Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KLASIFIKASI PRODUK EKSTRAKTIF TUMBUHAN


Produk dari ekstarktif tumbuhan adalah produk yang diperoleh melalui proses distilasi,
ekstraksi dan atau pengepresan dari suatu bagian tumbuhan (daun, kulit, kayu, akar, buah/biji,
bunga),dapat berupa minyak, getah, penyamak, pewarna alami dan obat.
1. Kelompok minyak tumbuhan
- Minyak atsiri : minyak kayu putih (daun), minyak nilam, minyak kenanga
(bunga), minyak cendana (kayu), minyak akar wangi, minyak kulit manis.
- Minyak lemak : minyak kemiri (biji-buah), minyak tengkawang (biji-buah),
minyak jarak (biji/buah)
2. Kelompok tumbuhan
- Getah resin : Gondorukem (pinus), kopal (agathis), damar (meranti), kemenyan,
getah merah (Dipterocarpaceae)
- Getah karet : jelutung, perca, hangkang, dan ketiau (dipterocarpaceae)
- Getah perekat : gom bendo, akasia, mahoni (getah langsung)
3. Ekstraks lain dari tumbuhan
- Bahan penyamak : tanin (kulit akasia, bakau)
- Bahan pewarna alami : gambir, indigo (daun), soga (kulit), nangka, mahoni
(kayu), ketapang (buah)
- Alkaloid (obat) : kina (kulit), pulai (kulit), mimbo (daun)
BAB III
PRODUK MINYAK TUMBUHAN
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris atau essential oil, dipergunakan sebagai bahan baku
dalam berbagai industri, misalnya pada industri parfum, kosmetik, assence, atau ekstrasi,
industri farmasi dan flavoring agent.
Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi, yaitu :
1. Membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan.
2. Mencega kerusakan tanaman oleh adanya serangan serangga atau hewan dan
3. Sebagai cadangan makanan pertumbuhan tanaman tersebut.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman, yang
terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air.
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies,
termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan
Umbelliferaceae.

Minyak Kayu Putih


Tanaman kayu putih (Melaleuce leucadendron Linn) banyak terdapat di Asia Tenggara dan
India Timur. Di Indonesia tumbuh secara liar seperti semak belukar dan banyak terdapat di
kepulauan Maluku. Tinggi tanaman dapat mencapai 4 m dan dipangkas setiap enam bulan
sekali.
a. Potensi Tanaman (Hutan)
Tanaman minyak kayu putih termasuk ke dalam famili Myrtaceae dan ordo Myrtales.
Beberapa spesies yang sudah diketahui dapat menghasilkan minyak kayu putih dan
sudah diusahakan secara komersial adalah Melaleuca Jeucadendron,M. Cajeputi
Roxb dan M. Viridiflora Com.

1. Penyebaran dan Tempat Tumbuh


Di Indinesia tanaman kayu putih tumbuh tersebar di Maluku (pulau Buru, Seram,
Nusalaut, Ambon) dan Sumatera Selatan (sepanjang sungai Musi, Palembang),
Sulawesi Tenggara, Bali, NTT dan Irian Jaya/Papua. Di daerah tersebut tanaman kayu
putih tumbuh secara alami, sedangkan yang berupa tanaman yang diusahakan terdapat
di Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat.
Luas hutan kayu putih sekitar 620.000 ha di mana lebih dari 96% merupakan hutan
alam. Hutan tanaman terdapat dipulau Jawa yaitu di Jawa Timur sekitar 4.200 ha,
Jawa Tengah 3.000 ha, D.I. Yogyakarta 700 ha dan Jawa Barat sekitar 1.500 ha.

