Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Botani Tanaman Kemiri


Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman
tahunan yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan). Umur
produktif tanaman mencapai 25-40 tahun. Ketinggian tanaman dapat
mencapai 40 meter. Daunnya selalu hijau sepanjang tahun dan
menghasilkan buah kemiri yang merupakan bagian tanaman yang bernilai
ekonomis. Daging buahnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti
oleh kulit biji yang keras. Secara sistematis, tanaman ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Archichlamydae

Familia

: Euphorbiaceae

Genus

: Aleurites

Spesies

: Aleurites moluccana, Willd.

Tanaman kemiri tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis.


Kemiri tumbuh secara alami di hutan campuran dan hutan jati pada
ketinggian 150-1000 m di atas permukaan laut serta ketinggian tanaman
dapat mencapai 40 m. Tanaman kemiri tidak begitu banyak menuntut
persyaratan tumbuh, sebab dapat tumbuh di tanah-tanah kapur, tanah
berpasir dan jenis tanah-tanah lainnya.
Tanaman kemiri sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah
tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15-25 meter. Daunnya
berwarna hijau pucat. Kacangnya memiliki diameter sekitar 46 cm. Biji

yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras


dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai lilin[1].
Kemiri tumbuh dengan baik di daerah tanah berkapur, tanah
berpasir, di pantai dan juga dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur
sampai tanah subur. Lokasi tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah lahan
datar, bergelombang dan daerah bertebing curam dengan ketinggian 0800
meter di atas permukaan laut. Budidaya tanaman kemiri tidak
membutuhkan biaya tinggi karena tidak banyak memerlukan perawatan
khusus. Umumnya di kalangan petani, tanaman kemiri dibudidayakan di
lahan kritis dan tidak pernah dipupuk. Pemberian pupuk kandang akan
menjadikan tanaman kemiri tumbuh lebih cepat dan mempunyai peluang
untuk menghasilkan kemiri yang lebih baik[2].
Tanaman kemiri mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan
manusia karena hampir semua bagian tanaman dapat digunakan. Kayu
kemiri yang ringan, berserat halus dan berwarna putih digunakan untuk
kayu bakar dan berpotensi sebagai bahan industri. Kulit batang daun
bermanfaat sebagai ramuan pengobatan tradisional. Buah kemiri
digunakan sebagai bumbu masak yang mengandung kadar gizi, energi dan
kadar minyak yang sangat tinggi. Minyak kemiri yang dalam perdagangan
internasional dikenal dengan istilah candlenut oil (terdapat dalam biji
sebanyak 60%) dimanfaatkan dalam industri cat atau pernis, tekstil,
farmasi dan kecantikan.
Bagian tempurung atau cangkang kemiri dapat digunakan sebagai
arang untuk bahan bakar, sedangkan ampas sisa pembuatan minyak kemiri
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan ternak[3].
Daging kemiri diperoleh setelah pengupasan dari kulit biji
(tempurung) yang keras. Pengupasan kulit biji dilakukan dengan
memanaskan biji langsung di atas api kemudian direndam dalam air dingin
atau langsung dibanting hingga pecah. Cara tradisional lainnya dapat
dilakukan antara lain dengan penjemuran lalu ditumbuk, pemanasan
dengan oven kemudian direndam semalaman dalam air dingin hingga biji
akan pecah dengan sendirinya. Minyak kemiri yang dikenal dengan istilah
candle nut oil termasuk golongan minyak yang mudah menguap[4].
Minyak kemiri mengandung sejumlah zat kimia yang berkhasiat
untuk menyuburkan rambut, menghitamkan rambut secara alami, dan
digunakan sebagai bahan baku sabun atau bahan bakar untuk penerangan,
namun jarang digunakan untuk menggoreng. Hal ini disebabkan karena
minyak kemiri mengandung asam hidrosianik yang bersifat racun. Oleh
karena itu, kemiri digolongkan menjadi minyak lemak non-pangan (non-

edible oil)[5].
Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun,
yang disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan
penambahan bumbu lainnya seperti garam, merica, dan terasi. Bila terjadi
keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan dengan meminum air kelapa.
Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif
kecil. Minyak kemiri biasanya digunakan sebagai bahan dasar cat atau
pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet kayu. Di
Filipina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi
bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosi akibat air laut. Minyak
kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di pulau Jawa sebagai
bahan pembatik, dan juga untuk penerangan[4].
Tanaman kemiri terdapat di seluruh nusantara baik di daerah
dataran rendah maupun dataran tinggi. Minyak kemiri yang diperoleh dari
daging buah kemiri dapat diproses melalui proses ekstraksi atau press.
Minyak kemiri dapat digunakan untuk membuat pengganti lemak margarin
bila dicampur dengan stearin minyak sawit. Minyak kemiri kaya akan
lemak essensial omega-3 dan omega-6. Mengektraksi minyak kemiri
dilakukan dengan memisahkan dari cangkang kemudian dikeringkan
sampai kadar air 15-20%. Daging buah kemudian ditumbuk halus dan
diambil minyaknya[6].
2.2

