Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH UMUR KAYU MANIS (Cinnamomum

burmanni)TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI KAYU MANIS

OZE FAJRI

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia yang potensial untuk
dikembangkan. Salah satu rempah yang menjadi unggulan dalah kayu manis.
Pada penelitian Nurhayati (2018), rempah indonesia yang berpeluang ekspor
tinggi adalah lada, kayu manis, cengkeh, pala, lawang, dan kapulaga. Penghasil
utama dari tanaman kayu manis Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Pulau
Maluku, dan Sumatera terutama pada Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi
Jambi. Kayu manis selain digunakan sebagai bahan masakan juga dapat
digunakan sebagai bahan campuran minuman, bahan dasar kosmetik serta
sebagai minyak atsiri (Dian dkk, 2021).
Kulit kayu manis dapat digunakan langsung dalam bentuk asli atau
bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyaknya dapat diperoleh dari kulit
batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan cara ekstraksi.
Hasil ekstraksi dari kayu manis berupa minyak atsiri sangat digemari di pasar
Amerika dan Eropa. Minyak tersebut banyak digunakan untuk bahan baku
industri pembuatan minyak wangi, kosmetika, farmasi dan industri lainnya.
Namun bagian dari pohon kayu manis seperti daun, kikisan dan serbuk hasil
penebangan batang, dahan, dan ranting masih banyak dibiarkan menjadi
timbulan limbah. Limbah tersebut apabila dioleh menjadi minyak atsiri dapat
meningkatkan nilai ekspor kayu manis, karena harga minyak atsiri dari kayu
manis dapat mencapai Rp. 1.000.000 per kilogram. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengolah limbah kayu manis yang belum banyak termanfaatkan,
diolah menjadi minyak atsiri guna menggali lebih lanjut potensi produksi
minyak atsiri dari kayu manis (Susanti dkk, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian sbelumnya pada bagian daun kayu manis
mengandung sekitar 0,5-0,7% sinamaldehida, dengan kandungan utamanya
adalah eugenol sekitar 70-95% dan sinamilasetat 3-4%. Namun komponen
eugenol yang terkandung pada minyak daun kayu manis harus bersaing dengan
minyak daun cengkeh. Dengan hasil konversi eugenol menjadi iso eugenol
menjadi dari tarik pasar Eropa Barat dan Amerika Serikat dengan produk
minyak daun kayu manis. Kualitas minyak atsiri dari kulit kayu manis lebih
banyak dibandingkan hasil daun kulit manis. Rendaman eugenol daun kayu
manis muda dan daun kayu manis tua pada saat rendaman masih tercampur
sehingga dilakukan pemisahan antara daun kayu manis muda dan kayu manis
tua berdasarkan tinggi lokasi penanaman kayu manis agar menghasilkan
kualitas minyak atsiri yang berbeda (Jailani dkk, 2015).
Pengambilan minyak kayu manis biasanya menggunakan cara
hidrodistilasi, steam distilasi maupun ekstraksi dengan hidrodistilasi. Metode-
metode tersebut mengandung beberapa kelemahan karena komponen minyak
atsiri yang terdapat pada kayu manis terdekomposisi, terdegradasi, dan bersifat
volatile hilang akibat terjadi pemanasan pada suhu tinggi. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut dapat dilakukan dengan menurunkan suhu operasi dengan
cara menurunkan titik didihnya. Misalnya dengan menggunakan pompa vakum
pada produk hidrodistilasi. Proses distilasi yang beroperasi pada tekanan
dibawah 1 atm yang dikenal dengan proses distilasi vakum. Hal ini
dimaksudkan agar minyak atsiri tidak mudah terdekomposisi karena sistem ini
beroperasi pada suhu rendah (30-70)℃ . Selain itu bila tekanan operasi turun,
maka tekanan uap murni suatu komponen akan naik sehingga titik didih akan
turun sebagaimana dalam persamaan hukum Raoult (Rusliawan dkk, 2012).
2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:


1. Bagaimana pengaruh umur kayu manis terhadap kualitas minyak atsiri kayu
manis
3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan umur kayu manis dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas
minyak atsiri.
4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Menganalisis pengaruh umur kayu manis terhadap kualitas minyak atsiri.

