PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penghasil minyak nabati di
Indonesia. Minyak nabati kelapa sawit dapat dijadikan sebagai minyak goreng,
bahan keperluan industri kimia, bahan kosmetik, dan lain-lain. Pada tahun 2014
luas total lahan sawit di Indonesia mencapai 10.956.231 ha. Pada awal 2001-
2004 luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh dengan laju
3.97% dan 7.25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13.05% per tahun.
Tahun 2010 produksi Crude Palm Oil(CPO) diperkirakan akan meningkat antara
5-6% sedangkan untuk periode 2010-2020, pertumbuhan produksi diperkirakan
berkisarantara 2-4% (Nasution et al., 2014).
Melihat begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh kelapa sawit maka perlu
dilakukan peningkatan produksi pada komoditas ini. Langkah yang dapat diambil
untuk meningkatkan produksi salah satunya dengan melakukan penanganan
yang baik pada setiap proses produksi kelapa sawit. Salah satunya adalah
proses pemanenan kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit yang
dilakukan oleh perusahaan perkebunan masih dilakukan secara manual dengan
menggunakan pengait untuk memanen kelapa sawit. Apabila pada proses
pemanenan tidak dilakukan dengan hati-hati maka akan terdapat kehilangan
(looses) pada tandan buah segar (TBS) atau brondolan yang tidak terambil.
Menurut Dja’far (1992), rata-rata brondolan yang tidak diambil adalah 3
butir/tandan. Berdasarkan jumlah brondolan yang tidak terambil tersebut
tentunya sangat perlu untuk dilakukan penanganan. Beberapa penanganan
terhadap brondolan yang telah dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit adalah
masih menggunakan tenaga kerja manual dengan mengambil setiap buah
kelapa sawit yang jatuh (Error: Reference source not found). Tentunya hal tersebut
memiliki kelemahan seperti membutuhkan biaya tenaga kerja yang besar dan
waktu yang lama. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan
alat yang dapat mengambil brondolan buah kelapa sawit, diharapkan dengan
menggunakan alat tersebut akan meminimalkan biaya tenaga kerja dan waktu.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu pengkajiansifat fisik dan mekanik brondolan buah kelapa sawit.
2. Bagaimana menentukan desain alat pengutip brondolan kelapa sawit dikaji
dari aspek teknis yang baik, efektif, dan efisien?
3. Bagaimana mengetahui hasil kinerja alat pengutip brondolan kelapa sawit?
4. Bagaimana mengevaluasi aspek ergonomika alat pengutip brondolan kelapa
sawit?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Merancang bangun prototipe alat pengutip brondolan kelapa sawit.
2. Menganalisis kinerja alat pengutip brondolan kelapa sawit.
2
II.TINJAUAN PUSTAKA
3
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras, menempel dan bergerombol
pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600 yang berbentuk
lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram.
Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp).
Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas cangkang (endocarp)
dan inti (kernel), sedangkan untuk inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih
lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar
(radicula) dan haustorium. Bagian dalam buah kelapa sawit dapat dilihat pada
gambar 2.
4
mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya jika
pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB
rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. ada beberapa tingkatan
atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat
mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.
Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika
tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2, dan 3 (kiswanto ,2008).
Pada kegiatan pemanenan ada satu tahap yang sangat penting yakni
pemungutan atau pengutipan brondolan yang jatuh sebelum pemanenan
maupun dalam tahap pemanen. Pengutipan brondolan merupakan satu kegiatan
yang penting untuk dilakukan karena dalam mendapatkan standar kematangan
buah kelapa sawit ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang berada di
permukaan tanah di sekitar pohon kelapa sawit. Proses pengutipan brondolan
membutuhkan waktu yang lama karena dikerjakan secara manual oleh tukang
Brondolan (TB). Proses pengutipan brondolan secara manual berpotensi
menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan otot rangka
(musculosceletal disorders), cedera dari sistem muskuloskeletal dan saraf
(repetitive strain injury), timbul seperti sakit di pergelangan tangan (carpal tunnel
syndrome).Proses pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan secara manual
dengan sebuah karung kemudian dibawa ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
Proses pengutipan brondolan kelapa sawit dilakukan dengan postur jongkok,
membungkuk dan kemudian berdiri secara berulang-ulang hampir selama 6 jam
tiap harinya. Kondisi jongkok yang berulang-ulang menyebabkan pekerja
cenderung mengalami sakit pinggan dan sebagainya. Hal ini terlihat dari
seringnya tukang brondolan mengurut pinggang dan lamanya tukang brondolan
untuk berdiri tegak dari posisi jongkok atau membungkuk (Dja’far, 1992).
