Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pengolahan kelapa sawit melewati beberapa tahapan pengolahan seperti,
penimbangan, sortasi, perebusan, pemberondolan, pengepresan dan pemurnian
minyak. Agar tandan buah segar dapat dimanfaatkan sebagai minyak secara
maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan dari Tandan Buah Segar
(TBS) hingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil). Untuk meningkatkan produksi
dalam suatu pabrik dibutuhkan pengetahuan teknis pada peralatan pengoperasian
guna untuk menghasilkan produksi yang maksimal dengan tidak mengabaikan
mutu pada hasil produksi. Proses pengolahannya berlangsung cukup panjang dan
membutuhkan pengendalian yang baik, Tahapan pengolahan tandan buah segar
(TBS) yang pertama adalah proses sterilisasi yang dilakukan dalam bejana
bertekanan Sterilizer (Fauzi,yan,2012).
Sterilizer adalah suatu bejana uap bertekanan yang digunakan untuk
merebus tandan buah segar (TBS), sterilizer menggunakan steam sebagai media
pemanas. Steam yang berbentuk uap air merupakan fluida yang diperoleh dari air
yang telah mengalami pemanasan sampai temperatur didih pada tekanan tertentu.
Perebusan di sterilizer dilakukan menggunakan sistem tiga puncak (Triple Peak)
dalam unit horizontal sterilizer. Uap dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni: Uap
basah, uap kering, uap jenuh (Saturated Steam) dan uap lanjut Perebusan TBS di
sterilizer menggunakan uap jenuh (Saturated Steam). Uap jenuh adalah uap yang
dipanaskan sehingga mencapai keadaaan jenuh. Perebusan Tandan Buah Segar
menggunakan Saturated Steam dengan temperatur dan suhu tekanan tertentu
adalah untuk mencapai tujuan perebusan. Adapun tujuan dari proses perebusan
tandan buah segar adalah untuk memudahkan buah lepas dari tandannya sehingga
memudahkan proses pemipilan, menghentikan perkembangan Asam Lemak Bebas
(ALB) akibat kegiatan enzim lipase yang menghidrolisis minyak, memudahkan
dalam proses pengolahan inti sawit, mengurangi kadar air pada buah sehingga
mempermudah pengambilan minyak pada saat proses pengempaan. (Naibaho,
1998).
Proses perebusan merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

1
2

menghasilkan CPO. Sterilizer menggunakan suhu tinggi untuk menurunkan


viskositas minyak agar terlepas dari daging buah, kemudian untuk mendapatkan
minyak tersebut daging buah di press sehingga didapatkan minyak kelapa sawit
mentah. Perebusan yang tepat menentukan hasil dari perebusan TBS, karena
perebusan dipengaruhi oleh lamanya perebusan dan tekanan perebusan yang
diaplikasikan dan karakteristik steam yang digunakan.
Jumlah steam yang di supply ke dalam sterilizer menentukan tekanan dan
temperatur yang dicapai pada proses perebusan di sterilizer, oleh karena itu
diperlukan perhitungan jumlah kebutuhan steam untuk mencapai kondisi tekanan
dan temperature sterilizer yang ditargetkan. Atas dasar inilah, penulis membahas
dan mengambil judul karya akhir mengenai.

“PERHITUNGAN KEBUTUHAN STEAM PADA PROSES


PEREBUSAN TANDAN BUAH SEGAR DI UNIT STERILIZER
PT. HARI SAWIT JAYA, ASIAN AGRI”
3

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Berapakah panas yang dibutuhkan pada proses perebusan TBS dengan sistem
triple peak?
b. Berapakah jumlah kebutuhan steam yang dibutuhkan pada proses perebusan
tandan buah segar TBS dengan kapasitas sebesar 60 ton/jam di stasiun
sterilizer dengan sistem triple peak?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui banyak jumlah panas yang dibutuhkan pada proses
perebusan TBS dengan kapasitas 60 ton/jam di stasiun sterilizer dengan
metode tiga puncak.
b. Untuk mengetahui berapa banyak jumlah steam yang dibutuhkan pada proses
perebusan Tandan Buah Segar (TBS) dengan kapasitas 60 ton/jam di stasiun
sterilizer dengan metode tiga puncak.
1.3.2. Manfaat penelitian
a. Dapat menghitung jumlah energi steam yang dibutuhkan pada proses
perebusan tandan buah segar (TBS) dengan kapasitas 60 ton/jam di stasiun
sterilizer.
b. Dapat mengetahui mekanisme pengolahan kelapa sawit dari TBS hingga
menjadi CPO di PT.Hari Sawit Jaya,Asian Agri
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Quineensis Jack) merupakan tumbuhan tropis
golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Buah sawit berukuran kecil
antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18
butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu
membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut
dengan tandan buah sawit. Tanaman buah sawit sudah mulai menghasilkan
pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan
buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung
minyak yang rendah. Dalam satu pohon dijumpai bunga betina dan bunga
jantan yang berbeda, sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang.
Jumlah bunga betina dan bunga jantan yang berbeda, sehingga
penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan bunga
jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh lingkungan
seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur buah tergantung
pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim. Umumnya buah dapat dipanen
setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan. (Naibaho,2018)
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies yaitu elaeis guineensis dan elaeis
oleifera yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat
diantara Angola dan Gambia, pohon kelapa sawit elaeis oleifera, berasal dari
Amerika tengah dan Amerika selatan. Kelapa sawit menjadi populer setelah
revolusi industri pada akhir abad ke-19. (Dinas Perkebunan Indonesia, 2007).
Saat ini tanaman kelapa sawit menjadi salah satu andalan atau komoditas
yang unggulan dalam sektor perkebunan dan merupakan komoditas ekspor
yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Minyak
5

