: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Archichlamydae
Familia
: Euphorbiaceae
Genus
: Aleurites
Spesies
Tanaman kemiri tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis (Sunanto, 1994).
Kemiri tumbuh dengan baik di daerah tanah berkapur, tanah berpasir, di
pantai dan juga dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur sampai tanah subur.
Lokasi tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah lahan datar, bergelombang dan
daerah bertebing curam dengan ketinggian 0800 meter di atas permukaan laut.
Budidaya tanaman kemiri tidak membutuhkan biaya tinggi karena tidak banyak
memerlukan perawatan khusus. Umumnya di kalangan petani, tanaman kemiri
Jumlah Terkandung
Energi
Protein
Karbohidrat
Lemak
Kalsium
Fospor
Besi
Vitamin B
Air
636 kalori
19 g
8g
63 g
80 mg
200 mg
2 mg
0,06 mg
7g
pecah. Cara tradisional lainnya dapat dilakukan antara lain dengan penjemuran
lalu ditumbuk, pemanasan dengan oven kemudian direndam semalaman dalam air
dingin hingga biji akan pecah dengan sendirinya. Minyak kemiri yang dikenal
dengan istilah candle nut oil termasuk golongan minyak yang mudah menguap
(Ketaren, 1986).
Minyak kemiri mengandung sejumlah zat kimia yang berkhasiat untuk
menyuburkan rambut, menghitamkan rambut secara alami, dan digunakan sebagai
bahan baku sabun atau bahan bakar untuk penerangan, namun jarang digunakan
untuk menggoreng. Hal ini disebabkan karena minyak kemiri mengandung asam
hidrosianik yang bersifat racun. Oleh karena itu, kemiri digolongkan menjadi
minyak lemak non-pangan (non-edible oil)
(Prihandana, dkk, 2008).
Buah kemiri tidak dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang
disebabkan oleh toxalbumin. Persenyawaan toxalbumin dapat dihilangkan dengan
cara pemanasan dan dapat dinetralkan dengan penambahan bumbu lainnya seperti
garam, merica, dan terasi. Bila terjadi keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan
dengan meminum air kelapa. Daging buah kemiri digunakan sebagai bumbu
dalam jumlah yang relatif kecil. Minyak kemiri biasanya digunakan sebagai bahan
dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet
kayu. Di Filipina minyak ini sudah lama dikenal dan digunakan untuk melapisi
bagian dasar perahu, agar tahan terhadap korosi akibat air laut. Minyak kemiri
dapat digunakan sebagai minyak rambut dan di pulau Jawa sebagai bahan
pembatik, dan juga untuk penerangan (Ketaren, 1986).
cara
(Paimin,
1997).
Cangkang kemiri hasil kupasan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan briket. Briket adalah sumber energi panas alternatif yang digunakan
sebagai bahan bakar. Pembuatan briket dilakukan dengan menggunakan tepung
kanji sebagai bahan perekat dengan perbandingan antara cangkang kemiri dan
kanji adalah 80%:20%, kemudian dicetak dengan alat pencetak briket. Briket
cangkang kemiri mempunyai nilai kalor yang tinggi. Menurut data Departemen
Pertanian Indonesia tahun 2003, perkebunan kemiri di Indonesia mencapai
212.518 ha dengan produksi mencapai 89.155 ton (Saptoadi, dkk, 2007).
Setelah dikupas, untuk menghindarkan kerusakan selama penyimpanan,
perlu dilakukan pengeringan inti kemiri sampai mencapai kadar air 6%.
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran. Di dalam pengerjaan
pengeringan ini masih perlu diperhatikan faktor kebersihan agar kualitas inti
kemiri dapat dipertahankan. Penjemuran inti kemiri yang baik dengan
mencurahkan inti kemiri di atas lantai semen atau balai-balai yang bersih.
Tumpukan penjemuran jangan sampai 3-4 lapisan. Penjemuran sebaiknya
dilakukan sejak pukul 08.00-16.00 WIB dimana penyinaran matahari mencapai
maksimal. Selama penjemuran, inti kemiri harus dibolak-balik setiap 2 jam sekali
agar pengeringan merata (Paimin, 1997).
Proses Pemecahan Kemiri
Pemecahan kulit biji yang dilakukan secara tradisional yaitu dengan
menggunakan alat pengupas sederhana berupa sebuah kantong karet seukuran biji
kemiri yang diikatkan pada ujung tangkai kayu atau bambu yang panjangnya 30-
40 cm. Biji kemiri yang sudah dijemur, dimasukkan ke dalam kantong karet,
kemudian dipukulkan pada sebuah batu, sehingga tempurungnya pecah dan
daging biji (kernel) mudah diambil. Apabila masih sulit biji kemiri diambil
menggunakan ujung pisau. Daging biji kemiri disortasi antara daging biji utuh dan
daging biji yang pecah. Selanjutnya daging biji dijemur kembali untuk mencegah
serangan jamur atau cendawan pada saat penyimpanan
(Wibowo, 2007).