Kriteria Pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah buah yang membrondol
(lepas) dari tandan. Tandan yang beratnya < 10 kg (2 brondolan/kg tandan)
sedangkan tandan yang beratnya >10 kg (1 brondolan/kg tandan). Fraksi
kematangan buah kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.
5
Tabel 1 Fraksi kematangan buah
No Fraksi Buah Sifat Buah Jumlah Brondolan
2 Fraksi 0 Mentah
6
2.4 Evaluasi Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia
merancang suatu sistem kerjasehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dengan efektif,
aman dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya
dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur, lingkungan dan pekerja serta
kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia
(Nasution et al., 2014).
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu metode yang
berbentuk survei untuk mengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko
cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melalui analisis postur,
gaya dan penggunaan otot. Hasil analisis akan mengindikasikan derajat
kencenderungan pekerja mangalami resiko tersebut dan menyediakan metode
untuk prioritas kerja untuk membantu dalam investigasi pekerjaan lebih lanjut.
Alat ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi
pekerjaan. RULA merupakan alat untuk mngevaluasi faktor-faktor risiko postur,
konstraksi otot statis, gerakan repetitif dan gaya yang digunakan untuk suatu
pekerjaan tertentu. Setiap faktor memiliki konstribusi masing-masing terhadap
suatu nilai yang dihitung. Nilai-nilai tersebut dijumlah dan diterapkan pada table
untuk menentukan Grand Score. Grand Score menunjukkan sejauh mana
pekerja terpapar faktor-faktor risiko di atas dan berdasarkan nilai tersebut. dapat
disarankan tindakan yang perlu diambil (Nasution et al., 2014).
7
III.METODE PENELITIAN
Analisis desain
Mulai Identifika Analisis sifat Konseptualisasi -fungsional
si fisik & desain -struktural
masalah mekanik
brondolan
Uji
Selesai Evaluasi Ya kinerja Pembuatan
ergonomi prototipe
Tidak
Modifikasi
8
Gambar 4 Diagram alir penelitian
3.4 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang timbul akibat brondolan tidak terambil adalah dapat
menurunkan produksi CPO karena kandungan minyak secara kualitas dan
kuantitas terdapat pada buah sawit yang mem-brondol. Pengambilan secara
manual juga menimbulkan cidera/ gangguan kesehatan pada para pekerja
pemungut brondolan. Brondolan dalam jumlah yang banyak tetapi dengan lokasi
yang tersebar luas sulit untuk dipungut cepat dan menghabiskan banyak waktu
dan biaya. Hal ini akan lebih baik jika serasah itu dapat dikembalikan Oleh
karena itu dibutuhkan suatu alat yang dapat memungut brondolan dan dapat
digerakkan dengan tenaga manusia.
Analisa sifat fisik dan mekanik brondolan buah kelapa sawit merupakan faktor
yang sangat penting untuk merancang alat ini. Sifat fisik yang akan diukur pada
penelitian ini meliputi panjang, lebar, tebal buah, tebal mesocarp dan massa.
Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 5 buah brondolan kelapa
sawit. Persiapan sampel brondolan kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 6.
