Kemiri sekarang tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi
negara bagian Hawaii.
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak ujung, panjang 10–
20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai pendek. Bunga-bunga betina
berada di ujung malai payung tambahan; bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar
lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota
bentuk lanset, bertaju-5, panjang 6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada bunga
betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5–6 cm × 4–7 cm, hijau zaitun di luar dengan
rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung
keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan
minyak.[1]
Buah kemiri.
Kemiri terutama ditanam untuk bijinya; yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan
Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental
yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur
dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri juga
dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak
khas Hawaii yang disebut inamona. Inamona adalah bumbu masak utama untuk
membuat poke tradisional Hawaii.
Inti biji kemiri mengandung 60–66% minyak.[2] Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri (di sana
disebut kukui) dibakar untuk menghasilkan cahaya. Kemiri disusun berbaris memanjang pada
sehelai daun palem, dinyalakan salah satu ujungnya, dan akan terbakar satu demi satu setiap
15 menit atau lebih. Ini juga berguna sebagai alat pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa
meminta orang lain untuk kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar. Di Tonga,
sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui) dijadikan pasta (tukilamulamu),
dan digunakan sebagai sabun dan shampoo. Biji kemiri memiliki minyak yang dapat dipakai
sebagai bahan bakar untuk menyalakan lampu pelita di malam hari.[4]
Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap
penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan
sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat. Kebanyakan
minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.
Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat[butuh rujukan]. Minyak yang lekas mengering
ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar
anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri
sebagai bahan bakar berkualitas lebih rendah daripada minyak tung, minyak serupa yang
dihasilkan oleh buah tung (Vernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina dan Aleurites
montana).[5]
Kayu[sunting | sunting sumber]
Biji kemiri yang dihanyutkan air laut.
Meskipun dapat menghasilkan kayu yang berukuran besar, kayu kemiri dianggap terlalu
ringan dan tidak awet sebagai kayu bangunan.[2] Kayu ini berwarna keputihan dan amat ringan
(BJ 0.35), serta amat mudah diserang jamur atau serangga. Kayu kemiri yang melapuk sering
ditumbuhi jamur kuping (Auricularia).[6]
Kayu kemiri dapat digunakan untuk membuat furnitur, peralatan kecil, korek api, dan juga
untuk pulp.[1] Di Jakarta, dulu, kayu kemiri sering juga digunakan untuk membuat perabotan
rumah tangga.[2] Di Hawaii, kayu kemiri kadang-kadang digunakan untuk
membuat sampan sederhana; atau paling-paling untuk kayu bakar yang bermutu rendah.
[6]
Di Lombok, kayu kemiri juga diolah menjadi papan dan kerajinan tangan.
Lain-lain[sunting | sunting sumber]
No Parameter Nilai
1` Asam Stearat 9
2 Asam Palmitat 10
3 Asam Oleat 12
4 Asam Linoleat 19
5 Asam alfa-eleostearic 50
-6,5 °C
6 Titik Beku