Anda di halaman 1dari 9

thankyou

thankyou

thankyou

thankyou

thankyou

thankyou

Lompat ke isi

Buka/tutup bilah samping


Cari Lanjut

 Buat akun baru


Perkakas pribadi


Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di   Facebook,   Twitter,   Instagram, dan   Telegram
Contents hide

Awal

Kondisi optimal untuk tumbuh dan pembibitan

Penyebaran

Pala di Indonesia

Minyak Atsiri Pala dan Analisis Kandungannya


Referensi

Galeri

Pranala luar

Pala
76 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk Bekas negara di Asia, lihat Pala (Anatolia).
Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari
kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-
rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang penting
sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua".
Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar luas di daerah tropika lain
seperti Mauritius dan Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk biji pala yang
diperdagangkan.

Pala
Pala

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Magnoliales

Famili: Myristicaceae

Genus: Myristica

Spesies: M. fragrans

Nama binomial

Myristica fragrans

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan betina.
Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon,
berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak
atsiri pada daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji
akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji
berwarna coklat.
Pemanfaatan buah pala bisa berupa biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya.
Dalam perdagangan, salut biji pala dinamakan fuli, atau dalam bahasa Inggris
disebut mace, dalam istilah farmasi disebut myristicae arillus atau macis). Daging
buah pala dinamakan myristicae fructus cortex. Tanaman pala merupakan tanaman
yang cukup lama pertumbuhannya hingga pemanenan. Panen pertama dilakukan 7
sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam[1] dan mencapai kemampuan produksi
maksimum setelah 25 tahun. Tumbuhnya dapat mencapai 20m dan usianya bisa
mencapai ratusan tahun.
Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah dari fulinya.
Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam biji
akan menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan.
Cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap
untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog).
Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun. Selain itu, tanaman
ini juga kaya akan manfaat, diantaranya buah pala yang terdiri dari kulitnya dapat
dijadikan bahan tambahan obat pengusir nyamuk; dagingnya yang mengandung
banyak nutrisi dapat dijadikan bahan dasar pembuatan berbagai jenis makanan dan
minuman seperti manisan, sirup, dan permen; biji dan fulinya sering dijadikan
sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri; begitu juga dengan daunnya, namun
pada daging buahnya pun sering dijadikan bahan baku minyak atsiri. [2][3]

Kondisi optimal untuk tumbuh dan


pembibitan[sunting | sunting sumber]
Tanaman pala secara umum dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian sekitar
0-700 mdpl dengan kebutuhan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2000–
3500 mm/tahunnya dan kelembapan udara sekitar 50-80 %. Tanaman ini dapat
tumbuh biasanya hingga ketinggian pohon 5-15 meter atau bahkan dapat mencapai
30 meter. Pala cocok tumbuh pada suhu udara sekitar 20-30 oC dengan struktur
tanah tempat tumbuhnya memiliki rentang yang cukup besar yaitu dari tanah padat
hingga berpasir serta memiliki derajat keasaman 5,5 – 7. [1]
Pada pembibitan tanaman pala biasanya dilakukan pengairan setiap 1-2 kali dalam
sehari apabila tidak ada hujan sama sekali disertai penyiangan dari tanaman gulma
disekitarnya dan juga perlakuan penggemburan tanah. Dilakukan pula penambahan
pupuk tanaman seperti pupuk kandang, pupuk kompos, ataupun pupuk anorganik
seperti urea setiap 3 bulan sekali. Pemanenan pala dapat dilakukan sebanyak 3 kali
dalam satu tahun, yaitu saat awal musim hujan yang memberikan hasil buah pala
dengan kualitas paling baik, lalu pertengahan musim hujan dengan biasanya buah
pala yang siap panen berjumlah paling banyak diantara periode lainnya, kemudian
jumlah pala siap panen menurun dan dapat dipanen pada akhir musim hujan. [1]