9
Tabel 2 Hasil pengujian sifat fisik brondolan buah kelapa sawit
Sifat Fisik
Sampel Panjang Lebar Tebalbuah Tebal Mesocarp Massa
(mm) (mm) (mm) (mm) (g)
1 40.2 33.1 36.6 8.40 29.50
2 44.4 34.4 31.0 7.40 22.52
3 49.4 28.8 27.2 7.10 20.10
4 46.5 32.3 24.4 8.90 18.64
5 42.0 25.0 20.3 3.20 10.47
Mean 44.5 30.72 27.9 7.00 20.24
10
3.5.3 Tipe Penjepit
Mekanisme tipe penjepit ini mirip dengan alat pengutip bola golf (golf ball
picker). Terdapat dua jenis penjepit yaitu: tipe silinder dan tipe sisir gambar 7.
Kelemahan mekanisme ini jika dipakai untuk mengutip brondolan antara lain:
sampah dan batu mudah terbawa, kehandalan di lahan sawit rendah,
kemungkinan berondolan telepas lebih besar, sulit berkembang di daerah remote
area karena sulit untuk dipabrikasi, petani tidak bisa mereplikasi alat. Sedangkan
kelebihannya adalah tidak terjadi kerusakan fisik pada brondolan.
11
Berdasarkan fungsinya. alat pengutip brondolan kelapa sawit berfungsi
untuk mengumpulkan buah kelapa sawit yang lepas (brondolan) dan berserakan
di permukaan tanah. Alat ini dibuat untuk mempermudah petani kelapa sawit
untuk mengumpulkan brondolan kelapa sawit yang diambil secara manual akan
embutuhkan waktu yang cukup lama. Pengambilan secara manual dilakukan
secara terus menerus dengan jngka waktu yang panjang akan menimbukalan
kelelahan tulang belakang dab kram.
3. 6 Rancangan Struktural
Analisis struktural dilakukan untuk memperhitungkan bentuk. ukuran dan
bahan masing-masing komponen sehingga memenuhi kriteria kekuatan bahan
dan fungsional seperti yang diharapkan. Sketsa rangkaian komponen dan gaya
yang bekerja pada alat pengutip disajikan pada gambar 8 dan gambar 9.
12
tanah tenaga dorong manusia
sparator
rangka
kontainer
Roda traksi
13
v
F
d
W
Permukaan tanah
Frr
Fr
h
F Fr
rv
Gambar 9 Skema gaya-gaya yang bekerja pada alat pengutip brondolan
Dinamika roda traksi agar dapat bergerak maka disyaratkan gaya reaksi tanah
vertikal (Frv) pada roda mampu mengatasi bobot alat pengutip (W) dan gaya
reaksi tanah horizontal (Frh) mampu mengatasi resultan beban dorong alat(Fd)dan
tahanan guling roda traksi. Dalam hal ini syarat rancangannya adalah:
Frv W (1)
Frh Fd Frr (2)
Gaya tahanan guling dihitung dengan persamaan:
Frr WCrr (3)
dimanaCrr adalah koefisien tahanan guling.
14
Roda penjepit terdiri dari komponen batang penjepit. velgroda penjepit dan
poros. Batang penjepit terdiri fiber penjepit dan dudukan fiber penjepit (gambar
10).
Batang penjepit
fiber penjepit
poros
15
1
5
m
m
Gambar 11 Konfigurasi fiber penjepit
3.6.2 Sparator
Sparator tersusun dari beberapa komponen yaitu batang silinder. dudukan
sparator dan pengarah samping (Gambar ). Batang sparator berukuran diameter 3
mm dan panjang 200 mm. Antara jejak melingkar dari paku sparator akan diisi
batang sparator. Gambar separator dapat dilihat di gambar 12.
Batang Pengarah
sparator samping
Dudukan batang
sparator
16
sepatu
pillowbloc
k
Jari-jari roda traksi (Rt) merupakan jarak dari ujung sepatu terluar ke pusat
lingkaran. ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: gambar Skema
roda traksi dapat dilihat di gambar 14.
