Anda di halaman 1dari 16

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Varietas Kelapa Sawit

Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut


dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut terdapat
varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan dibandigkan dengan varietas
lainya, diantaranya tahan terhadaphama dan penyakit, produksi tinggi, serta
kandungan minyak yang dihasilkan tinggi.
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

2.1.1 Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah


rendemen minyak kelapa sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi
terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapai 22-24%, sedangkan pada varietas Dura
hanya 16-18%.Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas
kelapa sawit yang banyak digunakan para petani dan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia diantaranya Dura, Psifera, Tenera. ( Ir. Yan Fauzi,2002).

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel I Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah.
Varietas
Dura

Ciri-ciri
-

Tempurung tebal (2-8mm)

Tidak terdapat lingkaran serabut pada


bagian luar tempurung

Daging buah relative tipis, yaitu 3550% terhadap buh

Kernel (daging biji) besar dengan


kandungan minyak rendah

Dalam persilangan, dipakai sebagai


pohon induk betin

Psifera

Ketebalan tempurung

sangat

tipis

bahkan hamper tidak ada


-

Daging buah tebal, lebih tebal dari


daging buah Dura

Daging biji sangat tipis

Inti hanya dilapisi lapisan serabut

Minyak inti sawit yang dihasilkan


sangat rendah

Tidak

dapat

diperbanyak

tanpa

menyilangkan dengan jenis lain dan


dipakai sebagai pohon induk jantan
Tenera

Hasil dari persilangan antara Dura dan


Psifera

Tempurung tipis (0,5-4mma)

Terdapat lingkaran serabut disekeliling


tempurung

Daging buah sangat tebal, lebih tebal


dari Dura dan Tenera, Yaitu 60-96%
dari buah

Tandan buah lebih banyak, tetapi


ukurannya relative lebih kecil

Berat tandan adalah 22-24%

Sumber :Tim Penulis ( dalam : 21)

Universitas Sumatera Utara

16

2.1.2 Varietas berdasarkan warna kulit

Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya varietas
Nigrescens, Virescens, dan Albenscens.

Tabel II Varietas berdasarkan warna kulit buah


Varietas

Warna buah muda

Warna buah masak

Nigrescens

Ungu kehitam-hitaman

Jingga kehitam-hitaman

Virescens

Hijau

Jingga kemerahan, tetapi


ujung buah tetap hijau

Abescens

Keputih-putihan

Kekuning-kuningan

dan

ujungnya ungu kehitaman


Sumber : Tim Penulis ( dalam : 22)

2.1.3 Varietas unggul

Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya dari
hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tetua-tetua yang diketahui
mempunyai daya gabung yang baik. Tetua yang digunakan dalam proses persilangan
adalah Dura dan Psifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan Psifera sebagai induk
jantan. Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kwantitas yang
lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.(Tim Penulis PS, 1998).

Universitas Sumatera Utara

17

2.2 Inti Kelapa Sawit

Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit
mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung
didalamnya disebut minyak inti sawit diekstraksi dan sisanya atau bungkilnya yang
kaya protein dipakai sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering
adalah 44-53%. Sifat-sifat minyak inti sawit terdapat dalam table 2.2.1.

Tabel III Sifat-sifat Minyak Inti Sawit


Sifat

Nilai
o

Berat jenis pada 99/15,5 C

0,860-0,873

Indeks refraksi pada 40oC

1,449-1,452

Bilangan iodium

14-22

Bilangan Penyabunan

245-255

Zat tak tersabunkan, %

Tak lebih dari 0,8

Titik lebur, oC

24oC-26OC

Titik padat, oC

20oC-26oC

Sumber : Soepadiyo ( dalam : 329)


Terlihat dari bilangan iodiumnya bahwa minyak inti sawit adalah lebih jenuh
dari pada minyak sawit, tetapi titik leburnya lebih rendah. Pada table 2.2.2 dapat
dilihat komposisi asam lemak bebas minyak inti sawit. Minyak inti sawit juga dapat
mengalami hidrolisis. Hal ini lebih muda terjadi pada inti pecah dan inti berjamur. Inti
pecah yang basah akan menjadi tempak biakan mikroorganisme (jamur). Prosesnya
adalah sama seperti pada minyak sawit.

