TINJAUAN PUSTAKA
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang dibawa oleh
Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman Kelapa Sawit
mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911 di Aceh dan
Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa
dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor
minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian
tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika
pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti
perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada
sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun
1948/1949. Pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur ini
berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat dimana pertama kali kelapa
sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika
Kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya pada
tahun 1884 dari Mauritius (Afrika). Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang menjabat
sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan merupakan induk
dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini telah mati pada 15
Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya Bogor. Perkebunan kelapa
sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang
pusat penanaman kelapa sawit yang pertama kali terbentuk di Indonesia, namun
demikian sentra penanaman ini berkembang ke Jawa Barat (Garut selatan, Banten
Selatan), Kalimantan Barat dan Timur, Riau, Jambi, Irian Jaya. Pada tahun 1995 luas
perkebunan kelapa sawit adalah 2.025 juta, dan diperkirakan pada tahun 2005 luas
perkebunan menjadi 2.7 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 9.9 ton/tahun
(http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.php?option=com_content&task=view&id=35&Ite
mid=25).
Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu
dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah; atau berdasarkan
warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah , dikenal lima varietas kelapa
sawit yaitu:
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging
biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan
jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga
betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon
induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan
varietas Tenera.
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0.5-4mm, dan
tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada
varietas Tenera yaitu sekitar 22-24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18%.
Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak
tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak
mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas
Tenera.
Ada 3 varietas kelapa sawit yang terkenal berdasarkan perbedaan warna kulitnya.
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi
perkebunan.
2. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah
berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini
3. Albescens
Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi
kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang
dijumpai.
Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan
hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan
varietas Pisifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan
Salah satu sumber benih kelapa sawit di Indonsia adalah Pusat Penelitian
(Tim Penulis,2000).
digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa
sawit afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia,
manakala kelapa sawit amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Pokok yang matang mempunyai satu batang pokok yang tunggal
dan tumbuh sehingga 20 meter tingginya. Daunnya merupakan daun majemuk yang
anak-anak daunnya tersusun lurus pada kedua belah tulang daun utama seolah-olah
bulu dan mencapai 3 hingga 5 meter panjangnya. Pokok yang muda menghasilkan
lebih kurang 30 daun setiap tahun, dengan pokok yang matang yang melebihi 10 tahun
menghasilkan lebih kurang 20 daun. Bunganya berbentuk rumpun yang padat. Setiap
bunganya kecil saja, dengan tiga sepal dan tiga kelopak. Buahnya memakan 5 hingga
6 bulan untuk masak dari masa pendebungaan. Ia terdiri daripada lapisan luar yang
berisi dan berminyak (perikarp), dengan biji tunggal (isirung) yang juga kaya dengan
(http://wapedia.mobi/ms/Kelapa_Sawit).
Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat
alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki.
EKSTRAKSI
PENJERNIHAN
PEMUCATAN
PEMUCATAN DEODORISASI
DEODORISASI INTERESTERIFIKASI
PLASTICIZING PEMURNIAN
EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam,
yaitu rendering ( dry rendering dan wet rendering ), mechanical expression dan
solvent extraction.
RENDERING
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara
rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
dalamnya.
Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat
lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas
mempergunakan temperatur yang tinggi disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk
menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang
dipergunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan di ekstraksi
dimasukkan ke dalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air.
230F (105C-110C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dari ampas yang telah
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama
untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan
minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada pengepresan
mekanis ini diperlukan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari
(Ketaren, 1986).
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa
minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari
Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut
mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian
dialirkan ke dalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui
pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah
(Crude Palm Oil, CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan
air di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat di tampung dalam tangki-tangki
penampungan dan siap di pasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai
Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan proses
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan diolah lebih lanjut untuk
diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal
14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50C. Akibat proses pengeeringan ini,
inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari
tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah
biji.
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasrkan perbedaan berat jenis (BJ) antara
inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut hydrocyclone separator.
Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam
sebuah tabung. Atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang telah pecah
dalam larutan lempung yang mempunyai BJ 1.16. Dalam keadaan ini inti sawit akan
tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai
bersih.
segera dikeringkan dengan suhu 80C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau
diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit (Palm
Kernel Oil,PKO). Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah bungkil inti
pengeras jalan, atau dibuat arang dalam industri pabrik bakar aktif (Tim
Penulis,2000).
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang dihasilkan dari inti kelapa sawit (palm
kernel oil). Minyak kelapa sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan
margarin, dan minyak makan lainnya. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh
dan asam lemak tidak jenuh yang ikatannya mudah dipisahkan dengan alkali.
provitamin A yang murah dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Minyak sawit
dihasilkan dari proses ekstrasi bagian sabut buah dan biji buah kelapa sawit. Minyak
yang dihasilkan dari bagian kulit atau sabut tersebut dikenal dengan nama Crude Palm
Oil (CPO) dan bagian dari biji buahnya diseut Palm Kernel Oil (PKO).
menjadi jernih, bening, dan tidak berbau atau biasa disebut refined, bleached and
deodorized (RBD) stearine dan olein. RBD olein dan stearin ini dengan proses
oleochemical.
Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol,
dan memiliki kandungan kartoen tinggi. Minyak kelapa sawit selain diolah menjadi
bahan baku minyak goreng juga diolah menjadi bahan baku margarin
(http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2008/12/16/minyak-sawit/).
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti
Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses
ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-
kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil
Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil
inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan-Deli.
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang
dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak
kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Kelapa Sawit
Sumber : Eckey,S.W.(1955)
Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam amino nya tidak berubah.