5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang


kesesuaian pemanfaatan minyak atsiri limbah permanenan dari kayu manis untuk
menentukan kualitas minyak atsiri.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanni)

Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan
daratan Cina. Tanaman Cinnamomum burmanni merupakan jenis tanaman
berumur panjang yang menghasilkan kulit. Kulit ini di Indonesia diberi nama kayu
manis dan termasuk dalam jenis rempah-rempah. Pohon tinggi bisa mencapai 15
meter, batang berkayu dan bercabang-cabang, daun tunggal lanset warna daun
muda merah pucat setelah tua berwarna hujai, perbungaan bentuk mulai tumbuh
diketiak daun buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam, akar
tunggang (Rafita, 2015). . Adapun bentuk dari tanaman kayu manis
(Cinnamomum burmanni) dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kayu Manis (Cinnamomum burnanni) Sumber:Dokumen


Pribadi, 2022.
Taksonomi tumbuhan kayu manis asal Indonesia (8) yaitu : Kingdom :
Plantae, Divisio : Magnoliophyta, Class : Magnoliopsida, Family : Lauraceae,
Genus : Cinnamomum, Spesies : Cinnamomum burmannii. Terdapat berbagai
spesies tumbuhan kayu manis pada beberapa daerah di Indonesia seperti di
Maluku terdapat Cinnamomum cullilawan yang biasa disebut sebagai kulit lawang
atau kayu lawang yang minyak atsirinya dikenal sebagai minyak lawang. Kulit
batang mengandung dammar, lender dan minyak atsiri yang mudah larut (Baguna
dan Kaddas, 2021).
Dalam penelitian ini dipakai sediaan minyak atsiri yang berasal dari kulit
batang kayu manis dengan kandungan senyawa Cinnamaldehyde 67,94%,
Eugenol 7,86%, 1,8-Cineole 1,45%, Cinnamyl Acetat 4,55%, Linalool 2,15%
(Indriana dkk, 2018).
2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak nabati yang multifungsi. Bahan
baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga,
buah, biji, kulit biji, batang akar atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak atsiri
yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Data statistic ekspor-impor dunia
menunjukkan bahwa konsumsi minyak atsiri dan turunannya naik sekitar 8-10%
dari tahun ke tahun (Effendi dan Widjanarko, 2014). Berdasarkan komponen
penyusun minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua yaitu minyak atsiri yang mudah
dan sulit dipisahkan dengan penyusun murninya. Minyak atsiri yang mudah
dipisahkan misalnya minyak serai, minyak daun cengkeh. Sedangkan minyak
yang sulit dipisahkan yaitu minyak nilam, dan minyak kenanga. Faktor yang
mempengaruhi hasil minyak atsiri adalah umur tanaman dan curah hujan (Qodri,
2020). Famili tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain famili
Annonaceae, Geraniaceae, Gramineae, Lamiaceae, Lauraceae, Myristicaceae,
Myrtaceae, Oleaceae, Piperaceae, Rosaceae, Santalaceae dan Zingiberaceae.
Genus dari famili Lauraceae yang dapat menghasilkan minyak atsiri antara lain
Cinnamomum, Sassafras, ocetea, laurel dan litsea (Weiss, 1997).
Proses ekstraksi minyak atsiri pada setiap bagian tanaman berbeda-beda
misalnya pada bunga dilakukan dengan cara penyulingan dan herba dilakukan
dengan cara destilasi . Prinsipnya proses destilasi bertujuan untuk mengisolasi
atau memisahkan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan titik didihnya.
Hasil dari proses destilasi biasanya masih berupa minyak atsiri kasar yaitu
mengandung air atau pelarut lainnya, sehingga harus dilakukan proses lanjutan
dengan cara menarik air dalam minyak atsiri dengan kualitas bagus dan biasanya
jernih (Qodri, 2020). Menurut Agustina et al. (2021) hasil penyulingan kayu
manis dengan metode destilasi uap rat-rata menghasilkan rendemen 0.6% dengan
kapasitas mesin 500 kg. Rendemen yang dihasilkan dengan menggunakan metode
yang sama berkisar antara 0.4-0.7%. Teknologi pengolahan minyak kayu manis
memiliki beberapa alternative yaitu destilasi air, destilasi uap, penggunaan pelarut
dan supercritical CO2.
3. Destilasi

Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia


berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan.Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap
ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan.Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Sedangkan zat yang memiliki
titik didih yang lebih tinggi akan mengembun dan akan menguap apabila telah
mencapai titik didihnya (Fatimura, 2014). Metode destilasi yang umum digunakan
dalam produksi minyak atsiri adalah destilasi air dan destilasi uap-air, metode
destilasi air dilakukan dengan cara bahan dimasukkan dalam ketel suling
kemudian ditambahkan air sampai bahan tersebut terendam, tetapi tidak sampai
memenuhi ketel suling. Sedang untuk metode uap-air dilakukan dengan cara
bahan diletakkan diatas air dengan penahan, kemudian diatur sedemikian rupa
agar ruang antar bahan tidak longgar, selanjutnya dilakukan pemanasan ketel
dengan menggunakan sumber panas dari api. Waktu destilasi dilakukan selama 4
jam diukur mulai dari tetesan kondesat pertama (Yuliarto et al., 2012).
4. Pengaruh Umur Pohon Terhadap Minyak Atsiri
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rusli dan Hamid (1990),
Solehudin (2001), Daswir (2010), Harun (2012), dan Yuliarto et al.
(2012), kelimanya menunjukkan perolehan minyak atsiri dati kulit kayu
manis yang berkisar pada rentang 0,47-2,21% dengan kadar
sinamaldehide di dalamnya berkisar antara 37,12-83,82%. Kelima
penelitian menghasilkan variasi perolehan dan komposisi yang berbeda
meskipun dari jenis tanaman yang sama yakni C. Burmanni (tabel 1).
Tentunya hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari kondisi
lingkungan, umur pohon, bagian kulit yang diambil, penyimpanan bahan,
hingga proses ekstraksi dilakukan. Dari kelima penelitian tersebut tidak
ada satupun yang mengkaji pengaruh umur pohon terhadap perolehan
dan kadar sinamaldehide dalam minyak atsiri. Hal ini menunjukkan
kurangnya studi untuk menentukan umur pohon yang optimal dalam
produksi minyak atsiri tertinggi pada kulit pohon kayu manis, termasuk
minyak atsiri dari kulit cabang.

Tabel 1. Perolehan Minyak Atsiri dan Kadar Sinamaldehid dari Minyak


atsiri dati Kulit Pohon Cinnamomum burmanni

Peroleha Kadar
n Sinamaldehid
Asal daerah Referensi
Minyak (%)
(%)

Kabupaten Solok, Rusli dan

Sumatera Barat 0,86 75,9 Hamid

1990

Sumatera Barat 0,47 69,3 Daswir, 2010

Desa Bubakan,
Yuliarto et al,
Girimarto, 0,46 37,12
2012
Wonogiri

Bengkulu Solehudin,
0,89 83,82
2001

Kebun
Percobaan,
2,21 77,9 Harun, 2012
Laing Solok,

Sumatera Barat

5. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian dari Ammar (2017) dari kulit cabang pohon
bagian dalam pohon kayu manis yang dipanen dari Dataran Tinggi Desa
Mekarsari, Pasir Jambu milik Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat menunjukkan adanya perbedaan
perolehan minyak atsiri kulit cabang terhadap umur pohon. Secara berurutan umur
pohon 5, 12 dan 20 tahun memiliki perolehan minyak atsiri sebesar 2,7%±0,12%,
3,2%±0,07%, 1,4%±0,04% dari berat kering kulit cabang bagian dalam.

pada dosis 500 mg yaitu 2 ekor (10%), pada dosis 750 mg yaitu 24 ekor (20%) dan
dosis 1000 mg yaitu 6 ekor (30%).
METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan selama ±3 bulan, yaitu bulan Agustus-
Oktober 2022. Tempat Penyulingan minyak atsiri kayu manis dilaksanakan di
Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Usaha dibawah binaan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) Unit 1 Kerinci, Desa Sungai Betung Ilir, Kecamatan
Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pengujian minyak atsiri
untuk mengetahui kualitas minyak atsiri berdasarkan umur kayu manis dilakukan
di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
Pengujian kandungan kimia minyak atsiri kayu manis dilakukan di Laboratorium
Terpadu.
2. Alat dan Bahan
Material yang digunakan kulit pohon kayu manis didapat dari pohon
kayu manis yang di tanam di area perkebunan milik pribadi dan milik
petani di desa Lempur, desa Sungai Nyuhuk dan desa Kayu Aro,
Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Bahan lain yang digunakan adalah
diklorometana, NaCl yang diperoleh dari Bratachem sedangkan akuades,
CaCl 2anhidrat, dan H 2 SO4 96% diperoleh dari Laboratorium Kampus
UNJA.

