Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AQIDAH ISLAM

Disusun oleh :

Wardhiyah Isnaeni 09220180077

Fatimah Sahra Musafir 09220180078


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada Kami semua sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Beriman Kepada Qada’ dan
Qadar”.
Salawat serta salam Kami limpahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan kerabatnya. Dengan kehadiran makalah
ini mudah-mudahan dapat membantu dalam proses belajar mengajar dalam
bermakna bagi kita semuanya Amin.
Namun, kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu ditemui
berbagai kesalahan, baik mengenai bahasa, susunan ataupun penulisannya. Untuk
itu kami sebagai manusia yang tak pernah luput dari salah dan kehilafan serta
terbatasnya kemampuan Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca.
Akhirnya kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

A. Latar Belakang .......................................................................................


B. Tujuan ....................................................................................................
C. Manfaat ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................

A. Pengertian Beriman Kepada Qada’ dan Qadar ......................................


B. Hubungan Qada’ dan Qadar ...................................................................
C. Ciri-Ciri Beriman Kepada Qada’ dan Qadar ..........................................
D. Tanda-Tanda Orang Beriman Kepada Qada’ dan Qadar .......................
E. Fungsi Beriman Kepada Qada’ dan Qadar .............................................
F. Contoh Prilaku Beriman Kepada Qada’ dan Qadar ...............................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................

A. Kesimpulan ............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk rukun Iman yang ke-enam dan
harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Beriman kepada
Qada’ dan Qadar dalam kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan
takdir.
Beriman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya
Allah SWT memiliki kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya
makhlukNya termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang menimpa
seluruh makhluk hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam
semesta. Kejadian itu bisa berupa hidup atau mati, baik atau buruk, kemunculan
atau kemusnahan.
Beriman kepada Qada’ dan Qadar termasuk salah satu daripada kewajiban
Rukun Iman, meyakini bahawa seluruh penciptaan alam semesta mengikut ilmu
Allah dan kebijaksanaan-Nya, sesungguhnya Dia berkuasa ke atas setiap sesuatu
dan berkuasa melakukan perkara yang dikehendaki-Nya.

‫ِإنَّا ُك َّل ش َْيءٍ َخلَ ْق َناهُ ِبقَد ٍَر‬

Maksudnya : “Sesungguhnya Kami menciptakan setiap sesuatu menurut Qadar


(yang telah ditentukan).” (al-Qamar:49).

Sabda Rasulullah s.a.w :

َ ‫ ا ْكت ُْب َمقَاد‬: ‫ب َو َماذَا أ َ ْكت ُُب؟ قَا َل‬


‫ِير ك ُِل ش َْيءٍ َحتَّى تَقُو َم‬ ِ ‫ َر‬: ‫ ا ْكت ُْب قَا َل‬: ُ‫َّللاُ ا ْل َقلَ َم َفقَا َل لَه‬
َّ ‫ق‬ َ َ‫ِإنَّ أ َ َّو َل َما َخل‬
ُ‫ساعَة‬ َّ ‫ال‬

Maksudnya : “Sesungguhnya yang pertama diciptakan oleh Allah adalah ‘Al-


Qalam’. Allah berfirman kepadanya ; ‘Tulislah.’ Al-Qalam pun berkata; ‘Ya
Tuhan, apakah yang aku akan tulis?’ Allah berfirman; ‘Tulislah akan Qadar
(ketetapan) dan segala apa yang terjadi sehingga menjelang Kiamat.” (Riwayat
Abi Daud).

Firman Allah :

َ َ‫ب ِمن قَ ْب ِل أَن نَّب َْرأَ َها إِنَّ ذَ ِلك‬


َّ ‫علَى‬
‫َّللاِ يَسِير‬ ِ ُ‫ض َوال فِي أَنف‬
ٍ ‫س ُك ْم إِالَّ فِي ِكتَا‬ ِ ‫َاب ِمن ُّم ِصيبَ ٍة فِي األ َ ْر‬
َ ‫َما أَص‬

Maksudnya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum
Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (Al-Hadid:22)

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Aqidah Islam, serta untuk memperluas pengetahuan kita tentang “Beriman
Kepada Qada’ dan Qadar” di mana kita dapat memahami apa yang disebut
Beriman kepada Qada’ dan Qadar serta fungsinya. Dan berusaha mengimani
dengan cara melaksanakan ibadah, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan,
shalat sunah dan sebagainya. Qada’ dan qadar merupakan ketentuan atau
ketetapan dari Allah SWT sehingga kita tidak dapat mengubah ketentuan
tersebut.

