Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari daerah tropis di Afrika barat.
Keberadaan kelapa sawit di Indonesia bermula dari tahun 1848 yaitu dengan
dibawahya dua bibit kelapa sawit dari daerah Mauritius dan dua lainnya dari
Hortus Botanicus (Belanda) oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian
ditanam sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Perkembangan revolusi
industri menimbulkan ledakan permintaan akan minyak nabati. Hal ini memicu
para produsen untuk menggenjot produksi minyak nabati. Salah satu yang
potensial adalah minyak sawit dari daerah tropis. Pemerintah Hindia Belanda
kemudian menggiatkan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit
pertama berada di Deli, Sumatra Utara dan Aceh dengan luas perkebunan
mencapai 5000 ha. Pada awal abad ke-20, perkebunan kelapa sawit di Hindia
Belanda berkembang sangat pesat. Namun, sejak pendudukan Jepang pada 1940,
perkembangan kelapa sawit mulai menunjukkan penurunan karena perbedaan
orientasi dari penjajah Jepang (Nugroho, 2019).

Salah satu aspek dalam budidaya kelapa sawit yang mempengaruhi hasil
produksi kelapa sawit secara langsung adalah pemanenan. Keberhasilan panen
akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit
sudah mulai mengeluarkan manggar pada umur 3 sampai 4 tahun dan pada umur 8
sampai 11 tahun telah menghasilkan lebih dari 20 ton tandan buah segar
(TBS)/ha/tahun. Pemanenan dilakukan setelah tandan berumur 5-6 bulan. Kelapa
sawit dapat dipanen secara ekonomis sampai berumur 25 tahun (Dianto, 2017).

Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 3–4 tahun. Bunga betina akan
menjadi buah dalam waktu 6 bulan. Proses pematangan buah sawit dapat diamati
dari perubahan warna dari kulit buahnya, berawal dari warna hijau menjadi merah
jingga pada saat telah matang. Kandungan minyak pada buah akan bertambah
seiring dengan perkembangan kematangan buah.
Setelah fase matang mencapai puncaknya, kandungan asam lemak bebas
cenderung akan meningkat dan diikuti merontoknya buah (memberondol)
(Nugroho, 2019).

Kernel Endocarpium

Mesocarpium

Eksocarpium

Gambar 2.1. Bagian Buah Kelapa sawit


(Sumber : Wahyu, 2017).
Pada buah kelapa sawit terdapat sebagai berikut :
a. Kulit buah (eksocarpium) yang selama 3 bulan seelah penyerbukan warnanya
masih putih kehijauan, tetapi 3-6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi
kuning.
b. Daging buah (mesocarpium) yang pada 3 bulan berikutnya tersusun dari air
serat klorofil, dan 3 bulan selanjutnya terjadi pembentukan minyak dan
karoten.
c. Cangkang (endocarpium) yang ada pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi
setelah berumur 3 bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah
dari putih menjadi coklat muda kemudian coklat.
d. Inti (kernel) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya padat serta
sedikit keras.
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan guna memudahkan dalam
identifikasi secara ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.
(Pardamean, 2014).
Tanaman kelapa sawit menghasilkan buah yang disebut tandan buah segar
(TBS). Setelah itu diolah TBS akan menghasilkan minyak, yang mana minyak
kelapa sawit tersebut terdiri dari dua macam, yang pertama minyak yang berasal
dari daging buah yang dihasilkan dari perebusan dan pemerasan. Minyak kelapa
sawit ini dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO). Dan
minyak berasal dari inti sawit, dikenal sebagai palm kernel oil.(Gunawan, 2011).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tanaman Buah Kelapa Sawit


Klasifikasi Nama Latin
Divisi Tracheophyita
Subdivisi Pteropsida
Kelas Angiospermae
Subkelas Monocotyledoneae
Ordo Palmales
Famili Arecaceae
Subfamili Cocoideae
Genus Elaeis
E.quineensis jacq
Spesies E. oleifera
E. odora
(Sumber : Sibuea, 2014).
2.1.2 Jenis-Jenis Kelapa Sawit

Kelapa sawit mempunyai beberapa jenisa atau varietas yang dapat dibedakan
berdasarkan :

a. Ketebalan Tempurung dari daging buah


1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 hingga 8 mm dan tidak terdapat
lingkaran sabut pada bagian tempurung. Daging buah relatif tipis dengan
persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel
(daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Dalam persilangan, varietas dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pesifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi
daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi
sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Pesifera tidak dapat diperbanyak
tanpa menyilangkan dengan jenis lain. Varietas ini dikenal sebagai
tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase ini. Oleh
karena itu sebab itu dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.
3. Tenera
Varietas ini memiliki sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya,
yaitu dura dan pesifera. Varietas inilah yang banyak ditananm di
perkebunan-perkebunan saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya
berkisar antara 0,5hingga 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di
sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60
hingga 96% tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak
daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro Carya
Tempurung tebal sekitar (5 mm) dan daging buah sangat tipis
(Fauzi, 2012).

Gambar 2.2 Varietes Buah Kelapa Sawit


(Sumber : Nugroho, 2019).

2.1.3 Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit merupakan hasil jadi dari pengolahan kelapa sawit yang berupa
minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya Palm
Kernel Oil (PKO). Minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan
terutama dalam pembuatan margarine, shortening, atau minyak goreng atau
lemak-lemak dalam pembuatan roti dan kue. Untuk minyak goreng dapat
digunakan 100% minyak sawit, misalnya dalam penggorengan.

Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida,
yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit termasuk golongan
minyak asam Oleat-Linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena
kandungan karotenoida.(Mangoensoekarjo, 2013).
Buah sawit berukuran kecil antar 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir.
Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan.
Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit dipanen dalam bentuk
tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai
menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah pertama yang keluar masih
dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena
masih mengandung minyak yang rendah.Hasil utama yang dapat diperoleh dari
tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp)
dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis inyak ini berbeda
dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia.

Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai berbentuk sesudah 100 hari setelah
penyerbukan. Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak
sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang


mengandung asam lemak bebas jenuh, setelah mendekati masa pematangan buah
terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.
Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi
pada kantong-kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah. Untuk
melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka
tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karoten.(Naibaho,
1996).

Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan


dibandingkan dengan minyak goreng lainnya, Antara lain engandung karoten dan
tokoferol sebagai sumber vitamin E, Selain itu keunggulan lainnya adalah karena
kandungan asam linoleat dan linoleatnya rendah sehingga minyak goreng yang
terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor(heat stability) yang tinggi dan
tidak mudah teroksidasi.( Tim Penulis, 1997).

2.1.4 Komposisi Minyak Kelapa Sawit


Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp dan 20% buah yang
dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34-40%. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tepat.
(Ketaren, 1986).

Minyak sawit sebagian besar terdiri atas gliserida-gliserida yang tersusun


dari beberapa asam lemak. Trigliserida-trigliserida sebagai komponen utama,
dengan sedikit digliserida dan monogliserida. Selain itu, minyak sawit juga
mengandung komponen-komponen minor seperti karotenoid, vitamin E (tokoferol
dan tokotrienol), sterol, fosfolipid, glikolipid, terpenoid dan hidrokarbon alifatik.
Dari komponen-komponen tersebut, vitamin E dan karotenoid memiliki potensi
yang penting.(Syahputra, 2008).

Minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah


merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen
penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan nontrigliserida.
1. Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit.
Struktur trigliserida adalah hasil kondensasi dari suatu molekul gliserol
dengan tiga molekul asam-asam lemak yang menghasilkan suatu molekul
trigliserida dan satu molekul air. Berikut ini adalah tabel dari komposisi
trigliserida dan tabel komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit.

Tabel 2.2 Komposisi Trigliserida Dalam Minyak Kelapa Sawit

Trigliserida Jumlah (%)


Tripalmitin 3 –5
Dipalmito – Stearine 1–3
Oleo – Miristopalmitin 0–5
Oleo – Dipalmitin 21 – 43
Oleo- Palmitostearine 10 – 11
Palmito – Diolein 32 – 48
Stearo – Diolein 0–6
Linoleo – Diolein 3 – 12
(Sumber : Ketaren, 1986).
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Sawit
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Kaprilat –
Asam kaproat –
Asam Miristat 1,1 – 2,5
Asam Palmitat 40 – 46
Asam Stearat 3,6 – 4,7
Asam Oleat 30 – 45
Asam Laurat –
Asam Linoleat 7 – 11
(Sumber : Pasaribu, 2004).
2. Senyawa Non Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit
Lemak atau minyak mengandung komponen non-trigliserida dalam
jumlah kecil, tetapi komponen ini harus dipisahkan karena menyebabkan
rasa, bau, warna yang kurang menyenangkan pada minyak dan lemak
(Ketaren, 1986).

Tabel 2.3 Komposisi Senyawa yang tak tersabunkan Dalam


Minyak Sawit
Senyawa % ppm
Karotenoida
α – Karotenoida 36,2
β – Karotenoida 54,4 500-700
ɣ - Karotenoida 3,3
Likopene 3,8
Xantophyl 2,2
Tokoperol
α - tokoperol 35
ɣ - tokoperol 35
δ - tokoperol 10 500-800
∑ + Ҕ + tokoperol 20
Sterol
Kolesterol 4
Kompesterol 21 Mendekati
Stigmasterol 21 300
β – sitosterol 63
Phospatida
Alkohol Total
Triterpenik alkohol 80 Mendekati
Alifatik alcohol 20 800

(Sumber : Nurhida Pasaribu, 2004).


2.1.5 Standar Mutu Minyak Sawit

Standar Mutu merupakan hal yang penting untuk mennetukan mana minyak yang
bermutu baik atau tidak. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjdi dua
arti. Perama, Pertama , benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan minyak nabati
lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat
isiknya yaitu dengan mengukur nilai titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan
yodium dan yang kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini
mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi
kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam tembaga, logam besi, peroksida dan
ukuran pemucatan (Fauzi, 2012).
Mutu minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak
bebasnya, karena jika kadar asam lemaknya tinggi, maka akan mengakibatkna bau
tengik, dan juga dapat merusak peralatan karena dapat mengakibatkan
timbulnyakorosi, faktor-faktor yag mengakibatkan naiknya kadar asam lemak
bebas (ALB) dalam kelapa sawit adalah :
a. Kadar air dalam minyak kelapa sawit
b. Enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam minyak kelapa sawit
Kadar air dalam minyak dapat mengakibatkan naikknya kdar asam lemak
bebas karena air pada minyak kelapa sawit dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase dalam minyak kelapa
sawit tersebut.
Adapun faktor lain yang memepengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan
kandungan logam berat, dan bilangan penyabunan. Warna minyak kelapa sawit
dipengaruhi oleh kandungan karoten dalam minyak tersebut. Karoten dikenal
sebagai sumber vitamin A. Pada umumnya karoten terdapat pada tumbuhan yang
berwarna kuning dan hijau termasuk kelapa sawit ,tetapi para konsumen tidak
menyukainya. Oleh karena itu, para produsen berusaha menghilangkannya dengan
menggunakan bleaching earth (Sibuea, 2014).
Berdasarkan Standart Nasional Indoneia mengenai mutu minyak kelapa
sawit diperoleh keterangan sebagai berikut:
Tabel 2.4 Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah CPO

No Karakteristik Batasan
1 Kadar Asam Lemak Bebas (%) <5,00
2 Kadar Air (%) <0,50
3 Kadar Kotoran (%) <0,50
(Sumber : SNI 2006).
PMKS PT. Permata Citra Rangau sendiri memiliki standar mutu minyak
sawit/CPO yang dihasilkan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5 Standar Mutu Minyak Sawit/CPO dan Inti Sawit
No Kualitas Uji Jumlah
Minyak Sawit Inti Sawit
1 Rendemen 18,5 5,05
2 Kadar Air 0,25 8
3 Kadar Kotoran 0,25 8
4 Kadar Asam Lemak Bebas 5 5

(Sumber : PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021).