Penyebaran[sunting | sunting sumber]
Tanaman pala tersebar pada wilayah atau negara yang memiliki iklim tropis
termasuk diantaranya Guangdong dan Yunan di Cina, Taiwan, Malaysia, Grenada di
Kepulauan Karibia, Kerala di India, Sri Lanka, dan Afrika Selatan, terutama juga di
negara asalnya yaitu Indonesia. Pada negara Indonesia, penghasil utama pala ada
pada Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Nanggroe Aceh
Darussalam, Jawa Barat, dan Papua. Umur tanaman pala pun cukup panjang
bahkan bisa mencapai 100 tahun.[4][5]

Pala di Indonesia[sunting | sunting sumber]


Indonesia memasok sekitar 60% dari total kebutuhan pasar pala dunia setiap
tahunnya. Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi pala pada
tahun 2008 saja tercatat luas areal tanaman pala sekitar 4049 hektar dengan
produksi 778 ton dan rata-rata produktivitas tanaman 359 kg/hektar dimana angka
tersebut lebih tinggi dibanding produktivitas tanaman pala nasional. Kabupaten
Sukabumi dan Bogor merupakan wilayah dengan produksi pala terbesar di Jawa
Barat. Selain itu, di Jawa Barat pula telah banyak industri pengolahan pala yang
lebih berkembang pesat dibanding daerah lainnya, diantaranya adalah minyak atsiri
dan manisan pala [6][7]

Minyak Atsiri Pala dan Analisis


Kandungannya[sunting | sunting sumber]
Produk utama dari tanaman pala adalah minyak atsiri yang dapat dihasilkan melalui
penyulingan dari bahan baku berupa daging buah, biji, dan fuli pala. Pada minyak
atsiri mengandung berbagai senyawa, yang paling banyak dan menjadi ciri khas
adalah myristicin[8]. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2388-2006) syarat
kadar myristicin  dalam minyak atsiri pala minimal 10%. Myristicin sebenarnya dapat
dijadikan sebagai agen insektisida, penambah rasa pada
rokok, chemopreventive dan hepatoprotective, namun senyawa ini dapat
memberikan efek halusinasi yang sama seperti narkotik. Seiring perkembangan
zaman, minyak atsiri pala ini bahkan dijadikan sebagai bahan baku aromaterapi
yang bersifat menghilangkan stress karena adanya kandung myristicin-nya.
Kandungan myristicin lebih tinggi kadarnya pada daging buah pala dibandingkan
dengan biji dan fulinya.[8]
Pada SNI 06-2388-2006 pun didapati adanya syarat lain yang harus dimiliki oleh
minyak atsiri pala, diantaranya adalah nilai rata-rata indeks bias pada suhu 20 oC
harus berkisar pada rentang 1,475-1,485. Minyak atsiri pala harus memiliki bau khas
pala dengan memiliki warna dari tidak berwarna hingga kuning muda dengan berat
jenis 20oC/20oC pada rentang 0,885-0,907. Minyak atsiri pala pun harus larut dengan
sempurna dan tetap jernih pada etanol 90% dengan rentang 1:1-1:3. Kelarutan
minyak atsiri pada etanol 90% sangat berkaitan dengan jenis komponen kimia yang
terkandung didalamnya. Kandungan senyawa terpen teroksigenisasi seperti α-
terpineol dam terpinen-4-ol banyak terkandung dalam minyak atsiri pala.Senyawa
terpen teroksigenisasi lebih mudah larut dalam alkohol dibanding terpen, sehingga
semakin tinggi kandungan terpen maka semakin rendah daya larutnya [9]
Telah dilakukan beberapa analisis kandungan senyawa dalam minyak atsiri pala
salah satunya dengan pendekatan metabolomik. Analisis dilakukan pada minyak
atsiri pala yang berasal dari daging buah menggunakan instrumen Gas
chromatography–mass spectrometry (GC-MS) oleh Sipahelut dan Telussa pada
tahun 2011. Didapati adanya 21 senyawa yang teridentifikasi diantaranya sebagai
berikut.