C. Manfaat
Kami berharap makalah ini biasa bermanfaat bagi teman-teman khususnya, dan
bagi pembaca pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR

1. Arti Qadha
1. Qada’ berarti hukum atau keputusan terdapat (Q.S. Surat An-
Nisa’ ayat 65 )
2. Qada’ berarti mewujudkan atau menjadikan ( Q.S. Surat Fussilat
ayat 12 )
3. Qada’ berarti kehendak ( Q.S. Surat Ali Imron ayat 47 )
4. Qada’ berarti perintah ( Q.S. Surat Al- Isra’ ayat 23)

2. Arti Qadar
1. Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-
batasnya ( Q.S. Surat Fussilat ayat 10 )
2. Qadar berarti ukuran ( Q.S. Surat Ar- Ra’du ayat 17 )
3. Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan ( Q.S. Surat Al- Baqarah
ayat 236 )
4. Qadar berarti ketentuan atau kepastian (Q.S. Al- Mursalat ayat 23 )
5. Qadar berarti perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua
makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk batasan tertentu (Q.S. Al-
Qomar ayat 49 )

Menurut bahasa Qadar itu berarti “ketentuan” atau ukuran. Menurut ilmu
tauhid Qadar itu ialah ketentuan yang ditetapkan Allah SWT bagi segala
makhluknya.
Qada’ adalah ketetapan atau ketentuan Allah yang sudah dibuat dari masa
azali, yaitu masa yang tidak ada batas waktunya. Artinya dari dulu yang tidak
diketahui kapan itu oleh manusia. Kata ini dalam konteks ilmu kalam banyak
diartikan oleh pakarnya sebagai pengetahuan Allah atau semacamnya. Maksudnya
ialah bahwa Allah dari dulu telah mengetahui secara pasti apa yang telah, sedang
dan akan terjadi nanti. Semuanya telah ada dalam pengetahuan Tuhan. Ketika
suatu kejadian terjadi adalah sesuai dengan pengetahuan Allah tersebut dan inilah
yang disebut dengan Qada’ Allah.
Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah yang harus berlaku bagi tiap-tiap
makhluk, sesuai dengan batas berlaku bagi tiap-tiap makhluk, sesuai dengan batas
ketentuan Allah sejak zaman azali, baik atau buruk semua menurut kehendak
Allah. Jadi sebenarnya apa yang akan terjadi di dunia itu telah tersurat dan
tercantum di “Lauh-Mahfudz” sejak zaman azali. Lauh Mahfudz adalah tempat
yang dijaga oleh Malaikat. Tertulis disana tentang ajalnya, rizkinya, untung dan
ruginya atau celakanya semua makhluk.
Jadi, Beriman kepada Qada’ dan Qadar berarti yakin bahwa segala sesuatu
yang berlaku adalah ketetapan Allah SWT. Umat Islam akan menerima setiap
ketetapan Allah SWT dengan keredaan selepas berusaha dengan bersungguh-
sungguh. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT berfirman,

“Sesiapa yang tidak reda dengan Qada’-Ku dan Qadar-Ku serta tidak tabah
terhadap ujian yang aku berikan, maka carilah Tuhan selain Aku”.

B. HUBUNGAN QADA’ DAN QADAR


Qada’ adalah ketentuan atau ketetapan yang akan terjadi pada waktu yang akan
datang. Ketetapan dan ketentuan itu hanya Allah yang membuat. Oleh karena itu
hanya Allah saja yang tahu. Qadar adalah pelaksanaan dari rencana Allah atau
sering disebut dengan takdir, yaitu keadaan terjadi yang menimpa makhluk Allah.
Hubungan antara Qada’ dan Qadar. Qada’ mengacu pada hukum, undang-
undang, peraturan, dan ketetapan Allah SWT yang berlaku atas semua
makhluknya sedangkan Qadar mengacu kepada pelaksanaan dari rencana Allah
atas hukum, undang-undang, dan ketetapan-Nya.
Ulama Asy’ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al Asy’Ari (wafat di
basrah Tahun 330 H), berpendapat bahwa qada’ ialah kehendak Allah SWT
mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan dan keburukan, yang sesuai dengan
apa yang akan di ciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya
kehendak tersebut. Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT
terhadap semua mahkluknya dalam bentu-bentuk dan batasan-batasan tertentu,
baik mengenai zat-zatnya ataupun sifat-sifatnya.
Menurut ulama Asy’ariah ini, jelaslah bahwa hubungan qada dengan qadar
merupakan satu kesatuan, karena qada merupakan kehendak Allah SWT,
sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Qada’ bersifat Qadim
(lebih dulu ada) sedangkan Qadar bersipat hadis (baru).
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa hubungan antara Qada’ dan
Qadar merupakan dwi tunggal, karena dapat di katakan bahwa pengertian Qada’
sama dengan pengertian Qadar.
Rasulullah SAW ketika di tanya oleh malaikat Jibril tentang dasar-dasar iman,
beliau hanya menyebutkan (iman kepada qadar”, tanpa menyebutkan iman kepada
qada dan qadar. Rasulullah SAW bersabda :