Komponen Jumlah
Minyak 47 52
Air 68
Protein 7,5-9,0
Selulosa 5
Abu 2
Sumber: Bailey,A.E.(1950)
Terdapat variasi komposisi inti sawit dalam hal padatan non minyak dan non
protein. Bagian yang disebut extractable non protein yang mengandung sejumlah
sukrosa, gula pereduksi dan pati. Tapi dalam beberapa contoh tidak mengandung pati.
(Ketaren, 1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah kadar air dan kotoran, asam lemak
bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,
kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan,
Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti
sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang
terkandung di dalamnya (disebut minyak inti sawit) dan sisanya atau bungkilnya yang
kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering
adalah 44-5%.
Minyak inti sawit juga dapat mengalami hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi
pada inti pecah dan inti berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar
ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak
baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit pecah
Dalam keadaan normal kadar ALB permulaan minyak inti sawit tidak lebih
dari 0.5%, sedangkan pada akhir pengolahannya tidak lebih dari 1%. Dengan
demikian kenaikan kadar ALB selama dan akibat pengolahannya hanya 0.5%. Jadi
pembentukan ALB lebih banyak terjadi pada penimbunan yaitu jika tempat
penimbunannya lembab dan atau kadar air inti sawit terlalu tinggi melebihi kadar air
kesetimbangan terhadap lembab nisbi udara sekitarnya (di daerah tropika sekitar 7-
8%).
Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya
akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan
minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 130C. Suhu kerja maksimum
dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna.
Berondolan dan buah yang lebih tipis daging buahnya atau lebih tipis cangkangnya
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.
sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu
dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai
komoditas ini.
menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti benar-benar
murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit dalam arti
yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik
lebur angka penyabunan, dan bilangan iodium. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu
minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat
kadar asam lemak bebas (ALB), air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida,
dan ukuran pemucatan. Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang
mutu yang terbaik, yaitu minyak yang dalam keadaam segar, asli, murni dan tidak
tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam (dari alat-alat
selama pemrosesan), dan lain-lain. Adanya bahan- bahan yang tidak semestinya
terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga jualnya.
Sawit Sawit
Lovibond 3-4 R - - -
Kontaminasi - 6% - Maksimal
haruslah sesuai dengan standard internasional pula. Maka dalam perdagangan eksport-
import minyak sawit digunakan standard mutu yang berbeda berdasarkan atas
Berikut ini spesifikasi standard mutu minyak inti sawit kasar (CPKO)
acuan terhadap standard mutu untuk minyak inti sawit yang akan dieksport.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu
molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Di alam, bentuk gliserida yang lain
yaitu digliserida dan monogliserida hanya terdapat sangat sedikit pada tanaman.
Dalam dunia perdagangan, lebih banyak dikenal digliserida dan monogliserida yang
dibuat dengan sengaja dari hidrolisa tidak lengkap trigliserida dan banyak dipakai
dalam teknologi makananan misalnya sebagai bahan pengemulsi, penstabil dan lain-
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini
berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak
bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat
cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida
dalam tumbuhan cenderung berupa minyak; karena itu biasa terdengar ungkapan
lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan munyak nabati (minyak jagung, minyak
Salah satu jenis Lemak dan Minyak adalah minyak goreng. Minyak goreng
berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori
pemanasan minyak sampai sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol ini akan membentuk
aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap, makin baik mutu
minyak goreng tersebut. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol
bebas. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun,
karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya
hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak
terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu penggorengan adalah 177-221C
(Winarno,1997).
Zat warna yang termasuk golongan ini terdapat secara alamiah di dalam bahan
yang mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi.
Zat warna tersebut antara lain terdiri dari dan karoten, xanthofil, klorofil, dan
anthosianin. Zat warna ini menyebabkan miyak berwarna kuning, kuning kecoklatan,
Pigmen berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karotenoid yang
jenuh, dan jika minyak dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga ikut terhidrogenasi,
sehingga intensitas warna kuning berkurang. Karotenoid bersifat tidak stabil pada
suhu tinggi, dan jika minyak dialiri uap panas, maka warna kuning akan hilang.
Lemak atau bahan pangan berlemak, seperti lemak babi, mentega, krim, susu bubuk,
hati, dan bubuk kuning telur dapat menghasilkan bau tidak enak yang mirip dengan
Dalam susu, bau ini berasal dari bahan yang dimakan sapi, berupa beet top dan
hasil samping pada industri gula bit, yang mengandung persenyawaan betaine (trimetil
glisine). Begitu pula bahan makanan yang mengandung chlorin, menghasilkan susu
berbau amis.
Bau amis tersebut di atas dapat juga disebabkan oleh interaksi trimetil amin
Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi
karena pembentukan asam-asam yang sangat berantai sangat pendek sebagai hasil
penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada umumnya ordor dan
4. Kelarutan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu
zat polar dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam pelarut non polar. Minyak
dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak dan lemak
hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter,
karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen. Ketiga jenis pelarut ini memiliki sifat
non-polar sebagaimana halnya minyak dan lemak netral. Kelarutan dari minyak dan
lemak ini dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari
Bobot jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25C, akan
tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40C atau
6. Indeks Bias
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu
medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai pada
Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak (mempunyai rantai lurus
monokarboksilat dengan jumlah atom karbon yang genap). Reaksi yang penting pada
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan dirubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak
2. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan minyak atau lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau
tengik pada minyak dan lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan
disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam
peroxida value (PV) hanya indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi akan
berbau tengik.
3. Hidrogenasi
ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak.
adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.
4. Esterifikasi