Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI MINYAK ATSIRI

“MINYAK ATSIRI DARI KAYU MANIS”

Di Susun Oleh:

1. Adityo Yusuf Latarissa (09220160037)


2. Nur Azima (09220160046)
3. Fatimah Sahra Musafir (09220180078)

JURSUSAN TEKNK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat an inayahnya

kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah Teknologi Minyak Atsiri “Minyak Atsiri

Kayu Manis” ini untuk dapat di presentasekan nantinya.

Makalah ini kami susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak yang

terkait sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini.untuk itu kami mengucapkan

banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang tlah berkontribusi dalam penyusunan makalah

Teknologi Minyak Atsiri “Minyak Atsiri Kayu Manis” ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari

segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu, dengan tangan terbuka kami

menerima kritikan serta saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini sehingga

dapat di gunakan sebagai salah satu bahan referensi penyusunan makalah-makalah maupun

karya tulis ilmiah lainnya serta dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 29 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri .......................................................................................................... 3

2.2 Tanaman Kayu Manis ............................................................................................. 4

2.3 Proses Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis ...................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12

3.2 Saran ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. xv


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan
daratan Cina dimana Indonesia sendiri berada di dalamnya. Tumbuhan ini termasuk dalam
family Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman tahunan dewang
selang waktu yang cukup lama untuk di panen. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang
dan dahan, sedangkan hasil lainnya adalah ranting dan daun dimana komoditas ini selain di
gunakan sebagai rempah, adapula hasil olahan seperti minyak atsiri dan oleoresin yang
banyak di manfaatkan dalam dunia industry farmasi, kosmetik, makanan, minuman rokok
dsb. Tanaman ini memiliki 54 jumlah spesies yang 12 di antaranya berada di Indonesia
sendiri dan 3 spesies yang paling menonjol di pasar dunia yakni cinnamomum burnanni di
Indonesia dengan nama cassiavera, cinnamomum zeylanicum di Sri Langka dan Seycelles
dan cinnamomum cassia di cina dengan nama produk cassia cina.
Kayu manis pernah menjadi komoditi andalan di Sumatra barat dengan nilai jual
mencapai Rp. 6000 / Kg , sehingga para petani kayu manis dapat hidup makmur hanya
dengan mengandalkan kayu manis saja, Namun kayumanis tidak lagi menjanjikan
kemakmuran disaat nilai jual kulit kayumanis gulungan terus menurun bahkan mencapai
nilai Rp. 2500/kg (data statistik tahun 2004). Tahun 1993 volume ekspor kulit kayumanis
mencapai 21.952 ton dengan nilai US $ 38.646, sedangkan tahun 2005 volume ekspor
23.216 ton dengan nilai US $ 12.822. Nilai ini lebih rendah dari nilai pada tahun 2002-2004.
Usahauntuk meningkatkan nilai tambah dari kulit kayumanis juga telah dilakukan melalui
pemasaran kulit kayumanis dalam bentuk bubuk, namun belum dapat meningkatkan nilai
jual. Sementara itu di beberapa negara maju, pemakaian kayumanis tidak lagi berbentuk
gulungan atau bubuk, tetapi dalam bentuk minyak atsiri atau oleoresin. Saat ini produsen
kedua produk tersebut didominasi olehnegara India dan Srilanka. sebagian besar petani
belum mengetahui teknologi yang tepat untuk pengambilan minyak atsiri dan oleoresin dan
belum terbukanya pasar terhadap kedua produk tersebut di indonesia. Nah, teknologi
pengambilan minyak atsiri inilah yang akan kita bahas dakam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan suatu makalah tentunya didasarkan oleh berbagai rangkaian
masalah, adapun rumusan masalah dari makalah ini antra lain:
1.2.1 Apa itu Minyak Atsiri?
1.2.2 Bagaimanakah tanaman Kayu manis (cinnamomum / cassiavera)?
1.2.3 Bagaimana proses pengolahan minyak atsiri kayu manis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang Minyak Atsiri
1.3.2 Mempelajari tentang segala aspek tanaman Kayu Manis
1.3.3 Memahami proses pengolahan Minyak Atsiri dari bahan Kayu Manis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum
mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut
juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam bahasa internasional
biasa disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat khas sebagai pemberi aroma/bau
(esen). Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak lemak dengan minyak atsiri
yang berbeda tanaman penghasilnya.
minyak eteris atau minyak terbang merupakan bahan yang bersifat mudah menguap
(volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-
bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh
bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk
dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara sintetis.
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang
dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan devisa. Data statistik ekspor-
impor dunia menunjukan bahwa konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10%
dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan
untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian.