sawit merupakan produk perkebunan yang memilki prospek yang sangat


cerah karena seiring dengan berjalannya waktu, industri-industri yang berbasis
bahan baku produk kelapa sawit berkembang dengan sangat pesat. Selain itu,
kelapa sawit juga memilki produk olahan yang beraneka ragam seperti bahan
makanan, bahan industri, kosmetik dan obat-obatan.
Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang
termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal yaitu Dura, Psifera dan
Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah,
yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji
yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan Tenera yang merupakan
hasil persilangan Dura dan Psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan
inti yang besar (Hadriman, 2014)
2.1.1. Varietas Kelapa Sawit
Kelapa sawit mempunyai beberapa jenis atau varietas yaitu Dura,
Tenera, dan Psifera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara
memotong buahnya secara memanjang atau melintang. Ketiga varietas
kelapa sawit yang pembagiannya didasarkan pada perbedaan
perbandingan antara tebal tipisnya serat (pericarp) dan lapisan cangkang
(shell) yaitu :
a. Dura (D)
Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi serabut, dengan
seratnya berkisar 35-50%. Dura memiliki inti besar dengan
cangkang tebal serta daging buahnya tipis.
b. Tenera (T)
Tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan
psifera,memiliki cangkang tipis dengan cincin serat disekeliling biji
serta daging buah berkisar 60-96%. Varietas ini mempunyai sifat-
sifat yang mempunyai induknya yaitu dura dan psifera. Varietas
inilah yang banyak ditanam didaerah perkebunan pada saat ini.
c. Psifera (P)
Jenis psifera memiliki ketebalan tempurung yang sangat tipis bahkan
hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging
6

buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan biji sangat kecil


sehingga kandungan minyak kelapa sawitnya juga tinggi.
Tandan kelapa sawit baru dapat memproduksi setelah berumur sekitar 3
bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan
buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman
kelapa sawit meningkat mulai 3–14 tahun dan akan menurun kembali
setelah umur 15–25 tahun.
Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10–15 TBS pertahun
denganberat 15–30 kg per tahun, tergantung umur tanaman. Dalam satu
tandan, terdapat 1.000–3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar
10–20 gr. (Pahan, 2012)

Gambar 2.1 : Varietas Kelapa Sawit (Sumber: Fauzi Yan, 2012 )


Adapun bagian – bagian dari buah kelapa sawit adalah sebagai berikut
:
1. Eksocarp
Eksocarp atau kulit luar yang keras dan licin, ketika buah masih
muda warnanya hitam, ungu tua ataupun hijau. Semakin tua buah,
warnanya berubah menjadi orange atau kuning orange.
2. Mesocarp
Mesocarp atau serabut, diantara jaringan-jaringannya ada sel pengisi
seperti spons tau karet busa yang sangat banyak megandung minyak
(CPO). Jika buah sudah masak.
3. Endocarp
Endocarp atau tempurung, ketika buah masih muda endocarp
7

memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua
endocarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan
endocarp tergantung pada varietasnya.
Contohnya varietas dura memiliki endocarp sangat tebal, sedangkan
varietas psifera sangat tipis bahkan tanpa endocarp.

4. Kernel
Kernel atau biji (nut), inti dapat disamakan dengan daging buah,
tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel
mengandung minyak (CPKO) sebesar 3% dari berat tandan,
berwarna jernih, dan bermutu sangat tinggi. Biji kelapa sawit atau
kernel (nut) terdiri dari 3 bagian sebagai berikut :
a. Kulit biji (Sphermodermis) disebut cangkang (Shell)
b. Tali pusat (Funiculus)
c. Inti biji (Nucleus Seminis)
Didalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang
merupakan calon tanaman baru. (Heryani dan Nugroho, 2017)
Berikut adalah gambar lapisan dari buah kelapa sawit.

Gambar 2.2 : Buah Kelapa Sawit (Sumber: Hamburg, 2013)


2.1.2. Klasifikasi Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis quinees Jacq) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak goreng, minyak industri, dan berbagai kebutuhan
pokok lainnya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan perlu adanya klasifikasi
dan morfologi tanaman agar kita dapat menentukan perlakuan-perlakuan
yang tepat untuk pemeliharaan dan memudahkan identifikasi secara
8

ilmiah. Untuk itu, tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan seperti


pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 : Klasifikasi Kelapa Sawit