)‫ااإل يمان أ ن تو من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وتومن با لقد ر خيره وسره (رواه مسلم‬

Artinya : “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-
kitabnya, para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang
baiknya ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim)

Qada’ dan Qadar disebut juga sebagai takdir dan takdir dibahagikan
kepada dua yaitu:

1. Taqdir muallaq yaitu Qada’ dan QadarNya Allah yang masih digantungkan
pada usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar,
sehat dan lain lain ini harus melalui proses usaha untuk mencapai tujuan
tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin semuanya itu diperoleh tanpa adanya
ikhtiar. Sebagaimana firman Allah swt berikut :

‫ف يُرى‬ َ ُ‫س ْع َيه‬


َ ‫س ْو‬ َ ‫ان اِالَّ َما‬
َ َّ‫) َواَن‬۳۹( ‫س َعى‬ ِ ‫س‬َ ‫ال ْن‬ َ ‫َوا َ ْن لَّي‬
ِ ‫ْس ِل‬

Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang
diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
kepadanya, kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An-
Najm : 53/39-40)

‫بأَنـفُسِهمط‬
ِْ ْ ِ ‫اِنَّ هللاَ الَيـُغَ ِي ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحتَّى يُغَ ِي ُر ْوا َما‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu


bangsa sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada
mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du : 13/11)

2. Taqdir mubrom yaitu Qada’ dan QadarNya Allah swt yang sudah tidak dapat
diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :

ْ َ‫ساعَةً َوالَ ي‬
َ‫ستَ ْق ِد ُم ْون‬ َ َ‫ستَأ ْ ِخ ُر ْون‬
ْ َ‫َو ِل ُك ِل ا ُ َّم ٍة اَجَل فَ ِاذَاجَا َءاَجَلـ ُ ُه ْم الَ ي‬

Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula
memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf : 7/34)
Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt,
karena Allah swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya.
Sebagaimana firman Allah swt berikut :
َ‫َلى هللاِ فـَت َ َو َّكلُ ْوا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُمؤْ ِمنِ ْين‬
َ ‫َوع‬

Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu
benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23)
C. CIRI-CIRI BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
1( Qana’ah Dan Kemuliaan Diri.
Seseorang yang beriman kepada Qadar mengetahui bahwa rizkinya telah
tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima
sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang
yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang
dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apapun usahanya
dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan
mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya.
Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan
diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada
makhluk dan mengharap pemberian mereka.
Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan,
tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal
keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan
dari mengorbankan rasa malunya.
Apabila seorang hamba dikaruniai sikap qana’ah, maka akan bersinarlah
cahaya kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya (apabila ia tidak memiliki
sikap qana’ah), maka hidupnya akan keruh dan akan bertambah pula
kepedihan dan kerugiannya, disebabkan oleh jiwanya yang tamak dan rakus.
Seandainya jiwa itu bersikap qana’ah, maka sedikitlah musibahnya. Sebab
orang yang tamak adalah orang yang terpenjara dalam keinginan dan sebagai
tawanan nafsu syahwat.
Kemudian, bahwa qana’ah itu pun dapat menghimpun bagi pelakunya
kemuliaan diri, menjaga wibawanya dalam pandangan dan hati, serta
mengangkatnya dari tempat-tempat rendah dan hina, sehingga tetaplah
kewibawaan, melimpahnya karamah, kedudukan yang tinggi, tenangnya
bathin, selamat dari kehinaan, dan bebas dari perbudakan hawa nafsu dan
keinginan yang rendah. Sehingga ia tidak mencari muka dan bermuka dua, ia
pun tidak melakukan sesuatu kecuali hal itu dapat memenuhi (menambah)
imannya, dan hanya kebenaranlah yang ia junjung.
Qana’ah memberikan manfaat kepadaku berupa kemuliaan adakah
kemuliaan yang lebih mulia dari qana’ah Jadikanlah ia sebagai modal bagi
dirimu kemudian setelahnya, jadikanlah takwa sebagai barang dagangan.
Niscaya akan engkau peroleh keuntungan dan tidak perlu memelas kepada
orang yang bakhil Engkau akan memperoleh kenikmatan dalam Surga dengan
kesabaran yang hanya sesaat.
Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullahu: Aku melihat qana’ah sebagai
perbendaharaan kekayaan maka aku pegangi ekor-ekornya Tidak ada orang
yang melihatku di depan pintunya dan tidak ada orang yang melihatku
bersungguh-sungguh dengannya Aku menjadi kaya dengan tanpa dirham dan
aku berlalu di hadapan manusia seperti raja. Tsa’alabi berkata, “Sebaik-baik
ucapan yang saya dengar tentang qana’ah ialah ucapan.
Ibnu Thabathaba al-‘Alawi: Jadilah engkau orang yang qana’ah dengan apa
yang diberikan kepadamu maka engkau telah berhasil melewati kesulitan
qana’ah orang yang hidup berkecukupan Sesungguhnya usaha dalam
mencapai angan, nyaris membinasakan dan kebinasaan seseorang terletak
dalam kemewahan.

