Di Susun Oleh:
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat an inayahnya
kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah Teknologi Minyak Atsiri “Minyak Atsiri
Makalah ini kami susun secara maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak yang
terkait sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini.untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang tlah berkontribusi dalam penyusunan makalah
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu, dengan tangan terbuka kami
menerima kritikan serta saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini sehingga
dapat di gunakan sebagai salah satu bahan referensi penyusunan makalah-makalah maupun
karya tulis ilmiah lainnya serta dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang Minyak Atsiri
1.3.2 Mempelajari tentang segala aspek tanaman Kayu Manis
1.3.3 Memahami proses pengolahan Minyak Atsiri dari bahan Kayu Manis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dapat didestilasi.
2. Tidak meninggalkan noda.
3. Tidak tersabunkan.
4. Tidak tengik.
5. Tidak mengandung asam.
6. Pada umumnya tidak dapat larut alam air.
7. Mudah menguap / bersifat eteris.
8. Mengandung senyawa terpen.
9. Dapat larut dalam senyawa organic alcohol (etanol) pada umumnya berwujud
cair.
2.1.2 Bagian tanaman sumber Minyak Atsiri di Indonesia
1. Akar Seperti Akar wangi, Kemuning
2. Daun Seperti Nilam, Cengkeh, Sereh Lemon, Sereh Wangi, Sirih, Mentha, Kayu
Putih, Gandapura, Jeruk Purut, Karmiem, Krangean, Kemuning, Kenikir,
Kunyit, Kunci, Selasih, Kemangi.
3. Biji Seperti Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi,
Kosambi.
4. Buah Seperti Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.
5. Bunga Seperti Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam,
Cemopaka kuning, Daun seribu, Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana,
Srigading.
6. Kulit kayu Seperti kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi, Selasihan,
Sintok.
7. Ranting Seperti Cemara gimbul, Cemara kipas.
8. Rimpang Seperti Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur, Lengkuas,
Lempuyang sari,Temu hitam, Temulawak, Temu putri.
9. Seluruh bagian seperti Akar kucing, Bandotan, inggu, Selasih, Sudamala,
Trawas.
Bahan yang disuling biasanya berupa campuran daun, ranting dan sisa
potongan kulit. Pada penyulingan Skala Rakyat, unit penyulingan biasanya berlokasi
pada tanah dan dekat sungai atau air mengalir. Hal ini bertujuan agar supaya air
sungai tersebut dapat digunakan sebagai air pendingin. Condenser biasanya terbuat
dari bambu. Ketel biasnya buatan local, dan konstruksinya hamper sama dengan
ketel yang digunakan untuk penyulingan minyak anis bintang. Bahan yang disuling
biasanya terdiri dari 70 persen daun dan 30 persen cabang dan dahan. Setiap 133,3 lb
(1 pikul) bahan yang dimasukkan kedalam ketel, jumlah air yang ditambahkan
sekitar 2.5 pikul. Ketel dipanasi dengan api yang agak lemah, untuk menghindari
kehilangan minyak akibat kondensasi yang tidak sempurna.
Sebagai pengganti proses kohobasi, para pengusaha penyulingan
menggunakan sederetan labu florentine. Pada labu pertama minyak kayu manis akan
terpisah dan berada dibawah lapisan air, sedangakan bagian air masih berwarna
keruh karena masih mengandung sejumlah minyak kayu manis. Minyak yang
tersuspensi dalam air ini, secara bertahap akan memisah pada labu yang kedua, air
suling menjadi jernih karena minyak telah terpisah secara sempurna. Apabila air
tersebut telah jernih, maka dapat dialirkan kembali dalam ketel suling.
Lama penyulingan biasanya 3 jam, namun dapat lebih lama jika intensitas
nyala api lebih kecil. Rendemen minyak yang dihasilkan sekitar 0,3 – 0,7 persen.
Khususnya penyulingan dari bahan daun saja menghasilkan rendemen minyak sekitar
0,45 persen sedangkan dari ranting menghasilkan rendemen sekitar 0,2 persen. Mutu
minyak yang dihasilkan tergantung dari bahan (daun) yang disuling dan musim
panen. Pada musim hujan dan musim semi, rendemen minyak dari daun dan ranting
lebih tinggi dibandingkan dengan daun pada musim panas dan musim gugur. Kadar
aldhida (terutama smamat aldehida) dalam minyak kayu manis Tiongkok berkisar
antara 70 – 95 persen.
3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang merupakan
bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan bau mirip
tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga,
akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan
oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat secara
sintetis.
Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness disebut
minyak Cinnamon, sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia disebut minyak
Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring agent dalam pembuatan
parfum, kosmetik, dan sabun. Tentunya di peroleh dengan berbagai proses yakni:
penyulingan (distillation), pressing (expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent
extraction), dan adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut
yang banyak digunakan oleh industri minyak atsiri adalah cara pertama dan ketiga.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah anda sebaiknya mencari berbagai litreratur sebanyak
mungkin kemudian memilah bagian literature mana yang akan anda ambil sebagai salah satu
materi susunan makalah anda, sebaiknya pilihlah literature-literatur terbaru paling tidak tiga
tahun terakhir sebagai referensi anda karna tentunya literature terbaru merupakan hasil dari
modifikasi literature-literatur lama yang tentunya telah mengalami perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. , Y. Jamal, dan M. Harapini, 2010. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis Halmahera
(Components of Essential Oil From Kayu Manis Halmahera). Hayati, April 1997, hlm 23-26. Vol 4,
No. 1, http://e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id [23 September 2010].
Anonimous, 2008. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Volume 14 No. 2, Agustus
2008. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id [19 September 2010].
Delvian, 2005. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu
Manis (Cinnamomum Burmanii Bl.) (The Effect of Vesicular Arbuscular Mycorrhizal and Shade yo
Growth of Cinnamon (Cinnamomum Burmanii BL.). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol.
Vol. 4 No. 1 Juni 2005, http://prepository.usu.ac.id [19 September 2010].
Nainggolan, M., 2008. Isolasi Sinamaldehida Dari Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Tesis.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ma’mun dan S. Suhirman, 2010. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. http://balittro.litbang.deptan.go.id
[23 September 2010].