TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari daerah tropis di Afrika barat.
Keberadaan kelapa sawit di Indonesia bermula dari tahun 1848 yaitu dengan
dibawahya dua bibit kelapa sawit dari daerah Mauritius dan dua lainnya dari
Hortus Botanicus (Belanda) oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian
ditanam sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Perkembangan revolusi
industri menimbulkan ledakan permintaan akan minyak nabati. Hal ini memicu
para produsen untuk menggenjot produksi minyak nabati. Salah satu yang
potensial adalah minyak sawit dari daerah tropis. Pemerintah Hindia Belanda
kemudian menggiatkan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit
pertama berada di Deli, Sumatra Utara dan Aceh dengan luas perkebunan
mencapai 5000 ha. Pada awal abad ke-20, perkebunan kelapa sawit di Hindia
Belanda berkembang sangat pesat. Namun, sejak pendudukan Jepang pada 1940,
perkembangan kelapa sawit mulai menunjukkan penurunan karena perbedaan
orientasi dari penjajah Jepang (Nugroho, 2019).
Salah satu aspek dalam budidaya kelapa sawit yang mempengaruhi hasil
produksi kelapa sawit secara langsung adalah pemanenan. Keberhasilan panen
akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit
sudah mulai mengeluarkan manggar pada umur 3 sampai 4 tahun dan pada umur 8
sampai 11 tahun telah menghasilkan lebih dari 20 ton tandan buah segar
(TBS)/ha/tahun. Pemanenan dilakukan setelah tandan berumur 5-6 bulan. Kelapa
sawit dapat dipanen secara ekonomis sampai berumur 25 tahun (Dianto, 2017).
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 3–4 tahun. Bunga betina akan
menjadi buah dalam waktu 6 bulan. Proses pematangan buah sawit dapat diamati
dari perubahan warna dari kulit buahnya, berawal dari warna hijau menjadi merah
jingga pada saat telah matang. Kandungan minyak pada buah akan bertambah
seiring dengan perkembangan kematangan buah.
Setelah fase matang mencapai puncaknya, kandungan asam lemak bebas
cenderung akan meningkat dan diikuti merontoknya buah (memberondol)
(Nugroho, 2019).
Kernel Endocarpium
Mesocarpium
Eksocarpium
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenisa atau varietas yang dapat dibedakan
berdasarkan :
Minyak sawit merupakan hasil jadi dari pengolahan kelapa sawit yang berupa
minyak kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya Palm
Kernel Oil (PKO). Minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan
terutama dalam pembuatan margarine, shortening, atau minyak goreng atau
lemak-lemak dalam pembuatan roti dan kue. Untuk minyak goreng dapat
digunakan 100% minyak sawit, misalnya dalam penggorengan.
Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida,
yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit termasuk golongan
minyak asam Oleat-Linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena
kandungan karotenoida.(Mangoensoekarjo, 2013).
Buah sawit berukuran kecil antar 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir.
Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan.
Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit dipanen dalam bentuk
tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai
menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah pertama yang keluar masih
dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena
masih mengandung minyak yang rendah.Hasil utama yang dapat diperoleh dari
tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp)
dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis inyak ini berbeda
dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia.
Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai berbentuk sesudah 100 hari setelah
penyerbukan. Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak
sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang
terjadi adalah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Standar Mutu merupakan hal yang penting untuk mennetukan mana minyak yang
bermutu baik atau tidak. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjdi dua
arti. Perama, Pertama , benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan minyak nabati
lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat
isiknya yaitu dengan mengukur nilai titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan
yodium dan yang kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini
mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi
kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam tembaga, logam besi, peroksida dan
ukuran pemucatan (Fauzi, 2012).
Mutu minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak
bebasnya, karena jika kadar asam lemaknya tinggi, maka akan mengakibatkna bau
tengik, dan juga dapat merusak peralatan karena dapat mengakibatkan
timbulnyakorosi, faktor-faktor yag mengakibatkan naiknya kadar asam lemak
bebas (ALB) dalam kelapa sawit adalah :
a. Kadar air dalam minyak kelapa sawit
b. Enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam minyak kelapa sawit
Kadar air dalam minyak dapat mengakibatkan naikknya kdar asam lemak
bebas karena air pada minyak kelapa sawit dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase dalam minyak kelapa
sawit tersebut.
