APIIN
B=
APIGENIN
C = FLAVON

TEORI TERKAIT HARGA Rf


Fase diam polar, Fase gerak BAW
1. Semakin banyak OH pada struktur flavonoid, maka Rfnya semakin
rendah karena semakin banyak OH semakin tertahan dalam fase
diam
2. Gugus metil semakin banyak maka Rfnya semakin tinggi
Efek Glikosilasi
3. Terjadi glikosilasi maka Rfnya semakin rendah pada fase gerak
alkoholik
4. Terjadi glikosilasi maka Rfnya semakin tinggi pada fase gerak berair
Efek Deglikosilasi
5. Terjadi deglikosilasi maka Rfnya semakin tinggi pada fase gerak
alkoholik
6. Terjadi deglikosilasi maka Rfnya semakin rendah pada fase gerak
berair

SUMBER

Grinberg, N. 1990. Modern Thin-Layer


Chromatography. New York; United State
of Amerika.

Anda mungkin juga menyukai