Universitas Sumatera Utara

18

Tabel IV Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Asam lemak

Jumlah

Jumlah

Titik lebur Asam lemak, % berat

karbon

ikatan

M. sawit

rangkap

M.
Sawit

Kaprilat

16,7

2,7

Kaprat

10

31,6

7,0

Laurat

12

44,2

46,9

Miristat

14

54,4

1,490

14,1

Palmitat

16

62,9

40,1

8,8

Stearat

18

69,6

5,5

1,3

47,0

80,8

Jumlah asam jenuh


Oleat

18

14

42,7

18,5

Linoleat

18

-5

10,3

0,7

53,0

19,2

Jumlah asam tak jenuh

Inti

Sumber : Soepadiyo ( dalam : 234)


Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya
akan berwarna gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan
minyak sawit adalah pada rebusan, yaitu sekitar 130oC. Pada umumnya bila tandan
dibiarkan 45-60 menit saja pada tekanan uap jenuh 2,5 kg/cm2 dalam rebusan, hanya
sedikit inti sawit yang mengalami perubahan warna yang terlalu banyak. Jika kurang
dari 45 menit tidak aka nada perubahan warna, minyak akan berwarna kuning muda.
Dalam hal warnanya coklat tua atau lebih gelap minyaknya akan sukar atau tidak
dapat dipucatkan. Demikian juga minyak inti sawit yang berasal dari inti kurang
kering ataupun dari inti yang disimpan basa.(Soepadiyo,2003).

Universitas Sumatera Utara

19

2.3 Pemipilan Buah

Buah rebus yang keluar dari rebusan segera aka dipipil. Lori tersebut ditarik dengan
tali atau di dorong dengan forklift atau lako. Buah tersebut diangkut kea lat
bantingan dengan dua cara yaitu:
a. Tipler, yaitu buah yang berada dalam lori dituang kedalam bak yang berbentuk
cone dengan cara berputar pada sumber . Cara ini dulu dikembangkan pada
pabrik yang memiliki sterilisasi tegak. Alat ini mempunyai kelemahan yaitu
kerusakan pada bunch elevator akibat beban yang berat dan panas, yang
menjadi penyebab stagnasi. Kemudian ini dikembangkan pada pabrik yang
membuat letak tippler lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan sehingga
tidak memerlukanbunch elevator.
b. Hoisting crane
Buah rebus yang telah keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan hoisting
crane, yang kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbu.
Buah akan jatuh ke mulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah
sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. Interval
pengangkutan buah ke Thresher dilakukan secara kontinu, yang didasarkan
pada kapasitas olah dan kapasitas alat.
Hoisting crane pada awalnya sioperator ikut bergerak bersama crane sehingga
selama proses sioperator mendapat asap rebusan yang keluar dari dalam lori,
dan ini menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini telah diatasi dengan
menempatkan operator dekat thresher da mengkontrol melalui panel, sehingga
terhindar dari pengaruh asap.

Universitas Sumatera Utara

20

Alat pemipil buah berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah
direbus. Buah yang telah direbus menunjukkan brondolan masih berada
diantara bulir, sehingga paerlu dikeluarkan. Keberhasilan perebusan jika tidak
didukung pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh
sebab itu perlu dilakukan pemipilan yang lebih sempurna. Dan perlu
ditambahkan bahwa keberhasilan bahwa keberhasilan pemipilan juga
tergantung pada proses perebusan.
Alat pemipil buah dikenal 2 tipe yaitu:
a. Tipe Beater Drum Stripper dan
b. Tipe Rotary Drum Stripper
a. Tipe beater drum stripper, terdiri dari tangki-tangki pemukul tandan.
Tangkai pemukul ditempatkan pada as panjang yang mempunyai jarak
tertentu dan bekerja memukul-mukul buh dan sambil menggeser buah
bergerak kea rah ujung alat. Alat pemukul tersebut juga dari tandan.
Kapasitas alat-alat ini lebih kecil dari pada bentuk rotary drum stripper,
oleh sebab itu alat ini jarang ditemukan pada pabrik besar, kecuali
merupakan alat pembantu untuk memipil kembali tandan yang tidak
terpipil pada rotary drum stripper, yang dipasang di ujung rotary drum.
Kehilangan minyak pada alat ini lebih tinggi karena akibat permukaan
buah yang terpipil sering bergabung dengan tandan kosong sebelum
dipisahkan dengan kisi-kisi pemisah.
b. Rotary drum stripper, pemipilan buah dilakukan dengan threshering
machine dengan membanting buah dalam drum berputar. Tandan bergerak
keatas searah dengan putaran tromol mempengaruhi efisiensi pemipilan.
Putaran yang terlalu cepat menyebabksn tandan seolah-olah lengket di