2.1.1 Sifat-Sifat minyak atsiri sendiri antara lain :

1. Dapat didestilasi.
2. Tidak meninggalkan noda.
3. Tidak tersabunkan.
4. Tidak tengik.
5. Tidak mengandung asam.
6. Pada umumnya tidak dapat larut alam air.
7. Mudah menguap / bersifat eteris.
8. Mengandung senyawa terpen.
9. Dapat larut dalam senyawa organic alcohol (etanol) pada umumnya berwujud
cair.
2.1.2 Bagian tanaman sumber Minyak Atsiri di Indonesia
1. Akar Seperti Akar wangi, Kemuning
2. Daun Seperti Nilam, Cengkeh, Sereh Lemon, Sereh Wangi, Sirih, Mentha, Kayu
Putih, Gandapura, Jeruk Purut, Karmiem, Krangean, Kemuning, Kenikir,
Kunyit, Kunci, Selasih, Kemangi.
3. Biji Seperti Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi,
Kosambi.
4. Buah Seperti Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.
5. Bunga Seperti Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam,
Cemopaka kuning, Daun seribu, Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana,
Srigading.
6. Kulit kayu Seperti kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi, Selasihan,
Sintok.
7. Ranting Seperti Cemara gimbul, Cemara kipas.
8. Rimpang Seperti Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur, Lengkuas,
Lempuyang sari,Temu hitam, Temulawak, Temu putri.
9. Seluruh bagian seperti Akar kucing, Bandotan, inggu, Selasih, Sudamala,
Trawas.

2.2 Tanaman Kayu Manis


2.2.1 Pengenalan Terhadap Kayu Manis
Kayu Manis atau Cinnamomun atau Cassiavera merupakan Jenis tanaman yang
dimanfaatkan bagian kulitnya. Cassiavera mengandung minyak atsiri yang terdapat
pada kulit bagian dalam (phloem). Kayu manis banyak digunakan dalam rumah
tangga ataupun berbagai macam industri seperti kosmetika, produk kesehatan
ataupun sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri.
Di indonesia, Cassiavera ini pada umumnya dihasilkan dari C. Burmani
Sumatera Barat yang merupakan penghasil utama cassiavera di Dunia. Dalam
perdagangan internasional, cassiavera dikenal sebagai Padang kancci atau
Cassiavera eks Padang. Pengolahan cassiavera kering secara tradisional tidaklah
sulit,dengan menggunakan metode dan alat-alat sederhana.
2.2.2 Syarat tumbuh dan Budidaya tanaman Kayu Manis
Pohon kayu manis menghendaki iklim yang basah dan banyak hujan, kurang
baik pada daerah dengan musim kemarau panjang. Pohon kayu manis dapat tumbuh
sampai 2000 meter diatas permukaan laut, akan tetapi dapat tumbuh baik pada
ketinggian 500 sampai 1500 meter dipermukaan laut. Tanah yang dikehendaki pohon
kayu manis adalah tanah berpasir yang mudah melepaskan air, dan banyak
mengandung zat hara dan humus. Di dataran rendah, pohon kayu manis dapat
tumbuh lebih cepat daripada dataran tinggi, akan tetapi kulitnya lebih tipis dan
baunya kurang harum. Di atas ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut,
pertumbuhannya labih labat, tetapi mutunya lebih baik.
Pembiakan pohon kayu manis dapa dilakukan dengan cara stek, tetapi yang
terbaik adalah bijinya. Untuk mendapatkan bibit kayu manis dilakukan persemaian
dan untuk itu dipilih tanah yang subur dan terletak dengan air. Tanahnya harus
dicangkul dalam serta batu dan sisa akar harus dibuang. Kemudian dibuat tempat
persemaian dengan lebar 100 – 150 cm, yang ditimbun tanah yang berasal dari parit
yang dibuat diantara tempat persemaian.
Biji yang telah cukup masak dapat diseberkan dan sesudah 5 – 15 hari,
biasanya biji tersebut bertunas. Biji-biji yang dipergunakan utntuk bibit adalah biji
yang berasal dari pohon yang tumbuh baik, tidak terlalu muda, kulit batangnya cukup
tebal dan mempunyai aroma kayu yang manis keras; biji yang jatuh dari pohon tidak
dapat digunakan sebagai bibit. Sesudah bibit tumbuh dan mempunyai dua lembar
daun, lalu dipindahkan ketempat persemaian dengan jarak tanam 20 cm. Bibit
tersebut dibiarkan tumbuh selama 8 – 12 bulan, sebelum dipindahkan ke kebun.
Pemindahan dapat dilakukan jika tinggi tanaman sudah mencapai 60 – 80 cm.
Tanaman muda dipangkas sampai tinggal 60 – 70 cm, dan juga karanya sedikit
dipotong. Jarak tanam yang baik sekitar 4 x 4 meter.

