OZE FAJRI
1. Latar Belakang
Rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia yang potensial untuk
dikembangkan. Salah satu rempah yang menjadi unggulan dalah kayu manis.
Pada penelitian Nurhayati (2018), rempah indonesia yang berpeluang ekspor
tinggi adalah lada, kayu manis, cengkeh, pala, lawang, dan kapulaga. Penghasil
utama dari tanaman kayu manis Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Pulau
Maluku, dan Sumatera terutama pada Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi
Jambi. Kayu manis selain digunakan sebagai bahan masakan juga dapat
digunakan sebagai bahan campuran minuman, bahan dasar kosmetik serta
sebagai minyak atsiri (Dian dkk, 2021).
Kulit kayu manis dapat digunakan langsung dalam bentuk asli atau
bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyaknya dapat diperoleh dari kulit
batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan cara ekstraksi.
Hasil ekstraksi dari kayu manis berupa minyak atsiri sangat digemari di pasar
Amerika dan Eropa. Minyak tersebut banyak digunakan untuk bahan baku
industri pembuatan minyak wangi, kosmetika, farmasi dan industri lainnya.
Namun bagian dari pohon kayu manis seperti daun, kikisan dan serbuk hasil
penebangan batang, dahan, dan ranting masih banyak dibiarkan menjadi
timbulan limbah. Limbah tersebut apabila dioleh menjadi minyak atsiri dapat
meningkatkan nilai ekspor kayu manis, karena harga minyak atsiri dari kayu
manis dapat mencapai Rp. 1.000.000 per kilogram. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengolah limbah kayu manis yang belum banyak termanfaatkan,
diolah menjadi minyak atsiri guna menggali lebih lanjut potensi produksi
minyak atsiri dari kayu manis (Susanti dkk, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian sbelumnya pada bagian daun kayu manis
mengandung sekitar 0,5-0,7% sinamaldehida, dengan kandungan utamanya
adalah eugenol sekitar 70-95% dan sinamilasetat 3-4%. Namun komponen
eugenol yang terkandung pada minyak daun kayu manis harus bersaing dengan
minyak daun cengkeh. Dengan hasil konversi eugenol menjadi iso eugenol
menjadi dari tarik pasar Eropa Barat dan Amerika Serikat dengan produk
minyak daun kayu manis. Kualitas minyak atsiri dari kulit kayu manis lebih
banyak dibandingkan hasil daun kulit manis. Rendaman eugenol daun kayu
manis muda dan daun kayu manis tua pada saat rendaman masih tercampur
sehingga dilakukan pemisahan antara daun kayu manis muda dan kayu manis
tua berdasarkan tinggi lokasi penanaman kayu manis agar menghasilkan
kualitas minyak atsiri yang berbeda (Jailani dkk, 2015).
Pengambilan minyak kayu manis biasanya menggunakan cara
hidrodistilasi, steam distilasi maupun ekstraksi dengan hidrodistilasi. Metode-
metode tersebut mengandung beberapa kelemahan karena komponen minyak
atsiri yang terdapat pada kayu manis terdekomposisi, terdegradasi, dan bersifat
volatile hilang akibat terjadi pemanasan pada suhu tinggi. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut dapat dilakukan dengan menurunkan suhu operasi dengan
cara menurunkan titik didihnya. Misalnya dengan menggunakan pompa vakum
pada produk hidrodistilasi. Proses distilasi yang beroperasi pada tekanan
dibawah 1 atm yang dikenal dengan proses distilasi vakum. Hal ini
dimaksudkan agar minyak atsiri tidak mudah terdekomposisi karena sistem ini
beroperasi pada suhu rendah (30-70)℃ . Selain itu bila tekanan operasi turun,
maka tekanan uap murni suatu komponen akan naik sehingga titik didih akan
turun sebagaimana dalam persamaan hukum Raoult (Rusliawan dkk, 2012).
2. Rumusan Masalah
Hipotesis yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan umur kayu manis dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas
minyak atsiri.
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan
daratan Cina. Tanaman Cinnamomum burmanni merupakan jenis tanaman
berumur panjang yang menghasilkan kulit. Kulit ini di Indonesia diberi nama kayu
manis dan termasuk dalam jenis rempah-rempah. Pohon tinggi bisa mencapai 15
meter, batang berkayu dan bercabang-cabang, daun tunggal lanset warna daun
muda merah pucat setelah tua berwarna hujai, perbungaan bentuk mulai tumbuh
diketiak daun buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam, akar
tunggang (Rafita, 2015). . Adapun bentuk dari tanaman kayu manis
(Cinnamomum burmanni) dapat dilihat pada gambar 1.
Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak nabati yang multifungsi. Bahan
baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga,
buah, biji, kulit biji, batang akar atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak atsiri
yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Data statistic ekspor-impor dunia
menunjukkan bahwa konsumsi minyak atsiri dan turunannya naik sekitar 8-10%
dari tahun ke tahun (Effendi dan Widjanarko, 2014). Berdasarkan komponen
penyusun minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua yaitu minyak atsiri yang mudah
dan sulit dipisahkan dengan penyusun murninya. Minyak atsiri yang mudah
dipisahkan misalnya minyak serai, minyak daun cengkeh. Sedangkan minyak
yang sulit dipisahkan yaitu minyak nilam, dan minyak kenanga. Faktor yang
mempengaruhi hasil minyak atsiri adalah umur tanaman dan curah hujan (Qodri,
2020). Famili tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain famili
Annonaceae, Geraniaceae, Gramineae, Lamiaceae, Lauraceae, Myristicaceae,
Myrtaceae, Oleaceae, Piperaceae, Rosaceae, Santalaceae dan Zingiberaceae.
Genus dari famili Lauraceae yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain
Cinnamomum, Sassafras, ocetea, laurel dan litsea (Weiss, 1997).
Proses ekstraksi minyak atsiri pada setiap bagian tanaman berbeda-beda
misalnya pada bunga dilakukan dengan cara penyulingan dan herba dilakukan
dengan cara destilasi . Prinsipnya proses destilasi bertujuan untuk mengisolasi
atau memisahkan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan titik didihnya.
Hasil dari proses destilasi biasanya masih berupa minyak atsiri kasar yaitu
mengandung air atau pelarut lainnya, sehingga harus dilakukan proses lanjutan
dengan cara menarik air dalam minyak atsiri dengan kualitas bagus dan biasanya
jernih (Qodri, 2020). Menurut Agustina et al. (2021) hasil penyulingan kayu
manis dengan metode destilasi uap rat-rata menghasilkan rendemen 0.6% dengan
kapasitas mesin 500 kg. Rendemen yang dihasilkan dengan menggunakan metode
yang sama berkisar antara 0.4-0.7%. Teknologi pengolahan minyak kayu manis
memiliki beberapa alternative yaitu destilasi air, destilasi uap, penggunaan pelarut
dan supercritical CO2.
3. Destilasi
Peroleha Kadar
n Sinamaldehid
Asal daerah Referensi
Minyak (%)
(%)
1990
Desa Bubakan,
Yuliarto et al,
Girimarto, 0,46 37,12
2012
Wonogiri
Bengkulu Solehudin,
0,89 83,82
2001
Kebun
Percobaan,
2,21 77,9 Harun, 2012
Laing Solok,
Sumatera Barat
5. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian dari Ammar (2017) dari kulit cabang pohon
bagian dalam pohon kayu manis yang dipanen dari Dataran Tinggi Desa
Mekarsari, Pasir Jambu milik Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat menunjukkan adanya perbedaan
perolehan minyak atsiri kulit cabang terhadap umur pohon. Secara berurutan umur
pohon 5, 12 dan 20 tahun memiliki perolehan minyak atsiri sebesar 2,7%±0,12%,
3,2%±0,07%, 1,4%±0,04% dari berat kering kulit cabang bagian dalam.
pada dosis 500 mg yaitu 2 ekor (10%), pada dosis 750 mg yaitu 24 ekor (20%) dan
dosis 1000 mg yaitu 6 ekor (30%).
METODE PENELITIAN
Pembagian daerah sampel diambil dari kulit kayu manis paling bawah
sekitar batang pohon yang kemudian ditebang dan kupas kulitnya. Bagian
kulit segar dibersihkan dari kulit luar dan tanaman epifit seperti jamur
maupun lumut kerak hingga tersisa kulit cabang bagian dalam yang
berwarna kecklatan. Tahap selanjutnya adalah penyimpanan sampel yang
masih segar dan belum dibersihkan, disimpan di wadah terpisah untuk
menganalisis morfologi kulit cabang.