3. Persiapan Bahan Baku

Pembagian daerah sampel diambil dari kulit kayu manis paling bawah
sekitar batang pohon yang kemudian ditebang dan kupas kulitnya. Bagian
kulit segar dibersihkan dari kulit luar dan tanaman epifit seperti jamur
maupun lumut kerak hingga tersisa kulit cabang bagian dalam yang
berwarna kecklatan. Tahap selanjutnya adalah penyimpanan sampel yang
masih segar dan belum dibersihkan, disimpan di wadah terpisah untuk
menganalisis morfologi kulit cabang.

4. Analisis Kulit Pohon Kayu Manis


Kulit segar yang telah dibersihkan kemudian diambil secara acak
untuk dilakukan pengukuran ketebalan menggunakan jangka sorong dan
perhitungan rasio kulit bagian luar dengan bagian dalam.

5. Pembuatan Minyak Atsiri Kayu Manis


Bahan kayu manis diambil dari 3 lokasi ketinggian yang berbeda ( 1007 mdpl,
1240 mdpl, dan 1980 mdpl). Penentuan tinggi menggunakan gps. Bagian bahan
yang diambil adalah kayu, kulit, ranting dan daun kayu manis. Masing- masing
bahan didestalasi untuk diambil minyak atsirinya, dengan menggunakan teknik water
dan steam distillation. Minyak atsiri yang diperoleh kemudian diberikan tanda sesuai
dengan bahan baku yang digunakan.

Penyulingan minyak atsiri daun kulit manis dilakukan dengan menggunakan


alat destilasi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Usaha
dibawah binaan Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP) Unit 1,
Kabupaten Kerinci. Proses penyulingan minyak atsiri daun kulit manis dilakukan
dengan metode uap dan air atau dikenal dengan sistem kukus, dimana alat yang
digunakan dalam penyulingan memiliki ketel dengan ruang yang dapat
memisahkan air dan daun kulit manis. Pemasakan ketel dilakukan selama 4-5 jam
pada suhu 90-100 ℃ dengan menggunakan sumber api yang berasal dari kayu
bakar.

Saat pemasakan ketel ditutup agar uap air dan uap minyak atsiri yang berasal
dari daun serai wangi. Pada saat menguap tidak keluar dan selanjutnya uap
keduanya disalurkan melewati kondensor, selanjutnya kondensor akan mengubah
uap masakan tersebut menjadi zat cair berupa air dan minyak atsiri, Setelah itu air
dan minyak keluar maka minyak akan berada pada bagian atas air, setelah proses
penyulingan selesai, minyak yang didapat akan diambil secara hati-hati sehingga
air tidak tercampur kedalam tabung minyak atsiri selanjutnya, dimasukkan
kedalam botol agar tidak terjadi penguapan terhadap minyaknya. Berikut alat
yang digunakan untuk destilasi minyak atsiri daun kayu manis yang dimiliki oleh
KTH Karya Usaha, Kabupaten Kerinci.
Gambar 4.Alat destilasi minyak atsiri. Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2022.

6. Pengujian Minyak Kayu Manis


7. Keadaan
8. Warna
Metode ini didasarkan pada pengamatan visual dengan menggunakan indra
penglihatan (mata) terhadap minyak atsiri kayu manis. Minyak atsiri kayu manis
dilakukan pengujian dengan metode organoleptik. Pengujian organoleptik adalah
pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Pengamatan warna minyak
atsiri kayu manis akan diamati oleh penulis tidak terlatih sebanyak 30 orang untuk
memberi penilaian terhadap warna minyak atsiri yang dihasilkan. Persyaratan warna
minyak atsiri berdasarkan SNI 06-2387 berwarna kuning atau coklat tua (SNI,2006).
9. Bau
- Khas kayu manis
1. Bobot Jenis 20 ℃/20 ℃
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan lalu ditimbang dalam keadaan
kosong (a gram). Piknometer dipindahkan ke atas piring petri dan dibuka
tutupnya melalui lubang besar (tempat thermometer) kemudian piknometer
direndam dalam air es. Karena pendinginan, volume zat cair akan menyusut
sehingga terjadi ruangan kosong pada kedua ujungnya, air ditambahkan lagi.
Tutup thermometer dipasang lalu didinginkan sampai suhu 15 ℃. Piknometer
dipindahkan lagi keatas piring petri. Temperature akan naik perlahan-lahan
dan apabila temperatur sudah mencapai 20 ℃ . Ujung kapiler segera ditutup
dengan tudung. Temperatur dibiarkan mencapai suhu kamar terlebih dahulu
setelah itu bagian luar dari piknometer dikeringkan dengan lap. Piknometer
dan isinya ditimbang (b gram).
Piknometer digunakan untuk menimbang minyak kayu manis dengan
menggunakan cara yang sama seperti tersebut di atas (c gram) seperti
persamaan :