2.2.3 Pemungutan hasil tanaman Kayu Manis


Waktu panen yang pertama dimulai setelah pohon tanaman tumbuh lebat dan
pertumbuhan selanjutnya tidak menguntungkan. Penjarangan dilakukan pada saat
berumur 3 tahun, sedangkan panen tahap kedua pada 4 – 5 tahun, menghasilkan kulit
yang memenuhi persyaratan ekspor.
Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan 4 sistim, yaitu sistim ditebang
sekaligus, sistim ditumbuk, sistim dipukul-pukul sebelum ditebang dan sistim
Vietnam. Musim panen yang baik adalah pada awal musim hujan atau pada waktu
daun tanaman seluruhnya berwarna hijau tua. Sesudah ditentukan pohon yang akan
dikuliti, kulit pohon dibersihkan dari lapisan gabus dan lumut serta kotoran lain yang
menempel pada kulit pohon. Selanjutnya dibuat dua irisan horizontal melingkar
batang dengan jarak tertentu. Irisan bagian paling bawah kira-kira 10 cm di atas
permukaan tanah. Kemudian diantara irisan horizotal yang melingkar batang dibuat
dua irisan tegak lurus dengan jarak tertentu, dan kemudian kulit dikupas dari batang.
Pengikisan kulit dilakukan dengan pisau, sampai terbuang lapisan kulit ari dan
lapisan gabus atau kulit sampai berwarna kuning kehijauan. Pengikisan sebaiknya
dengan menggunakan pisau “stainless steel” untuk mecegah “browning”. Pengikisan
dilakukan dalam bangsal dilapangan terbuka, dan bangsal tersebut sekaligus untuk
menyimpan kulit kayu manis jika hari hujan. Pengeringan kulit kayu dilakukan
dengan cara penjemuran. Kriteria kekeringan dapat dilihat dari kesempurnaan
penggulungan kulit dan kulit yang telah kering biasanya mempunyai kadar air sekitar
14 persen. Untuk mengatasi resiko pada cara penjemuran dapat ditempuh dengan
cara pengeringan buatan. Dengan menggunakan alat pengeringan buatan, maka
pengeringan dapat dilakukan dengan cara kontinu tanpa tegantung pada iklim,
menghemat tenaga dan waktu serta kulit yang dihasilkan mempunyai tingkat
kekeringan yang lebih seragam dan mutu yang lebih baik. Kulit kayu manis yang
telah kering dapat dijadikan bahan baku penyulingan minyak kayu manis.