Universitas Sumatera Utara

21

dinding drum. Putaran yang baik ialah apabila tandaijatuh di sumbu dan
jatuh lagi pada dasar drum. Rotary drum terdiri dari alat drum berputar
dengan panjang 4-6 m dan diameter 2,1 m, yang digerakka dengan
electromotor. Drum tersebutmemiliki as yang dapat berperan sebagai
bantingan buah sehingga buah lepas dari tandan. Rotary drum stripper
merupakan tipe yang paling banyak editerapkan pada pabrik kelapa sawit
yang berkapasitas diatas 10 ton TBS/jam. Beberapa factor yang
diperhatikan dalam pengoperasian alat tersebut.
1. Diameter drum berputar
Buah dibanting-banting dengan cara drum berputar yang memiliki kisikisi. Semakin besar diameter drum maka peluang untuk buah
terbanting dengan ketinggian yang lebih jauh menyebabkan gaya jatuh
yang lebih besar dan buah akan lebih mudah terpipil. Diameter yang
lebih baik ialah 2,1m. Akan tetapi memperbesar diameter dapat
menyebabkan :
a. Kebutuhan tenaga pemutar akan lebih besar mengingat beban yang
semakin besar karena ukuran alat semakin besar.
b. Biaya investasi yang lebih besar, karena ukuran yang lebih besar
akan membutuhakan kisi-kisi yang lebih banyak, termasuk juga
ruangan dan komponen lainnya yang berkaitan.
2. Panjang drum
Panjang drum berhubungan erat dengan lamnaya tandan dibanting.
Semakin panjang drum, maka masa banting semakin lama. Panjang
drum antara 4-6m,

tergantung

dari teknik

pengoperasiannya.

Universitas Sumatera Utara

22

Pertambahan panjang drum memerlukan tenaga putar yang lebih besar,


maka ini dapat diatasi dengan pemasangan arm pada sisi drum.
3. Putaran drum berputar
Kecepatan putar drum adalah merupakan cara untuk mengangkat buah
dan saat jatuh ada gaya untuk mengguling tandan dari gaya buah
selama proses berputar-putar searah dan kecepatan putar tandan lebih
cepat dari putaran drum dan sewaktu jatuh putaran ditahan oleh drum
sehingga terjadi pelepasan buah.
Untuk mengangkat buah dalam drum dipasang besi strip (fifting bors)
di dinding drum. Buah yang terangkat akan bergerak maju dan
kecepatan ini dipengaruhi oleh letak, jumlah dan sudut strip.
Sudut strip yang terbaik adalah 15o-13o, dan tergantung kepada
diameter, panjang dan kecepatan putar drum.
Jumlah putaran drum yang diinginkan adalah :
N = 76,65
D-d
N = putaran drum permenit
D = diameter drum (ft)
D = diameter tandan (ft), (10,46)
Untuk menghasilkan buah yang terbanting dengan baik diusahakan
agar bentuk heliks aliran lebih panjang hal ini dipengaruhi, sudut sirip
dan jumlah sirip yang ada dalam drum.
4. Pengisian umpan
Umpan yang erupa tandan rebus diisi dengan menggunakan Hoisting
crane atau tippler. Kontiniutas pengisian umpan pada hopper akan

Universitas Sumatera Utara

23

mempengaruhi daya pipil stripper. Maka dalam pengaturan umpan


perlu diperhatikan kapasitas alat. Apabila kapasitas alat 30 ton TBS,
dan kapasitas lori 2,5 ton TBS, maka pengisian threshing machine
dilakukan :
2.5 ton TBS

x 60 menit = 5 menit / lori

30 ton TBS
Maka pengisian dapatlah diatur dengans interval waktu 5 menit.
Interval waktu ini harus diimbangi dengan kecepatan tikar/plat hopper.
Karakteristik buah
Buah terdiri dari perikarp, cangkang dan inti. Pada perikarp ditemukan
minyak sawit yang di dominasi palmitat, sedangkan pada inti sawit
ditemukan laurat. Oleh sebab itu pada proses pengolahan kedua jenis
sumber ini perlu dipisahkan, yaitu pertama-tama memisahkan perikarp
yang mengandung minyak.
Perikarp memiliki tebal 2-8 mm tergantung pada jenis kelapa sawit,
yang mengandung sejumlah besar kantong-kantong minyak dan satu
dengan yang lain terikat dan membuat satu rangkaian serat yang keras
dan panjang kuat yang didukung oleh semen intraselluler. Semen
intraelluler tersebut adalah pectin yang berperan mengikat satu sel
dengan sel lain.
Pektin tersebut telah berobah menjadi pectin bebas jika buah telah
masuk pada proses pematangan. Diperhitungkan pectin yang terombak
meningkat hingga 4% dari non oil solid (NOS). Pada buah yang masak
pectin sangat larut dalam air panas dan ini dapat dibuktikan buah yang
masak direbus dalam air panas menunjukkan ada perobahan titik didih.