2.1.6 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
Stasiun proses pengolahan TBS menjadi CPO umumnya terdiri dari beberapa
stasiun. Stasiun tersebut adalah sebagai berikut :
1. Stasiun penerimaan Buah (Fruit Reseption)
2. Stasiun Rebusan (Sterellizer)
3. Stasiun Penebah (Thresher)
4. Stasiun pencacahan dan Kempa (Digester and Pressing Station)
5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)
1. Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar
Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) merupakan stasiun
pertama dalam pabrik pengolahan kelapa sawit. Stasiun penerimaan TBS
terbagi menjadi 2, yaitu stasiun timbangan dan stasiun sortasi. Stasiun
peneriman TBS berfungsi untuk menerima kedatangan tandan buagh segar
(TBS) pertama sekaligus mencatat semua data-data awal mengenai kedatangan
TBS mulai dari berat TBS, berat brondolan, kendaraan pengangkut, kebun asal
TBS, maupun supir yang mengangkut
Adapun Tujuan Stasiun Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui berat TBS dan berondolan yang diterima pabrik
2. Untuk menyortir TBS dan berondolan yang diterima pabrik.
Tahapan proses di stasiun penerimaan dimulai dari kedatangan truk
pengangkut TBS kebun kemudian supir truk melaporkan surat pengantar TBS
dari afdeling.
Setelah melaporkan kemudian truk pengangkut TBS masuk ke jembatan
timbang untuk mengetahui berat TBS yang di angkut, kemudian truk TBS
langsung menuju ke Loading ramp untuk melakukan pembongkaran TBS,
setelah TBS dibongkar kemudian TBS di sortasi untuk mengetahui kriteria
matang dari setiap TBS yang akan di olah. Buah yang layak olah bisa langsung
dimasukkan ke dalam loading ramp dengan menggunakan loader. Sedankan
buah yang tidak layak olah akan di klaim oleh petugas untuk dipisahkan agar
buah tersebut tidak masuk ke loading ramp dan diolah.(PMKS PT.Permata
Citra Rangau, 2021).
a. Stasiun Timbangan
Stasiun timbangan berfungsi untuk menghitung bobot TBS yang akan
dioalah, selain itu juga berfungsi sebagai stasiun awal tempat penerimaan
TBS sebelum masuk ke stasiun Sortasi. TBS yang dierima PT Permata Citra
Rangau berasal dari pihak ketiga . TBS yang diterima diperiksa terlebih
dahulu sebelum dilakukan penimbangan dengn cara mencatat nama supir,
plat kendaraan, dan nama pengirim TBS.
Prinsip kerja dari stasiun timbangan adalah melakukan penimbangan
tonase atau muatan , baik yang dibawa masuk ke dalam pabrik maupun yang
dibawa keluar pabrik. Proses penimbangan muatan berlangsung 2 kali,
proses penimbangan pertama dilakukan terhadap kendaraan pengangkut
yang akan keluar untk memperoleh berat bruto. Proses penimbangan kedua
dilakukan dengan menimbang berat kendaraan pengangkut yang akan keluar
untuk memperoleh berat tarra.(PMKS PT.Permata Citra Rangau, 2021).
b. Stasiun Sortasi
Sortasi TBS dilakukan dilantai atau peron loading ramp, mutu dan
rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen.
Sortasi TBS sebagai cara untuk menilai mutu panen yang dilaksanakan
terhadap setiap kebun yang mengolah buah di pabrik dengan menentukan
satu truk atau lebih yang dianggap mewakili untuk setiap afdelling karbon
pengirim.
Sortasi buah dilaksanakan sesuai dengan kriteria panen yang terbagi
atas beberapa fraksi jika saat sortasi ditemukan buah mentah, buah busuk,
dan sakit serta sampah maka dilakukan pemotogan berat timbangan
(penalty).

Penalty = ((jumlah tros buah, mentah, busuk x berat tros rata-rata) +


berat sampah. Fraksi )), sampah, tandan kosong , buah busuk dan buah
sakit yang terkena penalty dipisahkan untuk dimusnahkan (dibakar) dengan
membuat berita acara disaksikan oleh asisten afdeling pengiriman atau
yang mewakili dan diterbitkan LK (laporan ketidaksesuaian). Hasil sortasi
panen digunakan untuk menghitung rendemen distribusi di setiap afdeling
pemasok dan membuat material balance/analisa tandan untuk setiap
fraksi, tahun tanam dan setiap afdeling kebun. Tujuan Sortasi :
1. Untuk mengetahui kualitas dari TBS yang diterima pabrik.
2. Sebagai data laporan balik ke kebun atas kualitas TBS yang dikirim.
3. Merupakan salah satu parameter yang akan
mempengaruhi hasil dan kualitas produksi pabrik.
4. Sebagai acuan dalam pembayaran TBS pihak ketiga.
(PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021).
c. Loading ramp
Loading ramp merupakan tempat penampungan buah sementara,
sebelum buah dibawa oleh scrapper menuju ke sterilizer. Loading ramp
terdiri 12 pintu yang setiap pintu memiliki kapasitas 12,5 ton/jam. Pintu-
pintu tersebut menyambung dengan scrapper yang mana, pada alat inilah
nanti buah akan dikirim menuju sterilizer. Pada bagian atas loading ramp
terbuat dari plat baja dengan kemiringan 30o . Hal ini bertujuan agar
memudahkan TBS jatuh ke scrapper ketika pintu hidrolik loading ramp
dibuka. (PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021).
d. Scrapper