2) Cita-Cita Yang Tinggi


Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang
bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang
rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang
tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara
yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang
tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan
pasrah kepada takdir.
Karena itu, Anda melihat orang yang beriman kepada qadar -dengan
keimanan yang benar- adalah tinggi cita-citanya, besar jiwanya, mencari
kesempurnaan, dan menjauhi perkara-perkara remeh dan hina. Ia tidak rela
kehinaan untuk dirinya, tidak puas dengan keadaan yang pahit lagi
menyakitkan, dan tidak pasrah terhadap berbagai aib dengan dalih bahwa
takdir telah menentukannya. Bahkan keimanannya mengharuskannya untuk
berusaha bang-kit, mengubah keadaan yang pahit serta menyakitkan kepada
yang lebih baik dengan cara-cara yang disyari’atkan, dan untuk terbebas
dari berbagai aib dan kekurangan. (Karena) berdalih dengan takdir hanyalah
dibenarkan pada saat tertimpa musibah, bukan pada aib-aib (yang
dilakukannya).

3) Bertekad Dan Bersungguh-Sungguh Dalam Berbagai Hal


Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam
berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan
sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab,
iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak
mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong
para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga
sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka
miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya. Nabi SAW bersabda:
“Artinya ; …Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat
bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah! Jika
sesuatu menimpamu, janganlah mengatakan, 'Seandainya aku melakukan,
niscaya akan demikian dan demikian.' Tetapi katakanlah, 'Ini takdir Allah,
dan apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi.
4) Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala
keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan
bermacam-macam. Adakalanya diuji dengan kefakiran, adakalanya
mendapatkan kekayaan yang melimpah, adakalanya menikmati kesehatan
yang prima, adakalanya diuji dengan penyakit, adakalanya memperoleh
jabatan dan popularitas, dan adakalanya setelah itu dipecat (dari jabatan),
hina, dan kehilangan nama. Perkara-perkara ini dan sejenisnya memiliki
pengaruh dalam jiwa. Kefakiran dapat membawa kepada kehinaan,
kekayaan bisa mengubah akhlak yang baik menjadi kesombongan, dan
perilakunya menjadi semakin buruk.
Sakit bisa mengubah watak, sehingga akhlak menjadi tidak lurus, dan
seseorang tidak mampu tabah bersamanya. Demikian pula kekuasaan dapat
mengubah akhlak dan meng-ingkari sahabat karib, baik karena buruknya
tabiat maupun sem-pitnya dada. Sebaliknya dari hal itu ialah pemecatan.
Adakalanya hal itu dapat memburukkan akhlak dan menyempitkan dada,
baik karena kesedihan yang mendalam maupun karena kurangnya
kesabaran.Begitulah, keadaan-keadaan tersebut menjadi tidak lurus pada
garis keadilan, karena keterbatasan, kebodohan, kelemahan, dan kekurangan
dalam diri hamba tersebut.
Kecuali orang yang beriman kepada qadar dengan sebenarnya, maka
kenikmatan tidak membuatnya sombong dan musibah tidak membuatnya
berputus asa, kekuasaan tidak membuatnya congkak, pemecatan tidak
menurunkannya dalam kesedihan, kekayaan tidak membawanya kepada
keburukan dan kesombongan, dan kefakiran pun tidak menurunkannya
kepada kehinaan.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang
menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur
kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai
urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka
mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin
melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak
disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa
yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan,
dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar
terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan
berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak
disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata, “Aku memasuki waktu
pagi, sedangkan kebahagiaan dan kesusahan sebagai dua kendaraan di depan
pintuku, aku tidak peduli yang manakah di antara keduanya yang aku
tunggangi.”
5) Selamat Dari Kedengkian Dan Penentangan
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang
menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan
kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang
beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah
berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang
memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi
dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada
selainnya, berarti dia me-nentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman
kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari
penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at)
dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta
menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.

D. TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN


QADAR
Dengan beriman kepada qada’ dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga
bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk
kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a) Banyak bersyukur dan bersabar


Orang yang beriman kepada qada’ dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan
nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia
akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah: Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah
kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

b) Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qada’ dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan,
ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan
itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat
87) Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam
hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

c) Bersifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang
begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan
dan keberhasilan itu.
Firman Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS Al- Qashas ayat 77)
d) Jiwanya tenang
Orang yang beriman kepada qada’ dan qadar senantiasa mengalami ketenangan
jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan
Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

E. FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR


Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada’ dan
qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat),
yaitu antara lain :

1. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta


adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha
bijaksana.
Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa)
yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang
di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya
kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.

2. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya


berjalan sesuai dengan ketentuan–ketentuan Allah
SWT (sunatullah) atau hukum alam.
Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat
islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-
masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap
mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang
tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat
dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)

3. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.


Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala
yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa
raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam
seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena
kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan
dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala
umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan
memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan
manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak
berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan
kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).

4. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan


sikap serta prilaku tercela.
Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang
bertakwa ) tentu akanmemiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar,
tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara
diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk
sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu
renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24).
5. Mempunyai semangat ikhtiar
Qada’ dan qadar Allah SWT tentang nasib manusia rahasia Allah
SWT yang yang semata.karna tidak tau nasibnya,maka manusi tidak boleh
menunggu dengan pasrah. Manusia harus tau nasibnya.Bagaimana
caranya? yaitu dengan mempajari dan dengan mempraktikkan hukum-
hukum Allah SWT. yang telah diberikan kepada manusia. Ikhtar artinya
melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan
keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya.dengan pemahaman srperti
itulah ,seorang muri akan bekerja keras agar biasa sukses,pedagang akan
hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya.
Artinya:“Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang
usahakannya.Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya).’(Q.S.An-Najm,53:39-40)

6. Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan


Dengan percaya qada’ dan qadar,manusia akan sadar bahwa
kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar.sabar adalah
skap mental yang teguh pendirian, berani menghadapi tantangan ,tahan
uji,dan tidak menyerah pada kesulitan.Teguh pendirian berarti tidak mudah
goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup.berani menghadapi
tantangan berarti berani menghadapi cobaan ,penderitaan ,kesakitan dan
kesensaraan,.cobaan harus dihadapi dengan tenang,dipikir dengan jernih,
dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya
diserahkan kepada Allah SWT.Allah SWT berfirman:
Artinya: Apakh manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya
mengatakan ,’kami telah beriman ,”dan mereka tidak di uji”(Q.S.AL-
Ankabut,29:2)

F. CONTOH PRILAKU BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR

1. Haris adalah seorang murid yang cerdas. Ia jarang belajar dalam jangka
waktu yang lama. Ia belajar hanya beberapa menit sebelum waktu ulangan
dimulai. Ketika menerima hasil ulangannya ia mendapatkan nilai yang
memuaskan.
2. Ketika kelas VII SMP Zahid adalah siswa yang berprestasi biasa saja.
Namun berkat ketekunannya ia mampu mengejar ketertinggalan dari
teman-temannya. Akhirnya pada waktu ujian akhir sekolah ia mampu
menjadi yang terbaik.
3. Zidane berusia 13 tahun. Sekarang ia duduk di kelas VII. Kehidupan
zidane masih panjang berdasarkan usia hidup rata-rata penduduk Indonesia
yaitu sekitar 64 tahun. Menginjak usia yang ke 15, ia menderita sakit
keras. Berbagai model pengobatan telah dijalaninya. Namun akhirnya ia
meninggal dunia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Beriman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan
lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat Qada’
menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’ artinya ketatapan Allah swt kepada
setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada
sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadhar artinya
menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai
dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan
Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
Beriman kepada Qada’ dan Qadar bermakna beriman kepada ketentuan
Allah SWT sama ada baik ataupun buruk. Namun demikian, manusia harus
berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk mencapai kejayaan karena tidak
ada seorang pun yang mengetahui nasibnya pada masa yang akan datang.
Hanya Allah SWT sahaja yang mengetahui nasib setiap hamba-Nya. Oleh
sebab itu, manusia wajib beriman dan percaya bahawa sesuatu kejayaan itu
akan dicapai jika kita berusaha dengan bersungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA
https://tarbawiyah.com/2018/03/27/beriman-kepada-qadha-dan-qadar/amp.