Universitas Sumatera Utara

24

Dalam waktu yang lama terjadi pemecahan kantong minyak dan seratserat begitu juga semen. Pektin tidak larut dalam air dingin. Serat
perikarp memiliki panjang 40mm dalam buah besar dengan diameter
80-350 m. Rata-rata panjang serat 25mm dengan diameter 250m.
Kantong minyak berbentuk kotak dan kadang-kadang tidak mempunyai
bentuk dan ini berbatasan dengan sel cytoplasma yang bergabung
dengan minyak dalam sel. Selini sangat kecil dengan ukuran 0,6-0,8
m dan bersifat elastic.
Buah yang telah direbus mengandung air < 40%, dan jika banyak
mengandung kelopak 2% akan menunjukkan kadar air yang tinggi
dan akan mempengaruhi perlakuan selanjutnya. (Naibaho,1996)

2.4 Stasiun Penebahan

1 .Hoisting Crane
Hoisting Crane berfungsi untuk mengangkat lori berisi buah masak dan menuangkan
ke dalam Auto feeder serta menurunkan lori kosong ke posisi di atas rel menuju
Loading ramp.
Hoisting Crane dilengkapi dengan beberapa alat pengaman yaitu :
Alat pengaman naik turun (limit switch)
Alat pengaman maju mundur (limit switch stopper) pada kedua ujung run way
beam.
Hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dalam pengoperasian
Hoisting Crane adalah interval penuangan harus kontinu sesuai dengan kapasitas
pabrik sehingga proses selanjutnya berjalan tanpa gangguan.

Universitas Sumatera Utara

25

PKS Rambutan memiliki 2 Unit Hoisting Crane, sedangkan yang 1 Unit Hoisting
Crane berfungsi sebagai cadangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian Hoisting Crane, antara lain
1. Kontinuitas pengumpanan.
2. Ketebalan lapisan buah pada Bunch Feeder.
3. Pengangkatan Lori, penuangan ke Bunch Feeder dan perletakan kembali Lori
ke rel.
Sebelum Hoisting Crane dioperasikan harus dilakukan pengecekan terlebih
dahulu terhadap kondisi wire rope dan link chain.
2. Bunch Feeder
Bunch Feeder berfungsi sebagai tempat pengumpan Auto Feeder yang
menghantarkan buah masuk ke Stripper Drum agar proses pemipilan berjalan
sempurna. Kapasitas Bunch Feeder 30 Ton TBS/jam, sedangkan daya hantar
Auto Feeder dengan kecepatan putaran 6 rpm.
Ketebalan lapisan buah pada Bunch Feeder sebaiknya 20 - 30 cm (yaitu
sekitar 2 - 3 Lori). Penumpukan buah yang terlalu banyak pada Bunch Feeder
mengakibatkan lossis pada tandan kosong meningkat dan kesulitan pengontrolan
pengumpanan buah ke Stasiun Thresher.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengumpanan, antara lain :
1. Kecepatan putaran Auto Feeder.
2. Ketinggian tumpukan di Bunch Feeder.
3. Pengoperasian Hoisting Crane.
4. Ukuran buah.

Universitas Sumatera Utara

26

3. Thresher
Thresher (penebah atau bantingan) adalah alat berupa tromol berdiameter 1,9-2,0
meter dan panjang 3-5 meter yang dindingnya berupa kisi-kisi dengan jarak 50
mm untuk memisahkan brondolan dan tandan. Melalui kisi-kisi brondolan jatuh
ke conveyor (bottom fruit conveyor) dan tandan terdorong keluar ke conveyor
tandan kosong (empty bunch conveyor) menuju hopper.
Cara kerja Thresher adalah dengan membanting tandan masak pada tromol
yang berputar (dibantu siku penahan) akibat gaya sentrifugal putaran tromol
sehingga pada ketinggian maksimal tandan jatuh ke as Thresher akibat gaya
gravitasi. Pada kecepatan berputar yang terlalu tinggi, tandan akan mengikut
putaran tromol dan tidak jatuh ke as tromol sehingga pemisahan brondolan tidak
maksimal. Sebaliknya pada putaran terlalu rendah, tandan sudah jatuh sebelum
ketinggian maksimal atau tandan hanya menggelinding sehingga pemisahan
brondolan juga tidak maksimal. Oleh karena itu rpm Thresher harus disetel 23
tergantung pada diameter rata-rata tandan.

