Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pohon kenari merupakan tanaman hutan dan belum banyak di budidayakan.
Kenari merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak tumbuh di daerah Indonesia
bagian timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku dan Pulau Seram. Diduga, tanaman ini
berasal dari Indonesia bagian timur. Beberapa sumber menyatakan tanaman kenari
juga banyak dijumpai di beberapa negara seperti Afrika, Nigeria, Thailand, Filipina,
Kepulawan Fiji, dan Papua New Guinea. Penelitian intensif tentang asal-usul
tanaman ini yang sebenarnya masih perlu dilakukan. Tanaman ini berpotensi
ekonomi, kenari diambil buahnya terutama bagian dalam bijinya untuk di makan dan
bijinya diolah menjadi minyak.
Kenari merupakan tanaman tropik yang tergolong dalam famili Burseraceae,
genus Canarium, dan memiliki sekitar 100 spesies yang kebanyakan tumbuh di hutan
lembab dataran rendah di daerah Melanesia (Kennedy dan Clarke, 2004).
B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Bagaimana morfologi kenari (canarium ovalum)?
Apa metode ekstraksi pada buah kenari ?
Apa manfaat dan potensi buah kenari serta usia panen?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Morfologi kenari (Canariun indicum)
Secara taksonomi, kenari memiliki nomenklatur:
Kingdom

:Plantae

Subkingdom

:Tracheobionta

Superdivisi

:Spermatophyta

Divisi

:Magnoliophyta

Klas

:Magnoliopsida

Subklas

:Rosidae

Ordo

:Sapindales

Famili

:Burseraceae

Genus

:Canarium

(Leenhouts, 1956, Anonimous, 2004,


Keneddy dan Clarke, 2004). Genus Canarium merupakan genus terbesar dalam famili
Burseraceae yang tersebar dari di Afrika, Asia, dan Kepulauan Pasifik (Sui, et al.,
1997). Jadi, dari taksonomi dapat diketahui bahwa kenari merupakan tanaman
vascular (mempunyai sistem jaringan pembuluh pada batangnya), berbunga, dan
berbiji dikotil.
Dari spesies yang ada, spesies yang terdapat di Pasifik Barat dapat
diklasifikasikan menjadi 2 group, yaitu: (1) maluense (spesies: Canarium lamili,
Canarium salomonense, Canarium harveyi) dan (2) vulgare (Canarium vulgare,
Canarium indicum, Canarium ovatum) (Leenhouts, 1959, Yen, 1994, Keneddy dan
Clarke, 2004).

Kenyataan bahwa kemiripan ketiga spesies Canarium indicum,

Canarium vulgare, dan Canarium ovatum yang termasuk dalam group vulgare juga
dikemukakan oleh Coronel (1996) dan Thomson dan Evans (2004). Menurut Evans
(1994) ketiga spesies yang dominan tersebut berbeda-beda asalnya Canarium vulgare
dari Indonesia, Canarium ovatum dari Filipina, dan Canarium indicum berasal dari
Indonesia, Papua New Guinea, Solomon, dan Vanuatu. Leenhouts (1959)

mengemukakan bahwa Canarium indicum dan Canarium vulgare sangat mirip


(overlap). Terutama jika didasarkan pada stipula dan morfologi buahnya (bentuk,
ukuran, ketebalan shell, dan warna skin buah). Namun demikian, Canarium indicum
mempunyai produksi lebih tinggi dari spesies yang lain dan ukuran lebih besar
sehingga paling sesuai untuk dijadikan komoditi komersil (Yen, 1994).
Genus Canarium memiliki sekitar 100 spesies yang kebanyakan tumbuh di
hutan lembab dataran rendah di daerah Melanesia (Kennedy dan Clarke, 2004).
Namun demikian, spesies domestik yang paling banyak terdapat di Indonesia antara
lain, Canarium lamili (Irian Jaya), Canarium vulgare (Sangihe Talaud, Sulawesi,
Seram, Morotai, Tanimbar, dan Flores), dan Canarium indicum (Sulawesi utara,
Ambon, Ternate, pulau Seram, dan Kai) (Leenhouts, 1959, Yen, 1994). Dari sebaran
distribusi dan nilai komersial dari tiga spesies yang disebut diatas yang paling
berpotensi adalah Canarium indicum. Canarium indicum ini dikenal juga dengan
nama Canarium amboinense Hochr., Canarium

commune L., Canarium.