Adapun faktor lain yang memepengaruhi standar mutu adalah titik cair dan
kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan
kandungan logam berat, dan bilangan penyabunan. Warna minyak kelapa sawit
dipengaruhi oleh kandungan karoten dalam minyak tersebut. Karoten dikenal
sebagai sumber vitamin A. Pada umumnya karoten terdapat pada tumbuhan yang
berwarna kuning dan hijau termasuk kelapa sawit ,tetapi para konsumen tidak
menyukainya. Oleh karena itu, para produsen berusaha menghilangkannya dengan
menggunakan bleaching earth (Sibuea, 2014).
Berdasarkan Standart Nasional Indoneia mengenai mutu minyak kelapa
sawit diperoleh keterangan sebagai berikut:
Tabel 2.4 Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah CPO
No Karakteristik Batasan
1 Kadar Asam Lemak Bebas (%) <5,00
2 Kadar Air (%) <0,50
3 Kadar Kotoran (%) <0,50
(Sumber : SNI 2006).
PMKS PT. Permata Citra Rangau sendiri memiliki standar mutu minyak
sawit/CPO yang dihasilkan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5 Standar Mutu Minyak Sawit/CPO dan Inti Sawit
No Kualitas Uji Jumlah
Minyak Sawit Inti Sawit
1 Rendemen 18,5 5,05
2 Kadar Air 0,25 8
3 Kadar Kotoran 0,25 8
4 Kadar Asam Lemak Bebas 5 5
1. Mematikan enzim
2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
pengepressan
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Dari proses ini akan menghasikan kondensat sisa uap yang tercampur
dengan kotoran TBS kurang lebih 10% dari TBS. Air kondensat yang masih
terdapat 16 minyak ini dialirkan kedalam Fat Pit (penangkap minyak) untuk
dikutip kembali minyaknya selanjutya sisa air limbah dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (PAL).
Menurut Siregar (2013), fungsi dan tujuan dari stasiun thresher yaitu
untuk memisahkan TBS yang telah direbus dari brondolan dan janjang kosong
dengan cara diputar dan dibanting. Setelah dipisahkan, brondolan dan janjang
kosong dengan cara diputar dan dibanting. Setelah dipisahkan, brondolan
dikirim ke stasiun digester dan press dengan pencapaian throughput mill per
jam dan meminimalkan losses crude palm oil dan palm kernel di janjang
kosong. Janjang kosong dikirim ke empty bunch area atau dibakar
menggunakan incinerator
a. Thresher Hopper
Berfungsi sebagai tempat penuangan dan pengumpanan cook fruit lagsung
ke drum thresher/Stripper
b. Drum Thresher/Stripper
Drum Thresher/Stripper berfungsi untuk pemipilan atau merontokkan
brondolan masak (cook fruitlets) dari tandannya, melalui proses sistem
bantingan di dalam drum berkisi-kisi 40-50 mm yang dilengkapi dengan
plate stripper dengan panjang 80 cm, tinggi 20 s/d 25 cm dan sudut
pengarah 50 s/d 70. Secara konstruksi drum thresher memiliki spider arm
yang berfungsi menahan bodi drum pada saat berputar. Spider arm ini
berjumlah 3 buah dan sama besar, serta jarak antara spider merupakan
ruangan terjadinya bantingan pada cook fruit bunch. Ruangan yang
membagi spider arm ini sering disebut dengan section. Sudut stripper yang
digunakan menghasilkan kecepatan mendorong kedepan dari janjangan
yang akan dibanting.Hal ini mempengaruhi kecepatan keluar janjangan dari
dalam drum.