Scrapper merupakan alat transport tandan buah sawit yang terdiri


dari bucket-bucket yang dihubungkan oleh rantai dan digerakkan dengan
bantuan electromotor yang berfungsi untuk menghantarkan tandan
dari stasiun satu ke stasiun lain. (PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021
2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Sterilisasi adalah proses perebusan dalan suatu bejana yang disebut


dengan sterilizer.Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

1. Mematikan enzim
2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

Proses perebusan sistem triple peak : Proses perebusan dilakukan


selama 67-70 menit dengan Suhu 115°C di perebusan dengan media uap yang
berasal dari boiler. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back
Pressure Vessel) yang bertekanan 2,5-3 bar, Proses perebusan dilakukan
selama 67-70 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP (Back
Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar. Perebusan dilakukan dengan
sistem triple peak (tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan sampai 1.5
kg/cm2 puncak kedua tekanan sampai 2,0 kg/cm2 dan puncak ketiga tekanan
sampai 2.8-3.0 kg/cm2

1. Dearation dilakukan 2 menit, dimana posisi kondensat terbuka


2. Masukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit
Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.
3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5
menit
4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.
5. Uap kodensat dibuang lagi selama 3 menit, Kemudian steam dimasukkan
lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15-20 menit.
6. Setelah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40-50 menit
7. Uap kondensat dibuang selama 5-7 menit sampai tekanan 0.

Dari proses ini akan menghasikan kondensat sisa uap yang tercampur
dengan kotoran TBS kurang lebih 10% dari TBS. Air kondensat yang masih
terdapat 16 minyak ini dialirkan kedalam Fat Pit (penangkap minyak) untuk
dikutip kembali minyaknya selanjutya sisa air limbah dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (PAL).

3. Stasiun Penebahan (Thresher)

Mesin thresher adalah mesin yang digunakan di pabrik pengolahan


kelapa sawit yang fungsinya untuk melepaskan buah (brondolan) dari
tandanya (bunch). Prinsip kerja mesin thresher yang berupa silinder yang
berputar pada porosnya yang dipasang secara horizontal.

Pabrik kelapa sawit memiliki 2 mesin thresher dengan kapasitas


masing-masing 30 ton/jam, dimana cara kerja dilapangan telah dimodifikasi
secara parallel yaitu dengan menjalankan 2 (dua) mesin. Pengolahan dimulai
dari mesin pertama (1) untuk melakukan pemipilan selanjutnya tandan hasil
pemipilan dimesin pertama didistribusikan ke mesin ke 2 (dua) agar
berondolan lepas dari tankos. Ketika mesin tidak berjalan sempurna maka
hanya satu saja yang digunakan.

Silinder (drum) yang dihubungkan keporos oleh 2 buah thresher arm


yang dipasang pada jarak tertentu di sepanjang poros. Kulit silinder terbuat
dari plat-plat strip baja yang disusun memenjang dan diikat dengan
sambungan las pada ring-ring dari plat baja sedemikian sehingga kulit silinder
tersebut berupa celah-celah untuk melewatkan brondolan yang sudah terlepas
dari tandanya. Didalam silinder terdapat juga plat pengarah yang fungsinya
mengangkat tandan sawit dan mengarahkannya keujung silinder yang
berlawanan arah masuknya tandan buah sawit. Proses pelepasan buah dari
tandannya adalah dengan menjatuhkan kelapa sawit di dalam silinder sebelum
akhirnya keluar menjadi brondolan dan tandan kosong. (PMKS. PT Permata
Citra Rangau, 2021).

Menurut Siregar (2013), fungsi dan tujuan dari stasiun thresher yaitu
untuk memisahkan TBS yang telah direbus dari brondolan dan janjang kosong
dengan cara diputar dan dibanting. Setelah dipisahkan, brondolan dan janjang
kosong dengan cara diputar dan dibanting. Setelah dipisahkan, brondolan
dikirim ke stasiun digester dan press dengan pencapaian throughput mill per
jam dan meminimalkan losses crude palm oil dan palm kernel di janjang
kosong. Janjang kosong dikirim ke empty bunch area atau dibakar
menggunakan incinerator

a. Thresher Hopper
Berfungsi sebagai tempat penuangan dan pengumpanan cook fruit lagsung
ke drum thresher/Stripper
b. Drum Thresher/Stripper
Drum Thresher/Stripper berfungsi untuk pemipilan atau merontokkan
brondolan masak (cook fruitlets) dari tandannya, melalui proses sistem
bantingan di dalam drum berkisi-kisi 40-50 mm yang dilengkapi dengan
plate stripper dengan panjang 80 cm, tinggi 20 s/d 25 cm dan sudut
pengarah 50 s/d 70. Secara konstruksi drum thresher memiliki spider arm
yang berfungsi menahan bodi drum pada saat berputar. Spider arm ini
berjumlah 3 buah dan sama besar, serta jarak antara spider merupakan
ruangan terjadinya bantingan pada cook fruit bunch. Ruangan yang
membagi spider arm ini sering disebut dengan section. Sudut stripper yang
digunakan menghasilkan kecepatan mendorong kedepan dari janjangan
yang akan dibanting.Hal ini mempengaruhi kecepatan keluar janjangan dari
dalam drum.
c. Tinggi Bantingan
Kondisi bergulirnya cook fruit bunch di dalam drum thresher diatur
berdasarkan jarak antara stripper dalam satu section dan tinggi bantingan
tergantung kemampuan angkat

Doc. Pribadi
Gambar 2.3. Thresher PMKS. PT. Permata Citra Rangau
4. Stasiun kempa (pressing station)

Stasiun kempa merupakan stasiun lanjutan setelah stasiun penebahan.


Dimana buah rebus yang sudah terpisah dari tandan pada stasiun penebahan
kemudian dimasukkan kedalam unit digester yang selanjutnya
dicacah/dilumat agar mempermudah pemisahan/ekstraksi minyak dan
memisahkan nut dan daging buah. Buah yang telah dicacah/dilumat oleh
digester diumpankan menuju screw press guna proses pengempaan untuk
mendapatkan minyak kasar (crude oil).
Adapun Tujuan dari Stasiun Kempa adalah sebagai berikut :

1. Melumatkan brondolan didalam digester sebelum masuk ke pressan.


2. Untuk memecahkan sel-sel minyak dalam serabut daging buah,
sehingga memudahkan proses pengambilan sel-sel minyak di pressan.
3. Menghomogenkan ukuran brondolan sebelum diumpan ke pressan.