2.2.4 Penyulingan tanaman Kayu Manis

Bahan yang disuling biasanya berupa campuran daun, ranting dan sisa
potongan kulit. Pada penyulingan Skala Rakyat, unit penyulingan biasanya berlokasi
pada tanah dan dekat sungai atau air mengalir. Hal ini bertujuan agar supaya air
sungai tersebut dapat digunakan sebagai air pendingin. Condenser biasanya terbuat
dari bambu. Ketel biasnya buatan local, dan konstruksinya hamper sama dengan
ketel yang digunakan untuk penyulingan minyak anis bintang. Bahan yang disuling
biasanya terdiri dari 70 persen daun dan 30 persen cabang dan dahan. Setiap 133,3 lb
(1 pikul) bahan yang dimasukkan kedalam ketel, jumlah air yang ditambahkan
sekitar 2.5 pikul. Ketel dipanasi dengan api yang agak lemah, untuk menghindari
kehilangan minyak akibat kondensasi yang tidak sempurna.
Sebagai pengganti proses kohobasi, para pengusaha penyulingan
menggunakan sederetan labu florentine. Pada labu pertama minyak kayu manis akan
terpisah dan berada dibawah lapisan air, sedangakan bagian air masih berwarna
keruh karena masih mengandung sejumlah minyak kayu manis. Minyak yang
tersuspensi dalam air ini, secara bertahap akan memisah pada labu yang kedua, air
suling menjadi jernih karena minyak telah terpisah secara sempurna. Apabila air
tersebut telah jernih, maka dapat dialirkan kembali dalam ketel suling.
Lama penyulingan biasanya 3 jam, namun dapat lebih lama jika intensitas
nyala api lebih kecil. Rendemen minyak yang dihasilkan sekitar 0,3 – 0,7 persen.
Khususnya penyulingan dari bahan daun saja menghasilkan rendemen minyak sekitar
0,45 persen sedangkan dari ranting menghasilkan rendemen sekitar 0,2 persen. Mutu
minyak yang dihasilkan tergantung dari bahan (daun) yang disuling dan musim
panen. Pada musim hujan dan musim semi, rendemen minyak dari daun dan ranting
lebih tinggi dibandingkan dengan daun pada musim panas dan musim gugur. Kadar
aldhida (terutama smamat aldehida) dalam minyak kayu manis Tiongkok berkisar
antara 70 – 95 persen.

2.2.5 Karakteristik kulit tanaman Kayu Manis


No Karakteristik C. Zeylanicum C. Cassia C. Burmani
1 Berat Jenis 250C 1,01-1,02 1,03-1,05 1,03
2 Indeks Bias 250 1,57-1,59 1,59-1,61 1,58
0 0
3 Putaran Optik (0 )-(2 ) - -30
Kelarutan Dalam Larut Jernih
4 Alkohol 70% Larut 1:3 Larut 1:3 1:1
5 Kadar Sinnamaldehida 55%-78% 75%-90% 74,0%

2.2.6 Kandungan minyak tanaman Kayu Manis


Minyak kayu manis selain mengandung sinnamaldehida juga mengandung
senyawa-senyawa lain seperti benzaldehida, limonen, 1,8—caryofilen, 1,4–cadinena,
trans-cinnamaldehida, trans-cinnamil asetat, miristisin, coumarin, asam tetradecanoat
(Lawless, 2002). Hasil penyulingan kulit C. burmanii, C. zeylanicum dan C. cassia
yang ditanam di Kebun Percobaan Cimanggu Bogor menghasilkan minyak berturut-
turut 1,75; 2,0; dan 1,50%. Selain dari kulitnya, daun kayu manis juga biasa disuling
menjadi minyak daun kayumanis (cinnamon leaf oil).
Namun demikian minyak daun C. Zeylanicum mengandung eugenol sebagai
komponen utamanya (80 – 90%), sedangkan kandungan utama minyak daun C.
burmanii dan C. cassia sama dengan minyak kulitnya, yaitu sinnamaldehida (Leung,
1980).