1. α-thujene
2. α-pinene
3. Camphene
4. β-pinene
5. β-myrcene
6. α-phellandrene
7. Linalool
8. α-terpineol
9. Safrole
10. Myristicin
(Selengkapnya dapat dilihat pada artikel KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI DARI
DAGING BUAH PALA MELALUI BEBERAPA TEKNOLOGI PROSES).
Mutu dan rendemen minyak atsiri dapat ditentukan distilasi atau penyulingannya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, myristicin merupakan senyawa ciri khas
dan menjadi karakteristik utama dalam minyak atsiri pala dengan titik didih paling
tinggi diantara senyawa lainnya yaitu 276,5 oC. Peningkatan mutu minyak atsiri dapat
memanfaatkan pendekatan metabolomik, contohnya dengan membandingkan
kadar myristicin juga senyawa lainnya pada berbagai metode distilasi, contohnya
distilasi air dan air-uap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sipahelut dan
Telussa pada tahun 2011, metode penyulingan minyak atsiri pala dengan distilasi air
menghasilkan lebih banyak myristicin yang terekstraksi karena bahan dasar kontak
langsung dengan air mendidih sehingga senyawa lebih mudah keluar dari jaringan
bahan. Maka dari itu, mutu minyak atsiri pala dapat dimaksimalkan salah satunya
dengan peningkatan kadar myristicin terkekstraksi menggunakan distilasi air.[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Lompat ke:a b c "Budidaya Tanaman Pala". Gen Agraris. 2018. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2019-04-25. Diakses tanggal 4 April 2019 pukul 20.45 WIB..
2. ^ Pat Chapman (2007). India Food and Cooking: The Ultimate Book on Indian Cuisine.
New Holland Publishers. hlm.  16. ISBN 978-1-84537-619-2.
3. ^ Terampil Berkreasi. Grafindo Media Pratama. hlm. 120.
4. ^ Jaiswal P, Kumar P, Singh VK, Singh DK. (2009). Biological effects of Myristica
fragrans. Annu Rev Biomed Sci. 11:21–29.
5. ^ Nurfitriana, Siti. (2013). Pala: si Kecil Kaya Manfaat (online).
https://www.kompasiana.com/sitinurfitriana/551b96d8813311263d9de176/pala-si-kecil-
kaya-manfaat diakses pada 4 April 2019 pukul 22.01 WIB.
6. ^ Bustaman, S. (2008). Prospek Pengembangan Minyak Pala Banda Sebagai Komoditas
Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 93 – 98.
7. ^ Sudjarmoko, B. (2010).  Kelayakan Pengusahaan Pala di Jawa Barat. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri- Buletin RISTRI. 1(5). 217-226.
8. ^ Lompat ke:a b Mancha A., & Fuentes J., 2008. Evaluation of the health beneficial
properties of the aromatic ether Myristicin, a volatile oil derived from various plants
sources. The University of Texas-Pan American 1201 W. University Drive Edinburg,
Texas 78539. www.agonline.tamu.edu/Myristicin_Nov9_330PM.ppt - Amerika Serikat,
diakses pada 27 Februari 2009.
9. ^ Lompat ke:a b Sipahelut, Sophia & Telussa, Ivonne. (2011). Karakteristik Minyak Atsiri
Dari Daging Buah Pala Melalui Beberapa Teknologi Proses. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian. 4(2): 134.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Buah yang memecah


 

Biji terselubung fuli (merah)


 

Biji bercampur fuli, dijemur di Palabuhanratu


 

Fuli, setelah dilepaskan dari biji


 


Biji pala sebagai rempah-rempah
 

Pala baru dibuka dari Tanzania

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Wikimedia Commons memiliki media mengenai nutmegs.

tampil

Rempah-rempah

tampil

Hasil hutan non-kayu

el bertopik bahan masakan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan  mengembangkannya.
Kategori: 
 Rempah-rempah
 Hasil hutan non-kayu
 Myristica
 Halaman ini terakhir diubah pada 12 November 2022, pukul 00.28.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan
mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Tampilan seluler

 Pengembang
 Statistik

 Pernyataan kuki

Anda mungkin juga menyukai