4. Memisahkan pericarp dan nut.


5. Mengepress brondolan yang sudah dilumatkan untuk mendapatkan
minyak kasar dari bagian pericarp. (PMKS PT. Permata Citra Rangau,
2021)

a. Digester
Brondolan buah yang terlepas dari janjang kosongrya selanjutnya akan
dicacah atau dilumatkan menggunakan alat digester sampai menjadi seperti
bubur, dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan minyak dari daging
buah sehingga mudah di press. Digester adalah tangki silinder tegak yang
dilengkapi pisau pisau pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm,
sehingga berondolan dapat dicacah didalam tangki ini.Untuk memudahkan
pelumatan buah, pada digester dilakukan injeksi steam uap air) bersuhu
sekitar 90-95℃. Selama pengadukan suhu dijaga agar tetap stabil yaitu 80-
95℃.dengan menggunakan uap air yang telah diinjeksi, Sebagian minyak
yang sudah keluar akan langsung dialirkan kedalam Preheating Tank
(PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021).
b. Screw Press
Brondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk
diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan
penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak terlalu kental
(penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat sehingga
kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui
nozzle pada pipa berlubang yang dipasang pada screw press. Tekanan
mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika
tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi.Minyak
hasil mesin press kemudian menuju ke Sand trap tank untuk pengendapan.
Hasil lain adalah ampas (terdiri dan biji dan fiber) yang akan dipisahkan
dangan menggunakan cake breaker conveyor (CBC). (PMKS PT. Permata
Citra Rangau, 2021.

5. Stasiun klarifikasi (Clarification)


Stasiun klarifikasi atau stasiun pemurnian merupakan stasiun
lanjutan setelah stasiun pengepresan guna mengurangi kadar kotoran dan
kadar air yang terkandung dalam minyak kasar hasil pengempaan dengan
prinsip pengendapan (sedimentation), penyaringan (filtration), penguapan
(evaporation), dan sentrifugasi. Pemurnian ini dilakukan sebab minyak
kasar yang keluar dari stasiun kempa masih kotor dan mengandung
unsur-unsur lain, seperti fiber, pasir, lumpur (sludge), dan air.
Adapun Tujuan dari stasiun Klarifikasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan minyak kasar dengan kadar kotoran, kadar air,
dan ALB yang rendah.
2. Memisahkan minyak kasar dan sludge.
3. Memurnikan minyak.
4. Menjernihkan dan mengurangi kadar air pada minyak CPO (crude
palm oil) sesuai dengan standar mutu. (PMKS PT. Permata Citra
Rangau, 2021)

a. Sand Trap Tank


Sand trap tank bertujuan sebagai pengendali pasir yang terikut.Minyak
hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak
mengandung kotoran-kotoran, Minyak tersebut masuk ke sand trap
tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas
tinggi Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder
tegak.

b. Vibrating screen
Vibrating Screen bertujuan untuk menyaring crude dari pasir dan
fiber. Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung
serta dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen).
Proses peryaringan menggunakan vibrating screen bertujuan untuk
memisahkan padatan, seperti: serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran
lain yang masih terbawa dari sand trap tank Vibrating yang digunakan
adalah double deck vibrating screen dimana screen pertama berukuran
30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertangkap pada
ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan
minyak dipompakan ke crude oil tank. Crude Oil Tank.

Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil


tank untuk ditampung sementara, Pada Crude oil tank ini minyak
dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu
dipertahankan 90-95 ℃ dari Crude Oil Tank (COT) minyak
dipompakan ke CST (Continious Settling Tank).

c. Continuous Settling Tank

Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya


dilewatkan ke buffer tank agar alirkan minyak masuk ke CST tidak
terlalu kencang. CST bertujuan untuk mengendapkan lumpur sludge)
berdasarkan perbedaan berat jenisnya.Di CST suhu dipertahankan 85-
90℃. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer
menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak)
pada bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating
screen sebelum ke sludge oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap
di bagian dasar CST di blowdown untuk dibawa ke sludge drain tank
d. Oil Tank
Oil Tank Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung
sementara waktu, sebelum dialirkan ke Vacum Oil Dryer . Dalam oil
tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk
mengurangi kadar air.
e. Vacum Oil Dryer (VOD)
Setelah ditampung sementara waktu di Oil tank maka dialirkan ke
Vacuum Oil Dryer (VOD) yang bertujuan untuk mengurangi kadar
air yang terkandung dalam minyak.
f. Fat-fit & Recovery Tank
Fat-fit & Recovery Tank bertujuan menampung cairan-cairan
kondensat dan klarifikasi yang masih mengandung minyak, untuk
meningkatkan efisiensi pengutipan minyak yang masih terkandung
didalam cairan-cairan hasil drainan dan buangan air kondensat dan
menampung cairan proses dari hasil blowdown dan klarifikasi stasiun.
(PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021)
6. Stasiun klarifikasi (Clarification)
Pemurnian Minyak (Oil Purifier) Didalam oil purifer dilakukan
pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat
pada miryak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakann
gaya sentifugal dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan
air yang memaiki densitas yang besar akan berada pada bagian yang luar
(dinding bowl) sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil
bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke
vacuum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke
saluran pembuangan untuk dibawa ke Fat-fit. (PMKS PT. Permata Citra
Rangau, 2021)

a. Vacum Dryer

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka


untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum
dryer. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle
sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah.Hal ini akan
mempermudah pemisahan air dalam 19 minyak, dimana minyak yang
memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan
kemudian dipompakan ke storage tank

b. Sludge Tank

Untuk overflow dari tangki ini dialirkan ke drain tank


sedangkan under flownya dialirkan ke vibrating sereen dan brush
strainew atau langsung ke bak transit urtuk dipompakan ke sand
cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge
dipanaskan (80-90oC dengan menggunakan uap yang dialirkan
melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak menjadi lebih rendah
dan lumpur halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan
mengendap pada dasar tangki. Dari sand cyclone atau brush strainer
sludge dialirkan ke itank sebagai umpan untuk decanter atau sludge
centrifuge.

c. Decanter

Decanter berfungsi untuk mengolah sludge. Decanter adalah


alat yang digunakan untuk memisahkan minyak yang masih
terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan berdasarkan gaya
sentrifugal, Di dalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang
berputar 1450 rom bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya
terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat
diganti sesuai kebutuhan.