Kemiri direbus dahulu kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Jika kulit
kemiri benar-benar terlepas dari dagingnya (jika diguncang akan berbunyi
kocak), maka penjemuran dihentikan. Selanjutnya dipecahkan pada benda
keras.
Kemiri dikeringkan dalam oven (alat pengering) selama 2,5 jam pada suhu
105C, kemudian dimasukkan dalam air dingin dan dipecahkan. Cara ini
mampu menghasilkan daging buah utuh sebanyak 80-90%. Atau dapat juga
dipanaskan dalam oven selama satu jam pada suhu 130-140C lalu
dimasukkan ke dalam air dingin dan dipecahkan. Cara ini mampu
menghasilkan daging buah utuh sebanyak 60-70% (Paimin, 1997).
Biji kemiri dapat ditaruh di atas seng dan dijemur penuh sepanjang hari.
Setiap jam 2 siang, biji kemiri disiram dengan air dingin. Hal ini dilakukan setiap
hari. Setelah seminggu kemiri akan retak tempurungnya. Secara logika cara ini
dapat dimengerti. Pada siang hari, biji kemiri mempunyai suhu yang tinggi karena
mendapat panas langsung dari terik sinar matahari. Dalam kondisi suhu yang
tinggi tersebut secara mendadak mendapat air yang dingin sehingga terjadi
perubahan suhu mendadak yang mengakibatkan terjadinya keretakan pada
tempurung biji kemiri tersebut (Sunanto, 1994).
Pengupasan secara kimia mekanis dapat menghasilkan kemiri berkualitas
ekspor, baik daging maupun kandungan minyaknya. Namun, cara ini memerlukan
peralatan dan bahan penunjang yang lebih rumit daripada cara manual.
Penerapannya yaitu dengan mencelupkan biji kemiri ke dalam cairan nitrogen
(N2), kemudian dilanjutkan dengan pengupasan menggunakan alat. Biji kemiri
dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam keranjang yang terbuat dari kawat ram
baja sebanyak 0,5 kg kemiri. Lalu dicelupkan ke dalam nitrogen cair yang bersuhu
-194C selama 60-80 detik. Pada saat tercelup kulit biji kemiri tersebut akan
mengalami pembekuan. Selanjutnya kemiri dikupas dengan mengggunakan mesin
pengupas kemiri yang dilakukan di ruangan terbuka (ventilasi udaranya baik).
Cara ini mampu menghasilkan 70-80% kemiri utuh dimana hasil kupasan tidak
terkontaminasi dengan N2 karena jika terkena udara, zat tersebut menguap
menjadi gas (Paimin, 1997).
Pengupasan dengan menggunakan alat atau mesin pemecah kemiri lebih
efektif
dibanding
cara
manual.
Pengeringan
kemiri
dilakukan
dengan
dapat menekan kerugian petani akibat banyaknya inti biji kemiri yang rusak di
samping tidak memerlukan banyak tenaga kerja (Fery, 2002).
Kemiri dapat ditingkatkan mutunya dengan cara merubah proses
tradisional ke arah mekanis dalam hal proses pengeringan dan pengupasan kulit
kemiri. Untuk mendapatkan biji kemiri utuh sangat tergantung pada teknologi
proses, yaitu pengeringan menggunakan mesin pengering dengan suhu 90C
selama 75 menit, perendaman dalam air jernih selama 30 menit, penirisan selama
30 menit, sebelum proses pengupasan kulit dan dijatuhkan secara gravitasi dari
ketinggian 3 meter. Dengan metode ini kualitas kemiri menjadi baik, warna lebih
putih, dan keutuhan biji kemiri yang dihasilkan mencapai 65-80%. Salah satu
pengembangan mesin prosesing buah kemiri terdiri dari dua unit mesin, yakni
mesin pengering model oven tipe drum berputar dan mesin pemecah kulit tipe
sentrifugal horizontal. Kapasitas optimum mesin oven pemanas tipe drum
berputar adalah 25 kg, dengan lama pemanasan 4 jam, menghasilkan biji terkupas
mencapai 70% biji utuh. Makin dingin suhu air perendaman maka hasil kupasan
biji utuh makin tinggi. Unit mesin pengering dilengkapi dengan unit bak
perendaman dan penirisan (Suparlan, 2007).
Beberapa mesin pemecah kemiri yang telah diciptakan memanfaatkan
kombinasi gaya gesek dan gaya tekan. Sesuai dengan sifat alamiah kemiri yang
kulitnya getas, terutama buah kemiri yang benar-benar kering, sehingga
kombinasi gaya gesek dan gaya tekan alternatif digunakan. Gaya gesek yang
diberikan tidak dibatasi besarnya, karena gaya ini bekerja pada kulit dan tidak
merusak inti. Sedangkan gaya tekan (arah tekanan ke dalam biji) perlu dibatasi
supaya tidak merusak daging inti. Mesin tersebut terdiri dari dua buah rol, yaitu
rol pemegang buah dan rol pemecah buah yang arah gerakannya berlawanan.