Rt H c H p
(5)
dimana:Hc = ground clearence (jarak antara ujung fiber penjepit ke permukaan
tanah); Hp = jari-jari virtual roda penjepit (jarak antara ujung fiber penjepit ke
pusat lingkaran). Jika tb adalah tebal brondolan rata-rata dan syarat minimal
kedalaman penjepitan brondolan agar tidak terlepas saat terangkut (berdasarkan
penelitian pendahuluan) adalah 5 mm. maka syarat rancangannya adalah:
Hc = tb - 5 (6)
Nilai tb adalah 27.9 mm. maka:
Hc =27.9 – 5 = 22.9 mm (7)
Untuk kepastian penjepitan maka dirancang Hc sebesar 10 mm. Nilai Hp adalah
266.5 mm. maka:
Rt 10 266.5 276.5 mm (8)
17
Poros
(pusat lingkaran)
Hp Rt
Hc Permukaan tanah
F
b
Gambar 14 Skema roda traksi
Dinamika penjepit agar dapat menjepit brondolan dengan baik maka
disyaratkan gaya reaksi brondolan pada ujung penjepit (Fb) mampu diatasi oleh
bobot alat pengutip (W) dan beban dorong alat (arah horizontal) Lihat Gambar .
Dalam hal ini syarat rancangannya adalah:
W Fb (9)
Hasil dari pengujian kekuatan retak brondolan didapatkan nilai rata-rata 0.903
kg/mm2. Jika dalam satu barisan batang penjepit kemungkinan terbanyak 9 buah
brondolan yang tertusuk (berdasarkan jumlah paku penusuk dalam satu batang
penusuk).dan luas penampang fiber penjepit yang berdiameter 2 mm adalah π
mm2. Maka total gaya maksimal yang dibutuhkan untuk dapat menusuk
brondolan adalah
Fb _ total 9 buah 0.903 kg/mm 2 mm 2 25.5 kg
(10)
Angka ini adalah angka maksimal. jadi bobot total alat akan dirancang cukup 25
kg.
3.6.4 Rangka
Rangka terdiri rangka utama. batang kemudi. dan rangka kontainer Gambar .
Kemiringan batang kemudi terhadap rangka utama dirancang 30°. Hal ini
dimaksudkan agar resultan gaya dorong tenaga manusia lebih besar
dibandingkan jika kemiringan lebih dari 45°. Gambar rangka dapat dilihat di
18
gambar 15, dan gambar Ukuran kelayakan ergonomika pada rangka dapat dilihat
di gambabar 16.
Batang kemudi
Rangka utama
Rangka kontainer
30° 88.1 cm
58 cm
19
3.7.1Kapasitas Efektif Alat
Tahapan pengukuran hasil pengutipan dimulai dengan meletakkan sebanyak
20. 40. 60. dan 80 brondolan kelapa sawit pada suatu petakan lahan. Luas
petakan lahan yang akan diterapkan pada pengujian memiliki lebar 40 cm dan
panjang 4 meter. Berikut pada 17 adalah desain pengujian lapang alat pengutip
brondolan kelapa sawit.
Parameter pengamatan yang diukur pada penelitian ini adalah waktu dan
jumlah brondolan yang terkumpul. Rancangan percobaan perlakuan pengujian
lapang dapat dilihat pada tabel 5.
Metode
Manual (A0) Alat (A1)
Jumlan Brondolan
J1 (20 Butir) J1A0 J1A1
J2 (40 Butir) J2A0 J2A1
J3 (60 Butir) J3A0 J3A1
J4 (80 Butir) J4A0 J4A1
20
(Gambar ). Waktu yang ditetapkan adalah selama 1 menit. Efisiensi pengutipan
(Ef) dihitung dengan rumus:
nawal nakhir
Ef 100%
nawal (12)
Dimana: n awal= jumlah brondolan awal pengukuran (butir) dan n akh ir = jumlah
brondolan akhir pengukuran (butir). Untuk menghitung efisiensi pengutipan
ditetapkan menggunakan dua metode pengutipan brondolan yakni dengan
metode manual dan menggunakan alat pengutip brondolan.