Panen dan Pascapanen Kemiri


Tanaman kemiri akan berbuah pada umur 3-4 tahun. Ada dua
tujuan panen kemiri yaitu panen untuk memperoleh benih dan panen untuk
konsumsi. Pemanenan dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang
telah masak dan jatuh ke tanah. Untuk mendapatkan biji kemiri yang baik
dan berkualitas, perlu dilakukan penanganan pascapanen yang benar.
Beberapa kegiatan pascapanen yang dilakukan adalah pengupasan kulit
luar, pengeringan gelondong (biji), penyimpanan gelondong, sortasi
gelondong, pengupasan kulit biji, pengeringan daging kemiri, sortasi dan
pengemasan[3].
Diameter biji kemiri mencapai 1,5-2 cm yang di dalamnya terdapat
daging biji berwarna putih yang kaku (merupakan bagian endosperm yang
digunakan sebagai bumbu masak). Biji kemiri mempunyai kulit biji yang
dikenal sebagai tempurung atau cangkang yang sangat keras. Tempurung
ini beratnya mencapai 65-75% dari berat biji seluruhnya, dan tebal
tempurung 3-5 mm. Permukaan luarnya kasar dan berlekuk serta berwarna

coklat kehitaman. Tempurung biji merupakan bagian buah yang paling


keras sehingga untuk mendapatkan inti atau daging buah, maka
tempurungnya harus dipecah[1].
Pengeringan biji dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar
matahari dengan lama penjemuran antara 3 sampai 6 hari tergantung cuaca
sampai mencapai kadar air 7-10%. Pada kondisi ini biji dijamin bebas dari
gangguan cendawan atau serangga. Selanjutnya biji dapat disimpan, dijual
atau dikupas bijinya. Petani menjual biji kemiri dalam keadaan utuh atau
biji kemiri yang sudah dikupas. Untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar, petani akan menjual dalam keadaan biji kupas.
Pemecahan kulit biji dilakukan secara manual/tradisional dan cara
mekanis. Setelah dilakukan pemecahan tempurung, daging kemiri harus
dikeringkan untuk menghindari kerusakan selama penyimpanan.
Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran hingga mencapai kadar air
6%. Pengeringan daging kemiri juga dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pengering buatan, terutama bila kondisi cuaca tidak
memungkinkan untuk penjemuran[3].
Setelah dikupas, untuk menghindarkan kerusakan selama
penyimpanan, perlu dilakukan pengeringan inti kemiri sampai mencapai
kadar air 6%. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran. Di
dalam pengerjaan pengeringan ini masih perlu diperhatikan faktor
kebersihan agar kualitas inti kemiri dapat dipertahankan. Penjemuran inti
kemiri yang baik dengan mencurahkan inti kemiri di atas lantai semen atau
balai-balai yang bersih. Tumpukan penjemuran jangan sampai 3-4 lapisan.
Penjemuran sebaiknya dilakukan sejak pukul 08.00-16.00 WIB dimana
penyinaran matahari mencapai maksimal. Selama penjemuran, inti kemiri
harus dibolak-balik setiap 2 jam sekali agar pengeringan merata[3].
2.3

Proses Pemecahan Kemiri


Pemecahan kulit biji yang dilakukan secara tradisional yaitu
dengan menggunakan alat pengupas sederhana berupa sebuah kantong
karet seukuran biji kemiri yang diikatkan pada ujung tangkai kayu atau
bambu yang panjangnya 30-40 cm. Biji kemiri yang sudah dijemur,
dimasukkan ke dalam kantong karet, kemudian dipukulkan pada sebuah
batu, sehingga tempurungnya pecah dan daging biji (kernel) mudah
diambil. Apabila masih sulit biji kemiri diambil menggunakan ujung pisau.
Daging biji kemiri disortasi antara daging biji utuh dan daging biji yang
pecah. Selanjutnya daging biji dijemur kembali untuk mencegah serangan
jamur atau cendawan pada saat penyimpanan[8].