Prinsip kerja adalah nozzle separator berputar dengan gaya


centrifugal dimana pemisahannya, fraksi berat (lumpur, kotoran)
terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air dan minyak) akan
ketengah.

Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju


poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu (piring disc), dan
ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh redaimed oil
pump untuk dialirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge (yang
mengandung air) yang mempunyai denstas lebilh besat akan
terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle kemudian
sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat fit.

d. Sludge Drain Tank


Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu
tertentu didrain menuju sludge drain tank. Di sludge drain tank
minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk mengalir dan
ditampung pada reciairhed tank dan dipompakan kembali ke CST
untuk kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan air dialirkan
menuju fat fit.

e. Fat fit

Sebelum sludge dialirkan ke kolarm pengolahan limbah terlebih


dahulu ditampung di fat fit dengan maksud agar minyak yang masih
terbawa dapat terpisah kernbali. Di fat fit dinjeksikan uap sebagai
pemanas untuk mempermudah proses permisahan minyak dan
kotoran. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah
(overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada
pinggiran kolam fat fit, dan kermudian dipanaskan kembali ke sludge
drain tank.

f. Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer, kermudian dipompakan ke storage


tank (tangki timbun). Pada suhu simpan 45-55 oC. Setiap hari
dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah
berupa minyak yang disebut Crude palm oil (CPO). (PMKS PT.
Permata Citra Rangau, 2021)

7. Stasiun Pengambilan Inti (Kernel Recovery)

Pada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut,


pemisahan inti dari cangkangnya, dan juga pengeringan inti.
a. Cake Breaker Conveyer (CBC)
Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih
mengumpal masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor
namun screwmya dipasang plat persegi.Sebagai pelempar fiber dan nut.
CBC berfungsi untuk mengurangi gumpalan fiber dengan nut dan
membawanya ke depericarper.
b. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut.
Fiber dan nut dari CBC masuk ke separating colum, Disini fraksi
ringan yang berupa fiber dihisap dengan fiber cyclone dan ditampung
dalam hopper sebagai bahan bakar pada boiler. Sedangkan fraksi berat
berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing drum.
c. Nut Polishing Drum
Nut polishing dum berupa drum berlubang-lubang yang berputar.
Akibat dari perputaran ini tejadi gesekan yang mengakibatkan serabut
yang masih menempel pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh
selanjutnya nut diangkut oleh nut coveyor dan destoner (second
depericarper) untuk memisahkan batu dan benda benda yang lebih
berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali di
dalam air lock dan ditampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam
nut silo.

d. Nut Silo

Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut hal ini
dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah
inti lekang dari cangkangnya.

e. Ripple Mill

Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami
gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan
kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang
masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke kernel polishing
drum.

f. Kernel Grading Drum

Pada kernel grading drum ini disaring antara nut shell dan
kotoran dengan nut yang belum terpecahkan, Untuk nut shell dan
kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS Sementara untuk nut atau
yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.

g. Light Tenera Dry Separator (LTDS)

Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang


lebih ringan akan dihisap ke (TDS cyclone. Fraksi- fraksi yang ringan
dihisap yang terdiri dari cangkang dan serabut akan dibawah ke shell
hopper melalui fibre dan shell convevor.

h. Hydrocyclone

Hydrocyclone merupakan alat untuk memisahkan Inti dari


Cangkang dengan Cara Basah memanfaatkan perbedaan berat jenis Inti
dengan Cangkang. Untuk memperbesar selisih berat jenis antara inti
dengan cangkang, maka campuran dilewatkan melalui Cyclone,
sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone dan Cangkang
dari bagian bawah yang kemudian masing - masing fraksi diangkut ke
pengolahan yang lebih lanjut. Inti yang merupakan fraksi ringan akan
dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.

i. Kernel silo

Inti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar


air 7% Inti yang berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet
kernel conveyer didistribusikan ke datam unit kernel silo untuk
dilakukan proses pengeringan. Pada kemel silo ini inti akan dikeringkan
dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang
dihermbuskan oleh fan kernel silo ke dalam kernel silo.

Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-80 ℃. selama 48 jam.


Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke kernel bulk silo melalui
dry kernel transport fan.

8. Stasiun Penyimpanan CPO


Pada stasiun ini minyak hasil akhir dari proses klarifikasi selanjutrya
disimpan didalam tangki timbun CPO dan siap untuk dipasarkan.
(PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021).

2.1.7 Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah
padat industri kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit didapatkan setelah proses
penebahan atau pembantingan setelah perebusan yang bertujuan melepaskan buah
dari tandannya (Sunarko, 2007).

Tandan kosong sawit (TKS) merupakan salah satu limbah industri minyak
sawit yang jumlahnya cukup banyak dan mengandung serat yang cukup banyak
serta sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut hasil
penelitian, 1 hektar kebun kelapa sawit akan menghasilkan sekitar 1,5 ton TKS
kering atau 2,64 ton TKS (kadar air ± 50%) per tahun.