21
dengan prinsip ergonomi atau belum. jika belum maka perlu dilakukan langkah-
langkah perbaikan. Metode ini menggunakan diagram body postures dan tiga
tabel penilaian (tabel A, B, dan C) yang disediakan untuk mengevaluasi postur
kerja yang berbahaya dalam siklus pekerjaan tersebut. Melalui metode ini akan
didapatkan nilai batasan maksimum dan berbagai postur pekerja. nilai batasan
tersebut berkisar antara nilai 1 – 7.
3.7.5 Penentuan Metode Terbaik
Untuk menentukan metode terbaik antara pengutipan brondolan kelapa sawit
secara manual dan alat digunakan metode indeks efektivitas dengan prosedur
pembobotan sebagai berikut:
1. Menggunakan hasil parameter sebagai dasar pembobotan.
2. Memberikan bobot nilai (BN) pada setiap parameter masing - masing
kelompok. Bobot nilai yang diberikan sesuai dengan kepentingan setiap
parameter. Persamaan pembobotan adalah sebagai berikut:
Np
BN
TN (13)
22
Pembangunan prototipe alat pengutip brondolan dilakukan secara bertahap
dan dimulai dari poros roda sebagai pusat acuan. Tahapan pembuatan
komponen dan perakitannya dilakukan secara simultan. Persiapan dimulai dari
poros yang berdimensi diameter 18 mm panjang 530 mm dipasangkan dengan
sepasang velg roda penjepit. Bagian melingkar plat strip dari velg roda penjepit
dibor ukuran 5 mm sebanyak 44 lubang. Lubang ini sama dengan lubang yang
dibuat pada dudukan fiber penjepit, yaitu di sebelah kanan dan kiri. Dudukan
fiber penjepit perlu dibuat awal karena untuk kemudahan dalam pengelasan velg
roda penjepit pada poros. Gambar menunjukkan dudukan fiber penjepit yang
sudah dirakit, tetapi belum dilakukan pengelasan antara velg roda penjepit
dengan poros. Setelah velg roda penjepit tepat berada di tengah-tengah poros
maka pengelasan dapat dilanjutkan. Gambar Perakitan velg roda penjepit pada
poros dapat di lihat di gambar 19.
Pekerjaan dilanjutkan dengan perakitan velg roda traksi pada poros.Pekerjaan ini
memerlukan ketelitian tinggi karena jika pengelasannya miring maka alat tidak
dapat berjalan lurus.
Gambar Pengelasan velg roda traksi pada poros dapat dilihat di gambar 20.
23
Gambar 20 Pengelasan velg roda traksi pada poros
Komponen sepatu roda traksi dibentuk dari besi siku ukuran 5x5 cm yang
dipotong menggunakan gerinda potong sepanjang 6 cm, sebanyak 44 buah
untuk satu pasang roda. Setelah sepatu dilas melingkari velg roda traksi, maka
pekerjaan selanjutnya adalah merakit rangka.
Pembangunan rangka dimulai dari rangka utama yang disusun dari dari besi
siku ukuran 5x5 cm mengelilingi roda traksi. Sebelum dilakukan pengelasan,
perlu dibuat lubang baut ukuran 10 mm sebagai dudukan bantalan roda.
Sesudah rangka utama terbentuk maka dirakit batang kemudi. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kemiringan rangka batang kemudi yang telah
direncanakan jangan sampai kurang atau lebih karena akan berakibat pada
ketinggian operasional alat. Hal ini terkait dengan kelayakan ergonomika yang
akan terganggu. Pada bagian sambungan titik kritis antara rangka batang kemudi
dengan rangka utama diberi penguat berupa besi siku ukuran 3x3 cm. Rangka
kontainer dibuat sesuai dengan ukuran kontainer yang telah direncanakan,
menggunakan besi siku ukuran 3x3 cm, kemudian dilas pada bagian depan
rangka utama.
Pekerjaan selanjutnya adalah pembuatan sparator. Kendala yang dihadapi
saat pengelasan batang sparator pada dudukan sparator adalah batang sparator
selalu habis terkena api listrik dari las listrik karena dimensi yang cukup kecil.