c−a
Bobot jenis pada 20 ℃ :
b−a

2. Indeks Bias
Indeks bias diperiksa dengan menggunakan refraktometer ABBE.
Refraktometer dihubungkan dengan aliran listrik, lalu lensa dibersihkan
dengan aseton dan dibiarkan kerinf. Minyak kayu manis diteteskan pada
lensa, lalu lensa ditutup. Dengan mengatur akan diperoleh garis batas yang
jelas antar bidang yang gelap dan terang. Jika garis ini berimpit dengan titik
potong dari kedua garis yang bersilangan, maka indeks bias dapat dibaca
pada skala.
3. Putaran Optik
Tabung polarimeter 100 mm yang berisi minyak kayu manis yang
diperiksa ditempatkan di bawah pemeriksa dan diantara polarizer dan anliser.
Secara perlahan-lahan analiser diputar sampai setengahnya yang dapat dilihat
arah rotasi ke kanan atau ke kiri berdasarkan intensitas penerangan kedua
bagian bidang. Seterah arah rotasi ditentukan, dengan hati-hati analiser diatur
kembali sampai didapatkan intensitas penerangan yang sama dengan kedua
bagian bidang. Kemudian dengan mengamati lewat mikroskop sambil
memutar tombol analiser maka garis diantara kedua bidang itu menjadi jelas
dan selajutnya dapat dibaca nilai derajat dan menitnya.
4. Kelarutan dalam etanol 70%
Minyak kayu manis sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam gelas ukur
yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Alkohol 70% ditambahkan ke
dalamnya sedikit sambil dikocok dan diamati perubahan yang terjadi pada
setiap kali penambahan alkohol. Jika dihasilkan larutan berwarna jernih,
dicatat jumlah mL alkohol yang ditambahkan.
5. Kadar sinamaldehida
Aseton sebanyak 6,40 gram dimasukkan pada labu leher tiga kapasitas
100 mL yang dilengkapi spet suntik, thermometer dan pengaduk magnet.
Tempat reaksi dicelupkan dalam penangas air dan ditambahkan perlahan-
lahan (sekitar 30 menit) 1 mL NaOH dari spet suntik. Kemudian
ditambahkan akuades sebanyak 4 mL, dan sinamaldehida dalam minyak kayu
manis sebanyak 5,30 gram. Suhu reaksi dijaga pada 25 ℃−30℃ . Campuran
diaduk selama 3 jam. Setelah pengadukan selesai, larutan ditambahkan
dengan HCl 10% sampai campuran menjadi asam (pH=1-2) bila diuji dengan
kertas lakmus.
Larutan dipindahkan ke dalam corong pisah sampai terbentuk dua
lapisan. Lapisan atas dicuci dengan akuades, sehingga terbentuk dua lapisan
lagi. Lapisan bawah dikeringkan dengan menambahkan Na 2 SO 4 anhidrous
lalu disaring dan ditampung dalam gelas beker, kemudian didiamkan selama
24 jam pada suhu kamar. Padatan yang diperoleh dimurnikan secara
rekritalisasi dengan pelarut etanol. Produk yang diperoleh dianalisis dengan
spectrometer IR, spectrometer H NMR, dan GC-M.
10. Diagram alir

Kayu Manis

Perajangan dan Tanpa Perajangan

Lama Pengeringan (0 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam)

Penyulingan (Water and Steam


Destilation)

Pengujian Minyak Atsiri Kayu Manis

1. Kadar Air
2. Rendaman
3. Bobot Jenis
4. Inddeks Bias
5. Warna
6. Bau
7. Kelarutan dalam Etanol

Analisis Minyak Atsiri Kayu Manis Terpilih

Analisis Komposisi Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis


Terpilih

Analisis Data

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


6.

Anda mungkin juga menyukai