Kedua rol ini diberi jarak yang dapat diatur sesuai dengan besar buah kemiri. Dan
putaran rol juga dapat diatur (Sunanto, 1994).
Ada beberapa mekanisme yang digunakan pada mesin pemecah kemiri
antara lain pemecah dengan dipukul, pemecah dengan dijatuhkan, pemecah
dengan dilempar dan pemecah dengan sistem rol. Mesin pemecah kemiri dengan
sistem lempar, mekanismenya adalah dengan pemberian gaya awal pada kemiri
sehingga kemiri menubruk suatu dinding hingga pecah. Pemberian gaya awal
pada kemiri adalah memberikan kecepatan awal dengan cara melontarkannya.
Kelemahan dari sistem ini adalah kapasitas yang tidak terlalu besar dibanding
dengan sistem yang lainnya karena adanya peletakan kemiri yang terbatas pada
sayap pelempar agar mendapatkan hasil yang maksimal. Syarat kemiri sebelum
dipecahkan adalah kemiri harus didinginkan terlebih dahulu kira-kira dari -4C
sampai -6C (Anonimous, 2003).
Prinsip Pengeringan
Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebahagian besar air
dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alami (sinar matahari)
atau buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai
dengan tingkat kadar air tertentu dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di
dalamnya. Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara
simultan yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya berupa panas. Pengeringan adalah proses penurunan kadar air suatu
bahan sampai (Winarno,dkk, 1980).
(Desrosier, 1988).
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air bahan dipengaruhi oleh kelembaban
udara (RH) di sekitarnya. Air merupakan media untuk pertumbuhan dan
Pengeringan
kemiri yang baik dapat diketahui bilamana biji kemiri terdengar suara kocak bila
diguncang-guncang (Hasibuan, 1996).
Prinsip Pembekuan
Secara umum penanganan bahan pangan dengan suhu rendah ada 2 macam
yaitu pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah
penyimpanan bahan pangan di atas titik beku dan di bawah suhu 15C. Sedangkan
pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku. Pendinginan
biasanya akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa
minggu tergantung pada jenis bahan pangannya sedangkan pembekuan dapat
mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau waktu yang cukup lama
(Winarno, dkk, 1980).
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara
membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Bahan pangan
yang
akan
dibekukan
diletakkan
di
dalam
freezer,
dimana
akan
terjadi proses pindah panas yang berlangsung secara konduksi. Proses ini
berlangsung selama beberapa jam, tergantung pada kondisi bahan pangan yang
akan dibekukan. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan
terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik
dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan
pangan (Robinson, 1985).
Setelah melalui proses pengeringan, biji kemiri kemudian harus
didinginkan untuk mempermudah daging biji tidak lengket atau lepas dari
cangkang. Proses pendinginan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu disiramkan dengan air dingin, direndam dalam air es ataupun dimasukkan ke
dalam mesin pendingin. Secara logika cara ini dapat dimengerti. Biji kemiri
mempunyai suhu yang sangat tinggi karena mendapat panas. Dalam kondisi suhu
yang tinggi tersebut secara mendadak mendapat air yang dingin sehingga terjadi
perubahan suhu secara drastis yang mengakibatkan terjadinya keretakan pada
tempurung biji kemiri tersebut (Sunanto, 1994).
Proses pendinginan ataupun pembekuan yang dimaksudkan dalam proses
pemecahan kemiri yaitu dengan mengambil pemikiran dari sistem pengolahan
buah sawit. Dimana buah sawit mengalami beberapa kali pemanasan selama
proses pengolahan (proses sterilisasi 141C dan proses penebahan 80-120C) dan
kemudian inti sawit disimpan dalam silo selama beberapa hari untuk mengalami
proses penurunan suhu (proses pendinginan) selanjutnya, inti sawit dipecahkan.
Hal ini menjadi pemikiran untuk melakukan proses pendinginan ataupun
pembekuan setelah pengeringan kemiri, dengan tujuan untuk mendapatkan mutu
yang lebih baik. Proses pendinginan ataupun pembekuan yang dilakukan
tergantung pada besarnya suhu yang digunakan (Fery, 2002).
kulaitas nomor 3. Persentase berat buah kemiri antara kulit dengan inti adalah
60% berat inti dan 40% berat kulit.
Konsumen lebih menginginkan kemiri dalam keadaan utuh dari petani, hal
ini berkaitan dengan masa simpan kemiri. Kemiri utuh dapat disimpan selama
lebih dari satu bulan tanpa perubahan yang nyata dalam jumlah dan komposisi
kadar minyaknya. Akan tetapi tidak dapat disimpan dalam waktu lama, karena
akan diserang oleh hama atau jamur, sehingga kandungan minyaknya akan terurai
dan menghasilkan asam-asam berbau tengik (Wibowo, 2007).