Saat pemasakan ketel ditutup agar uap air dan uap minyak atsiri yang berasal
dari daun serai wangi. Pada saat menguap tidak keluar dan selanjutnya uap
keduanya disalurkan melewati kondensor, selanjutnya kondensor akan mengubah
uap masakan tersebut menjadi zat cair berupa air dan minyak atsiri, Setelah itu air
dan minyak keluar maka minyak akan berada pada bagian atas air, setelah proses
penyulingan selesai, minyak yang didapat akan diambil secara hati-hati sehingga
air tidak tercampur kedalam tabung minyak atsiri selanjutnya, dimasukkan
kedalam botol agar tidak terjadi penguapan terhadap minyaknya. Berikut alat
yang digunakan untuk destilasi minyak atsiri daun kayu manis yang dimiliki oleh
KTH Karya Usaha, Kabupaten Kerinci.
Gambar 4.Alat destilasi minyak atsiri. Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2022.
c−a
Bobot jenis pada 20 ℃ :
b−a
2. Indeks Bias
Indeks bias diperiksa dengan menggunakan refraktometer ABBE.
Refraktometer dihubungkan dengan aliran listrik, lalu lensa dibersihkan
dengan aseton dan dibiarkan kerinf. Minyak kayu manis diteteskan pada
lensa, lalu lensa ditutup. Dengan mengatur akan diperoleh garis batas yang
jelas antar bidang yang gelap dan terang. Jika garis ini berimpit dengan titik
potong dari kedua garis yang bersilangan, maka indeks bias dapat dibaca
pada skala.
3. Putaran Optik
Tabung polarimeter 100 mm yang berisi minyak kayu manis yang
diperiksa ditempatkan di bawah pemeriksa dan diantara polarizer dan anliser.
Secara perlahan-lahan analiser diputar sampai setengahnya yang dapat dilihat
arah rotasi ke kanan atau ke kiri berdasarkan intensitas penerangan kedua
bagian bidang. Seterah arah rotasi ditentukan, dengan hati-hati analiser diatur
kembali sampai didapatkan intensitas penerangan yang sama dengan kedua
bagian bidang. Kemudian dengan mengamati lewat mikroskop sambil
memutar tombol analiser maka garis diantara kedua bidang itu menjadi jelas
dan selajutnya dapat dibaca nilai derajat dan menitnya.
4. Kelarutan dalam etanol 70%
Minyak kayu manis sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam gelas ukur
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Alkohol 70% ditambahkan ke
dalamnya sedikit sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi pada
setiap kali penambahan alkohol. Jika dihasilkan larutan berwarna jernih,
dicatat jumlah mL alkohol yang ditambahkan.
5. Kadar sinamaldehida
Aseton sebanyak 6,40 gram dimasukkan pada labu leher tiga kapasitas
100 mL yang dilengkapi spet suntik, thermometer dan pengaduk magnet.
Tempat reaksi dicelupkan dalam penangas air dan ditambahkan perlahan-
lahan (sekitar 30 menit) 1 mL NaOH dari spet suntik. Kemudian
ditambahkan akuades sebanyak 4 mL, dan sinamaldehida dalam minyak kayu
manis sebanyak 5,30 gram. Suhu reaksi dijaga pada 25 ℃−30℃ . Campuran
diaduk selama 3 jam. Setelah pengadukan selesai, larutan ditambahkan
dengan HCl 10% sampai campuran menjadi asam (pH=1-2) bila diuji dengan
kertas lakmus.
Larutan dipindahkan ke dalam corong pisah sampai terbentuk dua
lapisan. Lapisan atas dicuci dengan akuades, sehingga terbentuk dua lapisan
lagi. Lapisan bawah dikeringkan dengan menambahkan Na 2 SO 4 anhidrous
lalu disaring dan ditampung dalam gelas beker, kemudian didiamkan selama
24 jam pada suhu kamar. Padatan yang diperoleh dimurnikan secara
rekritalisasi dengan pelarut etanol. Produk yang diperoleh dianalisis dengan
spectrometer IR, spectrometer H NMR, dan GC-M.
10. Diagram alir
Kayu Manis
1. Kadar Air
2. Rendaman
3. Bobot Jenis
4. Inddeks Bias
5. Warna
6. Bau
7. Kelarutan dalam Etanol
Analisis Data