Semakin besar diameter tandan,

semakin cepat putarannya.


Perhitungan kecepatan berputar (rpm) Thresher atau n dapat dilakukan dengan
rumus
D-d
2
n = 40
D-d

D = diameter dalam dari tromol Thresher (meter)


d

= rata-rata diameter tandan yang diukur pada bagian paling tebal atau

penampang melintang pada bagian yang terbesar (meter)

Universitas Sumatera Utara

27

contoh : misalnya

D = 1,8 meter
d = 0,3 meter

sehingga D d

= 0,75 meter

40 0,75

= 23 putaran/menit

1,50
Dikarenakan dalam perhitungan rpm Thresher tersebut menggunakan diameter
rata-rata tandan, maka terhadap tandan yang mempunyai diameter dibawah/diatas
rata-rata tidak akan dapat terbanting dengan sempurna. Oleh karena itu % kadar
buah dalam jajangan kosong ( USF) diberikan toleransi 0,7% terhadap contoh.
PKS Rambutan menggunakan 2 Unit Thresher, sedangkan yang 1 Unit Thresher
sebagai cadangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja di Stasiun Thresher, antara
lain :
1. Feeding, yaitu kualitas (ukuran buah) dan kuantitas (jumlah umpan ke Stasiun
Thresher).
2. Kecepatan Stripper Drum.
Kecepatan yang digunakan adalah 23 rpm. Jika putaran terlalu lambat maka
antara satu tandan dengan tandan lainnya akan berbenturan sehingga beban
Stripper Drum semakin berat dan terjadi losses. Kecepatan putaran merupakan
cara untuk mengangkat buah, dan saat buah jatuh ada gaya untuk
menggulingkan tandan selama proses berputar-putar searah dan kecepatan

Universitas Sumatera Utara

28

putaran tandan lebih cepat dari putaran ditahan oleh Stripper Drum sehingga
terjadi pelepasan buah.
3. Kebersihan kisi-kisi tempat keluarnya berondolan.
4. Sudut pengarah, berfungsi mengarahkan janjangan agar tidak ada beban di
dalam Stripper Drum.
5. Spike, yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya USF (Unstrip Fruit).
Hal-hal yang menyebabkan hasil pembrondolan kurang sempurna, antara lain :
1. Tandan buah kurang masak dalam perebusan.
2. Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak
dapat mencapai bagian dalam tandan.
3. Pengeluaran udara (isolator panas) kurang sempurna dalam Sterilizer.
Efektivitas Stasiun Thresher dapat dilihat dari :
USF (Unstrip Fruit), yaitu berondolan yang sudah lepas dari spiklet tetapi tidak
mau keluar dari tandan (max. 0,7%).
Oil losses pada janjangan kosong (1,5 - 1,8%)

Autofeeder

Tromol
Threshe

Thresher under
conveyor

As
Threshe
r

Fruit
elevator

Gambar 1 Thresher

Universitas Sumatera Utara

29

4 Horizontal Empty Bunch, Inclined Empty Bunch dan Bunch Hopper


Janjangan kosong akan terdorong keluar dari Stripper Drum ke Horizontal Empty
Bunch, kemudian ke Inclined Empty Bunch untuk selanjutnya dibawa ke Bunch
Hopper sebagai penampungan sebelum dibawa ke lapangan. Janjangan kosong
dapat digunakan sebagai mulsa (pupuk) di Kebun.
Conveyor Under Thresher, Bottom Cross Fruit Conveyor dan Fruit Elevator
Berondolan yang telah lepas dari janjangannya keluar dari Stripper Drum melalui
kisi-kisi, kemudian masuk Conveyor Under Thresher ke Bottom Cross Fruit
Conveyor. Dari Bottom Cross Fruit Conveyor dituang ke Fruit Elevator,
selanjutnya dinaikkan ke Top Fruit Cross Conveyor kemudian didistribusikan
oleh Fruit Distributing Conveyor ke masing-masing Digester.
Top Fruit Cross Conveyor dan Fruit Distributing Conveyor
Fruit Distributing Conveyor berfungsi penghantar brondolan dari Top Fruit Cross
Conveyor sekaligus mendistribusikan brondolan ke dalam Digester yang
dioperasikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja Fruit Distributing Conveyor, antara lain :
1. Jumlah Digester dan Screw Press yang dipakai.
2. Banyaknya feeding.
3. Jarak antara diameter Screw dengan dinding.
4. Pelumasan Hanger Bearing.
( Tim Narasumber, 2003)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai