Disusun oleh :
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile
oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak atsiri
adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-
bijian bahkan putik bunga. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di
Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.
Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar
negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya sebagian kecil jenis minyak
atsiri yang telah diproduksi di Indonesia. Pada proses penyulingan minyak atsiri dibutuhkan
waktu sekitar 6 - 8 jam dengan bahan baku 400 kg daun memliki kadar persen rendemen
sebesar 2% (Ernest Geunther).
Minyak dari batang kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak
digunakan sebagai bahan pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan
bahan aditif pada pembuatan parfum serta obat-obatan.. Minyak kayu manis selain me-
ngandung sinnamaldehida juga me-ngandung senyawa-senyawa lain seper-ti benzaldehida,
limonen, 1,8-sineol, α-copaena, bornil asetat, β-caryofilen, 1,4-terpineol, δ-cadinena, trans-
cinna-maldehida, trans-cinnamil asetat, miris-tisin, coumarin, asam tetradecanoat (Lawless,
2002). Hasil penyulingan kulit C. burmanii, C. zeylanicum dan C. cassia yang ditanam di
Kebun Per-cobaan Cimanggu Bogor mengha-silkan minyak berturut-turut 1,75; 2,0; dan
1,50%. Selain dari kulitnya, daun kayu manis juga biasa disuling menjadi minyak daun
kayumanis (cinnamon leaf oil). Namun demikian minyak daun C. Zeylanicum mengandung
eugenol sebagai komponen utamanya (80 - 90%), sedangkan kandungan utama minyak daun
C. burmanii dan C. cassia sama dengan minyak kulitnya, yaitu sinnamaldehida (Leung,
1980). Kandungan terbesar dalam minyak kayu manis adalah eugenol, sekitar 80-90%.
Minyak ini diperoleh dari penyulingan atau destilasi air dan uap, kandungan minyak yang
diperoleh tergantung pada cara penyulingannya (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Selain itu manfaat dari minyak kayu manis adalah memiliki efek mengeluarkan angin
(karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik). Selain itu,
minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau
sabun, deterjen, lotion, parfum, dan cream (Rismunandar, 2001).
Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan bertambahnya
populasi penduduk dunia. Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis
tumbuhan yang diambil hasil sulingnya.
Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, kosmetik dan
obat – obatan. Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai
bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan
menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Selama ini kayu
manis kurang dimanfaatkan oleh para petani kayu manis sehingga terbuang begitu saja,
padahal daun kayu manis dapat di kembangkan pengolahannya.
Dalam penelitian ini minyak atsiri yang di hasilkan dari kayu manis diambil dengan
metode distilasi uap. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai
perusahaan industri penyulingan minyak atsiri adalah Metode destilasi kering (langsung dari
bahannya tanpa menggunakan air) metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering
dan untuk minyak-minyak yang tahan pemanasan dan Destilasi air, meliputi destilasi air dan
uap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering
maupun bahan segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat
rusak akibat panas kering.
Pada praktikum kali ini menggunakan metode Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa
kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan partial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari
ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
(senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa
kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebahagian. Destilasi uap, bahan
(simplisia) benar–benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun di lewati uap air
sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi.
Dengan adanya penelitian ini, peneliti bisa mengetahui metode mana yang bagus
digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen tertinggi dan yang bernilai
ekonomis.
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Mengamati dan mempelajari kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dari kayu manis
dengan cara distilasi
2. Mengekstrak Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) dari sampel (Kayu Manis) dengan
proses distilasi uap
3. Melakukan analisa kadar minyak kayun manis dan bobot jenis dari minyak kayu
manis yang dihasilkan.
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Minyak kayu manis adalah minyak atsiri yang didapatkan dari tumbuhan kayu manis.
Patokan mutu cinnamon bark oil menurut Essential oil Association of USA (EOA) meliputi
sifat alami dan kimiawi .
alkohol 70%
Komponen kimia dalam minyak sinnamon adalah sinamat aldehide (Cinnamic aldehyde),
Eugenol, methyl-n-amyl Ketene, furfural, 1- - Pinene, 1-Phellandrene, p-Cymene,
benzaldehyde, nonyl aldehyd, hydrocinnamic aldehyde, cuminaldehyde, 1-Linalool,
kariofilene, Linalyl Isobutyrate.
Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan
pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada pembuatan
parfum serta obat-obatan. Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri dan oleoresin.