c. Tinggi Bantingan
Kondisi bergulirnya cook fruit bunch di dalam drum thresher diatur
berdasarkan jarak antara stripper dalam satu section dan tinggi bantingan
tergantung kemampuan angkat
Doc. Pribadi
Gambar 2.3. Thresher PMKS. PT. Permata Citra Rangau
4. Stasiun kempa (pressing station)
a. Digester
Brondolan buah yang terlepas dari janjang kosongrya selanjutnya akan
dicacah atau dilumatkan menggunakan alat digester sampai menjadi seperti
bubur, dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan minyak dari daging
buah sehingga mudah di press. Digester adalah tangki silinder tegak yang
dilengkapi pisau pisau pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm,
sehingga berondolan dapat dicacah didalam tangki ini.Untuk memudahkan
pelumatan buah, pada digester dilakukan injeksi steam uap air) bersuhu
sekitar 90-95℃. Selama pengadukan suhu dijaga agar tetap stabil yaitu 80-
95℃.dengan menggunakan uap air yang telah diinjeksi, Sebagian minyak
yang sudah keluar akan langsung dialirkan kedalam Preheating Tank
(PMKS PT. Permata Citra Rangau, 2021).
b. Screw Press
Brondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk
diperas sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan
penyemprotan air panas agar minyak yang keluar tidak terlalu kental
(penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat sehingga
kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui
nozzle pada pipa berlubang yang dipasang pada screw press. Tekanan
mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat
menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika
tekanan mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi.Minyak
hasil mesin press kemudian menuju ke Sand trap tank untuk pengendapan.
Hasil lain adalah ampas (terdiri dan biji dan fiber) yang akan dipisahkan
dangan menggunakan cake breaker conveyor (CBC). (PMKS PT. Permata
Citra Rangau, 2021.
b. Vibrating screen
Vibrating Screen bertujuan untuk menyaring crude dari pasir dan
fiber. Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung
serta dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen).
Proses peryaringan menggunakan vibrating screen bertujuan untuk
memisahkan padatan, seperti: serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran
lain yang masih terbawa dari sand trap tank Vibrating yang digunakan
adalah double deck vibrating screen dimana screen pertama berukuran
30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertangkap pada
ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan
minyak dipompakan ke crude oil tank. Crude Oil Tank.
a. Vacum Dryer
b. Sludge Tank
c. Decanter
e. Fat fit
f. Storage Tank
d. Nut Silo
Fungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut hal ini
dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah
inti lekang dari cangkangnya.
e. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami
gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting dengan
kuat yang menyebabkan cangkang pecah. Setelah dipecahkan inti yang
masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke kernel polishing
drum.
Pada kernel grading drum ini disaring antara nut shell dan
kotoran dengan nut yang belum terpecahkan, Untuk nut shell dan
kotoran lolos dari saringan dibawa ke LTDS Sementara untuk nut atau
yang tertahan dikembalikan ke nut conveyor.
h. Hydrocyclone
i. Kernel silo
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah
padat industri kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit didapatkan setelah proses
penebahan atau pembantingan setelah perebusan yang bertujuan melepaskan buah
dari tandannya (Sunarko, 2007).
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan salah satu limbah industri minyak
sawit yang jumlahnya cukup banyak dan mengandung serat yang cukup banyak
serta sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut hasil
penelitian, 1 hektar kebun kelapa sawit akan menghasilkan sekitar 1,5 ton TKS
kering atau 2,64 ton TKS (kadar air ± 50%) per tahun.
Tandan Kosong Kelapa Sawit adalah salah satu produk samping pabrik
kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan bisa
dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di Indonesia
mencapai 20 juta ton TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi
berbagai macam produk. Sebagian besar tandan kosong yang dihasilkan dari
stasiun penebah masih mengandung minyak. Untuk itu, kerugian yang terjadi
pada proses penebahan ada dua macam, yaitu kerugian minyak yang terserap oleh
tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih tertinggal di tandan
(tidak membrondol). (Robiana, 2010).
Gambar 2.5 Tandan Kosong Kelapa Sawit
(Sumber : Pahan, 2008)
c. Metode Perkolasi
b. Metode Destilasi
Uap Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal (Guenther, 1987).
No Oil Losses
Tahun : 2019
Tahun : 2016
Mulai
Survei Ke Lapangan
Studi pendahuluhan
Pengenalan alat di
Persiapan : Identifikasi, lapangan
Permasalahan, Identifikasi
yang dibutuhkan
Pengambilan data dan
Sampel Pada Unit Thresher
Ke Lapangan
Laboratorium
Kesimpulan
Analisa Data