Tandan Kosong Kelapa Sawit adalah salah satu produk samping pabrik
kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan bisa
dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di Indonesia
mencapai 20 juta ton TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi
berbagai macam produk. Sebagian besar tandan kosong yang dihasilkan dari
stasiun penebah masih mengandung minyak. Untuk itu, kerugian yang terjadi
pada proses penebahan ada dua macam, yaitu kerugian minyak yang terserap oleh
tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih tertinggal di tandan
(tidak membrondol). (Robiana, 2010).
Gambar 2.5 Tandan Kosong Kelapa Sawit
(Sumber : Pahan, 2008)

Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai bahan organik memiliki suatu


karakteristik dasar berupa sifat fisika dan kimia.Sifat fisika dan kimia dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.6 Sifat Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit

No Komponen Kimia Komposisi (%)


1 Lignin 22,60
2 Pentosan 25,90
3 45,80
4 Holoselulosa 71,88
5 Abu 1,6
6 Pektin 12,85
7 Kelarutan dalam :
-          1 % NaOH 19,50
-          Air dingin 13,89
-          Air panas 2,50
-          Alkohol-benzene 4,50
(Sumber : Robiana, 2010).

Tabel 2.7 Sifat Fisik Tandan Kosong Kelapa Sawit


TKS TKS
No Parameter
Bagian Pangkal Bagian Ujung
Panjang erat
-          Minimum, mm 0,63 0,46
1 -          Maksimum, mm 1,81 0,27
-          Rata-rata (L),mm 1,20 0,76

2 Diameter serat (D), μm 15,01 14,34


3 Diameer lumen (l), μm 8,04 6,99
4 Tebal dinding (w), μm 3,49 3,68
5 Bilangan Runkel (2w/l) 0,87 1,05
6 Kelangsingan (L/D) 79,95 53,00
7 Kelemasan (l/D) 0,54 0,49
8 Kadar Serat, 5 72,67 62,47
9 Bukan Serat, % 27,33 37,53
Rapat masa tumpukan
10 serpih (campuran) 177,98
kg/m3

(Sumber : Robiana 2010).


2.1.8 Oil Losses
Losses minyak adalah kehilangan minyak kelapa sawit pada saat proses produksi.
Losess minyak dimulai pada saat proses perebusan, in disebabkan karena pada
saat kelapa sawit yang masih berupa berondolan, setelah perebusan dipisahkan
janjangannya masih terdapat minyak kelapa sawit yang masih tertinggal. Pada
masih biji terdapat serabut yang masih memisahkan kandungan minyak, begitu
pula pada ampas masih terdapat minyak yang tertinggal (Sari, 2013)
Pabrik minyak kelapa sawit dioperasikan dalam suatu rangkaina proses
yang kontinyu, dimana hasil proses dari satu instalasi akan dilanjutkan oleh
instalasi berikutnya dengan mempertahankan mutu. Kehilangan minyak selama
proses pengolahan TBS untuk menghasilkan CPO tidak dapat dihindari dalam
setiap PKS. Hal ini disebabkan oleh alat yang tidak bekerja pada kondisi optimum
karena kesalahan dalam pengoperasi unit-unit Industri. Misalnya pada stasiun
perebusan, apabila tekanan dan waktu perebusan yang tinggi akan mengakibatkan
kehilangan minyak pada air rebusan bertambah, tetapi apabila tekanan dan waktu
perebusan terlalu rendah akan mengakibatkan kehilangan minyak pada air rebusan
bertambah. Pada stasiun penebahan, kerusakan pada mesin penebah akan
mengakibatkan kerja bantingan tidak sempurna sehingga losses minyak pada
janjangan tinggi karen masih banyak brondolan yang tertinggal pada
janjangan(Sari, 2013)
Efisiensi teknik teknologis didefenisiakn sebagai efektivitas dan
produktivitas dalam pengoperasian suatu pabrik. Suatu pabrik dikatakan kurang
efisien jika angka losses, kualitas, ekstraksi, minyak dan inti sawit, serta kapasitas
produksi tidak sesuai dengan norma standar. Hal ini dapat diketahui dari kapasitas
olah yang tidak sesuai dengan kapasitas desain, losses yang tinggi , dan kualitas
yang rendah. Selain standar pabrik, perlu juga dibuat standar untuk kematangan
buah karena kematangan buah mempunyai konstribusi terhadap efektivitas
pengolahan di pabrik. Ekstraksi atau pengutipan minyak dari buah kelapa sawit
tidak akan pernah mencapai 100%. Kehilangan minyak pasti terjadi, tetapi harus
diusahakan sekecil mungkin atau pada batas-batas yang telah ditolerir. Slah satu
parameter untuk menentukan apakah suatu OKS dapat dikatakan bekerja efektif
dan efisien yaitu angka-angka kehilangan minyak dan inti yang sudah
distandarkan .Jika pada suatu proses pengolahan pabrik ternyata angka-angka
kehilangan minyak yang terjadi melebihi dan angka-angka yang telah sistandarkan
maka dapat dikatakan pabrik tersebut kurang efisien dan efektif. Kehilangan
minyak sawit diperiksa pada contoh janjangan kosong, ampas kempa, biji dan air .
Kehilangan minyak sawit dan inti sawit dapat terjadi pada tiga tahap dalam
proses produksi yaitu :
1. Penyerbukan tidak sempurna, terlihat dari banyaknya buah partenokarpi
(janjangan yang jarang buahnya). Hasilnya adalah berat janjangan berkurang
dari seharusnya.
2. Panen tidak sempurna, dimana janjangan terlalu mentah atau terlalu matang
dan brondolan hilang di antara tanaman kacangan. Hasilnya adalah rendemen
hasil yang rendah dan kadar ALB minyak yang tinggi.
3. Pengolahan tidak sempurna dimana kondisi proses tidak terpenuhi, keausan
dan kerusakan mesin olah. Hasilnya adalah pengutipan minyak menjdi rendah
dan kenaikan kadar ALB yang besar dalam pengolahan (Mangoensoekarjo,
2003).
2.1.9 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut


sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut
cair. Proses ekstraksi secara umum dapat dilakukan dengan cara maserasi,
perkolasi, refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet, digesi, dan infusa. Namun, proses
ekstraksi tersebut membutuhkan waktu lama. Ekstraksi adalah suatu proses 27
pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang
digunakan harus dapat mengekstraksi substansi yang diinginkan tanpa melarutkan
material lainnya. Ekstraksi padat-cair adalah transfer difusi komponen terlarut dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik
karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi.Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika
bahan yang diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi. (Panji, 2005).