Penelitian ini mempelajari proses pengambilan minyak atsiri dan oleoresin dari kulit kayu
manis dengan proses distilasi. Kulit kayu manis yang digunakan adalah kulit kayu manis jenis
Cinnamomum burmannii asal Sumatera Barat.Sebelum didistilasi kulit kayu manis terlebih
dahulu di haluskan. Kulit kayu manis yang telah dihaluskan kemudian diletakkan diatas pelat
berlubang dalam ketel distilasi. Proses distilasi dimulai dengan mengalirkan uap ke dalam
ketel distilasi. Proses ini berlangsung pada tekanan atmosfir. Minyak yang diperoleh
dipisahkan secara dekantasi dan sentrifugasi. Residu hasil distilasi yaitu padatan kulit kayu
manis selanjutnya didistilasi dengan pelarut untuk diambil oleoresinnya.
Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jenis
bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas,
dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta
efektifitas produksi.
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini
sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan
langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini
biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk
kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost
produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih
menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri
dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan
lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).Metode
penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh
karena tekanan uap yang konstan.
Pada praktikum ini jenis distilasi yang digunakan adalah distilasi uap. Pada sistem ini
bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi
yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap
bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk
ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor.
Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang
sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku
yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman,
misalnya gaharu, cendana, dll.
Bahan yang disuling biasanya berupa campuran daun, ranting dan sisa potongan kulit.
Pada penyulingan Skala Rakyat, unit penyulingan biasanya berlokasi pada tanah dan dekat
sungai atau air mengalir. Hal ini bertujuan agar supaya air sungai tersebut dapat digunakan
sebagai air pendingin. Condenser biasanya terbuat dari bambu. Ketel biasnya buatan local,
dan konstruksinya hampir sama dengan ketel yang digunakan untuk penyulingan minyak anis
bintang. Bahan yang disuling biasanya terdiri dari 70 persen daun dan 30 persen cabang dan
dahan. Setiap 133,3 lb (1 pikul) bahan yang dimasukkan kedalam ketel, jumlah air yang
ditambahkan sekitar 2.5 pikul. Ketel dipanasi dengan api yang agak lemah, untuk
menghindari kehilangan minyak akibat kondensasi yang tidak sempurna.
Sebagai pengganti proses kohobasi, para pengusaha penyulingan menggunakan
sederetan labu florentine. Pada labu pertama minyak kayu manis akan terpisah dan berada
dibawah lapisan air, sedangakan bagian air masih berwarna keruh karena masih mengandung
sejumlah minyak kayu manis. Minyak yang tersuspensi dalam air ini, secara bertahap akan
memisah pada labu yang kedua, air suling menjadi jernih karena minyak telah terpisah secara
sempurna. Apabila air tersebut telah jernih, maka dapat dialirkan kembali dalam ketel suling.
Lama penyulingan biasanya 3 jam, namun dapat lebih lama jika intensitas nyala api lebih
kecil.
Rendemen minyak yang dihasilkan sekitar 0,3 - 0,7 persen. Khususnya penyulingan dari
bahan daun saja menghasilkan rendemen minyak sekitar 0,45 persen sedangkan dari ranting
menghasilkan rendemen sekitar 0,2 persen.
Mutu minyak yang dihasilkan tergantung dari bahan (daun) yang disuling dan musim panen.
Pada musim hujan dan musim semi, rendemen minyak dari daun dan ranting lebih tinggi
dibandingkan dengan daun pada musim panas dan musim gugur. Kadar aldhida (terutama
smamat aldehida) dalam minyak kayu manis Tiongkok berkisar antara 70 - 95 persen.
Proses destilasi uap yang dilakukan pada percobaan ini dilakukan untuk menghasilkan
minyak kulit kayu manis dengan waktu proses optimum, diperoleh pada penelitian
pendahuluan. Pengecilan ukuran kulit kayu manis yang akan digunakan dalam proses distilasi
diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan luas permukaan sehingga memudahkan
minyak kulit kayu manis tersebutterekstrak. Uap hasil pemanasan air akan membawa minyak
dari kelenjar minyak kulit kayu manis kemudian uap tersebut dikondensasikan oleh
kondensor sehingga akan dihasilkan minyak dan air pada penampung minyak. Skema proses
distilasi minyak kulit kayu manis dapat dilihat pada gambar 1.