Cara-cara pengupasan kulit biji dengan cara manual dapat


dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Kemiri direbus dahulu kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Jika
kulit kemiri benar-benar terlepas dari dagingnya (jika diguncang akan
berbunyi kocak), maka penjemuran dihentikan. Selanjutnya
dipecahkan pada benda keras.
- Kemiri disangrai dalam wajan tanpa minyak kemudian dikupas dengan
menggunakan mesin pengupas. Inti biji yang diperoleh berwarna
coklat dan kualitasnya tidak baik.
- Kemiri dikeringkan dalam oven (alat pengering) selama 2,5 jam pada
suhu 105C, kemudian dimasukkan dalam air dingin dan dipecahkan.
Cara ini mampu menghasilkan daging buah utuh sebanyak 80-90%.
Atau dapat juga dipanaskan dalam oven selama satu jam pada suhu
130-140C lalu dimasukkan ke dalam air dingin dan dipecahkan. Cara
ini mampu menghasilkan daging buah utuh sebanyak 60-70%[3].
Biji kemiri dapat ditaruh di atas seng dan dijemur penuh sepanjang
hari. Setiap jam 2 siang, biji kemiri disiram dengan air dingin. Hal ini
dilakukan setiap hari. Setelah seminggu kemiri akan retak tempurungnya.
Secara logika cara ini dapat dimengerti. Pada siang hari, biji kemiri
mempunyai suhu yang tinggi karena mendapat panas langsung dari terik
sinar matahari. Dalam kondisi suhu yang tinggi tersebut secara mendadak
mendapat air yang dingin sehingga terjadi perubahan suhu mendadak yang
mengakibatkan terjadinya keretakan pada tempurung biji kemiri tersebut[1].
Pengupasan secara kimia mekanis dapat menghasilkan kemiri
berkualitas ekspor, baik daging maupun kandungan minyaknya. Namun,
cara ini memerlukan peralatan dan bahan penunjang yang lebih rumit
daripada cara manual. Penerapannya yaitu dengan mencelupkan biji kemiri
ke dalam cairan nitrogen (N2), kemudian dilanjutkan dengan pengupasan
menggunakan alat. Biji kemiri dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam
keranjang yang terbuat dari kawat ram baja sebanyak 0,5 kg kemiri. Lalu
dicelupkan ke dalam nitrogen cair yang bersuhu -194C selama 60-80
detik. Pada saat tercelup kulit biji kemiri tersebut akan mengalami
pembekuan. Selanjutnya kemiri dikupas dengan mengggunakan mesin
pengupas kemiri yang dilakukan di ruangan terbuka (ventilasi udaranya
baik). Cara ini mampu menghasilkan 70-80% kemiri utuh dimana hasil
kupasan tidak terkontaminasi dengan N2 karena jika terkena udara, zat
tersebut menguap menjadi gas[3].
Pengupasan dengan menggunkan alat atau mesin pemecah kemiri
lebih efektif dibanding cara manual. Pengeringan kemiri dilakukan dengan
menggunkaan oven kemudian direndam ke dalam air dingin kemudian

dipecah. Penggunaan mesin pemecah kemiri memiliki kapasitas kerja yang


lebih tinggi dan dapat mengurangi resiko inti pecah. Dengan menggunakan
mesin pemecah kemiri, dapat menekan kerugian petani akibat banyaknya
inti biji kemiri yang rusak disamping tidak memerlukan banyak tebaga
kerja[9].
Beberapa mesin pemecah kemiri yang telah diciptakan
memanfaatkan kombinasi gaya gesek dan gaya tekan. Sesuai dengan sifat
alamiah kemiri yang kulitnya getas, terutama buah kemiri yang benarbenar kering, sehingga kombinasi gaya gesek dan gaya tekan alternatif
digunakan. Gaya gesek yang diberikan tidak dibatasi besarnya, karena
gaya ini bekerja pada kulit dan tidak merusak inti. Sedangkan gaya tekan
(arah tekanan ke dalam biji) perlu dibatasi supaya tidak merusak daging
inti. Mesin tersebut terdiri dari dua buah rol, yaitu rol pemegang buah dan
rol pemecah buah yang arah gerakannya berlawanan. Kedua rol ini diberi
jarak yang dapat diatur sesuai dengan besar buah kemiri. Dan putaran rol
juga dapat diatur[1].
2.4

Manfaat Minyak Kemiri


Biji kemiri memberikan kegunaan-kegunaan lain seperti minyak
cat, varnish, bumbu pangan, obat-obatan dan kosmetik serta sebagai
sumber minyak dalam industri. Setiap biji mempunyai karakteristik lipida
yang berbeda tergantung pada komposisi asam lemak penyusunnya dan
bagaimana asam lemak tersusun dalam struktur trigliserida dalam biji.
Lemak dan minyak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
industri pangan dan non pangan.
Minyak kemiri mempunyai sifat-sifat kimia tertentu sehingga
minyak ini mudah mengering bila dibiarkan di udara bebas. Oleh karena
itu, minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak pengering dalam
industri cat atau pernis. Di beberapa negara maju, minyak kemiri telah
banyak digunakan sebagai pengganti minyak lena (leen seed oil) dalam
industri cat. Selain itu, juga banyak digunakan dalam industri tinta cetak
dan sabun, serta campuran pengawet kayu dalam industri kayu lapis. Di
Filipina, minyak kemiri juga sering dipakai untuk melapisi bagian dasar
perahu agar tahan terhadap korosi akibat air laut. Sedangkan di Jawa,
minyak ini masih banyak dipakai sebagai bahan pembatik[3].
Minyak kemiri mengandung sejumlah zat kimia yang berkhasiat
untuk menyuburkan rambut, menghitamkan rambut secara alami dan
digunakan sebagai bahan baku sabun atau bahan bakar untuk penerangan,
namun jarang digunakan untuk menggoreng. Hal ini disebabkan karena

minyak kemiri mengandung asam hidrosianik yang bersifat racun. Oleh


karena itu, kemiri digolongkan menjadi minyak lemak non-pangan (nonedible oil)[5].
Minyak kemiri tidak dapat dicerna dalam usus karena bersifat
pencahar. Namun, dapat dipakai sebagai obat gosok untuk menghilangkan
pegal pinggang. Dalam industri kecantikan dipakai sebagai minyak
penyubur rambut dan obat pengusir ketombe. Tidak hanya itu, minyak
kemiri juga digunakan dalam perawatan kulit bayi dan bahan obat-obatan.
Minyak mongering ini juga digunakan secara luas dalam bidang industri,
terutama dalam industri cat, vernis dan tinta cetak. Selain itu, sebagai
minyak mongering minyak kemiri juga digunakan dalam industri sabun,
kosmetik, farmasi (obat-obatan), pelapis benda-benda seni, untuk
membatik dan lain-lain[3].
Kemiri mengandung zat gizi dan nongizi, zat non gizi dalam dalam
kemiri misalnya saponin, falvonoida dan polifenol. Banyak peneliti telah
membuktikan bahwa ketiga komponen ini memiliki arti besar bagi
kesehatan. Kandungan zat gizi mikro yang terdapat dalam kemiri adalah
protein, lemak dan karbohidrat. Mineral dominan yang terdapat dalam
kemiri adalah kalium, fosfor, magnesium, dan kalsium. Dalam kemiri juga
terkandung zat besi, seng, tembaga dan selenium dalam jumlah sedikit.
Kandungan penting lainnya adalah vitamin, folat, serta fitosterol yang
dapat merusak enzim pembentuk kolesterol dalam hati sehingga dapat
menghambat pembentukan kolesterol. Protein pada biji kemiri terdiri dari
asam amino essensial maupun non esensial, fungsi asam amino esensial
antara lain untuk pertumbuhan karena asam amino terdapat di semua
jaringan dan membentuk protein dan antibodi. Asam amino non esensial
yang menonjol pada kemiri yaitu asam glutamate dan asam aspartat.
Keberadaan asam glutamate yang memberikan rasa nikmat ketika kemiri
digunakan sebagai bumbu dapur yang dapat menjadi pengganti penyedap
masakan seperti MSG[10].
2.5

Teknologi Pengempaan Minyak Kemiri


Inti kemiri merupakan daging biji kemiri (Aleurites mollucana
wild) yang telah dipisahkan dari tempurungnya. Benda asing adalah semua
benda yang tidak termasuk kemiri. Kemiri cacat atau rusak adalah kemiri
yang berjamur, rusak karena serangga, muda (keriput), hangus (bernoda
hitam) dan rusak. Kemiri pecah adalah kemiri yang tidak utuh dengan
ukuran lebih kecil dari bagian utuh[3].
Penekanan mekanik dapat dilaksanakan pada temperatur tinggi

