PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pengolahan kelapa sawit melewati beberapa tahapan pengolahan seperti,
penimbangan, sortasi, perebusan, pemberondolan, pengepresan dan pemurnian
minyak. Agar tandan buah segar dapat dimanfaatkan sebagai minyak secara
maksimal, maka perlu dilakukan proses pengolahan dari Tandan Buah Segar
(TBS) hingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil). Untuk meningkatkan produksi
dalam suatu pabrik dibutuhkan pengetahuan teknis pada peralatan pengoperasian
guna untuk menghasilkan produksi yang maksimal dengan tidak mengabaikan
mutu pada hasil produksi. Proses pengolahannya berlangsung cukup panjang dan
membutuhkan pengendalian yang baik, Tahapan pengolahan tandan buah segar
(TBS) yang pertama adalah proses sterilisasi yang dilakukan dalam bejana
bertekanan Sterilizer (Fauzi,yan,2012).
Sterilizer adalah suatu bejana uap bertekanan yang digunakan untuk
merebus tandan buah segar (TBS), sterilizer menggunakan steam sebagai media
pemanas. Steam yang berbentuk uap air merupakan fluida yang diperoleh dari air
yang telah mengalami pemanasan sampai temperatur didih pada tekanan tertentu.
Perebusan di sterilizer dilakukan menggunakan sistem tiga puncak (Triple Peak)
dalam unit horizontal sterilizer. Uap dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni: Uap
basah, uap kering, uap jenuh (Saturated Steam) dan uap lanjut Perebusan TBS di
sterilizer menggunakan uap jenuh (Saturated Steam). Uap jenuh adalah uap yang
dipanaskan sehingga mencapai keadaaan jenuh. Perebusan Tandan Buah Segar
menggunakan Saturated Steam dengan temperatur dan suhu tekanan tertentu
adalah untuk mencapai tujuan perebusan. Adapun tujuan dari proses perebusan
tandan buah segar adalah untuk memudahkan buah lepas dari tandannya sehingga
memudahkan proses pemipilan, menghentikan perkembangan Asam Lemak Bebas
(ALB) akibat kegiatan enzim lipase yang menghidrolisis minyak, memudahkan
dalam proses pengolahan inti sawit, mengurangi kadar air pada buah sehingga
mempermudah pengambilan minyak pada saat proses pengempaan. (Naibaho,
1998).
Proses perebusan merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Quineensis Jack) merupakan tumbuhan tropis
golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Buah sawit berukuran kecil
antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18
butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir bersatu
membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut
dengan tandan buah sawit. Tanaman buah sawit sudah mulai menghasilkan
pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan
buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung
minyak yang rendah. Dalam satu pohon dijumpai bunga betina dan bunga
jantan yang berbeda, sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang.
Jumlah bunga betina dan bunga jantan yang berbeda, sehingga
penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan bunga
jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh lingkungan
seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur buah tergantung
pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim. Umumnya buah dapat dipanen
setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan. (Naibaho,2018)
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna
sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Pohon Kelapa Sawit terdiri dari dua spesies yaitu elaeis guineensis dan elaeis
oleifera yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat
diantara Angola dan Gambia, pohon kelapa sawit elaeis oleifera, berasal dari
Amerika tengah dan Amerika selatan. Kelapa sawit menjadi populer setelah
revolusi industri pada akhir abad ke-19. (Dinas Perkebunan Indonesia, 2007).
Saat ini tanaman kelapa sawit menjadi salah satu andalan atau komoditas
yang unggulan dalam sektor perkebunan dan merupakan komoditas ekspor
yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Minyak
5
memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua
endocarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan
endocarp tergantung pada varietasnya.
Contohnya varietas dura memiliki endocarp sangat tebal, sedangkan
varietas psifera sangat tipis bahkan tanpa endocarp.
4. Kernel
Kernel atau biji (nut), inti dapat disamakan dengan daging buah,
tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel
mengandung minyak (CPKO) sebesar 3% dari berat tandan,
berwarna jernih, dan bermutu sangat tinggi. Biji kelapa sawit atau
kernel (nut) terdiri dari 3 bagian sebagai berikut :
a. Kulit biji (Sphermodermis) disebut cangkang (Shell)
b. Tali pusat (Funiculus)
c. Inti biji (Nucleus Seminis)
Didalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang
merupakan calon tanaman baru. (Heryani dan Nugroho, 2017)
Berikut adalah gambar lapisan dari buah kelapa sawit.
Kingdom Plantae
Divisi Tracheophyta
Sub divisi Pteropsida
Kelas Agiospermae
Ordo Palmales
Famili Cocoideae
Genus Elaeis
Spesies E. Oleifera
(Sumber : Posman Sibuea, 2015)
2.2 Minyak Kelapa Sawit atau Crude Palm Oil (CPO)
Minyak utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit
yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang
terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi
asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai
terbentuk sesudah 100 hari setelah peyerbukan dan berhenti setelah 180 hari
atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah sudah tidak
terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak
berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol
normal .
