PENDAHULUAN
adalah
penyakit
tuberculosis dengan
infeksi
gejala
yang
disebabkan
bervariasi.
Tidak
oleh
hanya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TB atau istilah dalam medisnya yaitu TBC adalah salah satu penyakit
infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri
Mikrobacterium Tuberkulosa. Pada umumnya penyakit TBC ini dapat menular
melalui udara, dan biasanya bakteri Mikrobacterium Tuberkulosa ini terbawa
pada saat penderita TBC tersebut batuk lalu mengeluarkan dahak. Bahaya dari
penyakit TBC ini yaitu, apabila bakteri tersebut selalu masuk dan berkumpul
di dalam paru-paru, maka kemungkinan besar bakteri ini akan berkembang
biak dengan cepat, apalagi jika seseorang yang mempunyai daya tahan tubuh
(imun) yang rendah akan lebih rentan terkena penyakit TBC.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun) yang sangat baik,
bentuk tuberkel ini akan tetap dan tidak akan berkembag biak. Lain halnya
pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh (Imun) yang kurang atau
rendah, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel akan
bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini akan berkumpul dan
membentuk sebuah ruang di dalam rongga paru-paru, ruang inilah yang
nantinya akan menjadi sumber produksi sputum (riakataudahak). Maka orang
yang rongga paru-parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba
tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif
terinfeksi penyakit TBC.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi
TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000
kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.
1. TBC Paru
Tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura
KasusBaru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosisharian).
Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif.
Pindahan (Transfer In)
sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen
2.3 PenyebabTuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. TBC merupakan salah satu
penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia. Mengapa tidak, karena
sampai saat ini, belum ada satu negara pun yang dapat terbebas dari penyakit
TBC.
4. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis)
5. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
2.7 Diagnosa
Diagnosis
tuberkulosis
dapat
ditegakkan
berdasarkan
gejala
klinik,
untuk
menemukan
kuman
bilasan
lambung,
kurasan
bronkoalveolar
(bronchoalveolar
halus/BJH)
Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau
dengan cara:
o Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
o Dahak Pagi ( keesokan harinya )
o Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan
pemeriksaan/spesimen
dikumpulkan/ditampung
dalam
yang
pot
berbentuk
yang
bermulut
cairan
lebar,
bagian tengahnya
Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian
pengambilan dahak
Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat
laboratorium.
Mikroskopik
biakan
d. Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa
: pewarnaan Ziehl-Nielsen
pewarnaan Kinyoun Gabbett
Mikroskopik fluoresens
: pewarnaan auramin-rhodamin
(khususnya untuk screening)
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dahak dipekatkan lebih dahulu
dengan cara sebagai berikut :
mencair sempurna
Pusinglah tabung tersebut selama 15 30 menit pada 3000 rpm
Buanglah cairan atasnya dan tambahkan 1 tetes indicator fenolmerahpada sediment yang ada dalam tabung tersebut, warnanya
menjadi merah
10
kuning-kuningan
Sedimen ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan
(boleh juga dipakai untuk biakan M.tuberculosis )
menggunakan
uji
nikotinamid,
uji
niasin
maupun
11
f. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CTScan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
bermacam-macam
bentuk
(multiform)
Gambaran
radiologik
yang
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus
dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2)
12
g. Pemeriksaan Penunjang
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis
secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru
yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi
DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam
pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Cara
pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati masih
memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar
dan sesuai standar.
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada
yang menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat
dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun luar paru sesuai dengan
organ yang terlibat.
2. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a) Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat
mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-antibodi yang
terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah
kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama.
b) Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh
manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM)
yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir
plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, dan bila
di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka
akan timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi
dengan mudah
c) Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
13
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi
serologi yang terjadi
d) ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis)
adalah uji serologik untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis
dalam serum. Uji ICT tuberculosis merupakan uji diagnostik TB
yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5
antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung
dalam 1 garis) dismaping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa
sebanyak 30 l diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum
akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung
antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan
berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna merah
muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis
kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh,
para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang
mempengaruhi
kadar
antibodi
yang
terdeteksi.
Saat
ini
14
tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta
pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa
rendah
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsi paru
dengan trans bronchial lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy
(TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah bening
dan biopsi organ lain diluar paru. Dapat pula dilakukan biopsi aspirasi
dengan jarum halus (BJH =biopsi jarum halus). Pemeriksaan biopsi
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutama pada
tuberkulosis ekstra paru Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila
pemeriksaan histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar paru
memberikan hasil berupa granuloma dengan perkejuan
6. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan
kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator
tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita,
sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan
penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan
penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa menggambarkan
biologik/ daya tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan supresi /
tidak. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah
yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang
spesifik.
7. Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di
daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan
prevalensi tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai
alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini
akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang
dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang
didapat besar sekali atau bula. Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin
kadang negatif, terutama pada malnutrisi dan infeksi HIV. Jika
15
Alternatif 1:
16
17
18
BAB III
CONTOH KASUS
19
tenderness (lembek)
Kaki dan Tangan
Saraf
masih utuh; reflexes 2+, sensory and motor levels masih utuh.