Kendala tersebut dapat diatasi setelah mengganti batang sparator dengan
dimensi yang lebih besar. Selanjutnya pada bagian samping kanan kiri sparator
dipasang plat pengarah brondolan dan plat penahan brondolan di bagian bawah
sparator. Pengelasan hanya dilakukan dengan las titik karena plat cukup tipis
dan tidak memerlukan kekuatan yang lebih.
Pekerjaan terakhir dalam perakitan adalah pemasangan fiber penjepit pada
dudukan fiber penjepit Sebelum dilakukan pemakuan, dudukan fiber penjepit
dipasang terlebih dahulu pada velg roda penjepit. Kemudian dengan cara
diputar, dudukan fiber tersebut diberi tanda pada jejak arah masing-masing
24
batang sparator. Hal ini dilakukan agar nantinya tidak terjadi tabrakan antara
batang sparator dengan fiber penjepit. Gambar prototipe alat pengutip brondolan
kelapa sawit tipe penjepit dapat dilihat di gambar 21.
25
sparator masih relatif lentur dan terjadi perubahan posisi (terjadi kemiringan
batang sparator). Kondisi lahan yang relatif kurang datar juga memberikan
pengaruh terhadap tidak terambilnya brondolan kelapa sawit. Gambar rata-rata
berondolan yang terangkut dapat di lihat di gambar 22.
40
30 26.15
19.16 18.81 20.81
20 Alat
10.61
10 Manual
0
20 40 60 80
Brondolan Awal (Butir)
26
menggunakan waktu dan perbandingan antara pengambilan brondolan kelapa
sawit dengan secara manual dan dengan alat.
2.500
0.500
0.000
20 40 60 80
Jumlah Brondolan (Butir)
27
Perbandingan efisiensi pengutipan antara manual dan alat dapat dilihat pada
gambar 25.
83.75
40
20
0
Manual Alat
Metode pengutipan
Hal ini dikarenakan pada saat proses pengambilan brondolan. alat pengutip
brondolan kelapa sawit mengalami kesulitan untuk berbelok atau berputar.
Selain itu peran operator yang belum terlatih juga dapat memberikan hasil
efisiensi pengutipan yang berbeda. Pada pengujian lapang operator belum
diadakan latihan menggunakan alat pengutip brondolan sama sekali.
28
Gambar Evaluasi ergomika pengutipan dengan alat dan Evaluasi
ergonomika pada pengutipan secara manual dapat diliat di gambar 26.
(a) (b)
Gambar 26 (a) Evaluasi ergomika pengutipan dengan alat; (b) Evaluasi ergonomika pada
pengutipan secara manual
8
7
7
Skor evaluasi ergonomika
6
5
4
3
3
2
1
0
Alat Manual
Metode Pengutipan
29
kelelahan otot, keram dan kelelahan. Dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan alat untuk mengambil brondolan memberikan hasil kelayakan
ergonomi yang lebih baik dibandingkan pengutipan secara manual.
Nilai Produk (NP) yang paling besar menunjukkan metode yang terbaik.
Sehingga metode terbaik pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
pengutipan dengan menggunakan alat pengutip brondolan.
30
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1 Prototipe alat pengutip brondolan kelapa sawit sudah memenuhi aspek
fungsional untuk mengutip brondolan kelapa sawit. Kecepatan maju alat
dirancang sesuai dengan kecepatan rata-rata manusia berjalan normal
yaitu 5 km/jam atau 1.36 m/detik. Maksimal kapasitas alat dapat
menampung berondolan sebanyak 5 kg. Pengutip brondolan kelapa sawit
menunjukkan bahwa rata-rata brondolan yang terangkut secara berurutan
pada brondolan awal sejumlah 20, 40, 60, dan 80 buah adalah 13, 27, 37
dan 50 buah (65%, 67,5%, 61.7% dan 62,5%).