Minyak yang yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida
yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah melewati masa
pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam
lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam
inti terbentuk emulsi dan kantong-kantong minyak. Untuk melindungi minyak
dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut
membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karotin. Setelah penyerbukan
9
Tabel Tabel 2.2 : Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit.
(Sumber : Godin dan Spensley, 1971)
Selain kaya akan tokoferol, minyak kelapa sawit memiliki jumlah
asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh yang seimbang. Lemak
dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi lebih sulit membentuk
emulsi daripada lemak yang mengandung asam lemak dengan satu atau
dua ikatan rangkap dengan jumlah atom karbon yang sama. Lemak yang
mengandung asam lemak jenuh dengan rantai yang lebih pendek akan
lebih mudah membentuk emulsi daripada lemak dengan asam lemak
jenuh rantai panjang (Widhiastuti, 2011).
Komponen Komp
osisi
(%)
Trigliserida 95,62
Asam lemak bebas 4,00
Air 0,20
Phosphatida 0,07
Karoten 0,03
Aldehid 0,07
Tabel 2.3 : Komposisi Penyusun Minyak Kelapa Sawit.
(Sumber : Gunstone 1997)
Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan penyusun utama
minyak nabati dan hewani. Asam lemak yang terkandung di dalam CPO
sebagian besar adalah asam lemak jenuh yaitu asam palmitat. Asam
lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-atom karbon
penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai paling
sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya.
Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk bahan pangan
seperti minyak goreng, margarin, shortening. Kebutuhan 10% dari
minyak kelapa sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang
menghasilkan asam lemak, fattyalcohol, gliserol, dan metil ester.
(Sulastri, Yeni, 2010)
2.3 Proses Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)
11
Stasiun Sortasi
Stasiun Sterilizer
Polishing Drum
Stasiun Digester
Ripplee Mill
Claybathath Screw
Kernel Silo
Stasiun Pemurnian
2.3.2. Lori
Lori adalah wadah atau tempat untuk menampung dan membawa TBS.
Lori di bawa dengan menggunakan alat transportasi traktor dengan cara
di dorong. Lori memiliki spesifikasi panjang 2.5 m lebar 2 m dan
kapasitas 5 ton dengan jumlah seluruh lori 41.
b. Fruit Elevator
Fruit elevator berfungsi untuk mendistribusikan berondolan dari
bottom cross conveyor ke digester melalui top cross conveyor.Alat ini
terdiri dari sejumlah elevator yang diikat pada rantai yang digerakkan
oleh elektromotor.
c. Digester
Digester adalah alat yang digunakan untuk melumatkan berondolan
agar mempermudah pemisahan antara cake (fiber & nut) dengan
crude oil. Brondolan yang diangkut oleh fruit elevator akan dibawa
14
d. Screw Press
Screw press adalah alat yang digunakan untuk memeras brondolan
dari bubur buah yang telah diaduk di digester. Pada screw press buah
akan dipress oleh 2 buah screw dengan putaran 8-10 rpm dengan
tekanan 55 bar kapasitas 15 ton/jam. Massa adukan yang berasal dari
alat pengaduk (digester), dialirkan ke dalam pengempa (screw press)
yang berfungsi untuk mengempa (memeras) masa aduk sehingga
terjadi pemisahan antara massa padat ( biji dan serat ,) dengan cairan
minyak kasar (crude oil). Tekanan hidrolik kempa yang dibutuhkan
antara 50-65 kg/cm2 dengan ampere press 30 A. Apabila tekanan
kempa terlalu rendah, kandungan minyak pada ampas tinggi
(maksimal yang diinginkan 4%). Jika tekanan kempa terlalu tinggi,
persentasi pecahan biji (nut) akan meningkatkan jumlahnya. Untuk
mempermudah pemisahan ditambahkan air panas temperature sekitar
90-100oC.
e. Vacum Dryer
Vacum dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Ujung pipa yang masuk dalam vacum drayer berbentuk
nozle-nozle sehingga minyak mengabut di dalam vacum dryer.
Temperatur minyak dibuat 78°C supaya kadar air cepat menguap
dan uap air tersebut akan terhisap oleh vacum pump. Tekanan
vacum dryer adalah -540 mmHg minyak yang telah bersih
selanjutnya di pompakan . Gambar 4.15. merupakan bentuk dari
16
Vacum Dryer.
f. Storage Tank
g. Sludge Tank
Sludge tank adalah tempat penampungan lumpur (sludge) dari
continuous tank sebelum diolah lagi untuk mendapatkan minyak.
Pada sludge tank diberikan steam uap basah dan suhu dijaga pada
90-95 °C. Adapun keluaran lumpur dari sludge tank selanjutnya
dipompakan ke sand cyclone untuk dipisahkan pasir dan kotoran
lainnya. Gambar 2.18. adalah unit dari Sludge Tank.
h. Fat-fit
Fat-fit adalah kolam penampungan atau kolam buangan fase air
yang masih mengandung minyak dari semua proses pengolahan.
Adapun masukan menuju kolam ini berasal dari keluaran bak
dekantasi. Pada fat-pit terdapat 1 buah kolam. Gambar 4.18 adalah
bentuk dari Fat-fit.
Standar mutu adalah hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua
arti. Pertama, benar- benar murni dan tidak bercampur dengan minyak
nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya , yaitu dengan mengukur nilai titik lebur,
angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan
spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak
bebas (ALB), air, pengotor, logam besi, logam tembaga, peroksida dan
ukuran pemucatan. (Fauzi.Y,2012)
melalui BSN telah menetapkan standar mutu CPO yang dimuat dalam
SNI-01-2901-2006 yaitu.
NO Karakteristik Batasan
1 Kadar asam lemak bebas <5,00%
2 Kadar air <0,40%
3 Kadar pengotor <0,45%
(Sumber : SNI 2006)
melalui pipa dari boiler dengan suhu tinggi. Penggunaan suhu tinggi ini
dikarenakan steam dibutuhkan adalah steam kering (steam yang tidak
membawa partikel air) yaitu pada temperatur diatas titik didih air.
Sehingga pemasakan TBS tidak menambah kadar air didalamnya.
(Sulaiman, 2018).
Steriliz
Q = m . Cp. ∆T
Dimana : Q = Kalor sensibel zat (J)
m = Massa zat (Kg)
Cp = Kalor spesifik (J/kg oK)
∆T = Perubahan temperatur (K)
Tahun : 2021
Mulai
Pemilihan Judul
Menentukan Batasan
Pembahasan
Pengumpulan Data
Perumusan Kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
1) Lori
2) Capstand
3) Dinding ketel
4) Plat pelapis dalam (plat aus)
5) Pintu rebusan, packing dan pengunci
6) Pipa pembuangan kondensat
7) Pipa steam masuk
8) Rail rebusan
9) Panel sterilizer
10) Orifice plate
11) Pompa kompressor
27
B. Bahan Olahan
Bahan yang dipergunakan adalah:
1) Tandan Buah Segar (TBS)
2) Steam
b. Takanan (P) yang diberikan pada alat sterilizer pada setiap puncak
c. Temperatur (T) yang meliputi temperatur kondensat (Tk),
temperatur steam (Ts), temperatur awal (T1) dan temperatur akhir
(T2), serta selisih temperatur (∆T).
5. Perhitungan jumlah steam yang dibutuhkan pada proses perebusan TBS di
sterilizer dengan menggunakan metode persamaan neraca energi.
6. Perhitungan jumlah panas yang dibutuhkan pada proses perebusan TBS di
sterilizer dengan menggunakan metode persamaan neraca energi.
7. Perhitungan jumlah steam yang masuk pada stasiun sterilizer
dengan menggunakan metode persamaan neraca massa energi.
8. Perhitungan nereca massa pada proses perebusan di unit sterilizer
dengan menggunakan rumus :
F1 + F2 = F3 + F4 + F5
Keterangan :
F1 = Massa TBS masuk (Kg/jam)
F2 = Steam masuk (Kg/jam)
F3 = Exhaust (Kg/jam)
F4 = Massa TBS keluar (Kg/jam)
F5 = Kondensat (Kg/jam)
Keterangan :
mair TBS = kandungan air tandan buah (Kg/jam)
mTBS = Massa TBS (Kg/jam)
mair keluar = kandungan air tandan buah yang keluar (Kg/jam)
2. Menghitung jumlah panas yang diserap oleh TBS
Q = m x Cp x ΔT
29
Keterangan :
Q = panas yang diserap TBS (Kkal/jam)
m = Massa komponen TBS (Kg/jam)
Cp = Panas jenis komponen TBS (Kkal/KgoC)
ΔT = Selisih temperature (oC)
3. Jumlah panas yang
dilepas
η=
Q serap
Q Lepas
Keterangan :
Q serap = panas yang diserap (Kkal/jam)
Q lepas = panas yang dilepas (Kkal/jam)
Η = efisiensi panas
4. Jumlah steam yang masuk pada stasiun sterilizer
Q = M . λs
keterangan :
Q = panas yang diserap TBS (Kkal/jam)
M = Jumlah kebutuhan steam (Kg/jam)
λs = Entalpi penguapan (Kkal/jam)
λs = Hg – Hf (Kkal/jam)
Hf = specific enthalpy saturated liquid (Kj/kg)
Hg = specific enthalpy dry saturated vapour (Kj/kg)