2. Produkasi (Daun)
Produksi daun tegakan (tanaman) kayu putih sejak umur 4-5 tahun sampai 25-30
tahun adalah:
 Umur 5 tahun : di atas 2,5 ton/ha/tahun
 Umur 10 tahun : antara 2,0-2,2 ton/ha/tahun
 Umur 15 tahun : antara 1,8-2,0 ton/ha/tahun
 Umur 20 tahun : antara 1,6-1,8 ton/ha/tahun
 Umur 25 tahun : antara 1,5-1,7 ton/ha/tahun
 Umur 30 tahun : kurang dari 1,5 ton/ha/tahun
Pada umur 25-30 tahun biasanya sudah dilakukan pergantian tanaman (ditebang
diganti dengan tanaman yang baru).
b. Pemungutan Daun
Pemungutan daun kayu putih dapat dengan disertakan ranting-rantingnya atau tidak.
Persyaratan tanaman kayu putih yang akan di pungut adalah :
 Telah berumur 4 atau 5 tahun, dipungut sampai daur(umur tebang) antara 25-
30 tahun.
 Diameter batang tanaman (batang pokok atau trubusannya) antara 1,5-2,5 cm
(jangan lupa yang dimasak sebaiknya beserta ranting dengan diameter
maksimal 0,5 cm panjang maksimal 20 cm atau 20% berat)
 Tinggi pangkas minimal 75 cm (sistem turun) dan maksimal 120 cm (sistem
naik).
 Jarak waktu antara pangkasan satu dengan berikutnya antara 6-12 bulan,
biasanya makin tua makin lama jarak antara waktu pangkasannya, karena
perolehan daun per ha yang semakin sedikit.

c. Cara pengelolaan
1. Macam-macam cara pengolahan minyak kayu putih
Cara pengolahan minyak kayu putih dengan metode distilasi (penyulingan) ada 2
macam yaitu:
 Cara langsung, yaitu dengan perebusan atau water distillation
 Cara tidak langusung, terdiri 2 macam, yaitu:
- Cara pengukusan (water and steam distillation)
- Cara penguapan (steam distillation)
Tiga cara pengolahan minyak atsiri (termasuk minyak kayu putih), yaitu perebusan,
pengukusan dan penguapan tersebut mempunyak perbedaan-perbedaan pada bahan
yang diolah,peralatan, cara pengolahan maupun hasil minyaknya (rendemen dan
kualitas).
Penyulingan daun tanpa ranting, menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi,
dan putaran optik yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil penyulingan dengan
ranting walaupun perbedaannya tidak nyata.
2. Pengeolahan cara penguapan
Khusus untuk pengolahannya tidak diberikan secara lengkap, untuk semua cara
dan berikut ini hanya diberikan pengolahan minyak kayu putih dengan cara
penguapan saja.
d. Komposisi kimia
Komposisi kimia utama minyak kayu putih dengan rumus molekul C 10H18O.
Komponen tersebut dikenal dengan nama bermacam-macam seperti Cajuput hydrate,
cajuputol dan cajeputol.
Komponen kimia tersebut dapat diberikan sebagai berikut.
e. Standar mutu minyak kayu putih
Mutu yang pernah ada didasarkan pada asal minyak kayu putih tersebut. Khususnya
Indonesia, minyak kayu putih yang diperdangkan berasal dari hasil penyulingan daun
kayu putih.

2. faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas yaitu:


 jenis tanaman timor dengan ciri-ciri daunnya berbentuk lancip (lonjong), tipis,
berwarna hijau kemerahan pada pucuknya menghasilkan minyak kayu putih
dengan kualitas paling tinggi, sedangkan varietas ponorogo memberikan
kualitas sedikit di bawahnya.
 Cara penyimpanan daun karena menunggu proses pemasakan jangan
diletakkan menggunung, pada udaranya. Penyimpanan diharapkan tidak
melebihi 48 jam karena dapat menurunkan kualitas minyak kayu putih.
 Cara pengisian ketel
Dengan diisi sekitar tiga per empat volume ketel pemasak dan menyertakan
ranting sampai 20%, dapat menghasilkan minyak dengan kualitas yang tetap
tinggi (kadar sineol di atas 50%).
 tahapan pengambilan minyak kayu putih
selama proses pemasakan berlangsung, minyak kayu putih yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang semakin meningkat kemudian menurun pada tahap
akhir proses pemasakan.
Kegunaan

Minyak kayu putih dapat dipergunakan sebagai campuran bahan baku dalam industri obat-
obatan, minyak wangi dan makanan.

Sebagai obat, minyak kayu putih dapat menyembuhkan penyakit perut, masuk angin, pilek,
batuk, gatal, lelah, kepala pusing, sakit gigi, demam, reumatik dan sebagainya.

Di luar negeri, minyak kayu putih sebagai bahan baku untuk industri obat-obatan dan minyak
wangi berada dalam kelompok minyak Ekaliptus (Eucalupt Oils).

Fungsi sebagai obat-obatan ditentukan oleh kadar sineol. Kadar sineol yang terdapat dalam
minyak kayu putih yang baik dapat mencapai 65%.

Anda mungkin juga menyukai