TINJAUAN PUSTAKA
2.1
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Archichlamydae
Familia
: Euphorbiaceae
Genus
: Aleurites
Spesies
edible oil)[5].
Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun,
yang disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan
penambahan bumbu lainnya seperti garam, merica, dan terasi. Bila terjadi
keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan dengan meminum air kelapa.
Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif
kecil. Minyak kemiri biasanya digunakan sebagai bahan dasar cat atau
pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu. Di
Filipina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi
bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosi akibat air laut. Minyak
kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di pulau Jawa sebagai
bahan pembatik, dan juga untuk penerangan[4].
Tanaman kemiri terdapat di seluruh nusantara baik di daerah
dataran rendah maupun dataran tinggi. Minyak kemiri yang diperoleh dari
daging buah kemiri dapat diproses melalui proses ekstraksi atau press.
Minyak kemiri dapat digunakan untuk membuat pengganti lemak margarin
bila dicampur dengan stearin minyak sawit. Minyak kemiri kaya akan
lemak essensial omega-3 dan omega-6. Mengektraksi minyak kemiri
dilakukan dengan memisahkan dari cangkang kemudian dikeringkan
sampai kadar air 15-20%. Daging buah kemudian ditumbuk halus dan
diambil minyaknya[6].
2.2
2.6
Ekstraksi
Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses
pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase lainnya.
Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup
besar. Pemisahan berkenalikan dengan intuisi termodinamik, karena
entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode
ekstrkasi dikembangkan berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan
sehingga kinetika perpindahan massa tidak dapat diabaikan[12].
Ekstraksi dengan pelarut prinsipnya adalah melarutkan minyak
yang ada didalam bahan yang mengandung minyak dengan pelarut yang
mudah menguap. Campuran minyak dan bahan dapat dipisahkan dengan
cara menguapkan bahan pelarut (Heid Josylyn, 1963) pelarut minyak atau
lemak yang biasa digunakan adalah petroleum eter, gasoline karbon
disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan.
Ekstraksi dengan cara mekanis biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak dari bahan-bahan yang diduga berkadar minyak
tinggi (30% - 70%) seperti bahan yang berasal dari biji-bijian. Dua cara
ekstraksi secara mekanis yaitu pengempaan hidraulik (hydraulic
presseing) dan pengempaan berulir (expeller pressing)[4].
Ekstraksi padat cair atau Leaching adalah transfer difusi
komponen terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses
ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan
yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektivitasnya[13].
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam selongsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam selongsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan
sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di
sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20 25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan[14.