Hasil Lab
Na 143 mEq/L
MCV 92 m3
K 3.7 mEq/L
MCHC 33 g/dL
Cl 106 mEq/L
CO2 22 mEq/L
Neutros 74%
BUN 21 mg/dL
Bands 8%
Lymphs 10%
Monos 8%
Hct 34.8%
ALT 45 IU/L
AST 34IU/L
21
: Numerous AFB
: belum keluar
PEMBAHASAN KASUS
A. Diagnosa
Diagnosa pasien dapat ditegakkan melalui :
1. Gambaran klinis
a. Gejala Respiratorik
Dari penjelasan kasus dapat diketahui bahwa tuan Jose Rodriguez
mengalami gejala respiratorik yang mengindikasikan beliau
mengidap TB yaitu:
batuk 3 minggu
batuk darah (3 hari terakhir)
sesak napas
nyeri dada
b. Gejala sistemik
Selain gejal respiratorik, tuan Jose Rodriguez juga mengalami
gejala-gejala lain yang bersifat sistemik yaitu:
Demam, hal ini ditunjukkan dengan suhu badan pasien yang
mencapai 38,8oC
Keringat malam
3. Pemeriksaan Bakteriologik
nekrosis
pada
parenkim
paru
yang
akan
S 2 dd 2 tab
Keterangan :
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi kategori 1 sebab pasien
baru pertama kali mengkonsumsi obat anti TBC. Sehingga pengobatanya
dengan fase intensif setiap hari INH, rifampicin pirazinamid dan etambutol
selama 2 bulan (2HRZE) dan fase lanjutan 3 kali seminggu rifampisin dan
INH selama 4 bulan, 2HRZE/ 4R3H3 sesuai dengan ketetapan berdasarkan
table berikut:
Berat badan
Terapi intensif
Terapi lanjutan
(kg)
RHZE
(150/75/400/275)mg
minggu
RH (150/150)
30-37
2 tablet 4 KDT
2 tablet 2 KDT
38-54
3 tablet 4 KDT
3 tablet 2 KDT
55-70
4 tablet 4 KDT
4 tablet 2 KDT
70
5 tablet 4 KDT
5 tablet 2 KDT
Keterangan
16
H: ISONIAZID
Z:PIRAZINAMID
E: ETAMBUTOL
(sukandar.2009)
Berdasarkan berat badan pasien 69 kg maka masuk dalam urutan ke 4
dengan mengkonsumsi 4 tablet RHZE dengan dosis rifampicin
(4150mg=600 mg), INH(475 mg=300mg), pyrazinamide 400mg empat
tablet, etambutol 4 tablet 275 mg
NAMA OBAT
1. Isoniazid /INH 300mg
Mekanisme kerja
Indikasi
lain
Kontraindikasi
terhadap isoniazid
Peringatan
lambat;epilepsy;
riwayat
psikosis;
alkoholisme;
multiforme,
hepatitis(terutama pada
demam,
hipersensitivitas seperti
purpura,
agranurlositosis;
2. RIFAMPISIN 600 mg
Mekanisme kerja obat :
Rifampisin
mengambat
aktifitas
Merk dagang
3. Pirazinamd
Mekanisme kerja : Analog pirazin dari nikotinamida yang bersifat
bakteriostatik
atau
bakteriosid
tuberculosa
tergantung
terhadap
dosis
Mycobacterium
pemberian
(mekanisme
lain
Kontraindikasi
ginjal;diabetes, gout.
Efek samping
: Hepatotoksik, termasuk demam anoreksia,
Gangguan
fungsi
hati
hati;
berat,
porfiria,
gangguan
funsi
urtikaria.
Alasan pemberian : sebagai kombinasi antibiotik untuk mengatasi
tuberkulosis
Merk dagang
4. Etambutol
Mekanisme kerja : Menghambat sintesis minimal 1 metabolit
yang menyebabkan kerusakan pada metabolisme sel , menghambat
lain
Kontraindikasi
gangguan visual.
Peringatan
pengelihatan.
Efek samping
neuritis perifer.
Alasan pemberian : sebagai kombinasi antibiotik untuk mengatasi
tuberkulosis
Merk dagang
2. Non Farmakoterapi
Dengan
menghindari
makanan
bernatrium
ataupun
petunjuk
dokter/petugas
kesehatan
lainnya
dan
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan penyusun dapat disimpulkan bahwa:
Infeksi Tuberkulosis disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru. Berdasarkan
kasus, pasien positif menderita TBC berdasarkan diagnosis yang
ditegakkan melalui gambaran klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
bakteriologik, dan radiologi. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah
terapi kategori 1 sebab pasien baru pertama kali mengkonsumsi obat anti
TBC.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. dan Bahar, A.. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Katzung, Bertram, G. 1998. Farmkologi dasar dan klinik. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif, et all.2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Robbins, et all; alih bahasa Brhm U. Pendit.2007.Buku Ajar Patologi Volume
2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suparjo.
2009.
Tuberkulosis
Paru.
(http://www.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU#scribd).
Diakses pada tanggal 25 Agustus 2015
Yulinah Sukandar, E. et all. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: Isfi Penerbit