atau temperatur rendah. Penekanan pada suhu tinggi memiliki efisiensi


yang lebih tinggi namun akan menghasilkan minyak dengan kualitas yang
kurang baik karena ada kemungkinan minyak terdegradasi atau rusak.
Sedangkan penekanan pada suhu rendah memiliki efisiensi yang lebih
rendah pula namun dapat menghasilkan minyak dengan kualitas yang
lebih baik karena resiko degradasi minyak lebih kecil pada suhu rendah.
Minyak dan lemak dapat mengalami penurunan kualitas baik waktu
proses maupun saat penyimpanan. Kerusakan minyak dan lemak yang
utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut ketengikan. Hal
ini disebabkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi akan terbentuk senyawasenyawa yang dapat menurunkan kualitas dari minyak dan lemak.
Parameter yang umum dipakai untuk menentukan kualitas minyak adalah
kadar air, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida.
Proses pemanasan selama pengepressan antara lain bertujuan untuk
mengkoagulasi protein di dalam biji sehingga memberi ruang bagi minyak
untuk keluar dari biji dan mengurangi daya tarik menarik antara minyak
dengan permukaan padat dari biji sehingga minyak keluar lebih banyak
saat biji dipress. Jumlah rendemen yang dihasilkan dari pengepressan
secara mekanis dipengaruhi oleh waktu pengepressan (pressing), besarnya
tekanan yang diberikan, ukuran bahan yang akan dipress, viskositas bahan
yang diekstrak, serta cara pengepressan.
Tujuan utama pemasakan adalah menggumpalkan protein dalam
biji, sehingga butiran minyak mudah untuk keluar dari biji. Selain itu
pemasakan menyebabkan penurunan afinitas minyak dengan permukaan
bahan sehingga minyak diperoleh semaksimal mungkin pada waktu biji
dikempa[4].
Rendering dilakukan untuk jenis minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang
tinggi. Penggunaan panas pada rendering bertujuan untuk menggumpalkan
protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
sehingga mudah ditembus oleh minyak yang terkandung dalam bahan
tersebut.
Kelebihan dari metode rendering yaitu rendemen minyak yang
dihasilkan tinggi didukung dengan cara pengoperasian yang mudah.
Kelemahan dari metode ini yaitu minyak rawan terkontaminasi oleh
adanya kandungan air sehingga berpotensi terjadinya proses hidrolisa pada
minyak[11].

2.6

Ekstraksi
Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses
pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase lainnya.
Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup
besar. Pemisahan berkenalikan dengan intuisi termodinamik, karena
entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode
ekstrkasi dikembangkan berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan
sehingga kinetika perpindahan massa tidak dapat diabaikan[12].
Ekstraksi dengan pelarut prinsipnya adalah melarutkan minyak
yang ada didalam bahan yang mengandung minyak dengan pelarut yang
mudah menguap. Campuran minyak dan bahan dapat dipisahkan dengan
cara menguapkan bahan pelarut (Heid Josylyn, 1963) pelarut minyak atau
lemak yang biasa digunakan adalah petroleum eter, gasoline karbon
disulfide, karbon tetra klorida, benzene dan n-heksan.
Ekstraksi dengan cara mekanis biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak dari bahan-bahan yang diduga berkadar minyak
tinggi (30% - 70%) seperti bahan yang berasal dari biji-bijian. Dua cara
ekstraksi secara mekanis yaitu pengempaan hidraulik (hydraulic
presseing) dan pengempaan berulir (expeller pressing)[4].
Ekstraksi padat cair atau Leaching adalah transfer difusi
komponen terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses
ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami
perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan
yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektivitasnya[13].
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam selongsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam selongsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan
sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di
sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20 25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan[14.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses leaching adalah:


jumlah konstituen (solute) dan distribusinya dalam padatan, sifat padatan,
dan ukuran partikel. Mekanisme proses leaching dimulai dari perpindahan
solven dari larutan ke permukaan solid (adsorpsi), diikuti dengan difusi
solven ke dalam solid dan pelarutan solut oleh solven, kemudian difusi
ikatan solut-solven ke permukaan solid, dan desorpsi campuran solutsolven dari permukaan solid kedalam badan pelarut. Pada umumnya
perpindahan solven ke permukaan terjadi sangat cepat di mana
berlangsung pada saat terjadi kontak antara solid dan solvent, sehingga
kecepatan difusi campuran solut-solven ke permukaan solid merupakan
tahapan yang mengontrol keseluruhan proses leaching. Kecepatan difusi
ini tergantung pada beberapa faktor yaitu : temperatur, luas permukaan
partikel, pelarut, perbandingan solut dan solven, kecepatan dan lama
pengadukan. Untuk memisahkan minyak dari pelarutnya, dilakukan
dengan cara distilasi[15].
Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya kemampuan senyawa
dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut
oleh suatu pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
tercapainya kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut
dalam pelarut dengan waktu yang singkat, pelarut harus selektif
melarutkan senyawa yang dikehendaki, senyawa analit memiliki
konsentrasi yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi, serta tersedia
metode memisahkan kembali senyawa analit dari pelarut pengekstraksi[16].

Anda mungkin juga menyukai