Kingdom Plantae
Divisi Tracheophyta
Sub divisi Pteropsida
Kelas Agiospermae
Ordo Palmales
Famili Cocoideae
Genus Elaeis
Spesies E. Oleifera
(Sumber : Posman Sibuea, 2015)
2.2 Minyak Kelapa Sawit atau Crude Palm Oil (CPO)
Minyak utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang
terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi
asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai
terbentuk sesudah 100 hari setelah peyerbukan dan berhenti setelah 180 hari
atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah sudah tidak
terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak
berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol
normal .
Minyak yang yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida
yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah melewati masa
pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam
lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam
inti terbentuk emulsi dan kantong-kantong minyak. Untuk melindungi minyak
dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut
membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karotin. Setelah penyerbukan
9

kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi


pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-
hijauan. Pada saat-saat pembentukan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan
asam lemak tidak jenuh, tanaman membentuk karotin dan phitol untuk
melindungi dari oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu melakukannya
sebagai antioksidasi. TBS yang diolah dipabrik kelapa sawit PT.Hari Sawit
Jaya, Asian Agri merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude
palm oil (CPO) dan inti (kernel) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan
produk jadi lainnya. (Naibaho, 2018)
2.4.1. Komposisi minyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawit mengandung senyawa antioksidan seperti
betakaroten, tokoferol dan tokotrienol. Asam lemak yang terkandung di
dalam minyak kelapa sawit sebagian besar adalah asam lemak jenuh
yaitu asam palmitat. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal
diantara atom-atom karbon penyusunnya, sedangkan asam lemak tak
jenuh mempunyai paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom
karbon penyusunnya. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil, asam lemak
tak jenuh mengandung dua atau lebih ikatan rangkap, berbentuk cair pada
suhu 25oC bahkan pada suhu dingin karena titik beku asam lemak tak
jenuh lebih tinggi dibandingkan titik beku asam lemak jenuh, sehingga
minyak yang tinggi asam lemak tak jenuh sering digunakan dalam
pengolahan mayonnaise. Trigliserida dapat berbentuk cair atau padat,
tergantung asam lemak penyusunnya. Trigliserida akan berbentuk cair
jika mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh yang mempunyai
titik cair rendah. Berikut adalah komposisi asam lemak pada minyak
kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Jenis asam lemak Komposisi (%)


Laurat (C12:0) < 1,2
Miristat (C14:0) 0,5 – 5,9
Palmitat (C16:0) 32 – 59
Palmitoleat (C16:1) < 0,6
Stearat (C18:0) 1,5 – 8
Oleat (C18:1) 27 – 52
Linoleat (C18:2) 5,0 – 14
Linolenat (C18:3) < 1,5
10

Tabel Tabel 2.2 : Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit.
(Sumber : Godin dan Spensley, 1971)
Selain kaya akan tokoferol, minyak kelapa sawit memiliki jumlah
asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh yang seimbang. Lemak
dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi lebih sulit membentuk
emulsi daripada lemak yang mengandung asam lemak dengan satu atau
dua ikatan rangkap dengan jumlah atom karbon yang sama. Lemak yang
mengandung asam lemak jenuh dengan rantai yang lebih pendek akan
lebih mudah membentuk emulsi daripada lemak dengan asam lemak
jenuh rantai panjang (Widhiastuti, 2011).

Komponen Komp
osisi
(%)
Trigliserida 95,62
Asam lemak bebas 4,00
Air 0,20
Phosphatida 0,07
Karoten 0,03
Aldehid 0,07
Tabel 2.3 : Komposisi Penyusun Minyak Kelapa Sawit.
(Sumber : Gunstone 1997)
Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan penyusun utama
minyak nabati dan hewani. Asam lemak yang terkandung di dalam CPO
sebagian besar adalah asam lemak jenuh yaitu asam palmitat. Asam
lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom karbon
penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai paling
sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya.
Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk bahan pangan
seperti minyak goreng, margarin, shortening. Kebutuhan 10% dari
minyak kelapa sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang
menghasilkan asam lemak, fattyalcohol, gliserol, dan metil ester.
(Sulastri, Yeni, 2010)
2.3 Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)
11

Proses pengolahan kelapa sawit merupakan faktor utama yang menenetukan


kualitas produk yang dihasilkan dari suatu pabrik kelapa sawit (PKS). Pada
PT. Hari Sawit Jaya, Asian Agri produk yang dihasilkan adalah Crude Palm
Oil (CPO), inti kelapa sawit (kernel) dan produk samping berupa cangkang
dan serabut digunakan sebagai bahan bakar pada Boiler. Di PT. Hari Sawit
Jaya,Asian Agri Medan, tandan buah segar (TBS) diolah dengan kapasitas 60
Ton/Jam.
Stasiun Timbang

Stasiun Sortasi

Stasiun Loading Ramp

Stasiun Sterilizer

Cake Breaker Convayer Stasiun Thereser

Polishing Drum
Stasiun Digester
Ripplee Mill

Claybathath Screw

Kernel Silo
Stasiun Pemurnian

Kernel Bulk Silo

Gambar 2.3 Diagram Alur Proses Pada Pabrik Kelapa Sawit

2.3.1. Jembatan Timbang (Weight Bridge)


Stasiun timbangan di PT.Hari Sawit Jaya, Asian Agri terdiri dari 2 unit,
12

dengan kapasitas 40 ton, panjang 10 m, lebar 3,4 m serta tinggi 0,8 m,


neraca digital bermerek Avery Weight-Tronix yanglangsung terhubung
dengan computer serta primer yang terdapat pada ruang kantor stasiun
penimbangan. Data yang diinput pada komputer antara lain nomor
kendaraan pada truk, asal blok divisi dan tahun tanam, nama supir truk,
tujuan. Penimbangan dilakukan dua kali pertama untuk mengetahui
berat dari kendaraan dalam keadaan berisi muatan (bruto), kedua untuk
mengetahui berat kosong kendaraan setelah membongkar muatannya
(tara). Hasil akhir atau berat bersih (netto) merupakan selisih berat
kendaraan berisi dengan berat kendaraan kosong.

2.3.2. Lori
Lori adalah wadah atau tempat untuk menampung dan membawa TBS.
Lori di bawa dengan menggunakan alat transportasi traktor dengan cara
di dorong. Lori memiliki spesifikasi panjang 2.5 m lebar 2 m dan
kapasitas 5 ton dengan jumlah seluruh lori 41.

Gambar 2.3 Sumber: (PT:Hari Sawit jaya, Asian Agri,2022)

2.3.3. Stasiun Sterilizer


Tahap selanjutnya setelah TBS yang telah ditimbang dan dimasukkan
kedalam lori adalah tahap perebusan.
13

Gambar 2.4. Sterilizer (PT:Hari Sawit jaya, Asian Agri,2022)

2.3.4. Stasiun Tippler


Tippler adalah alat untuk membantu menuangkan buah ke bunch
scrapper, dalam hal ini lori yang berisi TBS yang telah direbus
dituangkan perlahan-lahan.

2.3.5. Stasiun Threser dan Press


a. Threser
Threser adalah alat yang digunakan untuk memisahkan buah dari
tandannya dengan cara membanting buah ke dinding drum threser.
Pada drum threser terdapat 15 pisau yang berfungsi untuk menahan
buah dan membanting kannya kembali ke dinding drum. Drum
threser digerakkan dengan elektromotor untuk mengasilkan putaran
23 rpm. Drum threser memiliki panjang 6,1m dan diameter 2 m. Pada
bagian drum dibuat kisi-kisi (celah) 5 cm sebagai tempat atau
jatuhnya buah brondolan yang terlepas dari janjangan.

b. Fruit Elevator
Fruit elevator berfungsi untuk mendistribusikan berondolan dari
bottom cross conveyor ke digester melalui top cross conveyor.Alat ini
terdiri dari sejumlah elevator yang diikat pada rantai yang digerakkan
oleh elektromotor.

c. Digester
Digester adalah alat yang digunakan untuk melumatkan berondolan
agar mempermudah pemisahan antara cake (fiber & nut) dengan
crude oil. Brondolan yang diangkut oleh fruit elevator akan dibawa
14

ke distributor conveyor yang akan membawa brondolan menuju


digester.

d. Screw Press
Screw press adalah alat yang digunakan untuk memeras brondolan
dari bubur buah yang telah diaduk di digester. Pada screw press buah
akan dipress oleh 2 buah screw dengan putaran 8-10 rpm dengan
tekanan 55 bar kapasitas 15 ton/jam. Massa adukan yang berasal dari
alat pengaduk (digester), dialirkan ke dalam pengempa (screw press)
yang berfungsi untuk mengempa (memeras) masa aduk sehingga
terjadi pemisahan antara massa padat ( biji dan serat ,) dengan cairan
minyak kasar (crude oil). Tekanan hidrolik kempa yang dibutuhkan
antara 50-65 kg/cm2 dengan ampere press 30 A. Apabila tekanan
kempa terlalu rendah, kandungan minyak pada ampas tinggi
(maksimal yang diinginkan 4%). Jika tekanan kempa terlalu tinggi,
persentasi pecahan biji (nut) akan meningkatkan jumlahnya. Untuk
mempermudah pemisahan ditambahkan air panas temperature sekitar
90-100oC.

2.3.6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)


Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah
crude palm oil (CPO) yang sudah dimurnikan dari zat pengotor.
a. Penyaringan minyak (vibrating screen)
Minyak kasar hasil proses pengempaan masih mengandung serat-
serat halus, pasir maupun kotoran kasar lainnya. Untuk memisahkan
serat halus dan kotoran pasir dilakukan penyaringan pada minyak
dengan ayakan, (saringan/vibrating screen). Proses penyaringan
minyak dengan getaran yang digunakan terdiri dari dua lapis (double
deck). Hasil penyaringan minyak kasar ditampung dalam crude oil
tank. Selanjutnya minyak yang berada di crude oil tank akan
dipompakan kedalam tangki pemisah (Continuous Settling Tank). Oil
Vibrating Screen adalah alat penyaring untuk menyaring kotoran
yang berupa solid padatan seperti fibre, pasir yang terikut pada
minyak. Ditengah-tengahsaringan terdapat lubang keluaran minyak
15

hasil penyaringan yang akan masuk ke Crude Oil Tank, Vibrating


screen memiliki saringan berukuran 40 mesh dan 1saringan
berukuran 30mesh. merupakan bentuk dari vibrating screen.
b. Crude Oil Tank
Crude oil tank berfungsi untuk menampung minyak sebelum di
pompa ke Continous Settling Tank, Di crude oil tank ada penambahan
steam suhu masukan dalam crude oil tank mencapai 90-95°C.
Minyak kemudian dipompakan menuju Continuous Tank.
c. Continuous Tank
Continuous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dan lumpur
secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. Pemisahan
ini dibantu dengan pengadukan menggunakan agitator sepanjang
tanki. Pada tanki ini diberikan steam dari heating coil agar pemisahan
dapat terjadi secara sempurna. Suhu didalam continuous tank dijaga
stabil pada 90-95 °C. Hasil pemisahan di continuous tank, seperti fase
lumpur dialirkan menuju sludge tank, fase minyak di alirkan menuju
oil tank. Bentuk dari Continous Tank.
d. Oil Tank
Oil tank berfungsi untuk memanaskan minyak yang telah dipisahkan
dari lumpur dengan cara pengendapan di contiuous tank, yaitu zat
yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan
mengendap di dasar tanki, Di oiltank, suhu minyak dijaga stabil pada
95-100°C menggunakan steam dari steam vessel. PT. Hari Sawit
Jaya, Asian Agri memiliki 1 unit oil tank.

e. Vacum Dryer
Vacum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Ujung pipa yang masuk dalam vacum drayer berbentuk
nozle-nozle sehingga minyak mengabut di dalam vacum dryer.
Temperatur minyak dibuat 78°C supaya kadar air cepat menguap
dan uap air tersebut akan terhisap oleh vacum pump. Tekanan
vacum dryer adalah -540 mmHg minyak yang telah bersih
selanjutnya di pompakan . Gambar 4.15. merupakan bentuk dari
16

Vacum Dryer.

f. Storage Tank

Storage stock tank berfungsi untuk menyimpan sementara minyak


hasil produksi yang dihasilkan sebelum dipasarkan kapasitas
storage tank adalah 300 ton.

g. Sludge Tank
Sludge tank adalah tempat penampungan lumpur (sludge) dari
continuous tank sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak.
Pada sludge tank diberikan steam uap basah dan suhu dijaga pada
90-95 °C. Adapun keluaran lumpur dari sludge tank selanjutnya
dipompakan ke sand cyclone untuk dipisahkan pasir dan kotoran
lainnya. Gambar 2.18. adalah unit dari Sludge Tank.
h. Fat-fit
Fat-fit adalah kolam penampungan atau kolam buangan fase air
yang masih mengandung minyak dari semua proses pengolahan.
Adapun masukan menuju kolam ini berasal dari keluaran bak
dekantasi. Pada fat-pit terdapat 1 buah kolam. Gambar 4.18 adalah
bentuk dari Fat-fit.

2.3.7. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu adalah hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua
arti. Pertama, benar- benar murni dan tidak bercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya , yaitu dengan mengukur nilai titik lebur,
angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak
bebas (ALB), air, pengotor, logam besi, logam tembaga, peroksida dan
ukuran pemucatan. (Fauzi.Y,2012)

Sebagai acuan untuk mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan,


perlu ditetapkan standar mutu minyak kelapa sawit. Pemerintah sendiri
17

melalui BSN telah menetapkan standar mutu CPO yang dimuat dalam
SNI-01-2901-2006 yaitu.

Tabel 2.4 : SNI CPO

NO Karakteristik Batasan
1 Kadar asam lemak bebas <5,00%
2 Kadar air <0,40%
3 Kadar pengotor <0,45%
(Sumber : SNI 2006)

2.4 Proses perebusan (Sterilizer)


Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik
dengan menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik sampai
memasuki sterilizer. Dalam sistem pengolahan buah kelapa sawit salah satu
prosesnya adalah proses rebusan yang dilakukan pada stasiun sterilizer.
Sterilizer adalah suatu bejana yang fungsinya merebus Tandan Buah Segar
(TBS) dengan menggunakan uap bertekanan dan bertemperatur tinggi. PT.
Hari Sawit Jaya,Asian Agri menggunakan bejana rebusan dengan tipe
Horizontal. Sterilizer yang digunakan di PT.Hari Sawit Jaya,Asian Agri
berjumlah 3 unit dengan kapasitas dapat menampung 3 buah lori untuk setiap
unit sterilizer. Setiap lori memuat 5 ton TBS. Pada proses sterilizer dilakukan
dengan metode 3 puncak (Tripple Peak).
Lama waktu perebusan selama 90 menit dengantekanan steam sebesar
1,5 – 3 bar. Dengan menggunakan temperature sebesar 110-130°c.
2.4.2. Tujuan Dilakukan Tahap Perebusan
a. Menghentikan aktivitas enzim lipase
Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidasi yang
tetap bekerja di dalam buah sebelum enzim tersebut dikeluarkan.
Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan
asam lemak bebas sedangkan enzim oksidasi berperan dalam
pembentukan peroksida yang kemudian berubah menjadi gugus
aldehide dan keton. Senyawa tersebut jika teroksidasi akan
membentuk asam lemak bebas. Jadi asam lemak bebas yang ada
18

dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan


oksidase Aktifitas enzim semakin tinggi buah TBS meningkat
kememaran (luka). Enzim umumnya tidak aktif lagi bila
dipanaskan sampai suhu >50°C. Maka perebusan dengan suhu
>120°C sementara berhenti kegiatan enzim.(Sitepu,2011)
b. Menurunkan kadar asam lemak bebas
Perkembangan asam lemak bebas terjadi akibat kegiatan enzim
yang menghidrolisis minyak. Menghentikan kegiatan enzim
tersebut sebenarnya cukup dengan perebusan hingga temperature
50 oC selama beberapa menit. Namun , jika ditinjau dari proses
pengolahan selanjutnya, perebusan harus dilakukan dengan
temperatur yang lebih tinggi (Pahan,2006)
c. Menurunkan kadar air
Proses Sterilisasi buah dapat menurunkan kadar air buah dan inti,
yaitu dengan cara penguapan baik dari dalam direbus atau saat
sebelum dimasukkan ke Tresshing. Interaksi penurunan kadar air
dan panas dalam bersatu dan memiliki viskositas yang rendah
sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengempaan.
d. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air hingga 15%.
Kadar biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut,
maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan
membantu proses fermentasi di dalam Nut Silo, sehingga
pemecahan biji dapat dilakukan dengan baik, demikian juga
diselesaikan inti dan cangkang dalam proses kering atau kering
dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran yang lebih
kecil.
e. Melepaskan serat dan biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menyebabkan
pelepasan serat dari biji dalam drum polishing, yang menyebabkan
pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap
yang cukup baik akan membantu proses peningkatan serat dan biji,
19

yang dipercepat oleh proses hidrolisis.


f. Melunakkan Buah Sawit
Perikarp (kulit buah) yang mendapatkan panas dan tekanan akan
membedakan sifat, serat yang mudah lepas antara serat yang satu
dengan yang lain. Hal ini akan memudahkan proses di dalam
Digester dan Depericarper. Karena ada panas yang dihasilkan
maka udara yang terkandung dalam inti akan menguap melalui biji
setelah proses pengolahan biji lebih mudah (Sitepu, 2011).

2.5 Uap (Steam)


Uap (steam) adalah fluida yang diperoleh dari air yang telah mengalami
pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan teretntu. Uap bahkan
tidak terlihat dalam keadaan murni. Apabila uap kering dipanaskan lebih
lanjut maka ia menjadi uap panas lanjut dan selanjutnya dianggap gas
sempurna. Kebanyakan pemakaian steam digunakan untuk pemanasan,
pemekatan, pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya dan lain-lain.

2.5.1 Jenis steam


Steam dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Uap basah (Wet Steam)
Uap basah adalah uap yang mengandung butiran air, yang terjadi
selama proses perubahan air menjadi uap atau menjadi air, pada titik
didih dengan tekanan seimbang. Perbandingan antara uap dan air
disini disebut “derajat kekeringan” (dryness factor). Jika derajat
kekeringan 80%, berarti massa uap akan terdiri dari 80% uap dan
20% air.
2. Uap jenuh (Saturated Steam)
Uap jenuh (saturated steam) adalah uap basah yang dipanaskan,
sehingga mencapai keadaan jenuh. Apabila kalor ditambah pada
uap basah akan

mengakibatkan air mengalami penguapan. Uap semakin bersifat


kering bila terus dipanaskan sehingga mencapai keadaan saturated
20

steam. Pada perebusan di stasiun sterilizer PT.Hari Sawit Jaya,


Asian Agri menggunakan uap jenuh (saturated steam). Penguapan
uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa atau proses
penguapan terhadap air di dalam buah, jika menggunakan uap
kering akan menyebabkan kulit buah menjadi hangus dan dapat
menghambat penguapan air dari dalam daging buah dan juga
mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan
kualitas uap yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan
menjadi sangat penting agar diperoleh hasil perebusan yang
sempurna.
3. Uap Panas Lanjut (Super Heated Steam)
Uap panas lanjut (super heated steam) adalah uap panas lanjutan
secara terus menerus dengan cara mengalirkan melalui pipa-pipa
dipanasi oleh aliran gas sampai keadaan jenuh kering (super
heated), selama penguapan sampai mencapai keadaan jenuh suhu
tetap konstan. (Sudarja, 2016)

2.5.2. Proses Pembentukan Uap (Steam) Turbin Uap


Turbin uap disebut juga Boiler yang didalamnya terjadi perpindahan
panas untuk mengubah fasa cair menjadi fasa uap. Turbin uap
merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap
menjadi energi kinetik dan selanjutnya diubah menjadi energi mekanis
dalam bentuk putaran poros turbin. (Jamaludin, 2017).
Steam dari boiler dialirkan melalui sistem pemipaan ke Sterilizer
karena steam berupa fluida gas, untuk memtransportasikannya
dibutuhkan tekanan. Tekanan steam diatur menggunakan kran dan di
pantau dengan alat pemantau tekanan. Sehingga steam dapat sampai di
Sterilizer untuk digunakan pada saat perebusan. Steam (uap) yang
digunakan bertemperatur 100-1400C. Temperatur yang digunakan
diatas titik didih air agar dapat mengubah fasa menjadi uap jenuh.
Semakin tinggi temperatur uap maka pemasakan dari buah sawit
semakin cepat. Steam sebagai bahan pemasaknya. Steam dialirkan
21

melalui pipa dari boiler dengan suhu tinggi. Penggunaan suhu tinggi ini
dikarenakan steam dibutuhkan adalah steam kering (steam yang tidak
membawa partikel air) yaitu pada temperatur diatas titik didih air.
Sehingga pemasakan TBS tidak menambah kadar air didalamnya.
(Sulaiman, 2018).

Steriliz

Gambar 2.5 Diagram Alir Proses Pembentukan Uap

Proses terbentuk nya uap terjadi melalui perubahan energi panas


pembakaran bahan bakar menjadi energi panas dalam bentuk uap.
Panas hasil pembakaran digunakan untuk menaikkan entalpi air sampai
terbentuk uapair yang mengandung energi dalam yang disimpan dalam
bentuk panas dan tekanan. Salah satu proses pembentukan uap adalah
mendidih, dimana titik didih suatu zat cair tergantung pada tekanan
pada tekananyang diberikan pada permukaan zat cair. Untuk
menghasilkan uap yang lebih besar digunakan ketel uap, dimana fluida
kerja yang digunakan adalah air, karena air memiliki sifat-sifat yang
lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan fluida kerja yang lain.
Adapun keuntungan penggunaan air sebagi fluida kerja yang lain:
1. Mudah diperoleh dengan harga yang murah
2. Air dapat bersifat netral (pH=7) sehingga sifat korosif yang
merusak logam dapat diatasi.
3. Air tidak terbakar
4. Mampu menerima kalor dalam jumlah besar
5. Dapat bekerja pada tekanan yang tinggi

Steam yang akan dihasilkan oleh boiler digunakan untuk


menggerakkan turbin guna menghasilkan listrik dalam proses
22

pengolahan. Steam keluaran dari turbin digunakan untuk keperluan


perebusan dan menjaga temperature produk selama pengolahan.
(Turner dan Gillbank, 2003)
Keberhasilan suatu pengolahan kelapa sawit, didasari oleh
beberapa faktor, antara sejumlah persamaan yang saling tidak
tergantung satu sama lain, dimana persamaan-persamaan tersebut
jumlah nya sama dengan jumlah komposisi massa yang diketahui.
Prinsip umum neraca massa adalah membuat sejumlah persamaan-
persamaan yang saling tidak tergantung satu sama lain,dimana
persamaan-persamaan tersebut jumlahnya sama dengan jumlah
komposisi massa yang tidak diketahui. Persamaan neraca massa secara
umum adalah :
Massa masuk= Massa keluar + Massa yang terakumulasi
Bila tidak ada massa yang terakumulasi, maka persamaan menjadi
Massa masuk = Massa yang keluar
(Wuryanti,2016)

2.6. Neraca Energi


Neraca energi adalah persamaan matematis yang menyatakan hubungan antara
energi masuk dan energi keluar suatu sistem yang berdasarkan pada satuan waktu
operasi. Perumusan dari neraca energi suatu sistem mirip dengan perumusan
neraca massan namun terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu
sistem dapat berupa sistem – sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat
terjadi perpindahan massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya
terdapat satu neraca energi dalam suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang
memungkinkan adanya beberapa neraca komponen).

Dalam hal ini neraca panas memiliki persamaan sebagai berikut :


Eneregi masuk = Energi keluar + Energi akumulasi
Tidak seperti neraca massa yang memiliki variabel produksi, neraca energi tidak
memiliki variable produksi. Hal ini disebabkan energi tidak dapat diproduksi,
hanya dapat diubah bentuknya. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalan energi
yang menyatakan bahwa :
23

Kalor Masuk + Kalor Produksi = Kalor Keluar + Kalor Akumulasi


(Wuryanti, 2016)

Q = m . Cp. ∆T
Dimana : Q = Kalor sensibel zat (J)
m = Massa zat (Kg)
Cp = Kalor spesifik (J/kg oK)
∆T = Perubahan temperatur (K)

2.7. Kajian penelitian yang relevan


Judul : Proses perebusan kelapa sawit pada stasiun sterilizer

Tahun : 2021

Penulis : Lilis Masruroh, dan Hermiza Mardesci Hasil :


Kesimpulan : Proses perebusan TBS di stasiun sterilizer merupakan
tahapan yang penting dalam pengolahan minyak sawit. Proses ini menentukan
kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan. Hal yang mempengaruhi
hasil tersebut adalah tekanan dan waktu yang digunakan dalam proses
perebusan. Proses perebusan di PT. Tri Bakti Sarimas PKS 2 Ibul
menggunakan sistem dua puncak atau double peak. Tekanan yang digunakan
adalah 2,5 sampai 3 bar, sedangkan waktu perebusan adalah 60 sampai 90
menit. Kondisi ini sudah dianggap optimal dalam proses perebusan.
Kata Kunci : TBS, CPO, Sterilizer, Perebusan.
24

Judul : Perhitungan jumlah steam yang dibutuhkan pada proses


perebusan TBS di stasiun sterilizer – PT. Sumber Sawit Makmur Laut Tador
Tahun : 2019
Penulis : Riky Mariani Hasil :
Kesimpulan : Jumlah steam yang dibutuhkan untuk merebus TBS yang
berlangsung selama 90 menit dengan kapasitas rebusan 20 ton TBS/jam pada
puncak pertama adalah sebesar 191,782811 Kg/jam, pada puncak kedua
sebesar 115,069687 Kg/jam, dan pada puncak ketiga sebesar 87,452962
Kg/jam. Jumlah steam yang dibutuhkan pada proses perebusan TBS yang
berlangsung selama 90 menit dengan kapasitas rebusan 20 ton TBS/jam
dengan sistem triple peak adalah sebesar 394,30546 Kg/jam.
Kata kunci : Perebusan, Sterilizer
25

2.8. Kerangka Konseptual

Judul : Perhitungan Jumlah Steam Yang Dibutuhkan Pada Proses Perebusan


Tandan Buah Segar Di Stasiun Sterilizer PT. Hari Sawit Jaya,Asian Agri.

Mulai

Mempelajari Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit


Secara Keseluruhan

Pemilihan Judul

Pengamatan Ke Unit Sterilizer

Menentukan Batasan
Pembahasan

Proses Perebusan Tandan Buah


Segar di Unit Sterilizer

Pengumpulan Data

Perhitungan Kebutuhan Steam Pada Proses


Perebusan Tandan Buah Segar di Unit
Sterilizer

Perumusan Kesimpulan

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual


26

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Adapun Tempat penelitian dilakukan atau praktek kerja lapangan dilakukan di
pabrik kelapa sawit PT. Hari Sawit Jaya,Asian Agri yang merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak yang selama ini fokus bergerak di bidang industri
pengolahan minyak kelapa sawit. PT. Hari Sawit Jaya,Asian Agri beralamatkan di
Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 1 juni 2022 sampai dengan 1 Agustus 2022.

3.2 Metode Peneltian


3.2.1 Materi
A. Alat
Peralatan yang dipergunakan:
a. Ketel rebusan (sterilizer), terdiri dari:

1) Lori
2) Capstand
3) Dinding ketel
4) Plat pelapis dalam (plat aus)
5) Pintu rebusan, packing dan pengunci
6) Pipa pembuangan kondensat
7) Pipa steam masuk
8) Rail rebusan
9) Panel sterilizer
10) Orifice plate
11) Pompa kompressor
27

b. Peralatan Kontrol terdiri dari


1) Manometer
2) Thermometer
3) Safety device
4) Recording chart
5) Inlet valve
6) Exhaust valve
7) Daerat valve

B. Bahan Olahan
Bahan yang dipergunakan adalah:
1) Tandan Buah Segar (TBS)
2) Steam

3.2.2. Metoda Kerja


Untuk pengumpulan data dan penyusunan data yang diperlukan dalam pemecahan
masalah, dilakukan suatu metoda tertentu. Metoda kerja yang dilakukan dalam
penelitian adalah:
1. Melakukan peninjauan/pengamatan langsung ke lapangan bersama-
sama dengan pembimbing lapangan untuk mempelajari proses
pengolahan tandan buah segar hingga menjadi minyak mentah (Crude
Palm Oil) dan inti kelapa sawitt, khususnya pada proses perebusan
kelapa sawit.
2. Perumusan dan pengolahan data yang hendak diambil sesuai
denganpokok permasalahan atau yang menyangkut judul karya akhir.
3. Melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan terkait sehubungan
dengan langkah perolehan data.
4. Pengambilan data perebusan yang menyangkut jumlah pemakaian
energi/steam berupa data :
a. Massa bahan olahan tandan buah segar (m)
28

b. Takanan (P) yang diberikan pada alat sterilizer pada setiap puncak
c. Temperatur (T) yang meliputi temperatur kondensat (Tk),
temperatur steam (Ts), temperatur awal (T1) dan temperatur akhir
(T2), serta selisih temperatur (∆T).
5. Perhitungan jumlah steam yang dibutuhkan pada proses perebusan TBS di
sterilizer dengan menggunakan metode persamaan neraca energi.
6. Perhitungan jumlah panas yang dibutuhkan pada proses perebusan TBS di
sterilizer dengan menggunakan metode persamaan neraca energi.
7. Perhitungan jumlah steam yang masuk pada stasiun sterilizer
dengan menggunakan metode persamaan neraca massa energi.
8. Perhitungan nereca massa pada proses perebusan di unit sterilizer
dengan menggunakan rumus :
F1 + F2 = F3 + F4 + F5
Keterangan :
F1 = Massa TBS masuk (Kg/jam)
F2 = Steam masuk (Kg/jam)
F3 = Exhaust (Kg/jam)
F4 = Massa TBS keluar (Kg/jam)
F5 = Kondensat (Kg/jam)

3.3 Rumus yang digunakan diperhitungan


1. Menghitung kandungan air tandan buah pada akhir perebusan
mair TBS = (15% x mTBS ) – mair keluar

Keterangan :
mair TBS = kandungan air tandan buah (Kg/jam)
mTBS = Massa TBS (Kg/jam)
mair keluar = kandungan air tandan buah yang keluar (Kg/jam)
2. Menghitung jumlah panas yang diserap oleh TBS
Q = m x Cp x ΔT
29

Keterangan :
Q = panas yang diserap TBS (Kkal/jam)
m = Massa komponen TBS (Kg/jam)
Cp = Panas jenis komponen TBS (Kkal/KgoC)
ΔT = Selisih temperature (oC)
3. Jumlah panas yang
dilepas

η=

Q serap
Q Lepas
Keterangan :
Q serap = panas yang diserap (Kkal/jam)
Q lepas = panas yang dilepas (Kkal/jam)
Η = efisiensi panas
4. Jumlah steam yang masuk pada stasiun sterilizer
Q = M . λs
keterangan :
Q = panas yang diserap TBS (Kkal/jam)
M = Jumlah kebutuhan steam (Kg/jam)
λs = Entalpi penguapan (Kkal/jam)
λs = Hg – Hf (Kkal/jam)
Hf = specific enthalpy saturated liquid (Kj/kg)
Hg = specific enthalpy dry saturated vapour (Kj/kg)

Anda mungkin juga menyukai