http://www.yuksinau.id/iman-kepada-qada-dan-qadar

https://islamqa.info/id/answers/12380/iman-kepada-qadha-dan-qadhar

Anda mungkin juga menyukai

  • Rumus Simul Pekan Kedua
    Rumus Simul Pekan Kedua
    Dokumen8 halaman
    Rumus Simul Pekan Kedua
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Halogenasi Sahra Ainun
    Halogenasi Sahra Ainun
    Dokumen21 halaman
    Halogenasi Sahra Ainun
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • AIK Penggabung
    AIK Penggabung
    Dokumen14 halaman
    AIK Penggabung
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • PKL Fix-1
    PKL Fix-1
    Dokumen100 halaman
    PKL Fix-1
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • KLPK 5 Anti Korupsi PP
    KLPK 5 Anti Korupsi PP
    Dokumen19 halaman
    KLPK 5 Anti Korupsi PP
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Aqidah
    MAKALAH Aqidah
    Dokumen21 halaman
    MAKALAH Aqidah
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Vi
    Kelompok Vi
    Dokumen13 halaman
    Kelompok Vi
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Asmaul Husna PDF
    Asmaul Husna PDF
    Dokumen9 halaman
    Asmaul Husna PDF
    rswonol
    Belum ada peringkat
  • Lowongan 2
    Lowongan 2
    Dokumen3 halaman
    Lowongan 2
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Pik Amoniak
    Pik Amoniak
    Dokumen21 halaman
    Pik Amoniak
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH Aqidah
    MAKALAH Aqidah
    Dokumen21 halaman
    MAKALAH Aqidah
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Candida Krussei
    Candida Krussei
    Dokumen10 halaman
    Candida Krussei
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Pik Amoniak
    Pik Amoniak
    Dokumen14 halaman
    Pik Amoniak
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Pik Amoniak
    Pik Amoniak
    Dokumen14 halaman
    Pik Amoniak
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Halogenasi Sahra Ainun
    Halogenasi Sahra Ainun
    Dokumen21 halaman
    Halogenasi Sahra Ainun
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Halogenasi
    Halogenasi
    Dokumen12 halaman
    Halogenasi
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Resume AqidAh
    Resume AqidAh
    Dokumen1 halaman
    Resume AqidAh
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Resume AqidAh
    Resume AqidAh
    Dokumen1 halaman
    Resume AqidAh
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Makalah Minyak Atsiri Kayu Manis
    Makalah Minyak Atsiri Kayu Manis
    Dokumen17 halaman
    Makalah Minyak Atsiri Kayu Manis
    Ffatimah SahraMusafir
    100% (1)
  • Resume AqidAh
    Resume AqidAh
    Dokumen1 halaman
    Resume AqidAh
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen2 halaman
    Pembahasan
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Halogenasi Sahra Ainun
    Halogenasi Sahra Ainun
    Dokumen21 halaman
    Halogenasi Sahra Ainun
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan Absorbsi
    Pembahasan Absorbsi
    Dokumen2 halaman
    Pembahasan Absorbsi
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Peralatan Kontak Antar Fasa
    Peralatan Kontak Antar Fasa
    Dokumen20 halaman
    Peralatan Kontak Antar Fasa
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Candida Krussei
    Candida Krussei
    Dokumen10 halaman
    Candida Krussei
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Pembuatan Bioetanol KLP 3
    Pembuatan Bioetanol KLP 3
    Dokumen15 halaman
    Pembuatan Bioetanol KLP 3
    Ffatimah SahraMusafir
    Belum ada peringkat
  • Makalah Minyak Atsiri Kayu Manis
    Makalah Minyak Atsiri Kayu Manis
    Dokumen17 halaman
    Makalah Minyak Atsiri Kayu Manis
    Ffatimah SahraMusafir
    100% (1)