2.2.7 Manfaat tanaman kayu manis


Minyak cassia bersifat anti bakteri, biasa digunakan dalam pasta gigi, obat
pencuci mulut dan dalam pembuatan obat tonic. Selain itu banyak digunakan dalam
flavor makanan dan minuman termasuk minuman beralkohol dan minuman ringan.
Dalam jumlah kecil digunakan dalam parfum dan kosmetik. Minyak cinnamon
mempunyai sifat aniseptik, anti mikroba dan sebagai parasitisida. Minyak kulit dan
daun cinnamon banyak digunakan sebagai pewangi sekaligus pengobatan dalam
pasta gigi, pencuci mulut, obat batuk dan perawatan gigi, juga sebagai flavor dalam
makanan dan minuman seperti dalam coca cola. Minyak daun cinnamon digunakan
dalam sabun, kosmetik, toilet deodoran, dan parfum.

Adapun manfaat kayu manis bagi kesehatan tubuh antara lain:

1. Mencegah kerontokan rambut


2. Mengobati infeksi kandung kemih
3. Mengatasi sariawan dan sakit gigi
4. Menurunkan kadar kolesterol
5. Mencegah kemandulan.
6. Mencegah kemandulan.
7. Mengobati sakit perut.
8. Mengobati kembung.
9. Mencegah bau napas
10. Mencegah sakit kepala sinus
11. Mencegah kelelahan
12. Mencegah kanker
13. Kelebihan berat badan
14. Influenza
15. Menyembuhkan jerawat
16. Infeksi kulit
17. Mencegah penuaan
18. Arthritis (radang sendi)
19. Mencegah penyakit jantung
20. Mengontrol kadar gula pada penderita diabetes
21. Menyembuhkan diare, dengan membuat rebusan kayu manis dan daun jambu
biji
22. Mengatasi susah buang air besar
23. Mengatasi hernia
24. Menyembuhkan sakit kuning (jaundice).
25. Aroma kayu manis dapat meningkatkan fungsi otak.
26. Sebagai antiseptik dan penyembuh luka.
27. Memperlama efek “kenyang” pada perut
28. Sebagai obat masuk angin dan perut kembung, karena bisa memberi efek hanga.

2.3 Proses Pengolahan Minyak Atsiri Kayu Manis


2.3.1 Pengolahan Minyak atsiri secara umum
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan 4 cara:
1. Penyulingan (distillation)
Penyulingan adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam pengolahan
minyak atsiri. Metoda ini cocok untuk minyak atsiri yang tidak mudah rusak
oleh panas, misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi dan
jahe. Penyulingan merupakan suatu proses pemisahan secara fisik suatu
campuran dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda
dengan cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih
rendah terpisah dari campuran (Kister, 1990). Untuk mempermudah proses
penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan perlakuan pendahluan (penanganan
bahan baku) dengan beberapa cara seperti pengeringan, pencucian dan
perajangan.
Pengeringan dapat mempercepat proses ekstraksi dan memperbaiki mutu
minyak, namun selama pengeringan kemungkingan sebagian minyak akan
hilang karena penguapan dan oksidasi oleh udara (Ketaren, 1985). Beberapa
jenis bahan baku tidak perlu dikeringkan, seperti jahe, lajagoan, dan bahan lain
yang disuling dalam keadaan segar untuk mencegah kehilangan aroma yang
diinginkan.
Pencucian biasanya dilakukan untuk bahan-bahan yang berasal dari tanah
seperti akar wangi, dan rimpang. Tujuannya adalah untuk membersihkan bahan
dari kotoran yang menempel, mencegah hasil minyak agar tidak kotor, dan
efisiensi pemuatan bahan dalam ketel suling.
Perajangan bertujuan untuk memudahkan penguapan minyak atsiri dari
bahan, memperluas permukaan suling dari bahan dan mengurangi sifat kamba.
Pada umumnya perajangan dilakukan pada ukuran 20 – 30 cm. Dalam industri
minyak atisiri dikenal 3 macam metode penyulingan yaitu penyulingan dengan
air (water distillation), penyulingan dengan air-uap (water and steam
distillation) dan penyulingan dengan uap langsung (steam distillation).
2. Pressing (expression)

Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan


menggunakan suatu alat yang disebut hydraulic atau expeller pressing. Beberapa
jenis minyak yang dapat dipisahkan dengan cara pengepresan adalah minyak
almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis minyak atsiri lainnya.

3. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)

Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil


minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol,
aseton, eter, serta lemak. Sedangkan enfleurasi digunakan khusus untuk
memisahkan minyak bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendemen
minyak yang tinggi.

Ekstraksi minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil


minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol,
aseton, eter, serta lemak. Sedangkan enfleurasi digunakan khusus untuk
memisahkan minyak bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendemen
minyak yang tinggi.
4. Adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi).

2.3.2 Pengolahan Kayu Manis menjadi Minyak Atsiri


Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau
destilasi terhadap tanaman penghasil minyak. Didunia komersil, sebagaimana di
ketahui metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu: Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation), Penyulingan dengan air
dan uap (Water and Steam Distillation), dan Penyulingan dengan uap langsung
(Direct Steam Distillation). Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas
beberapa pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak,
proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas,
efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
1. Penyulingan dengan system rebus (water Distilation)
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan
baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel
penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel
dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor. Uap yang
merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan
ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan
dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja.
Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti
mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar, melati dan sejenisnya
akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan destilasi. ang perlu
diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti karat seperti stainless steel,
tembaga atau besi berlapis aluminium.
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus.
Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air
tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara
ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi.
Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang
keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan
dalam aspek komersial.
Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena
terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi
minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih
baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).
Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas
yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api
namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak.
Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler,
kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan
baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan
kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator
yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai
untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran
minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan
bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip
tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga,
akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan
oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara
sintetis.
Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness disebut
minyak Cinnamon, sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia disebut minyak
Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring agent dalam pembuatan
parfum, kosmetik, dan sabun. Tentunya di peroleh dengan berbagai proses yakni:
penyulingan (distillation), pressing (expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent
extraction), dan adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut
yang banyak digunakan oleh industri minyak atsiri adalah cara pertama dan ketiga.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah anda sebaiknya mencari berbagai litreratur sebanyak
mungkin kemudian memilah bagian literature mana yang akan anda ambil sebagai salah satu
materi susunan makalah anda, sebaiknya pilihlah literature-literatur terbaru paling tidak tiga
tahun terakhir sebagai referensi anda karna tentunya literature terbaru merupakan hasil dari
modifikasi literature-literatur lama yang tentunya telah mengalami perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. , Y. Jamal, dan M. Harapini, 2010. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis Halmahera
(Components of Essential Oil From Kayu Manis Halmahera). Hayati, April 1997, hlm 23-26. Vol 4,
No. 1, http://e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id [23 September 2010].
Anonimous, 2008. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Volume 14 No. 2, Agustus
2008. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id [19 September 2010].
Delvian, 2005. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu
Manis (Cinnamomum Burmanii Bl.) (The Effect of Vesicular Arbuscular Mycorrhizal and Shade yo
Growth of Cinnamon (Cinnamomum Burmanii BL.). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol.
Vol. 4 No. 1 Juni 2005, http://prepository.usu.ac.id [19 September 2010].
Nainggolan, M., 2008. Isolasi Sinamaldehida Dari Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Tesis.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ma’mun dan S. Suhirman, 2010. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. http://balittro.litbang.deptan.go.id
[23 September 2010].

Anda mungkin juga menyukai