mehenbethene Gaertn., Canarium moluccanum Blume, dan Canariumanarium


zephyrinum Rumphius (Thomson dan Evans, 2004).
Tempat tumbuh tanaman kenari umumnya di hutan primer dengan kondisi
tanah bervariasi; berkapur, berpasir, maupun tanah liat. Selain itu, tanaman ini
tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 600 meter
di atas permukaan laut (Thomson dan Evans, 2004).
Pada kondisi dengan kesuburan optimal, tanaman ini bisa mencapai
ketinggian 40 sampai 50 meter dan diameter batang bagian bawah 1 1,5 meter.
Daunnya majemuk menyirip ganjil terdiri dari 6 8 pasang berhadapan, lonjong, dan
pangkal meruncing. Daun tanaman kenari berukuran panjang daun 7 28 cm dan
lebar 3,5 11 cm. Tanaman ini termasuk tanaman berbunga. Bunganya kecil
berwarna putih kekuningkuningan dengan mahkota berbentuk segi tiga.

pohon kenari
Tanaman ini menghasilkan buah dan

biji (kernel) yang biasanya

dimanfaatkan sebagai pangan camilan. Biji (kernel) tersebut mengandung lemak dan
protein tinggi. Berdasarkan pada kandungan lemak dalam biji kenari, tanaman ini
dapat dibandingkan dengan beberapa tanaman lain yang bijinya mengandung lemak
tinggi yaitu almond, cashew, walnut, brazilnut, hazelnut, pecan, dan macadamia.
Semua tanaman tersebut termasuk dalam golongan tree nut, yaitu tanaman kacangkacangan sumber minyak yang dominan dalam perdagangan.
Buah kenari berbentuk lonjong (ovoid) sampai agak bulat, dengan dimensi
morfologi 2-4 x 3-6 cm, dan pada umumnya berwarna hijau pada saat masih mentah,
berubah menjadi hijau tua agak kegelapan sampai kehitaman pada saat buah matang.
Warna hitam terjadi karena degradasi klorofil pada kulit buah. Secara morfologi,
buah kenari terdiri dari bagian kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), dan
bagian tempurung dan isinya (endocarp). Bagian kulit luar dan daging buah ada yang
tebal dan ada yang tipis tergantung pada spesies kenari. Bagian tersebut biasanya
dibuang begitu saja, belum banyak dimanfaatkan oleh manusia. Bagian endocarp,
sering disebut sebagai nut-in-shell (NIS), terdiri dari tempurung dan biji yang
dibungkus oleh kulit ari (testa). Tempurung biji kenari biasanya dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Biji yang dipisahkan dari testa adalah bagian yang dapat dimakan

(edible portion), inilah yang dimaksud dengan kenari yang biasa digunakan untuk
makanan.
Nut-in-shell (NIS) mempunyai 3 6 sisi atau bulat, biasanya memiliki 2-3
biji, tergantung pada spesies dan kultivar (Gambar 1.2.). Dimensi morfologis dari NIS
adalah panjang 28 62 mm, lebar 20 - 35 mm dengan berat basah 8 - 20 g. Biji kenari
dilindungi oleh kulit ari atau testa, yang dalam keadaan masih segar mudah sekali
dilakukan pengupasan, tetapi pada biji yang telah kering, kulit ari menyatu dengan
bagian bijinya (biji yang demikian disebut dengan nut in testa, (NIT). Bagian NIT
lebih sulit dilakukan pengupasan, kecuali direndam dalam air hangat beberapa saat
sebelumnya. Atau biasanya, biji kenari harus direndam dalam air dingin selama
kurang lebih satu jam. Pemisahan biji kenari dari tempurung dan kulit ari
memberikan bagian yang dapat dimakan. Bagian yang dapat dimakan dari biji kenari
adalah 25 persen dari NIS kering (Thomson dan Evans, 2004).
Komposisi kimia biji kenari sangat tergantung pada spesies, keadaan tanah,
iklim, dan lokasi tumbuh. Berdasarkan pada komposisi kimia, biji kenari
mengandung lemak (65 70%) sebagai komponen utamanya. Oleh sebab itu biji
kenari dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati.
B. Metode ekstraksi kenari (Canariun indicum)
Ekstraksi minyak dari bahan nabati merupakan suatu cabang ilmu khusus dari
teknologi lemak dan minyak. Kebanyakan minyak nabati diperoleh dari kacangkacangan atau biji-bijian, yang secara umum memberi dua komoditi yang bernilai
yaitu minyak dan tepung kaya protein (Gunstone, 2002). Pada pengolahan minyak,
proses pengolahannya dilakukan berdasarkan pada sifat alami minyak tersebut dan
juga tergantung pada hasil akhir yang dikehendaki. Perbedaan karakteristik bahan
dari sumber yang bermacam-macam memerlukan penanganan yang berbeda pula
(Norris, 1982, Ketaren, 1986).

Lipida alami bergabung dengan molekul lain melalui interaksi van der waals
(interaksi beberapa molekul lipida dengan protein), elektrostatik, ikatan hidrogen, dan
ikatan kovalen (Shahidi dan Wanasundara, 2002). Oleh karena itu, pemisahan dan
isolasi lipida dari makro selular kompleks dilakukan dengan perlakuan fisik dan
kimia. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak dari bahan yang
mengandung lipida. Tujuan umum proses ekstraksi sebagai berikut: untuk
memperoleh minyak yang

bebas dari kotoran (impurity) yang tidak diinginkan,

memperoleh rendemen tinggi dengan proses yang ekonomis, dan menghasil residu
atau bungkil yang masih bernilai tinggi (Norris, 1982).
Cara ekstraksi minyak dan lemak dapat dilakukan dengan bermacam- macam
cara, yaitu: rendering, pengepresan mekanik, dan ekstraksi dengan pelarut (Norris,
1982, Ketaren, 1986, Fils, 2000, Gunstone, 2002).
a. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Penggunaan panas
pada proses ekstraksi adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel
tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di
dalamnya. Pada umumnya rendering untuk ekstraksi minyak atau lemak dari jaringan
hewan (Norris, 1982, Kataren, 1986).
b. Pengepresan Mekanik
Pengepresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak terutama untuk
bahan yang berasal dari biji-bijian, termasuk biji kenari. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi sekitar 30-70% dan
kadar air rendah yaitu lebih kecil dari 5 % (Ketaren, 1986, Shahidi dan Wanasundara,
2002). Ekstraksi minyak dengan pengepresan dapat dibagi dalam dua tahap persiapan
atau perlakuan pendahuluan dan ekstraksi. Tahap persiapan (perlakuan pendahuluan)

meliputi,

pembersihan,

pengupasan,

pengecilan

ukuran

(perajangan

dan

penggilingan), dan pemanasan atau pemasakan. Tahap ekstraksi dilakukan dengan


pengepresan menggunakan kempa hidrolik atau berulir (Gambar 2.1. dan Gambar
2.2.) (Norris, 1982, Fils, 2000).
Biji kenari dikupas kulit arinya (testa) dan dibersihkan dari bahan ikutan lain.
Sebanyak 500 g biji kenari bersih dipanaskan menggunakan oven pada suhu 70 C
selama satu jam. Dalam keadaan panas, biji kenari dibungkus dengan kain saring dan
dimasukkan dalam rumah pres yang berbentuk tabung silinder pada alat pengepres.
Selanjutnya biji kenari dipres menggunakan kempa hidrolik secara bertahap, hingga
mencapai tekanan 200 kg/cm, dan dipertahankan selama 5 menit. Minyak yang
diperoleh disaring menggunakan kain saring lalu dimasukkan dalam wadah berwarna
gelap (Djakarsi et al, 2007).
c. Ekstraksi minyak kenari dengan metode soxhlet.
Biji kenari dikupas kulit arinya (testa) dan dibersihkan dari bahan ikutan lain.
Biji kenari dihaluskan dengan menggunakan grinder, hingga berbentuk pasta
(homogenat). Sebanyak 25 g pasta biji kenari ditimbang dan dimasukkan dalam
wadah sampel (timble). Timble yang berisi sampel dimasukkan dalam tabung soxhlet.
Labu soxhlet diisi dengan pelarut heksan sebanyak 250 mL. Unit soxhlet dilengkapi
dengan pendingin balik, selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu 70-80 C
selama 5 jam.

Minyak dipisahkan dari pelarut menggunakan rotary evaporator

dengan suhu 40 C. Minyak yang diperoleh dialiri gas N untuk menghilangkan sisa
pelarut kemudian dimasukkan dalam wadah berwarna gelap.
d. Ekstraksi minyak kenari dengan metode maserasi.
Biji kenari dikupas kulit arinya (testa) dan dibersihkan dari bahan ikutan lain.
Biji kenari sebanyak 100 g dihaluskan dengan menggunakan grinder. Biji kenari
yang digiling halus berbentuk pasta. Selanjutnya pasta biji kenari dimasukkan dalam
labu Erlenmeyer dan ditambahkan pelarut heksan 1: 5 (b/v). Campuran diaduk hingga

homogen kemudian dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar (suhu 28 30C).
Setelah 24 jam, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 1.
Minyak dan pelarut dipisahkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 40 C.
Minyak yang

diperoleh dialiri gas N

untuk menghilangkan sisa kemudian

dimasukkan dalam wadah berwarna gelap (Djakarsi et al, 2007).


Tahap pembersihan dilakukan untuk memisahkan biji-bijian dari bahan asing
berupa kayu, batang, daun, dan pasir. Pembersihan biasanya menggunakan ayakan
dengan ukuran pori-pori tertentu. Pengupasan kulit dilakukan karena kulit dapat
menurunkan rendemen minyak yang dihasilkan. Minyak akan terserap pada kulit dan
juga mempengaruhi warna dan flavor minyak. Hal tersebut juga berdampak pada
residu atau bungkil. Perajangan dan penggilingan bertujuan untuk memperkecil
ukuran partikel bahan yangakan diekstrak. Pemanasan atau pemasakan bertujuan
untuk mengimbangi atau mengontrol kadar air yang bermacam-macam dari bahan
mentah.
Tujuan lain dari pemanasan sebagai berikut:
(1) Menurunkan viskositas minyak sehingga mudah terekstrak
(2) Memecahkan dinding sel
(3) Mengkoagulasikan protein
(4) Menginaktifkan enzim
(5) Mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur
(6) Mendetoksifikasi racun
Efisiensi ekstraksi minyak dengan pengepresan tergantung pada perlakuan
pendahuluan atau tahap preparasi sebelum pengepresan. Residu atau bungkil hasil
pengepresan mengandung minyak sekitar 2,5 5 % (Noris, 1982), 5 10 %
(Gunstone dan Norris, 1982), dan 10 25% (Pokorny dan Parkanyiova, 2003).
Kandungan minyak dalam residu tergantung pada tekanan dan waktu proses
pengepresan.
e. Ekstraksi dengan Pelarut

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut tergantung pada perbedaan


kelarutan antara lipida dan komponen lain dalam bahan pangan. Perbedaan kelarutan
terutama berhubungan dengan polaritas dan sifat alami antara lipida dan komponen
lain dalam bahan yang akan diekstrak. Biji kenari dapat diesktrak minyaknya dengan
menggunakan pelarut organik. Sifat lemak dan minyak yang tidak larut dalam air
menyebabkan lemak dan minyak dapat dipisahkan dari protein, karbohidrat, dan air
dalam bahan. Kelarutan lemak dan minyak dalam pelarut organik ditentukan oleh
proporsi rantai hidrokarbon non polar dari asam lemak atau alifatik lain dan gugus
fungsional lipida, seperti fosfat atau gula dalam molekulnya. Lemak dan minyak,
mengandung gugus polar yang tidak dapat dibedakan (misalnya, trigliserida atau ester
kolesterol), sangat larut dalam pelarut hidrokarbon (heksan, benzen atau sikloheksan)
dan pada pelarut lebih polar (kloroform atau dietileter) tetapi tidak larut dalam pelarut
polar (metanol) (Shahidi dan Wanasundara, 2002). Di sini berlaku kaidah like
dissolves like, komponen zat yang direaksikan non polar akan larut dalam pelarut non
polar dan kompoen zat yang direaksikan polar akan larut dalam pelarut polar.
Komponen non polar atau lipida seperti hidrokarbon, ester sterol, asilgliserol,
dan karotenoid dapat diekstrak dengan pelarut non polar seperti kloroform atau dietil
eter. Sedangkan komponen lipida polar seperti fosfolipida atau glikolipida diekstrak
dengan pelarut yang lebih polar seperti methanol atau etanol. Campuran pelarut
organik dengan berbagai polaritas dapat juga digunakan untuk mengekstrak minyak.
Namun, penggunaan pelarut yang lebih polar misalnya methanol, hasil ekstrak
tercampur dengan komponen lain seperti gula, asam amino, atau garam.
Prinsip dari ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah proses ekstraksi
dengan melarutkan minyak dalam pelarut organik. Pada cara ini dihasilkan bungkil
dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% (Fils, 2000), 2 3 % (Pokorny
dan Parkanyiova, 2003). Namun demikian, hasil minyak yang diperoleh mempunyai
mutu sama seperti hasil pengepresan, karena sebagian fraksi bukan minyak yang
dapat larut pada pelarut non polar akan ikut terekstrak.

Oleh sebab itu, proses

pemurniaan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang daya


simpan minyak.
f. Pemurnian Minyak
Lemak dan minyak kasar yang dihasilkan dengan metode

rendering,

pengepresan, atau ekstraksi pelarut mengandung sejumlah komponen minor yang


merupakan komponen pengotor (impurities) non gliserida. Komponen minor tersebut
ada yang disukai keberadaannya dan ada yang tidak disukai. Beberapa komponen
yang disukai seperti tokoferol karena dapat melindungi minyak dari proses oksidasi
dan dapat meningkatkan daya simpan. Sedangkan komponen minor yang tidak
disukai karena mengakibatkan efek merugikan seperti warna minyak menjadi gelap,
menurunkan titik asap, atau mengendapkan ketika minyak dipanaskan. Pada
umumnya komponen pengotor (impurities) pada minyak adalah asam lemak bebas,
yang dapat mempengaruhi citarasa, off-flavor, dan penurunan daya simpan minyak.
Hal ini juga terjadi pada minyak kenari terdapat komponen minor, antara lain
tokoferol dan asam lemak bebas.
Komponen pengotor yang tidak diinginkan dapat dihilangkan melalui proses
pemurnian. Proses pemurnian dirancang untuk menghilangkan asam lemak bebas,
fosfatida, atau penghilangan aroma yang tidak dikehendaki (deodorization).
Minyak biji kenari kasar (hasil ekstraksi dengan metoda pengepresan) dapat
dimurnikan dengan metoda kromatografi kolom sistem adsorpsi

menggunakan

kolom dengan ukuran diameter 4,0 cm dan panjang 45 cm, diisi dengan empat
macam adsorben kemudian kolom dihubungkan dengan pompa vakum menurut
metoda yang dilakukan oleh Khan dan Shahidi (2001) dengan sedikit modifikasi.
Bagian paling bawah kolom diisi 40 g asam silisat yang diaktifkan, kemudian 20 g
campuran celite 545 dan arang aktif (1:2) dan 80 g campuran celite 545 dan sukrosa
(1:2), dan paling atas adalah 40 g asam silisat yang diaktifkan. Semua adsorben
dilarutkan dalam heksan.

10

Sebanyak 100 ml minyak biji kenari kasar (hasil ekstraksi dengan metoda
pengepresan) dilarutkan dalam heksan dengan volume yang sama kemudian minyak
tersebut dilewatkan dalam kromatografi kolom. Hasilnya ditampung dan pelarut
diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 30C selanjutnya dialiri gas
N2 untuk menghilangkan sisa pelarut.
C. Manfaat, Potensi dan Usia panen
Produk yang paling penting dari buah kenari adalah bijinya. Thomas dan
Evans (2004) melaporkan komposisi kimia biji kenari segar yaitu kadar air 35,4 g,
protein 8,2 g, lemak 45,9 g, gula 0,2 g, pati 0,3 g, dan abu 2,6 g. Sedangkan
komposisi biji kenari (Canarium commune L) kering menurut Rawung dkk. (2002)
kandungan tertinggi adalah lemak (65,15%), protein (13,06%), karbohidrat (16,59%),
dan kadar air (5,20%). Biji kenari merupakan sumber pangan penting dan dapat
dijadikan komoditi eksport karena kandungan lemak yang tinggi memberikan
kontribusi citarasa gurih atau umami. Selain itu, biji kenari dapat dijadikan sebagai
sumber minyak pangan nabati (edible oil).
Selama ini biji kenari dimanfaatkan untuk bahan pangan camilan (makanan
ringan) yang memiliki nilai potensi komersial. Di Manado, biji kenari banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya halua kenari, ditambah dalam
pembuatan roti, kue, dan klarpert tart. Makanan-makanan yang ditambah dengan biji
kenari sangat digemari oleh masyarakat sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Makanan yang mengandung biji kenari tersebut menjadi makanan khas daerah
sebagai oleh-oleh yang digemari oleh wisatawan. Makanan yang mengandung biji
kenari digemari karena kontribusi protein dan lemaknya. Kedua komponen tersebut
memberikan kontribusi rasa gurih pada makanan. Oleh sebab itu di daerah Manado
biji kenari menjadi produk pangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat
penting untuk dikembangkan secara komersial.
Sampai sekarang, data produksi biji kenari yang akurat masih sulit dijumpai
karena tanaman ini belum dibudidayakan. Namun demikian sebagai gambaran, satu

11

hektar lahan dapat ditumbuhi kurang lebih 90 pohon kenari dan setiap pohon, mampu
menghasilkan 50 kg biji kenari (Nut in Testa, NIT) per tahun (Thomson dan Evans,
2004). Dengan demikian, dalam satu hektar, tanaman kenari dapat menghasilkan
sekitar 4,5 ton NIT per tahun. Meskipun belum dibudidayakan secara intensif, di
beberapa propinsi di Indonesia, biji kenari setiap bulan dibutuhkan secara rutin. Di
Sulawesi Utara, misalnya, sekitar 70-80 ton biji kenari (NIT) per tahun dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan pembuatan kue yang diperoleh dari daerah Minahasa,
Sangihe Talaud, Ternate, dan Ambon (Eveline, 2006). Biji sebanyak itu, diperkirakan
minimal diperoleh dari 1400 1600 pohon kenari, atau kalau dibudidayakan,
diperoleh dari lahan kenari seluas 15 17 hektar.
Kenari adalah tanaman musiman, dengan musim panen pada bulan Maret
sampai dengan Agustus. Selebihnya, tanaman berbuah sepanjang tahun tetapi sangat
fluktuatif, tergantung pada musim hujan dan musim kemarau. Namun demikian,
produk kenari dapat dijumpai sepanjang tahun karena biji kenari (NIS) yang sudah
dikeringkan mempunyai umur simpan yang relatif lama.
kenari yaitu dilakukan

Sistem pemanenan buah

pemanjatan pohon dengan bantuan galah, buah kenari

dirontokkan kemudian dikumpulkan. Secara tradisional, pemanenan dilakukan


setelah buah kenari jatuh.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpukan adalah sebagai berikut :
a. Secara morfologi, buah kenari terdiri dari bagian kulit luar (exocarp), daging
buah (mesocarp), dan bagian tempurung dan isinya (endocarp). Bagian kulit luar
dan daging buah ada yang tebal dan ada yang tipis tergantung pada spesies
kenari.
b. Cara ekstraksi minyak dan lemak dapat dilakukan dengan bermacam- macam
cara, yaitu: rendering, pengepresan mekanik, dan ekstraksi dengan pelarut,
soxshet serta maserasy.
c. Dapat digunakan sebagai bahan makanan, pemanenan dilakukan sekitar pada
bilan maret-agustus.
B. Saran
Saran yang dapa kami ajkuan adalah sebaiknya dilakukan penelitian tentang
buah kenari sehingga dapat memberi pengetahuan yang baru serta dapat
diaplikasikan dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

13

Djakarsi, GSS. Modul Pembelajaran Teknologi Pengolahan Minyak Kenari.


Universitas Sam Ratulangi.
Djarkasi, GSS., Raharjo, R., Noor , Z dan Sudarmadji, S.2007. Sifat Fisik Dan Kimia
Minyak Kenari. GRITECH, Vol. 27, No. 4

14

Anda mungkin juga menyukai