2. Hasil kinerja alat menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat
pengutip brondolan kelapa sawit memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan secara manual. Kebutuhan waktu untuk mengambil
brondolan dengan menggunakan alat 19.2 detik lebih cepat dibandingkan
secara manual. Prosentase dan kapasitas efektif alat pengutip brondolan
kelapa sawit menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah brondolan
kelapa sawit maka semakin efektif dan efisien alat tersebut yaitu 20, 40,
60, dan 80 buah adalah 13, 27, 37 dan 50 buah (65%, 67,5%, 61.7% dan
62,5%) untuk prosentase dan 1.044,1.076,1.335 dan 1,542 buah/detik
untuk kapasitas efektif. Analisa ergonomika menunjukkan bahwa dengan
menggunakan dengan menggunakan alat dapat mengurangi risiko
kelelahan otot, keram dan kelelahan.
5.2 Saran
Protopipe alat penguntip brondolan kelapa sawit ini perlu
ditingkatkan lagi untuk mempermudahkan para petani kelapa sawit untuk
mengambil brondolan kelapa sawit yang tercecer di tanah. Disini harus
mementingkan dari segi kesehatan, kenyamanan dan efisiensi alat
tersebut agar para petani kelapa sawit dapat meningkatkan produktifitas
dan tidak mengganggu kesehatan operator. Karena semakin cepat
proses pengambilan kelapa sawit akan meningkatkan produktifitas dan
kualitas dari kelapa sawit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
31
Dja’far D. 1992. Pengaruh pengutipan brondolan kelapa sawit terhadap
pendapatan petani. Berita Penelitian Perkebunan. 2(1):33-381
Nasution SH,C Hanum, J Ginting. 2014. Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis
GuineensisJacq.) pada berbagai perbandingan media tanam solid
decanter dan tandan kosong kelapa sawit pada sistem single stage.
Jurnal Online Agroekoteknologi.2(2):691-701
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Pedoman Norma Kerja Perkebunan
Kelapa Sawit pada Lahan Mineral. Medan (ID): PPKS.
32
Lampiran 1 Data anthropometri (Syuaib. 2015)
33
Lampiran 2 Data perhitungan sifat mekanik brondolan kelapa sawit
Kekuatan Retak
Sampel Rata - Rata
Sisi 1 Sisi 2 Sisi 3
1 1.92 1.87 2.2 1.997
2 1.74 1.55 1.36 1.550
3 2.08 1.85 1.61 1.847
4 2.11 1.61 1.62 1.780
5 2.01 1.48 1.54 1.677
Jika F = 1.997 kg
kg
¿ 1.997
19.6 mm 2
kg
¿ 1.019
mm 2
kg
¿ 10.189
cm2
34
Lampiran 1 Lembar kerja RULA
35
Lampiran 3 Hasil pengujian lapang
36
Lampiran 4 (lanjutan)
A. Kapasitas Efektif
Jumlah brondolan yang diambil butir
Kapasitas efektif alat= ( )
Waktu yang dibutuhkan detik
Sehingga :
B. Efisiensi Pengutipan
37
( n ¿ ¿ awal−nakhir )
Ef = x 100 % ¿
n awal
Waktu : 1 menit
Jumlah brondolan : 80 Butir
38
Langkah Posisi Bagian tubuh Alat Manual
1 Upper arm 2 3
4 wrist twist 1 2
11 Legs 1 1
Final Score 3 7
Keterangan :
1–2 : Postur badan dapat diterima
3–4 : Investigasi lebih lanjut. perubahan mungkin dibutuhkan
5–6 : Investigasi lebih lanjut. perubahan harus dilakukan segera
7 : Harus dilakukan investigasi dan perubahan alat
39
Lampiran 2 Perhitungan Perlakuan Terbaik
1. Parameter
Pembobotan
kapasitas efektif alat : 1
efisiensi pengutipan : 0.9
evaluasi ergonomi : 0.85
Total : 2.75
2. Menghitung Bobot Nilai (BN)
kapasitas efektif alat : 0.364
efisiensi pengutipan : 0.327
evaluasi ergonomi : 0.309
Metode Total NP
40
Alat 0.673
Manual 0.327
41