Ada beberapa macam metode ekstraksi, yaitu:

1. Ekstraksi secara dingin


a. Metode Maserasi
Maserasi yang sederhana dilakukan dengan cara merendam bahan dalam
pelarut selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya.
b. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian bahan secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul- molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisa dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas
bulat setelah melewati pipa sifon.

Keuntungan Ekstraksi Soxhlet :


1. Mempertahankan suhu ekstraksi yang relatif tinggi dengan panas dari
termos distilasi.
2. Tidak ada persyaratan filtrasi setelah peepasan. Juga, metode soxhlet
sangat sederhana dan murah

Kelemahan Ekstraksi Soxhlet


1. Waktu ekstraksi yang panjang dan menggunakan pelarut dalam jumlah
yang banyak.
2. Besar jumlah pelarut yang digunakan membutuhkan prosedur
penguapan/konsentrasi.

Adapun syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :


1. Pelarut yang mudah menguap
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
5. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau non polar.

Gambar 2.11 Alat Ekstraksi Soxhlet


(Sumber : Khoirulazam, 2012).

Nama-nama instrumen dan fungsinya :


1. Kondensor
Berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk mempercepat proses
pengembunan.
2. Timbal
Berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya.
3. Pipa F
Berfungsi sebagai jalannya uap
4. Sifon
Berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh
kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus.
5. Labu Alas Bulat
Berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya.
6. Hot plate
Berfungsi sebagai pemanas larutan.

c. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui


bahan yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan
langkah tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisiensi.

2. Ekstraksi secara panas


a. Metode Refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang
besar dan sejumlah manipulasi dari operator.

b. Metode Destilasi

Uap Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal (Guenther, 1987).
No Oil Losses

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan


Kajian Relevan I

Judul : Perhitungan Kadar Minyak Pada Tandan Kosong di stasiun


Thresher di PT.PN IV Kebun Adolina

Tahun : 2019

Penulis : Indah Saskia Ananda

Hasil : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang


mengolah kelapa sawit dengan metode dan aturan tertentu. Pada
pengolahan kelapa sawit Unit Usaha Adolina ini memiliki kapasitas
pengolahan TBS 30 ton/jam dengan standar rendemen 23-24%. Dalam
proses pengolahan tersebut, perusahaan selalu berupaya untuk
mengoptimalkan menekan terjadinya kehilangan minyak (oil losses) pada
Crude Palm Oil (CPO) selama proses produksi. Tandan kosong kelapa
sawit merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan dari hasil
pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Tandan kosong dari buah kelapa
sawit yang digunakan untuk pengolahan CPO masih mengandung minyak
karena tandan kosong tercabik terkena pisau-pisau pada proses stasiun
thresher dan kecepatan putaran Thresher. Perhitungan ini bertujuan untuk
mengetahui nilai kehilangan minyak pada tandan kosong di stasiun thresher
dengan waktu yang berbeda, yang kemudian diperoleh sebesar 2,41%,
2,43%, 2,34%, 2,39%, 2,41%, 2,40%. Hasil nilai persentase rata-rata
kehilangan minyak kelapa sawit yang diperoleh pada tandan kosong dari
keseluruhan data adalah 2,40%. Analisa minyak dilakukan dengan metode
ekstraksi soxhlet.

Kajian yang Relavan II

Judul : Perhitungan Kehilangan Minyak (Oil Losses) Tandan Buah


Kosong dan Ampas Pressan Buah Kelapa Sawit di PT. SSN
(Sumber Sawit Nusantara) Bragas.

Tahun : 2016

Penulis : Viky Alhaq

Hasil : Pabrik kelapa sawit di PT. SSN (Sumber Sawit Nusantara)


yang merupakan perusahaan yang mengolah buah kelapa
sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dengan kapasitas 30
ton/jam. PT. SSN mengolah buah kelapa sawit yang jenis
tanaman tenera, dimana tenera merupakan hasil persilangan
antara dura dan pesifera, yang ketebalan cangkangnya (0,5-
4) mm, daging buah yang tebal antara 60-96% dari buah.
Metode yang digunakan adalah metode ekstraksi. Dimana
pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi minyak
menggunakan prinsip pemisahan antara minyak yang
terkandung dalam daging buah dengan intinya, atau proses
untuk mengambil bahan yang sudah tersedia tanpa
mengubah sifat kimia bahan kelapa sawit tersebut. Tidak
semua kelapa sawit diolah menjadi CPO melainkan ada
sebagian kecil yang terbuang atau yang disebut oil losses.
Hasil produksi suatu perusahaan bisa berkurang karena ada
kehilangan minyak pada stasiun-stasiun tertentu.

2.3 Kerangka Konseptual


Unit Thresher merupakan unit untuk memisahkan buah duri janjangannya
dengan cara membanting tandan buah segar ke dalam drum thresher.
Perhitungan kadar minyak dimulai pada Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) yang di hasilkan dan Unit Thresher. Adapun yang menjadi langkah-
langkah penelitian masalah yang dapat di lihat pada kerangka konseptual
dibawah ini

Mulai

Survei Ke Lapangan
Studi pendahuluhan
Pengenalan alat di
Persiapan : Identifikasi, lapangan
Permasalahan, Identifikasi
yang dibutuhkan
Pengambilan data dan
Sampel Pada Unit Thresher

Ke Lapangan

Laboratorium

Kesimpulan
Analisa Data

Anda mungkin juga menyukai