Minyak di analisa
4. timbangan
3. Indeks bias
Menggunakan alat refraktometer
Berdasarkan data hasil pengamatan, tidak didapatkan rendemen minyak pada variable 1 dan
2.Hal ini disebabkan karena ukuran kayu manis yang terlalu besar sehingga distilasi tidak
berjalan optimum. Pada variable 3 didapatkan rendemen minyak yang sedikit, hanya
beberapa tetes saja, dengan perkiraan kadar <1%. Hal ini disebabkan karena tidak
dilakukannya penggantian air pendingin pada condenser (pendingin balik) dengan baik.
Minyak yang didapatkan pada percobaan pembanding adalah berwarna coklat tua
pekat dan berbau tajam,hal ini tidak sesuai SNI yaitu minyak yang di hasilkan seharusnya
berwarna kekuningan dan berbau kayu manis.Minyak kayu manis yang dihasilkan tidak
sesuai SNI dikarenakan suhu yang dipakai pada percobaan pembanding ke-4 ini tidak dapat
diatur sehingga suhu terlalu tinggi ketika proses distilasi berlangsung tidak optimum dan
mengakibatkan minyak yang di hasilkan berbau tajam menyengat dan berwarna coklat pekat.
Grafik 4.1 Hasil Penelitian Minyak Yang Dihasilkan
0 0 0.001 0.03
1 2 3 4
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kadar minyak yang di hasilkan dari
ke empat percobaan di hasilkan kadar minyak yang mempunyai selisih kadarnya tidak terlalu
besar.Dari percobaan I dan 2 tidak di dapatkan kadar minyak sama sekali yaitu 0.00% dengan berat
kayu manis 6 kg dan 8 kg,Sedangkan pada percobaan 3 dan 4 dengan berat kayu manis 14 kg serta 4
kg sebagai percobaan pembanding di dapatkan kadar minyak sebesar <0.001% dan 0.03%.Dan dapat
di simpulkan kadar minyak kayu manis paling banyak didapatkan pada percobaan 4 dengan berat
kayu manis 4 kg dengan menggunakan alat distilasi berkapasitas 10 liter.
1 2 3 4 5
Dari grafik di atas terlihat bahwa minyak yang di hasilkan total dari jumlah
berat kayu manis pembanding 4kg dengan total minyak yang di hasilkan 0.6 ml.Hasil analisa
yang didapatkan mempunyai angka asam sebesar 17.3 ml,Angka penyabunanya 866.66 ml
Densitas sebesar 0.63 mg/liter sedangkan pada SNI minyak kayu manis memiliki densitas
sebesar 1,008 – 1,030 mg/ltr. Indeks biasnya sebesar 1.330 dan pada SNI indeks bias
seharusnya 1,559 – 1,595. hal ini terlihat perbedaan yang lumayan jauh antara uji analisa
dengan SNI,ini disebabkan karena minyak yang di hasilkan pada praktikum tidak sesuai SNI
dengan warna kecoklatan tua dan berbau tajam menyengat.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum atsiri dengan kayu manis ini adalah:
1. Distilasi uap adalah distilasi dimana bahan baku tidak kontak langsung dengan air
maupun api namun dikontakkan dengan uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk
menyuling minyak.
2. Kayu manis adalah salah satu jenis tanaman yang dapat diambil kandungan minyak
atsirinya denga metode distilasi uap.
3. Hal yang mempengaruhi praktikum distilasi minyak atsiri:
- Jenis dan ukuran bahan yang akan didistilasi
- Jenis pelarut yang digunakan
- Metode distilasi yang digunakan
- Suhu dan tekanan operasi
- Ketelitian dalam pelaksanaan praktikum.
4. Hasil analisa didapatkan densitas 0.63 gr/ml, angka asam 0.63 ,Rendemen sebesar
0.03%,indeks bias 1.330 dan bilangan penyabunan 866.66
5.2 SARAN
Saran kedepannya untuk praktikum yang serupa dengan praktikum yang telah kami lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Memastikan bahan yang digunakan mengandung kadar minyak yang cukup besar untk
diamati dan dianalisa
2. Menggunakan metode distilasi yang sesuai dengan bahan yang digunakan untuk
praktikum.
3. Memperbanyak mencari referensi yang tepat untuk menambah wawasan mengenai
praktikum yang dilakukan
BAB VI
LAMPIRAN
Densitas Camp = (Dens Minyak . vol minyak) + (dens alk . vol alk)
Vol minyak + Vol alk
0, 79 gr/ml = (Dens Minyak . 0,6 ml) + (0,8 gr/ml . 9,4 ml)
10 ml
= 20 x (20 ml – 7 ml)
0.3
= 866.66
BAB V
DAFTAR PUSTAKA